1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Song of Death

Discussion in 'Fiction' started by shiroshira, Oct 9, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. shiroshira Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Sep 17, 2011
    Messages:
    36
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +34 / -0
    Coba buat cerpen ahh...:hihi:
    Nih cerpen barusan kubuat dari jam 12 sampai jam 1.30 (Kira-kira 1 1/2 jam):nikmat:

    Aku adalah manusia yang haus darah. Membunuh, membunuh dan membunuh. Hal itulah yang selalu kulakukan. Jika amplop merah diterima, maka itu artinya pekerjaan datang. Daftar nama yang ada dalam kertas di dalam amplop merah itu adalah daftar orang yang harus kubunuh.
    Aku menari dalam hujan darah. Suara desingan peluru, teriakan kesakitan, tangisan memaohon ampunan, dan kematian. Itulah yang selalu kuhadapi.

    Hari ini, ada tiga nama yang ada di dalam amplop merah itu. Seorang politikus, seorang pelukis, dan seorang penyanyi. Tidak peduli siapapun mereka, aku akan membunuhnya.

    Pertama, aku pergi ke tempat sang politikus. Di rumahnya sedang diadakan jamuan pesta. Alunan musik waltz dan canda tawa di dalam rumah itu membuatku mual. Rumah ini benar-benar berisik! Aku ingin menyelesaikan pekerjaan ini secepatnya dan tidur di kamarku yang tenang.

    Targetku kini sedang berbicara bersama koleganya. Mereka sedang menikmati jamuan bersama. Aku ingin menyelasaikan pekerjaan ini dan segera melanjutkan ke pekerjaan selanjutnya. Tapi, aku akan mengundang keributan jika membunuh orang itu dalam keramaian ini. Karena itu, aku menunggu dan menunggu hingga kesempatan itu akhirnya datang. Dia pergi ke toilet sendirian dan aku mengikutinya.

    Aku menunggu hingga ia keluar dari dalam toilet. Dia mencuci tangannya di wastafel dan mengelap tangannya dengan sapu tangan yang ia simpan di kantong bajunya. Perlahan, aku berjalan mendekatinya. Dia melihat ke arah cermin dan menyadari keberadaanku. Dia membalikkan badannya.

    "Siapa kau!"

    Dia berteriak. Aku mengeluarkan pistol yang kusimpan di balik jas hitamku dan mengarahkan itu tepat ke arah dahinya.

    Dia gemetar. Benar-benar seperti babi yang sebentar lagi akan dipotong. Dia kembali berteriak. Memohon ampun. Tapi aku tidak mempedulikannya. Dengan satu tembakan yang kuarahkan tepat di dahinya, dia tewas seketika.

    Sekarang aku berangkat menuju target kedua. Seorang pelukis. Pelukis muda yang sangat terkenal. Karya-karyanya selalu dan selalu diminati oleh orang banyak.

    Aku mendatangi rumahnya. Pelukis itu kini sedang melukis di ruang lukisnya. Dia sedang melukis gambar seorang wanita. Wanita yang sangat cantik.

    "Siapa wanita yang ada di dalam lukisan itu?"

    Aku menampakkan diriku yang sedari tadi sembunyi di balik bayang-bayang dinding. Dia terkejut dan bingung, karena ada orang tidak dikenal yang muncul dengan tiba-tiba.

    "Wanita pujaanku."

    Katanya pendek. Dia kembali meneruskan pekerjaannya. Garis-garis di dalam lukisan itu kasar, seolah digambar dengan seorang pemula. Sangat berbeda dengan lukisan-lukisannya yang sekarang, di lukis dengan garis-garis yang halus dan profesional.

    "Lukisan ini adalah lukisan pertamaku. Lukisan yang kukerjakan sejak 10 tahun lalu dan masih belum selesai hingga sekarang."

    "Kenapa?"

    Tanyaku. Dia mengehentikan kegiatan melukisnya.

    "Karena aku tidak bisa menggambar bola matanya."

    Memang benar, jika kulihat pelukis ini sedari tadi hanya menggambar di dareh mata. Menghapus warnanya lalu melukis lagi. Begitu terus.

    "Wanita itu memiliki bola mata berwarna merah yang sangat indah. Selama ini aku selalu mencari campuran warna merah yang sesuai. Tapi aku tidak dapat menemukannya."

    ".... Begitu...."

    Aku mengeluarkan pistolku.

    "Mungkin kali ini kau dapat menemukan warna merah yang sesuai."

    "Eh?"

    Dia membalikkan tubuhnya ke arahku dan aku langsung menembaknya. Hanya beberapa centi dari jantungnya.

    "Kubiarkan kau hidup selama beberapa menit. Gunakan warna merah yang berasal dari dirimu itu untuk melukis bola matanya."

    Aku berjalan pergi meninggalkan dirinya. Samar-samar, aku mendengarnya berterima kasih. Terima kasih.... Aku benar-benar tidak menyukai kata-kata itu. Aku membunuhmu dan kau berterima kasih?

    "Maaf. Sepertinya aku ingin menghabisi dirimu sekarang juga."

    Dan aku menembaknya. Aku membunuhnya tanpa memberinya kesempatan untuk meyelesaikan lukisan terakhirnya itu. Yah,begini lebih baik. Karena aku seorang pembunuh. Seorang pembunuh berhati dingin. Seorang iblis.

    Sekarang aku pergi untuk menemui sang penyanyi. Seorang penyanyi yang sangat cantik. Rambut pirang panjang dan bergelombang, rambutnya bercahaya karena siraman cahaya bulan. Suaranya sangat merdu, membuai semua orang yang mendengarnya.

    Wanita itu adalah penyanyi terkenal yang rendah hati. Walaupun sangat terkenal, dia selalu mengadakan konser kecil di pinggir jalan. Walaupun hari ini adalah hari terdingin sepanjang tahun, dengan salju yang tanpa berhenti terus menerus turun. Dia tetap menyanyi. Semua orang yang berada di sekitar jalan itu berhenti. Begitu juga dengan kendaraan yang lalu lalang. Mereka semua berhenti untuk mendengarkan wanita itu bernyanyi.

    Aku memperhatikan semua pendengar. Mereka semua tersenyum dan menutup mata mereka untuk meresapi untaian nada yang dinyanyikan oleh wanita itu. Seolah-olah semua resah, sedih dan duka lenyap begitu saja dari hati mereka.

    Tapi aku berbeda. Aku tidak menyukai lagu yang dinyanyikan oleh wanita itu. Mendengar suaranya, menutup mata dan mencoba untuk meresapi lantunan nada dari wanita itu. Aku melakukan hal yang sama seperti para pendegar yang lain, tapi yang tergambar adalah adegan-adegan semua orang yang kubunuh. Hanya darah berwarna merah, ratapan, tangisan, teriakan dan mayat-mayat para korbanku yang tergambar di otakku begitu aku menutup mata dan menengarkan lagu dari wanita ini.

    Hentikan! Hentikan lagumu. Walaupun aku membuka mataku dan menutup kedua telingaku, gambaran-gambaran para korbanku sama sekali tidak berhenti. Semakin lama adegan-adegan itu berubah silih berganti semakin cepat sesuai dengan tempo lagu wanita itu.

    Hentikan! Jangan siksa aku dengan lagumu. Kenapa? Kenapa aku, seorang iblis, seorang pembunuh berhati dingin begitu ketakutan dengan semua adegan kematian yang kulihat ini? Adegan kematian yang datang silih berganti, entah sudah berapa ratus kali.

    Hentikan! Kumohon hentikan. Aku tidak sanggup melihat semua adegan yang tergabar diotakku terus menerus. Adegan-adegan itu, tangisan, teriakan dan permohonan ampunan seolah menerorku. Bau amis darah yang biasa kucium terasa sangat-sangat memuakkan. Mayat-mayat yang biasa kulihat terasa sangat-sangat menakutkan. Dan diriki yang membunuh semua orang itu terasa sangat-sangat megerikan.

    Hentikan... Aku tidak tahan melihat adegan masa laluku yang terus menerus datang. Aku tidak tahan melihat adegan diriku yang terus menerus membunuh orang. Aku tidak tahan melihat semua itu... Karena itu kumohon. Kumohon hentikan lagumu...

    Lagu itu akhirnya berhenti, bersamaan dengan bayang-bayang ingatan adegan masa lalu yang sedari tadi tergambar di dalam otakku. Akhirnya bayang-bayang masa lalu itu telah berhenti. Walaupun begitu, napasku masih memburu dan jantungku masih belum tenang.

    Aku tidak bisa membiarkan wanita itu bernyanyi lagi. Jika sekali lagi wanita itu bernanyi, aku pasti akan benar-benar menjadi gila karena teror dari masa lalu. Aku harus membunuh wanita itu! Sekarang juga, sebelum wanita itu kembali bernyanyi.

    Aku mengeluarkan pistolku tidak peduli dengan semua orang yang berkumpul. Aku mengarahkan pistol itu tepat ke arah dahinya, diiringi dengan teriakan panik semua orang yang ada disekitarku. Tapi aku tidak peduli. Aku harus membunuh wanita berbahaya ini secepatnya.

    Tapi, wanita itu kembali bernyanyi. Walaupun dia tahu aku mengarahkan pistolku ke arahnya, dia tetap bernanyi.

    Kenapa? Kenapa kau bernanyi? Hentikan! Hentikan nyanyianmu! Gambaran yang tadi menghilang kini kembali ke dalam kepalaku. Kepalaku sungguh sakit. Aku tidak sanggup, tidak sanggup menahannya.

    Politikus dan pelukis yang baru saja kubunuh tadi kini berada di hadapanku. Kenapa? Ada apa ini?!

    Aku tidak bisa bergerak. Ada banyak tangan keluar dari tanah dan memegang kakiku, sementara pelukis dan politikus itu berjalan semakin mendekat ke arahku.

    Lalu politikus itu memegang tubuhku sedangkan sang pelukis memegang tangan kananku yang masih mengenggam pistol. Aku meronta, mencoba melepaskan diriku dari tangan-tangan yang memegang kakiku dan dari politikus yang memegang tubuhku. Tapi hasilnya nihil. Mereka begitu kuat.

    Lalu, pelukis yang memegang tanganku itu mengarahkan tanganku yang mengenggam pistol itu ke arah pelipis kananku. Lalu dia memandu jari-jariku untuk menekan pelatuk pistol.

    Tunggu dulu! Aku tidak mau mati. Aku berusaha dengan seluruh kekuatanku untuk melawannya. Tapi aku tidak sanggup. Apakah ini akhirku?

    Lantunan lagu dari wanita itu semakin lama semakin jelas seolah dia bernyanyi di dalam telingaku. Dan tepat sebelum peluru dari pistol itu melubangi kepalaku, di antara lantunan nada yang mengiringi kematianku, aku mendengar sebuah suara.

    "Ini adalah akhir yang tepat bagi seorang pembunuh."

    Silahkan dibaca dan sorry kalo ceritanya gaje:lalala:
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. mwahaha M V U

    Offline

    Raidou Kuzunoha XVII

    Joined:
    Aug 17, 2010
    Messages:
    1,149
    Trophy Points:
    227
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +19,742 / -0
    Genrenya thriller & Mystery ya....
    Bagus kok... Teruskan:hmm:
     
  4. Zack20 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 14, 2010
    Messages:
    35
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +7 / -0
    Menurut ane awal sama tengah ny bagus, tapi ada yg kurang ama endingnya. kayaknya ente pengen cepet2 nyelesaiin ceritany
     
    Last edited: Oct 16, 2011
  5. murasaki M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 17, 2009
    Messages:
    2,138
    Trophy Points:
    222
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +12,643 / -0
    Alurnya cepet banget yah...
    terus, pas bagian awal masi bisa dibayangin adegannya

    tapi gitu si pembunuh di depan penyanyi, berasa kurang real karena agak2 mistic gitu :peace:

    pengennya sih si pelukis di kasi kesempatan buat selesai-in lukisannya

    ada lanjutannya ngga? :hehe:
     
  6. shiroshira Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Sep 17, 2011
    Messages:
    36
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +34 / -0
    Kecepatan ya? Soalnya udah 4 lembar di word office, jadi sengaja ku bikin cepet.
    Kalau soal adegan terakhir itu, karena berbagai hal di masa lalunya membuat dia menjadi pembunuh. Jadi, waktu dengar si penyanyi bernyanyi, perasaan bersalah karena membunuh kembali datang, dan karena gak tahan dengan tekanan batin itu, dia bunuh diri. Tapi dia berhalusinasi seolah yang membunuh dirinya itu korbannya di masa lalu. Bisikan yang dia dengar pas adegan terakhir itu juga sebenarnya suara hatinya sendiri:peace:
     
    • Thanks Thanks x 1
  7. Alohamora M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Dec 1, 2010
    Messages:
    1,321
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +368 / -0
    Komen: Ada beberapa kesalahan pengetikan... Ga dibaca lagi yah setelah selesai diketik :hmm:

    IMO kalo pembunuhan saling berhubungan misal si politikus itu ternyata ayah pelukis n penyanyi adalah tokoh dalam lukisan kayanya ceritanya akan lebih berkesan deh...
    Terus disaat terakhir sebelum mati, si penyanyi menatap mata pembunuh ketika bernyanyi lalu matanya berubah menjadi merah kayanya lebih masuk akal kalo pelukis itu mau melindungi penyanyi itu lalu mengatur tubuh si pembunuh. Klimaks ceritanya mungkin akan lebih dapat.

    gitu aja deh komennya... maafkan kalo menggurui :malu
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Oct 19, 2011
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.