1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Discussion Obat Bukan Jawaban!!

Discussion in 'Pengetahuan Penting Penunjang Kesehatan' started by zippo12, Mar 30, 2010.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. zippo12 M V U

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 19, 2009
    Messages:
    196
    Trophy Points:
    66
    Ratings:
    +73 / -0
    Hari gini kita perlu lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi obat .... Jangan-jangan obat yang diberikan oleh dokter tidak sesuai dengan penyakit kita :???: Dokter juga manusia gan... dia memberikan diagnosa berdasarkan gejala-gejala yang timbul... jadi tidak bisa dibenarkan 100%! :awas:

    Cekidot informasi berikut gan...

    DARI MILIS SEBELAH
    Dr. Tan Shoat Yen:
    “Obat BUKAN JAWABAN”

    (Dari Majalah “PESONA” Maret 2010, Halaman 80 -- 82)

    Ia mendidik pasiennya agar mengubah gaya hidup, tak tergantung pada obat dan tidak dibohongin dokter. Prinsipnya, pasien harus punya otonomi terhadap tubuh sendiri.

    Cobalah berkunjung ke klinik dr. Tan Shot Yen diwilayah Bumi Serpong Damai pada pukul 11 dihari kerja. Anda akan melihat dr. Tan menghadapi beberapa pasien. Sekilas, Anda mungkin berpikir dokter sedang marah-marah. Padahal ia sedang menjelaskan tentang gaya hidup sehat pada pasien barunya. Pasalnya, memang begitu gaya dr. Tan, menjelaskan dengan suara keras. Bila kita simak ucapannya, semua yang dijelaskannya sangat penting dan membukakan mata.

    “Kesalahan pasien dalam berobat hanyalah mencari tahu ‘bagaimana’. Bagaimana caranya menurunkan tensi, menurunkan kadar gula, menguruskan badan, menghilangkan senewen atau sakit di jemari. Jika Anda Cuma tanya ‘bagaimana’, Anda akan jatuh menjadi sekadar konsumen. Pertanyaan terpenting adalah mengapa Anda sampai sakit?” urainya.

    Wanita 45 tahun ini memang tak mau punya pasien yang yang mengharapkan pil atau tongkat ajaib untuk membereskan tubuhnya. “Saya mau pasien yang taking ownership of their own body. Itu badan anda. Buat apa dokter yang sok tahu menyuruh ini-itu? Yang benar buat dokter belum tentu benar buat Anda.” Wah, dokter yang satu ini tampaknya memang lain dari yang lain.
    Mendorong Gaya Hidup Sehat
    Perbedaan mencolok dr. Tan dibanding dokter lain pada umumnya adalah ia tidak mudah memberi obat. Rata-rata pasien yang keluar dari ruang prakteknya tidak menggenggam resep. Kalaupun ada resep, biasanya hanya vaitamin dan omega-3, tergantung kondisi pasien.

    “Sampai kapan seseorang mau tergantung pada obat-obatan? Apakah setelah mengonsumsi obat dia benar-benar sembuh? Jawabannya tidak. Karena begitu obat berhenti, dia sakit lagi. Berapa banyak dokter hanya bertanya ‘sakit apa’ lalu berkata ‘ini obatnya’? Dia tidak memberikan pendidikan atau menjelaskanasal usul penyakit. Pasien juga bego, padahal dia harusnya memahami perannya dalam menciptakan penyakitnya,” jelas dr. Tan.

    Sebagai ganti resep, dr. Tan memberikan pencerahan tentang gaya hidup sehat yang harus dijalani setiap orang. „Saya yakin semua dokter tahu bahwa diabetes, stroke, dan kanker adalah penyakit gaya hidup. Tapi pertanyaannya, seberapa jauh seorang dokter mau fight untuk memperbaiki gaya hidup pasiennya? Karena, penanganan pertama pasien seharusnya perubahan gaya hidup. Bila gagal, baru obat-obatan boleh dicoba.”

    Dr. Tan mencontohkan, pasien yang sakit lutut akan disuruh minum obat, dioperasi, atau diganti tempurung lututnya. Padahal, titik beratnya adalah bobot tubuhnya. Jika si Pasien mengubah pola makan dan gaya hidup, berat badannya susut dan keluhan lututnya akan hilang. “Ibaratnya, mobil Mercedes pasti turun mesin kalau diisi bensin bajaj. Coba ganti dengan bensin super, pasti larinya kencang.”

    Perubahan pola makan yang dianjurkan dr. Tan mungkin terdengar ekstrem. Ia mengimbau pasiennya untuk berhenti mengonsumsi gula, terigu, nasi, dan pati (singkong, kentang, ubi, jagung, taloas). Pasalnya, di dalam tubuh, jenis makanan ini akan diproses 100% menjadi gula dalam waktu dua jam. Benar, manusia butuh gula untuk energi. Tapi kenaikan kadar gula darah akibat empat jenis makanan ini sangat cepat, mengakibatkan insulin melonjak untuk menekan kenaikannya. Bersama insulin, keluar pula hormon eicosanoid buruk. Akibatnya, pembuluh darah menyempit, darah kental, daya tahan buruk, tubuh ‘memelihara’ bakteri, jamur, kista, tumor, dan kanker, serta timbul nyeri.

    Sebagai ganti nasi, ia meresepkan: satu ikat selada mentah atau dua cangkir brokoli setengah matang, 2 putih telur rebus, 2 tomat, 2 mentimun, setengah avokad, apel, atau pear. Dengan makanan ini, tak ada sisa gula yang tersimpan menjadi lemak. Kadar gula darah sebelum dan sesudah makan pun rata-rata sama. Dan, hormon eicosanoid buruk takkan keluar sehingga tak mengundang penyakit. ‘Menu’ ini perlu dilengkapi lauk-pauk yang diolah dengan berbagai cara, asal tidak ditumis atau digoreng.

    “Kita makan sayur bukan hanya demi seratnya. Sayur mentah mengandung enzim dengan life force energy yang penting buat tubuh. Inilah pola makan asal yang sesuai fitrah manusia. Siapa bilang tidak makan nasi jadi lemas? Nenek moyang kita makan sayur dan buah tapi mereka kuat mendaki gunung danm berburu.”

    Sakit adalah Introspeksi
    Hal lain yang menarik dari dr. Tan adalah gelar M. Hum. Gelar itu didapat setelah ia mengambil pascasarjana filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, tahun lalu. Menurutnya, kuliah S2 filsafat membuatnya memahami manusia secara mendalam dan holistic. Ia juga jadi mengerti ‘dosa ilmu kedokteran’ tentang mekanisasi tubuh manusia.

    “Akibat perkembangan ilmu kedokteran – terutama seteloah ditemukannya alat pacu dan cangkok jantung, tubuh manusia yang tadinya holistic lalu dipecah-pecah. Kalau kepala sakit yang diobati, ya kepala saja. Kita terlepas dari tubuh, emosi dan kecerdasan spiritual. Tubuh manusia hanya jadi seperangkat mesin. Kalau ada yang salah, kita pergi kebengkel. Dan, rumah sakitlah bengkel terbesarnya. Betul, badan manusia terlalu kompleks untuk dipegang satu ahli saja. Manusia boleh dipegang b eberapa ahli, asal mereka sama-sama sadar bahwa manusia diciptakan Tuhan. Masalahnya, dokter punya arogansi profesi. Seorang dokter biasanya susah dibilangin dan selalu merasa benar,” tuturnya lugas.

    Dr. Tan juga menyanyangkan bila manusia zaman sekarang mati-matian melawan dan menolak sakit. Padahal, sakiat adalah jalan untuk lebih memahami bahwa manusia atak selamanya diposisi atas.

    “Sakit adalah introspeksi. Ketika sakit, saya berhenti dan menoleh kebelakang. Apa yang ‘jalan’ dan ‘nggak jalan’ selama ini? Nah, menjadi sembuh adalah keberhasilan introspeksi dan menemukan cara untuk lebih maju lagi. Tapi bagaimana pasien bisa introspeksi bila tak dibimbing menemukan kesembuhannya dan hanya dininabobokan oleh obat? Dunia yang mati rasa dan tak mau mengalami sakit adalah dunia yang melarikan diri, mengingkari diri sendiri,” lanjutnya.

    Menurut dr. Tan, kita memasuki era kebablasan mengonsumsi obat. Akhirnya, obat dijadikan demand. Setelah demand melambung tinggi, masyarakat digenjot untuk mendapatkan penghasilan lebih yang tak perlu demi obat. Lihatlah berapa banyak orang yang harus berusaha mati-matian demi kep-erluan berobat salah satu anggota keluarga.

    Selalu Ingin Jadi Dokter
    Dr. Tan Shot Yen lahir di Beijing, 17 September 1964 dan dibesarkan di Jakarta. Ia kuliah di Fakultas Kedokteran Universistas Tarumanegara dan lulus Profesi Kedokteran Negara FKUI pada tahun 1991. Sebagai siswi yang selalu mendapat nilai cemerlang dalam ilmu eksakta, menjadi dokter merupakan impiannya sejak dulu. Baginya, dibidang kedokteran, cara pikirnya yang eksakta bisa menemukan ‘kemanusiaannya’. Dalam diri pasien, ia menemukan benang merah antara fisik, emosi dan spiritual.

    Ketika baru menjadi dokter, saya juga ngaco. Sekadar memberi obat pada pasien. Lama-lama saya pikir saya cuma perpanjangan pabrik obat,” kenangnya. Lalu ia pelan-pelan lebih menggunakan gaya hidup sehat. Perubahan ini dipicu oleh ayahnya, dr. Tan Tjiauw Liat, tokoh inspiratif yang membuatnya maju untuk melihat apa sebenarnya kebutuhan manusia.

    Melihat begitu berapi-apinya dr. Tan saat memberikan p-encerahan gaya hidup pada pasien, siapapun mungkin akan b ertanya ‘apa tidak capek?’. “Lebih capek mana dibandingkan dokter yang ditunggangi perusahaan obat dan makanan? Saya mendapat energi bila melihat pasien sembuh. Mereka memegang kendali atas hidup mereka, tidak dibohongin dokter, dan tidak tergantung obat,” jawabnya.

    Dr. Tan mengakui, sepak terjangnya kerap dipandang sebelah mata oleh koleganya. “Ada yang bilang saya idealis, bahkan mission impossible. Tapi saya yakin, dalam hati kecil mereka mengatakan bahwa perubahan gaya hiduplah jawabannya. Masalahnya, mereka sendiri tidak menjalani gaya hidup itu. Ini membuat saya sebal. Kalau mereka merasa tidak bisa menjalani gaya hidup sehat, jangan mengecilkan pasien dengan menganggap pasien juga takkan bisa. Pasien yang sudah parah dikasih obat apapun pasti mau. Apalagi Cuma disuruh Apalagi Cuma disuruh ganti nasi dengan sayur.”

    Keluarga terpengaruh
    Pola makan asal yang meniadakan gula, trigu, nasi, pati dan susu yang dijalani dr. Tan juga dilakukan oleh suami – Henry Remanleh – dan anak tunggalnya, Cilla. Menurut dr. Tan, mereka tidak menjalaninya karena terpaksa, tapi karena merasakan manfaatnya. “Putri saya 17 tahun, kadang terpengaruh pola makan temannya. Dia lalu mengeluh susah konsentrasi atau pencernaannya terganggu. Setelah itu dia back on track. Dia sudah meengonsumsi raw food sejak SMP atas pilihan sendiri. Anak itu mencontoh orang tuanya. Jangan harap anak makan dengan baik kalau Anda sendiri amburadul.”

    Suaminya, Henry, adalah kinesiologis yang berkutat dengan masalah gerak dan pengaruhnya terhadap aspek kehidupan manusia. Henry juga instruktur brain gym. Ia berpraktek didtempat yang sama. Dr. Tan sangat menghargai pekerjaan suaminya karena memberdayakan masyarakat. “Brain gym terbukti bisa meningkatkan konsentrasi. Dengan pola makan sehat sejak kecil dan gerakan olahraga terstruktur, Anda tak perlu lagi minum obat,” katanyaa tegas.

    Selain sibuk berpraktik dan menjadi pembicara talkshow, dr. Tan menjadi contributor untuk taboid dan majalah kesehatan. Selain itu, ia mengisi waktunya dengan membaca dan membuka jalur continuing medical education melalui internet. Karena itu, info dan data jurnal ilmiahnya selalu up to date – disamping buku-buku terbaru pemberian ayahnya.

    Ia menjalani pilates, terkadang berenang, dan sesekali bermain piano. Kini ia sedang mengumpulkan kisah-kisah kamar paraktek untuk dijadikan tulisan imnspiratif agar para dokter memandang pasien lebih dari sekumpulan diagnosis.

    Wah, sepertinya semangat dalam tubuh mungil ini seolah melonjak-lonjak dan tak pernah padam. Maju terus dr. Tan!



    :awas: HATI-HATI TERHADAP DOKTER YANG MENYAMAR JADI TUKANG OBAT, ATAU TUKANG OBAT YANG MENYAMAR JADI DOKTER :???: Hahahaha Ujung-ujungnya sama: JUALAN OBAT!!!! :awas:




    Semoga bermanfaat...


    :maaf: kalo :repost: tapi jangan di:bata:
     
    • Like Like x 2
    • Thanks Thanks x 2
    Last edited by a moderator: Aug 16, 2011
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. 4649 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 29, 2009
    Messages:
    102
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +6 / -0
    weh mantap klo smua dokter kyk gtu, tp nanti bisa2 ga laku dokter eheuheu,,
     
  4. bee_sweet_bee M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 20, 2009
    Messages:
    1,212
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +13,702 / -0
    setuju banget nih ma TS....:top:

    obat memang bukan segalanya, apalagi kebanyakan obat yg sekarang beredar itu merupakan bahan2 kimia, jd buka berasal dari alam...:piss:

    yg penting mah emang pola hidup sehat...:piss:
     
    • Like Like x 1
  5. zeinkawaii Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Mar 27, 2010
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +0 / -0
    obat jaman sekrg bnyak efek samping, kerusakan hati d el el
    ouch malah lebih parah yg ada
     
  6. zippo12 M V U

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 19, 2009
    Messages:
    196
    Trophy Points:
    66
    Ratings:
    +73 / -0
    Gw ngepost ini karena pengalaman gw jg... Babe gw sakit perut gara2 asam lambungnya naik... berobat ke dokter spesialis penyakit dalem dan dikasih obat utk 10 hari (mahal harganya bung! ratusan ribu), kalo masih sakit disuruh kembali lagi. Nah, udah tiga kali balik.. setiap obatnya abis ternyata sakitnya kambuh lagi... setelah gw tanyain ke temen gw yang dokter umum ternyata obat yang di kasih cuman pain killer... Gila ngga tuch dokter!!! So, :awas: HATI-HATI AMA DOKTER YANG JUALAN OBAT!!!

    mas kalo jualan di pasar mas... jangan di sini :piss:
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Mar 31, 2010
  7. sp4rkfist M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Nov 2, 2009
    Messages:
    6,619
    Trophy Points:
    226
    Ratings:
    +5,258 / -0
    kalo menurut gw sih obat masih diperlukan, tp emang gw gak pernah ke dokter
    kalo bisa ngobati sendiri buat apa bayar mahal2 buat sebuah nasehat?
     
  8. kidjaisy M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 14, 2010
    Messages:
    205
    Trophy Points:
    56
    Ratings:
    +36 / -0
    stuju sm yg ni.....
    biar menghemat doku...
    plus...
    ane sih pengennya yg alami aja...
    olhraga tu aset terpenting biar bisa sembuh

    :hero:
     
  9. Haecked M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 31, 2009
    Messages:
    1,601
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +15,665 / -0
    Kalo gak salah sugesti juga bisa mempengaruhi saat kita minum obat....
    padahal obat yang diminum sama sekali ga berpengaruh dengan penyakitnya
    tapi gara-gara sugesti yang diberikan ke tubuh kita.
     
  10. zz11 Veteran

    Offline

    Rockstar

    Joined:
    Mar 11, 2009
    Messages:
    40,084
    Trophy Points:
    252
    Ratings:
    +33,311 / -0
    Just sharing what I know.
    Don't take the hurt feeling.

    1. Rasanya berlebihan kalau obat disebut racun. Tapi lebih tepat disebut sebagai pisau: dalam dosis tepat dia jadi obat, dalam dosis tidak tepat dia jadi racun.

    2. TSnya pernah menyebutkan pengalaman orang yg diobati lalu begitu obat habis gejala langsung kambuh lagi. Jangan langsung berasumsi dokternya yg jadi penjual obat. Dokter sudah terikat etika bahwa dokter tidak boleh berjualan obat hanya demi keuntungan pribadi, namun harus tetap mempertimbangkan manfaat obat itu buat pasien (kecuali dokternya gak beretika, ya sudahlah itu urusan pribadi dokternya sama Yang Di Atas). tapi intinya dokter harus bekerja/mengobati sesuai prosedur. Pertimbangkan bahwa jangan2 dokter belum tuntas mencari problem apa yg bikin pasien itu sakit. Atau jangan2 pasiennya mengalami gejala psikosomatik, di mana tubuh menjadi sakit karena permasalahan pikiran atau mental yg terlalu berat buat dirinya. Ada banyak faktor. Bayangkan saja, orang yg lagi stress bisa sakit kepala kan? Begitu juga dengan sakit yg lain seperti sakit otot, sakit perut, diare, dll.

    3. Kadang ada dokter yg memberi banyak obat padahal sudah jelas penyakit itu bisa sembuh cukup dengan antibiotik. Banyak obat itu kadang ditujukan dokter untuk meredakan gejala si pasien sesegera mungkin agar pasiennya nyaman. Bukan melulu karena dokter jualan obat atau sudah terikat kontrak dengan penjualan obat merk tertentu.
     
    • Thanks Thanks x 3
  11. KencanaBuana Members

    Offline

    Joined:
    Mar 3, 2010
    Messages:
    9
    Trophy Points:
    11
    Ratings:
    +296 / -0
    makanya pilih dokter yang dapat dipercaya so kita nggak bakalan rugi
    baik uang maupun waktu
     
  12. poppysp Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 7, 2011
    Messages:
    127
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +1 / -0
    bener banget..
    masalahnya banyak banget dokter yg suka ngasih obat langsung kalo kt ada keluhan
     
  13. shiviet Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 1, 2009
    Messages:
    29
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +11 / -0
    yaH klo mau minum obat juga, kasih aja, obat yang memberi efek plasebo , jadi kan ga ada yg rugi
     
  14. harumiya M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jul 11, 2009
    Messages:
    568
    Trophy Points:
    77
    Ratings:
    +249 / -0
    Aku setuju sih dengan kk zz11 tapi juga tentang apa yang dijelaskan dr. Tan itu juga bener.

    Dokter membantu pasien berdasarkan pengalamannya dan apa yang dipelajarinya. Terkadang obat tidak diperlukan, tapi pada sebagian besar kasus obat diperlukan.

    Namun terkadang dokter pun lupa kalo tugas dia bukan hanya menyembuhkan, tapi juga pencegahan dan edukasi. Memberikan pencerahan kepada pasien tentang kondisi dia sendiri dan bagaimana menanganinya serta bagaimana mencegah agar penyakit tersebut tidak timbul lagi pun diperlukan. Hal ini disebut Penyuluhan.

    Dalam penyuluhan, juga termasuk di dalamnya penjelasan tentang obat yang diberikan. Hal ini diperlukan agar pasien tidak sembarangan menilai lebih tentang obat yang diberikan dan sembarangan membeli obat tersebut ketika obat tersebut habis dikonsumsi, seperti yang dijelaskan kk zz11,
    Dr. Tan tampaknya mulai mengadopsi cara medis ala barat dimana edukasi pasien merupakan faktor yang ditekankan selain pemberian obat-obatan, namun hal ini pun kembali ke pasiennya sendiri. Terkadang PASIEN seperti yang dijelaskan dr. Tan hanya mau menerima obat dan berharap itu sudah cukup, bukan merubah gaya Hidupnya. Terutama aku sendiri, sebagai pasien, males mengubahnya meski uda ada niat. Kalo menurutku sih ini pun tantangan seorang dokter, bisa gak dia membantu dalam mengubah gaya hidup si pasien? :hehe:

    Lagian, klo uda kenak contoh : TB, kan harus diresepkan obat selama 6 bulan, klo gak, cemana bisa sembuh? :hoho:
     
    • Like Like x 1
  15. yuma Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 3, 2009
    Messages:
    5,763
    Trophy Points:
    201
    Ratings:
    +3,014 / -0
    Dokterku, walaupun nggak seekstrem dr Tan, juga menekankan hal yang sama kepada pasien. Dibanding hubungan putus (kasih obat, sakit sembuh, selesai urusan), dokterku lebih memilih untuk mengedukasi pasiennya. Apa yang mengakibatkan penyakit dan bagaimana langkah preventif agar penyakit yang sama nggak kambuh.

    Akhir tahun lalu, aku didiagnosis kena gangguan ritme jantung. Alih-alih ngasih obat untuk nyembuhin, dokterku malah cuma bilang supaya aku ngatur jam tidur dan jalan kaki 30 menit sehari. Dia bilang, "Saya nggak mau kasih kamu obat jantung. Bisa aja saya kasih kamu, tapi itu nggak bagus buat badan kamu yang masih muda. Dengan sedikit pengaturan pola hidup, gangguan itu bisa diatasi."

    Rata-rata pasien di negara kita kurang kritis. Jadi, mereka cuma "ya ya" pas dokter jelasin penyakit tanpa ingin menggali lebih lanjut. Yang penting dapet obat, diminum sampai habis, berharap sembuh, dan syukur-syukur kalau betul-betul sembuh :sigh:
     
    • Thanks Thanks x 1
  16. ReXis Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 12, 2010
    Messages:
    246
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +2 / -0
    yah kalau obatnya dipaksa minum sama orang tua mau gimana lagi..

    gua ga suka 'ngobat' juga sih...
     
  17. zz11 Veteran

    Offline

    Rockstar

    Joined:
    Mar 11, 2009
    Messages:
    40,084
    Trophy Points:
    252
    Ratings:
    +33,311 / -0
    Mungkin ada yg pernah dapat email broadcast [tapi entah hoax apa bukan] yg isinya curhatan dokter indo yg tinggal di belanda?
    Yg katanya dokter2 di belanda sama sekali tidak mau memberikan obat buat anaknya yg lagi demam tinggi karena yakin itu hanya common cold?

    Hm... Sbnrnya ya begitu... Dari dlm diri kita pun terkadang kasian memberi obat tll banyak ke pasien [contoh kasus mbak yuma]. Cuma permasalahannya kalo kitanya kerja dgn dokter lain yg pemikirannya bertentangan [baca: *maaf* penjual obat].
    Kita ngerasa ga perlu ngobatin... Eh boss ngecek rekaman resep yg keluar... Dan bukan tak mungkin, alhasil si dokter yg kasian ngeresepin banyak obat itu kena SP atau bahkan dikeluarkan.

    Ada teman2 dokter yg mau kasih pendapat lagi tntg hal ini selain dok harumiya? :bingung:

    Maaf sebelumnya no offense. :maaf:
    Saya hanya mengemukakan apa yg sy lihat di lapangan [kenyataan sebenarnya].

    ==sent from zz11's taplak==
     
  18. Kite M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 7, 2009
    Messages:
    588
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +516 / -0
    setelah baca diatas.... saya ada pertanyaan..

    puas ngga anda2 semua setelah kedokter tapi cuma dapet nasihat?
    :hmm:
     
  19. clanalfian Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 11, 2011
    Messages:
    141
    Trophy Points:
    31
    Ratings:
    +5 / -0
    ia sihh...
    malah kadang ada dokter yang penyakitnya beda mala ngasih obatnya sama....
     
  20. zz11 Veteran

    Offline

    Rockstar

    Joined:
    Mar 11, 2009
    Messages:
    40,084
    Trophy Points:
    252
    Ratings:
    +33,311 / -0
    Masih banyak yg ngecap "dokter yg nggak ngasih obat = bodoh"
    Tapi banyak pula yg ngecap "dokter yg ngasih kebanyakan obat = pembunuh"

    serba salah jadi dokter :dead:
     
  21. Kite M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 7, 2009
    Messages:
    588
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +516 / -0
    kata dosen saya "salahnya jadi dokter" :lol:
    jlebb banget
     
    • Thanks Thanks x 1
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.