1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Lives of Mermaids

Discussion in 'Fiction' started by XtracK, May 19, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. XtracK M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2011
    Messages:
    261
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +256 / -0
    si cian emang mimpi buruk, tapi, kisah henai itu emang bener2 nyata.. :unyil:
    judulnya truth, sebagai perwakilan kilas balik si cian pas jumpa ma yanaoko. Kan, ada yang bagian tanda '!!!', it maksudnya, si cian ingat lo dia harus cerita yang sebenernya sama temen2nya it. :hehe:
    lo mau tulis lagi kisahnya, repot! Ak males nulis hal yang sama.. :maaf:
    thanks untuk kk araishi yang udah mampir di warung aye. Lagi gk bebas tarok emot yang aneh2 karna OL lewat hp. :maaf:
     
    • Thanks Thanks x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. XtracK M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2011
    Messages:
    261
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +256 / -0
    Wajah Rou pucat. Warna merah bersemu yang biasa menghiasi wajahnya kini berhenti berkerja. Bibirnya bergetar dan matanya melihatku tidak fokus. Hanya dalam hitungan detik, ia kehilangan kontrol ekornya dan jatuh bebas di lantai. Sedangkan Lyang menatapku kosong. Sama sekali tak ada bercak keisengan yang biasa menghadiri kedua matanya. Tanpa sadar ia meremas kedua tangannya dan mengepalkannya sampai kepalannya memutih.

    Dan aku... semakin merapatkan ekorku ke dada dan bernafas pendek-pendek. Mataku merah, tapi aku tak sanggup lagi menangis. Seluruh airmataku sudah kukuras dan meninggalkan jejak jelas di pipiku. Rasanya, jauh di dalam kesadaranku, aku menginginkan seseorang ada di sini. Aku melirik ke arah Lyang, tapi aku tau bukan dia yang kucari. Bahkan perasaan yang sebelumnya selalu tak karuan berada di dekatnya kini tak tampak dimanapun. Aku mendesah antara sedih dan frustasi. Sebenarnya kenapa denganku???

    ”Ayo kita pulang!!” Lyang berdiri tiba-tiba dan memandang ke arahku dan Rou. Aku mengangguk dan merayap menuruni tempat tidur. Lyang melintasi tempat tidurku dan menuju ke arah Rou. Ia berlutut, menggenggam tangan Rou, dan memaksanya bangun bersamanya. Rou berusaha menarik tangannya lemas dari Lyang, tapi Lyang malah mempererat genggamannya dan setengah menyeret Rou bersamanya ke arah pintu. Aku melihat mereka dengan pandangan aneh. Tak biasanya Lyang kasar terhadap Rou, dan tak biasanya juga Rou menarik tangannya setiap kali Lyang menggenggamnya. Pasti ada yang salah diantara mereka.

    ”Jangan terburu-buru.”

    Aku segera memalingkan kepalaku ke asal suara. Di samping sofa kerangku yang empuk, siluetnya semakin jelas. Aku menatapnya lama, dan pandangannya bertemu dengan mataku. Ekspresinya masih tetap tak terbaca. Aku jadi semakin meragukan bahwa dia adalah makhluk hidup!!

    ”Ini bukan urusanmu, Ching Zao. Tolong jangan ikut campur..” sanggah Lyang tajam. Dengan cepat ia berenang menuju pintu. Saat tangannya menyentuh gagang pintu, aliran panas berbentuk benang-benang panjang tanpa ampun menyerangnya, dan ia terlempar beberapa meter dari pintu. Genggamannya terlepas dari Rou, dan Rou cepat-cepat berenang ke arahku.

    BREGGITT!!!” maki Lyang pada Zou. Aku mengerutkan alisku tak nyaman. Baru kali ini aku mendengar Lyang memaki dengan kata sekasar itu.

    Zao berenang tak peduli ke arahku. Matanya menatapku lekat, seolah mencari sesuatu di sana. Aku balas menatapnya. Kami seolah sedang bertukar kalimat melalui mata sebelum ia memalingkan wajahnya dariku dengan perlahan. Setelah sekian lama, aku merasakan tangan Rou meremas tangan kiriku. Untuk sesaat aku seperti berada di dunia lain saat bertatapan dengan Zao.

    ”Kalian tak kuizinkan meninggalkan tempat ini..”

    ”Apa!!!??”

    ”Sebelum kalian memahami lebih dalam magic kalian,” lanjut Zao tak mempedulikan protes kami. Sebelum Lyang sempat maju, aku menarik bagian depan baju Zao dan berbicara padanya dengan tambahan racun.

    ”Dengar, Yang Mulia Ching Zao...” ucapku sambil mengeja namanya. ”Kau-tak-ada-hubungannya-dengan-masalah-ini,” aku melepaskan genggamanku dan mengepalkan tanganku kuat. ”Jadi tolong jangan ikut campur.”

    ”Nona Lei Cian,” dia balas mengeja namaku sambil tersenyum angkuh. Ekspresinya berubah tiba-tiba menjadi... marah. Jujur saja, aku jadi kecut melihat sorotan matanya nyalang melubangi mataku. ”Kau.. ataupun kalian..” ucapnya sambil mengedarkan matanya ke arah Rou dan Lyang. ”Sama sekali tak berhak memerintahkanku, kecuali Aneue, karena posisi kalian jauh dibawahku di sini,” ia memalingkan wajahnya kembali kepadaku. Senyum kemenangan tampak jelas dalam matanya saat aku kehilangan kata-kata.

    ”Oke, kalau begitu,” kami akan menyelinap keluar dari sini meskipun tanpa izinmu! Batinku sambil memalingkan wajah darinya.

    ”Aku pasti tau meskipun kalian menyelinap..” katanya sambil mengeluarkan suara dari hidungnya seakan meremehkanku. Aku melemparkan pandangan tajam ke arahnya.

    Kalau begitu, kami akan teleport dari sini atau apapun caranya agar dapat pergi dari tempat sialan ini!!

    ”Dengan teleport atau apapun cara kalian agar kalian pergi dari sini, dan menjemput kematian,” sambungnya menatapku penuh arti. Aku melihatnya tak percaya dengan apa yang kudengar. Ya ampun!! Demi para peri Aqua, dia mendengar pikiranku!!!!

    Seakan memastikan hipotesisku, Zao menganggukkan kepalanya sekilas. Cukup hanya untuk terlihat olehku. Aku melemparkan pandanganku ke lantai. Mataku tak fokus. Apa? Kenapa? Bagaimana? Aku tak percaya hal ini terjadi padaku. Kapan hal ini terjadi? Bagaimana? Kepalaku pening dengan banyaknya pertanyaan berputar di pikiranku.

    Nanti akan kujelaskan, Cian. Untuk saat ini, tolong tenang dulu..

    Aku nyaris melompat saat mendengar suaranya di kepalaku.

    Kau bisa mengirim telepati denganku?? tanyaku menatapnya tak percaya.

    Ya. Jadi, tenanglah sebentar. Ada yang ingin kudiskusikan dengan kalian.

    Oh, bagus. Aku sudah mulai gila.. batinku seraya menatapnya jengkel. Ia menarik nafas panjang, dan tak mempedulikan kekesalanku.

    ”Aku, untuk kalian ketahui, tau persis situasi apa yang kalian hadapi saat ini,” ia menggantung kalimatnya dan memutar pandangannya ke arahku dan Rou, tak lupa juga Lyang yang sekarang berenang mendekati Rou. Setelah yakin ia mendapat perhatian yang ia butuhkan, ia melanjutkan kalimatnya. ”Juga perasaan yang kalian rasakan, karena beberapa faktor... aku memahaminya. Namun, meskipun begitu, satu hal yang pasti, aku takkan membiarkan kalian bertindak gegabah..”

    ”Kau tak memahaminya, Zao. Keluarga kami..”

    ”Keluarga kalian selamat. Aku sudah mengirim anggota khusus untuk melacak keadaan keluarga kalian kemarin. Sekarang, dengarkan aku,” potongnya cepat pada kalimat Rou. Aku, yang sedari tadi masih mematung dengan kenyataan bahwa Zao mengintip pikiranku menghembuskan nafas lega. Untuk pertama kalinya sejak aku disini, aku melemparkan pandangan terimakasih terhadap Zao. ”Meskipun begitu, kupikir Shiau akan memburu siapa saja yang hilang dari daftar buruannya. Yaitu.. kalian,” tunjuknya ke arah kami bertiga. ”Termasuk Aneue. Jadi, kalian setidaknya punya modal untuk menghadapi serangan pasukan Shiau dalam pencarian Aneue nanti, yang kupercaya akan kalian lakukan cepat atau lambat.”

    Lyang mengangguk. ”Oke, kami akan segera berlatih dengan La-Crone, pembimbing...”

    ”Terlalu lama. Mulai sekarang aku akan membimbing kalian secara pribadi. Aku akan dibantu Ferd. Nama kelompok kalian ’Cync’,” ucapnya datar sambil membisikkan sesuatu di bawah tenggorokannya, dan jarinya yang panjang membuat beberapa gerakan halus tak kasat mata. ”Sekarang kita mulai.”

    Tanpa aba-aba, ruangan disekeliling kami memudar dan saat itulah aku sadar bahwa ia men-teleport kami!!!
     
  4. naufalz Members

    Offline

    Joined:
    Apr 30, 2011
    Messages:
    7
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +1 / -0
    Terus semangat bro :angel:

    Uda kelihatan bakat anda di menulis bro .
     
    • Thanks Thanks x 1
  5. XtracK M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2011
    Messages:
    261
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +256 / -0
    Kami mendarat di suatu tempat asing yang aku tau pasti takkan tercantum di peta manapun. Wilayah ini tertutupi dengan berbagai tumbuhan air yang kutaksir berusia sekitar 100 atau 200 tahun karna terlalu pucat warnanya. Dibalik-balik daun tersebut, kulihat berkas-berkas usang. Sekeliling kami merupakan bangunan yang sangat.... tua. Aku takkan ragu untuk langsung berenang keluar dari tempat ini bila sedikit saja aku dengar bunyi 'krek' ataupun 'trek'. Aku memalingkan mataku dari bangunan tua ini dan kulihat dua sosok samar.. yang semakin jelas mendekat ke arah kami.

    "Selamat datang di Orion-lingkaran Spica..." ucap salah satu sosok tersebut. Aku langsung melengos malas. Ya, tak perlu kusebutkan siapa yang bicara tadi karna kau pasti tau siapa. Aku menendang-nendang kerikil kecil dengan ujung ekorku, dan mengalihkan pikiranku dari segala perkataannya. Aku mungkin bersikap kekanak-kanakan, tapi kurasa dia pantas menerimanya karena telah memasuki wilayah pribadiku tan-pa-i-zin.

    "Kau dengar, Cian?"

    "Dengar, dengar.." jawabku asal sambil tetap menatap lurus ke arah kerikil di ekorku. Zao menghela nafas panjang, dan dia memerintahkan anak buahnya yang bernama Fred, atau Ferd, atau apalah namanya tadi, dan berenang ke arahku. Aku melihatnya curiga. Aku sudah berusaha sekuat mungkin agar pikiranku tak berfokus agar ia tak bisa membaca isinya. Apakah aku berbuat kesalahan dengan tidak sengaja berpikir fokus?

    "Kita perlu bicara."

    Aku mendengus. "Bicara saja."

    "Cian, tidak disini.." ia menatapku tajam. Aku balas memelototinya sampai mataku sakit.

    "Bicara disi.." kalimatku terpotong karena dengan tiba-tiba ia menarik tanganku dan setengah menyeretku menjauh dari Rou dan Lyang, yang kini bicara entah apa dengan anak buahnya.

    "Tidak disini," ulangnya tegas, dan kembali menarikku kemanapun dia pergi. Aku menghentakkan ekorku kuat, berusaha menarik tanganku darinya, tapi dia malah menggenggamnya makin kuat sampai tanganku sakit. Aku yakin darahku tertahan di pergelangan tangan karena rasa kebas mulai menyusup.

    "Le.. pas tanganku, ZAO!!!" teriakku kesal. Sukurnya, dia mendengar teriakanku dan melepaskan tanganku dalam sepersekian detik setelah aku berteriak. Aku membawa tangan kiriku ke mulut, dan mulai meniup-niup, mendinginkan rasa kebas dan panas yang terasa.

    "Cian, kita harus bicara masalah membaca pikiran itu," bisiknya nyaris tak kedengaran. Aku menghentikan kegiatanku dan memandangnya tajam.

    "Jelas harus dibicarakan," jawabku menahan emosi, dan berenang mendekatinya. "Sekarang, jelaskan padaku untuk apa kau masuk ke dalam kepalaku, kapan, dan bagaimana? Jelaskan sampai sedetil-detilnya."

    "Aku tak bermaksud jelek, Cian.."

    "INI PIKIRANKU, ZAO!!!! MILIKKU!! PRIBADIKU!!! APA HAK-MU MENGETAHUINYA???!!!" teriakku meledak. Zao terdiam dan hanya melihat mataku dalam, seakan ia merasa bersalah atas tindakannya. tapi aku tau kalau dia tak punya perasaan. Merman dingin. Aku mengatur nafasku, dan memalingkan wajahku ke arah lain, dan bergumam. "Lagian, jelek tidaknya itu urusanku. Jawab saja apa yang aku tanyakan sebelumnya, Zao.." aku menyebut namanya dengan perasaan campur aduk. Marah, kesal, malu, sedih, dan lainnya menyatu jadi satu. Aku jadi pening.

    Zao mendesah dan mengubah posisi berdirinya. "Cian, emosimu yang sering naik turun itu bisa membuatmu mendapatkan masalah nanti.. dan rasa ingin tahumu bisa saja akan membunuhmu.." ucapnya pelan nyaris berbisik. Dalam sekejap aku memalingkan kepala ke arahnya. Perkataan apa itu? Kutukan?!

    "Masalah ataupun bukan, itu terserah padaku," aku mengernyitkan hidungku. "Mati atau hidup, memang apa urusanmu?" tanyaku retoris padanya. Namun, ekspresi yang terlintas di wajahnya sama sekali diluar dugaanku. Wajahnya mengeras dan matanya menyiratkan kemarahan yang intense. Aku tak pernah melihatnya berekspresi... seperti itu.

    "Cian.." gumamnya sambil menggeretakkan giginya marah. Aku menelan ludah. Mulai panik. Aku harus bisa mengelak dari kemarahannya. Ayo pikir, pikir...

    "Ja.. jangan mengalihkan pembicaraan, Zao!!" teriakku panik. Aku mundur satu langkah darinya. Jaga-jaga kalau dia tiba-tiba merapal mantra entah apalah itu dan mengubahku menjadi plankton. Tapi, dia tidak merapal mantra, melainkan mendesah berat.

    "Kalau kau memang ingin tau, akan kuberi tau kenapa, Cian," jawabnya sambil melihat lurus ke dalam mataku. Aku mengangguk. "Tapi, aku takkan menjelaskannya segampang yang kau kira. Oh, untuk sekedar info.. aku benci mengulang perkataan.." sambungnya cepat dan pelan sambil tersenyum, dan entah darimana, terdapat kilau yang berbeda dalam matanya yang bersinar birunya laut dalam.
    akhirnya selesai juga ini chapter.. :sigh:
     
    Last edited: Oct 8, 2011
  6. angel_sweetsnow4 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 26, 2011
    Messages:
    17
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +8 / -0
    wao.. udah panjang...
    sayangnya ga ada post yang dikompilasi per chapter ya?
     
  7. XtracK M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2011
    Messages:
    261
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +256 / -0
    well, gk ada, sih...
    tapi, lo mau, silakan aja. :lalala:
     
  8. XtracK M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2011
    Messages:
    261
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +256 / -0
    “Meridic Polli adalah mantra kuno. Sihir ini membutuhkan konsentrasi dan kestabilan jiwa yang tinggi karena setiap pikiran dari objek akan terdengar baik sadar ataupun tidak..”

    “Jadi, aku objek?” selaku sambil mendengus. Zao menatapku tak senang. Aku balas dengan memelototinya. Selama beberapa saat, kami tak bicara apa-apa. Aku menghela. “Oke, lanjutkan.”

    “Jangan menyela setiap perkataanku, atau kau takkan pernah dapat penjelasan, Cian,” tegurnya dengan suara rendah. Aku mengangguk malas-malasan. “Mantra ini efisien digunakan untuk mata-mata. Tak ada yang bisa disembunyikan objek dari pengguna mantra. Tapi, mantra ini akan membuat Nifodi* tidak lagi berjalan semestinya, dan objek akan terikat selamanya dengan pengguna.”

    “Tunggu! Terikat selamanya??” aku mengangkat alisku tinggi-tinggi. Itu mimpi buruk!

    “Cian..” tegurnya lagi.

    Aku menarik nafas dalam. Sialan!!

    “Mantra ini akan membuat dua tubuh jadi satu. Lalu, La guana inez** akan berpengaruh sangat buruk.. terlebih bagimu. Mantra pelindung takkan ampuh pada pengguna mantra ini... siapapun orangnya. Jadi, kusarankan kau belajar pertahanan diri tanpa membuat semuanya sulit, Cian.”

    “Hei! Apa tadi itu? La.. gina.. unis?”

    Dia hanya tertawa kecil meremehkan, dan pergi dari hadapanku.

    “Tunggu!! Zao!!” teriakku meraih tangannya. Saat itu juga, entah kenapa aku merasakan gelombang aneh yang tak familiar menyentakku. Rasanya bercampur baur. Aku bahkan tak bisa mendefinisikan apa yang kurasakan sampai Zao menarik tangannya dan berpaling menghadapku. Ekspresinya kaget dan.. ada ekspresi lain yang tak kumengerti.

    “Kau..”

    “Senior!!”

    Suara panggilan itu seakan menyadarkan kami berdua. Aku langsung melepaskan tanganku dari lengannya, dan dalam sekajap perasaan aneh itu hilang. Zao memandangku beberapa saat sebelum membalikkan badannya dariku, dan berenang menuju Ferd.

    Aku pun berenang ke arah Lyang dan Rou yang kini duduk jauh-jauhan satu sama lain di masing-masing pojokan berbatu. Kepalaku penuh dengan pertanyaan.

    Apa tadi itu?

    Aku sampai di antara Lyang dan Rou dan menghela. Sepertinya hal tadi disingkirkan dulu saat ini. Ada apa dengan dua ekor temanku ini?

    Aku berenang ke arah Rou, dan duduk sambil memperhatikan arah matanya yang menuju Lyang. Sorotannya memancarkan kekecewaan dan sakit hati, dan... lega. Apa-apaan dengan mermaid ini?

    “Rou..” panggilku pelan. Rou mengangkat kepalanya ke arahku. Senyum palsu dengan segera terbentuk di wajahnya. Hei!! Ini masalah serius!

    “Sebenarnya.. ada apa dengan Lyang+Rou?” tanyaku penasaran. Rou memalingkan wajahnya dariku dan mendesah.

    “Masalah... kesetiaan.”

    Kata Rou yang terakhir mengejutkanku. “Kalian jadian??!” tanyaku antusias. Ho ho ho! Sudah kuduga mereka akan jadi sejoli dalam waktu dekat. Aku tak lagi merasa sakit jantung setiap kali Lyang dekat dengan mermaid lain.. dan aku sangat bersyukur. Nggak lucu kalau aku meninggal karena salah seorang temanku penyebabnya.

    Rou tertawa kecil. “Bukan itu maksudnya, Cian.”

    Aku mengernyit. Sepertinya seharian ini alisku telah banyak berolahraga.

    “Lalu?”

    “Ini masalah yang rumit..

    “Uhmm.. bisa kubantu?”

    Rou menggeleng. “Maaf, Cian. Tapi.. kali ini Lyang yang harus menyelesaikannya sendiri.”

    “Oh.. oke kalau begitu..” aku mengangkat bahuku. “Setidaknya, kali ini Lyang tak bisa asal main tonjok setiap ada masalah, dan ini kesempatan yang bagus..”

    Rou tertawa keras. Memegangi perutnya, dan bahunya tergucang hebat. Ia tertawa sampai matanya berairr, dan melihat wajahnya yang aneh begitu, mau tak mau aku juga tertawa.

    Syukurlah.. kami masih bisa tertawa.
    kitta kitta!!!
    :nikmat:

    *nasib
    **[masih rahasia. chapter kedepannya pasti muncul]
    :hehe:
     
    Last edited: Jan 6, 2012
  9. Nebunedzar M V U

    Offline

    No information given.

    Joined:
    Mar 7, 2009
    Messages:
    707
    Trophy Points:
    227
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +5,466 / -0
    Kisahnya makin menarik seiring berkembangnya cerita. Dan walaupun jenis untuk pembaca dari kalangan wanita muda--secara demografi, pembaca lainnya masih bisa menerima. Ya komentarku baru segitu saja sih, nanti kubaca sampai tuntas ya.
     
    • Thanks Thanks x 1
  10. XtracK M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2011
    Messages:
    261
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +256 / -0
    ceritanya panjang x emang bagi yang baru mulai, kk nebu..:malu:
    tapi, i'll wait your comment again!!
    :yahoo:
     
    • Thanks Thanks x 1
  11. spinx04 Veteran

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Nov 22, 2009
    Messages:
    1,675
    Trophy Points:
    217
    Ratings:
    +2,539 / -0
    open automaticCloseThread
    authorRequest granted
    :robot:

    yak, silahkan dilanjutkan kembali ide nya yang sedang mengepul2 seperti asap bakpao panas :hoho:
     
  12. XtracK M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2011
    Messages:
    261
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +256 / -0
    “Sihir pertahanan yang kalian kenali hanya dasarnya. Mulai sekarang kalian akan mempelajari makna sebenarnya dari sihir perlindungan,” Ferd berenang pelan, mengitari kami dengan pandangan mata coklatnya yang tajam. ”Sihir pelindung ini dinamakan Affodii. Prinsip pemakaiannya sama dengan sihir dasar, Mereiaffodii, hanya saja di sini kalian akan menggunakan sedikit inti sari kehidupan kalian untuk dapat mempelajarinya. Tapi karena keadaan saat ini terlalu penting, maka inti sari kehidupan kalian diganti dengan media sihir, Fedelta,” lanjutnya tegas. Aku menghela nafas.

    ”Daripada kau menjelaskannya panjang lebar, kenapa tidak kau praktekkan saja? Asal kau tau, waktu kita.. kami terbatas.”

    Ferd memalingkan wajahnya seketika ke arahku. Mata coklatnya sedikit menyala dan satu emosi yang sangat kukenali tersirat di sana. Aku mempersiapkan mental, mana tau dia menyerangku saat aku lengah. Namun dia hanya menarik nafas panjang dan mengeluarkan sesuatu dari tangannya, diiringi dengan kemunculan busa merah yang seperti lava. Aku tercekat. Demi Peri Aqua! Aku tak melihat benda apapun menempel atau dibawa di tangannya. Tapi sekarang sebuah benda seperti sirip dan seukuran mata ikan melayang di atas tangannya.

    ”Itukah Fedelta?” tanya Rou berbisik. Ferd mengangguk.

    ”Benar.”

    ”Apa bentuknya memang seperti itu? Apa kau tidak kepanasan?” tanyaku penasaran. Sungguh! Benda itu dilingkupi oleh busa aneh yang terus tersulut, seperti api saat gunung Hindan meletus empat tahun lalu.

    Ferd kembali tersenyum. Entah mengapa aku tak senang melihatnya.

    ”Kau mau memegangnya?” katanya sambil menyodorkan benda aneh tersebut ke arahku. Aku berkedip sekali.

    ”Tidak. Terimakasih,” tukasku sambil menegakkan badan. Tanpa dapat kuelak, Rou mendorongku minggir dan mengambil benda mengerikan dan aneh tersebut dari tangan Ferd.

    ”Jangan terlalu kasar, Cian..” protesnya.

    ”Ya, ya.. hati-hati saja dengan benda aneh itu. Mana tau dia jadi monster..” kilahku. Rou tertawa.

    ”Jangan konyol. Ferd kan kepercayaannya Zao,” balasnya sambil memandangku penuh arti yang tak ingin kuketahui. Aku menghela nafas pendek.

    ”Aku hanya memperingatkan.”

    ”Tenang aja..” ia mendekatkan benda itu ke matanya dan secara ajaib benda tersebut berubah menjadi bentuk bintang. Berkilauan kehijauan diselingi dengan warna merah kuning.

    ”Rou!!” Lyang cepat merampas benda tersebut dari tangan Rou, namun benda tersebut merayap lepas dari tangannya dan menempel ke lengan kanan atas Rou. Dengan pasti menyelip masuk ke kulit Rou seakan benda tersebut memang berasal dari sana.

    ”Oh Peri Aqua, Rou!” aku bergegas menuju ke arah Rou, sementara Lyang berurusan dengan si pembawa petaka, Ferd.

    ”Apa yang kau lakukan pada Rou?!” Lyang menarik bagian kerah depan baju seragam Ferd kasar. Ferd hanya tersenyum dan menunjuk ke arah Rou. Lyang tidak melepaskan peganyannya dan mengalihkan pandangannya, sambil tetap mengawasi Ferd melalui ujung mata, ke arah Rou. Bersamaan dengan pandangan Lyang, aku juga mengalihkan objek mataku kepada Rou.

    Demi para Peri Aqua!!

    Rou bersinar!

    Aku menahan nafas.

    Apa... maksudnya ini?!

    tadaima~~~~ :lalala:

    ayo, sini cabenya :minta:
     
    Last edited: Apr 12, 2013
  13. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :matabelo: putri duyung. ikaaaaannnn!!!! :ngambek: jadi laper :tega: baru baca sampe chap 1.5 sih, klo sempet saya lanjut lg bacanya :kecewa: soalnya saya klo baca lama banget sih. Hmm.. cabe ya? berhubung saya nda punya cabe dan ga suka makanan pedes, jadi saya nda bisa bagi2 cabe :maaf: hanya bisa memberikan komentar mengenai hal-hal umum sebagai seorang pembaca aja.

    gaya bahasanya friendly, jadi cukup enak untuk dicerna. kisah dan idenya juga cukup menarik, sejauh yang saya baca, saya baru menemukan penekanan pada persahabatannya saja sih. deskripsi mengenai seting waktu, tempat, dan beberapa hal lain memang masih berasa sedikit kurang sih, tapi yah sedikit2 saya masi bisa membayangkan situasinya karena sering baca kisah tentang putri duyung klo ga perna mungkin nda bisa bayangin

    mengenai peri aqua juga masih belum dijelaskan apa perannya dalam kehidupan para mermaid/merman. alasan apa yang membuat mereka mengadakan festival untuk sang peri sendiri juga belum jelas (atau mungkin di belakang akan dijelaskan?? baru baca awal2 duang sih, jadi maaf klo nda tau :maaf:)

    untuk masalah penulisan, logic dll saya blm sempet komen :keringat: karena klo dah komen tentang itu sepertinya akan sangat panjang (takut dibilang bawel benernya :ngacir:)

    :peace: segitu dulu, semoga membantu
     
    • Like Like x 1
  14. XtracK M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2011
    Messages:
    261
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +256 / -0
    yay!!!
    cabenya enak banget... :kenyang:

    masalah setting dan waktunya emang rada kacau balau karna idenya pasti bakalan cepet hilang klo dijelasin waktunya. jadi, rada bikin bingung juga :keringat:
    peranan peri aqua.... iya juga, ya! :kaget:

    aku juga gk tau!! :aaaa:

    nti ak pikirin lagi, kk :madesu:

    thanks sekali lagi atas cabenya.:peace:
    semangat! semangat! :onfire:
     
    Last edited: Apr 13, 2013
  15. XtracK M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2011
    Messages:
    261
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +256 / -0
    ”Rou!!” aku mengulurkan tangan, mencoba menarik Rou dari pusaran cahaya yang menyelimutinya. Namun kilatan tajam yang menyengat menampik ujung jari-jariku dan aku terlonjak kaget. Tanganku terasa perih dan menyanyat. Aku melihat dengan jantung berdebar-debar. Kulihat jemariku tersayat dengan sayatan kecil-kecil. Apa-apaan ini?

    ”Rou!”

    Suara Lyang membuatku berpaling cepat padanya. Ia melepas cengkramannya dari Ferd dan berenang cepat ke arah Rou. Mataku membelalak lebar. Aku menangkap pergelangan tangannya cepat.

    ”Jangan!! Lyang!!”

    ”Cian, lepas!”

    ”Cahaya itu berbahaya!” aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat. Mengangkat sebelah tanganku yang terluka ke depan mukanya. ”Lihat? Kau akan tersayat! Cahaya itu akan menyerangmu!” jelasku cepat sambil menarik Lyang menjauh. Lyang mengerutkan alisnya sesaat pada tanganku, namun ia menggeleng pelan.

    ”Aku akan menerimanya,” ucap Lyang nyaris berbisik.

    ”Apa-? Lyang!!” pertanyaanku terputus saat dengan kasarnya Lyang menarik tangannya lepas dariku dan berenang ke arah Rou. Aku berusaha menolong Lyang, namun dihentikan oleh Ferd. Ferd menggelengkan kepalanya. Memberikan perintah bisu yang tegas. ”Lepas!! Lyang! Rou!” aku menjerit panik saat kulihat kedua sahabatku dilingkupi oleh cahaya aneh itu. Lyang menjerit, nyaris melolong kesakitan saat tubuhnya dilecuti oleh kilatan-kilatan tajam yang muncul dari segala arah. Darah menetes dari bekas-bekas lecutan. Lengan Lyang tetap memeluk erat tubuh Rou yang juga menjerit kesakitan. Air mata yang membasahi pipi Rou berwarna hijau. Demi peri Aqua.. apa yang sebenarnya terjadi?

    Aku menggigit bibirku dan berpaling dari pemandangan menyakitkan di depanku. Aku mencengkram dengan kasar baju Ferd dan berteriak marah.

    ”Apa yang kau lakukan pada Rou?!”

    Ferd menatapku tajam dan berkata. ”Ini ujian, Cian.”

    Butuh waktu beberapa detik bagiku untuk mencerna kata-katanya di balik otakku yang tetutup kabut kemarahan dan putus asa.

    ”Ujian? Apa maksudmu?”

    ”Ini ujian,” Ferd melepaskan tanganku dari bajunya dan menatapku lurus, seakan membuktikan padaku bahwa ia tak mempermainkanku. ”Rou sedang menjalani ujian kepantasan untuk menyandang media sihir, Fedelta.”

    Aku menarik nafas pendek, sama sekali tak sadar bahwa aku menahan nafas saat berusaha memahami penjelasannya. ”Untuk-” aku tersentak kaget saat percikan sinar itu semakin bertambah lebar dan liar. ”-apa?” sambungku sambil berenang sedikit menjauh dari mereka. Pandangan Ferd tetap terpaku pada Rou sebelum menjawab pertanyaanku.

    ”Apa kau tau apa guna Fedelta?”

    ”Jangan bertele-tele!! Ka-”

    ”Jawab!!”

    Aku membelalak kaget mendengar bentakan Ferd yang baru sekali ini kudengar. Tanpa sadar aku mundur, membuat titik aman darinya. ”Un.. untuk mempelajari sihir tanpa mengambil intisari.. kehidupan?” aku mengakhiri kalimatku dengan tanda tanya karena aku masih tidak begitu mengerti maksud benda itu. Aku menatap was-was pada Ferd, sedikit khawatir jawabanku salah sasaran dan membuatnya mencaci.. atau lebih parah lagi mengutukku dengan kemampuan sihirnya yang menyebalkan.

    Tapi dia mengangguk sekilas. Fuh...

    ”Tepat. Fedelta adalah media yang menggantikan penggunaan sihir dari penyerapan intisari kehidupan kalian. Fedelta memang tidak biasa digunakan karena untuk menggunakannya harus melalui ujian tersendiri.”

    ”Ujian?”

    Ferd mengangguk. ”Ujian yang ditentukan oleh Fedelta sendiri.”
    :malu::malu:
     
  16. XtracK M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2011
    Messages:
    261
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +256 / -0
    Aku menyipit tak mengerti. ”Kau menyebutnya seakan ’Fedelta’ adalah makhluk, bukan benda,” itu penyataan, bukan pertanyaan.

    ”Karena Fedelta mempunyai kemampuan untuk berpikir,” Ferd mengalihkan mukanya dariku. ”Fedelta merupakan benda sihir tingkat tinggi karena mampu melindungi intisari kehidupan penggunanya dari beberapa sihir tertentu yang berbahaya. Karena kemampuan itu, benda ini tak bisa dipakai sembarangan. Ujian yang harus dilalui setiap pengguna berbeda-beda, tergantung jenis jiwa yang disembunyikan si pengguna. Bila berhasil melaluinya, maka si pengguna dapat memerintahkan Fedelta sesuai keinginannya.”

    ”Bukannya fungsi Fedelta hanya untuk melindungi jiwa? Apa maksudmu dengan memerintahkan Fedelta?”

    Ferd diam sesaat sebelum menjawab. ”Selain melindungi, Fedelta mampu memanfaatkan jenis jiwa yang sama dengan penggunanya sebagai senjata. Misalnya, bila si pengguna punya jenis kegelapan, maka sia-sia melawannya dengan serangan kegelapan. Apalagi melawannya dengan merman atau mermaid yang punya jenis jiwa yang sama, yaitu kegelapan. Jiwa lawannya tersebut dapat dimanfaatkan oleh si pengguna untuk menyerang balik dan akibatnya sangat fatal,” Ferd menarik nafas sejenak dan menoleh ke arahku. ”Tapi tak banyak yang tau kemampuan ini. Kurasa sekarang kau mengerti tindakan dari senior Zao?” tanyanya dengan pandangan mata menuduh. Aku tak dapat membalas kata-katanya dan memalingkan pandanganku ke batu di dekat ekorku.

    ”Umm.. bagaimana kalau tak lulus ujiannya?” tanyaku ragu-ragu.

    ”Mati.”

    Aku menyentakkan kepalaku cepat. Pandangan Ferd acuh tak acuh, seakan ia tidak baru saja meletakkan racun mematikan di dalam kata-katanya.

    ”Ma-”

    ”Tapi tenang saja. Senior telah memilihkan jenis Fedelta yang tidak terlalu ekstrim untuk kalian.”

    Aku langsung terdiam dan rasa syukur merembes ke seluruh tubuhku. ”Oh..” aku menarik nafas lega. Pikiranku menjalar pada makhluk yang biasa kuanggap paling menyebalkan dan reseh sedunia, Zao. Aku tak menyukainya. Benar-benar tak menyukainya. Tapi, setelah kejadian hari ini dan kenyataan dari sikapnya yang sebenarnya, bagaimana aku tetap membencinya? Ini semua terasa... aneh. Bukan sesuatu yang biasa kuhadapi. Situasi yang rumit seperti ini bukan keahlianku.

    Ao.. aku harus bagaimana??

    Suara jeritan yang melengking mematahkan jalan pikiranku. Aku menahan nafas saat melihat sinar itu meledak dan kilatan cambuk itu memukuli Lyang keras. Sinar itu menyilaukan mataku, memaksaku menutup mata. Suara Lyang dan suara Rou tak dapat lagi kubedakan. Suara keduanya seakan membelit, menyatu menjadi suatu harmoni yang memekakkan telinga. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Sinar itu melemah, memudar dan akhirnya menghilang seketika. Aku dengan segera berenang ke arah mereka dan menangkap Rou dari hantaman batu-batu kerikil yang tajam, sementara Lyang di tangkap oleh Ferd. Mereka berdua kehilangan kesadaran.

    Aku memukul pelan pipi Rou dan memanggil namanya berulang kali. Rou sama sekali tak bergerak. Aku semakin panik. Jantungku berdebar sangat kencang dan berbagai pikiran tentang kemungkinan terburuk berulang kali terbayang di pelupuk mataku. Oh peri Aqua.. tolong, tolong selamatkan mereka!!

    ”Jangan panik! Ini cuma efek setelah menjalani ujian Fedelta!! Mereka masih hidup!!” teriak Ferd padaku. Kalimat Ferd bagaikan tali penyelamat di antara panikku. Aku mengerjapkan mataku yang penuh airmata dan mengangguk berulang kali sambil membisikkan kata ’ya, ya, ya,’ berkali-kali.

    Aku berenang cepat melewati daerah-daerah berbatu dan pilar-pilar yang tak dapat kuperhatikan dengan seksama. Mataku lurus mengikuti arah gerakan Ferd yang lincah dan cepat di depanku. Aku tak tau berapa belokan, berapa pilar dan berapa pintu ruangan yang kulewati. Fokusku seluruhnya pada Rou dan Lyang.

    ”Ke sini!” seru Ferd sambil mengucapkan mantra ringan dan pintu ruangan tersebut terbuka lebar. Di dalam ruangan tersebut terdapat dua tempat tidur yang lumayan bersih dari yang biasa kutempati. Perabotan yang ada hanya sekedar saja tanpa fungsi memperindah ruangan. Tumbuhan hijau mencurigakan yang banyak tumbuh di tempat ini menempel dengan santainya di dinding kamar, namun tidak sebanyak di kamarku. ”Letakkan Rou di sana!” perintah Ferd sambil menunjuk dengan dagunya ke tempat tidur yang paling dekat denganku, sedangkan ia sendiri meletakkan Lyang ke tempat tidur di dekat jendela. Aku mengangguk sekilas dan langsung berenang menuju tempat yang ditunjuk. Aku membaringkan Rou dengan hati-hati. Tak ingin membuat sentakan sedikit pun yang memungkinkan berakibat fatal baginya.

    ”Apa mereka akan baik-baik saja? Ferd?” aku menggenggam tangan lemas Rou erat-erat. Kurasakan denyut jantungnya lemah sekali. Hanya sekali dalam dua detik.

    ”Jangan khawatir. Dalam dua-tiga hari mereka akan baikan. Sampai saat itu, persiapkan dirimu untuk menerima ujian Fedelta, Cian.”


    please comment meeeeeee :tolong:
     
    • Like Like x 1
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.