1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Other Ryrien Stories Collection

Discussion in 'Fiction' started by ryrien, Sep 17, 2014.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Halo :hi:

    Nama saya ryrien :hi: Panggil saja ryrien :bloon:

    Setelah sekian lama bermain di Lounge - Imagination World, akhirnya saya jadi juga membuat thread yg berisi cerita, ide cerita, atau fic yg pernah saya buat atau yg baru mau saya buat :bloon:

    Tapi, sebenarnya kalau dibilang stories collection juga cerita saya yg selesai cuman dikit, masih bisa dihitung jari :tega: Lebih banyak yg berhenti di tengah jalan atau hanya sebagai ide :tega: Ya, bisa dibilang judulnya seperti itu adalah doa saya aja semoga ke depannya thread ini penuh dengan cerita-cerita baru yang bisa saya tulis :onfire: Amin.

    Ya mungkin itu aja dulu untuk pembukanya :bye: Bagi yang mau komen atau ngasih saran dan kritik dipersilahkan :hmm:

    Selamat menikmati :maaf:
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Buat index dulu :lalala:
     
  4. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Untuk cerita pertama, saya post cerpen jadul aja dulu deh :bloon: Jadi, waktu itu ada lomba di IDWS buat cerpen dengan tema Jakarta Underground, tapi karena saya terlambat dikasih tau jadinya nggak selesai deh :swt: Nggak sih, sebenarnya waktu itu ngeri dikomen beware sama merp.

    Cerpen ini seharusnya panjang :bloon: Tapi, karena kesana-kesananya agak gaje jadi dipotong sampai sini saja :bloon:

    Terkadang saya berpikir, mengapa banyak orang dari luar Jakarta yang ingin tinggal di Jakarta? Contoh saja paman saya yang berada di Balikpapan via handphone beberapa minggu lalu.

    “Gimana Jakarta? Asik dong dekat dengan Dufan. . . Coba kalau paman ditugasinnya di Jakarta, pasti asik banget tuh. . . ”

    Ya terus kenapa kalau saya dekat dengan Dufan?! Paman pikir saya banyak uang gitu sehingga tiap pekan ke Dufan?! Dan juga... Paman pikir Jakarta itu hanya Dufan?!

    ...

    ...

    Ah...

    Maaf jadi marah-marah.

    Ehm.

    ...

    Jadi...

    Begitulah.

    Saya tidak mengerti dan sangat-sangat tidak mengerti mengapa banyak sekali orang yang tertarik dengan Jakarta ini. Mengapa mereka tidak ke Bandung saja? Atau ke Bogor? Mengapa harus Jakarta? Apa sebenarnya yang menarik dari Jakarta ini?

    “Mau tau aja atau mau tau banget? Iii kepo deh . . .”

    Cih.

    Entah kenapa saya jadi teringat jawaban teman cewek saya di kelas ketika saya tanya mengapa HCl itu berikatan kovalen, bukan ion.

    Ya memang tidak ada hubungannya dengan Jakarta. Kan saya sudah bilang kalau saya hanya teringat jawaban itu.

    Tapi...

    Kalau dipikir-pikir, mungkin inilah salah satu yang membuat saya jadi benci dengan dunia realita. Semenjak selesai nonton anime bertemakan Virtual Reality. . . Saya jadi ingin sekali agar hari itu . . . Hari di mana dunia virtual bisa kita rasakan dengan sesungguhnya . . . Cepat tiba.

    Sayangnya...

    Jika melihat realita saat ini...

    Jika mendengar jawaban seperti teman cewek saya tadi...

    Saya jadi geram sendiri...

    Mengapa...

    Mengapa cewek di dunia nyata seperti ini?! Di mana cewek yang seperti di anime-anime, yang ketika di sapa nge-blush?! Di mana cewek yang benar-benar tsundere itu?! Kenapa kalau saya nanya, jawabannya selalu begitu?! Orang kalau nanya pasti mau tau jawabannya, bukan aja atau banget!!!

    ...

    ...

    ...

    Ah...

    Maaf.

    Kebiasaan buruk.

    Ehm.

    ...

    Jadi...

    Begitulah.

    Saya tetap tidak mengerti mengapa banyak orang dari luar Jakarta yang ingin tinggal di Jakarta.

    Apakah mereka semua seperti paman saya yang tertarik ke Jakarta karena Jakarta itu pusatnya hiburan?

    Tentu saja tidak...

    Pasti setiap mereka mempunyai alasan masing-masing yang hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

    Tapi...

    Apakah hanya dengan alasan itu mereka harus tinggal di Jakarta? Bukankah di berita pun telah sangat-sangat jelas bagaimana keadaan Jakarta itu?

    Macet.

    “Yan...”

    Korupsi.

    “Yan...”

    Teroris.

    “Yan... !!!”

    Gempa.

    “Yan... Bangun, yan... !!!”

    Narkoba.

    “Ooooiiii!!!!”

    Pergaulan Be-

    BYURRR!

    “Uwaaaaaaa!!!!”

    Saya tersentak kaget. Setelah serasa melayang sebentar di udara, akibat gravitasi yang mengarah ke pusat bumi, tiba-tiba saya jatuh terduduk ke lantai... eh, bukan lantai tapi... AIR??!!!

    “Siapa suruh susah dibangunin. Banjir tau!!!”

    Setelah mengamati keadaan di sekitar saya yang penuh dengan air kemudian mendengar suara tersebut, barulah saya sadar bahwa sejak dari tadi di hadapan saya berdiri sesosok cewek yang tanpa perlu berpikir lagi dapat dipastikan bahwa dia-lah sang pelaku yang telah menarik saya dari atas tempat tidur.

    Tapi, jangan pernah berpikir bahwa yang berada di depan saya adalah heroine, atau adik cewek saya, ataupun childhood friend saya. Tipe cerita dimana sang protagonis dibangunkan oleh cewek teman masa kecilnya, dan ujung-ujungnya mereka jadi sepasang kekasih adalah salah satu tipe cerita yang bagi saya mustahil terjadi di dunia nyata, apalagi di Jakarta.

    Coba bayangkan, mau lewat mana dia masuk ke rumah yang berpagar tinggi dan di gembok? Lebih parahnya lagi, dalam kasus terburuk di mana dia memaksakan diri untuk memanjat pagar sehingga pada akhirnya dilihat oleh tetangga, gosip-gosip sampah dan murahan pasti akan menyebar dengan cepat. Ya setidaknya itulah yang mungkin terjadi di kompleks perumahan tempat saya tinggal.

    JTAK!

    “Awww!!!”

    Perlahan-lahan saya usap kepalaku yang habis dijitak olehnya.

    “Cepat ganti baju! Jangan banyak menghayal. Habis itu angkat semua barang-barang yang terendam air ke lantai atas. Ngerti?”

    “Ya k-“

    BRAK!

    Tanpa menunggu balasan dari saya, dia yang tidak lain adalah kakak saya itu membanting pintu kamar saya dengan keras tanda bahwa dia telah keluar dari ruangan ini, meninggalkan saya sendirian dalam keadaan terduduk, terdiam, dan terbasah. Dalam keheningan ini, saya jadi teringat mimpi saya tadi.

    Benar juga. Entah mengapa saya melupakan hal paling basic dan simple tentang keadaan Jakarta. Dan hal inilah yang membuat saya sangat benci dengan Jakarta.

    “AHHHHHH.. KENAPA JAKARTA BANJIR LAGI~~~~!!!!!!!!!?”
     
    • Like Like x 36
  5. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Selanjutnya, cerpen ini dibuat untuk mengikuti challange tiga kata. Lupa apa kata-katanya :swt: Tapi, karena saya takut dihina jadi teman aja yg posting :bloon: Eh, tau-taunya cuman satu yg komen :swt: Padahal ada lima cerpen waktu itu :swt: Ya sudahlah :sigh:

    Oh, iya kyknya ini lebih cocok disebut fanfic daripada cerpen :swt: Ya selamat menikmati aja :hmm:

    Ahh.. Dimana ini?

    Terbangun dari tidur, kudapati diriku berada di sebuah ruangan yang sama sekali tidak ku kenal.

    Putih. Semuanya serba putih. Kemana pun mataku memandang, semuanya serba putih.

    Aku pun lalu berdiri dan mencoba menelusuri ruangan ini. Akan tetapi, sejauh apapun ku berjalan, aku selalu merasa berjalan di tempat. Sejenak kemudian, barulah ku sadar bahwa ruangan ini tidak mempunyai ujung.

    Tidak. Tempat ini bukanlah sebuah ruangan. Melainkan sebuah dunia.

    Ya, dunia putih tanpa ujung.

    Kenapa?

    Kenapa aku bisa berada di sini?

    Apa ini mimpi?

    Kucoba menampar wajahku sekeras-kerasnya untuk memastikan.

    PLAK.

    “Awww,” detik selanjutnya suara eranganku sampai ke telinga.

    Bukan.

    Ini bukan mimpi.

    Jadi...

    Kalau begitu...

    Tempat apa ini?

    Mengapa kubisa berada di sini?

    Tiba-tiba sebuah pikiran terlintas dibenakku.

    Apakah...

    Apakah ini tempat orang yang sudah mati?

    Ya. Inilah satu-satunya alasan yang paling masuk akal yang bisa kupikirkan.

    Kurasakan bulu kudukku berdiri.

    Artinya..

    Aku ini sudah mati?

    Tapi, kenapa aku bisa ma-

    “Akhirnya sadar juga kamu nak,” suara seseorang tiba-tiba terdengar dari atas.

    Belum sempat ku menoleh ke atas, sebuah cahaya mendarat tepat di sampingku dan menyilaukan pandanganku beberapa saat.

    Dari cahaya yang sirna itu, muncullah seorang pria yang bahkan aku yang juga seorang pria ini mengakuinya bahwa dia itu sangat tampan.

    Bukan hanya mukanya yang membuatku terpesona, tapi juga karena dipunggungnya terkembang sayap berwarna keemasan.

    Tidak salah lagi. Dia adalah malaikat.

    “Hei, nak, siapa namamu?” Tanyanya tiba-tiba.

    “T-Taichi, dan tuan sendiri?”

    “Hmm. Soal itu tidak perlu kamu ketahui, nak. Saya hanyalah malaikat biasa yang ditugaskan untuk menjaga tempat ini.”

    “Tempat apa sebenarnya ini?” Tanyaku sambil melihat ke sekeliling.

    “Seperti yang kamu bilang, ini adalah tempat bagi orang yang sudah mati. Lebih tepatnya, tempat persinggahan.”

    “Ahh. Jadi benar. Rupanya aku sudah mati.”

    “Apakah kamu ingat penyebab kematianmu Taichi?”

    “Entahlah. Aku tidak terlalu begitu ingat.“

    Mendengar jawabanku, malaikat itu kelihatan berpikir sebentar.

    “Hmm. Setelah mengecek rupanya kamu kecelakaan.”

    “Eh? Kecelakaan?”

    Kecelakaan? Tidak mungkin.

    “Ya. Kamu tertabrak mobil.”

    “Tertabrak mobil? Kenapa aku bisa tertabrak mobil?”

    Ya, rumahku bukanlah dekat dengan jalan raya. Kenapa aku bisa..

    “Kamu tertabrak mobil karena mencoba menyelematkan seseorang.”

    “T-tidak mungkin. Kenapa aku melakukan hal tersebut?”

    Seingatku aku bukanlah orang yang tidak sayang nyawa sendiri sampai-sampai harus mengorbankan diri.

    “Karena kamu tidak ingin orang yang kamu cintai terluka.”

    DEG.

    Mendengar pernyataan terakhir malaikat itu. Tiba-tiba dari dalam pikiranku, terbayang wajah seseorang.

    “Taichi. Kamu memang sangat baik,” kata sang pemilik wajah tersebut sambil tersenyum.

    “Taichi,” lagi-lagi dia tersenyum sambil melambaikan tangannya.

    “Taichi. Kemarin-”

    Perlahan demi perlahan, bagaikan waktu bergerak mundur, scene demi scene tentang wajah itu melesat dalam pikiranku kemudian berikatan membentuk yang namanya ingatan.

    “Chihaya...” gumamku pelan.

    ***​

    “Taichi. Tolong ya rawat Chihaya dengan baik.”

    “Ah, baik tante.”

    Setelah mendengar jawabanku, kedua orang tua itu pun tersenyum kemudian taksi yang mereka tumpangi pun melesat maju dan meninggalkanku sendiri di depan rumah mereka.

    Hahh. Liburanku benar-benar jadi berantakan. Padahal hari ini ingin kuhabiskan untuk bermain game. Ya, semua ini karena Chihaya. Rencana yang telah sempurna kurancang jadi berantakan. Terserang demam di musim panas begini, benar-benar bodoh.

    Tapi...

    “Mungkin bisa berduaan dengan dia tidak buruk juga, “ bisikku pelan sambil menatap jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Kurasakan jantungku sedikit berdetak lebih cepat.

    “Hahh...”

    Kutarik nafas dalam-dalam sebelum masuk ke dalam.


    ***​

    Menunggu bubur masak, kuputuskan untuk ke kamar Chihaya sebentar untuk melihat keadaannya sambil membawa alat kompres. Kata ibunya, bila Chihaya demam dia sangat suka bila dibuatkan bubur. Semoga.. Walaupun hanya sedikit.. Dia bisa merasakan perasaanku lewat bubur itu.

    Aku pun lalu mengetuk pintu kamarnya.

    TOK TOK

    Aneh. Tidak ada jawaban.

    Apa mungkin dia sedang tidur ya?

    TREK

    Kubuka pintunya perlahan-lahan untuk mengintip ke dalam dan memastikan.

    Ah, benar.

    Rupanya dia sedang tidur.

    Sosoknya yang berbaring membelakangiku sudah cukup meyakinkanku kalau dia sedang tidur.

    Perlahan-lahan kututup pintu kembali.

    “Taichi? Apakah itu kamu?” Suara Chihaya terdengar dari balik pintu. Aku pun kembali membuka pintu.

    “Ah. Hai, Chihaya. Bagaimana keadaanmu?” Sapaku sambil melambaikan tangan yang sedikit aneh menurutku.

    “Ya, masih agak demam,” ucapnya pelan sambil memegang dahinya. Dia yang tadinya berbaring berusaha bangun kemudian berada dalam posisi duduk di tepi kasur.

    “Tapi, dengan istirahat sebentar aku pikir besok juga sudah sembuh,” lanjutnya.

    “Ah, sini biar aku yang periksa. Kamu kan bodoh. Mana tahu perbedaan dingin dan panas.”

    Dengan cepat aku lalu masuk ke kamarnya, duduk di sampingnya dan memegang dahinya.

    “Uwaa. Panas,” tanganku secara refleks tertarik kembali. Rasa panas menyelimuti telapak tanganku. Kenapa Chihaya bisa sepanas ini? Perasaan kemarin pagi dia baik-baik saja.

    “Ah, masa sih. Perasaan biasa aja kok,” ucapnya sambil memegang dahinya lagi dengan lugunya.

    “Iya itu panas Chihaya. Dasar bodoh,” kataku sambil menghela nafas .

    “Iya iya. Taichi pintar. Taichi hebat,” ucapnya datar dengan wajah cemberut.

    “Hahh. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi. Kedua orang itulah yang lebih bodoh. Apa sebenarnya yang mereka pikirkan. Meninggalkan anak gadisnya seorang diri di sini,” kualihkan pandanganku ke luar jendela.

    “Eh, apa maksudmu?” Tanya Chihaya dengan nada heran.

    “Lho? Kedua orang tuamu kan sedang menghadiri acara di kota lain dan pulang besok. Apakah kamu lupa?” Tanyaku balik sambil menatap matanya.

    “Eeeehh? Aku tidak pernah tahu akan hal itu.”

    “Hahh???”

    Aku kaget mendengar pernyataan Chihaya. Apa maksudnya ini? Jadi hanya aku saja yang tau bahwa kita sekarang cuman berdua?

    “Iya, benar Taichi. Meskipun memang aku agak bodoh, tapi hal sepenting ini tidak mungkin kulupakan. Huuu.. Gimana ini?” Wajahnya kelihatan bingung.

    DEG.

    “A-apanya yang gimana?” Kurasakan jantungku berdebar lebih kencang ketika menanyakan kalimat ini. Jangan-jangan Chihaya sadar kalau kita sekarang cuman berdua.

    “Iya, makan malamku gimana. Kamu tahu kan aku nggak terlalu pandai memasak,” kali ini wajahnya terlihat sedih. Begitupun dengan hatiku mendengar jawabannya.

    “A-Aah. Tenang saja. Orang tuamu tadi sudah menyuruhku merawatmu. Aku sudah buatkan bubur kok. Haha,” aku berusaha menyembunyikan wajah kecewaku dengan tawa.

    “Waahh. Makasih ya Taichi. Jadi merepotkan. Hehe,” dia pun tersenyum lega.

    DEG.

    “Ah. Apa kamu sudah lapar Chihaya? Aku ambilkan buburnya ya mungkin sudah matang,” tawarku.

    “Eh, tapi aku bl-“

    Belum selesai dia berbicara, aku bergegas keluar dari kamarnya. Aku tidak ingin wajahku yang memerah dilihat olehnya.

    ***​

    Kutatap sekali lagi mangkuk berisi bubur yang berada di atas meja makan. Seharusnya aku segera ke atas untuk menyajikannya dalam bentuk hangat.

    Tapi..

    Aku belum berniat ke atas.

    Tidak. Lebih tepatnya aku belum bisa ke atas.

    Kali ini ku yakin...

    Wajahku akan langsung merah begitu melihatnya.

    Ahh.

    Chihaya dengan piama bergambar Teddy Bear itu cantik sekali.

    PLOK PLOK

    Kutampar wajahku beberapa kali.

    Hahh. Dasar bodoh.

    Seharusnya aku bisa lebih agresif dalam situasi seperti ini.

    Kali ini aku harus bisa menyampaikan perasaanku.

    Kuambil bubur tersebut kemudian membawanya ke atas.


    ***​

    “Dasar. Malah tidur.”

    Begitu masuk kamar, kudapati Chihaya sedang tertidur pulas di kasurnya dengan kompres di dahinya.

    Tapi...

    Melihat wajah polosnya seperti ini, tidak buruk juga...

    Aku lalu menaruh bubur di atas meja belajar Chihaya yang berada di samping tempat tidur. Kemudian, mengambil selimut untuk menyelimuti tubuhnya.

    Ahh...

    Mungkin seperti ini saja sudah cukup...

    Kuambil kursi di dekat meja belajarnya dan menaruhnya di sisi ranjang lalu mendudukinya. Aku ingin menemaninya sebentar.

    “Taichi. Kamu memang sangat baik,” tiba-tiba Chihaya bergumam.

    Ehh, jadi dia belum tidur?

    “A-Ah. Ini sih biasa saja kok,” kataku sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal berusaha menyembunyikan maluku.

    “Ah, Ngomong-ngomong, kamu kok belum tidur Chihaya. Aku kira tadi kamu sudah tidur,” aku mencoba mengalihkan topik.

    Mendengar jawabanku, tiba-tiba Chihaya bangkit.

    “Eh, iya Taichi. Arata ada sms kamu nggak hari ini?”

    DEG.

    Nama itu akhirnya muncul juga ditelingaku. Nama yang tidak ingin kudengar dari mulutnya.

    “Ah. Tidak ada. Kenapa emangnya?” Aku mencoba tetap kalem.

    “Sejak tadi malam, aku tidak bisa menghubungi Arata. SMS ku tidak pernah dibalas. Ditelepon pun tidak pernah nyambung. Aku pikir, mungkin telah terjadi sesuatu sama dia. Aku jadi tidak bisa tidur tenang. Aku khawatir Taichi terjadi apa-apa sama dia. Mungkin karena memesan barang yang nggak-nggak sama dia.”

    TRANG.

    Mendengar perkataan Chihaya, rasanya hatiku terpecah berkeping-keping.

    Ah. Rupanya begitu.

    Chihaya sakit karena semalaman kurang tidur memikirkan Arata.

    Walaupun kami sudah berduaan begini, tetap saja...

    Yang selalu ada dipikirannya...

    Adalah dia...

    Arata...

    Bukan aku...

    “Taichi. Bisa nggak minta tolong cari Arata. Aku sangat khawatir,” ucap Chihaya dengan nada melas.

    DEG.

    Ahh..

    Walaupun begitu...

    Aku tidak pernah bisa menolaknya...

    “Ah, baiklah. Kamu istirahat saja ya,” kataku berusaha lembut.

    Chihaya pun mengangguk kemudian kembali menutup matanya.

    “Aku senang kamu selalu berada di sisiku, Taichi,” gumamnya sambil tersenyum.

    Aku..

    Aku tidak tahan lagi...

    Aku pun bergegas pergi dari tempat itu...

    Ketika sampai diluar, Aku berlari sekencang-kencangnya. Kutahan air mataku setengah mati. Teringat kata-kata Chihaya terakhir tadi. Apa gunanya berada di sisinya jika tidak bisa memilikinya?

    Ahh, mungkin ini salahku sejak kecil. Padahal kami adalah teman sejak kecil tapi aku tidak pernah mengungkapkan perasaanku padanya. Aku hanya bisa menunggunya menyadari perasaanku. Dan tak lama kemudian, muncullah Arata.


    ***​

    Tak terasa, aku sudah berlari cukup jauh sambil mengelilingi tempat yang kira-kira Arata mungkin kunjungi. Tapi hasilnya nihil. Dia belum ketemu.

    Aku berhenti sejenak di zebra cross menunggu lampu merah. Kuperhatikan keringatku mengucur deras dari seluruh tubuhku. Berlari di siang hari begini memang sangat menguras tenaga. Ku tatap mobil yang berlalu lalang di depanku.

    Ah. Sebenarnya apa yang kulakukan ini benar. Mencari rivalmu demi orang yang kamu cintai. Apakah ini normal? Bukannya lebih baik mendoakannya mati? Ditabrak mobil mungkin?

    “Taichi.”

    “Eh?”

    Kumencari dimana asal suara itu, dan menemukan Arata diseberang jalan sedang melambaikan tangan.

    Ah, itu dia.

    Dan, masih sehat.

    Ditangan kanannya membawa sebuah plastik yang berukuran lumayan.

    Kalau dugaanku benar, sepertinya HP nya rusak tadi malam.

    Jadi dia membeli yang baru.

    Dan ditangan kirinya. Ada sebuah bola?

    Untuk apa bola itu sebenarnya?

    Ah, jangan-jangan itu...

    Pesanan yang dibilang Chihaya?

    Aku mengalihkan pandanganku ke lampu lalu lintas.

    Masih ada beberapa puluh detik lagi sebelum lampu hijau.

    Apakah aku harus memberi tahu dia kalau Chihaya sedang sakit?

    Tapi.. Kalau begitu mereka nanti akan berduaan.. Dan...

    WHUSHHH.

    Tiba-tiba tiupan angin keras membuat bola itu jatuh ke arah jalan raya. Setengah kaget, Arata dengan cepat berusaha mengambilnya. Tapi.. Dari arah samping ada mobil yang melaju dengan cepat.

    “Arataaaaaaaaaa~~~”

    Semuanya terjadi begitu cepat. Tubuhku terasa bergerak sendiri. Kurasakan sikuku mendorong Arata menjauh dari mobil. Tapi sebagai gantinya kini mobil itu berada di depanku.

    Ahh..

    Chihaya...

    Semoga bola itu masih baik-baik saja...


    ***​

    “A-Aku..”

    “Ya, benar. Karena tidak ingin melihat orang yang kamu cintai terluka. Kamu...”

    “Mengorbankan diriku...” gumamku pelan sambil menunduk.

    Haha. Aku tidak menyangka bisa melakukan itu. Benar-benar cerita yang ironis sekali.

    Aku harap berita yang ada hanya bertuliskan ‘Seorang pemuda tewas tertabrak mobil’, tidak sampai ‘Seorang pemuda tewas menyelamatkan kekasih orang yang dia cintai.”

    “Ah, baiklah. Waktumu telah habis. Sekarang gerbang menuju akhirat akan dibuka,” suara Malaikat itu membuyarkan lamunanku.

    Tiba-tiba di depanku terbentuk belahan vertikal tanpa ujung membagi dua dunia ini. Seperti belahan pintu.

    Kutatap Malaikat itu untuk terakhir kalinya, dan berkata dengan nada bercanda,

    “Ah, apakah aku bisa bangkit lagi bertemu dengannya untuk terakhir kalinya seperti di cerita cinta dalam dongeng?”

    Malaikat itu hanya menjawab dengan nada datar.

    “Tidak bisa. Hidup itu cuman sekali.”

    Aku hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya.
     
    • Like Like x 26
  6. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Terakhir untuk hari ini, saya mau ngepost fanfic lagi yg sudah lama bgt terbengkalai :bloon: Ini rencananya ada delapan chapter dengan dua arc tapi entah kenapa chapter one aja nggak selesai-selesai. Kalau nggak salah sih saya kemarin stucknya di legenda Dark Knight itu sendiri :swt: Well, semoga ke depannya ini bisa dilanjutin :doa:

    "Anakku, semoga kamu bisa menjadi Dark Knight yang senantiasa melindungi kami."

    Masih tersisa sisa-sisa tangisan ketika ibu melepas pelukannya dariku. Wajahnya yang mulai menunjukkan usianya membuatku tidak ingin pergi darinya dan ingin terus berada di sisinya. Kalau saja penugasan ini tidak ada, tentu saja aku akan tetap tinggal di sini untuk merawatnya beserta adik-adikku. Tapi, penugasan bukanlah sebuah hal yang bisa dengan mudah ditolak dengan alasan seperti itu, apalagi kalau penugasan itu langsung berasal dari Ibu Kota. Penugasan diciptakan untuk dilaksanakan. Sebagai seorang prajurit, aku paling paham akan hal itu. Penugasan adalah kebanggaan setiap prajurit. Oleh karena itu, aku harus bisa melaksanakannya dengan sepenuh hati.

    "Anakku, berjuanglah demi menggapai impianmu. Kami akan selalu berada di sisimu setiap saat, mendoakan setiap langkahmu."

    Kedua tangan ayah menggenggam bahuku dengan erat, berusaha menanamkan ucapannya itu dihatiku agar aku tidak akan pernah lupa. Kedua matanya menatap tajam mataku mungkin untuk melihat sejauh mana keteguhan hatiku. Aku berjanji ayah, aku tidak akan lupa. Itulah kira-kira makna tatapan mataku yang kutujukan kembali padanya.
    Ayahku tersenyum lalu mengusap rambutku. Kemudian secara bergantian, satu per satu adik-adikku maju memelukku kemudian mengucapkan kata perpisahannya.

    "Ce... cepat kembali ya!"

    Adikku yang pertama dengan gugup mengucapkan kata perpisahannya. Tapi, aku tahu di dalam hati kalau dia hanya malu. Aku hanya mengganguk dan tersenyum sedih kepadanya.

    "Aku pasti akan menyusulmu kak!"

    Aku hanya bisa mengusap kepalanya mendengar ucapan adik keduaku ini seolah-olah menantangnya untuk membuktikan perkataannya. Sebentar lagi saingan abadiku ini akan aku tinggalkan. Kuharap dia secepatnya menyusulku ke Ibu Kota.

    "Kakak... Kakak... Huhuhu..."

    Adikku yang terakhir memelukku dengan erat seolah-olah tidak ingin melepasku. Aku hanya bisa terdiam tanpa kata melihat adikku ini. Mungkin kalau ibu tidak mengambil dan menggendongnya, aku akan tetap berada di posisi ini sampai dia sendiri yang melepasku. Aku ingin menangis. Tapi, aku harus teguh. Aku tidak ingin menangis di depan keluargaku. Ya, mungkin ini adalah langkah pertama yang harus kulakukan untuk menggapai impianku.

    Untuk terakhir kalinya kutatap satu per satu ayah, ibu, serta adik-adikku. Aku harus mengingat wajah-wajah ini dengan baik karena mungkin aku tidak akan bertemu dengan mereka lagi. Ya, penugasan tidak mempunyai batas waktu. Selain itu sudah merupakan fakta bahwa lebih banyak prajurit yang tidak kembali ke kampung halamannya daripada yang kembali.

    Banyak faktor untuk hal ini. Mungkin memang batas waktu mereka belum selesai, mungkin mereka tidak punya biaya untuk melakukan perjalanan kembali ke kampung halaman, mungkin mereka lebih senang tinggal di sana. Tapi, faktor yang paling banyak dialami para prajurit tersebut adalah kematian. Ya, penugasan selalu mempertaruhkan nyawa.

    Keluargaku sangat tahu hal ini. Tapi, walaupun mereka tahu bahwa mereka harus menunggu kedatanganku kembali ke sini selamanya, walaupun mereka tahu kemungkinanku kembali itu kecil, mereka berjanji akan selalu menunggu kedatanganku. Mereka berjanji akan membuka lebar pintu depan rumah kami untuk menyambut hari kedatanganku.

    Aku menghela nafas. Kali ini aku yang harus mengucapkan kata perpisahan kepada keluargaku. Aku dengan sekuat tenaga menahan air mataku yang memberontak keluar ketika akhirnya kuucapkan,

    "Aku pasti akan menggampai impianku dan pulang ke sini!"

    Kulihat mereka hanya tersenyum. Kami pun berpelukan bersama-sama untuk terakhir kalinya. Setelah itu, kuambil barang-barangku dan menaruhnya di gerobak yang ditarik oleh seekor kuda. Kusirnya, seorang Settler yang menunggu sejak lama terlihat bosan dengan momen perpisahan kami yang menurutku menyedihkan. Kupikir itu karena dia sudah terlalu banyak melihat momen seperti ini sepanjang hidupnya. Tapi, menurutku dia tetap seorang Settler yang baik karena tetap membuat kami bisa emenikmatif momen ini dimana seharusnya dia bisa marah karena memang kami telah membuat dia menunggu cukup lama.

    Setelah mengecek barang-barang bawaanku dan yakin tidak ada yang kurang, aku pun naik ke punggung kuda tersebut di belakang sang Settler. Kutatap mereka sekali lagi. Di mataku senyum mereka membuat wajah mereka seolah-olah bercahaya dan memancarkan kedamaian. Melihat itu, air mataku memberontak lebih keras untuk keluar, tapi aku paksa untuk tetap menahannya.

    "Setidaknya tunggu sampai di luar pintu gerbang untuk melakukannya."

    Begitu pikiranku. Perlahan-lahan kuda tersebut akhirnya bergerak menjauhi mereka hingga akhirnya mereka hilang dari pandangan. Sebentar lagi kami akan sampai di pintu gerbang. Badanku yang tadi aku miringkan untuk melihat mereka, kini sudah membelakangi mereka. Kutatap bendera Galia yang berkibar di atas gerbang kebanggaan kami.

    "Dengan ini, impianku menjadi Dark Knight semakin dekat..."

    Kualihkan pandanganku ke langit lepas beserta awan-awannya.

    "Ah, betapa bodohnya aku. Tentu saja perjalanan untuk menjadi Dark Knight masih sangat-sangat panjang..."

    WHUUSSSHHH!!!

    Sebuah bola merah terbang membelah langit yang kutatap dengan cepat.

    "Eh, Apa itu?"

    DUAAAARRRR!!!!

    Kuberbalik badan untuk mencari sumber suara itu. Secara samar-samar aku dapat melihat asap dari kejauhan. Entah kenapa tiba-tiba ku merasakan firasat yang sangat buruk.

    "Jangan-jangan..."

    Tanpa berpikir panjang, ku loncat turun dari kuda kemudian lari dan lari.

    "Semoga tidak seperti yang kubayangkan..."

    Seiringku berlari, samar-samar wujud rumahku semakin terlihat. Dan semakin dekatnya ku ke rumah, lariku semakin lambat. Kemungkinan paling buruk yang kupikirkan tepat terjadi di depan mataku. Keluargaku yang baru saja kutinggalkan sebentar telah diselimuti oleh darah dan pecahan-pecahan bangunan. Bola api itu rupanya sangat besar hingga benar-benar menghancurkan seisi rumah beserta pemilik-pemiliknya. Kakiku tiba-tiba lemas kehilangan daya tumpunya. Aku terjatuh dalam posisi berlutut dan kedua tangan bertumpu ke tanah. Aku menundukkan kepalaku. Air mataku yang kusimpan untuk di luar gerbang akhirnya meledak. Aku berteriak sekencang-kencangnya.

    "Aaaaaaaaaaaaaaaaarrrrgggggghhhh!!!"

    Seolah-olah dunia ini memang tidak memberikanku kesempatan untuk menangis, satu per satu bola-bola baru berjatuhan menghancurkan seluruh isi desa di sekelilingku. Aku berusaha berpikir positif bahwa mungkin ini juga salah satu langkah yang harus ditempuh untuk lebih dekat setahap untuk menjadi Dark Knight. Kukepalkan tanganku, kemudian berdiri dan berusaha menguatkan diri. Aku lalu berlari menuju gerbang depan di mana Settler yang kutinggalkan berada.

    "Aku harus selamat. Untuk membalaskan dendam orang-orang yang kusayangi, pertama-tama aku harus selamat!"

    Kuberlari sekencang-kencangnya menuju gerbang depan dengan sekuat tenagaku. Tapi, seolah-olah dunia menertawakan rencanaku, fakta yang sudah bisa ditebak terjadi. Settler yang juga baru saja kutinggalkan tewas di tempat di hajar oleh bola api yang besar itu. Dalam sekejap, pagar serta gerbang yang melindungi kami tersulut api. Kini sekelilingku dipenuhi dengan warna merah. Belum sempatku beranjak dari tempat ini karena kekagetan yang sempat membuatku berhenti beberapa saat, sebuah bola api kini telah berada tepat di depanku dari arah atas.

    DUAAAAARRRRR!!!!

    ***​
     
  7. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    ane gak komen panjang, tapi semoga membantu ya :onfire:
    ceritanya genre komedi ya, :hmm:, lumayan ngegelitik terus rada lucu. :lol: penulisan sih oke, rada bagus, dan kata-katanya mudah dimengerti, tapi mungkin ceritanya hanya sekitar situ saja, konflik tentang jakarta, tapi hanya ngebahas konflik aja tanpa kata penyelesaian. jadi kesannya gimana ya.... rahasia deh :lalala: tapi bagus dah udah cukup menghibur :lalala:

    romenace :cinta: cerita cinta yang tak tersampaikan, :hmm:
    bagus kakak, hanya satu aja, penulisannya, well, aku kadang sering terselip siapa sih yang ngomong :bloon: kadang aku kalau nulis

    -cerita minimal mudah dimengerti, setidaknya mereka tahu apa yang kuceritakan,-

    itu mungkin terdengar sederhana, tapi susahnya luar biasa. setidanya buat sebaik mungkin agar sang pembaca nyaman ketika membaca. Sesekali terkadang ane berfikir cerita ane terlalu rumit, dan terus kubuat agar cerita itu sesederhana mungkin. kalau terlalu sering menggunakan 'enter' maka mudah terjadi kesalahanpahaman. itulah sebabnya kebanyakan cerita mempunyai narasi, (walau terkadang ada yang gak terlalu panjang) tapi itu penting dalam cerita.

    tapi point lebih ane sih, gaya penulisannya yang keren :cool4: i love it :cinta:

    ini mungkin gak ngomong banyak, tapi sense actionnya kurang :keringat:
    kalau pendapatku sih, kakak bakatnya buat genre komedi, kalau enggak sih romance, :hmm: gak dan bukan berarti kakak gak bisa, tapi kakak terlihat kurang di situ :hmm:, kalau kataku malah mirip cerita biasa, efek bola api jadi kesannya seperti kecelakaan biasa. terus karena masih satu chapter, jadi gak tahu banyak akan cerita, jadi kesannya ngegantung gitu, kalau diteruskan mungkin bagus, :onfire:, apalagi kalau ada battle planningnya juga, aku mungkin sering nonton cerita action, tapi action tak hanya kata bertempur, tetapi pertarungan yang terukur dengan rapi, bahkan ada pepatah dulu mengatakan:

    "kemenangan sempurna bukanlah yang mampu mengalahkan 1000 pasukan, tetapi yang menang sebelum perang"

    well, lagipula aslinya berantem itu sakit, jadi menjauh dari yang sakit adalah baik, gunakanlah rencana kakak agar cerita kakak bisa membuat mc menang :onfire:



    -ambil yang penting aja ya, ane pun masih pemula dibidang penulisan. semoga berguna banyak :hmm:-
     
  8. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Iya emang sih :bloon: Penyelasaiannya dipotong soalnya :bloon:

    Hmm gitu ya :bloon:

    Kalau menurut saya sih, saya pernah baca kalau kita nggak mesti tiap percakapan nulis,

    "... ," tanya Chihaya.

    "... ," jawab Sherlock.

    "... ," gumam Merp.

    Soalnya biar pembaca mikir juga gitu :iii: Bukan mikir juga sih, maksudnya penulis udah ekspektasi pembaca pasti ngerti, soalnya di sini juga yg bercakap cuman dua orang. Kalau bukan si A ya pasti si B :iii: Terus nggak efektif juga sih tiap dialog gitu harus ada penjelasannya siapa yang bicara :iii:

    Tapi, makasih ya masukannya :hmm:

    Ini actionnya dimana ya :bloon:

    Tapi, makasih masukannya :hmm:

    ------------

    Wah, kalau ada yg komen gini jd semangat :onfire:
     
    Last edited: Oct 3, 2014
  9. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,819
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    :bloon:

    remake :oii: I need a remake :oii:

    plotnya simpel dan bagus. pembawaannya? terlalu simpel :swt:

    Maksudku, aku gak kayak lagi baca cerpen. ini kayak orang lagi ngomong apa kamu salin langsung diatas kertas, jebret, jadi. berasa gak ada naik turunnya :iii: padahal plotnya n inti ceritanya boleh aku bilang extrardinary :iii:

    okay, ehem.

    tak tik tuk tak tik tuk (suara ngetik)

    NTR is so damn good. tak tik tuk tak tik tuk. sayangnya MC mati duluan dan ketemu sosok malaikat. gulp. tak tik tuk tak tik tuk.

    I mean, what the cucumber with the SFX? deg. prang. ting. tung. tap tap tap.

    omg, I wish those SFX's never been written :swt:

    wasem, bangkeeeee :lol: itu orang ngapain diem di zebra cross? minta ditabrak apa :lol: kenapa gak ditulis menunggu di tepian zebra cross ato apa gitu :lol:

    shieeed :lol: ini orang beneran minta ditabrak :lol: diem ditengah zebra cross sambil ngeliatin seluruh tubuh :lol:

    ...I never know that you're so sentimental :lol:

    =============================

    anyway, kesampingkan SFX yang bikin saia ngakak sepanjang baca cerita ini. hal kedua yang paling ganggu adalah rasa2nya ampir gak ada deskripsi di ceritamu, sis. saya bacanya seolah-olah tanpa latar. plus, transisi antar kalimat yang, ugh, not so likeable for me.

    jadinya yah, begitulah.

    ...tak tik tuk tak tik tuk.

    lagi2 SFX nya bikin saia ngakak :lol:

    saya skip adegan perpisahannya btw. berasa hambar aja sih, not so emotional.

    n saia setuju ama komen noprirf, kamu bagusan bikin komedi :hmm:

    summon dulu merpati98merpati98; buat ngasi lapak komentar :ngacir:
     
    Last edited by a moderator: Apr 25, 2015
  10. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Eh, ternyata habis di komen lalat. Baru liat :maaf:

    Hmm, gitu ya. SFX, komedi, deksripsi. Noted :belajar:

    Makasih udah baca :maaf:
     
    Last edited by a moderator: Apr 25, 2015
  11. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :nongol: mampir ah
    uda baca tiga2 nya, dan overall menghibur :top:
    yg saya suka dr tulisannya cc: ririn terkesan seperti penulis bisa menuangkan apa yang ada dipikirannya tanpa rasa takut atau ragu2 :top: dan percaya ato nda yah saya yg baca jg jd ikut semangat :lol:
    bagian yg paling bikin saya suka yg ini :hihi:
    trus... deskripsi nya singkat2 tp saya masih bs ngerti setidaknya :lol: (ga tau klo org lain) tp menurut saya bs bikin pembaca mengerti berarti uda bagus :hihi:
    untuk kekurangannya, mungkin krn ada double deskripsi seperti ini:
    sudah dijelasin klo si 'aku' mengetuk pintu tp lalu dibuat lg sfx 'tok tok' rasanya jd seperti deja vu :lol:
    lalu kekurangan yg lain mungkin ada di penokohannya ya. kayak di fic yg Sacrifice Zone, sifat2 karakternya rada kurang nendang gt. trus MC nya laki2 kan ya harus nya :???: tp rasanya berasa feminin gt :lol:
    segitu aja deh, semoga membantu :maaf:
     
    • Like Like x 1
  12. Duzun Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 18, 2014
    Messages:
    14
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +10 / -0
    bookmark dulu, hehehe
    ntar biar bisa ..................................................................................................... dia :3

    komen tentang jakarta
    "Mengapa cewek di dunia nyata seperti ini?"
    well aku juga ingin tanya juga kenapa ya :p

    dan juga "kalau" ditanya ke aku ingin ke jakarta ya karena tuntutan kerja sebagai "ITU" hanya bisa di lakukan di kota besar di jakarta, tahu sendirikan jakarta ibu kota negara kita.
    well pekerjaanku sebagai "ITU" memang dikatakan sulit, apalagi akhir-akhir ini banyak buaya yg bermain api di daratan jakarta.

    komeng untuk aratta.
    well dat sad story nii-san,
    aku tidak paham bagaimana bisa orang itu dekat dengan orang yg di cintai. Namun, orang yg di cintai menyukai orang lain.
    i dont really know how to membenarkan tulisan tapi aku mengerti sedikit dengan alur plot cerita.

    btw kalo taichi masih hidup di pikiran nii-san, saya yakin waktu nii-san membaca tulisan ini dia taichi juga akan ikut membaca.
    So taichi saranku culik chihaya mumpung dia tidak berdaya di rumah sakit, ntar saya akan kasih sugesti ke nii-san agar kamu mendapat bantuan prajurit dan bisa masuk ke istana imajinasi nii-san kemudian merubah plotnya :p.
    yahahahah XD



    umm... nii-san XD
    kyaa >///<
    nii-san sedang membaca komentarku, aku malu.

    semangat nii-san, sy selalu mendukung nii-san seperti nii-san mendukung saya dari dulu. hehehe
    _________________________________
    ntar aku tulis lagi komen tentang cerpen nii-san yg lain,
    aku belum lakuin ini dan itu hari ini jadi later ya nii-san :p
    _________________________________
    dan untuk sesepuh,suhu,senpai,sensei penunggu sub-forum ini
    salam kenal, hehehehe :)
     
    Last edited: Feb 3, 2015
  13. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Lha ini aku baru baca komennya :lol:

    Makasih cc udh mampir :maaf:

    Ah, sfx ya kyk kebiasaan gitu :lol:

    Noted :belajar:

    Penokohan ya :XD: Well itu dari Chihayafuru :XD: Tp mungkin rada fail :lol:



    Iseng scroll ke bawah page nemu ini.

    Users found this page by searching for:
    1. pertanyaan dengan menanyakankalimat dengan menggunakan kalimat kapan mengapa dimana apa siapa dengan judul cerita di musim kemarau
    De hell? :lempar:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.