1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Time Future Traveling

Discussion in 'Fiction' started by ari_usman, Feb 13, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. ari_usman M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jul 3, 2014
    Messages:
    200
    Trophy Points:
    167
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +12,619 / -1
    TIME FUTURE TRAVELING A.K.A PERJALANAN WAKTU KE MASA DEPAN


    Penulis : faridusman

    Twitter : @faridusman94

    PART 1


    Perjalanan waktu ke masa depan mungkin menurut orang-orang itu adalah hal yang biasa-biasa aja. Tapi, kalau melihat masa depan sendiri tentu kita merasa bahagia. Masa depan tidak ditentukan oleh kita, namun kalau kita pikirkan masa depan mulai dari sekarang, mungkin masa depan itu akan muncul di masa depan nanti. Seperti itulah aku.


    Aku adalah seorang pelajar SMA berusia 16 tahun.


    Kisah ini berawal saat aku menulis cerita tentang masa depan seperti apa yang aku inginkan? Tentu banyak yang aku tulis di buku catatan pribadiku. Seperti apa pekerjaanku nanti, seperti apa pasangan hidupku nanti, atau saya bercita-cita jadi apa. Banyak yang aku tulis di buku catatanku. Namun, aku tak mau ada yang melihat buku catatanku. Nantinya, mereka menganggap aku ini gila. Aku juga tak mau dibilang gila.


    Sampai suatu hari, buku catatanku tertinggal di taman saat sesudah pengambilan rapor. Berhubung juga orang tuaku belum muncul, jadi raporku belum diambil. Kebetulan juga wali kelasku melihat buku catatanku di taman sekolah, dan beliau memanggilku.


    “Nak, apa yang kautulis ini?” tanya wali kelasku.


    “Itu, masa depan yang akan aku impikan.”


    “Nak, saya ingatkan padamu. Masa depan, tidak ditentukan dari diri seseorang. Tapi, seberat apapun kau berusaha, semakin kau meraih masa depanmu. Kalau kau cuma malas-malasan dan cuma mikirin yang tidak-tidak, pasti nak, pasti masa depanmu tidak akan kau raih.”


    “Oh gitu yah pak? Baiklah.”


    Sebelum pergi, aku dipanggil lagi oleh wali kelasku.


    “Tunggu nak, tunggu.” sembari menghentikanku. Wali kelasku mengambil sesuatu di ruang guru dan beliau mengambil raporku dan memberikannya padaku.


    “Ini, rapor kamu. Kau harus lihat nilaimu dan renungkan di dalam hatimu. Aku tahu selama ini yang kau pikirkan cuma masa depan melulu. Tapi kau harus ingat. Jalanmu masih panjang, dan masih lama kau akan meraih masa depanmu. Jadi, kau harus ingat, bahwa masa depan hanya bisa dibayar oleh kerja kerasmu. Kau tahu, kerja kerasmu itu bagaikan uang yang akan dibelanjakan. Kalau kerja kerasmu terkumpul, maka terbayarlah sudah masa depanmu. Mengerti, Nak?”


    “Iya, pak. Kok langsung diambil? Tidak perlu ada orang tua?”


    “Tak perlu. Yang penting, kalau kau lihat nilaimu, kau boleh senang, atau kau boleh sedih. Lakukanlah sesuka hatimu.”


    “Baiklah pak.”


    Aku pun langsung mengambil raporku dari wali kelasku dan langsung berjalan menuju pintu gerbang sekolah.


    Tiba-tiba saja, aku melihat orang tuaku yang sedang turun dari mobil. Akupun langsung menghampiri mereka.


    “Ayah, ini udah aku ambil raporku.”


    “Wah, kok bisa? Kenapa rapormu langsung diambil? Perasaan harus dari orang tua dulu.”


    “Wali kelas langsung memberikannya padaku.”


    “Oh, mungkin wali kelasmu mau cepat-cepat pulang? Oke, biar kulihat rapormu.”


    Setelah orang tuaku melihat raporku, ekspresi orang tuaku mengherankan. Apakah yang terjadi?


    “Lho, kenapa nilai kamu bagus-bagus semua? Kenapa bisa? Perasaan kamu tak suka belajar. Aku jadi takut nilaimu akan hancur, tapi dugaanku salah.”


    “Yah, aku ingin cepat-cepat masuk kuliah, Pa.”


    “Semoga aja sih. Aku ingin kau cepat-cepat masuk kuliah.”


    “Oh ya Pa. Aku ingin ke rumah teman sebentar, boleh kasih saya uang?”


    “Mau berapa?”


    “Terserah, 350 ribu. Cukup kok.”


    “Oke, ini uangmu. Kalau sudah ke rumah teman langsung pulang ya.”


    “Iya pa.”


    Aku melanjutkan kembali aktifitasku, dan singgah makan di cafe minimarket. Aku merenungkan diri, apakah masa depan itu sia-sia? Masa depan itu seperti sampah? Aku terus merenungkan diri sambil memakan mie instan cup yang ada di hadapanku.


    Tiba-tiba, aku melihat di luar hujan dan sangat lebat sekali. Sial, aku tak bawa payung. Sambil membawa tasku yang sangat berat, mumpung kalau pergi sekolah banyak barang tak penting yang aku bawa. Sehingga aku terlihat seperti traveller.


    Setelah memakan mie instan, aku langsung bayar semua makananku dan sempat berteduh di depan cafe minimarket itu. Aku takut kalau misal aku tak bisa pulang karena hujannya sangat sangat lebat. Nanti juga sampai malam aku berteduh karena tak bawa payung.


    Namun akhirnya, aku memberanikan diri untuk basah-basahan. Aku jalan dalam keadaan basah kuyub. Tak berapa lama, aku melihat air yang tergenang di situ, dan air genangan itu sangat besar. Biasanya kalau aku hujan-hujanan, aku biasanya selalu berjalan di air genangan di jalan-jalan, supaya kakiku tetap basah dan segar.


    Aku pun menghampiri air genangan yang besar itu. Saat kakiku bersiap untuk dibasahkan, aku melihat ada sesuatu yang aneh. Air genangan itu bukan air genangan biasa, melainkan air itu layaknya sebuah kolam di dalamnya. Memang kalau dilihat dari jauh atau dekat, memang terlihat seperti air yang tergenang di lubang yang ada di jalan itu. Namun, saat aku memasukkan kakiku, aku merasakan air itu dalam sekali layaknya sebuah kolam. Aku tak tahu ini apa, tapi aku mencoba memberanikan diri untuk masuk di dalamnya.


    Aku menceburkan diriku ke dalam “kolam” tergenang itu. Sesaat aku merasakan keganjalan. Namun saat aku sudah tak bisa bernafas lagi di dalam “kolam” itu, aku pun langsung naik ke atas untuk bernafas terlebih dulu.


    ------



    Namun, ada yang aneh. Bahkan lebih dari aneh. Aku melihat sesuatu yang ganjal. Ini adalah sebuah kota yang sangat metropolitan. Bahkan kereta MRT pun juga terlihat. Bahkan pula, smartphone sudah lebih canggih lagi.


    Saat aku membangunkan diriku dari kolam yang ada di jalan, aku pun bertanya pada orang yang kebetulan berjalan di sekitarku.


    “Mohon maaf Bu. Aku mau nanya. Ini udah jam berapa? Dan ini udah tanggal berapa dan tahun berapa?”


    “Apa?” wanita itu merasa keheranan.


    “Maaf bu karena pertanyaan ini tidak masuk di akal. Tapi aku mau tanya saja bu. Ini udah tahun berapa? Dan ini tanggal berapa?”


    “Tunggu sebentar yah. Ah, ada. Tanggal 23 Januari 2031.”


    “Hah? Kok udah ditanggal itu sih? Apa ibu tak salah?”


    “Hei, aku tak salah, memang ini tahun 2031. Kamu ini dari mana sih?”


    “Ah, gak kok bu. Aku habis kecelakaan soalnya, jadi hilang ingatan. Maaf bu merepotkan.”


    “Ah ya tak apa-apa.”


    Aku langsung berjalan seperti orang yang kebingungan. Kenapa aku ada di tahun 2031? Apakah aku ada di masa depan? Ini tidak mungkin. Kenapa aku harus ada di masa ini?


    Aku ingat jalan-jalan yang kulalui sekarang, karena jalan yang kulalui adalah jalanku menuju sekolah. Jalan itu juga adalah lorong yang sepi. Kenapa jadi jalan yang begitu rame?


    Aku ingat juga rumahku. Awalnya rumahku itu sederhana saja, tapi yang aku lihat adalah rumah yang bagaikan istana. Berlantai 3, ada taman, garasi mobil luas, dan yang lainnya. Aku mengintip isi dari rumahku ini. Memang betul ini rumahku. Karena aku bisa lihat Ayah dan Ibu. Tapi kenapa Ayah dan Ibu terlihat tua? Dan kenapa semuanya pada rame? Tampak kakakku juga yang akan naik mobil bersama keluarga besarku. Aku tak ikut karena nanti keluarga besarku tak mengenalku. Jadinya aku naik ojek. Beruntung aja masih ada gojek di tahun 2031. Aku pun naik gojek dan mengikuti mobil yang akan pergi ke tempat sesuatu.


    Akhirnya, aku sudah selesai mengikuti mobil itu. Tapi aneh, kenapa mereka pergi ke rumah sakit bersalin? Memang ada orang yang melahirkan? Menurut dugaanku, pasti temannya Ayahku atau temannya kakakku yang melahirkan. Aku pun mengikuti mereka, dan aku bertingkah seolah-olah menjadi detektif.


    Sesaat aku melihat ruangan yang akan mereka masuki, dan aku juga akan bersiap-siap mengintip. Saat aku mengintip ruangan itu, ternyata memang benar ada yang melahirkan. Melahirkan seorang bayi yang saaangat lucu. Aku juga melihatnya gemes banget. Tapi aku lihat Ayah dari bayi itu... seperti mirip aku deh. Aku bukan mengintip lagi tapi aku menguping pembicaraan mereka di dalam.


    “Wah, selamat ya kamu sudah menjadi Ayah. Kau harus jaga anakmu baik-baik. Jadi Ayah yang baik untuk anakmu nanti.”


    Dan ternyata aku begitu kaget mendengar ucapan mereka di dalam. Ternyata Ayah dari bayi itu memang adalah aku. Dan bayi yang tadinya aku puji gemes adalah anak aku sendiri. Aku mau masuk, namun aku malu-malu melihatnya.


    Aku juga melihat diriku yang dewasa lebih tampan, tinggi, dan dada berbidang. Dan istriku juga aku lihat dia cantik dan baik hati. Ah, melihat kebahagiaan ini membuatku jadi lapar nih. Aku singgah di cafetaria yang ada di rumah sakit itu. Aku makan dan aku melihat diriku dan semua keluargaku keluar dari rumah sakit. Lho kok cepat banget yah keluar? Baru satu hari coba. Yah mungkin tanggal 20 istriku melahirkan dan ini sudah tanggal 23 dan harus keluar dari rumah sakit.


    Berhubung banyak uang, uang dari Ayahku dan uang yang aku tabung, aku pulang naik bis menuju ke rumahku.


    Akhirnya aku pulang ke rumahku dengan naik gojek lagi dan langsung sampai di rumahku yang sangat besar itu. Setelah semua keluarga besarku pulang, termasuk ayah dan ibuku, aku langsung masuk di rumah itu. Oh, ternyata rumah ini bukan rumah ayah dan ibuku, ini rumah selama aku menikah dan mempunyai anak. Jadi otomatis ini adalah rumahku.


    Aku pun masuk dan beri salam, dan aku disambut oleh diriku yang sedang menggendong anakku.


    “Siapa ya?” suara dari diriku juga agak kelaki-lakian gitu.


    “Oh, maaf, saya adalah seorang traveller tapi aku tak punya tempat tinggal dan kalau aku nginap di hotel, aku gak bisa pulang.”


    “Oh, traveller ya? Boleh, silakan masuk.”


    Akhirnya aku diterima oleh diriku sendiri untuk masuk ke dalam rumah yang sangat besar itu. Wah, benarkah ini rumah? Kok rasanya kayak mall gitu? Ah, aku mau rebahkan diriku di sofa yang enak. Disitu aku melihat diriku yang dewasa sedang bicara dengan istriku.


    “Mas, siapa dia? Kok seenaknya masuk di rumah kita?”


    “Ah, dia seorang traveller. Aku kasihan dia tak punya tempat tinggal. Itupun kalau dia mau nginap di hotel, habis uangnya.”


    “Ah, gak apa-apa deh. Aku tanya dia, apa yang mau dia makan?”


    Si cewek cantik ini menghampiriku dan menanyakan apa yang akan aku makan?


    “Hai, Anda mau makan apa?”


    “Aku mau makan nasi goreng. Perutku harus diganjal lagi.”


    “Hmm, boleh. Wah, ternyata kamu traveller ya? Tasmu pasti berat sekali.”


    “Yah, begitulah kak. Aku suka jalan-jalan, tapi berhubung aku juga tersesat, jadi aku temukan rumah ini. Apakah tidak merepotkan bagi kakak?”


    “Yah, tidak kok. Selama suamiku bisa menerima orang baik, asal jangan terima orang yang jahat.”


    “Ah, kakak ini...”


    Saya memanggil istriku dengan sebutan kakak, karena aku masih pelajar SMA yang menjelajah ke masa depan, yakni ketemu dengan diriku yang sudah berkeluarga.


    “Sayang, ayo sini!” seru diriku yang memanggil istriku.


    “Oh, iya Mas. Kamu di sini saja yah.”


    Saat aku melihat diriku dan istrinya yang sangat harmonis, aku jadi keingat kalau SMA bukan masanya orang pacaran. Aku yakin mereka ketemu saat kuliah. Karena aku harapnya begitu, bisa pacaran di masa kuliah.



    Aku pun juga di panggil untuk makan.


    “Hei, adek, ayo makan di sini.”


    “Ah, iya kak.”


    Aku pun memberanikan diri memanggil diriku kakak.


    Aku makan bersama diriku di meja makan bersama si bayi yang lucu yang berada di dalam gendongan sang kakak yang ganteng, tak lain kakak yang ganteng itu adalah diriku.


    Setelah makan, aku pun melihat si kakak ganteng mengeluarkan buku dan juga laptop untuk pekerjaan. Dia menyalakan laptopnya dan langsung bekerja. Aku melihat buku yang dipegang si kakak ganteng itu, adalah buku kedokteran. Jangan-jangan, diriku adalah seorang dokter?


    Aku pun langsung tanya kepada diriku.


    “Kak, memangnya kakak ini seorang dokter?”


    “Iya dek, memangnya kenapa? Tertarik juga mau jadi dokter?”


    “Iya nih kak. Kok kakak ganteng yah meskipun punya anak?”


    “Ah, kau ini. Saya mah ganteng, tapi umurku udah kepala 3. Udah 31 tahun.”


    “Ah, gitu. Aku mau ganti baju nih, nanti bajuku bau lagi. Di mana ganti baju?”


    “Oh, ke kamarku saja. Tapi jangan ribut, nanti anakku bangun.”


    “Oh iya kak.”



    Aku pun langsung mengambil baju yang ada di dalam tasku, dan ganti baju di kamarnya si kakak ganteng. Aku melihat si bayi lucu dan juga adalah anakku. Dia lucu seperti bayi yang lainnya. Pengen banget aku cubit dia. Tapi udah keburu dipanggil sama diriku sendiri alias si kakak ganteng.


    Aku masih bergabung sama kakak ganteng yang sedang mengerjakan proyek di laptopnya. Saat sedang istirahat, si kakak ganteng sempat melihat isi tasku. Dia sempat teringat kalau tas traveller aku pernah dia milikinya saat SMA.


    “Kalau melihat tas ini, perasaan aku pernah memilikinya saat SMA. Saat SMA dulu, aku memang bodoh, karena aku membawa barang yang tak penting-penting. Kamu juga ya?”


    “Iya kak.”


    “Lho, hp ini, aku pernah memilikinya juga saat SMA. Dan jaketnya juga, aku memilikinya juga saat SMA. Wah, kok kita sama ya?”


    “Yah sebenarnya aku...”


    “Kamu ini stalker ya?”


    “Tidak kok kak. Aku...”


    “Aku mau tanya sama kamu. Kamu sebenarnya siapa? Kenapa kau mau tinggal di sini? Aku butuh kejujuranmu, dek.”


    Aku masih gugup menjawab pertanyaan dari kakak ganteng yang notabene adalah diriku.

    BERSAMBUNG

     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. ari_usman M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jul 3, 2014
    Messages:
    200
    Trophy Points:
    167
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +12,619 / -1
    PART 2


    “Jawab aku, sebenarnya kamu siapa?” tanyanya lagi.


    Aku ingin memberikan jawaban kalau saya ini adalah dirinya yang berada di tahun 2031. Saya adalah orang yang sama, namun saya berada di zaman berbeda.


    Belum sempat aku jawab, tiba-tiba si bayi kecil alias anakku, menangis di kamar.


    “Oh, anakku menangis di dalam. Tunggu sebentar yah, dek.”


    Kakak ganteng masuk di kamar untuk mengurusi si bayi yang menangis di dalam kamar.


    Sementara aku masih memikirkan jawaban apa yang akan aku berikan pada si kakak ganteng.


    Aku yang melihat diriku sedang menggendong anak yang sedang menangis, tak tahu dia mau minta apa.


    “Sudah, sudahlah Nak, jangan nangis. Cup, cup, cup, sudah nak.” ujar diriku seraya menghentikan si bayi lucu yang gemesin dan juga anakku.


    “Ya sudah mas, biar saya saja yang urusuin si dedek.”


    “Iya say.”


    Setelah si bayi sudah ada di tangan si kakak cantik alias istriku, si kakak ganteng kembali tanya padaku soal barang-barangnya yang sama denganku. Dan di situ juga, aku sudah siap untuk memberikan jawaban.


    “Dek, kakak tahu kakak punya barang yang sama seperti kamu. Tapi kakak butuh kejujuran darimu. Kamu sebenarnya siapa?”


    “Aku... aku...”


    Aku pun menjawab pertanyaan dari kakak ganteng.


    “Sebenarnya aku... adalah kakak. Aku adalah kakak. Aku dari tahun 2016, tak sengaja aku berada di tahun 2031. Aku tahu semua yang ada di rumah ini. Dulu rumah ini rumah yang sangat sederhana dan tinggal dengan Ayah Ibuku.” seru saya sembari kesal.


    “Jadi... kamu bukan traveler, namun kamu time traveler? Kamu tak sengaja jelajahi waktu ke tahun ini? Memang kamu naik apa supaya sampai kesini?”


    “Aku ceburkan diri ke “kolam” tergenang, tapi aku tak tahu apakah itu masih ada atau tidak. Tapi aku tetap melihat masa depanku seperti apa.”


    Akupun menunjukkan buku catatan saya kepada si kakak ganteng alias diriku sendiri yang sudah berumur 31 tahun.


    “Ini, buku catatan saya yang aku tulis.”


    “Ini, bukannya buku catatan saya yang pernah kutulis juga saat SMA? Rupanya kau memang diriku. Oh ya, itu apa? Apakah itu rapor SMA-mu?”


    “Iya kak. Mau lihat?”


    Si kakak ganteng melihat raporku. Dia juga tidak menyangka ternyata ada dirinya di tahun 2031. Terbukti bahwa aku punya barang yang sama dengan punya si kakak ganteng.


    “Wah, dek. Tidak menyangka aku bisa ketemu dengan masa remajaku dan bisa ingat lagi masa remajaku dulu. Ya, itu kamu dek.”


    “Makasih juga kak. Ini semua karena masa depan yang selalu aku tulis di buku catatanku. Jadinya aku bisa ketemu dengan diriku yang berusia 31 tahun. Walaupun udah berkepala tiga, tapi kakak tetap ganteng. Itu yang aku harap di masa depan nanti.”


    “Iya dek. Aku juga berharap begitu saat SMA dulu. Mungkin pengalaman yang sama denganmu.”


    “Iya kak. Tapi, besok cuaca hujan tidak besok?”


    “Hmm, mana kakak tahu? Besok kakak akan cari tahu ramalan cuaca nanti.”


    “Iya kak.”


    Seru juga bicara dengan diri kita sendiri, namun beda usia dan beda jaman. Si kakak ganteng semakin ganteng saja kalau tersenyum senyum. Mungkin itulah diriku.


    Tiba-tiba, istri si kakak ganteng memanggilnya dan meminta menggendong anaknya karena istrinya mau masak.


    Si kakak ganteng menggendong anaknya dengan sangat baik, bahkan si bayi lucu dan gemasin itu ketawa-ketawa melihat Ayahnya yang lucu-lucuan. Mungkin seperti itu diriku di masa depan nanti saat aku berusia 31 tahun. Si ayah ganteng masih membuat anaknya tertawa, dan anaknya selalu tertawa dan menjadi sangat menggemasin. Aku juga melihatnya menggemasin banget, mungkin itulah anakku di masa depan.


    Aku tak menyangka diriku bisa menjadi super ayah karena sang istri sedang mengurus sesuatu, dan kita yang jadi kepala keluarga harus ngurusin anak karena sang istri terlalu sibuk.


    “Ini mungkin anakmu, dek. Lucu, ‘kan?”


    “Iya kak, lucu. Aku lihat ini di rumah sakit bersalin kemarin.”


    “Oh ya? Kamu pergi ke rumah sakit bersalin? Buat apa di situ?”


    “Aku tak sengaja melihat para keluarga dan yang lainnya pergi ke rumah sakit bersalin, dan tak disangka kalau ada diriku di situ.”


    “Oh gitu ya?”


    “Tapi... aku lebih suka kalau yang sekarang, bisa menjadi kakak, bisa bekerja, bisa segalanya.”


    “Tapi kamu harus nunggu 15 tahun lagi untuk bisa sepertiku. Bisa mendapat istri yang cantik, mendapat anak yang lucu, bisa bekerja jadi dokter, dan yang lainlah.”


    Tiba-tiba, diluar sedang ada hujan. Hujan yang sangat lebat. Mungkin inilah waktuku untuk pulang.


    “Kak, kurasa aku harus kembali jadi remaja lagi deh. Ke masa sekarang. Aku harus menunggu 15 tahun lagi untuk menjadi seorang Ayah yang baik dan Kepala Keluarga yang bijaksana.”


    “Kamu harus sabar yah. Waktu itu tak akan berjalan lama kok. Bagaikan air yang menumpahkan segala isinya. Sama dengan waktu. Kalau kita semangat dalam menjalani aktifitas, kakak yakin kamu bisa mewujudkan keinginan kamu.”


    “Iya kak, saya tahu.”


    “Aku juga teringat tentang pesan guruku waktu SMA. Kamu mungkin sudah berada di tahun 2031. Namun kakak yakin ini adalah mimpimu. Mungkin ini khayalan kamu. Walaupun ada yang bilang kalau ini nyata, tapi ini adalah masa depan kamu sendiri. Kau harus ingat. Jalanmu masih panjang, dan mungkin kamu masih lama akan meraih masa depanmu. Masa depan hanya bisa dibayar oleh kerja kerasmu. Kerja keras itu bagaikan uang yang dibelanjakan. Kalau kerja kerasmu terkumpul, masa depanmu sudah terbayar.”


    “Lho, bukannya ini adalah pesan yang juga disampaikan sama wali kelasku? Perasaan kemarin baru disampaikan padaku.”


    “Kan sudah kubilang, kita ini adalah orang sama, namun beda usia dan beda jaman. Mengerti?”


    “Iya kak. Kalau begitu, aku ingin pulang ke masaku yang sekarang.”


    Aku pun mengambil tas travellerku dan pergi dari rumah yang sangat besar itu. Namun, sebelum pergi, si kakak ganteng memelukku seolah-olah kita kayak kakak adik.


    “Sampai jumpa yah dek. Kuharap, kita bisa bertemu lagi di masa sekarang.”


    “Apakah bisa, Kak?”


    “Aku yakin, aku bisa ketemu denganmu di tahun 2016.”


    “Tapi, bagaimana dengan...”


    “Pasti, pasti ada orang yang akan mirip denganku.” potongnya.


    “Iya kak. Aku harus pergi.”



    Aku pun pergi dalam keadaan yang basah kuyub sama seperti saat aku pulang dari cafe minimarket.


    Tinggal mencari air yang tergenang lagi di jalan. Semoga itu menjadi jalanku untuk pulang. Akhirnya, aku mendapat air yang tergenang lagi. Semoga itu bisa menjadi kolam untuk menuju ke masaku yang sekarang.


    Aku sempat menaruh kakiku di dalamnya, namun itu bukan kolam. Aku mencari lagi air yang tergenang di jalan-jalan namun tidak ditemukan adanya kolam. Aduh, bagaimana ini? Bagaimana caraku untuk bisa pulang? Aku harus cari cara untuk bisa pulang ke masaku yang sekarang.


    Saat aku capek-capek mencari jalan untuk pulang, akhirnya aku menemukan sebuah pantai tanpa pengunjung. Mungkin ini satu-satunya jalan bagiku untuk pulang. Dengan semua pakaian basah kuyub dengan jaket yang terlapis di badanku, aku sempat memohon apakah ini jalan terbaikku untuk pulang? Aku berdoa semoga dari apa yang kulihat dari tahun 2031 ini, bisa terwujud pada 2031 yang sesungguhnya.


    Aku pun melihat air laut dan aku pun menceburkan diriku ke dalam air laut itu. Setelah berapa lama aku di dalam air laut itu, aku pun kembali lagi di “kolam” tempat air tergenang saat hujan.



    ------


    Aku pun kembali lagi di tahun 2016. Setelah sempat satu setengah hari di tahun 2031 bersama orang yang aku anggap sebagai kakakku sendiri yaitu diriku sendiri di tahun 2031.


    Aku kembali lagi di cafe minimarket itu, tapi suasana sudah berbeda dari pertama aku berkunjung. Aku seperti biasa pesan mie instant cup dengan telur rebus. Aku pun makan dengan lahap karena aku sangat lapar.


    Setelah aku makan di cafe minimarket itu, aku melihat sosok yang kuanggap sebagai kakakku di tahun 2031. Mungkinkah si kakak ganteng muncul di tahun 2016?



    Saat aku pulang sekolah, aku terbiasa kalau sempat berpikir aku tak peduli dengan orang-orang yang ada di sampingku. Tak berapa lama, aku tak sengaja menyenggol seorang pekerja yang sedang membawa banyak kertas. Di situ aku minta maaf. Tapi, aku melihat wajah si pekerja ini tidak asing bagiku. Setelah dilihat-lihat, ternyata dia adalah super Ayah dari tahun 2031, dan merupakan diriku di tahun 2031.


    “Maaf, aku tidak lihat kak. Maaf yah.” itu yang selalu aku ucapkan kepada kakak itu.


    “Iya gak apa-apa.”


    “Tunggu sebentar.” aku menahan si kakak itu.


    “Maaf ya dek, saya buru-buru.” si kakak itu melepaskan tanganku dari lengannya.


    Aku tak sempat bicara dengan si kakak itu, karena katanya dia sedang buru-buru.


    -------


    Sebentar malam adalah malam minggu. Aku tak tahu apa yang akan aku lakukan nanti pada saat malam minggu. Sore-sore seperti biasa aku selalu cari udara segar dengan berkeliling naik motor. Saat aku jalan-jalan naik motor, aku melihat sebuah spanduk besar berisi seminar tentang cara mencari solusi ketika sedang ada masalah.


    Nah, ide yang tepat untuk mengisi malam minggu. Aku pun membeli tiketnya secara online, dan nanti malam aku akan pergi di gedung tempat seminar berlangsung.


    Akhirnya, aku sudah duduk di kursi yang sudah aku pilih, dan seminar sudah dimulai.


    Di situ aku terkejut kalau narasumber dari seminar itu adalah kakak yang tadi. Rupanya dia menjadi narasumber di seminar itu, pantasan dia tadi terburu-buru. Aku menonton seminar itu sampai selesai dengan 1 pertanyaan yang aku ajukan ke narasumber.


    Setelah acara seminar itu, aku sempat menahan kakak itu.


    “Kak, tunggu dulu kak. Kurasa aku kenal kakak deh.”


    “Oh ya? Memang kamu kenal aku?”


    “Kenal kak. Punya istri dan seorang anak yang baru lahir.”


    Si kakak itu mengerutkan dahinya dan teringat...


    “Lho, kok kamu tahu kalau aku udah punya istri dan punya anak yang baru lahir?”


    “Yah, aku tahu dari buku catatan yang selalu aku tulis kak. Apakah kakak bermimpi semalam?”


    “Mimpi apa sih? Aku tak paham maksud kamu.”


    “Mimpi tentang tahun 2031. Aku yakin kalau perbuatanku ini gila, tapi di dalam mimpi kakak berkata kalau suatu saat nanti kita akan ketemu lagi. Dan inilah pertemuan keduaku dengan kakak.”


    Si kakak itu sempat berpikir sejenak, dan akhirnya memang dia bermimpi tentang itu dan suatu saat dia akan ketemu dengan dirinya di masa remaja.


    “Iya, aku ingat kok tentang mimpi itu. Aku juga ingat kalau kau sudah menganggap aku sebagai kakakmu. Kau bilang juga aku adalah dirimu di tahun 2031. Sekarang di tahun ini, kita bertemu lagi.”


    “Iya kak, kita ketemu lagi. Dan aku juga sudah berdoa semoga di tahun 2031, bisa menjadi yang sesungguhnya.”


    “Iya dek.”


    “Tapi aku lupa dengan nama kakak. Siapa nama kakak?”


    “Nama kakak adalah Dika. Salam kenal yah.”


    “Iya kak.”



    Akhirnya, aku sudah menganggap kalau Dika adalah kakakku. Aku akan selalu ingat Dika yang sangat ganteng, seperti gantengnya aku di tahun 2031.


    Epilouge :


    Sebuah mimpi dapat kita raih dari diri kita sendiri, asal kita terus berusaha dan kerja keras. Ingat, waktu terus berjalan. Manfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya. Mungkinkah kita akan bermimpi bertemu dengan diri kita sendiri namun beda usia dan jaman, apakah nanti kita bisa bertemu dengan seorang kakak berdasarkan mimpi kita saat menjelajah waktu? Itu yang selama ini aku rasakan. Mungkin ini cuma mimpi, namun yang aku rasakan benar-benar bukan mimpi. Aku ada di tahun 2031 selama satu setengah hari dan pulang. Aku tak bisa melihat si bayi gemes yang notabene adalah anakku di tahun 2031, aku tak bisa melihat si kakak ganteng yang notabene adalah diriku di tahun 2031. Semua mimpi dan imajinasiku akan tertuang dalam buku catatan yang masih ditulis hingga sekarang.


    Pesanku di cerpen ini adalah, masa depan adalah masa yang kita nanti-nantikan setelah kita sekolah selama 12 tahun, kuliah selama 4-5 tahun, bekerja dan mendapatkan kesuksesan. Kesuksesan itu berawal dari kerja keras kita selama kita bersekolah sampai bekerja. Seperti kata pepatah “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Apabila kita mau sukses di masa depan, kita harus menimba ilmu dengan bersekolah. Lalu kita akan pilih sesuai bidang kita di perkuliahan. Lalu setelah bidang kita diakui di perkuliahan, mungkin kita sudah pilih di mana kita akan bekerja. Dan setelah kita mendapat semuanya, kita tentu harus memilih calon pasangan hidup. Semua kesuksesan berawal dari kerja keras kita. Apabila kita terus-terus memikirkan masa depan, tapi tidak dikerjakan sekarang, itu sia-sia saja. Masa depan yang sesungguhnya akan menjadi angan-angan. Kunci kesuksesan, harus bekerja keras.



    TAMAT
     
  4. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,819
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    hai :hi: selamat datang di SF fic :siul:

    oke, uuh, karena saya gak tahu harus bilang apa, saya ringkas aja komennya ya :iii:

    konsepnya unik, tetapi penulisannya harus mengalami banyak perbaikan.

    yak, jalanmu masih panjang. selamat berjuang :hmm:
     
  5. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    hmm, oke deh pesannya bagus harus kerja keras bla2.

    tapi kenapa malah ceritanya ngga meyakinkan dri pesannya ya? atau malah ngga ada hubungannya sama sekali.
    ceritanya agak gimana gitu :swt: ehem, malas ngejelasinnya tkut menyinggung nnti :gadisswt2: jd trauma kek sy kemrn lg :gadissiul:

    semangat :gadistop:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.