1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Denni, menciptakan makanan khas batam...

Discussion in 'Motivasi & Inspirasi' started by income11, Jun 17, 2009.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. income11 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 26, 2009
    Messages:
    1,115
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +7,636 / -0
    (kompas, selasa 2 juni 09)

    Dadalm dua setengah tahun, bisnis Denny Duelyandri (28) berkembang pesat. Saat ini ia sudah memiliki empat gerai untuk menjual kue pisang, atau kek (cake) pisang. Kini ia dan istrinya, Selvi Nurlia (28), bersama para pekerja mampu memproduksi 600 loyang kue pisang dengan omzet penjualan Rp 20 juta per hari. Beberapa penghargaan diraihnya. Salah satunya adalah juara III tingkat nasional WIRAUSAHA MUDA MANDIRI.

    Denni sebenarnya bukan seorang koki atau pembuat kue. Latar belakang pendidikannya sarjana teknik elektro. Sejak tahun 2003, ia bekerja sebagai karyawan pada sebuah perusahaan elektronik di Batam dengan gaji pokok Rp 1,2 juta per bulan.

    Akan tetapi, kerisauan dan ketidak puasan menjadi seorang karyawan membuat dirinya mampu mengubah pola pikir. "Setelah lulus kuliah, saya bekerja di parbik dengan sistem Shift. Saya berpikir, kok cuma begini-begini saja", katanya.

    Bekerja shift dengan penghasilan yang tidak terlalu besar sering kali membuat pekerja bosan. Ia pun mulai berpikir untuk bisa berusaha untuk menambha penghasilan. Di tengah kesibukan sebagai karyawan, akhir 2004, Denni menjual kerupuk udang yang diambil dari orang lain.

    "Waktu berangkat bekerja, saya titip saja di warung-warung di sekitar pabrik di Mukakuning. Setelah pulang kerja, saya ambil uangnya", kata Denni. Penghasilan penjualan kerupuk udang pun lumayan, yaitu sekitar Rp 800,000 per bulan atau lebih dari separuh gaji pokok.

    Namun, pekerjaan sambilan itu hanya dilakukan sekitar empat bulan. Kesibukan di pabrik dengan kerja shift tidak lagi dapat memberi peluang untuk bisnis sambilan. Sementara itu, istrinya pun sedang mengandung.

    Denni kemudian berjualan kue onde-onde yang juga diambil dari orang lain. Pekerjaan sambilan itu pun hanya dilakukan beberapa bulan.

    Akhir 2005, keinginan untuk berwirausaha mulai dirintis lagi. Dengan uang pinjaman dari koperasi karyawan sebesar Rp 10 juta, ia memluai usaha rumah makan padang. Naumun, bisnis rumah makan yang dibuka di depan rumah hanya berlangsung dua bulan.

    "Strateginya salah. Di situ sudah ada dua rumah makan, tetapi saya buat lagi di situ," kata Denni. Tambahan modal untuk menyuntik usahapun tidak ada lagi. Akhirnya, asset rumah makan dijual senilai Rp 5 juta kepada rekannya.

    Jatuh bangun untuk memulai usaha tidak membuat dirinya patah arang. Apa yang mendorong Denni untuk terus menerus berusaha dan memulai sesuatu yang baru ?
    Menurut Denni, dia membaca buku "RIch Dad Poor DAd' karangan Robert A Kiyosaki. Buku yang spektakuler itu memberikan inspirasi bagi dia.

    Pesan yang diambil dari buku itu adalah bahwa SESEORANG HARUS BERPIKIRAN POSITIF. BERANI MENEMPUH SUATU PERJALANAN YANG BARUM DAN SELALU BERANI MENANGKAP PELUANG. Itulah yang memotivasi dan membuat Denni bertahan dalam jatuh dan bangun lagi untuk memulai suatu usaha.

    Setelah gagal berbisnis rumah makan padang, ia memulai lagi usaha Event Oragnizer (EO) pada April 2006. PAda mulanya, bisnis itu memang cukup menguntungkan. Pekerjaan sebagai karyawan di perusahaan elektronik pun ditinggalkannya pada Juli 2006.

    Bisnis itu digeluti. "Saya pernah mendapat keuntungan Rp 10 juta - Rp 15 juta dalam satu event", katanya.

    Akan tetapi seiring perjalanan waktu, mencari sponsor pun tidak semudah yang dibayangkan. Kelelahan untuk mencari sponsor membuat pekerjaan sebagai EO pun ditinggalkannya pada September 2006.

    Denni pulang kampung halaman di Padang saat Lebaran tahun 2006. Setelah pulang kampung, ia kembali ke Batam dan mencoba bisnis kue Pisang. Kue Pisang itu dibuat istrinya Selvi. Pada mulanya kue-kue pisang yang dibuat hanya ditawarkan kepada tetangga.

    Dengan berbagai buku manajemen dan marketing yang "dilahapnya", termnasuk kemampuan menangkap peluang, Denni mulai menjalankan pemasaran kue pisang.

    Kue pisang difoto dan ditawarkan kepada teman-teman untuk dijual dengan imbalan Rp 3,000 dari harga kue Rp 15,000 per potong. Dengan berbekal foto-foto itu, teman-temannya menawarkan kue ke pabrik-pabrik.

    Suatu saat ia pun mendapat pesanan kue pisangn sebanyak 40 potong. Pesanan yang cukup mengagetkan itu membuat Denni dan istri kewalahan memenuhinya.

    "Oven untuk membuat kue di rumah terlalu kecil. Jadi saya dan istri harus bergadang untuk membuat kue dan memenuhi pesanan itu. Rumah pun sudah seperti kapal pecah", kata Denni. Saat itu dia tinggal di Perumahan Villa Mukakuning.

    Setelah berjalan dua minggu sejak pesanan kue sebanyak 40 potong itu, ia pun membeli oven yang lebih besar seharga Rp 3,5 juta dengan cara pembayaran dicicil.

    Usaha kue pisang yang dijalankannya terus berkembang. Pesanan juag terus bertambah. Awal 2007, pesanan kue pisang sudah mencapai 100-150 loyang perhari.

    Untuk memperluas usaha, ia pun mencoba mencari kredit dari bank. Pinjaman sebesar Rp 40 juta diperoleh dari Bank Danamon yang digunakan untuk menyewa rumah toko (ruko) di Mukakuning.

    PAda satua waktu, ada pembeli yang ingin membeli kue pisang untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Saat itulah Denni mulai berpikir bahwa kue yang dibuatnya dapat menjadi oleh-oleh dari Batam sebagai makanan khas. Apalagi, Batam belum memiliki makanan yang khas.

    Dengan keberaniannya ia pun memasang iklan billboard. memalui iklan itu ia berani mengklaim atau menjadikan kue pisang sebagai makanan khas batam

    Slogan yang dibuat untuk produk yang dijual Denni adalah " BATAM< YA KEK PISANG VILLA". Istilah "Villa" berasal dari nama tempat ia membuat kek pisang, yaitu perumahan Billa mukakuning, Batam.

    Dengan slogan dam strategi pemasaran, Denni pun telah menciptakan produk dan merek sendiri. Hak paten merek itu juga sudah didaftarkan ke Dirjend Hak atas Kekayaan intelektual.

    Masyarakat pun, baik penduduk Batam, pendatang, mapun para turis, semakin ingin mengetahui kue pisang buatan Denni. Untuk menarik turis ke gerai-gerai kek pisang, Denni pun bekerja sama dengan perusahaan atau agen perjalanan wisata. dengan cara itu, bisnis kue pisang pun semakin berkembang. Kini di Batam Center sudah ada dua ruko yang menjual kue pisang buatan Denni.

    Pertengahan 2008, Denni mendapat kredit lagi sebesar Rp 500 juta dari Bank Bukopin untuk memperluas usaha. Uang itu digunakan untuk menyewa ruko, outlet dan membeli peralatan produksi. Kini, dia seudah memiliki empat gerai. "Saya mau tambah satu outlet lagi di bandara sehingga nanti menjadi lima outlet", katanya.

    Perkembangan gerai-gerai itu tentu disambut positif oelh pemerintah kota Batam. Apalagi Pekot Batam sedang gencar-gencarnya mencanangkan "Visit Batam 2010".

    Dengan outlet-outlet makanan khas Batam diharapkan turis atau pendatang yang datang ke Batam dapat menemukan oleh-oleh untuk dibawa pulang yaitu "kek pisang VIlla".

    Usaha mandiri kek pisang itu juga mendapat repon positif dan penghargaan dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan HIPMI kepulauan Riau.

    terakhir, ia mendapat penghargaan sebagai juara III tingkat nasional Wirausaha Muda Mandiri yang diberikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Denni yang dulu menjadi karyawan perusahaan elektronik itu kini tumbuh menjadi usahawan muda yang mempekerjakan 30 orang.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.