Tiga Faktor Yang Meningkatkan Harga Emas Pada 2016

Harga emas dibuka pada 2016 pada USD 36 per gram, berdasarkan London PM Fix, dan harga ini meningkat ke USD 43 per gram di 26 Februari 2016. Dalam dua bulan pertama tahun ini, harga emas dipengaruhi secara signifikan oleh ketidakstabilan ekonomi dunia, dimana suku bunga dan prediksi inflasi menjadi kondisi utama bagi emas untuk menjadi tujuan modal investasi. Prediksi analis pada emas untuk tiga kuartal sisa di tahun ini menjadi macam-macam setelah masalah ini, namun sebagian besar analis tetap memprediksi kerugian atau keuntungan dalam margin yang sedikit dalam tren harga emas. Suku bunga Bank Indonesia sendiri sudah mulai menurun dari 7,5% di sepanjang tahun 2015 dan menurun 6,75% pada 21 April 2016 (Sumber : BI Rate) dimana akan berdampak secara langsung pada kestabilan berbagai macam instrumen investasi termasuk nilai emas sendiri.


Ketidakpastian

Secara umum emas digunakan sebagai instrumen portofolio, yang terjaga terhadap resiko yang dipengaruhi efek moneter, fiskal dan kondisi ekonomi makro. Sejak dari dulu, investor memang memiliki kecenderungan untuk kembali berinvestasi emas terutama disaat ketidakpastian atau ketidakstabilan ekonomi, yang disebabkan oleh peningkatan produksi industri metal dan penggunaan mata uang fisik secara berlebihan. Pada dua bulan pertama 2016, ada ketidakpastian kuat yang membayangi ekonomi global. Tanda-tanda dari ekonomi Cina yang secara mendadak jatuh terlihat dari Shanghai Stock Exchange. Dan juga rendahnya harga energi mulai dari minyak bumi dan harga komoditas terus memberikan dampak serius terhadap ekonomi secara umum.

Negara-negara Amerika Latin seperti Brazil dan Argentina mengalami tingkat inflasi yang tinggi, dimana Brazil mengalami penurunan Gross Domestic Product (GDP) secara signifikan di tahun ini. Tingkat pengangguran yang tinggi dan permintaan dari Eropa sendiri yang berkurang dengan masalah fiskal mereka disana, ditambah lagi kebijakan moneter dalam negeri negara-negara Amerika Latin yang tidak support pada pertumbuhan ekonomi. Penurunan harga komoditas yang tajam dan kemungkinan resesi membuat kecemasan pada pendapatan korporasi besar dari negara eksportir utama seperti Amerika Serikat disana.

Permasalahan ini membuat para investor terjebak dengan pilihan yang terbatas dengan resiko yang jelas bergantung pada berbagai macam kelas aset dalam pasar populer dunia. Sepengalaman saya bermitra dengan FIBO Group, emas memiliki peranan sendiri di portofolio, permintaan yang didasari oleh ketakutan investor untuk meminjam modal. Peningkatan nilai emas di awal 2016 lalu penyebab utamanya adalah ketakutan investor dan ketidakpastian yang menyelimuti instrumen investasi lainnya.


Opportunity Cost

Dengan ketidakpastiannya pasar global, tingkat inflasi yang rendah malah membuat fokus investasi mengarah pada emas dan komoditas terkait. Dimana modal keluar dari Cina, Amerika Serikat dan Eropa, tingkat suku bunga rendah di seluruh dunia meningkatkan permintaan pada surat hutang negara. Di awal 2016, suku bunga tetap rendah setelah bertahun-tahun kebijakan moneter dikembangkan. Ketika The Fed (BI Amerika) mengumumkan keinginan untuk meningkatkan tingkat suku bunga secara bertahap, Bank Central lainnya di seluruh dunia terpaksa untuk membatasi tingkat suku bunga mereka seperti Bank of Japan dan European Central Bank dimana mereka bahkan menurunkan tingkat suku bunga ke posisi negatif, yang menurut saya adalah kebijakan yang sangat ekstrim.

Jatuhnya nilai modal dan tekanan dari Menteri Keuangan di seluruh dunia menyebabkan banyak spekulasi tentang program The Fed tadi untuk melamban. Harga emas cenderung jatuh jika ada spekulasi untuk peningkatan harga emas, dengan menaiknya tingkat suku bunga atau apresiasi investor terhadap keamanan dari aset emas sendiri. Pada 2016, tingkat suku bunga yang rendah menyebabkan hal ini, ditambah dari ketakutan atas ekuitas global yang memiliki kecenderungan pada instrumen emas.


Inflasi

Di saat mata uang melemah, emas cenderung diperhitungkan sebagai penyimpan nilai aset kita, dimana harga emas punya hubungan terbalik dengan mata uang sendiri. Jika kemungkinan inflasi tinggi, terutama dari mata uang dolar Amerika, harga emas cenderung naik juga. Inflasi global sampai saat ini cenderung tidak terlalu aktif, yang membuat prediksi peningkatan tingkat inflasi yang tinggi dalam beberapa tahun mendatang.

Tingkat pengangguran yang tinggi dan kapasitas produksi yang rendah di setiap negara membuat tekanan terhadap inflasi yang tinggi di Eropa, dimana Bank of Japan dipaksa untuk memberlakukan suku bunga negatif dalam rangka menstimulasi inflasi. Bagaimanapun, inflasi utama di Amerika Serikat, dimana mengontrol efek pada harga makanan dan energi dunia (Lihat : Bagaimana Pengaruh Harga Minyak Terhadap Dolar Amerika), meningkat terus dalam beberapa bulan terakhir. Ekspektasi yang tidak dapat dicapai untuk The Fed dalam peningkatan suku bunga berdampak pada meningkatnya tingkat ekspektasi inflasi sendiri. Tingkat inflasi global sendiri akan cenderung untuk tidak terlalu signifikan peningkatannya di 2016 untuk menyebabkan pengaruh signifikan pada harga emas sendiri, namun ekspektasi tersebut dapat tetap mempengaruhi termasuk di bulan Januari dan Februari lalu yang membantu faktor-faktor lainnya untuk mendorong harga emas mencapai harga tertinggi di tahun ini.