1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Official Short Story Fiesta ~ Mari Menulis Cerpen dan Membuat Antologi Bersama

Discussion in 'Fiction' started by Fairyfly, May 17, 2015.

  1. blu3phant0m M V U

    Offline

    zazazazzzzzzzzzz............

    Joined:
    Aug 2, 2009
    Messages:
    2,013
    Trophy Points:
    162
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,503 / -3
    Dih kok saya di diskualipikasi. :madesu:
    Itu kan cerita sangat pendek. kan banyak yang ngelike. :jotos
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133

    soalnya satu kalimat ini :

    dengan bilang itu, saya nyatakan cerita kamu cuma sampel :rokok:

    lololololo :lol:

    anyway, jangan khawatir, cerita situ bakal tetep aye masukan ke dalam ebook sebagai...contoh :XD:




    anyway :

    hal yang selalu ngeganjel di cerita2 buata nopri adalah EYD yang rada2 amburadul dan repetisi yang muncul dimana2 :swt:

    plotnya simpel buat sesuatu yang nyablak lol. ketinggalan bis gara2 jam dinding mati, holy shied.
     
    • Like Like x 1
  4. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Ya, memang banyak repetisi keknya

    Well, makasih buat komennya ya :XD:
     
  5. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Tema Kedua :

    Write Whatever You Want


    [​IMG]


    Deskripsi : nulis sesuka hati saja, batasan sekitar 4000 kata. soal mau r-18, sara ato semacamnya itu urusan ntar. yg penting have fun dolo, sisanya bodo amat. Untuk ikutan, cukup posting ceritanya di trit ini aja, jangan lupa ceritanya dispoiler.

    Timeline : 26 Juni - 1 Agustus.


    ===

    list cerita menyusul.
     
    • Like Like x 2
    • Thanks Thanks x 2
  6. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    sekalian first blood :ngacir:

    ===

    Praetor


    genre : sci-fi

    Seorang anak lahir dari keluarga seorang professor, ibunya meninggal setelah ia lahir. Sedari awal, anak itu dipenuhi berbagai kecacatan: ia tak bisa melihat; tangan dan kakinya lumpuh; organ vitalnya juga lemah; terlebih lagi, otaknya mengalami cedera sehingga ia tak dapat berkomunikasi dengan ayahnya, juga tak dapat mempelajari dunia luar dengan baik.

    Meski demikian, ia dapat mendengar, dan meski harus dirawat dengan penuh hati-hati, juga sering sakit-sakitan, ia dapat hidup sampai beranjak remaja. Namun segala itu karena campur tangan professor. Tanpa hal tersebut, mungkin hidupnya tak sampai usia balita.

    Professor sungguh dirundung rasa sedih lantaran keadaan ini. Ditinggal oleh istri tercinta, dan melihat kondisi anak tunggalnya yang menyedihkan. Namun ia tak membiarkan segala ini terjadi begitu saja. Ia akan berusaha menguban nasib sang anak dengan segala kemampuannya.

    Setelah kondisi anak itu membaik, sang professor mulai melakukan operasi pada organ vital sang anak. Jantung, hati, ginjal, dll—dengan keahliannya saat ini, ia dapat menciptakan organ artifisial yang setara dengan yang dimiliki orang sehat, dan kapasitas orang tersebut dapat menunjang aktivitas sang anak sampai beranjak remaja, untuk aktivitas tinggi seperti banyak berolahraga dan bermain di luar sekalipun.

    Operasi organ vital diproritaskan karena jika tidak, anak tersebut tak akan bertahan hidup lebih lama lagi.

    Meski saat balita anak itu belum dapat melihat, berkomunikasi dan bahkan belajar, professor tetap mengajari anak tersebut dengan penuh cinta. Tentang hal-hal kompleks yang tak dapat dimengerti kebanyakan orang, terlebih seorang anak balita. Sang anak bereaksi dengan setiap hal yang professor katakan, dan hal tersebut cukup membuat professor bahagia.

    Mengapa tidak mengajari hal-hal sederhana saja? Hal itu mungkin cukup sederhana untuk professor sendiri.

    Setidaknya anak ini memiliki harapan—aku akan membuat anak ini menjadi manusia super—pikirnya.

    Berapa waktu berselang, tangan dan kaki anak tersebut—yang tak dapat dipulihkan sama sekali dengan teknologi saat ini—akhirnya diamputasi. Semenjak lahir, jaringan saraf pada bagian tersebut mati total, dan sang anak tidak merasakan apa-apa pada tangan dan kakinya. Sesudah tangan dan kaki robotik itu dipasang, anak tersebut dapat mulai berjalan-jalan dan bahkan dapat makan sendiri, juga melakukan beberapa aktivitas sederhana.

    Meski tak dapat melihat, pada tangan dan kaki robotik tersebut terdapat sensor inframerah sehingga sang anak dapat mengetahui objek-objek apa saja yang ada di depannya. Tangan dan kaki robotik tersebut dapat diperpanjang secara manual, namun perlu diganti saat anak tesebut beranjak remaja.

    Sang anak tumbuh besar, meninggalkan fase balita, dan saat itu professor telah menemukan mata artifisial canggih. Memberikan penglihatan cukup tajam pada kedua mata sang anak. Saat beberapa tahun lalu, mata artifisial belum dapat memberikan penglihatan tajam yang optimal bagi sang anak, dan professor ingin melakukan rehabilitasi berkala, agar sang anak membiasakn diri bergerak dalam kegelapan dunia yang baru.

    Menabur seluruhnya akan terlalu mengejutkan anak itu. Bertahap sajalah, batin professor.

    Dengan mata arfisial itu, dikenalkan suatu dunia baru berupa gambaran visual, sang anak dirundung berbagai perasaan yang luar biasa. Ia berlari kesana kemari, melompat, berjungkir balik—seperti seekor monyet. Kekuatan tangan dan kaki robotik membuat tubuhnya serasa ringan. Ia dapat melompat jauh lebih tinggi dan mengangkat beban yang lebih berat dari manusia normal, bahkan untuk seorang anak sekalipun.

    Namun...ia masih belum dapat berbicara dengan ayahnya.

    Penelitian tentang otak sungguh rumit, dan sedikit kesalahan saja dapat membuat nyawa sang anak melayang begitu saja. Seorang anak yang ia besarkan dengan sepenuh hati. Ia tidak ingin segala eksperimen yang ia kerjakan selama ini terbuang sia-sia belaka dengan mengambil keputusan begitu saja.

    Jadi professor menunggu sampai anak tersebut beranjak remaja, sambil bereksperimen dengan para pengidap gangguan saraf otak yang tak tertolong lagi. Ia berhasil menyembuhkan beberapa pasien terakhir dengan prototipe microchip yang ditanam di otak. Chip itu mengalirkan listrik lemah pada areal tertentu yang dirundung kecacatan.

    Namun ia masih ragu akan menanam chip tersebut pada anaknya sendiri. Meski tak dapat berbicara, sang anak cukup mahir dalam bahasa tubuh, dan dapat bereaksi pada setiap perkataan ayahnya dengan baik dan dapat dimengerti.

    Memang prototipe chip tersebut saat itu telah teruji dan dapat menyelamatkan banyak orang. Yang membuat sang professor takut adalah:

    Kata-kata apakah yang akan muncul dari mulut si anak pertama kali? Apakah ia akan berterima kasih, ataukah ia akan mengutuki ayahnya karena telah membuatnya seperti ini? Bila sang anak dapat sepenuhnya mengerti apa yang ia katakan, apakah sang anak akan menolak modifikasi pada tubuhnya dan memilih untuk mati?

    Jika demikian, akankah lebih baik membiarkan sang anak tidak dapat mengerti apa-apa, dan hanya menurut pada ayahnya semata?

    Kontemplasi tersebut berlanjut hingga sang anak beranjak remaja, dan segala hal robotik yang ada di tubuhnya diperbaharui satu persatu. Melihat anaknya yang bermain di luar sendirian, tanpa dapat berkomunikasi di luar bahasa tubuh, sang professor merasa sedih.

    Aku ingin ia dapat hidup seperti anak lain, batinnya.

    Pada usia empatbelas tahun, microchip tersebut ditanam pada otak sang anak, membuatnya dapat menuturkan berapa patah kata, namun diperlukan waktu berapa tahun sampai ia dapat berbicara dengan lancar.

    Saat anak itu berusia enambelas tahun, ia dapat berbicara normal, meski kadang kata-katanya terdengar gagap. Dengan pulihnya kemampuan komunikasi dan juga pulihnya bagian otak yang berfungsi untuk kerja kognitif, ia mulai belajar. Kecerdasannya bisa dibilang diatas rata-rata, namun tidak tergolong brilian ataupun jenius sedikitpun.

    Professor tidak mempermasalahkan hal itu, ia hanya ingin mendidik dan membesarkan anaknya.

    Xxx​

    Tujuhbelas tahun semenjak kelahiran sang anak, dan ia masih tak dapat berhubungan dengan dunia luar. Tubuhnya yang sebagian besar terdiri dari mekanisme robotik tengah membuat masyarakat setempat mengasingkannya. Sebelum kelahiran anak tersebut, professor juga termasuk seorang yang dikucilkan, lantaran sifatnya yang sungguh penyendiri dan eksentrik.

    Kontribusinya pada dunia kesehatan tertutup oleh para dokter yang menggunakan teknologinya sendiri.

    Operasi sang anak tidak dilaksanakan oleh professor sendiri, melainkan para dokter ahli bedah, ia hanya mendesain teknologi tersebut, juga merancang robot bedah mutakhir yang telah sukses menjalankan seluruh operasi pada sang anak selama tujuhbelas tahun terakhir.

    Perayaan ulang tahun ketujuhbelas sang anak berlangsung sepi tanpa pengunjung. Hanya sang professor dan anaknya. Tak ada yang datang, meski banyak nama yang diundang. Professor mengundang para dokter yang menangangi sang anak, namun mereka sedang sibuk melakukan operasi di tempat lain—tak ada waktu untuk mengunjungi ulang tahun seorang manusia setengah robot.

    Malam itu sungguh gelap. Terjadi pemadaman sementara gardu listrik dan saat itu cuaca dirundung hujan lebat. Rumah mereka terisolasi dari seluruh perumahan sekitar, dipagari sekeliling; pagarmenjulang tinggi dan tak dapat diloncati begitu saja.

    Bila terjadi sesuatu di balik pagar tersebut, tak ada makhluk luar yang akan menyadarinya.

    Pada malam yang dingin, ruangan utama hanya diterangi lilin, juga kue ulang tahun yang dipesan berapa hari silam. Professor bertanya pada sang anak:

    "Apa yang ingin kau lakukan di masa depan? Aku sudah melakukan segalanya agar kau dapat hidup normal, selebihnya kau tentukan sendiri, apapun boleh. Maafkan ayah, telah mengubah tubuhmu menjadi seperti ini. Aku hanya ingin kau hidup, tanpamu, ayah tak punya siapa-siapa lagi."

    Sang anak hanya menjawab pelan.

    "Aku tidak tahu. Luar sana sungguh mengerikan. Aku ingin tinggal di sini dan belajar saja."

    "Maksudku bukan itu, nak. Apa cita-citamu?"

    ...

    "Aku ingin bertemu dengan ibu kembali. Ayah selalu bercerita tentang ibu, dan aku penasaran ia seperti apa. Aku akan terus belajar hingga aku tahu bagaimana cara membawanya kembali."

    "....ibumu sudah meninggal sejak kau lahir. Tak ada yang dapat dilakukan lagi, ilmu pengetahuan tak dapat menghidupkan yang sudah mati."

    "...bila demikian, apakah di masa depan akan terdapat cara untuk melakukan hal itu?"

    "Nak, aku tidak suka berspekulasi...tapi...mungkin saja. Meski demikian, dampak dari adanya teknologi tersebut mungkin terlalu berbahaya."

    "Meski ayah tak dapat bertemu ibu lagi?"

    "Ya, cepat atau lambat, pasti kita dapat menyusul ibumu. Manusia, cepat atau lambat, pasti akan meninggal."

    "...termasuk orang sepertiku juga?"

    "Benar."

    "...bagaimana jika kita mengakhiri hidup kita saat ini saja, agar kita dapat langsung bertemu ibu? Bila hal tersebut baik, mengapa harus menunggu lama?"

    "Karena kita belum tentu akan mati, tapi kita akan menderita kecacatan yang membuat hidup ini menjadi sungguh sengsara, jika hal tersebut dilakukan. Satu-satunya hal yang pasti adalah menunggu."

    "Bailah..."

    Tak lama setelah itu, kilat menyambar seisi rumah. Sebuah robot humanoid bersayap berjalan masuk, melalui sebuah portal yang terbuka dari udara sekitar.

    Terdengar bunyi sesuatu pecah berhamburan, juga teriakan histeris yang mengaung ke seluruh rumah. Namun, tak ada yang akan mendengarnya.

    Anak tersebut merasakan dirinya mengapung pada sebuah zat mirip air. Seluruh tubuhnya mati rasa. Ia ingin mengingat segala sesuatu yang dikatakan robot itu, dan ia ingin mengingat, apa yang terjadi pada professor.

    ...namun tak ada sedikitpun yang teringat. Lantaran sesuatu telah terlupakan, ingatan tersebut telah tersegel oleh sesuatu. Apapun hal tersebut, ada suatu pihak yang tak ingin hal tersebut ada yang mengetahui.

    Xxx​

    Si anak terbangun pada tempat yang sungguh asing. Segalanya berwarna putih dengan ukiran futuristik, pandangan matanya menyapu luas seluruh ruangan—segalanya bersih tanpa noda. Ia terbaring pada sebuah kasur yang sangat empuk, dan meski tubuhnya sebagian besar robotik, anehnya ia dapat merasakan jauh lebih banyak sensasi ketimbang sebelumnya.

    Detak jantungnya teratur, memberinya sensasi sangat segar saat ia mulai sadarkan diri. Seluruh udara yang berhembus dalam ruangan serasa dipenuhi energi.

    I menatap tangannya; tak terlihat seperti tangan robot; kakinya juga terlihat bagai kaki manusia normal. Meski demikian, ia tetap merasakan suatu sensasi elektrik, dan refleks tangan kaki tersebut sungguh tidak manusiawi. Pandangan matanya pun, ia dapat melihat detil suatu partikel kecil dari kejauhan. Meski demikian, bila ia tak mengindahkan detil tersebut, ia melihat layaknya manusia normal dengan penglihatan tajam.

    Ruangan itu sungguh luas, berapa meter di depannya, terbentang jendela lebar, berhiaskan pemandangan kota futuristik. Berbagai kendaraan terbang ke sana kemari. Lalu lintas mereka teratur, dan desing kendaraan sama sekali tak terdengar. Terang benderang kota membuat pemandangan tersebut seindah terik mentari pagi yang menyinari bangunan kota tua peninggalan kultur lampau.

    Selebihnya tertata layaknya ruang tidur biasa. Hanya ruangannya serba putih bersih saja.

    Sembari mengamati seisi ruangan, pintu otomatis terbuka. Muncullah seorang pria tua, namun gerak langkahnya sungguh terlalu ringan. Sang anak merasakan suatu pancaran elektromagnetik dari pria tersebut.

    Pria itu bertanya tentang keadaan anak itu:

    "Aku tidak ingat apapun. Yang aku tahu, sensasi yang terasa pada tubuhku kian berbeda, dan tempat ini bukan rumahku. Aku merasa bahwa aku harus kembali, tapi kembali ke mana, entahlah."

    "Ini akan jadi tempat tinggalmu untuk sementara, sampai kau ingat segala sesuatu dan dapat memutuskan yang terbaik.Kau terdampar dekat sini dalam keadaan rusak parah, namun untungnya bagian tubuh yang rusak, seluruhnya dapat diperbaiki dengan peralatan yang ada. Namun segalanya tak gratis, dan harganya bisa dibilang cukup mahal."

    Jadi instingku benar, pikir sang anak. Sensasi yang dirasakan berasal dari implementasi hal canggih.

    "...apakah dengan demikian aku harus bekerja? Aku tak tahu pekerjaan apa yang dapat kulakukan untuk melunasi segalanya, dan tempat tinggal ini...terlihat begitu mewah. Aku tak tahu bagaimana membayar seluruh biaya hidup dan..."

    "Untuk tempat tinggal, tak usah bayar. Sebagian besar penghuni koya ini hanya hidup untuk bekerja. Hanya sebagian kecil, para pemilik kecerdasan, yang dapat mengerti bagaimana menikmati hidup. Ada banyak tempat seperti ini, namun yang dapat meninggalinya sedikit."

    "...bagaimana dengan hutang yang harus kubayar?"

    "Tak perlu khawatir. Aku cantumkan semua data di komputer itu." ia menunjuk pada panel monitor di dekat tempat tidurku "Segala kenalanku dengan ratusan macam pekerjaan yang mungkin kau tertarik. Tak usah buru-buru bayar hutang. Yang penting fokus saja nikmati hidup di sini. Terutama, coba ingat segala hal yang kau lupa."

    "Ah oke. Aku penasaran : tempat tinggal ini luas sih, ada hal apa saja yang harus kuperhatikan saat beristirahat di sini?"

    "Tidak ada. Bangunan ini hanya tiga tingkat, fasilitas seadanya, termasuk hiburan. Aku hanya perlu sebagian kecil dari uang kerjamu saja setiap kali kau dapat bayaran, sisanya dapat kau habiskan untuk banyak hal. Atau kau tabung. Aku telah beri kau akun bank juga kartu rekening. Untuk mata uang, biasa disediakan sebuah kartu digital berisi sejumlah saldo. Segalanya hanya berupa angka, praktis."

    "Ada banyak hal yang bisa dibeli?"

    "...hampir tak terhitung. Dari segala peralatan rumah untuk menunjang kenyamananmu, hingga komponen robotik yang jauh lebih canggih dari yang kuberikan padamu saat ini. Banyak cara berbelanja, dan banyak cara pula menikmati hasil belanja tersebut."

    "Begitu ya...."

    "Baiklah, selamat bersenang-senang di tempat ini. Jika kau tak ada pertanyaan lagi, aku akan kembali ke pusat--"

    "Tunggu."

    "Hmm?"

    "Dimana aku bisa bertemu manusia lainnya?"

    "Tergantung manusia seperti apa. Manusia sekarang adalah makhluk seperti kita. Sisanya hanya alat yang bekerja otomatis sesuai perintah. Jika kau mengacu pada makhluk biologis—tidak--mereka sudah punah cukup lama."

    'Sudah punah?

    Tapi aku merasa keberadaan manusia macam itu.' batin sang anak

    "Ya baiklah, waktuku tidak banyak. Bila kau ada apa-apa terdapat banyak nomor berikut deskripsinya di panel komputer. Kau dapat hubungi mereka dari situ juga. Aku telah sediakan makanan di meja sana. Bila kau masih lapar, pesan ke berapa tempat yang kutandai warna kuning. Sebutkan saja alamat sini, sudah tercantum juga. Untuk berapa hari ini, pesan makanan akan kutanggung. Sampai jumpa kembali."

    "Apakah itu berarti kau akan mengunjungiku secara rutin?"

    "Benar, tapi hanya sekali seminggu, dan tak akan lama. Aku hanya ingin bertatap muka dan mendengar kemajuanmu saja. Aku tak ingin mengganggu privasimu. Okelah, selamat menikmati hidup baru di kota ini."

    Ia berjalan ke pintu otomatis, meninggalkanku sendiri di ruangan ini. Pikiranku begitu kacau untuk memproses segala informasi yang ada.

    "Aku melupakan sesuatu yang teramat penting....tapi apa? Aku ingin kembali, tapi ke mana?"

    Terbenam dalam pikiran, ia jadi tertidur kembali.

    Hari pertama dari kehidupan barunya di dunia baru pun dimulai. Hal-hal apa sajakah yang akan ia temukan di sana?

    Tak ada yang tahu pasti.
     
  7. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    mohon kalo mau OOT jangan disini yaa, silakan main di lonje :gadisawas:

    I'm sorry but I'll report your post to the mod :gadisawas: another post like this will not be tolerated :gadisawas:

    ================

    anyway high_timehigh_time

    etto, hmm, how should I put it?

    awalnya ngerti, dan lain dari hasil om high yang lain, this is surprisingly far from absurd :iii: tapi di bagian ending, entahlah, ada sesuatu yang gak aku ngerti :iii:

    anyway, I'm an idiot afterall, but I guess, this story is about our educational system :iii:

    maksudku, kita selama ini sekolah, kuliah, sengaja dipasang mata baru dan organ2 baru, termasuk pemikiran baru, cuma untuk kerja kek robot (seperti apa yang disampaikan di akhir cerita). welp, masih ada beberapa yang ga ngerti, tapi keseluruhan menarik kok. terutama dari pemilihan kata-katanya, cerita ini masih lebih bisa dimengerti. not to say that I still love your absurd way of writing, though :hmm:

    welp aku kapan bikinnya ya :iii: udah ada ide tapi kerja shift malem terus, jadi'e ngantuk melulu :swt:
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Jun 28, 2015
  8. Ii_chan M V U

    Offline

    Minagiru ai

    Joined:
    Jun 27, 2013
    Messages:
    4,958
    Trophy Points:
    187
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,180 / -55
    Uwah, lalatsan kibisi sugiru

    Sori telat, noprifr.

    Ee, tulisannya emang agak kacau sih. Banyak aku ini aku itu.
    Untuk cerita agak lucu :haha:

    Lanjutkan :onfire:

    sent from Rokkenjima island[​IMG]
     
  9. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Ya, buatnya pake "kepepet no jutsu" jadi ane turut kena impactnya >_<

    Makasih udah baca ya :)
     
    Last edited: Jun 28, 2015
  10. Ii_chan M V U

    Offline

    Minagiru ai

    Joined:
    Jun 27, 2013
    Messages:
    4,958
    Trophy Points:
    187
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,180 / -55
    Well, yg penting kan praktising dan udh partisipasi :haha:
    No problem.

    Btw, saya pikir itu ceritq bakalan jdi cerita harem ecchi gitu kek digambar :haha:

    sent from Rokkenjima island[​IMG]
     
  11. Karin99 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 23, 2014
    Messages:
    29
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +6 / -0
    A little case with docter Molks Moore Lord of Pudding


    Okosan duduk di sebelah anaknya. Anak tunggalnya itu baru saja keluar dari kamarnya yang gelap. Garis hitam di bawah matanya semakin besar. Dia seperti robot hidup yang makan dan tidur dengan perasaan hampa.

    Anaknya masih remaja, tetapi rambutnya telah botak karena stres. Dia selalu mengurung dirinya dalam kamar dan hanya keluar jika ada makanan. Seluruh semangat hidupnya hancur setelah gagal ujian masuk sekolah penulis. Menurutnya saat ini, impiannya jadi penulis ternama telah kandas dimakan takdir.

    “Mengapa kau seperti ini anakku? Tidakkah ayah punya hak untuk tahu?” Okosan bertanya dengan halus.

    “Ayah. Aku tidak ingin hidup seperti ini. Cari makan saja susah. Tiap hari di kamar bengong. Bahkan Diana putus denganku. Ah, Aku ingin mati saja.”

    Okosan menghela nafasnya kecewa. Dia angkat kaki dari meja dan membuatkan secangkir kopi untuk anaknya. Di sela membuat kopi, Okosan berkata, “Mau kuceritakan sebuah cerita saat ayah masih muda dulu?”

    Anaknya terdiam. Dia tidak peduli. Pandangannya meratap memandang jendela.

    “Saat itu, ayah juga sama sepertimu. Stres setiap saat. Ingin membuat tesis tapi tidak ada yang terselesaikan. Selalu berusaha menjadi yang terbaik padahal tidak diperlukan.”

    “Maksud ayah?”

    Okosan memberikan secangkir kopi hangat pada anaknya.

    “Kau ingat lima belas tahun yang lalu? Ayah berkutat meneliti gravitasi selama puluhan tahun, tetapi ayah tidak pernah berhasil mencari penyebabnya. Saat itu, ayah tidak mau kalah dan terus-menerus meneliti gravitasi. Ayah merasa, ‘pokoknya harus ketemu solusinya.’ Hasilnya, Ayah kehilangan ibumu. Bisnis ayah hancur karena black wall street dan ayah tidak punya apa-apa untuk dijual. Saat itu, ayah berpikir bahwa dunia ini tidak adil.”

    “Tetapi ayah belajar dari seseorang tentang sesuatu.”


    ***​


    “Seluruh kehidupan di alam semesta berasal dari..”

    “Puding.”

    Okosan terdiam. Seorang anak bermuka ramah yang duduk di meja terdepan, selalu mengacaukan pelajaran di kelasnya. Anak ingusan itu dipanggil Molks yang berarti lumut oleh teman sekelasnya. Apa yang terucap dari mulutnya tidak bisa ditebak. Seakan ia adalah mahluk dari dimensi ke sepuluh.

    Okosan adalah seorang dosen Fisika partikel ternama yang bergelar ‘professor’ di universitas Harvard. Sayangnya, ia tidak pernah bisa menyanggah kata yang keluar dari mulut anak itu. Seperti sekarang, kemungkinan besar yang dimaksud Molks dengan ‘puding’ adalah sup purba.

    “Gravitasi,” Okosan melanjutkan penjelasannya yang terputus.

    “Gravitasi membuat atom. Gravitasi menciptakan Big bang. Gravitasi merancang DNA. Gravitasi melahirkan planet dan bintang. Semua yang kalian ketahui di dunia ini berasal dari sebuah kekuatan tidak terlihat bernama Gravitasi.”

    “Profesor,” Molks mengacungkan tangannya ke atas. “Kalau begitu, darimana gravitasi berasal?”

    “Kau..” Okosan terdiam. Molks menembak pertanyaan yang mustahil ia jawab.

    “Diam kau Molks, atau aku akan mengusirmu keluar dari kelas,” bentak Okosan.

    Seluruh kelas menjadi risuh. Mereka bingung melihat Profesor Okosan yang terkenal dengan kepintarannya tidak bisa menjawab pertanyaan seorang anak ingusan. Muka Okosan memerah. Tangannya gemetar menahan malu.

    “Ehm..” Okosan berdeham canggung. Dia membetulkan dasinya yang miring.

    “Ya, anak-anak. Aku tidak tahu jawabannya. Molks menanyakan misteri terbesar di dunia ini. Hingga sekarang, ilmu pengetahuan tidak bisa menjelaskan darimana gravitasi berasal.” Tiap-tiap kata yang terucap dari mulut Okosan bernada kesal. “Kelas selesai. Minggu depan, kumpulkan perbedaan hukum gravitasi menurut Newton dan Einstein.”

    Okosan buru-buru keluar dari kelas sambil membawa tasnya. Dua puluh tahun Okosan mengajar, ia tidak pernah gagal sekalipun menjawab pertanyaan muridnya. Tetapi sejak kedatangan Molks, semua menjadi berubah. Okosan tidak lagi bisa menjawab semua pertanyaan, dan ia tampak seperti dosen biasa di mata murid.

    Okosan menunggu di koridor kelas. Seperti biasa, Molks keluar paling akhir. Setelah seluruh murid tidak ada di kelas, Okosan lalu masuk ke dalam untuk berbicara empat mata dengannya.

    “Kau. Tidak bisakah diam saat aku mengajar?” Okosan mengacungkan jari telunjuknya pada Molks.

    “Hak seorang murid adalah berta..”

    “..bertanya hal yang bisa dijawab.” Okosan memotong perkataan Molks. “Kau hanya ingin menghancurkan citraku di depan murid.”

    “Mengapa bertanya jika bisa dijawab?”

    Okosan terdiam. Lagi-lagi ia tidak bisa menyanggah perkataannya.

    “Apa keinginanmu?” tanya Okosan. “Uang? Kedudukan?”

    “Aku ingin kau sadar, Professor. Kalau puding adalah harapan. Puding adalah masa depan.”

    “Maksudmu?” Alis mata Okosan naik sebelah.

    “Kau sedih ketika seseorang meninggalkanmu, kau bosan ketika sendiri di kamarmu, kau bahagia ketika seseorang memujamu, dan kau malu ketika bertemu orang sepertiku. Sama seperti puding professor. Hidup itu untuk dikecap pelan-pelan. Kau merasakan manis, asam, asin dan kelembutan dari kehidupan. Hidup adalah.. sesuatu yang perlu kau rasakan.”

    “Jadi kau?”

    “Ya, aku hanya menikmati kelas anda seperti memakan puding. Mengapa anda terlalu banyak berprasangka?”

    Molks berjalan keluar dari kelas. Okosan masih tidak mengerti.

    Rasa? Puding?

    Ketika dia berjalan menuju rumahnya, perlahan imajinasi-imajinasi liar mulai masuk ke dalam kepalanya. Dia mencoba menikmati kehidupan di sekitarnya sesuai perkataan anak ingusan itu.

    Saat ini, seluruh daratan eropa terserang krisis ekonomi bernama black wall street. Saat Okosan berjalan menuruni jalan setapak yang berkelok, ia melihat pengemis-pengemis tinggal di pinggir selokan, gang kecil, dan kolong jembatan. Kehidupan mereka hancur karena pabrik-pabrik tutup. Bank-bank bangkrut. Harga bahan dasar melangit dan kerusuhan terjadi di mana-mana.

    Menurut Okosan, inilah hasil dari kapitalis. Padahal, jika mereka bekerja sendirian, mereka bisa mendapatkan harga dasar jual yang lebih tinggi. Tetapi kapitalis dengan pintarnya membuat semua orang bekerja berdasarkan kuantitas tertentu dan dibayar dengan patokan harga.

    Semua orang menjadi produk. Keuntungan setiap orang dikurangi untuk dimakan oleh Bandar yang membuat sistem. Jika dahulu seseorang menangkap seekor ikan dihargai satu dolar. Saat ini, satu kaleng ikan yang dibuat oleh seseorang hanya dihargai setengah dolar karena setengahnya lagi masuk ke kantong bandar.

    Enak sekali tentunya, karena bandar tidak bekerja dan hanya berkutat dengan ilmu buatan mereka sendiri yang bernama regulasi, hukum, dan perusahaan. Lalu ketika Bandar tidak merasa untung, mereka akan menutup pabrik-pabrik, memecat pegawai, dan membuang semua hal tidak berguna bagai mencuci tangan.

    Bagi Bandar, semua baik-baik saja. Tetapi bagi rakyat, semua buruk-buruk saja.

    Okosan merasa heran. Mengapa semua orang bodoh? Mengapa manusia yang kelaparan tidak lagi berburu, bertani, atau mencari makan dan bekerja memakai tenaganya sendiri?

    Tentu saja, karena manusia sudah lupa cara untuk memancing, cara untuk bercocok tanam, cara untuk beternak. Saat ini, manusia hanya tahu cara membuat kaleng, cara membuat plastik, cara menjual uang.

    Heran. Mengapa manusia belajar seperti itu?

    Jika Okosan belajar bercocok tanam, maka ia akan dibilang bodoh karena ketinggalan jaman. Sedangkan jika belajar membuat plastik, maka ia disebut pintar karena lulus dari perguruan tinggi.

    Apakah itu yang namanya belajar?

    Setelah berpikir dengan dalam, Okosan pun tertawa. Tidak hanya semua orang, tetapi dia juga seperti itu. Selama ini, ia mengkotak-kotakkan pikirannya sendiri dan membuat batasan tidak penting. Okosan memutuskan menjadi pengemis dan meminta uang ketimbang memancing ikan di sungai. Okosan ikut-ikutan malu ketika tidak bisa menjawab pertanyaan muridnya. Okosan ikut-ikutan lebih menghargai ilmu daripada dirinya yang menggunakan ilmu itu.

    Okosan sampai di dalam rumahnya. Anaknya yang masih kecil menghampirinya di depan kamar tidurnya sambil berkata, “Papa.. papa..”

    “Oh, alangkah indahnya jika dunia semurni dirimu, nak.”

    Okosan tersenyum. Dia mulai mengerti dengan maksud Molks, anak ingusan di kelasnya itu. Dia heran, mengapa dirinya susah-susah belajar hukum gravitasi. Padahal itu semua fana. Hanya nyata di matanya.

    Okosan terdiam, dia memutuskan menyerah dari penelitian gravitasi yang telah menyita perhatiannya selama dua puluh tahun. Dia memutuskan untuk menikmati ilmunya seperti saat dia muda dahulu. Dimana rasa penasaran adalah asas terpentingnya. Bukan rasa ngotot dan kesal yang ia pendam selama puluhan tahun.

    Setelah melakukan penelitian beberapa saat, Okosan mulai menemukan sesuatu yang berbeda. Ternyata terdapat dua kekuatan lain yang tidak terlihat selain gravitasi. Dua kekuatan ini belum dilihat oleh ilmuan manapun. Dia pun segera menerbitkan sebuah buku dan menjelaskannya ke muka dunia.


    ***​


    “Jadi karena anak ingusan itu, ayah bisa merampungkan buku Standard model : fundamental four interaction of nature?”

    “Ya. Ayah memutuskan menjadi puding. Rasakan. Jangan ditelaah.”

    Anaknya terdiam.

    “Jadi kau mengerti sekarang, tentang kelakuanmu yang menganggap dunia runtuh setelah gagal ujian masuk sekolah penulis?”

    Anaknya kemudian mengangguk dan berkata, “Ayah bicara apa sih dari tadi? Aku tetap tidak mengerti.”

    Okosan menghela nafas kecewa

    “Nikmatilah dalam menulis, anakku. Seperti kau memakan puding.”


    Epilog

    Okosan (Glashow) terkenal pada tahun 1970 karena berhasil menemukan weak-strong interaction dan electromagnetic field. Jika Okosan terlalu mengikuti pikiran umum tentang gravitasi, hingga sekarang ia tidak akan membantu dunia dengan standard model yang bisa menjelaskan reaksi nuklir. Semua itu berkat seonggok puding.

    Puding is hope. It is.. the future.
     
    • Like Like x 1
  12. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    btw kalo itu fanfic hatoful boyfriend tambahin dolo ya judul original title nya di belakang.
     
  13. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    komen pendek aja deh.

    kebanyakan kata 'ku' nya buat gw

    karena gw gk gitu baca full ya, gw ngikut yg lain deh.

    rada kecewa juga soalnya ini gk gitu ada hubungannya dengan hatoful boyfriend. ini lebih kayak nama seseorang diganti jadi okosan trus sesuatu diganti jadi pudding.

    ato mungkin penulisnya malah blom pernah denger hatoful boyfriend.

    oh well.

    ada lumayan banyak referensi yg gw gk terlalu ngerti. mungkin kalo referensinya lebih sederhana cerita ini bisa lebih gw nikmati.
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Jul 8, 2015
  14. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Ya rasanya ane memang masih butuh latihan deh :hehe: . Ya, nanti kedepannya ku usahakan untuk lebih baik lagi
     
  15. Karin99 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 23, 2014
    Messages:
    29
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +6 / -0
    yup. aku gak perna denger hatoful boyfriend. Aku hanya menulis karangan yang terinspirasi gambar puding yang di post.
    kalau fanfic malah lebih ke arah fic cerpenku dengan nama judul yang sama. Btw Thx for reading. :D
     
  16. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    ya intinya gimana yah. well gw perhatiin sih situ kalo nulis rata2 pas buat event doang sih, jadi mungkin kerasa lebih kayak suatu kewajiban ketimbang bt have fun.

    mungkin kalo udah biasa nulis tanpa merasa mesti terbebani dsb. bisa lebih ngalir lagi feelnya, cobain aja deh.

    ya sama2

    kalo situ tertarik ama hatoful boyfriend monggo dicek. ceritanya lumayan berkesan sih buat gw.
     
    • Like Like x 1
  17. HartantoShine M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Aug 18, 2012
    Messages:
    7,794
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,997 / -0
    Namaku Heart sekarang kuberumur 17 tahun.
    Entah kenapa tiba-tiba kuingin tahu arti dari namaku Heart, padahal kalau dilihat dari nama jelas-jelas artinya hati.
    Kubertanya pada ayah dan Ibu, tetapi mereka hanya berkata "Artinya hatikan kau tahu itu"
    "Ya kutahu artinya hati, tapi aku kenapa diberi nama Heart"
    Ibuku berkata "Sudah cukup kau tahu artinya hati"
    Akhirnya kutak bertanya lagi, dan langsung menuju ke kamar.

    Esoknya kusemakin penasaran, kenapa Ayah dan Ibu tidak memberitahu semuanya, darimana asal dan kenapa kudiberi nama Heart.
    Akhirnya kupergi kerumah bibiku dan bertanya "Bi, nama Heart itu berasal dari mana dan apa artinya".
    Bibiku menjawab "Artinya hatikan, kalau berasal darimana bibi gak tahu"
    Lalu kumenjawab "Terima Kasih Bi, kupulang dahulu"

    Malamnya kumendengar pembicaraan Ayah dan Ibu
    Ayah : Itu ada apa anakmu bertanya-tanya tentang namanya
    Ibu : Gak Tahu, makanya dulu kubilang juga apa jangan diberi nama itu pasti suatu saat dia tanya
    Ayah : Kan saat itu kuhanya kepikiran Nama itu, bagaimana ini?
    Ibu : Kita harus cari solusi secepatnya.
    Ayah : Ya benar, besok kita baru pikirkan ayo tidur dulu.
    Ibu : Baik.
    Setelah kumendengar itu kumalah merasa ada yang gak benar ini.

    Besoknya Ayah dan Ibu pergi pagi-pagi sekali, tidak seperti biasanya mereka pergi pagi buta begini, kuikuti mereka secara sembunyi-sembunyi.
    Kulihat mereka menuju ke sebuah makam di dekat rumah dan menuju di sebuah makam tanpa nama, lalu kudengar mereka bicara
    Ayah : Dulu gara-gara ingin punya anak kita bunuh mereka
    Ibu : Iya dan nama itu adalah nama Ibu kandungnya, keluarganya yang sekarangpun bukan keluarganya
    Ayah : Suaminya teman kerjaku, lalu saat mereka pulang dari RS setelah Istrinya melahirkan kita sekap lalu kita bunuh
    Kuterkejut ternyata namaku berasal dari nama Ibuku dan Orang Tua Kandungku dibunuh (kumarah, sedih sekaligus ketakutan)
    Ibu : Lalu kita ambil anaknya, dan kau beri nama Heart hanya karena ingat nama Ibunya
    Ayah : Iya maaf, kugak sadar kalau itu bisa membuat masalah, tapi Polisi kok bisa gak tahu kalau mereka sudah mati
    Ibu : mungkin karena kita rapih dalam membunuh
    Saat itulah tiba-tiba terlintas dalam pikiranku untuk membunuh mereka.

    Keesokan harinya kubertanya pada mereka "Ayah Ibu bagaimana kalau kita pergi tamasya sebentar"
    Ayah menyetujuinya, akhirnya kami pergi ke sebuah Tempat Rekreasi yang ada Air Terjunnya, kuajak mereka kesana dan sampai disana saat jalan berbatu batu di atas air terjun kubertanya "Apa benar kalian membunuh Orang Tua Kandungku", mereka berdua terkejut dan kukeluarkan pistol yang biasa disimpan Ayah yang membesarkanku dan kucuri saat malam hari sebelum kami berangkat, kuberkata "Kalian membesarkanku diatas kebohongan membunuh Orang Tuaku, Orang Tua memberi nama itu pasti ada artinya bukan asal memberi nama seperti kalian, kalian terjun atau kutembak". Ayah berkata " Kami membesarkanmu, masa mau kamu bunuh", di saku belakang kukeluarkan pisau dan kutebas-tebaskan ke arah mereka, mereka mundur dan tergelincir dan akhirnya meninggal dalam derasnya air terjun.

    Polisipun menyatakan kejadian itu kecelakaan di Air Terjun, setelah itu kucari-cari keluarga kandungku, dan akhirnya kutemukan nenekku, dari sanalah kutahu arti nama Heart, yang berarti manusia yang mempunyai Hati sebagai manusia. Mendengar itu kulangsung sedih dan menangis maafkan aku Ayah Ibu kutidak bisa menjaga nama Heart yang berasal dari nama Ibu, meskipun bukan kalian yang memberi nama.

    Genre Mysteri kira2 :lol:


    Terima kasih :xiexie:

    :angel:
     
    • Like Like x 2
    Last edited: Jul 11, 2015
  18. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    komen dulu buat Karin99Karin99 dan HartantoShineHartantoShine
    EYDmu, say. Well sebenernya bukan EYD sih tapi lebih ke pemenggalan antar kalimat yang rasa2nya agak gak pas :iii: contoh :

    imo ini bisa disatuin jadi :

    soal ceritanya sendiri aku enjoy sih. well aku gak baca hateful boyfriend, tapi konsep ceritanya menarik. idem ama mod high, ada beberaapa bagian teknikal yang rada bikin pusing. kalo bisa dijelasin lebih detail mungkin bisa lebih bagus lagi :hmm:

    well, to be honest, penulisannya masih belum bisa dibilang bagus sih.

    soal jalan ceritanya sendiri lumayan menarik, sayangnya gara2 penulisan yang masih rada2 gimana gitu, jadinya yah...

    welp, practice makes perfect. keep writing :peace:

    sering2 main ke lonje juga atuu :peace:
     
    • Like Like x 3
    Last edited: Jul 11, 2015
  19. Karin99 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 23, 2014
    Messages:
    29
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +6 / -0
    cuman googling aja dapat versi web dan gak jelas tentang puding.
    ketawa banget pas baca "puding is a future" :D
    Cari yang aslinya di mana?

    Awalnya aku ingin menulis efektif seperti itu. Tetapi kuputuskan menjadi dua kalimat karena penggunaan kata "yang" yang berlebihan. Entah mana yang benar. thx udah dibaca. kedepan solusinya mending penulisan keterangannya didelete.
    btw lonje imagination chapternya ilang kemana? gak ada sate kelincinya lagi :D
     
  20. HartantoShine M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Aug 18, 2012
    Messages:
    7,794
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,997 / -0
    Kugak terima :oii: :lol:

    Terima kasih pencerahannya, kumasih nubie emang di penulisan :malu1: :xiexie:

    Oh ya yang kurang dari penulisanku apa? Biar bisa kuperbaiki :belajar:

    :angel:
     
  21. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    well ga bisa dibilang mana yang bener mana yang salah juga sih, kerasanya pas dibaca enak mana, gitu aja :iii:

    udah lama gak nongol, imagi world sekarang diganti jadi lonje biasa :iii:

    ebuset dimarahin :sedih:

    well masalah utamanya ada di EYD ama struktur penulisan sih :hmm:

    contoh :

    penulisan yang (imo) lebih enak kurang lebih kek gini :

    wajar sebenernya, aku juga awal2 belajar gitu kok :iii:

    coba sering2 baca aja kk kalo mau memperdalam dunia penulisan, menyenangkan kok :hmm:
     
    • Like Like x 3

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.