XL Mau Dukung OpenBTS Jika Beri Manfaat untuk Perusahaan

Perusahaan telekomunikasi XL Axiata mengatakan pihaknya bisa saja mendukung teknologi alternatif seperti OpenBTS asalkan memberi manfaat dari sisi teknologi dan finansial perusahaan.

CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengatakan, teknologi telekomunikasi bisa datang dari mana saja dan bisa diterapkan untuk komersial asalkan memberikan "nilai ekonomis."

"Mau itu Google atau siapapun yang bisa membawa keuntungan baik, kenapa tidak. Karena pada intinya kami terbuka," tutur Dian saat berbincang dengan CNN Indonesia, Rabu (4/11).

XL diketahui merupakan salah satu dari tiga perusahaan telekomunikasi Indonesia yang mendukung uji teknis teknologi balon udara Google untuk menyebarkan sinyal Internet 4G LTE di kawasan timur Indonesia yang belum tersedia infrastruktur telekomunikasi darat.

Setelah kesepakatan uji teknis itu, komunitas teknologi yang terdiri atas ICT Watch, Air Putih, Onno Center, dan Forum Demokrasi Digital, meminta pemerintah untuk mengizinkan pemanfaatan frekuensi 900 MHz yang dimiliki operator seluler untuk penelitian dan pengembangan OpenBTS.

OpenBTS merupakan base transceiver station (BTS) GSM berbasis peranti lunak yang dihubungkan dengan peranti keras komputer dengan antena penerima dan pemancar. Dengan perangkat macam ini, pengguna ponsel dan kartu SIM GSM yang terhubung dengan OpenBTS bisa saling melakukan panggilan telepon dan berkirim SMS sehingga tak memerlukan jaringan operator seluler komersial.

Permintaan ini bukan tanpa alasan. Mereka memakai dasar netralitas teknologi seperti yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. ICT Watch menilai di sini pemerintah harus "memfasilitasi netralitas teknologi agar industri dapat menggunakan teknologi nirkabel yang paling efisien dengan ekosistem yang mendukung."

Direktur Eksekutif ICT Watch, Donny Budi Utoyo menjelaskan, pada intinya netralitas teknologi adalah mengharuskan suatu regulasi dapat diterapkan pula pada teknologi alternatif yang ada, tidak boleh hanya berlaku bagi jenis teknologi yang telah/sedang digunakan saja atau yang dianggap primadona/unggulan saja.

Komunitas menggarisbawahi bahwa pemberian akses frekuensi 900 MHz itu akan dimanfaatkan untuk penelitian serta memberi fasilitas telekomunikasi kepada daerah rural.

Dari sisi XL, Dian menegaskan bahwa kesepakatan ini merupakan kesepakatan uji teknis dan belum ke arah komersialisasi. Dian sendiri belum berbicara dengan Google soal model bisnis yang mereka tawarkan.

"Ini masih uji teknis. Teknologi balon udara itu sendiri masih diinkubasi, masih diteliti dan dikembangkan oleh Google. Kalau teknologi ini bisa menurunkan cost, ya kita mau," lanjut Dian.

Ratusan balon udara Google ini akan mengudara di ketinggian 20 km dari permukaan laut untuk menyebar koneksi Internet 4G LTE dengan radius 40 kilometer ke darat dari tempat lokasi balon itu berada. Menurut rencana, jadwal uji teknis dilakukan pada kuartal pertama atau kedua 2016.

Perangkat pemancar radionya akan disediakan oleh Google, namun perangkat itu tetap terhubung dengan menara pemancar milik operator seluler di Indonesia.

Sumber

 

setuju nihsama ceo nya xl.. yang penting memberikan nilai ekonomis