1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Mengapa Saya (Masih) Bertahan di Tokyo?

Discussion in 'Tengah Komunitas' started by Will, Mar 19, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Will M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2010
    Messages:
    1,932
    Trophy Points:
    162
    Ratings:
    +3,282 / -0
    TOKYO, KOMPAS.com - Krisis nuklir acapkali menimbulkan ketakutan. Saat bom atom pertama diciptakan, hingga nuklir ditemukan, manusia berada dalam ketakutan yang konstan. Ini yang dulu dikatakan oleh filsuf Hans Jonas sebagai “heuristik ketakutan”.

    Demikian Junanto Herdiawan, warga Indonesia yang bermukim di Toyo, menuliskan pengalamannya di media sosial Kompasiana. Berikut laporan selengkapnya...

    Saat krisis reaktor nuklir Fukushima 1 terjadi, saya juga dirambati oleh rasa takut itu. Jarak reaktor nuklir Fukushima dengan Tokyo hanya sekitar 200km. Dalam pikiran saya, sekiranya terjadi hal terburuk, kota Tokyo akan diterjang radiasi nuklir dalam hitungan jam. Makin hari, krisis juga terlihat makin tereskalasi, dan seolah tak terkendali. Berbagai ledakan dan lepasan radioaktif terus berlangsung.

    Di sisi lain, media massa terus menerus memberitakan suasana yang mencekam. Saat dikatakan radiasi telah mencapai kota Tokyo, saya makin dilingkupi rasa takut. Keluarga di rumah, anak-anak yang masih kecil, dan terutama dampak radiasi yang mengerikan, menjadi alasan saya untuk takut. Belum lagi ditambah puluhan telpon dan sms dari kerabat di tanah air, yang pesannya sama, “Pulang sekarang juga, keadaan makin bahaya!!”

    Media massa makin menyulut kepanikan. Hal itu turut dirasakan di Tokyo, khususnya para warga negara asing. Gelombang eksodus warga asing meningkat. Bandara Narita penuh oleh warga asing yang ingin pulang ke negaranya. Saya mencoba menghubungi sesama kolega warga asing di Tokyo. Rekan dari Perancis, Italia, Jerman, dan negara Eropa lainnya sudah mengungsi. Saat saya telpon kantor mereka, banyak yang sudah di luar Tokyo. Sementara kolega dari Cina, saat saya hubungi sudah mengungsi ke selatan. Hanya satu kolega dari Korea Selatan yang masih bertahan dan tetap bekerja.

    Wajar apabila saya panik melihat kondisi seperti itu. Haruskah saya ikut lari, mengikuti kepanikan ratusan manusia lainnya. Haruskah saya panik, meninggalkan sahabat-sahabat Jepang saya di kantor, yang berulangkali meyakinkan saya bahwa keadaan aman. Haruskah saya mengungsi, semata hanya karena mempercayai apa yang dimuat di televisi.

    Saya teringat ucapan PM Inggris Lloyd George tentang kepanikan di pasar keuangan, “financiers in panic do not make a pretty sight”. Dalam kepanikan kita kerap tak bisa berpikir jernih. Sayapun kemudian mencoba melihat keadaan di kota Tokyo. Hampir tidak ada tanda-tanda kepanikan di wajah orang Jepang. Mereka melakukan aktivitas seperti biasa. Aktivitas berjalan normal tanpa ada yang berubah signifikan. Kalaupun ada yang berbeda adalah karena pasokan listrik yang berkurang, sehingga terjadi penghematan listrik di banyak tempat, termasuk pengurangan operasi kereta api.

    Selama pekan lalu, rekan-rekan analis Jepang bahkan masih mengajak diskusi, menelpon, seperti keadaan normal. Saya juga menerima telpon dari beberapa perusahaan dan bank Jepang yang mengatakan bahwa investor Jepang masih akan melakukan investasi di Indonesia. Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda panik.

    Mengapa mereka tidak panik?

    Saat saya tanya, jawabnya adalah karena mereka percaya pada pemerintahnya. Orang Jepang percaya bahwa pemerintah Jepang akan melakukan yang terbaik dan selalu memikirkan rakyatnya. Jangankan untuk krisis nuklir, saat gempa dan seluruh transportasi mati di Tokyo saja, tiba-tiba di stasiun sudah dibagikan selimut dan air putih gratis. Beberapa vending machine otomatis gratis. Makanan juga tiba-tiba keluar entah dari mana.

    Pemerintah Jepang sudah siap dengan berbagai kemungkinan. Apalagi untuk krisis nuklir, sangat tidak mungkin apabila pemerintah belum memikirkan kondisi terburuk. Alhasil, orang Jepang bekerja dan beraktivitas seperti biasa. Meski mereka juga pastinya waswas dengan perkembangan yang terjadi, tapi itu tidak ditunjukkan. Setiap bertemu, mereka saling mengobarkan semangat sesama untuk membangun kembali Jepang. Sama sekali tidak ada kepanikan seperti yang digambarkan di media.

    Saya juga percaya dengan apa yang dikatakan oleh sahabat saya, mas Kunta, kandidat PhD Nuklir di Jepang, yang mengatakan bahwa keadaan tak seburuk yang diberitakan media. Saya sempat ikut dalam pertemuan darurat nuklir di KBRI Tokyo, yang dipimpin oleh Dubes RI untuk Jepang, M Lutfi. Dari diskusi yang juga dihadiri para ahli nuklir tadi, kami berkeyakinan bahwa kondisi sampai saat ini masih aman, dan KBRI belum perlu melakukan evakuasi pada warga negara Indonesia.

    Para mahasiswa nuklir tersebut, kami menyebutnya “The Nuclear Boys”, diberi ruang kerja di KBRI Tokyo untuk terus memantau dan melakukan update pada warga Indonesia akan kondisi reaktor nuklir Fukushima. Mereka akan memberikan sinyal alert sekiranya kita perlu melakukan evakuasi, yang menurut mereka sangat kecil kemungkinannya terjadi di Tokyo.

    Saya seperti ikut kuliah nuklir saat mengikuti penjelasan para nuclear boys ini. Menurut mereka, apa yang dilakukan pemerintah Jepang saat ini sudah sesuai dengan prosedur pengamanan reaktor nuklir, karena reaktor nuklir dibangun dengan mempersiapkan keadaan terburuk yang mungkin terjadi.

    Apa yang terjadi pada reaktor Fukushima ini dapat dikatakan apes. Rencananya reaktor ini akan ditutup pada bulan April 2011, karena usianya yang sudah lama (40 tahun). Namun siapa nyana, sebelum ditutup malah terkena tsunami.

    Meski sudah berusia 40 tahun, reaktor Fukushima ini tetap menganut prinsip dasar pengelolaan reaktor nuklir yang dikenal dengan istilah 3C, yang berarti Control, Cool, dan Contain. Dalam kondisi apapun, termasuk bencana, reaktor nuklir harus selalu dapat di –Control. Dan fungsi Control ini terbukti bekerja baik. Hal ini terbukti saat gempa terjadi, seluruh reaktor berhenti (shutdown), yang mengurangi terjadinya risiko kebocoran.

    Setelah berhenti, reaktor ini membutuhkan langkah pendinginan (cooling). Langkah ini sebenarnya dapat dilakukan secara otomatis dengan pompa listrik yang akan menyirami reaktor dengan air laut. Sayangnya, tsunami menghajar alat otomatis tersebut. Akibatnya proses pendinginan gagal. Inilah yang saat ini diributkan dan diberitakan di media. Inilah juga yang sedang dilakukan dan diperjuangkan oleh Jepang. Mereka berusaha mendinginkan reaktor tersebut. Langkah pendinginan itu mensyaratkan beberapa ledakan untuk mengurangi tekanan. Jadi ledakan-ledakan tersebut bukan tak terkendali, namun memang bagian dari proses pendinginan. Risikonya memang ada pelepasan radiasi ke udara.

    Meski pendinginan gagal, bahan radioaktif yang berbahaya masih tersimpan dalam tabung pengamannya (reactor vessel). Inilah fungsi C ketiga, atau Contain tadi. Bahan radioaktif berbahaya di reaktor Fukushima, tersimpan baik dalam berbagai lapisan tabung pengaman. Hal ini berbeda dengan reaktor nuklir Chernobyl yang tidak memiliki vessel pengaman dan tidak didinginkan dengan air, melainkan dengan graphite yang justru memicu api. Reaktor Chernobyl juga digunakan untuk keperluan militer, sementara Fukushima untuk pembangkit energi. Oleh karena itu, di Chernobyl, material yang digunakan berbeda, materinya berbeda, dan cara penangannya juga berbeda. Jadi, bencana Chernobyl tidak mungkin terjadi di Fukushima.

    Mengenai radiasi yang terjadi, bahan yang saat ini dilepaskan di udara adalah jenis cesium 137 dan iodine 131. Keduanya terbawa udara dan tertiup angin sampai di Tokyo. Namun semakin jauh zat ini dari pusatnya, ia semakin terurai dan tidak berbahaya. Inilah yang menjadikan pemerintah Jepang membuat radius evakuasi sepanjang 30 km. Sementara mereka mengatakan bahwa kota Tokyo masih aman.

    Kemarin, radiasi di daerah Shinjuku Tokyo sekitar 0.089 microsievert (satuan pengukur radiasi). Sebagai perbandingan, angka radiasi itu kurang lebih sama dengan radiasi kalau kita makan 4 butir pisang. Jauh lebih kecil dari radiasi kalau kita naik pesawat terbang, ataupun bekerja di depan komputer.

    Dengan berbagai alasan yang sangat rasional tersebut, saya belum melihat alasan mengapa harus melakukan evakuasi dari Tokyo saat ini. Masyarakat Jepang tetap bekerja, dan kitapun harus tetap bekerja. Beberapa kerabat dan teman yang khawatir dengan kondisi kami, saya sarankan untuk sementara berhenti melihat televisi atau media yang kerap “lebay” dalam memberitakan keadaan di Jepang, khususnya terkait dengan krisis nuklir Fukushima.

    Masalah pemerintah Jepang memang terletak pada upaya komunikasi mereka yang kurang baik. Orang Jepang terkenal hebat dalam perencanaan dan pelaksanaan, namun kerap memiliki masalah dengan komunikasi. Hal ini yang menyebabkan terjadinya banyak ketidakjelasan dalam penanganan krisis nuklir kali ini. Persis seperti saat krisis rem blong Toyota lalu, di mana mereka sangat lama dalam melakukan respons. Hal ini mungkin terkait juga dengan budaya mereka yang selalu ingin semuanya serba pasti sebelum berkata.

    Terlepas dari itu, berdasarkan berbagai informasi tadi, dan juga melihat kegigihan orang-orang Jepang, ketangguhan rekan PPI, kesabaran rekan KBRI, dan teman Indonesia lain di Jepang, saya melihat memang belum ada alasan untuk melakukan evakuasi saat ini. Semoga keadaan ke depan bisa lebih baik.

    Code:
    Sumber:
    http://internasional.kompas.com/read/2011/03/19/19350966/Mengapa.Saya.Masih.Bertahan.di.Tokyo.
    
    =======
    media massa terlalu berlebihan seperti biasa :yareyare:
     
    • Like Like x 2
    • Thanks Thanks x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. jimmy168 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 25, 2011
    Messages:
    1,976
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +1,391 / -0
    salut dengan negara Jepang :top:
    mereka tetap bisa tenang dan berpikir jernih di tengah berbagai kondisi yang kurang menguntungkan
    kalau di Indonesia kok gak bisa seperti itu ya :kecewa:
    kalau di Indonesia, orang-orang cenderung panik dan lebih mementingkan keselamatan sendiri :kecewa:
    bahkan di tengah kepanikan banyak yang menjarah harta orang lain :kecewa:
    benar-benar beda :kecewa:
     
  4. sukhoimaru M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jul 25, 2010
    Messages:
    910
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +397 / -0
    setuju,,
    ane juga merasa media baik itu internasional(terutama barat) sama media nasional terlalu hiperbola dalam menyampaikan berita soal nuklir jepang,,
    gw sendiri awalnya panik tapi setelah crosscheck berita di media lain yang lebih netral,, sekarang dah bisa senyum2 soalnya ane yakin masalah nuklir jepang emang ga separah sama yang media gembar-gemborkan..
    tinggal masalah waktu saja kok.:fufufu:
     
  5. nununu M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 24, 2010
    Messages:
    2,088
    Trophy Points:
    86
    Ratings:
    +198 / -0
    kalo rakyat percaya pada pemerintah, kepanikan bisa dihilangkan.

    moga2 tragedi Chernobyl tak terulang
     
  6. Inesu Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 6, 2010
    Messages:
    4,844
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +61,386 / -0
    Wah berarti pemerintah Jepang emang terbukti bagus, sampai masyarakat Jepang percaya dengan pemerintahnya :top:
     
  7. dark_chris M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 22, 2008
    Messages:
    2,100
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +4,081 / -0
    ini lah kesigapan dari pemerintah...

    dengan kondisi yang begitu sulit, dalam di antisipasi dengan baik..

    ane rasa, mereka uda mempersiapkan semuanya keamanan bila terjadi sesuatu...

    :top:

    salut buat jepang...
     
  8. Bacopt M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jul 4, 2010
    Messages:
    499
    Trophy Points:
    51
    Ratings:
    +534 / -0
    jepang hebat :top:
    jepang yang paling hebat kalo bencana aja kaya gini
    gimana indonesia mau bikin nuklir?,
    matilah kita
     
  9. amado M V U

    Offline

    Joined:
    Nov 20, 2009
    Messages:
    7,723
    Trophy Points:
    192
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +4,014 / -0
    percaya kepada pemerintah... satu hal yang sangat sulit dilakukan rakyat Indonesia:kecewa:
    mental orang Jepang memang patut dicontoh:top:
     
  10. Royal_Knight M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    1,047
    Trophy Points:
    92
    Ratings:
    +3,132 / -0
    negara akan kuat kalau rakyatnya percaya trhadap pemerintahan:top:
    nggak kayak disini :panda:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.