1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Official Short Story Fiesta ~ Mari Menulis Cerpen dan Membuat Antologi Bersama

Discussion in 'Fiction' started by Fairyfly, May 17, 2015.

  1. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,819
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    Okelah, SS Fiesta sesi 3 sepertinya kurang pengunjung, tapi kita jangan menyerah ya guys. Biarkan yang lalu berlalu seperti angin yang berhembus (alah :swt: )

    mari ramaikan kembali SS Fiesta ini dengan sesi keempat :gadisgenit:




    Tema Keempat
    A Continuation of the Story

    [​IMG]


    Deskripsi :

    Dalam tema kali ini, teman-teman diharuskan membuat sebuah cerita panjang secara bersama-sama dari sebuah prolog yang dibuat oleh starter. singkatnya, teman2 diharuskan melanjutkan bagian-bagian cerita panjang dari prolog yang ada.

    Siapa starternya? mari kita summon yang kira2 berkenan. apakah high_timehigh_time , spinx04spinx04 , GiandeGiande , Ii_chanIi_chan , ryrienryrien , noprirfnoprirf , merpati98merpati98 , ataukah para pendatang baru seperti bitterchocobitterchoco , gwenliethegwenliethe , liopolt09liopolt09 , mwahahamwahaha , NumbertwoNumbertwo , ataukah saia sendiri? hal itu masih sebuah misteri :gadisp:

    1. pada intinya ini merupakan game sambung cerita. silakan penulis berekspresi sebebas-bebasnya melanjutkan prolog yang dibuat oleh starter.
    2. genre yang diusung bebas, dan starter tidak berhak protes bilamana genrenya berubah oleh penulis berikutnya. misal : starter berencana membuat genre drama dan tiba2 continuer mengubahnya menjadi horror, maka starter tidak berhak protes. starter berhak menerima bata massal bila melaporkan hal ini ke pusat pengaduan :gadisp:
    3. setiap postingan diutamakan berupa sebuah jalinan cerita/sebuah chapter. batas minimum kata yang digunakan adalah 300 kata per postingan dengan batas maksimal tak terhingga.
    4. starter berhak menjadi continuer setelah selesai menunaikan tugasnya menjadi starter.
    5. tak ada batasan seberapa banyak continuer bisa memposting, selama masih memenuhi waktu sebelum deadline. Tetapi continuer tidak diperbolehkan melanjutkan cerita bilamana dia bertindak sebagai continuer pada post sebelumnya. misal : si X menjadi continuer untuk chapter satu, maka ia tidak boleh menjadi continuer pada chapter dua, dan baru bisa memposting lagi untuk chapter tiga.

    silakan berkreasi sebebas-bebasnya :gadispeace:

    starting time : along with the starter
    ending time : 2 months after the starter wrote the prologue




    okelah, mungkin untuk sesi 4 begini saja, ada yang mau jadi starter :bloon:

    bila lewat lima hari belum ada yang jadi starter, maka saia yang akan jadi starternya :hihi:
     
    • Like Like x 4
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Ii_chan M V U

    Offline

    Minagiru ai

    Joined:
    Jun 27, 2013
    Messages:
    4,958
    Trophy Points:
    187
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,180 / -55
    starter ya? :gadisadem: coba bikin dulu deh, klise2 tipikal tak apa kan?
     
  4. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    No problem :awas:

    Paling ntar berubah :lol:
     
  5. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Bntar lagi ol :swt:

    Delete aja mod, kacau ni komen.
     
  6. Ii_chan M V U

    Offline

    Minagiru ai

    Joined:
    Jun 27, 2013
    Messages:
    4,958
    Trophy Points:
    187
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,180 / -55
    donlod ishi no mayu episode 5 final terakhir bisa? final itu final :swt:

    --
    sori mod-san, apus aja abis ini :swt:
     
  7. Ii_chan M V U

    Offline

    Minagiru ai

    Joined:
    Jun 27, 2013
    Messages:
    4,958
    Trophy Points:
    187
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,180 / -55
    Chapter 1: Erotic Dream?

    Pagi itu, aku sebagai petugas piket kelas datang lebih pagi ke kelas. Kubuka pintu kelas, membuka tirai jendela, menghapus coretan-coretan aneh yang ada di papan tulis, dan kemudian menyapu seluruh lantai kelas yang penuh dengan debu dan sampah kertas yang berserakan di lantai.


    Semuanya beres pada pukul 5 pagi. Jam tanganku berbunyi. Alarm yang kusetel untuk mengingatkanku dengan waktu. Ibu Reina yang mengusulkannya.


    Aku melihat keluar jendela. Masih tidak ada siapa-siapa yang memasuki pintu gerbang sekolah. Tentu saja. Pikiran bosan kini memasuki pikiranku.


    Mungkin berpetualang di kelas kosong di jam seperti ini bukan ide yang buruk, pikirku sambil membuka pintu kelas.


    Sebelum kaki kananku melangkah keluar kelas, aku sadar ada satu hal yang kulewatkan. Aku kembali ke dalam kelas, membuka tas kuningku, dan mengeluarkan kamera kecil dari dalamnya.


    Ya, untung saja aku ingat.


    Kamera kecil tersebut kuletakkan diantara rumpun-rumpun bunga dalam vas putih yang berada di depan meja guru. Sedikit demi sedikit aku mengatur arah sorotan kamera tersebut hingga tepat di arah tempat duduknya. Kemudian, aku merapikan batangan bunga supaya kamera tersebut tidak terlihat dengan jelas. Perfect.


    Alarm jam tanganku berbunyi. Tik Tik Tik. 30 menit telah berlalu. Saatnya aku ke kamar mandi.


    Aku memilih kamar mandi paling ujung dan menutup pintunya. Cahaya matahari pagi belum bisa menerangi ruangan ini, dan akan ganjil jika aku menyalakan lampu WC laki-laki. Aku memilih duduk dalam kegelapan.


    Aku melihat jam tanganku yang bersinar di dalam kegelapan. Kamu tahu, itu gas tritium yang memiliki sifat iluminasi yang bisa bercahaya kehijau-hijauan dalam gelap. 30 menit hingga jam 6, 1 jam hingga jam 7. Aku punya sekitaran 30-60 menit hingga anak-anak datang ke sekolah. Kesimpulannya, aku harus menghabiskan waktuku sekitaran itu di WC ini. Bukan masalah yang besar, meskipun bau anyir menyengat yang datang dari samping kloset di bawah pantatku ini sangat mengganggu hidungku. Perlahan-lahan, bau anyir tersebut semakit menyengat. Aku bisa merasakannya. Dia memasuki rongga hidungku, melalui saluran tenggorokanku, dan akhirnya dia tiba di otak. Dia menguasai pusat kontrolku. Setelah itu, suasana di sekitarku pun semakin panas. Mataku semakin berat, akupun tertidur lelap.

    ===​


    Tit tit tit.

    Perasaan ini tidak seperti saat kamu bangun tidur. Tidak. Rasanya bukan seperti ketika kamu membuka matamu dan menyadari ‘hari telah pagi’, namun perasaan ini seperti ketika matamu terbuka namun kesadaranmu tidak ada. Ya, seperti hipnotis.


    Mataku terbuka dan kemudian kesadaranku pun mulai muncul seperti gelembung air di lautan. Pemandangan di depanku telah berubah. Di depanku bukan lagi pintu putih toilet beberapa menit yang lalu, namun di depanku terlihat guru yang sedang mengajar di depan kelas. Aku melihat ke kiri. Temanku sibuk memperhatikan guru di depan kelas dan mencatatnya di buku. Aku melihat ke kanan, temanku yang lain sibuk memainkan hapenya di bawah kolong meja. Aku melirik ke arahnya. Dia seperti biasa terlihat bosan mendengarkan ceramah guru, namun tetap mendengarkan.


    Suara alarm jam tanganku masih berbunyi dan aku mematikannya. Jam 8.30 pagi. Aku kehilangan ingatan 2 jam 30 menit dalam hidupku. Durasinya mulai memanjang, pikirku dalam hati dan berharap kamera yang kutanam tidak ada yang mengetahui atau menemukannya.

    ===

    “Reki-kun, bagaimana harimu hari ini?” tanya bu Reina kepadaku. Jam pelajaran telah usai dan kini aku berada di ruang konseling.


    “Baik, seperti biasa,” aku mengulang jawaban lima hari yang lalu lagi.


    “Apa kamu mengalami ‘itu’ lagi?” tanyanya lagi.


    Aku menyukai ibu Reina. Bukan dalam artian cinta, tapi aku menyukainya dibandingkan guru lain. Dia mencoba mengerti diriku, meskipun mengerti tentang diriku adalah pekerjaannya. Tapi, paling tidak dia ‘mencoba’. Apalagi jika dilihat dari penampilannya. Rambut yang ditata dengan rapi, matanya yang terlihat sendu, dan pakaiannya yang selalu cocok selalu menarik mataku. Pernah sekali aku secara tidak sengaja melihat pundak lehernya yang halus. Sangat menggiurkan dan terlihat menawan.
    Sayang, dia bukan targetku. Tidak untuk sekarang.


    “Ya, 2 jam lewat di pagi hari,” jawabku lagi secara prosedural. Bu Reina mencatat hal tersebut di buku yang selalu dia bawa. Aku selalu berpikir itu adalah buku catatan kesehatanku.


    “Hal aneh lain lagi, apa ada yang terjadi? Seperti kamu melihat hantu, kamu melihat potongan kepala temanmu seperti di hari sebelumnya?”


    “Tidak bu. Hanya coretan aneh di papan tulis kelas. Setelah itu, semuanya biasa saja,” jawabku.


    “Coretan aneh? Bisa kamu jelaskan lebih jauh?” Matanya dibuat terlihat penasaran, meskipun aku tahu bu Reina tidak akan terkejut lagi mendengar apa yang aku jelaskan.


    “Gambar bayi yang digoreng hidup-hidup dan kemudian dihidangkan di piring yang besar. Tangan, kaki, mata, hingga ususnya terlihat sangat lezat, dan anehnya lagi, bayi tersebut terlihat masih hidup.”


    Aku menyudahi perkataanku, menunggu respon bu Reina. Namun, bu Reina tetap diam. Otaknya terlihat bekerja keras menghubungkan benang tersebut dengan benang-benang lainnya.


    “Oke, terimakasih. Mungkin kita sudahi saja hari ini,” kata bu Reina tanpa memberikan diagnosisnya kepadaku. “Oh ya, dan satu lagi, apa kamu telah menemukan hobi?”


    “Ya, bu. Ini mungkin,” kataku sambil mengeluarkan kamera canonku dari tas. Salah satu lagi usulan dari bu Reina untuk menyibukkan diriku pada hal-hal yang berguna.


    ==​


    Dua hal yang terjadi pada diriku: Halusinasi dan amnesia sesaat. Halusinasi terjadi ketika kamu melihat hal yang diluar batas realitas, seperti ikan yang terbang di langit seperti yang aku lihat sekarang dari balik koridor jendela sekolah. Atau amnesia sesaat, aku tidak tahu istilah yang tepat, namun kamu kadang-kadang kehilangan waktu, memori, atau ingatan.


    Bukan masalah besar. Dan paling tidak aku masih bisa hidup.


    Aku kembali ke ruangan kelas. Tidak ada siapapun. Jam 3 sore. Para siswa-siswi telah pulang. Aku mendekati vas bunga pagi tadi dan mencabut kamera kecil yang kupasang. Semoga foto-fotonya terlihat jelas, pikirku. Aku ingin memajang dan mengkoleksi fotonya yang baru.


    Jam 3 sore. Aku segera meninggalkan sekolah, dan membuka smartphoneku. Mengetahui lokasi seseorang bukanlah hal yang susah di jaman sekarang ini. Kamu tinggal butuh nomor handphonenya, dan abracadabra, Sereal Café.


    Ah, aku mengerti. Dia tidak langsung pulang ke rumah, dan masih berjalan dengan temannya. Beberapa hari yang lalu dia juga mencoba mengajak temannya untuk mencoba toko yang baru buka. Mungkin kafe ini yang dia maksud.


    Berlari, aku terus berlari. Aku tidak terlalu peduli dengan halusinasiku. Yang terpenting adalah menikmati momen hidupmu sekarang bukan?


    Bu Reina sering mengatakan kalimat itu. Dan sekarang aku menikmatinya. Saat aku mengambil tiap cepretan foto demi foto nya, saat aku mengeprint foto wajahnya yang cantik di printerku, dan saat aku menempelkan wajahnya lagi di dinding kamarku.


    Mungkin aku adalah seorang stalker.


    ===​
     
    • Like Like x 5
    Last edited: Sep 17, 2015
  8. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Chapter 2 : Sosok di balik Pintu

    Gadis ini.

    Memang aku senang mencuri pandang ke arah siswi cantik di kelasku, namun gadis itu sungguh berbeda. Aku merasakan sesuatu yang misterius di balik parasnya yang imut dan polos. Rasa penasaran ini membuatku terus membuntutinya setiap hari seusai sekolah. Aku sama sekali tak berani menyapanya langsung. Ia selalu dikerumuni banyak orang, bak selebritis saja.

    Bila dibandingkan denganku, kontrasnya mirip bumi dan langit. Aku relatif tak dikenal, dan orang kerapkali melupakanku lantaran penampilanku yang sungguh monoton. Nilai akademis dan performaku dalam pelajaran olahraga biasa-biasa saja. Mungkin terlalu biasa.

    Aku sebenarnya tak punya banyak hal untuk diceritakan. Aku tidak suka mengumbar hal-hal tentang diriku dan aku lebih senang menyendiri. Saat dulu pun aku tak pernah dijangkiti mimpi aneh yang membuatku tak sadarkan diri selama berjam-jam, setidaknya sebelum aku bertemu dengan gadis itu.

    Saat gadis itu bergabung di kelasku dia awal tahun ajaran sebagai murid pindahan, ia serasa mengubah atmosfir kelas dalam sekejap. Awalnya ia tak melakukan hal yang spesial. Perkenalan yang biasa. Namanya Sanae, ia pindahan dari perfektur pedesaan yang letaknya cukup jauh dari kota ini. Ia bilang ayahnya pindah kerja ke kantor cabang utama.

    Sebenarnya Sanae bisa tinggal dengan kakek dan neneknya, dan lanjut sekolah di pedesaan, namun karena ia ingin mendapat pengalaman baru, ia ikut ayah dan ibunya ke kota. Setidaknya begitu yang ia katakan. Untuk seorang gadis desa, tutur bicaranya sungguh lancar, dan pembawaannya yang sungguh tenang, tanpa mengenal rasa gugup, membuat diriku merinding kagum.

    Siapa sebenarnya Sanae? Ia tidak terlihat seperit gadis cantik yang biasa kutemui. Ada sesuatu yang membuatnya bersinar terang, di atas segalanya. Hal itu membuatku menatapnya dalam-dalam. Karena aku tahu, tak ada seorangpun yang akan memperhatikanku—tak ada yang pernah benar-benar memperhatikanku.
    Dari situlah, aku melihat matanya yang sayu terangkat—mata yang biasa terlihat terpejam namun kau masih merasa bahwa ia melihatmu.

    .....aku melihat sebuah mata merah yang berlumuran darah di balik kelopak mata Sanae. Entah itu imajinasiku saja, ataukah hal itu benar nyata, aku tak begitu paham. Namun, kuingat itulah kali pertama aku tak sadarkan diri secara tiba-tiba.

    Seperti sebuah mimpi yang terasa begitu nyata. Aku terbangun pada sebuah ruangan serba gelap. Terdapat sebuah jalur berwarna merah darah, mengarah pada suatu pintu yang terlihat serba reyot. Aku berjalan menuju pintu tersebut, dan di baliknya terdapat suatu mata merah raksasa yang menatapku dalam-dalam.

    Rasa takut tersebut menyentakku kembali pada alam nyata. Pandanganku menyapu seisi ruangan kelas—perkenalan sepertinya telah usai, dan Sanae duduk di bangku paling depan, bagian tengah--cukup jauh dari tempat dudukku: pojok paling belakang, dekat jendela. Kulihat sekilas matanya, ia tidak terlihat sayu, matanya terbuka lebar—suatu mata hitam yang berkilau indah.

    Aku membatin kembali: mungkin itu hanya imajinasiku saja. Namun, melihat seseorang dengan mata merah berlumur darah bukanlah sesuatu yang terjadi karena sekedar salah lihat. Omong-omong, saat aku tak sadarkan diri, apakah yang tengah terjadi hingga Sanae mendapatkan tempat duduk itu?

    Kata teman sekelasku, tempat duduk yang Sanae pilih memang sudah kosong sejak dulu. Apakah benar demikian? Aku tidak ingat jelas siapa yang duduk di sana dan di sini. Yang biasa kuperhatikan hanyalah pemandangan luar jendela, menunggu sampai bel istirahat dan pulang berbunyi nyaring seraya setengah memperhatikan pelajaran sambil mencatat hal-hal yang biasanya kulupakan saat sampai di rumah.

    Hari pertama bertemu Sanae, pikiranku digeluti berbagai perasaan misterius. Apakah sebenarnya misteri di balik mata merah yang kulihat tadi? Pada malam hari, aku merasa lebih letih dibanding biasanya. Saat aku jatuh terlelap, hal yang kuingat hanyalah sepatah kalimat:

    "Kau tak seharusnya mengetahui hal ini."
     
    • Like Like x 4
  9. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,819
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    Chapter 03
    When it all Began

    Aku…

    Aku tak pernah benar-benar tahu mengpa kalimat itu muncul dalam pikiranku. Yang kutahu adalah, bahwa kalimat itu muncul semenjak Sanae datang ke kelasku ini.

    Ah, tentu. Hari pertama bertemu dengannya, aku masih bisa mengingatnya.

    ***​

    “Namaku Sanae Suzuki! Mulai hari ini mohon bantuannya!”

    Gadis berambut panjang itu terlihat amat bersemangat saat mengenalkan dirinya didepan kelas. DItambah dengan parasnya yang menawan, tentu saja ia menjadi pusat perhatian banyak orang. Yap. Termasuk murid-murid seisi kelasku yang rata-rata berotak bejat. Bahkan Matsui-san, teman yang duduk disebelahku, terang-terangan berencana untuk menculiknya.

    Awalnya semua berlalu biasa saja. Sanae dengan kepopulerannya, dan aku dengan kehidupanku yang membosankan. Namun semua berubah ketika Negara api menyerang. Ah, maaf. Maksudku, semua berubah ketika Matsui-san memotret Sanae berkali-kali, dan diskors karenanya. Kebetulan, para guru menganggap bahwa tindakan Matsui-san dapat menyebabkan kerusuhan massal, sehingga ia mendapat hukuman skors. Tujuh hari. Aku sempat berpikiran bahwa seharusnya Matsui mendapat hukuman yang lebih panjang lagi.

    Bukan tanpa alasan, sih. Kala Matsui-san diskors, ia menelponku dan memintaku untuk memotret Sanae.

    “Hoi, Reki-kun-“

    “Tidak tertarik. Maaf.”

    “Jangkrik! Aku belum bilang apa-apa juga!”

    “Meh, kau ingin aku memotret Sanae-san untukmu, kan?”

    Matsui-san terdiam dengan jawabanku. Tentu, lagipula itu merupakan jawaban jitu.

    “Sudah ya.”

    “Tu, tunggu dulu! Ampun!” Jawabnya kemudian. “Kita kan friends. Ya kan? Ya kan?”

    “Seribu yen per lembar, dan kita sepakat.”

    Haha, betul. Ini ladang bisnis. Aku tahu Matsui-san orang berada, dan seribu yen bukanlah masalah baginya. Setealah bernegosiasi, pada akhirnya disepakati bahwa Matsui-san akan membayarku 800 yen per lembar foto, dan aku setuju dengan syarat pembelian minimal 10 lembar foto per hari. Matsui-san setuju saja.

    Dan semenjak itu aku selalu menaruh kamera pada vas bunga diatas meja guru. Aku menaruh kamera pada mode perekam, dan karena Sanae berada tepat pada sudut yang pas, aku tinggal membuka video yang ada pada program pemutar video di komputerku, dan memilah bagian-bagian mana yang cocok untuk dicetak menjadi lembaran foto.

    Awalnya semua berjalan lancar. Namun pada hari keempat, muncul sesuatu yang aneh.

    Dalam video di hari keempat, tampak Sanae yang sedang berganti pakaian menjadi pakaian olahraga bersama murid-murid gadis lain. Jujur, kala itu aku butuh sabun mandi dan tissue. Melihat-lihat seluk tubuh para gadis membuatku amat senang, tentu.

    “baiklah. Kirisame, 34B. Ayano, 30C, Sanae, hmm…”

    34C. Cukup besar juga. Dan, apa itu?

    Pada punggung Sanae, bisa kulihat sesuatu yang cukup aneh. Tampak seperti, sebuah kanji, atau sebuah lambang marga. Family insignia. Yah, kurang lebih begitulah.

    Saat sedang asyik-asyiknya memikirkan harga khusus untuk gambar Sanae yang tanpa busana, gambar pada video ini tiba-tiba berubah buram. Aku tak tahu mengapa hal itu terjadi, namun untuk beberapa saat, gambar pada video itu tetap terlihat buram.

    Kemudian, muncul subtitle gaib pada video tersebut.

    “Apa kau melihatnya?”

    Huh?

    “Apa kau melihatnya?”

    Apa? Apa maksudnya?

    “KAU MELIHATNYA? BUKAN???”

    Eeh?

    Seketika aku mematikan video tersebut. Sial, apa yang terjadi?

    Di hari keempat itu aku dibuat penasaran oleh kejadian aneh yang ada, hingga aku memutuskan untuk langsung tidur diatas kasur.

    Dan saat itulah, halusinasi ini muncul.

    Awalnya terasa bagaikan mimpi, yang mana aku melihat sepasang kupu-kupu hitam terbang tinggi. Mengikuti kemana kupu-kupu itu terbang, akupun tiba pada sebuah rumah tua. Perasaanku mengatakan agar tidak memasuki rumah tersebut.

    Tetapi…

    “Suka atau tidak, kau harus pindah dari desa ini.”

    Eh?

    Sanae?

    Kebingungan, aku mencoba mengintip apa yang terjadi dari jendela.

    Ah,

    Seorang gadis kecil yang tampak seperti Sanae tampak berdiri terdiam. Didepannya berdiri seorang lelaki dan seorang wanita tua yang mengenakan kimono.

    Keduanya terus berujar tanpa henti.

    “Kau harus segera pergi dari desa ini. Ada dua orang yang akan menjagamu. Disana, hiduplah sebagai seseorang yang baru. Kau harus mengganti namamu dan menjadi anak dari dua orang penjagamu.”

    “Aku, aku tidak-“

    “Kau harus melakukannya!”

    Sang lelaki tua membentaknya, membuat gadis itu terkejut. Tak peduli seberapa kuatnya sang gadis menolak, kedua orang tua itu bersikeras agar gadis kecil itu pergi dari desa.

    “Kau harus tetap hidup, dan mengakhiri kutukan ini! Jika berada di desa ini, nasibmu akan sama seperti kami!”

    ………

    Kutukan?

    Aku tidak mengerti apa yang terjadi, namun saat kembali terbangun, aku berada di dalam bus kota yang biasa kunaiki untuk menuju ke sekolah.

    “Uwa-“

    Aku berteriak, terekejut. Refleks aku melihat jam tangan yang biasa kupakai. Enam dua puluh.

    Aku…

    Aku tidak terlambat. Aneh.

    Dan juga, kenyataan bahwa aku memakai jam tangan dan mengenakan seragam sekolah membuat semuanya lebih aneh lagi. Mengecek isi tas yang entah bagaimana kupakai, aku dibuat takjub bukan main. Semuanya sesuai dengan pelajaran di hari itu. Bahkan pekerjaaan rumahku pun sudah selesai semuanya.

    Tetapi apa yang terjadi selama delapan jam lebih waktu tidurku, aku tak mengetahuinya sama sekali.

    Tak peduli seberapa kuat aku mengingat.

    Semenjak hari itu, hobiku menaruh kamera pada vas bunga di depan meja guru muncul dan tak bisa hilang, bahkan setelah Matsui-san kembali masuk ke sekolah.

    Dan dari hari ke hari, semuanya menjadi semakin aneh. Aku yang berhalusinasi dan kehilangan ingatan, dan suara yang mengatakan bahwa aku seharusnya tak mengetahuinya.

    Tetapi, apa?

    Apa yang seharusnya tak kuketahui?

    809 kata :keringat:

    Malah jadi horror :swt: lanjut deh :nikmat:
     
    • Like Like x 3
    • Setuju Setuju x 1
  10. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Kurusak smuanya huahahahahahhaa
    Chapter 4
    Awal itu akhir dari awal yang baru

    Aku menatap diriku yang terefleksi di depan. Beberapa hari terakhir aku seperti hidup dalam hipnotis, pengaruh orang lain. Kenapa aku sadar? Aku yakin kalau aku tidak suka pakai rok, dan saat ini cerminan diriku adalah seorng lelaki memakai rok mini nan seksi yang menampilkan kejantanan kakiku yang penuh bulu.

    Aku berpikir keras....inikah aku? Rasanya ada yg berubah....

    ***

    Keesokan harinya, bertia mengejutkan tersiar di pengumuman sekolah. Matsui tewas kecelakaan saat dalamperjalanan menuju sekolah. Mobil yg dia tumpangin menabrak truk tinja. Efeknya secara cepat matsui serta supirnya mati karena mencium bau busuk yang terlalu menyengat, serta kelebihan konsumsi kotoran.

    Sekolah berjalan seperti biasa, teman-teman tampak acuh dengan berita kematian matsui. Aku merasa kelas ini berubah, tapi sejak kapan? Kutatap Sanae yang sedang asjk mencatat pelajaran.

    Ah tatapan kamj bertemu, ia tersenyum malu.

    "Dia tersenyum padaku," Sahut Honda yang duduk tepat di belakangku.
    "Tidak, dia tersenyum untukku," kata Toki tidak mau kalah.

    Aku tersenyum sendiri. Dasar mereka ngesok, Sanae itu kantersenyum padaku. Aku miliknya...
    Tunggu apa yang aku pikirkan? Aku? Miliknya? Arghh kepalaku serasa mau pecah.

    ***
    Jam istirahat aku menyendiri di toilet lantai 4 sekolah. Berusaha menyegarkan pikiranku. Aku merasa kacau, seperti tulisan ini... Apa hang terjadi? Setelah mencuci muka, aku keluar dan mendapayi Sanae sedang berdiri menatap keluar jendela.

    Kenapa dia di sini? Kakiku melangkah sendr menuju dia secara insting.
    "Hai Sanae!"
    Sanae tersenyum malu, aku jadi kikuk. Tidak ada bahan bicara... Kuperhatikan Sanae begitu cantik,seksi,bahenol.
    "Er... Sungguh tragis ya nasib Matsui," kataku memulai pembicaraan
    "Dia berontak"
    Mendadak aku langsung merasa pusing, kepalaku seperti terhantam payudara seberat semangka.

    ***

    "Selamat datang!" Sambut dua orang gadis kecil

    Kepalaku masih berat. Aku berusaha mendapati kesadaranku...dimana aku? Siapa kedua gadis kecil yang memakai naked apron di depanku?

    "Mulai hari ini kamu adalah kepala keluarga suzuki."
    "Hah?!"
    "Silakan bermesraan dengan kakak kami untuk meresmikan statusmu"
    "Hahhh?!"

    Apa yang terjadi? Aku dimana? Kepala keluarga? Suzuki? Kenapa aku memakai rok? Dan sosok itu? Sanae? Kenapa dia tampak maskulin?
     
    • Like Like x 3
    Last edited: Sep 18, 2015
  11. Shirayuki M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Apr 10, 2010
    Messages:
    4,797
    Trophy Points:
    237
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +23,025 / -8
    Chapter 5
    Email


    DUGH!

    “Urgh…!” Aku mengerang kesakitan.

    Aku membuka mataku dan mendapati diriku ada di lantai kayu yang dingin. Mataku menatap ke sekeliling ruangan sambil berusaha menyadari apa yang telah terjadi. Kudapati di sebelahku laci pakaian yang menyatu dengan tempat tidurku, tempat aku menyimpan seluruh pakaian dalamku. Tampaknya aku terjatuh dari tempat tidurku. Sepertinya aku telah mengalami mimpi yang sangat buruk sampai-sampai aku bisa terjatuh dari tempat tidurku. Kucoba mengingat kembali apa yang sedang kuimpikan tadi, namun tanpa hasil. Ah sudahlah, bukankah lebih kalau aku tak dapat mengingatnya, begitu pikirku.

    Aku menunggu kesadaranku pulih sebelum mencoba berdiri. Kusingkirkan selimut hangat yang ikut terjatuh bersamaku. Aku melangkah menuju jendela kamar yang letaknya berseberangan dengan tempat tidurku. Kusibakkan tirai yang menutupi jendela, lalu kubuka kaca jendelaku. Whuush…! Semilir angin menari-nari di tubuhku. Cahaya temaram menerangi wajahku. Suasana di luar begitu sepi. Tidak ada orang, binatang, bahkan tidak kulihat satu pun serangga yang suka berterbangan di sekitar lampu jalan. Hanya cahaya rembulan dan bintang yang menghiasi langit malam ini seakan tidak rela melihat bumi diselimuti kegelapan.

    Kututup kembali jendela kamarku. Tak lupa kututup tirai yang berfungsi menjaga privasiku. Aku melangkah gontai menuju tempat tidurku. Namun, perhatianku teralihkan pada LED notifikasi pada telepon genggamku yang terus berkedap-kedip. Sepertinya ada email masuk, kataku dalam hati. Aku berjalan menuju meja belajar yang berada di pojok kamar untuk mengambil telepon genggamku yang kuletakkan di sana.

    Sepertinya benar ada email masuk. Kulihat nama pengirimnya. Sanae.

    Aku segera membuka email tersebut karena penasaran dengan isinya. Ada apa gerangan sehingga tiba-tiba Sanae mengirimkan email kepadaku, aku bertanya-tanya dalam hati.

    “Besok jadi, ‘kan? Ketemu jam 10 di taman kota, ya! Awas kalo kamu sampai terlambat, Houtarou!” Email yang cukup singkat, namun membuatku bingung. Seingatku besok masih hari Jumat, kenapa Sanae malah mengajakku bertemu di jam sekolah? Aku membaca kembali email tersebut, berharap aku salah baca. Namun, tidak. Tidak ada yang salah dengan cara bacaku tadi.

    “Balas nggak, ya? Tapi ini masih malam. Aku nggak mau mengganggu jam tidurnya. Hm, jam berapa sih sekarang?” Aku menekan tombol Home di telepon genggamku untuk melihat jam berapa sekarang. 02.11 AM. Itulah yang tertera di layar Home di telepon genggamku. Namun, mataku tiba-tiba melihat sesuatu yang ganjil. Sesuatu yang seharusnya belum saatnya tertulis di sana. Sesuatu yang membuatku tiba-tiba berkeringat dingin.

    Saturday.

    Sebelum tulisan 02.11 AM yang berfungsi sebagai penunjuk waktu, tertulis Saturday yang merupakan penunjuk hari.

    Tidak mungkin!

    Aku merasa yakin kalo kemarin adalah hari Kamis, sehingga hari selanjutnya sudah pasti adalah hari Jumat. Aku juga ingat aku dilempar penghapus papan tulis oleh Pak Satoshi, yang terkenal sebagai guru killer, saat sedang jam pelajaran Fisika. Tidak salah lagi, tidak ada pelajaran Fisika di hari Jumat.

    Jangan-jangan aku tertidur selama dua hari?

    Tidak, tidak mungkin. Mana mungkin ibuku membiarkan aku bolos sekolah hanya karena aku sulit dibangunkan? Ibu tidak akan sungkan mengguyurku dengan air es kalau aku benar-benar sulit bangun.

    Tunggu! Sejak kapan aku memiliki nomor Sanae di telepon genggamku? Aku, Houtarou Reki, belum pernah meminta nomor Sanae Suzuki!

    Lagi pula email itu seperti menyiratkan bahwa Sanae dan aku sudah membuat janji sebelumnya untuk bertemu hari ini.

    Lost memories.

    Sudah berapa kali aku mengalaminya? Ingatanku yang hilang semakin lama semakin panjang. Awalnya hanya beberapa menit, lalu beberapa jam, bahkan sekarang satu hari penuh. Bukan tidak mungkin gejalanya akan semakin parah. Aku bergidik membayangkan kalau aku bisa kehilangan ingatanku selama setahun.

    Ingataku melayang pada kejadian saat pertama kalinya aku kehilangan ingatanku dalam waktu yang cukup panjang. Kira-kira aku melupakan delapan jam dalam hidupku. Waktu itu aku ke sekolah dengan membawa PR Fisika yang sudah selesai dikerjakan. Matsui kaget begitu mengetahui aku telah menyelesaikan PR-ku, bahkan dengan jawaban yang benar semua. Padahal selama ini aku dikenal lemah dalam pelajaran Fisika. Apalagi aku merupakan tipe siswa yang lebih suka mencontek jawaban PR dari teman sekelas. Chintya Pratiwi, siswi pertukaran pelajar dari suatu negara kepulauan nun jauh di sana, sering menjadi tempatku berlabuh karena dia merupakan siswi paling pintar di kelas ini. Dia juga merupakan salah satu teman terdekatku selain Matsui di kelas ini.

    Chintya juga terheran-heran karena tidak biasanya aku mengerjakan PR di rumah. Aku sendiri juga bingung karena aku sendiri yakin bukan aku yang mengerjakannya. Namun aku berusaha menutupi fakta tersebut dan mengatakan kepada Matsui kalo aku mengerjakannya semalaman. Matsui yang merasa kehilangan teman sesama pencontek langsung lari ke luar kelas dengan berlinangan air mata.

    Aku kembali dari lamunanku.

    Apa yang sebenarnya terjadi pada diriku? Apakah aku memiliki kepribadian lain di dalam diriku? Kenapa baru muncul sekarang? Apa penyebabnya? Mengingat ‘aku’ melakukan hal-hal yang baik saat tidak sadar apakah ini berarti memiliki kepribadian lain bukan sesuatu yang buruk? Namun, apa jaminannya bahwa ‘aku’ nanti tidak akan merusak kehidupanku? Berbagai pertanyaan muncul dalam benakku.

    Tiba-tiba aku teringat kalimat misterius yang selau terngiang-ngiang di kepalaku.

    “Kau tak seharusnya mengetahui hal ini.”
     
    • Like Like x 4
    • Setuju Setuju x 1
    Last edited: Sep 18, 2015
  12. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Di Atap Sekolah

    Sedari tadi, aku terdiam saja di kelas. Tak ada satupun pelajaran yang masuk ke telingaku. Terus saja ku terpikir olehku kejadian aneh yang terjadi baru baru ini. Aku menerima pesan email. Sejujurnya aku diharuakan beristirahat dirumah saja, keluargaku pun juga meminta ku. Tapi ku tak ingin kejadian ini terus berlarut dalam pikiranku.

    Bel pun berbunyi. Suara keras memekakan telinga menandakan pelajaran mulai berakhir. Kelas pun mulai beranjak sepi. Aku harus pulang, tapi aku tak ingin. Aku seperti tak mengerti diriku sendiri.

    Akupun mulai beranjak berjalan menaiki tangga sekolah. Atap sekolah terkadang menjadi tempat yang ku tuju bila ku ingin menyendiri. Pelan ku mulai membuka pintu, cahaya di sini tampak begitu terang, perlahan ku berjalan ke tengah-tengahnya.

    Hangatnya senja tak mampu merubah suasana hati. Aku terbaring begitu saja di lantai yang dingin tak perduli itu bisa mengotori pakaianku. Aku hanya ingin ketenangan hati. Ku merasakan hembusan angin menerpa wajahku dan memejamkan mataku perlahan.

    “Hai, Houtaro Reki!”

    Terdengar suara yang ku kenali. Aku membuka mataku, lalu sekejap saja ku menoleh ke arah suara itu. Sanae terlihat tengah berdiri. Rambutnya yang panjang tampak begitu indahnya tergerai oleh angin. Namun wajahnya sedikit merenung melihatku.

    "Reki, kenapa kau kemarin tak datang?"

    “Sanae, kau di sini!” ucapku dengan agak sedikit terkejut.

    “Di sini berangin, kau bisa sakit bila kau terus berada di sini.” ujar Sanae lagi.

    Aku yang menyadari dirinya langsung saja aku duduk. Rasanya aku sedikit terkejut akan ada gadis yang menemuiku di tempat ini.

    “Jadi bagaimana kau tahu aku berada di sini? Apa kau mencariku?”

    “Beberapa orang melihatmu berjalan ke sini makanya akupun mengikutimu.”

    “Jadi, kenapa kau tak langsung pulang.”

    “Tidak ada, aku hanya sedang ingin menyendiri di sini.” ucapku datar.

    “Apakah ini semua tentang Matsui”

    Aku terdiam tak berbicara sedikitpun.

    Perlahan saja gadis itu mendekat padaku. Ia pun terduduk di sampingku. Setelah itu, mata itu tampak melihat ke arah yang jauh.

    “Terkadang menceritakan yang menggangu dirimu akan meringankan beban hatimu. Katakanlah segala yang kau rasa, siapa tahu aku bisa membantu.”

    Ucapan Sanae membuatku tertegun. Aku terdiam sesaat menyadari melihat gadis itu kini menatapku.

    “Ia ini tentang Matsui serta beberapa kejadian aneh yang kini ku alami. Memang dia bukanlah teman baikku, tapi entah mengapa rasanya ia terus saja ku ingat. Mungkin ia memang temanku. Ia adalah sosok yang sering datang menghiburku. Kini aku tak menyangka ia mengalami nasib tragis seperti ini.” ucapku

    “Jadi itu yang menggangu pikiranmu?” jawab Sanae pelan.

    “Begitulah, tapi ku rasa ada sebuah sihir atau sesuatu yang membuat ia mengalami nasib seperti itu.”

    Seketika suasana menjadi hening. Aku pun mulai memperhatikan sosok gadis itu, ia terdiam begitu saja sambil memegang dagunya. Keningnya berkerut hebat, ia seakan sedang mencerna setiap kata dalam kalimatku.

    “Kau benar Reki, itu mungkin bukan kecelakaan melainkan di sengaja.”

    “Tu-tunggu dulu! Aku mengatakan hal itu bukan berarti kau langsung mempercayai ucapanku.”

    “Tidak Riku, aku mengatakan menurut pemikiranku.” ucapnya menyela

    “Hah, memangnya bagaimana kau bisa berfikir begitu?”

    “Pernahkah kau melihat truk itu melaju begitu kencang seperti itu. Bila bus atau kendaraan umum mungkin saja terjadi karena karena mereka sering ugal-ugalan. Tapi tidaklah normal bila melihat waktu kejadian dan penyebab kematiannya. Menurutku kemungkinan hal itu terjadi sangatlah kecil, Riku. ”

    Mendengar diksinya membuatku sedikit terdiam. Siapa mengira ia bisa berkata dan berfikir sejauh itu. Bila difikir itu sedikit masuk akal.

    “Tapi, apakah hanya segitu saja sudah cukup?” tanyaku heran

    “Dulu desa ini di kuasai oleh penyihir. Para penduduk pun sering mendapat siksaan. Mereka tak bisa melawan. Hingga akhirnya datanglah kedua pendeta ke desa. Sang penyihir itu pun berhasil dikalahkan dan para pendeta pun memenjarakannya di suatu tempat. Namun sayang kekuatan sihirnya masih begitu besar, dan siapapun siapapun yang terakhir melihat tanda sihir itu, maka ia akan mengalami nasib yang buruk.”

    Aku mengernyit

    “jadi karena hal itulah, Matsui mengalami nasib seperti ini.”

    “Ya, dan karena hal itu juga aku dipindahkan ke sekolah ini untuk menyelidiki kejadian ini. Jadi kurasa kejadian ini ada hubungannya dengan kejadian yang kemarin.”

    Aku terdiam, mencoba mencerna setiap kalimat yang diucapkan Sanae. Kini aku merasa semakin gugup. Keringat dingin mulai bercucuran membasahi tubuhku. Semua ini sedikit tak masuk dalam nalarku. Namun bila ucapan Sanae benar, maka akan ada kejadian buruk yang sebentar lagi akan terjadi.
     
    • Like Like x 3
    Last edited: Sep 19, 2015
  13. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Aku cukup penasaran dengan apa yang dikatakan Sanae. Awalnya kukira itu hanya cerita karangan Sanae belaka tapi pemikiranku berubah setelah aku menemukan buku ini, Detik-Detik Perang Akhir karya Norif.

    Dalam buku tersebut diceritakan bahwa desa ini akan jadi penentu dunia dalam pergulatan antara kekuatan baik dan buruk. Dalam buku ini dijabarkan tentang kisah para penyihir yang mengabdi pada Zomtordoz, raja kegelapan. Zomtordoz menguasai banyak daerah di Jepang dan setelah ia menaklukan Jepang, ia bersama pasukannya menyerang Tiongkok, Korea, Asia Tenggara, dan Amerika untuk menegakkan kekaisaran hitam di dunia modern.

    Di tangannya ada sebuah cincin yang bertuliskan “Satu kekuatan untuk mengontrol semua.” Cincin tersebut yang membuatnya kuat dan bisa mengendalikan para penyihir, Youkai, dan pasukan patung.

    Zomtordoz memang kuat dan tak terkalahkan tapi begitu aliansi suci terbentuk semuanya berubah. Bersama orang-orang yang punya ilmu metafisika, ribuan prajurit yang dipimpin generasi keajaiban, Zheng Huan, Abdul Aziz, Joko Wiranto, Richard White, dan Hijikata Toshi, Zomtordoz dan para pengikutnya dapat dihancurkan di kaki gunung Fuji setelah cincin yang ada di jari telunjuk Zomtordoz terlepas berkat hempasan katana Hijikata. Zomtordoz hancur menjadi debu, seluruh prajuritnya kocar-kacir dan semuanya tewas dihabisi prajurit aliansi suci. Cincin Zomtordoz menjadi barang berharga bagi klan Hijikata sampai semua anggota klannya tewas dibunuh kelompok rahasia beberapa dekade lalu. Cincin tersebut tak diketahui keberadaannya.

    Setelah Zomtordoz dan pasukannya hancur. Semua wilayah jajahannya dibebaskan oleh seluruh prajurit aliansi suci. Para penyihir yang menjajah desa ini dihancurkan dua pendeta yang bernama St. Franz dan St.Ferari.

    Dunia menjadi aman dan tentram seperti sekarang, tapi menurut buku ini akan datang zaman di mana Zomtordoz bangkit dan menguasai dunia ini dalam bayangan hitamnya. Hal tersebut akan terjadi jika cincinnya bisa ditemukan oleh para pengikut Zomtordoz. Para pengikut Zomtordoz akan mulai beraksi dengan membunuh orang-orang dalam segara cara untuk menjadi tumbal untuk menghidupkan Zatorius, komandan perang Zomtordoz. Dengan hidupnya Zatorius, satu kunci untuk menghidupan Zomtorodoz akan terselesaikan.

    “Menakutkan,” gumamku sehabis membacanya. Aku berusaha untuk menanggap cerita ini hanya fiksi tapi setelah menimbang-nimbang dan membandingkan dengan kematiannya Matsui, aku mulai mempercayainya. Cerita ini sepertinya bagian lengkap dari apa yang diceritakan Sanae kepadaku.

    “Tapi cincin seperti apa yang dimaksud buku ini?” bingung aku.

    Aku ingat dengan cincin yang dikenakan Chintya Pratiwi. Cincin tersebut tak seperti cincin biasanya. Di tengah-tengah cincin tersebut ada batu yang mirip permata dan batu tersebut berwarna kemerahan seperti permata tapi bukan! Menurut Chintya, cincin tersebut adalah cincin akik yang sedang populer di negerinya. Katanya dengan menggenakan cincin akik Chintya, akan awet muda dan bisa mengerti perasaan orang lain.

    “Ini cincin sangat berharga bagiku karena diberikan oleh kakekku,” tutupnya setelah menceritakan apa itu batu akik padaku.

    “Sepertinya nanti aku harus membawa buku ini,”pikir aku lalu aku mulai mencoba tidur di tengah malam ini.

    “Perang akhir zaman, seperti di film LOTR saja,” gumamku lalu tertidur lelap.
     
    • Like Like x 3
  14. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    Chapter 8
    The Thing that I Shouldn't Know


    "Re-reki-kun? Apa kau serius dengan kata-katamu?" kedua tangan gadis itu mendekap gemetar di depan dadanya. Sanae-chan sudah terpojok di dinding kelas, dia menatapku dengan sepasang matanya yang menunjukkan ketakutan.

    "Ya." Aku maju hingga tepat berada di hadapan Sanae-chan. "Buka bajumu dan perlihatkan padaku."

    Sekolah di sore hari sudah sepi. Hari ini aku sengaja memintanya menemaniku melaksanakan tugas piket, supaya kami bisa tinggal berdua di kelas. Untungnya dia mau.

    'Kesempatan tidak datang dua kali', itu yang sering kudengar. Jadi kuambil kesempatan ini untuk mengungkap misteri dari kejadian belakangan ini. Kematian Matsui, ilusi-ilusi yang sering kualami, hilangnya ingatanku beberapa hari lalu. Apa benar semua itu karena sihir? Apa benar ada simbol terkutuk? Dan apa Sanae-chan adalah utusan untuk membasmi penyihir?

    Aku tak mau ambil pusing semua itu benar atau salah. Tapi dari segalanya, yang kutahu hanya satu. Segala kejadian aneh yang itu berawal dari simbol aneh yang kulihat di punggung Sanae-chan.

    "Jadi? Kau benar-benar pernah melihatnya?" Ada sesuatu yang berbeda dari suara Sanae-chan. Sesuatu yang membuatku berpikir untuk segera menjauh darinya.

    Aku mundur selangkah. Berharap bisa segera membalikkan badan dan berlari, tapi entah kenapa tubuhku tidak mampu bergerak lagi. Seakan ruangan kelas dipenuhi gelombang kengerian, seluruh kulitku terasa dibelai sesuatu yang dingin dan tak kasat mata.

    Segaris senyum mulai mengembang dari wajah cantik Sanae-chan. Tidak! wajah itu sudah tidak cantik lagi. Lebih tepat disebut menakutkan. Pupil mata hitamnya seakan bertambah besar, membuat semua bola matanya menjadi hitam penuh.

    "Cerita bualan tentang penyihir dan simbol terkutuk di atap sekolah, ternyata bisa memancingmu mengaku."

    Gadis itu mengulurkan tangannya, menyentuh wajahku dengan ujung jarinya yang sedingin es. "Sayang sekali, padahal aku suka pria-pria nakal sepertimu dan Matsui."

    Oh tidak! Apa yang akan dia lakukan? Seseorang tolong aku!

    "Si-siapa kau? Apa maumu?"

    Kali ini dia mendekatkan wajahnya yang pucat dan mengerikan, tepat di depan mataku. "Bukannya sudah pernah kukatakan padamu? Kau tak seharusnya mengetahui hal ini."
     
    • Like Like x 3
    • For The Win For The Win x 1
  15. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Beyond imagination
    Sosok tidak berwujud muncul di balik Sanae. Bayangan tanpa wujud dengan warna hitam pekat perlahan mengelilingi kakiku. Aku ingin lari, tapi tidak bisa. Kakiku mati rasa, perlahan bayangan hitam itu menyelimuti diriku.

    "Tidak!" Erangku tanpa suara.

    Cahaya menyilaukan membutakan mataku bersamaan dengan dengan itu terdengar suara seperti ledakan yang aneh. Tidak seperti suara bom, tetapi seperti ledakan melengking yang membuat telingaku kesakitan.

    ***

    Aku tersadar melihat sekelilingku. Aku berada di dalam sebuah ruangan berwarna biru langit. Saat aku masih berusaha menjernihkan pikiranku, dinding di hadapanku terbuka, itu sebuah pintu.

    " wuahh, siapa kamu?!" Teriaku spontan, aku melihat sesosok mahluk yang tidak kukenal. Ia berdiri dengan 2 kaki, dengan mata bulat besar seperti trademark alien masalalu. Disamping itu aku bisa melihat tonjolan 3 buah di bagian dadanya. Hmm 3 buah dada tidak jelek menurutku.tangannya kecil tapi lebih panjang dari tangan manusia umumnya, dan bisa memanjang. Tangan itu menyentuh mukaku. Ia berkata-kata dalam bahasa yang tidak kukenal.Jadi aku hanya diam membis, apakah aku bermimpi lagi?

    "Kamu tidak bermimpi," Jawab sosok kedua yang masuk. Dia Sanae, mungkin Sanae.selain wajahnya, tubuhnya berlapis emas dengan sayap kecil terlihat jelas di belakangnya.
    "Maafkan kami, tapi kamu dibutuhkan untuk kelanjutan alam semesta ini. Tadinya kami ingin perlahan-lahan memperkenalkan diri kami, tapi kamu semakin mencurigaiku."
    "Eh?Apa maksudmu?"

    Sosok alien itu berbicara dengan Sanae.

    "Ah aku lula mengaktifkan bahasa universal di otakmu. Sebentar'"Kata Sanae kemudian menjulurkan tangannya dengan sebuah benda mirip pensil ultraman, kemudian menyengat di kepalaku.

    "Ergh."

    "Selamat datang yang terpilih," kata alien sebelah Sanae. Aku bisa mengerti apa yang dia ucapkan, aebenarnya apa yang terjadi.
    "Aku tau kamu pasti kebingungan. Kujlaskan singkat,kami adlaah anggota dari Galaxy Force Freedom Federation. Sebuah organisasi yang menjaga kebebasan galaxy. Ya benar maksudku galaxy luar angkasa. Saat ini kami sedang bertempur dengan imperial cronsance alliance. Singkat kata mereka itu penjajah, dan kami pasukan pelindung."
    "Terus apa hubungannya denganku?"
    "Sabar, 15 tahun lalu k mengambil langkah krusial dengan membuka salah satu segel pahlawan galaxy kuno, sebuahenergi murni yang kami butuhkan. Energi itu butuh wadah dan awalnya kamisudah menyediakan kandidat yang cocok, tapi serangan dari imperial membuat energi itu terpaksa kami ungsikan.Entah sial atau beruntung sistem navigasi yang telah dirusak berhasil mengantarkan energi itu ke bumi."
    "Jadi maksudmu... Aku?"
    "Tidak, bukan kamu tapi bakal anakmu yang akan menjadi reinkarnai energi itu."
    "Ehhhh"
     
    • Like Like x 3
    • Thanks Thanks x 1
  16. Ciero M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 29, 2010
    Messages:
    853
    Trophy Points:
    112
    Ratings:
    +1,551 / -0
    Chapter 9
    Video


    Mentari pagi yg menyeruak masuk lewat celah-celah kecil di jendela membuat ku terbangun. Ruangan aneh, Sanae jadi alien. 'Untung saja semua itu hanya mimpi' aku menghela nafas panjang. Ku singkap jatuh selimut yg setengah menutupi tubuh ku. Ku lirik jam bundar di dinding yg menunjukan angka 9.

    'nampaknya aku melewatkan pelajaran pertama' pikir ku sembari mengenakan seragam. "darling, apa kau sudah bangun?" Tunggu..suara ini. Suara Sanae dalam wujud alien yg aku dengar dalam mimpi. Aku bergidik ngeri. Kemudian aku mendengar suara langkah kaki yg perlahan mendekat, hingga suaranya berhenti didepan pintu kamar ku. Aku tidak bisa bergerak, aku hanya bisa berdiri terpaku didepan lemari pakaian dan menunggu dengan cemas.

    "kamu sudah bangun? Aku sudah menyiapkan sarapan di meja, ayo kita makan bersama-sama" Sosok yg berada di ambang pintu itu. Aku memperhatikan jepit rambut yg tersemat, atau lebih tepatnya tertempel di kepalanya yg bulat, itu milik Sanae. Sanae dalam wujud alien, sama seperti yg ada dalam mimpi ku.

    "pah, ayo kita makan bareng" disampingnya muncul sebuah makhluk setinggi 30cm yg memiliki 6 tentakel dan kepala yg bundar. Sosoknya sama persis dengan Sanae berwujud alien. Mereka melipat tentakel2 mereka sebelum masuk kedalam kamar ku secara bersamaan. "pergi...." Aku mundur selangkah. Keringat dingin berjatuhan satu persatu dari kening ku. "darling?" "pah?" kata mereka secara bersamaan. Aku melihat mereka melemparkan pandangan heran kearah ku seraya maju mendekat. "MEJAUH DARI KU!!!!" aku berteriak sekeras mungkin.

    Sepersekian detik kemudian aku membuka mata ku. Nafas ku memburu, kaos yg ku kenakan pun basah. Setelah aku menampar keras2 pipi ku dan meyakinkan diri sendiri bahwa ini bukan mimpi, aku pun beranjak dr tempat tidur. Ku lirik jam digital yg terdapat di meja samping tempat tidur menampilkan display 2 AM.

    Ku buka jendela dan ku hirup dalam2 udara malam yg dingin. Bola mata ku berlari kesana kesini sementara pikiran ku meracau mencoba mengingat apa yg terjadi hari ini. Tp rasanya sia sia, imbas dr mimpi td membuat ku tidak bisa berpikir. 'tunggu.. seingat ku, aku belum melihat video yg ku dapat hari ini'.

    Kegiatan yg semula aku kerjakan untuk memenuhi permintaan Matsui, kini menjadi rutinitas harian ku. Terlebih lagi dengan kondisi ku yg terjadi belakangan ini, aku berharap walau tidak banyak, kamera yg selalu ku pasang dalam vas bunga di meja guru dapat menangkap suatu kejadian yg tidak ku ingat. Segera ku buka program pemutar video di komputer.

    Ku setel video yg kudapat hari ini dalam mode fast forward karena ku pikir bakal membosankan. Hingga sampai dimana jam pelajaran berakhir dan hari semakin gelap. 'oh, ada dua orang masuk ke dalam kelas' scene ini menarik perhatian ku. Ku ubah play mode menjadi normal.

    'Tunggu, apa yg dikatakannya'. Ku besarkan volume suara hingga suara percakapan terdengar jelas. 'Ini..suara ku. Aku ingat kejadian ini' seketika sekelebatan kejadian sore ini terlintas di kepala. Perut ku langsung terasa mual.

    "bukannya sudah pernah kukatakan padamu? Kau tak seharusnya mengetahui hal ini" suara Sanae dalam video menyadarkan lamunan ku. 'aku ingat matanya yg mengerikan itu. Lalu apa yg terjadi setelah ini?' Ku lihat tubuh ku langsung terjatuh ke lantai, sementara Sanae langsung keluar kelas.

    Beberapa menit berlalu sampai akhirnya aku melihat diriku bangkit dan mulai melukai tangan ku sendiri hingga berdarah. Kemudian aku mulai menuliskan sesuatu di dinding dengan darah. "Tomorrow 10 PM" "hee..jadi besok jam 10 ya" aku membalikan badan ku dan menemukan Reina-sensei berdiri disamping jendela.

    "ba-bagai mana ibu naik?! Ini kan lantai 2" tanya ku kaget. aku sama sekali tidak menyadari keberadaanya sesaat. "bagai mana tangan mu?" Dia mengacuhkan pertanyaan ku. Perhatian ku teralih, aku melihat tangan ku dan tidak menemukan tanda2 keanehan.

    "cukup sulit juga menyembuhkan luka dalam seperti itu" kini sensei terlihat mempersilahkan dirinya dan duduk di kasur ku.

    "mengenai besok, aku ingin kau berhati2" Sesuatu yg berada di dadanya mengalihkan pandangan ku. Kalung perak dengan ukiran yg sama persis seperti tato yg terdapat pada punggung Sanae.

    "Sanae bukan lah ancaman besar bagi mu. Yg mesti kamu waspadai adalah diri mu yg satu lagi"
    "ini pergunakan lah benda yg ada didalamnya ketika kamu menemui nya besok" sensei memberikan bungkusan berwarna coklat kepada ku.
    "ini semua tidak harus terjadi, jika saja kamu tidak mengetahui apa yg seharusnya tidak kamu ketahui" Kemudian sensei pun langsung menghilang lewat jendela tanpa aku bisa bertanya apa-apa.
     
    • Like Like x 2
    • Thanks Thanks x 2
  17. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    karena udah lewat dua bulan dari reply pertama, maka event kali ini resmi ditutup :minum:

    event berikutnya mungkin bakal gw post besok ato berapa hari kedepan.
     
    • Like Like x 2
    • Thanks Thanks x 1
  18. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Tema Kelima:

    Makanan Favoritmu Kini Menjadi Superhero

    [​IMG]
    Deskripsi : Apakah yang akan terjadi bila suatu hari salah satu sampel makanan favoritmu berubah menjadi seorang superhero? Mari buat sebuah flashfic (500 s/d 1000 kata) untuk berbagi imajinasimu pada rekan-rekan SF Fic.

    Maksimal satu fic untuk tiap peserta.

    Waktu : 16 November - 30 November

    ===

    daftar peserta menyusul setelah pada submit
     
    • Like Like x 1
  19. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    ga jadi random/generate theme? :(
     
  20. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    buat yg berikutnya aja dolo :bloon:

    ato kalo temanya dirasa gak banget ntar balik lagi ke random. gw mikirnya soal'e dari kemaren ini udah pada free for all semua, sekali2 coba ganti yg ada temanya.
     
  21. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    bingung, mksudnya ini tema makanan atau tema superhero ini? :bingung:
    atau makanan yg berubah jadi superhero? superhero yg terinspirasi dari makanan?
     

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.