1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Legend/Myth Two Great Chinese Legend - Facts and Fiction

Discussion in 'History and Culture' started by Kurenai86, Mar 30, 2010.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Kurenai86 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 26, 2010
    Messages:
    548
    Trophy Points:
    191
    Ratings:
    +5,213 / -0
    yup
    erlang yang punya mata 3 yang bisa buka kedok penyamarannya SWK waktu mereka berdua adu ilmu berubah wujud itu
     
    • Like Like x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Kurenai86 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 26, 2010
    Messages:
    548
    Trophy Points:
    191
    Ratings:
    +5,213 / -0
    Bab 15

    Bagian 3
    Bab 15 - Jiang Ziya meninggalkan Gunung Kunlun

    ----------------------------------------------------------------------
    Di Istana Yuzu di Gunung Kunlun, tinggallah Yuan Shi Tianjun yang dianugerahi gelar guru besar Tao aliran Chan. Setelah sebelumnya diadakan pertemuan antara para pemimpin Taoisme aliran Chan dan Jie, serta Konfusianisme, nantinya akan dipilih 365 orang dewa yang akan melambangkan konstelasi, bintang-bintang, gunung-gunung suci, awan, dan semacamnya. Penciptaan semacam ini memerlukan orang-orang yang akan mati secara terhormat dalam perang antara Dinasti Shang dan Dinasti Zhou yang akan berdiri, yang akan terlahir kembali sebagai penjaga Feng Shen untuk kemudian menganugerahi masing-masing orang ini untuk tinggal diantara bintang-bintang. Setelah Dinasti Shang runtuh, Jiang Ziya ditakdirkan untuk memilih orang-orang terpilih tersebut dan menentukan jabatan mereka.

    Suatu hari ketika Yuan Shi Tianjun turun dari Tahta Delapan Pusaka dan Gemerlap Awan-nya, dan meminta Jiang Ziya menghadapnya, Jiang Ziya berlutut penuh hormat pada guru yang telah mendidiknya selama lebih dari 40 tahun itu. Yuanshi segera memberitahu muridnya itu mengenai takdirnya untuk membantu sang raja bijaksana sebagai komandan dan Perdana Menteri bagi Dinasti Zhou di masa depan. Jiang Ziya merasa tidak nyaman atas pernyataan itu dan lebih memilih untuk tetap menemani sang guru selamanya. Jiang Ziya tidak punya pilihan lain selain mematuhi deklarasi gurunya, dan menerim aramalan Yuanshi sebelum meninggalkan Gunung Kunlun dengan air mata mengalir dari kedua matanya.

    Jiang Ziya merasa kebingungan mengenai darimana dia sebaiknya memulai perjalanan, dan akhirnya memutuskan langsung menuju Desa Song menemui saudara angkatnya, Song Yiren. Begitu Jiang Ziya tiba di kediaman saudara angkatnya itu dan memperkenalkan diri, kedua saudara angkat itu langsung duduk berdampingan sambil minum arak. Setelah mendiskusikan berbagai kejadian di masa lalu, Song memutuskan bahwa sahabat lamanya ini memerlukan istri agar garis keturunannya dapat dilanjutkan – dan langsung pergi menemui Ma Hong untuk mengatur perjodohan antara Jiang Ziya dengan putri Ma Hong ini.

    Song kembali menemui Jiang Ziya untuk mengabarkan keberhasilannya, dan keduanya segera menyiapkan hari baik untuk melaksanakan pernikahan ini. Selanjutnya, setelah menikah dengan Nyonya Ma, keduanya (Jiang Ziya dan istrinya) hidup dengan sokongan dari Song Yiren, yang kaya raya dan memiliki status tinggi di masyarakat.

    Untuk berjaga-jaga bilamana suatu saat kehidupan mereka tidak lagi disokong oleh Yiren, Jiang Ziya mulai membuat dan menjual garu bambu sebagai mata pencahariannya di ibukota Zhao Ge. Sayangnya dia tidak berhasil menjual garu sebuahpun – dan akhirnya kembali ke kediaman Yiren dengan sedih dan frustasi dalam waktu singkat. Setelah menerima saran dari Yiren bahwa tepung yang terbuat dari gandum akan lebih mudah terjual di ibukota, Jiang Ziya dengan penuh percaya diri membawa tepung tersebut ke Zhao Ge keesokan paginya. Sungguh malang, kesialannya menjadi lebih besar saat Jiang Ziya ditabrak oleh kuda yang melaju dari tempat latihan Zhao Ge, menyebabkan tepung yang dibawanya tumpah kemana-mana.

    Jiang Ziya kembali ke rumahnya tanpa uang satu sen-pun dari hasil penjualan tepungnya dan mulai bertengkar hebat dengan istrinya gara-gara nasib malang yang dialaminya itu. Saat Yiren menarik sahabat lamanya itu ke samping untuk menenangkannya, Yiren menyatakan kalau Jiang Ziya bisa bekerja sebagai akuntan atau penjaga toko harian di salah satu dari 50 restoran yang dimilikinya di Zhao Ge.

    Penuh rasa terima kasih kasih pada saudaranya itu, Jiang Ziya memutuskan bekerja di restoran besar yang terletak si sebelah gerbang selatan Zhao Ge – area paling sibuk di dalam kota. Namun kemalangannya masih belum selesai, karena semua orang yang tinggal dalam kota hari itu tidak ada yang keluar rumah karena hujan badai yang sangat deras melanda kota sepanjang hari. Tanpa mendapatkan pelanggan seorangpun, akhirnya Jiang Ziya memaksa para pegawai tokonya memakan semua makanan yang tadinya disiapkan untuk tamu agar tidak mubazir.

    Ketika kemudian saudara angkatnya, Song Yiren menyerahkan beberapa tael perak pada Jiang Ziya untuk membeli dan menjual ternak di dalam ibukota, Jiang Ziya mengikuti nasehatnya dan menghabiskan beberapa hari untuk membeli kambing dan babi untuk memperoleh keuntungan di kemudian hari. Keesokan harinya, Jiang Ziya menggiring sejumlah besar hewan ke pasar di Zhao Ge, dan tidak menyadari bahwa membunuh ternak merupakan hal yang dilarang keras di tempat itu karena bisa menyebabkan kemarahan Langit dan akan memperpanjang hari-hari kekeringan di ibukota. Ketika para penjaga berlarian ke arahnya karena melihat niatnya untuk mendapat keuntungan dari rumah jagal, tiada pilihan lain bagi Jiang Ziya selain kabur menyelamatkan diri dan mengabaikan binatang-binatang yang dibawanya. Sekembalinya Jiang Ziya menemui Song Yiren, Yiren hanya tersenyum dan menyatakan pada Jiang Ziya agar mereka berdua lebih baik pergi ke kebun belakang dan minum-minum untuk melupakan kesedihannya.

    Bersambung....

    Here's the english version
    -- Arc 3 - BEGIN --

    This chapter is titled "Jiang Ziya Leaves Mount Kunlun". Living within the Jade Emptiness Palace on Mount Kunlun, Heavenly Primogenitor was honored as Grand Master of Chan Taoism. Through a past meeting between the heads of Chan and Jie Taoism, and Confucianism, 365 gods would be chosen in the future as to represent the constellations, stars, sacred mountains, clouds, and the such. Such a creation served as to set each individual who died for their respective cause in the future war between the Shang Dynasty and the coming Zhou, to be reborn as a guardian of the Red Dust to ensure their individual resolve lives throughout the stars. After the Shang Dynasty falls, Jiang Ziya is destined to be the chooser of such an outcome. As Heavenly Primogenitor thus ascended his Eight Treasure and Cloud Radiance Throne one day, and asked for Jiang Ziya to appear before him, the latter kneeled with great dignity towards his master for over forty years of valued service. Telling Jiang Ziya immediately his destined assistance to the sage king and his service as commander and prime minister in the name of the future Zhou Dynasty, the latter became rather discomforted over such a sudden statement and desired to stay by his master for eternity instead. With little other choice then to obey his master's declaration, Jiang Ziya received a prophecy from Primogentior before taking his leave of the mountain with tears flowing from his eyes. Realizing his blatant confusion as to where he should start in his journey, he decided to head immediately to Song Village to see his sworn brother, Song Yiren. Arriving at the latter's residence shortly and offering his condolences, the two sworn brothers sat beside each other with cups of fine wine. After discussing with Jiang Ziya various events and other incidents, Song decided that his old friend is in need of a wife so that his family line could continue on -- and thus the latter left to see Ma Hong to set up a future engagement with his daughter. Returning later to tell Jiang Ziya his success, the two prepared for an auspicious day in which such a marriage could take place. Following the shortly arrived marriage with Madame Ma, the two lived for some time under the support of Song Yiren, who was exceedingly rich and possessed high status within the community.
    As Jiang Ziya began to make bamboo rakes as a form of business at Capital Morning Song less anything were to happen with Yiren's support within the future, he unfortunately was not able to even sell a single rake -- and thus returned to his original residence with great misery and frustration in short time. After attaining suggestion from Yiren that flour made from ground wheat would result in much better sale within the capital, Jiang Ziya carried the flour to Morning Song the following day in great confidence. However, disaster only became greater as Jiang Ziya was tackled feriously by a horse raging from Morning Song's drilling ground, resulting in flour spilling in every direction. Returning to his residence without a single cent made from the flour, Jiang Ziya began to violently quarrel with his wife over such ill-fortune experienced in the past. As Yiren took his old friend aside to comfort him over his bad luck, the former declared to Jiang Ziya that he could work as an accountant or shopkeeper daily in one of fifty restaurants that he possesses within Morning Song. With immense gratitude over his brother's suggestion, Jiang Ziya assigned himself to a large restaurant that neighbored the southern gate of Morning Song--the busiest section within the city region. Unfortunately however, every individual present within the city remained indoors due to a terrible rainstorm that ran amok throughout the entire day. Without ever attaining a single customer, Jiang Ziya forced his staff to devour all prepared food less it were to spoil over their terrible luck. As his sworn brother followed by handing Ziya a few taels of silver to buy and sell livestock within the capital, the latter did as he advised and thus spent several days buying sheeps and pigs for further profit. Driving a great number of animals to the market place at Morning Song the next day, Jiang Ziya hardly realized that slaughtering livestock was strictly prohibited less Heaven became angry and expanded the capital's days of drought. With guards thus running at the former for his intentions to make profit from the slaughterhouses, Jiang Ziya had no choice but to flee for his life while abandonding his animals. Following his return back to Song Yiren, the latter simply smiled while declaring to Jiang Ziya that they should both head to the back garden and drink away their past sorrows.
     
    • Like Like x 2
    • Thanks Thanks x 1
  4. nakamura197 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 30, 2009
    Messages:
    552
    Trophy Points:
    91
    Ratings:
    +499 / -0
    setelah ngebaca ceritanya dan ngikutin ceritanya sun wu kang (difilmnya Sun Go Kong), emang sangat sakti, cuma kadang2 jadi agak bingung ama ceritanya,
    1. kan ada kaisar langit, tapi kenapa gak bisa nangkep sun go kong
    2. sebenernya apa perbedaan manusia dan dewa, toh kalo ngeliat dari sifat2 mereka, mereka memiliki sifat2 dasar manusia, contohnya dalam episode2 terakhir yang berkaitan dengan Dewa Naga Laut Timur yang diperalat oleh Siluman Ular dan akhirnya memiliki batu 7 (apa gitu, lupa :D), yang membuat Dewa Naga Laut Timur gak bisa menjalankan tugasnya dan akhirnya berpengaruh sama cuaca, bahkan sampai2 istrinya sendiri tewas dan Dewa Naganya juga tewas dan berubah jadi manusia. Ini kan sifat manusia yang penuh dengan napsu dan keserakahan
    3. Kalau melihat dari ceritanya, kenapa keliatannya Sun Go Kong jadi lemah banget didepan dewi Kuan Im, padahal Waktu ngelawan Budha Ru lay, dia begitu tangguh, bahkan budha neraka aja kalah sama dia

    just OOT ya... :)
     
  5. Kurenai86 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 26, 2010
    Messages:
    548
    Trophy Points:
    191
    Ratings:
    +5,213 / -0
    Jawaban paling gampang: dewa lebih sakti dari manusia ^^
    kalo dari agama Buddha, (alam) Dewa itu termasuk dari 31 alam yang ada, termasuk alam manusia, binatang, peta, ashura, dsb (ada tingkatannya). Dewa memang masih memiliki nafsu dunia seperti manusia, dan masih bisa mati, meskipun umurnya memang jauh lebih panjang dan kehidupannya lebih membahagiakan.

    Itu dari cerita yang mana? sori belum nonton. Soalnya kalo aku baca novelnya nggak ada cerita itu.
    Kayaknya sih itu cerita yang ditambah2-in sendiri sama sutradara HK (itu versi Hong Kong, kan?)

    lho? SWK kalah kok sama Buddha Rulai... lari dari telapak tangannya saja nggak bisa.
    dia kan dikurung di gunung 5 jari sampai 500 tahun sama Sang Buddha.
    terus simpai di kepalanya beserta mantra pengencangnya itu kan juga asalnya dari Buddha Rulai yang dititipin ke Guan Yin buat mengendalikan SWK.
    Kalo yang di neraka, namanya Boddhisatva Ksitigarbha / Di Chang Wang Pusa... yang berikrar tidak akan meninggalkan neraka sampai neraka kosong, karena itu beliau selalu kelihatan di neraka (dalam film paling enggak) buat menenangkan arwah2 di situ. He3...sampai kapan ya neraka bisa kosong?

    jadi tingkatannya masih sama dengan Boddhisatva Avalokitesvara / Guan Yin
    jadi masih di bawah Buddha Rulai

    nggak OOT, kok...
    di sini kan memang threadnya SWK dan Yang Jian, plus kawan2-nya
     
    • Like Like x 2
    Last edited: Jul 1, 2010
  6. ToniMontana Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 26, 2010
    Messages:
    30
    Trophy Points:
    21
    Ratings:
    +3 / -0
    wah keren nih infonya
     
  7. wakasdi Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 15, 2010
    Messages:
    97
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +3 / -0
    lebih gampang nonton yng di tv aja.....
     
  8. becc Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Mar 7, 2010
    Messages:
    17
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +4 / -0
    Makasih ya, KK, buat ceritanya
    sudah saya kopi di komputer, kalo sempat baru dibaca, he...he...he...
    minta lanjutannya dong, kok lama ya
    makasih sebelumnya, soalnya saya nggak begitu ngerti bahasa inggris sih
     
  9. Kurenai86 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 26, 2010
    Messages:
    548
    Trophy Points:
    191
    Ratings:
    +5,213 / -0
    Bab 16

    Bab 16
    Membakar Siluman Pipa Kumala

    ---------------------------------------------
    Begitu memasuki kebun dan memandang semua keindahan yang terpampang di hadapannya, Jiang Ziya menyarankan pada Song Yiren agar membangun sebuah menara di tempat kosong di sana untuk membawa keberuntungan. Setelah Jiang Ziya diberitahu oleh Yiren bahwa sebelumnya hal itu dulu pernah beberapa kali berusaha dilakukan namun setiap kali selalu terbakar secara misterius, Jiang menyadari bahwa ada siluman yang mengganggu.

    Ketika atap menara dibangun pada saat yang baik dengan jaminan kesuksesan dari Jiang Ziya, seperti dugaannya, bertiuplah angin kencang ketika Song Yiren menjamu para penjaga di halaman depan. Jiang Ziya melihat 5 siluman berpenampilan raksasa dan menyala melayang di udara dan mengetahui bahwa ada niat jahat di balik perbuatan mereka sebelumnya – dan segera mengirim petir yang menyambar dari langit untuk memaksa para siluman itu berlutut di hadapannya.

    Karena kasihan terhadap para siluman yang sebenarnya adalah hewan yang menjelma dan karena tidak tahu masalah mereka yang sebenarnya di masa lalu, Jiang Ziya menyatakan agar mereka segera pergi menuju Kaki Bukit Barat hingga dia menemukan pekerjaan untuk mereka saat dia tiba di bukit itu.

    Mengikuti penghormatan dan kepergian para siluman itu, Nyonya Ma dan Song memandang Jiang Ziya dari balik bayang-bayang karena penasaran mengapa Jiang Ziya berbicara sendiri dengan cara yang aneh. Ketika mereka mendapat penjelasan dari Jiang Ziya mengenai perbuatannya itu, mereka menyadari kalau Jiang Ziya memiliki keahlian meramal. Nyonya Song segera mendesak suaminya mencari toko yang dapat digunakan oleh Jiang Ziya sebagai kedai ramalannya. Song Yiren segera menyatakan bahwa dia akan menyuruh pelayannya menyewa sebuah rumah di dekat gerbang selatan distrik Chao Ge untuk digunakan Jiang Ziya.

    Kedai ramalan Jiang Ziya dibuka, dan dia menunggu dengan sabar selama lebih dari 4 bulan sebelum akhirnya mendapat pelanggan pertama: seorang tukang kayu bernama Liu Qian. Malang bagi Jiang Ziya, Liu Qian ini dikenal karena sifatnya yang pemarah dan kasar. Setelah menyatakan bahwa bila ramalan Jiang Ziya salah, dia akan menutup paksa kedainya – dan jika ramalannya benar, Liu Qian akan membayarnya sebesar 20 tail perunggu – Jiang Ziya memberikan ramalan ini padanya: ‘jika kau berjalan ke arah selatan, kau akan menemukan seorang pria di bawah pohon willow yang memberimu 120 tail perunggu, empat jenis kue, dan dua cangkir arak. Meski Liu Qian mesih menganngap prediksi Jiang Ziya sangat tidak akurat, dia tetap berjalan ke arah selatan – dan memang ada seorang pria di bawah pohon willow seperti perkataan Jiang Ziya. Setelah menerima 100 tail perunggu dari pria itu yang membeli kayunya, Liu juga ditawari arak dan makanan. Begitu Liu menyadari bahwa mangkuk araknya berisi arak sejumlah tepat 2 cangkir, dia duduk terpana mengetahui ketepatan ramalannya.

    Setelah menerima tambahan 20 tail perunggu lagi karena si pria tua itu sedang merasa senang, Liu Qian berlari kembali ke wilayah gerbang selatan, menyatakan bahwa seorang dewa telah hadir. Terlalu terpana dan bersemangat atas ketepatan ramalan Jiang Ziya, Liu Qian sampai lupa membayarnya, dan malah menarik seorang manajer usaha di dekatnya untuk minta diramal juga. Ketika Liu Qian mengatakan pada si manajer ini bahwa dia akan memberinya uang bila ramalan Jiang Ziya salah, si manajer tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya. Dengan ketepatan luar biasa atas ramalannya, kedai ramalan Jiang Ziya langsung terkenal di seantero ibukota dengan cepat. Dalam enam bulan berikutnya, nama Jiang Ziya melambung hingga keluar negeri – dan menarik banyak orang asing dari tempat yang jauh untuk menyaksikan kehebatannya.

    Ketika Jade, siluman Pipa bawahan Dewi Nu Wa, berpamitan pada Daji suatu pagi, dia mendengar keramaian di bawahnya saat terbang di atas ibukota. Menyadari area di bawahnya adalah tempat pusat ramalan, Jade berubah menjadi seorang wanita yang luar biasa cantik sebelum menyelusup dengan cepat ke tengah keramaian untuk diramal juga. Jiang Ziya mengijinkan Jade diramal duluan setelah melihat bahwa wanita itu sebenarnya adalah siluman Pipa yang menyamar dan kemudian mencengkeram tangannya dengan sangat kencang selama beberapa waktu. Jade berteriak kesakitan karena perbuatan Jiang Ziya ini, menyebabkan lebih banyak orang berkumpul dan meminta Jiang Ziya menghentikan perbuatannya itu untuk mencegah masalah yang nanti akan muncul. Jiang Ziya yang tidak ingin membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, menggunakan bak tintanya untuk menghantam tengkorak siluman itu dengan kencang sementara tangannya yang satu lagi masih mencengkeram telapak tangan Jade agar wujud aslinya tidak kabur.

    Ketika Perdana Menteri Bi Gan mendengar semua berita ini, Jiang Ziya muncul di hadapannya, masih memegang telapak tangan wanita yang tampaknya sudah mati itu, dan menyatakan alasannya melakukan perbuatan itu. Bi Gan segera meninggalkan wilayah gerbang selatan bersama Jiang Ziya sebelum kekacauan yang lebih besar muncul, dan keduanya menuju gerbang istana. Bi Gan segera menghadap Raja Zhou di Istana Memetik Bintang untuk menjelaskan situasinya. Jiang Ziya dihadapkan di depan sang raja dan berlutut penuh hormat sambil menjelaskan pada sang raja bahwa dia bisa membuktikan kalau wanita itu adalah siluman jika tubuhnya dibakar dengan api besar selama lebih dari 4 jam dengan kertas mantera ditempelkan di dada dan punggungnya. Ketika pembakaran itu dilakukan, Bi Gan dan Raja Zhou duduk terpana melihat kemampuan Jiang Ziya yang luar biasa ini.

    Bersambung...
    Notes: Pipa = Sejenis alat musik seperti gitar, bagian perutnya bulat dan gemuk
    Here's the english version
    This chapter is titled "Burning the Jade Lute Specter". Entering the back garden shortly, and gazing forth with keen delight at the beauty around him, Jiang Ziya suggested to Song Yiren that a tower should be constructed within its vacant space as to ensure great fortune with geomancy. After being told by the latter that such an action was constantly performed in the past, but the tower mysteriously burned down each consecutive time, Jiang Ziya realized that spirits must have been at work previously. As the tower's beams were thus risen during the auspicious day ensured of success by Ziya, a rather fiercely expected wind rose about while Song Yiren entertained the guards in the front hall. Gazing forth at five large fiery spirits within the air, Jiang Ziya conjectured that they had evil intentions behind their former actions -- and thus sent a thundercrack throughout the sky to force the spirits to kneel before him. Having mercy on the spirits for originally being animals and not knowing what true trouble that they caused in the past, Jiang Ziya declared that they should each head to the Western Foothills for now until he finds a laborish job for them to perform when he eventually arrives. Following their immediate consent and departure, Madame Ma and Sun gazed at Jiang Ziya from the shadows in wonder as to why he was talking to himself in such a strange manner. Explaining such an action as being uncomprehensible to the former, they soon realized that Jiang Ziya is well skilled in the art of fortune-telling. As Madame Sun thus urgered her husband to find a shop for Jiang Ziya to use for his fortune-telling, Song Yiren declared shortly that he will tell some of his servants to rent a hourse neighboring the south gate district of Morning Song for his future use. With the fortune-telling house thus being opened after a short while, Jiang Ziya waited patiently for over four months before finally attaining his first customer: a woodcutter by the name of Liu Qian. Unfortunately for Ziya however, Liu was known for his fierceness and brutallity. After declaring that if the former's divination was incorrect, he would close down his shop--and if he was correct, he will reward him with twenty ounces of copper--Jiang Ziya gave the former this prophecy: 'If you are to head south, you will find a man under a willow tree that will give you 120 coppers, four dishes of fresh cake, and two cups of wine. Even though Liu Qian stated his prediction as being far from accurate, he ventured south as told -- thus appearing before an old man under a large willow tree as previously stated. After effectively receiving 100 coppers from the old man following the purchase of his well-fined firewood, Liu was offered wine and refreshments immediately. Once Liu had realized that the wine bowl filled exactly two cups to the very brim, he sat in astonishment at such precise accuracy.

    Upon his receiving of 20 coppers in addition due to the old man's gracious mood, Liu Qian ran back to the south-gate district stating that a celestial being was indeed present. Being far too astonished and exited over Jiang Ziya's celestial accuracy to pay him any money, Liu Qian decided to grab hold of a neighboring yamen business manager and force him to have his fortune foretold instead. As the former told this man he will pay if Jiang Ziya's prophecy proved false, the manager had little choice but to go along with such a deal. With precise accuracy in his future prediction as well, Jiang Ziya's fortune-telling shop soared in popularity throughout the capital in rather quick pace. Following the passage of six months, Jiang Ziya's name soared throughout the region -- attracting many foreigners from far and wide to experience his grand insight. As Jade, the lute specter under Empress Nu Wa, bade farewell to Daji one morning, she heard many great noises beneath her while soaring through the skies on her spectral cloud. Realizing that the area beneath her was a fortune-telling center by the great clamor around her, she transformed into an exceedingly beautiful woman before moving swiftly through the crowds in order to attain her own prediction. Allowing for her fortune to be immediately read before all others after seeing that she was indeed a specter despite her appearance, Jiang Ziya grabbed hold of her palm and held on tightly for an excrucial period of time. Crying in discomfort at Jiang's action, more people gathered around ordering Jiang to stop his action for further trouble will result. Not letting this chance dare slip away from his grasp, Jiang Ziya seized the moment to crack her skull with his ink slab in one vile thrust while still holding on to her palm less her true specter form could escape. As Prime Minister Bi Gan attained full word of this, Jiang Ziya appeared shortly before the former, still holding the visibly dead woman's palm, while exclaiming his full reasoning behind such an action. Leaving the southern gate district with Jiang Ziya less a great riot was to ensue, they both headed to the palace gates while the former presented himself before King Zhou at the Star Picking Mansion to explain the situation. With Jiang Ziya thus being sent before the king, he kneeled with deep respect while declaring to the former that he could essentially prove that this woman is indeed a specter if she is burned in a fierce fire for over four hours with charms stamped on her breasts and back. As such an action was fully performed, Bi Gan and King Zhou sat in utter astonishment at Jiang Ziya's most unordinary potential.
     
    • Like Like x 7
  10. kucing_alas M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Dec 30, 2008
    Messages:
    899
    Trophy Points:
    71
    Ratings:
    +62 / -0
    katanya JTTW bener2 terjadi, cm tokoh yang betul2 ada ya cm si biksu Tang, sedangkan 3 tokoh lainnya cm ditambahkan saja...
     
  11. aqua00 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 17, 2010
    Messages:
    763
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +1,102 / -0
    cerita perjalanan ke barat adalah salah satu dari 4 cerita termahsyur cina :top:
     
  12. jeff M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jun 6, 2009
    Messages:
    2,453
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +1,410 / -1
  13. ARIA Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 1, 2009
    Messages:
    113
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +1 / -0
    Ada banyak banget versi baru tapi tetep yg paling bagus versi yg pertama tayang
     
  14. noctislucis M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jul 15, 2009
    Messages:
    730
    Trophy Points:
    77
    Ratings:
    +374 / -0
    saya malah tau journey to west dari game tuh, sampe diangkat jadi game
    sayuki kalo ga salah judulnya
    laku bener kayaknya tuh film sampe dibuat seri baru
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.