1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Ten Thousand Flowers

Discussion in 'Fiction' started by noprirf, Apr 29, 2014.

  1. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    [​IMG]

    Ten Thousand Flowers
    genre : romance, mistery
    story by : noprirf​

    “hei Daniel, cepat ambil bolanya!” ucap seseorang teriak sembari menunjuk ke arahku.

    Aku tahu maksud laki-laki yang kini berdiri di dekatku. badannya begitu besar. saat ia mengatakannya, aku justru terdiam, seakan mencoba menghabiskan waktu. aku sadar hal itu. Bukan karena aku tak ingin mengambilnya, tetapi ucapannya sudah ku dengar berkali-kali, sudah tertulis di kepala ribuan kali. dan kini ia mengatakannya dengan nada yang sama.

    “Apa lagi yang kau tunggu, ”

    "anu, sebenarnya..."

    "ambil saja apa susahnya!" jawabnya dengan sedikit nada marah

    Aku menghelaan nafas panjang, sepertinya ia sudah pada batasnya. Ini seakan menjadi tanda bagiku untuk mulai mencari. Langkahku tak selaras dengan hatiku. Aku berjalan sembari menggerutu. Dia yang menendang, justru aku yang dipaksa mengambilnya. Apakah ia tak tahu mengambil terkadang mengambilnya begitu sulit. rasanya aku ingin keluar dari kehidupan ini.

    Akupun mencoba memperkirakan arah lintasan bola, ada kemungkinan bola masuk ke dalam. Besar kemungkinan jua ada di dalam sana. benar-benar merepotkan. Tak ada yang kuharapkan selain mengakhiri semua ini secepat mungkin.

    setelah aku mendekat, seketika saja aku terhenti. Tembok besar menghalangi ku. ia tampak begitu tinggi. Menatapnya kini membuatku sedikit ragu.

    bagaimana caranya aku bisa masuk?

    Aku sedikit pusing memikirkan cara agar bisa melewati tembok ini. Rasanya mungkin dengan memanjat pohon yang agak besar di sekitar sini.

    Apa aku tak sebaiknya minta izin masuk ke dalam saja ya? Pikirku dalam batin.

    Ah sudahlah, nanti urusannya jadi lama. Tak mau berfikir lama, aku pun langsung memanjatnya.

    Batang pohon itu ku raih, lalu memandu tangan ku menggapai tiap dahan satu persatu. Kulitnya kasar terasa, membuat tanganku sakit mengikis tiap jari tanganku. Aku merasa seperti tersayat sembilu, membaginya hingga ke setiap kuku.

    Fuh, akhirnya. Tanpa terasa aku sudah sampai di atas. Aku kini mencari cara agar aku bisa turun melewati tembok ini. Aku pun mulai mendekati dahan yang dekat dengan tembok, ku berjalan pelan. Tapi aku memilih mengabaikannya. Ketika aku mulai turun aku mencoba mendekatkan kakiku ke tembok. Seketika saja angin datang kuat. Datang menggoyang-goyang setiap dahan dengan kuat. Akupun mulai takut dengan keadaan ini. Tanpa terasa tubuhku sedikit turun. Dahan pohon mulai patah. Aku ingin kembali ke pangkal dahan , tapi sudah terlambat.

    “uwaaaaa~~~”

    Aku jatuh terjerembab. dasar payah. Dahan pohon justru tak sanggup menahan bobot ku. Aku justru terjatuh dan kini mulai merasa sedikit sakit di tubuhku.

    Dengan pelan aku membuka mata. Aku masih baik-baik saja. Tak ada yang terluka. Beruntungnya aku, Semak-semak telah menyelamatkan ku. Aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku tadi, apalagi dari tempat tinggi seperti itu. Sudah selamat pastinya sudahlah bagus.

    Ku mulai melihat sekeliling. Mataku sedikit melirik sembari menatap jauh. Aku berjalan pelan dengan sedikit sembunyi. Untuk sekarang ini tak juga terlihat banyak orang Tapi aku tak boleh menghabiskan waktuku, bila bola itu sudah ketemu maka aku akan pergi dari sini secepat mungkin. Bisa-bisa aku dikira maling.

    “Apakah ini yang kamu cari?” ucap seseorang di belakangku.

    aku terkejut, diriku teramat takut, hati pun terasa gusar. Nafasku seakan tersekat. Aku benar-benar ketahuan. Ada seseorang yang tahu keberadaanku. Aku terus membayangi sosok yang pastinya ada di belakangku. Mungkin ia pemilik tempat ini, atau mungkin justru ia adalah penjaga yang bertampang bengis. Kini aku mulai bingung menghadapi situasi seperti ini

    “te-terima kasih” ucapku terbata-bata

    Dengan pelan aku menoleh ke belakang. Namun dalam sekejap diriku terperanjat. Sosok yang kulihat ternyata seseorang yang jauh dari pikiranku, seseorang itu lebih cantik dari yang ku bayangkan. Wajahnya begitu tenang sembari tersenyum yang tengah terduduk di kursi roda. tampak pula kanvas di depannya.

    Hanya sekejap saja aku langsung menampar wajahku, berharap aku terbangun dari mimpi. Kurasa sakit, semua ini bukanlah mimpiku. Ku kini sadar sosok itu benar-benar ada di hadapanku. Sosok yang begitu mempesona.

    Dengan pelan aku mulai mendekatinya. Bukan lantaran bola yang ia pegang, melainkan ingin lebih memandang wajah itu dari jarak yang lebih dekat.

    “hmm dari tadi kamu bersembunyi saja. nih bola yang kamu cari”

    “i-ya, terima kasih” balasku

    Dia tersenyum seketika, sembari memiringkan wajahnya membuat rambutnya jatuh terurai. Aku sadar diriku tak bisa melupakan ini semua. Begitu juga wajahnya. Aku sadar aku sudah jatuh cinta.
     
    • Like Like x 2
    Last edited: May 7, 2020
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Part 1

    Akhirnya Jadi aku kembali ke sini
    Sejak hari itu, aku sering menemani, menemui dirinya ditempat yang sama. Di tempat pertama kali kami bertemu. Sebuah pohon rindang yang tampak tinggi membayang menghalangi terik. Dengan rumput kecil yang tumbuh berpijak di kakiku. kini aku tak lagi memanjat tembok dulu. Untungnya ia tak merasa terganggu.

    Aku terus saja berdiri. seakan tak tak pernah merasa terusik. Tak ada yang pedulikan selain gadis yang ada di depanku. Ia selalu terduduk di kursi roda sembari mengukir kuas dengan lihainya, tangannya seakan menari di atas kanvas. Aku terus saja memperhatikannya. Setiap warna pun kian menyatu. Semua berkumpul melukis bunga matahari yang mekar dengan indahnya. Tumbuh mekar dengan sebuah rumah yang besar di belakangnya. Sebuah lukisan yang teramat indah bagiku.

    Diriku terkagum, Aku tidak bisa menggambar lukisan sebagus itu. Begitu menggoda mata. Kini ku ganti pandanganku ke wajahnya. Ia terlihat seperti sosok yang berbeda, sorot mata yang segar nan tajam terus menatap kanvas yang ada di depannya. Begitu tajam, hingga matanya terus terbuka lebar memandang lukisan yang tak jemuh-jemuhnya.

    “wah lukisanmu bagus sekali, ya” ucapku sembari mencondongkan wajahku ke lukisan itu.

    “hmm, Gambaran ku gak terlalu bagus kok” balasnya langsung

    “Tapi aku jujur kok, gambarmu begitu bagus.”

    Kini ucapanku membuatnya sedikit tersenyum, memalingkan wajahnya ke arahku. Lukisannya memang benar-benar bagus. Aku bisa merasakan gambarnya terasa nyata. Seakan seperti menggambar wujud yang sesungguhnya. Ia benar-benar menggambar dengan begitu teliti. Setiap warnanya seakan berbeda di tiap bagian.

    “putri, kamu suka menggambar ya?” tanyaku memecahkan keheningan

    “ya, aku sering sih. Kalau aku menggambar aku jauh lebih mengingat apa yang ku bayangkan. Karena itulah aku lebih menyukainya.”

    “putri, apakah ada alasan kamu menggambarnya?” ucapku dengan nada heran

    “itu ra-ha-si-a, ya” ucapnya sembari tersenyum simpul. “tapi begini, jika kamu memberi tahu tentang dirimu, maka aku juga akan memberitahukannya padamu.” ucapnya melanjutkan

    “eh, benar, “ ucapannya seperti angin segar bagiku. Sejujurnya jarang sekali aku berbicara dengannya. Bila pernah ia hanya menjawab sekedarnya saja. Kini kesempatan datang ke arahku.

    “ya”

    “baik. Pertama aku ingin tahu tentang teman-temanmu?”

    “Temanku ya” ucapku sembari memegang dagunya seakan berfikir. “mereka teman-teman sangat menyenangkan, setidaknya awalnya memang begitu. Walau begitu kebanyakan kasar, mereka selalu saja melakukan apapun yang mereka mau. Tapi mereka juga baik. mereka selalu mengajakku walau aku sendiri tak bisa bermain. Pertamanya aku sendiri enggak mau, tapi akhirnya aku senang bisa bersama mereka. Akupun akhirnya bisa bermain bola sedikit-sedikit.

    “Sepertinya kalian mudah akrab ya”

    ”ya, seperti itulah” jawabku sembari memegang belakang kepalaku sembari tersenyum

    “Daniel, kamu baru tinggal di sini, ya?” tanyanya mendadak.

    “kamu tahu dari mana?”

    “Aku sering memperhatikan lapangan tempat kalian bermain. Terkadang aku melihat keluar sana. Kamu sepertinya baru-baru ini ya tinggal di sini?”

    “Ya, aku memang tidak tinggal di sini sih, lebih tepatnya di Jakarta. Ayahku seorang imigran dari jawa. Katanya kehidupan di Jakarta sulit. Makanya kami pindah ke sini. Awalnya aku kurang terbiasa karena kehidupan memang sedikit berbeda. Tapi akhirnya aku sendiri terbiasa juga.”

    “ternyata menarik juga ya,”

    “begitulah, lalu bagaimana dengan dirimu.”

    Tampak perempuan itu sedikit terdiam. Seketika ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan dari mulutnya.

    “Apakah kamu pernah mendengar Legenda di Sommenesia”

    ”legenda?! Legenda apa itu? Aku baru dengar?”

    “Jika kamu berhasil memekarkan sepuluh ribu bunga matahari, maka ia dapat mengabulkan apapun permintaanmu.”

    “se-sepuluh ribu, bunga. Banyak sekali”

    “apakah kamu percaya hal itu?”

    “ya kalau ditanya seperti itu sih. Aku sih kurang percaya” jawabku langsung

    “hmm, begitu ya. tak apa. Lagi pula semua orang boleh percaya atau tidak. Ya walau begitu, entah mengapa aku percaya saja hal itu sekarang, Lagipula daniel. Bunga matahari punya hal menarik. Bunga ini selalu saja menghadap ke timur, tempat yang sama yaitu tempat matahari terbit.

    “Kamu ternyata tahu banyak hal, ya”

    “tidak juga, aku hanya diberitahukan oleh ibuku. Ia selalu berkata seperti itu untuk memberi semangat kepadaku. Oleh karena itu dulu sehabis pulang sekolah aku sekalu membantunya menanam bibit bunga bersama”

    “dulu, lalu kenapa tak menanamnya lagi.”

    “ia sudah tiada. Ia sudah pergi meninggalkan kami,”



    “ma-maaf, aku tak bermaksud...”

    “tidak apa-apa, tak perlu difikirkan. Lagipula itu juga masa lalu. Itu terjadi 3 tahun yang lalu. Saat itu terjadi kecelakaan dan ia menyelamatkan nyawaku. Ibukupun tak tertolong dan akhirnya menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya. Sejak kejadian itu membuat ku lumpuh dan tak bisa pergi tanpa kursi roda hingga sekarang. Aku memang tak bisa menanam bunga seperti dulu lagi, tapi aku kini hanya mencoba menggantinya dengan menggambarnya.”

    diriku terdiam sejenak sembari memandang wajahnya yang tersenyum kepadaku. Senyum itu begitu halus, namun semua bagai menyimpan seribu makna. Matanya tampak berbeda, dengan sedikit berkaca-kaca. Tangannya yang sedang melukis langsung diam terhenti. Apa itu begitu menyakitkan baginya?

    “ibumu hebat sekali, ya. Andai ibumu ada disini ia pasti sangat mengharapkan kesembuhanmu. terus bisa menanam bunga lagi, dan bisa sekolah seperti dulu” ucapku pelan

    “terima kasih, ya” ucapnya sembari tersenyum riang kepadaku

    “Iya. Tentu saja” jawabku langsung.

    Sebenarnya aku tak begitu mengerti tentang bunga. Ataupun tiap helainya. Andai ku mengerti, dan kuharap bisa berbuat lebih dan lebih lagi. Dalam hatiku, aku ingin ia tersenyum kembali. Yang kulakukan hanyalah mencoba mengatakan hal yang ia suka. Walau begitu aku berhasil membuatnya tersenyum sembari mengangguk pelan.

    Ia yang terhenti kini mulai melanjutkan lukisan yang ada di depannya. Kini ia menekan dengan lebih pelan lagi. Setiap warna mulai disempurnakan.

    “yup, selesai~” ucapnya riang sembari meletakkan di pangkuannya

    “wah memang bagus”

    “daniel, mungkin sebentar lagi aku akan pergi dari sini” ucapnya tiba-tba

    “pergi?! Kemana?”

    “ke Amerika, tempat bunga ini berasal. Lagi pula ayahku ingin kerjaannya semakin lancar dan tetap bisa merawatku di sana. Aku ke sana hanya mengikuti kata-kata ayahku.”

    seketika saja aku terdiam membisu. “semoga kamu bisa sembuh dan berjalan lagi, ya” balasku langsung sembari tersenyum. Walaupun begitu hatiku terasa sakit, semua itu terbungkus dibalik ku tersenyumku yang palsu. Perasaanku bercampur aduk. Namun entah mengapa seluruh nadiku menolak. Ku coba memaksa wajah ku tersenyum, namun Hatiku justru semakin teriris.

    “baik, mungkin sudah selesai” ucapnya tiba-tiba

    seketika saja meletakkan kuasnya dan menaruh dipangkannya. Gadis itu lalu menunduk dengan matanya terpejam. Di hadapan nya lukisan cat air itu masih basah. Lalu ia meletakkan kuasnya di samping meja. Menggenggam kedua tangannya dengan erat. Di atas kursi roda ia seakan berdo'a dengan penuh harap. Beberapa menit kemudian matanya pun mulai terbuka.

    “oh, ya. Mungkin sebentar lagi teman-temanku akan ada di lapangan. Aku pergi dulu ya”

    “Daniel, terima kasih, ya kamu sudah mau menemaniku lagi”

    “I, iya”

    Kini ia menggerakkan sisi samping roda. Perlahan ia memutar bagian pegangan roda, membuatnya sedikit maju. Ia pun mengantarku hingga ke depan pagar pintu.

    Aku pun juga mendekati pagar dan keluar dari pagar yang besar. Jalanku sedikit lesu. Perlahan sang penjaga mendekati pagar, lalu membukakan pintu perlahan. Tak lama aku langsung keluar dari rumah yang besar itu.

    Angin terasa berhembus kuat. Angkasa pun mulai mendung kelabu. Namun diriku seakan enggan pergi menyingkir. Seketika aku sedikit menoleh ke belakang. Tampak sang penjaga sudah menutup pintu gerbang. Ada apa dengan diriku? Aku bahkan tak tahu bagaimana mengajarkannya pada lidahku. Aku menyukainya, harusnya itu yang aku ku ucapkan. Dan mengatakan kalau aku terus bersamanya. Selalu. Sebuah kalimat yang harusnya ku ucapkan sejak aku bertemu.
     
    Last edited: May 8, 2014
  4. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Part 2

    “hei tumben gak semangat mainnya Daniel”

    “rangga, mungkin aku harus pulang, bilang sama yang lain juga ya” ungkapku

    “hah, buru-buru banget, baru 5 menitan kamu baru main, kan”

    “ya, mungkin sekarang lain kali saja, aku langsung pulang dulu ya”.

    Walau bagiku ungkapan itu terdengar biasa. Tapi Rangga tetap nampak khawatir, ia seakan memikirkan sesuatu. Ya, mungkin aku memang pantas dikhawatirkan. Walaupun diriku ini memang punya waktu luang saat ini, tapi aku justru tak tahu apa yang kulakukan”

    Sembari itu kulihat teman-teman ku yang terakhir kali. Mereka tampak sedikit terhenti bermain karena ku. Tapi untuk sekarang aku tak bisa bersama bermain bersama merka. Entah apa yang ada di dalam dada ini? Bukankah aku harusnya tahu apa yang harus kulakukan. Kenapa aku justru tak mampu mengenal diriku sendiri. Aku malah terus tak bisa berbuat banyak bahkan untuk diriku.

    Istirahat, mungkin itu yang terbaik sekarang ini. Aku berjalan di jalan setapak, namun terus melihat lapangan yang hijau. Semua tak lah berbeda dengan yang kemarin. Sebuah lapangan dengan berbagai bangunan yang disekelilingnya.

    Tak lama aku menoleh ke depan. Tak kusanggka ada seseorang yang berdiri terhenti. Ia tampak mengenakan rok yang panjang hingga se mata kaki. Baju sedikit pendek dengan ukiran warna kuning dan putih. Aku pun langsung menghentikan langkahku. Ia adalah kawanku, Fristin. Ia tampak memandangku membuatku sedikit terheran. Menatapku dengan sejuta tanda tanya.

    “hei Fristin” sapaku.

    Ia terdiam. Ia tak menjawab pertanyaan ku, sikapnya kini menimbulkan rasa heran pada diriku. Matanya tampak melirik ke sana kemari. Tangannya tampak digenggam agak kuat. Ia seakan ingin mengatakan sesuatu yang tak bisa ia ucapkan.

    “a-anu. daniel, aku sudah lama menunggumu”

    “memang kenapa, ada sesuatu?” balasku heran.

    “aku ingin membicarakannya di tempat yang lain. Apakah kamu mau mendengarnya” jawabnya.

    “baiklah." balasku

    Dalam berjalan aku hanya sedikit heran. Aku tak tahu ke mana ia akan pergi menuntunku. Tapi aku biarkan saja diriku mengikutinya. Aku mungkin bisa saja sedikit menduga, mungkin pelajaran sekolah, atau masalah kegiatan sekolah. Entahkah aku tak tahu.

    Seketika saja ia terhenti, begitu saja. tapi ini tempat yang jauh lebih sunyi, lebih jauh dari keramaian. memang apa yang ia ingin katakan di tempat seperti ini?

    "Daniel, mungkin kita baru beberapa bulan ini mengenal, tapi ada hal yang penting yang ingin ku bicarakan”

    “apa itu”

    “aku sebenarnya mencintaimu”

    Seketika aku terkejut dengan sedikit malu. Apa ini? Apa yang ia maksud dengan pernyataan tadi. Mungkinkah ia benar-benar menyukaiku.

    “aku serus, jadi bagaimana dengan perasaanmu” ucapnya sekali lagi

    aku sedikit menunduk dengan sedikit berfikir. Aku harus serius. Ini pertama kalinya aku mendengar seseorang menyatakan perasaannya kepadaku. Apa yang harus ku lakukan. Aku mungkin bisa menerimanya. Seketika saja terlintas begitu saja bayangan putri, sosok yang begitu ku cintai. Entah kenapa pula sosok itu justru muncul begitu saja.

    “ma-maaf aku tak bisa” jawabku.

    Ia lesu, ia kecewa. Matanya tampak sedikit berkaca-kaca. Raut wajahnya semakin tak bisa terkendali. Lalu perlahan ia menundukkan wajahnya begitu saja. Tapi aku sadar dengan apa yang ku ucapkan. Aku memang telah mencintai orang yang baru ku temui. Seseorang yang telah m

    “jadi, begitu ya.” jawabnya dengan menunduk lesu “ T-tapi kenapa, aku terus melihatmu, selalu bersamamu. Setidaknya beritahu sedikit”

    “ya maaf, tapi sepertinya ada seseorang yang ku cintai” jawabku sembari meneguk ludahku.

    “Daniel, mengapa? Apakah ada yang salah, atau setidaknya kenapa kau tak mau melihat lebih ke arahku” ucapnya kini dengan nada yang lebih tinggi.

    “maaf tapi aku tetap tak bisa”

    Seketika saja ia pergi menjauh dariku. Apa aku salah. Kulihat ia sedikit menangis. ku merasakan semua terasa serba sulit. Aku semakin merunduk. Aku mungkin telah melakukan hal yang salah. Tapi, aku memang tak pernah bisa berbuat apa-apa.
     
    Last edited: May 8, 2014
  5. orange_doughnut M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Dec 28, 2013
    Messages:
    1,738
    Trophy Points:
    57
    Ratings:
    +427 / -0
    ... mau komen boleh? :matabelo:

    Untuk penulisan dulu, kyknya banyak kesalahan pada awal dialog yg pake huruf kecil. trus ada juga make huruf kapital tidak pada tempatnya.

    Pengaturan kalimat serta pemakaian kata-kata juga terkadang ada yang berantakan kyk:


    justru ku kira justru lebih cantik dari yang


    Justru ada dua, terlalu mubajir.



    Akhirnya Jadi aku kembali ke sini


    Jadi --> huruf kapital, trus kalimat nggak efektif juga dan terbaca aneh. :lol:


    ----


    Untuk cerita, masih belum bisa komen apa2, selain:

    1. MCnya masih belum punya personality atau belum dideskripsikan personality nya dengan baik. Dan blunder banget (menurutku), klo langsung mendeskripsikan 'aku suka dia' dari si MC, sementara pembaca masih nggak tau sedikitpun tentang mcnya sendiri.
    (dan mcnya jatuh cinta karena muka kah? Jujur banget :lol:)

    2. masalah di usia. Ini di usia berapa, laki2 atau perempuan, pendeskripsiannya minim banget.

    ===

    Itu aja kyknya. Untuk dialog ama heroinenya udh cukup bagus, cuman nggak dijelasin kenapa si mc suka ama si heroine, sehingga pembaca jadi clueless sendiri disni.


    ditunggu lanjutannya kk.
     
    • Like Like x 1
  6. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    pertama, thanks buat perbaikannya ya :top:
    boleh banget kok kakak :top:

    untuk saat ini aku juga gak tahu:obpusing:
    jadi, personality si MC harus keluar ya. :matabelo:
    mungkin ane akan mengembangkan ke arah itu, :haha:


    rasanya memang gak tertulis ke situ ya, perbaikan lagi nih. thanks ya kakak. :top:
    kayaknya memang harus mementukan mereka di usia berapa :top:

    oke dah semangat :onfire:
     
    Last edited: May 4, 2014
  7. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Part 3

    Apakah yang kulakukan benar atau salah? aku tak tahu, karena aku memang tak pernah mendapat jawabannya.

    aku mulai banyak bertanya, apa itu cinta?, apa itu yang sebenarnya? Apakah cinta hanyalah sebuah rasa? Atau sesuatu yang bisa hilang dalam sekejap.

    Bila cinta adalah rasa sakit, maka rasa itu pasti mampu membunuh ku. Mencincang, mengiris hingga ke pembuluh darahku. membuatku semakin merintih. Rasa sakit akan terus ada dan tetap terulang tanpa henti.

    Dalam berjalan aku merunduk. Suasana memang sudah agak gelap, aku seakan hampir berada di kegelapan yang sempurna, tanpa cahaya bulan yang terang ataupun butiran bintang di langit. Tak ada apapun, hanya cahaya lampu putih di pinggir jalan yang menerangi yang terus memandu langkahku. Gelap terang seakan mengiringi penglihatanku.

    Tak lama lagi aku sampai ke rumah. Aku pun mulai memandang jauh ke sana, Suasana teramat gaduh, terlihat semuanya begitu ricuh. Setiap orang muncul di depan rumahku dengan begitu ramainya. Tampak dari jauh beberapa orang tengah berusaha masuk ke dalam rumahku dengan paksa.

    “ada apa, ini?” pikirku dalam batin

    Batinku mulai merasa tak enak. Seketika saja aku langsung berlarian mendekati mereka. mendekati mencoba menghalangi mereka. Mereka keterlaluan, membuat keributan yang aku sendiri tak mampu menerimanya. kurasa ini bukanlah sesuatu yang biasa.

    “hei, apa yang kalian lakukan di sini, cepat pergi!” ucapku marah terlontar begitu saja.

    “daniel, cepat kamu pergi dari sini” ucapnya langsung kepadaku.

    Balasan itu membuatku bingung. Tapi ia tampak khawatir dengan ku. Tak lama keributan langsung terhenti. Merekapun mulai mundur. Memang keributan ini aku yang memulainya? memang hubungannya dengan ku itu apa?

    Dalam hati aku terus bertanya. Lalu tiba-tiba muncul seseorang dari jauh yang mulai mendekat.

    “jadi kamu yang bernama daniel” ucap nya kepadaku

    Tubuhnya besar tinggi, lebih tinggi dariku. Tampak rambutnya sedikit putih, namun itu sama sekali tak bisa. Sebuah baju kantor yang terkesan rapi. Tatapannya jelas tertuju kepadaku. Matanya tampak menatap tajam teramat angkuh. Mata yang penuh dengan kebencian. Tampak beberapa

    “di mana Putri!!” tanyanya tegas kepadaku

    “Putri, a, aku tak tahu”

    “jangan berpura-pura bodoh! Di mana kau menyembunyikannya?”

    ia terlihat semakin meradang, dengan kuat ia langsung menarik kerah baju ku. Lalu tangannya dengan cepat tangannya dibawa agak mundur. Dengan begitu cepatnya sebuah pukulan mengarah tepat ke wajahku. Sebuah hantaman yang begitu keras yang membuatku sedikit terjatuh. Kurasakan rasa sakit yang begitu hebat di pipiku. Membuat kepalaku sedikit pusing. Terdengar caci maki dari sekitarku, sahut menyahut dengan begitu hebatnya. Ku mulai sedikit melihat beberapa orang mulai melerai, tapi tak bisa, mereka dihalangi oleh beberapa orang juga berdiri di dekat pria itu.

    “Berhenti!, Semua berhenti! Ada apa ini ribut-ribut!” ucap seseorang dari jauh

    ku mulai mendengar suara yang lain. kulihat kini sosok yang ku kenal, ia adalah ketua RT kami, namanya adalah pak Imam, penampilannya begitu religius. kepalanya tampak peci hitam yang tengah ia pakai dengan memakai baju koko yang berwarna putih. Tampaknya sebuah keributan ini membuatnya juga berbaur dengan masalah ini.

    “pak kau sebaiknya diam saja”

    “kalau mau cari keributan, boleh. Terserah saja. Di atas ring, di hutan atau di lapangan aja sekalian. tapi jangan di sini. Ini tempat pemukiman. Itu akan mengganggu banyak orang.

    “bocah yang bernama daniel ini telah menculik anakku” ucapnya sembari menunjuk ke arahku.

    “menculik?!” ucapku kaget. “a-aku sama sekali tak tahu?”

    “jangan bohong!, kamu pasti sudah membawa kabur anakku kan”

    “pak sudah, lebih baik kita dengar dulu dari nak Daniel, apa benar itu Daniel, kamu yang menculik anaknya”

    “tidak, aku tidak menculiknya. Aku bahkan sama sekali tidak tahu menau” balasku langsung

    “berani-beraninya kau...”

    Darahnya seakan mencuat ke kepala. Ucapan keras terlontar dari bibirnya terdengar semakin keras. Namun kali ini pak Imam berhasil melerainya. Ia cukup cepat menghalangi berdiri diantara kami berdua.

    Benar-benar kegaduhan yang hebat. Namun Ini pun semakin membuat ku heran. Memang apa yang terjadi dengan Putri saat ini. Tapi rasanya ini bukanlah main-main lagi. Ini benar-benar masalah serius.

    Seketika saja kulihat sekeliling. Semua orang di sini terus menatap diriku. Tampaknya semua orang yang di sini juga begitu. Mereka berbaur di sini dalam sejuta tanda tanya sama seperti aku yang ada di sini. Mereka juga kurang mengerti akan suasana yang terjadi. Walaupun begitu, tatapan mereka sedikit mengganggu. Semua sedikit tak nyaman untukku.

    “sudah, sudah pak bikin ribut aja,” ucap seseorang di belakang

    “cih! Ibu tak perlu ikut campur” balas pria itu langsung

    “kalau bapak marah terus masalah gak bakal selesai” ucap seseorang perempuan itu kembali dengan nada yang lebih tinggi.

    Kini ku tatap mereka lekat. Ia perempuan yang begitu cantik tampak mengenakan pakaian yang rapi dengan rok yang sedikit melewati lutut. Rambutnya sedikit di kuncir kebelakang. Rambutnya sedikit hitam. Ia pun mulai sedikit mendekatiku

    “namamu Daniel, kan?”

    Seketika aku mengangguk mengiakan ucapannya.

    “maaf karena kami sedikit mengganggu. apakah kamu tahu dimana terakhir putri pergi?” tanyanya dengan lembut

    “sudahlah, dia tidak tahu apa-apa. Lebih baik kita pergi saja diri sini. “

    diriku lega lalu merunduk lesu. Aku terus memegang dahiku. Nasibku benar-benar sial. Aku tak pernah bisa membayangkan kejadian ini sebelumnya. Ini di luar yang aku tahu. Ku kenal putri, yang merupakan anaknya, tapi aku tak tahu aku bisa sampai seperti ini.

    Ketika ia mulai menjauh, kegelisahan pun muncul. Diriku seakan tersayat. Entah kenapa ada sebuah rasa agar semua tak berakhir seperti ini. Ku merasa ia ada disana. Ia pasti ada. Aku harus maju, tak boleh mundur. Aku harus berbuat sesuatu.

    “maaf pak, mungkin aku bisa membantu” ucapku langsung kepadanya.

    Ia yang sudah berjalan ini mulai sedikit melihatku. Ekspresinya tetaplah sama, tetaplah penuh dengan rasa benci. Aku sedikit merasa takut dan terdiam. Namun aku harus mencoba menahan semua rasa itu. Mencoba diriku agar tetap tenang.

    “dasar anak kampung! Setelah menyusahkan ku sekarang kau mau ikut mencari di mana anakku”

    “ya walaupun begitu aku mungkin bisa, setidaknya tak kan rugi jika aku hanya sedikit membantu”

    Suasana pun sedikit membuat rasa hening. Dalam batin ku coba untuk menguatkan dirku. Apapun yang terjadi aku harus lebih dekat dengannya.

    “ya terserah kau saja” balasnya. Tak lama ia pun mulai masuk ke dalam mobil besar berwarna hitam.

    Entahlah, apakah tindakan ku ini benar. Namun kurasa ini seperti masuk ke sarang harimau. Mungkin ini sedikit sulit Tapi setidaknya aku harus tahu. Ini mungkin tanpa alasan, semua ini akan terus ada bila diriku terus diam.
     
    Last edited: May 8, 2014
  8. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Part 4

    “Sudah lah Daniel, jangan urusan lagi sama keluarga mereka. Paman khawatir. nanti kamu bisa kena masalah yang lebih besar lagi”

    “Enggak masalah kok, paman. Aku bisa hadapi kok” balasku tegas.

    Dahinya tampak berkerut dengan begitu hebatnya. Mendengar ucapanku ia tampak kecewa. Aku memang bisa merasakannya dari raut wajahnya. Ia mulai memegang kepalanya sembari menunduk. Rasa itu terasa semakin kuat membuatku tak kuasa untuk melihatnya.

    “Ayahmu sudah pontang-panting cari kerjaan yang jauh agar bisa menghidupi kamu. Kamu sekarang malah ingin susah sendiri. Bailah, Paman sudah enggak tahu lagi. Tapi ingat pesan paman Kamu harus pulang lagi ke sini”

    Sudah 6 bulan aku tinggal bersamanya. Aku memang tak mempunyai rumah lagi. Kebakaran terjadi. Kehidupan yang sulit yang kami hadapi membuat kami harus pergi dari tempat lahirku. Beruntung ia mau menerima kami dengan senang hati.

    “Ku usahakan itu paman” balasku singkat

    Aku mulai berjalan mendekati pintu. Perlahan ku raih engsel pintu lalu sedikit memutarnya. Kemudian aku langsung menariknya dan membuat pintu terbuka lebar.

    “assalamu'alaiku”

    “wa'alaikum salam”

    Sejenak saja ku tatap wajahnya, sorot wajahnya tetaplah sama. Sorot itu membuat ku ragu. Aku ingat saat ia berusaha melindungiku. Berusaha menghalangi beberapa orang yang mencoba masuk ke rumah dan menemukanku. Namun kini aku telah membuatnya kecewa. Walau ku terus kuatkan diriku namun itu tetaplah sulit.

    Perlahan ku tutup pintu itu kembali. Aku pun mulai melangkah di jalan setapak. Langit tampak mulai hujan. Dedaunan ditiup angin dengan begitu kencang. Pepohonan pun bergoyang membuat suara terkoyak seakan merintih. Tiap suara seakan sahut-menyahut sedikit membuatku goyah. Diriku mencoba halau rasa itu. Jalanku sedikit menunduk, diriku memang ragu. Tapi bila aku berjalan lebih banyak, semua itu pasti akan menghilang

    Perlahan saja, ku angkat kepalaku. Tak kusangka, kulihat sosok itu tengah berdiri agak sedikit jauh dariku. Ia adalah temanku, Rangga. Tampak dari kejauhan ia tengah menyandarkan punggungnya di sebuah tiang lampu. Tangannya sedikit bersedekap sembari menatapku tatapan yang begitu tajam. Cahaya lampu sedikit menyinarinya, namun aku sama sekali tak enak menatapnya. Perlahan saja aku maju, membuatku semakin mendekat dengannya.

    “gue sudah dengar dari orang sana. Katanya ada orang yang datang ke rumah lu, ya?” ucapnya tiba-tiba kepadaku.

    Mendengarnya langkahku langsung terhenti. Ia pun mulai menurunkan tangannya dan berjalan mendekatiku. Kini mimik wajahnya sedikit surut. Rasa khawatir dan takut seakan berbaur di wajahnya.

    “ya, begitulah. Mungkin sebentar lagi aku juga akan berbalik datang ke rumah mereka” ucapku begitu saja.

    “Daniel, lu serius ya mau ke sana”

    “ aku serius kok, aku benar-benar sadar dengan yang ku lakukan sekarang”

    “Lu udah gila Daniel. Perempuan itu, perempuan yang gak jelas itu yang pengen lu lihat, yang gak pasti. Sudah jelas-jelas gimana sikap ayahnya. Sikap dia barusan yang bikin keributan apa lu gak lupa“

    “Tolong, jangan buat aku berhenti Rangga, ada satu hal yang harus ku lakukan”

    “apa, cinta?! Hanya karena itu aja”

    “Bukan hanya itu, aku memang menyukainya, tapi bukan hanya itu saja, Rangga. Aku ingin melihat ia lebih berharap, dan sedikit percaya dengan apa yang ia inginkan. Aku juga ingin ia tersenyum dan penuh dengan canda tawa. Aku juga ingin membantu keinginannya, walau aku sendiri tak tahu apa-apa. Aku ingin bertemu dan melihatnya berjalan kembali. Alasan itu terlalu banyak hingga aku tak bisa untuk mundur lagi”

    “ya baiklah, mungkin gue gak bisa menghalangi lu, lagi”

    “Ia kini sedikit menunduk dan mulai mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Pandangannya mulai bercampur baur. Ia seperti mengerang dalam bisu. Sejenak suasana menjadi sunyi, entah apa yang ia pikirkan. Aku tak tahu. Aku hanya menunduk begitu saja.

    “hei, apa gue boleh menemanimu?”

    Diriku tersentak, langsung saja ku langsung melihat ke arahnya. Diriku sedikit tak percaya dengan yang ia katakan.

    “di sana gue mungkin tak bisa membantu banyak, bahkan mungkin menyusahkan. Tapi gue akan lakukan yang gue bisa” ucapnya melanjutkan

    “terima kasih, ya, Rangga”

    “ya kalau berterima kasih, ucapkan juga sama Fristin. Ia sebenarnya memberitahukan tentang lu”

    “Eh, Fristin. Jadi?!”

    “ya, tadi ia melihat lu dari jauh. Begitu ia tahu tentang masalah lu, ia pun langsung datang ke rumah gue, walau ia tak bisa menolong, hanya ia benar-benar berharap yang terbaik untuk lu”

    Ucapannya seperti hiburan bagiku. Aku benar-benar beruntung pernah berteman dengannya. Tidak, bahkan aku senang bisa bertemu dengan mereka. Aku masih ingat diriku yang teramat angkuh. Sejak bertemu dengan mereka, aku sudah menjadi sosok yang berbeda. Aku bahkan malu dengan diriku yang dulu. Walau waktu telah berganti, bahkan walau hanya sesaat, mereka tetap saja tak pernah berubah. Mereka selalu di dekatku, dan selalu mau mengenal diriku. Mereka lebih dari apapun. Perlahan saja, ia berjalan. Membuat tubuhku mengiringi langkah bersama.

    Mungkin kehidupan yang indah. Tapi jika tak bisa mewarnainya, maka semua itu sia-sia. Bila tak mau mencampurnya dengan warna yang berbeda, maka mana mungkin bisa menemukan warna yang paling diinginkan.

    Entahlah, aku mungkin sedikit belajar. Kehidupan SMA. Mungkin juga sebuah masa untuk mengukir hidupku. Bila aku sedikit ragu menekan kuas itu, mungkin saja temanku bisa membantu walau hanya sekedar menggerakkan jariku.
     
    Last edited: May 10, 2014
  9. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Part 5

    “hei, jadi ini rumahnya ya? Wah memang besar ya”

    “ia, memang. Ya sudah deh kita masuk saja ya”

    Aku tahu di sekitar sini ada sebuah bel di depan pintu. Seketika saja aku pun melangkah maju seraya menekan tombol yang ada di dekat sana. Suara bel berbunyi, berdering cukup kuat. Begitu keras hingga memecah sunyi.

    Cukup lama ku menunggu, berdiri di depan pagar, namun tak ada satupun yang datang. Rasa dingin yang luar biasa kuat kini merasuk ke dalam kulitku. Walaupun tampak jaket yang Rangga pakai cukup tebal, namun tetap saja Rangga mulai kedinginan.

    Aku mulai sedikit bosan, temanku pun juga tampak kesal, berdiri terus di sini benar-benar membuatku lelah. Rasanya kami berdua seakan tak dipedulikan.

    “hei, mereka berniat terima kita tidak sih! Jangan-jangan kita dianggap batu kali..”

    “sudah sabar dulu, mungkin sebentar lagi juga ada orang yang membukakan pagar”ucapku menengahi

    Tak lama muncul seseorang yang mendekat. Ia adalah orang yang baru ku temui tadi. Ia tampak begitu muda, usianya mungkin hanya beberapa tahun dariku. tampak ia sedikit mengendap pelan.

    “maaf agak lama”

    “tidak masalah kok,” jawabku langsung

    Pagar ini memang mempunyai dua pintu gerbang, yang pertama gerbang utama untuk jalan masuknya kendaraan, yang kedua pintu samping untuk jalan masuk seseorang bila tak ingin lewat pintu utama. Tampak pintu itu terkunci. Dengan sedikit terburu-buru ia mulai mencari kunci. Tampak sedikit lama, suara gemerincing kunci semakin terdengar kuat. Tak lama ia pun berhasil membuka gembok lalu kemudian ia mulai membuka pintu gerbang.

    “Silahkan masuk” sapa nya dengan ramah

    “jadi, ia teman mu ya” tanya ia seketika

    “ia, dia ke sini untuk ikut mencari.

    “oh ya aku belum memperkenalan diri, namaku Eva, aku adalah kakaknya putri. Senang kalian mau datang kemari.”

    “Aku Daniel, dan teman yang di sampingku ini ...”

    “...Rangga,” jawabnya ketus memotong pembicaraan. Ia terlihat menatap ke arah yang lain dengan tangan yang bersedekap. Tampaknya ia masih kesal menunggu begitu begitu lama.

    “bailah, kalau begitu ayo masuk ke rumah”

    Kami pun perlahan berjalan mengikutinya dari belakang. Kami mulai mendekati ke rumah mewah yang ada di depanku. Di sini cukup luas, berbagai macam keindahan bisa terlihat di sini. Namun tetap saja, rumah ini tetap tampaklah sepi seakan jauh dari keramaian. Aku rasanya sedikit canggung. Padahal ini tempat yang pernah ku kunjungi, rasanya memang sedikit berbeda. Mungkin karena aku jarang datang ke sini di waktu malam.

    “kak Eva, boleh aku bertanya sesuatu” tanyaku langsung

    “boleh, apa itu?”

    “memang apa yang terjadi dengan Putri hingga terjadi hal ini terjadi?”

    “mungkin ini agak sulit untuk dijelaskan, tapi ia seakan bisa keluar kamar begitu saja”

    “hah, memang apa itu?!” tanyaku heran.

    Baiklah, pertama mungkin aku harus menjelaskan situasinya. Sebenarnya sebelum hal itu, ia bertengkar dengan ayah. Ayah makanya ia ingin ia pergi ke amerika sekaligus untuk menyembuhkan kakinya, namun ia menolak. Ia tetap bersikeras untuk tetap tinggal di sini. Karena hal itulah ia sengaja mengunci kamarnya dari luar agar ia tak bisa pergi dari kamar. Namun saat pintu terbuka putri sudah tak ada di kamarnya”

    “apakah mungkin ya ia mempunyai kunci duplikat itu, atau ...”

    “rasanya tidak, sebab ayah juga mengunci pintu dari luar, kuncinya pun dipegang oleh ayah, Sehingga tak mungkin ia pergi dari sana. Memang itu sulit sekali terjadi, tentu kamu tahu kan, putri tak bisa berbuat apa-apa, apalagi ia tak mungkin pergi jauh dari kursi roda. Sehingga ayah menaruh curiga ada seseorang yang ikut membantunya keluar dari kamar.

    Aku tertegun mendengar hal itu. Kini aku mulai mengerti akan sikap pria separuh baya yang datang dengan keras ke rumahku. Memang benar apa yang ia katakan. Sulit bahkan mustahil ia bisa pergi dari kamar tanpa ada seseorang yang ikut membantu. Bahkan ia tak segan segan menuduh diriku di depan semua orang. Ia pasti menaruh curiga dan menyangka akulah yang membawanya pergi.

    Ia memang ia tak banyak berbicara sehingga tak banyak yang aku tak ku tahu tentangnya. Wajahnya memang sering tersenyum kepadaku. Ia memang terlihat begitu murahnya tersenyum. Namun bila dirasa, ia hanya sekadar membalasnya. Bukan sebuah senyum yang datang dari hatinya.

    Tapi ini membuat semuanya terasa rumit. Mana mungkin ia bisa keluar tanpa kunci sama sekali. Apakah mungkin ada orang yang ikut bersamanya? atau memang ada yang menculiknya. Aku tak tahu. Yang telas aku akan terus mencari dirimu.
     
    Last edited: May 15, 2014
  10. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    mampir bentar buat komen ah :nongol:
    baru baca prolog :dead: sulit untuk baca lanjutannya, bukan karena jelek tapi krn tulisan nya kecil2
    :nangis: kasihanilah mata saya yg rewel ini
    jd komen nya seputar prolog dulu aja ya :hmm:
    untuk ceritanya sendiri blm bisa komen, krn baru baca awal2
    yg saya suka di sini adalah gaya bahasa yg dipake :top: bisa meninggalkan kesan gt waktu baca beberapa kalimat
    sayang nya banyak typo :tega: jd bikin saya baca beberapa kalimat bisa sampe 2 ato 3 kali buat bener2 tau maksud nya
    lalu... itu ceritanya MC nya manjat pohon buat lewatin tembok gt ya?? tembok rumah orang kah :???: ato tembok bangunan apa gt. agak kurang tergambar di pikiran saya seting tempatnya kek gmn :kecewa: tiba2 ada tembok tinggi sama ada pohon gede
    itu aja de, klo dah baca lanjutan nya dilanjut lg komen nya :malu
    semoga membantu :maaf:
     
  11. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    gomenne kakak :nangis:

    ane nulis untuk melepas wb sekaligus melatih diri juga, sebenarnya konsep cerita ini udah selesai, tapi kok dari tadi terus ngedep di hard disk. :tega: karena itu ane usahain tiap hari update biar gak terus ke timbun :tega:



    untuk perbaikan kata akan ane usahakan kakak, rasanya memang penting, :maaf: ane usahakan kalau ada waktu ya :maaf:. kalau font, ane udah ubah ke versi biasa.


    temboknya kurang tergambar, jelas nya :bloon: , maaf ya. :nangis:
    karena tembok itu juga akan digunakan di part selanjutnya, kalau di jelaskan jadi rancu jadi ane jelasin disini aja.

    "pertama tembok itu tinggi, bahkan terlalu tinggi. terbuat dari beton, bukan tembok biasa yang juga ada besi seperti di rumah sekitar kita. bisa dibilang mirip benteng kakak. sehingga tak ada yang bisa melihat ke dalam

    *pohonnya rindang juga begitu tinggi, ia tumbuh di luar pagar.
     
    Last edited: May 8, 2014
  12. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Part 6

    Kini aku sudah sampai di depan rumah. Tampak dua buah pilar tegak berdiri di sudut teras. Suasana agak gelap, hanya sebuah lampu yang menerangi. Perlahan Eva mendekati 2 buah pintu yang tampak tertutup.Seketika saja gadis itu mulai melangkah maju dan mendorongnya membuat salah satu pintu terbuka. Kami berdua mulai melangkah maju mengikutinya dari belakang.

    Saat masuk, aku melihat ruang tamu dan ruang keluarga yang luas. Segala pemandangan isi jauh lebih baik berbagai ornamen dan pernak-pernik yang begitu indah menghias berbagai ruangan. Beberapa lukisan pun terpajang di beberapa sisi ruangan. Berbagai barang mewah terlihat dengan berbagai ukiran patung tradisional yang tampak dipahat dengan begitu teliti. Lantai yang berubin dengan sentuhan motif mengukir di atas lantai. Lampu hias tergantung menerangi. Suasana tampak sepi. Tak tampak satu orang pun yang terlihat. Hanya suara ribut menyahut dari ruangan lain yang tak terdengar begitu jelas.

    "Di mana ayahmu," ucap Rangga begitu saja

    "Ayah ada di ruangan lain, lebih baik kita langsung ke kamarnya" balas gadis itu langsung

    Kini ia berjalan maju ke arah yang lain. Rasa penasaran tumbuh, hasrat mengatakan ada sesuatu yang penuh misteri tertinggal di sana. Tak lama ia terhenti di sebuah pintu yang agak sedikit terbuka.

    "ini kamar putri, silahkan masuk ke dalam" ucapnya kepada kami. Ia mulai sedikit mundur, tampaknya ia ingin kami masuk terlebih dahulu

    Aku mulai meraih pegangan pintu lalu diputar perlahan lalu mendorongnya. Pintu pun terbuka.

    Namun diriku lebih tercengang dengan apa yang kulihat. Berpuluh-puluh lukisan bunga matahari terpajang di tiap dinding kamar. Semuanya berbeda, setiap gambar tidaklah sama. Namun ia mempunyai satu persamaan Semua lukisan tampak seperti kumpulan bunga matahari yang begitu luas dengan rumah besar di belakangnya. Kulihat pula sebuah lukisan yang pernah di gambar putri sebelumnya. Lukisan itu memang masih baru. Ia bercampur dengan berbagai lukisan yang lain yang nyaris sama persis dengan yang ia buat saat ini.

    Kini ku melihat sekeliling ruang. Agak berantakan, beberapa pakaian tampak berserakan di atas tempat tidur. Beberapa barang tampak berserakan di atas lantai. tiba-tiba perhatianku langsung tertuju pada meja yang ada di samping tempat tidur. tampak di sana ada sebuah foto yang berdiri. aku mulai melangkahkan kakiku pelan mendekati. Seketika saja aku merainya. Tampak disana putri, eva, ayahnya serta sesosok perempuan yang belum pernah ku ketahui. Disana terlihat mereka . tampak putri masih bisa berdiri.

    Kulihat mereka berdiri di tengah kumpulan bunga. Penuh dengan keceriaan.

    “Eva, apakah dahulu di depan rumah ini memang pernah tumbuh bunga matahari?” ucapku meluncur begitu saja dari mulutku.

    kini gadis itu mulai melirik kepadaku. Ia justru terdiam dan menatap kami begitu lekat. Wajah yang begitu kusut kini semakin terlihat jelas. Ia pun mulai menarik nafasnya seakan menenangkan dirinya sendiri.

    “ya pernah, bahkan saat pertama justru lebih luas lagi. Sekarang sudah berkurang karena dijual dan beberapa sudah di buat perumahan.” jawabnya dengan nada yang terdengar lemah

    “tapi kenapa? bukankah itu penuh dengan kenangan ibumu?”

    “Saat itu keluarga kami sedang masa sulit, maka untuk itu kami pun berniat menjualnya dengan cepat, beruntung waktu itu ada yang mau menerimanya. Di saat semuanya setuju dengan keputusan tersebut. Namun hanya putri yang menolak, ia bilang semua ini adalah kenangan ibu. Semua ini tak bisa dijual begitu saja. Kami terus berusaha menasihatinya, namun tetap saja ia tak mau mendengar apa kata kami. Hingga akhirnya ia tak mau bicara dengan kami hingga sekarang.

    Diriku semakin larut dengan semua ini. Dengan pelan mendekati lukisan itu lalu ku merabanya dengan pelan. Aku kini bisa merasakan tiap guratan cat air yang terlukis. Sebuah lukisan yang penuh dengan emosi. ini bukanlah pemandangan biasa, mungkin ada tujuan ia menggambar semua ini.


    Putri, apa yang sebenarnya kamu inginkan? Apa, sesuatu yang tak ku tahu, sesuatu yang tersembunyi. Sesuatu yang ada di dalam hatimu.
     
    Last edited: May 14, 2014
  13. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    :nongol:

    imo pemborosan kata. udah ucap, teriak pula :iii: kenapa ga dibikin "teriak seseorang..."

    keknya ada banyak repetisi kata "aku" disini :iii:

    wah penggambaran sifatnya banyak banget :swt:

    penulisan skip.

    cerita romance nya menarik, en entah gimana dari penggambaran setting yang minim imo malah kerasa banget. kalo penulisannya diperhalus keknya bakal perfect nih penggambaran settingnya :top:

    ane suka banget pas si aku n putri ngobrol tentang legenda :matabelo:

    meskipun demikian, penggambaran karakternya minim banget :swt:

    ini loh, salah satu contohnya. sebenernya scene dimana si aku tiba2 shock ini bisa diperdalam lagi. yah, gimana ya? mungkin pemilihan ato penempatan kata2nya yang kurang pas :bloon:

    edit :

    setelah baca sampe part 5 malah bingung setting tempatnya dimana :iii:

    dan gaya bahasanya :swt: kalo menurutku sih kalo emang mau pake yang bahasa "teenlit" pakailah dari awal, jangan setengah2 :iii:

    di awal ane udah lumayan high expect sih karena meskipun tata bahasanya agak berantakan, tapi masih didukung setting yang kuat. pas sampe part 5 ane malah agak2 gimana gitu, soalnya setting tiba2 berubah, dari yang di awal tampaknya negeri antah berantah, sekarang beralih ke setting yang "Indonesia banget" :iii:

    tapi yasudahlah, liat lanjut dullu :lalala:

    :maling:
     
    • Like Like x 1
  14. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Pertama, makasih ya puh udh mau mampir disini :terharu:

    wah makasih nih buat perbaikan katanya:top: ane mungkin rada sulit harus nulis yang bagaimana, jadi rada terhambat,
    kalau dibuat kek gini memang rasanya butuh perbaikan deh:iii: makasih buat masukannya ya :matabelo:

    pengambaran karakter ya, kayaknya itu yang mungkin kurang dari saya deh :iii:
    mungkin di bagian itu ane harus belajar, dengan membaca cerita di sini atau dengan sering menulis mungkin bisa ya :belajar:

    kalau teenlit, rasanya bagus juga ya kalau full gitu, kerasa ada perubahan gitu, :iii: ane juga baru nyadar sekarang. kek kepotong gitu. :iii: makasih ya. :top:
     
    Last edited: May 10, 2014
  15. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Part 7a

    Aku kini menatap sebuah bingkai itu lebih lekat.

    “ngomong-ngomong, entah mengapa aku merasa bingkai ini lebih tebal, ya” ucapku begitu saja

    "memang tebal. Bingkai itu adalah jenis floater frame, bedanya dengan bingkai biasa, ukurannya dibuat lebih besar dari ukuran kanvas sehingga meninggalkan celah di dalam kanvas. Karena tak ingin merepotkan kami maka Ia pun bermaksud melakukannya sendiri, seperti memasang lukisan itu, sisanya kami yang hanya menggantungnya di dinding." balas Eva menjelaskan

    “putri sendiri?!"

    “Ia, memang. selain itu Putri juga ingin memberi minyak dibagian akhiri agar lukisan jauh lebih bisa bertahan lama"

    "Tapi kak, bukankah ini sulit, mengapa tidak minta orang lain bisa juga melakukannya?”

    “entahlah, Aku sebenarnya juga ingin membantu, tapi ia terus menolaknya. Mungkin Ia merasa lebih baik melakukannya sendirian.”

    Seketika saja aku memperhatikan sesuatu di sudut bingkai bagian dalam. Tampak sebuah lubang cukup kecil menembus kayu. sedikit aneh. Aku kini merasa heran.

    “Boleh aku angkat ya” ucapku

    “memang ada apa” ucap Eva dengan sedikit heran.

    “tidak, hanya saja aku merasa ada yang aneh dengan bingkai ini.”

    Lukisan dengan bingkai seperti ini memang agak berat. Perlahan saja aku memegang dan mengangkatnya sedikit. lalu secara perlahan aku menurunkannya ke bawah. Aku mulai mengamati bingkai lebih lekat lagi. Tampak bagian sudut ada sebuah lubang yang ukurannya sedikit lebih kecil dari kancing baju. seketika saja ku lihat bagian belakang. Tampak di sana bekas selotip yang masih belum lepas dari bingkai. Dari ukuran. Tampak sekecil ukuran buku saku.

    "memang buat apa lubang ada di sini?"fikirku dalam batin
     
    Last edited: May 14, 2014
  16. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Part 7b

    Apa yang ia lakukan di kamar ini? Apakah ia bermaksud mencari sesuatu?

    Walau ia tak bisa berjalan lagi tapi ia pasti masih bisa melakukan sesuatu, hanya saja semuanya sulit dimengerti. Tak ada yang bisa ku rasakan. Aku lalu menaruh dan memajang lukisan itu kembali ditempat semula.

    Seketika saja mataku ku alihkan pada lemari yang ada di depanku. Rasa penasaran semakin kuat. Kurasa itu adalah tempat pakaian milik Putri. Aku ke sana dengan langkah sedikit berburu. Kedua tanganku berhasil meraih lalu menariknya. Mencoba membukanya secara perlahan.

    “sial terkunci”

    “ada apa daniel,” ucap Rangga dari jauh

    “Aku mulai curiga dengan lemari ini, padahal terkunci tapi baju-baju sedikit berserakan. Putri pasti hendak menyembunyikan sesuatu di sini.” ucapku “eva apakah kamu ada kunci untuk lemari ini”

    Seketika saja eva pun mulai melirik kepadaku. Tampak jelas raut wajah kebingungan dari sikap yang kulakukan.

    “tidak ada, kenapa?”

    aku kini menghelakan nafasku, aku sedikit kecewa. Kini ada sesuatu yang ingin ku ketahui, bahkan begitu banyak. Aku harus tetap disini untuk mendapatkan lebih banyak informasi.

    “hei apa yang kalian lakukan di sini, cepat keluar!!” teriak orang dengan keras.

    Aku seketika terkejut, langsung saja aku palingkan wajahku ke arah suara itu. Sosoknya seperti yang aku duga, ia adalah ayah putri. Ia menatap kami dengan kemarahan memenuhi wajahnya. Aku langsung takut mulai menyentuhku. Tampak pula Rangga yang sedikit kaget. Kini aku terpaksa meninggalkan kamar itu. Aku langsung saja lari menjauh, mengangkat kedua kakiku jauh-jauh.

    Tak lama ia mulai menutup pintu kamar lalu ia mulai menguncinya. Banyak hal aneh terasa, namun aku juga harus mempertimbangkan kemarahan pria ini yang mungkin bisa meletus kapan saja.

    gommenne
    ane pecah part 7 jadi dua bagian. sudah pendek2 dipecah lagi :maaf:
    yang penting selamat membaca ya :detective:
     
    Last edited: May 13, 2014
  17. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    anu, sori ya mau sedikit pedes :iii:

    beberapa part penulisan di ch 6 ini sukses bikin saya sakit mata :swt:

    note :
    1. kenapa masih ditulis gadis itu ketika kita udah tau kalo nama gadis itu eva? hmm jadinya diawal saya bingung, ini sebenernya gadis yang mana lagi :iii:
    2. repetisi kata "yang begitu" bikin saya baca dua-tiga kali buat ngerti maknanya :maaf:

    bingung dengan penempatan kata namun disini :swt: well, kata "namun" kan digunakan buat nunjukkin hal yang sebetulnya kebalikan ya? ane ga liat korelasi kebalikan di kalimat sebelumnya ama kalimat yang pakai kata "namun" itu :maaf:

    tapi kalo dari ceritanya sih lumayan sukses bikin aku penasaran :hmm:
     
  18. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    makasih ya buat koreksinya :maaf:
    ane sebenarnya mau gunakan kata "gadis itu" biar tulisan rada variatif, tapi kalau bikin bingung rasanya beberapa kata ditulis eva aja kali :iii:

    kata-kata :swt: asli, aku bener-bener bingung menggunakan pilihan kata-kata waktu itu, :maaf:
    rasanya untuk kata-kata ane harus benar-benar jadikan pelajaran dulu.

    oh makasih buat kunjungannya :hmm:
     
    Last edited: May 14, 2014
  19. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    “eva, ke sini” ucap pria itu dengan keras

    Seketika saja Eva langsung menemui ayahnya yang emosinya sudah kian tak menentu. Dengan langkah terburu-buru membuat rambutnya yang terkuncir ke belakang sedikit bergoyang mengikuti tiap langkah. Seketika saja ayahnya mengajak ke ruangan lain. Mereka terlihat berbicara. Tampak dari jauh eva dan ayahnya mulai bertengkar. Kegaduhan itu bisa ku rasakan dari jauh. Walau suara itu tak terdengar, tapi bisa kurasakan hingga ke sini.

    Tak berselang lama ia kembali. Ia berjalan dengan menunduk lesu. Sikapnya kini membuatku bingung.

    “ma-maaf. Mungkin saat ini kalian harus pergi” ucap Eva pelan

    Aku pun terkejut mendengarnya. Mataku kini melihat ke arah Rangga yang tampak terkejut sama sepertiku. “Kami sebenarnya ingin ketemu ayahmu, jadi...”

    “Ayah sudah tak ingin menemui kalian lagi.” balasnya langsung

    “tapi, bukankah tadi saat di sana Ayahmu bilang ….”

    “ia hanya berkata begitu karena di depan semua orang. Sebenarnya ayah tak ingin sedikitpun bantuan darimu. Ia juga tak peduli apapun yang diucapkan olehmu. Ia bahkan ingin kalian tetap di luar dan dibiarkan begitu saja. Maaf kalau baru mengatakannya sekarang.”

    “ja-jadi begitu, ya” ucapku tersekat.

    “Aku sebenarnya sudah tahu akan dirimu beberapa hari yang lalu. Kau sering menemuinya, bukan. Aku membiarkan kalian masuk karena diriku benar-benar berharap darimu. Entah mengapa justru aku begitu percaya, kalian, mampu membuat ku bertemu adikku, Putri”

    kini aku menunduk lesu, tapi aku masih bingung dengan semua keanehan ini. Aku ingin menyelesaikan semua ini, tapi ada beberapa yang yang belum ku mengerti. Ada hal lain yang ingin ku tahu. Semua yang menghubungkan dengan hilangnya putri saat ini.

    “eva . Tapi boleh aku bertanya untuk yang terakhir kalinya. Apakah yang terjadi sesaat sebelum putri menghilang tapi lebih banyak lagi?” tanyaku

    “Setelah ku lihat kau pergi dari rumah ini, tiba-tiba saja Ia ingin beberapa lukisannya terpajang dibeberapa ruangan di rumah ini. kau pasti sudah melihat beberapa, bukan. Tentu aku senang, Walau tak banyak yang ku lakukan tapi akhirnya ia mau bicara padaku. Akhirnya aku meminta orang-orang di sini untuk ikut membantu. Tak berselang lama, ayah datang. Ia pun bermaksud mengajak kami berdua pergi ke Amerika seperti yang sebelumnya ia ucapkan. Putri pun menolak mentah-mentah permintaan ayahnya. Ayahpun langsung mengurungnya di kamar seperti yang ia biasa lakukan. Setengah jam kemudian, ada sesuatu yang aneh. Kami mendengar suara putri. Suara itu terdengar datang dari luar kamar.”

    “Suara Putri?!”

    “- Ayah aku akan pergi dari sini -, itulah yang terdengar. Semua orangpun kaget termasuk ayahku. Kami pun mencoba mencari putri, dan untuk meyakinkan kamipun membuka pintu. Kami benar-benar terkejut, ternyata benar di sana sudah tak ada siapapun.”

    dahiku berkerut hebat. Semua jadi terdengar lebih rumit dari yang ku perkirakan. Tapi aku yakin semua pasti saling terhubung, pasti. Ada satu hal yang menghubungkan ini semua.

    “sudahlah Daniel lebih baik kita pulang saja, kehadiran kita saja sudah tak lagi diinginkan. Tetap berada disini hanyalah membuang-buang waktu” ucap Rangga. Tampak dari raut wajahnya ia terlalu lelah.

    “tunggu Daniel, mungkin ini yang terakhir. Walau aku sendiri ragu setidaknya kita mencoba dulu. Sebab aku sudah sedikit mengerti dengan semua keanehan ini”

    “apa, jadi kau sudah tahu” balas eva seketika.

    “ya, mungkin ini tak membuat kita bertemu dengannya, tapi ini membuat kita tahu bagaimana ia pergi dari kamarnya.
     
    Last edited: May 15, 2014
  20. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    Reopened by TS request
     
  21. rockdrigovr Members

    Offline

    Joined:
    Apr 29, 2020
    Messages:
    6
    Trophy Points:
    1
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1 / -0
    This is so good :oggenit:
     

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.