1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Adat Pernikahan Batak

Discussion in 'Education Free Talk and Trivia' started by Marco86, Apr 7, 2009.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Marco86 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2009
    Messages:
    1,812
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +28,609 / -0
    Pernikahan Adat Batak


    PENGANTAR


    Pada dasarnya, Adat Perkawinan Adat Batak, mengandung nilai sakral.
    Dikatakan sakral karena dalam pemahaman perakwainan adat Batak, bermakna
    pengorbanan bagi parboru (pihak penganten perempuan) karena ia "berkorban"
    memberikan satu nyawa manusia yang hidup yaitu anak perempuannya kepada
    orang lain pihak paranak (pihak penganten pria), yang menjadi besarnya
    nanti, sehingga pihak pria juga harus menghargainya dengan mengorbankan /
    mempersembahkan satu nyawa juga yaitu menyembelih seekor hewan (sapi atau
    kerbau), yang kemudian menjadi santapan (makanan adat) dalam ulaon unjuk /
    adat perkawinanitu. Sebagai bukti bahwa santapan / makanan adat itu adalah
    hewan yang utuh, pihak pria harus menyerahkan bagian-bagian tertentu hewan
    itu (kepala, leher, rusuk melingkar, pangkal paha, bagian bokong dengan
    ekornya masih melekat, hati, jantung dll). Bagian-bagian tersebut disebut
    tudu-tudu sipanganon (tanda makanan adat) yang menjadi jambar yang nanti
    dibagi-bagikan kepada para pihak yang berhak, sebagai tanda penghormatan
    atau legitimasi sesuai fungsi-fungsi (tatanan adat) keberadaan / kehadiran
    mereka didalam acara adat tersebut, yang disebut parjuhut. Sebelum misi /
    zending datang dan orang Batak masih menganut agama tradisi lama, lembu atau
    kerbau yang dipotong ini (waktu itu belum ada pinahan lobu) tidak sembarang
    harus yang terbaik dan dipilih oleh datu. Barangkali ini menggambarkan hewan
    yang dipersembahkan itu adalah hewan pilihan sebagai tanda / simbol
    penghargaan atas pengorbanan pihak perempuan tersebut. Cara memotongnya juga
    tidak sembarangan, harus sekali potong/sekali sayat leher sapi /kerbau dan
    disakasikan parboru (biasanya borunya) jika pemotongan dilakukan ditempat
    paranak (ditaruhon jual). Kalau pemotongan ditempat parboru (dialap jual) ,
    paranak sendiri yang menggiring lembu / kerbau itu hidup-hidup ketempat
    parboru. Daging hewan inilah yang menjadi makanan pokok "parjuhut" dalam
    acara adat perkawinan (unjuk itu). Baik acara adat diadakan di tempat
    paranak atau parboru, makanan / juhut itu tetap paranak yang membawa /
    mempersembahkan
    Kalau makanan tanpa namargoar bukan makanan adat tetapi makanan rambingan
    biar bagaimanpun enak dan banyaknya jenis makananannya itu. Sebaliknya
    "namargoar / tudu- tudu sipanagnaon" tanpa "juhutnya" bukan namrgoar tetapi
    "namargoar rambingan" yang dibeli dari pasar. Kalau hal ini terjadi di
    tempat paranak bermakna "paranak" telah melecehkan parboru, dan kalau
    ditempat parboru (dialap jula) parboru sendiri yang melecehkan dirinya
    sendiri. Dari pengamatan hal seperti ini sudah terjadi dua kali di Batam,
    yang menunjukkan betapa tidak dipahami nilai luhur adat itu. Anggapan acara
    adat Batak rumit dan bertele-tele adalah keliru, sepanjang ia
    diselenggarakan sesuai pemahamn dan nilai luhur adat itu sendiri. Ia menajdi
    rumit dan bertele-tele karena diselenggrakan sesuai pamahaman atau
    seleranya.


    URUTAN KEGIATAN
    Gambar Nama-nama Bagian Hewan Sapi/Kerbau (Tanda makanan Adat)


    BAGIAN I PRA NIKAH


    Yang dimaksud dengan pra nikah disini adalah proses yang terjadi sebelum
    acara adat pernikahan.
    A. Perkenalan dan bertunangan.
    Pernikahan tidak selalu dengan proses ini, khususnya ketika masih masanya
    Siti Nurbaya
    B. PatuaHata.
    Terjemahannya menyampaiakan secara resmi kepada orang tua perempuan hubungan
    muda mudi dan akan dilanjukan ke tingkat perkawinan. Dengan bahasa umum,
    melamar secara resmi.
    C. Marhori-hori dinding.
    Membicarakan secara tidak resmi oleh utusan kedua belah pihak menyangkut
    rencana pernikahan tersebut
    D. Marhusip.
    Arti harafiahnya adalah berbisik. Maksudnya kelanjutan pembicaraan angka III
    tetapi sudah oleh utusan resmi, bahkan ada kalanya sudah oleh kedua pihak
    langsung
    E. Pudun Saut.
    Parajahaon/ Pengesahan kesepakatan di Marhusip di tonga managajana acara
    yang dihadiri dalihan na tolu dan suhi ampang na opat masing-masing pihak.
    Disini pihak Paranak/Pria sudah membawa makanan adat/makanan namargoar


    Catatan:
    Aslinya dikatakan "Marhata Sinamot" dimana pembicaraan langsung tanpa
    didahului marhusip.


    Yang pokok dibicarakan dalam acara adat Pudun Saut anatara lain adalah:
    1. Sinamot.
    2. Ulos
    3. Parjuhut dan Jambar
    4. Alap Jual atau Taruhon Jual)
    5. Jumlah undangan
    6. Tanggal dan tempat pemberkatan.
    7. Tatacara.(Selengkapnya lihat dalam Pedoman Pudun Saut).


    BAGIAN II UNJUK ATAU ACARA ADAT PERNIKAHAN
    Acara ini diselenggarakan setelah acara pernikahan secara agama sesuai yang
    diatur dalam UU untuk itu.


    A. BEBERAPA Pengertian POKOK DALAM ADAT PERKAWINAN
    1. Suhut:Kedua pihak yang punya hajatan
    2. Parboru : Orang tua pengenten perempuan=Bona ni haushuton
    3. Paranak : Orang tua pengenten Pria= Suhut Bolon.
    4. Suhut Bolahan Amak : Suhut yang menjadi tuan rumah dimana acara adat
    di selenggrakan.
    5. Suhut naniambangan : Suhut yang datang
    6. Hula-hula : Saudara laki-laki dari isteri masing-masing suhut.
    7. Dongan Tubu : Semua saudara laki masing-masing suhut.
    8. Boru : Semua yang isterinya semarga dengan marga kedua suhut.
    9. Dongan sahuta : Arti harafiah "teman sekampung" semua yang tinggal
    dalam huta / kampung komunitas (daerah tertentu) yang sama paradaton /
    solupnya.
    10. Ale-ale : Sahabat yang diundang bukan berdasarkan garis persaudaraan
    (kekerabatan atau silsilah) .
    11. Uduran : Rombongan masing-masing suhut, maupun rombongan masing-masing
    hula-hulanya.
    12. Raja Parhata (RP), Protokol (PR) atau Juru Bicara (JB) masing-masing
    suhut, juru bicara yang ditetapkan masing-masng pihak
    13. Namargoar : Tanda Makanan Adat , bagian-bagian tubuh hewan yang
    dipotong yang menandakan makanan adat itu adalah dari satu hewan
    (lembu/kerbau) yang utuh, yang nantinya dibagikan.
    14. Jambar : Namargoar yang dibagikan kepada yang berhak, sebagai
    legitimasi dan fungsi keberadaannya dalan acara adat itu.
    15. Dalihan Na Tolu (DNT) : Terjemahan harafiah"Tungku Nan Tiga" satu
    sistim kekerabatan dan way of life masyarakat Adat Batak
    16. Solup : Takaran beras dari bambu yang dipakai sebagai analogi
    paradaton, yang bermakna dihuta imana acara adat batak diadakan
    solup/paradaton dari huta itulah yang dipakai sebagai rujukan, atau disebut
    dengan hukum tradisi "sidapot solup do na ro.


    B. PROSESI MASUK TEMPAT ACARA ADAT (Contoh Acara di Tempat erempuan)


    Raja Parhata/Protokol Pihak Perempuan = PRW


    Raja Parhata/Protokol Pihak Laki-laki = PRP


    Suhut Pihak Wanita = SW


    Suhut Pihak Pria = SP


    I. PRW meminta semua dongan tubu / semaraganya bersiap untuk menyambut
    dan menerima kedatangan rombongan hula-hula dan tulang.


    II. PRW memberi tahu kepada Hula-hula, bahwa SP sudah siap menyambut dan
    menerima kedatangan Hula-hula.


    III. Setelah hula-hula mengatakan mereka sudah siap untuk masuk, PRW
    mempersilakan masuk dengan menyebut satu persatu, hula-hula dan tulangnya
    secara berurutan sesuai urutan rombongan masuk nanti:


    1. Hula-hula,
    2. Tulang,
    3. Bona Tulang,
    4. Tulang Rorobot,
    5. Bonaniari,
    6. Hula-hula namarhahamaranggi:
    -a...
    -b....
    -c....
    7. Hula-hula anak manjae,


    IV. PR Hulahula, menyampaikan kepada rombongan hula-hula dan tulang yang
    sudah disebutkan PRW pada III, bahwa SW sudah siap menerima kedatangan
    rombongan hula-hula dan tulang dengan permintaan agar uduran Hula-hula dan
    Tulang memasuki tempat acara, secara bersama-sama. Untuk itu diatur
    urut-urutan uduran (rombongan) hula-hula dan tulang yang akan memasuki
    ruangan. Uduran yang pertama adalah Hula-hula,..., diikuti TULANG
    .......sesuai urut-urutan yang disebut kan PR W pada III.


    V. Menerima Kedatangan Suhut Paranak (SP).
    Setelah seluruh rombongan hula-hula dan tulang dari SW duduk (acara IV),
    rombongan Paranak/SP dipersilakan memasuki ruangan. PRW, memberitahu bahwa
    tempat untuk SP dan uduran/rombongannya sudah disediakan dan SW sudah siap
    menerima kedatangan mereka beserta Hula-hula, Tulang SP dan
    uduran/rombongannya. PRP menyampaikan kepada dongan tubu , bahwa sudah ada
    permintaan dari agar mereka memasuki ruangan.


    Kepada hula-hula dan tulang (disebutkan satu perasatu) yaitu:
    1. Hula-hula,
    2. Tulang,
    3. Bona Tulang,
    4. Tulang Rorobot,
    5. Bonaniari
    6. Hula-hula namarhaha-marnggi:
    7. Hula-hula anak manjae...


    PRP memohon, sesuai permintaan hula-hula SW agar mereka masuk bersama-sama
    dengan SP. Untuk itu tatacara dan urutan memasuki ruangan diatur, pertama
    adalah Uduran/rombongan SP& Borunya, disusul Hula-hula....., Tulang.....dan
    seterusnya sesuai urut-urutan yang telah dibacakan PR (Dibacakan sekali lagi
    kalau sudah mulai masuk).


    C. MENYERAHKAN TANDA MAKANAN ADAT.


    (Tudu-tudu Ni Sipanaganon) Tanda makanan adat yang pokok adalah: kepala
    utuh, leher (tanggalan), rusuk melingkar (somba-somba) , pangkal paha
    (soit), punggung dengan ekor (upasira), hati dan jantung ditempatkan dalam
    baskom/ember besar. Letak tanda makanan adat itu dalam tubuh hewan dapat
    dilihat dalam gambar. Gambar Nama Jambar/Tanda Makanan Adat(Bagin Tubuh
    Hewan Lembu atau Kerbau) Tanda makanan adat diserahkan SP beserta Isteri
    didampingi saudara yang lain dipandu PRP, diserahkan kepada SW dengan bahasa
    adat, yang intinya menunjukkan kerendahan hati dengan mengatakan walaupun
    makanan yang dibawa itu sedikit/ala kadarnya semoga ia tetap membawa
    manfaat dan berkat jasmani dan rohani hula-hula SW dan semua yang menyantap
    nya, sambil menyebut bahasa adat : Sitiktikma si gompa, golang golang
    pangarahutna, tung so sadia (otik) pe naung pinatupa i, sai godangma
    pinasuna.


    D. MENYERAHKAN DENGKE / IKAN OLEH SW


    Aslinya ikan yang diberikan adalah jenis "ihan" atau ikan Batak, sejenis
    ikan yang hanya hidup di Danau Toba dan sungai Asahan bagian hulu dan
    rasanya memang manis dan khas. Ikan ini mempunyai sifat hidup di air yang
    jernih (tio) dan kalau berenang/berjalan selalu beriringan (mudur-udur),
    karena itu disebut; dengke sitio-tio, dengke si mudur-udur (ikan yang hidup
    jernih dan selalu beriringan / berjalan beriringan bersama)
    Simbol inilah yang menjadi harapan kepada penganeten dan keluarganya yaitu
    seia sekata beriringan dan murah rejeki (tio pancarian dohot pangomoan).
    Tetapi sekarang ihan sudah sangat sulit didapat, dan jenis ikan mas sudah
    biasa digunakan. Ikan Masa ini dimasak khasa Batak yang disebut "naniarsik"
    ikan yang dimasak (direbus) dengan bumbu tertentu sampai airnya berkurang
    pada kadar tertentu dan bumbunya sudah meresap kedalam daging ikan itu.


    E. MAKAN BERSAMA
    Sebelum bersantap makan, terlebih dahulu berdoa dari suhut Pria (SP) ,
    karena pada dasarnya SP yang membawa makanan itu walaupun acara adatnya di
    tempat SW.
    Untuk kata pengantar makan, PRP menyampaikan satu uppasa (ungkapan adat)
    dalam bahasa Batak seperti waktu menyerahakan tanda makanan adat:


    Sitiktikma si gompa, golang golang pangarahutna Tung, sosadiape napinatupa
    on, sai godangma pinasuna.


    Ungkapan ini menggambarkan kerendahan hati yang memebawa makanan (), dengan
    mengatakan walaupun makanan yang dihidangkan tidak seberapa (pada hal hewan
    yang diptong yang menjadi santapan adalah hewan lembu atau kerbau yang
    utuh), tetapi mengharapkan agar semua dapat menikmatinya serta membawa
    berkat.
    Kemudian PRP mempersilakan bersantap.


    F. MEMBAGI JAMBAR/TANDA MAKANAN ADAT


    Biasanya sebelum jambar dibagi, terlebih dahulu dirundingkan bagian-bagian
    mana yang diberikan SW kepada SP. Tetapi, yang dianut dalam acara adat yaitu
    Solup Batam, yang disebut dengan "JAMBAR MANGIHUT"dimana jambar sudah
    dibicarakan sebelumnya dan dalam acara adatnya (unjuk) SW tinggal memberikan
    bagian jambar untuk SP sebagai ulu ni dengke mulak. Selanjutnya masing
    masing suhut membagikannya kepada masing-masing fungsi dari pihaknya
    masing-masing saat makan sampai selesai dibagikan.


    G. MANAJALO TUMPAK (SUMBANGAN TANDA KASIH)


    Arti harafiah tumpak adalah sumbangan bentuk uang, tetapi melihat
    keberadaan masing-masing dalam acara adat mungkin istilah yang lebih tepat
    adalah tanda kasih. Yang memberikan tumpak adalah undangan SUHUT PRIA, yang
    diantarkan ketempat SUHUT duduk dengan memasukkannya dalam baskom yang
    disediakan/ ditempatkan dihadapan SUHUT, sambil menyalami pengenten dan
    SUHUT. Setelah selesai santap makan, PRP meminta ijin kepada PRW agar mereke
    diberi waktu untuk menerima para undangan mereka untuk mengantarkan tumpak
    (tanda kasih). Setelah PRW mempersilakan, PRP menyampai kan kepada dongan
    tubu, boru/bere dan undangannya bahwa SP sudah siap menerima kedatangan
    mereka untuk mengantar tumpak. Setelah selesai PRP mengucapkan terima kasih
    atas pemberian tanda kasih dari para undangannya


    H. ACARA PERCAKAPAN ADAT.


    I. MEMPERSIAPKAN PERCAKAPAN:


    1. RPW menanyakan apakah sudah siap memulai percakapan, yang dijawab oleh
    SP, mereka sudah siap


    2. Masing-masing PRW dan PRP menyampaikan kepada pihaknya dan hula-hula
    serta tulangnya bahwa percakapan adat akan dimulai, dan memohon kepada
    hula-hulanya agar berkenan memberi nasehat kepada mereka dalam percakapan
    adat nanti.


    III. MEMULAI PERCAKAPAN (PINGGAN PANUNGKUNAN) .
    Pinggan Panungkunan, adalah piring yang didalamnya ada beras, sirih,
    sepotong daging (tanggo-tanggo) dan uang 4 lembar. Piring dengan isinya ini
    adalah sarana dan simbol untuk memulai percakapan adat.


    1. PRP meminta seorang borunya mengantar Pinggan Panungkunan itu kepada PRW


    2. PRW, menyampaikan telah menerima Pinggan Panungkunan dengan menjelaskan
    apa arti semua isi yang ada dalam beras itu. Kemudian PRW mengambil 3 lembar
    uang itu, dan kemudian meminta salah seorang borunya untuk mengantar piring
    itu kembali kepada PRP


    3. PRW membuka percakapan dengan memulainya dengan penjelasan makna dari
    tiap isi pinggan panungkunan (beras, sirih, daging dan uang), kemudian
    menanyakan kepada makna tanda dan makanan adat yang sudah dibawa dan
    dihidangkan oleh pihak .


    4. Akhir dari pembukaan percakapan ini, keluarga mengatakan bahwa makanan
    dan minuman pertanda pengucapan syukur karena berada dalam keadaan sehat,
    dan tujuan adalah menyerahkan kekurangan sinamot , dilanjutkan adat yang
    terkait dengan pernikahan anak mereka.


    IV. PENYERAHAN PANGGOHI/KEKURANGAN SINAMOT


    1. Dalam percakapan selanjutnya, setelah PRW meminta PRP menguraikan
    apa/berapa yang mau mereka serahkan , PRP memberi tahukan kekurangan
    sinamot yang akan mereka serahkan adalah sebsar Rp...Juta, menggenapi
    seluruh sinamot Rp....Juta. (Pada waktu acara Pudun Saut, sudah menyerahkan
    Rp 15 juta sebagai bohi sinamot (mendahulukan sebagian penyerahan sinamot di
    acara adat na gok).
    2. Sebelum PR mengiakan lebih dulu RP meminta nasehat dari Hula-hula dan
    pendapat dari boru .
    3. Sesudah diiakan oleh PR , selanjutnya penyerahan kekurangan sinamot
    kepada suhut oleh RP.


    V. Penyerahan Panandaion.


    Tujuan acara ini memperkenalkan keluarga pihak perempuan agar keluarga pihak
    pria mengenal siapa saja kerabat pihak perempuan sambil memberikan uang
    kepada yang bersangkutan.Secara simbolis, yang diberikan langsung hanya
    kepada 4 orang saja, yang disebut dengan patodoan atau "suhi ampang na opat"
    ( 4 kaki dudukan/pemikul bakul) yang merupakan symbol pilar jadinya acara
    adat itu. Dengan demikian biarpun hanya yang empat itu yang dikenal/menerima
    langsung, sudah mewakili menerima semuanya. (Mungkin dapat dianalogikan
    dengan pemberian tanda penghargaan massal kepada pegawai PNS yang diwakili 4
    orang, masing-masing 1 orang dari tiap golngan I sampai golongan IV).
    Kepada yang lain diberikan dalam satu envelope saja yang nanti akan
    dibagikan kepada yang bersangkutan.


    V Penyerahan tintin marangkup.


    Diberikan kepada tulang /paman penganten pria (saudara laki ibu penganten
    pria). Yang menyerahkan adalah orang tua penganten perempuan berupa uang
    dari bagian sinamot itu. Seacara tradisi penganten pria mengambil boru
    tulangnya untuk isterinya, sehingga yang menerima sinamot seharusnya
    tulangnya. Dengan diterimanya sebagian sinamot itu oleh Tulang Pengenten
    Pria yang disebut titin marangkup, maka Tulang Pria mengaku penganten
    wanita, isteri ponakannya ini, sudah dianggapnya sebagai boru/putrinya
    sendiri walaupun itu boru dari marga lain.


    VI. Penyerahan/Pemberian Ulos oleh Pihak Perempuan.


    Dalam Adat Batak tradisi lama atau religi lama, ulos merupakan sarana
    penting bagi hula-hula, untuk menyatakan atau menyalurkan sahala atau
    berkatnya kepada borunya, disamping ikan, beras dan kata-kata berkat. Pada
    waktu pembuatannya ulos dianggap sudah mempunyai "kuasa". Karena itu,
    pemberian ulos, baik yang memberi maupun yang menerimanya tidak sembarang
    orang, harus mempunyai alur tertentu, antara lain adalah dari Hula-hula
    kepada borunya, orang tua kepada anank-anaknya. Dengan pemahaman iman yang
    dianut sekarang, ulos tidak mempunyai nilai magis lagi sehingga ia sebagai
    simbol dalam pelaksaan acara adat. Ujung dari ulos selalu banyak rambunya
    sehingga disebut "ulos siganjang/sigodang rambu"(Rambu, benang di ujung ulos
    yang dibiarkan terurai).


    Pemberian Ulos sesuai maknanya adalah sebagai berikut:


    Ulos Namarhadohoan


    No
    Uraian Yang Menerima
    Keterangan


    A
    Kepada Paranak


    1
    Pasamot/Pansamot
    Orang tua pengenten pria


    2
    Hela
    Pengenten


    B
    Partodoan/Suhi Ampang Naopat


    1
    Pamarai
    Kakak/Adek dari ayah pengenten pria


    2
    Simanggokkon
    Kakak/Adek dari pengenten pria


    3
    Namborunya
    Saudra perempuan dari ayah pengenten pria


    4
    Sihunti Ampang
    Kakak/Adek perempuan dari pengenten pria


    Ulos Kepada Pengenten


    No
    Uraian Yang Mangulosi
    Keterangan


    A
    Dari Parboru/Partodoan


    1
    Pamarai 1 lembar, wajib
    Kakak/Adek dari ayah pengenten wanita


    2
    Simandokkon
    Kakak/Adek laki-laki dari pengenten wanita


    3
    Namborunya (Parorot)
    Iboto dari ayah pengenten wanita


    4
    Pariban
    Kakak/Adek dari pengenten wanita


    B
    Hula-hula dan Tulang Parboru


    1
    Hula-hula
    1 lembar, wajib


    2
    Tulang
    1 lembar, wajib


    3
    Bona Tulang
    1 lembar, wajib


    4
    Tulang Rorobot
    1 lembar, tidak wajib


    C
    Hula-hula dan Tulang Paranak


    1
    Hula-hula
    1 lembar, wajib


    2
    Tulang
    1 lembar, wajib


    3
    Bona Tulang
    1 lembar, wajib


    4
    Tulang Rorobot
    1 lembar, tidak wajib


    Catatan:
    1. Hula-hula namarhahamaranggi dohot hula-hula anak manjae ndang ingkon
    ulos tanda holong nasida boi ma nian bentuk hepeng, songon na pinatorang.
    Songoni angka na asing na marholong ni roha.
    2. Keruwetan yang terjadi karena undangan pihak permpuan merasa uloslah
    yang mejadi tanda holong/tanda kasih sehingga harus mengulosi, pada hal
    sesuai pemahamn pemebri ulos yang tidak sembarangan, ulos yang diberikan itu
    artinya sam dengan kado/tanda kasih bentuk lain baik barang atau uang,
    tidak ada nilai adat/sakralnya lagi
    VII. Mangujungi Ulaon (Menyimpulkan Acara Adat)
    1. Manggabei (kata-kata doa dan restu) dari pihak SW. Berupa kata-kata
    pengucapan syukur kepada Tuhan bahwa acara adat sudah terselenggara dengan
    baik:
    a.Ucapan terima kasih kepada dongan tubu dan hula-hulanya
    b.Permintaan kepada Tuhan agar rumah tangga yang baru diberkati demikian
    juga orang tua pengenten dan saudara yang lainnya.
    2. Mangampu (ucapan terima kasih) dari pihak SP
    Ucapan terima kasih kepada semua pihak baik kepada hula-hula SW maupun
    kepada SP atas terselenggaranya acara adat nagok ini.
    CATATAN:
    Dalam marhata gabe-gabe dan mangampu, RP masing-masing biasanya memberi
    kesempatan kepada Hula-hula dan boru/ber masing-masing turut menyampaikan
    beberapa kata sesuai fungsinya baru SUHUT sebagai penutup. Disini tidak
    pada tempatnya memberi nasehat kepada pengenten panjang lebar, tetapi
    senentiasa permintaan kepada Tuhan agar rumah tangga yang baru itu menjadi
    rumahtangga yang diberkati.
    3. Mangolopkon (Mengamenkan) oleh Tua-tua/yang dituakan di Kampung itu
    Kedu suhut dan , menyediakan piring yang diisi beras dan uang ( biasanya
    ratusan lembar pecahan Rp1.000 yang baru) kemudian diserahkan kepada Rja
    Huta yang mau mangolopkon Raja Huta berdiri sambil mengangkat piring yang
    berisi beras dan uang olop-olop itu. Dengan terlebih dahulu menyampaikan
    kata-kata ucapan Puji Syukur kepada Tuhan Karen kasih-Nya cara adat rampung
    dalam suasan dami (sonang so haribo-riboan) serta restu dan harapan kemudian
    diahiri , dengan mengucapkan: olop olop, olop olop, olop olop sambil menabur
    kan beras keatas dan kemudian membagikan uang olop-olop itu.
    4.Ditutup dengan doa /ucapan syukur. Akhirnya acara adat ditutup dengan doa
    oleh Hamba Tuhan. Sesudah amin, sama-sama mengucapkan: horas...! horas...!
    horas...!
    5. Bersalaman untuk pulang...
    BAGIAN III PASKA PERNIKAHAN
    Ada tradisi lama (tidak semua melakukannya) setelah acara adat nagok , ada
    lagi acara yang disebut paulak une/mebat dan maningkir tangga. Acara ini
    dilakukan setelah penganten menjalani kehidupan sebagai suami isteri
    biasanya sesudah 7-14 hari (sesudah robo-roboan) yang sebenarnya tidak
    wajib lagi dan tidak ada kaitannya dengan acara keabsahan perkawinan adat na
    gok. Acara dimaksud adalah:
    I. Paulak Une
    Suami isteri dan utusan pihak pria dengan muda mudi (panaruhon) mengunjungi
    rumah mertu/orang tuanya dengan membawa lampet (lampet dari tepung beras
    dibungkus 2 daun bersilang). Menurut tradisi jika pihak pria tidak berkenan
    dengan pernikahan itu (karena perilaku) atau sang wanita bukan boru ni raja
    lagi, si perempuan bisa ditinggalkan di rumah orang tua perempuan itu.
    II. Maningkir Tangga. (Arti harafiah "Menilik Tangga)
    Pihak orang tua perempuan menjenguk rumah (tangga anaknya) yang biasanya
    masih satu rumah dengan orang tuanya.
    CATATAN:
    Sekarang ini ada yang melaksanakan acara paulak une dan maningkir tangga
    langsung setelah acara adat ditempat acara adat dilakukan, yang mereka
    namakan "Ulaon Sadari" . Acara ini sangat keliru, karena disamping tidak ada
    maknanya seperti dijelaskan diatas, tetapi juga menambah waktu dan biaya (
    ikan & lampet dan makanan namargoar) dan terkesan main-main/ melecehkan
    makna adat itu.
    Karena itu diharapkan acara seperti ini jangan diadakan lagi dengan alasan:
    1. Dari pemahaman iman, rumah tangga yang sudah diberkati tidak bisa
    bercerai lagi dengan alasan yang disebut dalam pengertian Paulak Une, dan
    pemahaman adat itu dilakukan setelah penganten mengalami kehidupan sebagai
    suami isteri.
    2. Terkesan main-main, hanya tukar menukar tandok berisi makananan,
    sementara tempat Paulak Une dan Maningkir Tangga yang seharusnya di rumah
    kedua belah pihak. Rrtinya saling mengunjungi rumah satu sama lain,
    diadakan di gedung pertemuan , pura-pura saling mengunjungi, yang tidak
    sesuai dengan makna dan arti paulak une dan maningkir tangga itu.
    3. Menghemat waktu dan biaya, tidak perlu lagi harus menyediakan makanan
    namargoar (paranak) dan dengke dengan lampetnya (parboru)
    4. Acara itu tidak harus diadakan dan tidak ada hubungannya dengan keabsahan
    acara adat nagok perkawinan saat ini.
    5. Acara Paulak Une dan Maningkir Tangga diadakan atau tidak, diserahkan
    saja kepada kedua SUHUT karena acara ini adalah acara pribadi mereka,
    biarlah mereka mengatur sendiri kapan mereka saling mengunjungi rumah.
    Pemberian Ulos sesuai maknanya adalah sebagai berikut: Ulos Namarhadohoan.
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. roadscrappers M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 20, 2008
    Messages:
    703
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +2,582 / -0
    wow, komplit amat bos...

    copy paste dulu buat blajar...

    mskipun gw sbenernya paling males kalo harus pake adat2an.. :((
     
  4. Izan M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jan 5, 2009
    Messages:
    2,887
    Trophy Points:
    176
    Ratings:
    +3,764 / -0
    nice info bro :top:

    tapi gwa rad males bacanya terlalu banyak sih :lol:
     
  5. logitech M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Dec 4, 2008
    Messages:
    1,372
    Trophy Points:
    241
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +6,686 / -0
    lengkap bgt...
    tp susah jg jd org batak y... nikah susah amir...
    sory klo ada yg tersinggung :onion-69:
    no offense bro smua...
    btw nice info gan :smiley_beer:
     
  6. hadinatayp Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 7, 2009
    Messages:
    24
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +1 / -0
    wkwkwk, baru tau aku kalo orang batak nikahnya gitu, padahal aku tinggal di medan
     
  7. HoushiNoHikari M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 26, 2009
    Messages:
    3,404
    Trophy Points:
    162
    Ratings:
    +4,954 / -0
    baca aja nga sanggup gimana ngejalanin adatnya:lol:
    sedikit bersyukur jadi anak jakarta :lol:
     
  8. roadscrappers M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 20, 2008
    Messages:
    703
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +2,582 / -0
    munkin ini salah satu reason knapa gw males merit...
    it's too complicated..:hammer:
     
  9. logitech M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Dec 4, 2008
    Messages:
    1,372
    Trophy Points:
    241
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +6,686 / -0
    serius ni gan?? ga mw merit??? :???:
     
  10. roadscrappers M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 20, 2008
    Messages:
    703
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +2,582 / -0
    ^
    yup... i'm serious...:rokok:
     
  11. Marco86 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2009
    Messages:
    1,812
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +28,609 / -0
    sori kk, bis emang panjang siey... Gw baca2 soalnya sudara gw ada yg mau kawin ama orang batak..hehee
     
  12. metzebs M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 30, 2008
    Messages:
    231
    Trophy Points:
    112
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +926 / -0
    Gak separah itu sich bro...jangan sampai gak mau merrit dunk...atau jangan2 masih belum ada gacaoan nich...
    :onion-03: :onion-03: :onion-03:

    Penjelasan Om TS memang komplit, tapi sewaktu ngejalaninnya gak terlalu sesusah sewaktu membacanya....wkwkwkwk..
    apalagi kalau udah selesai acara adatnya...
    Selanjutnya...... (Terserah anda)
    :scooter:.......... tancap mang..
     
  13. ss..dd..ss M V U

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 27, 2008
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    57
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +83 / -0
    terima kasih amang...mantap kali lah ini..awak sering ikut adat pernikahan batak gag hapal-hapal saking panjang dan melelahkannya...
    :hipno::hipno:
     
  14. Jacktrops M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 10, 2008
    Messages:
    628
    Trophy Points:
    66
    Ratings:
    +81 / -0
    Heheh tapi itu adalah salah satu budaya yang ada di Indonesia dan itu wajib di jaga oleh penerusnya!

    sori buat ts dan semuanya kalo untuk adat yang dikorbankan tergantung dari harta atau kekayaan yang dimiliki oleh paranak karena yang ts buat disitu yang dikorbankan adalah kerbau/sapi tapi itu dilakukan apabila si paranak atau keluarganya memiliki dana untuk kesitu namun dari yang terjadi dimasyarakat batak khususnya dilakukan pemotongan babi (sori tapi ini yang ada dimasyarakat batak umumnya ).

    ini saya tau dari temen serta dari yang saya liat sendiri.

    Jaga budaya kita untuk anak cucu kita kelak jangan biarkan budaya asli indonesia hilang punah dan termakan budaya asing.
     
  15. boyaga Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 20, 2009
    Messages:
    25
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +5 / -0
    memang ya adat batak hebet and lama
    mamang tulang gak bisa lebih cepat lagi
     
  16. gear10 M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 4, 2009
    Messages:
    7,677
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +34,616 / -0
    enak kalo married itu catatan sipil saja kali yah :top:
    terus langsung honey moon deh :siul:
    adat2an gitu ribet bgt, lama bgt lagi acaranya :swt:
     
  17. Geekrulez M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jul 7, 2008
    Messages:
    241
    Trophy Points:
    66
    Ratings:
    +175 / -0
    Setahu gw, adat Batak mahal... Walaupun relatif, berdasarakan harta, tetap harus mahal.
    Even when u r poor, u have to have extravagant style.


    Klo gw yg modern aj.
     
  18. am4terazu M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 25, 2009
    Messages:
    2,631
    Trophy Points:
    162
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,658 / -0
    gw sebenarnya malas kalo ada urusan maradat ini...
    tp apapun katanya, budaya tetap harus dilestarikan...
    :niceinfo:
     
  19. ikarus07 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jul 10, 2009
    Messages:
    520
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,630 / -0
    aw :swt:
    banyak amed..
    butuh persiapan berapa bulan tuh?
     
  20. ponso Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 1, 2010
    Messages:
    23
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +153 / -0
    Ane orang batak, tapi tetap aja gak hafal ritualnya..
    hehehe..
     
  21. gembel69 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 21, 2010
    Messages:
    547
    Trophy Points:
    191
    Ratings:
    +14,244 / -0
    Gak mau ah kalau suatu saat nikah ama orang batak..
    .
    didepan baik pi belakangnya....
    .
    huaaaaaaaaaa................
    .
    dijadikan budak....
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.