1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Official Short Story Fiesta ~ Mari Menulis Cerpen dan Membuat Antologi Bersama

Discussion in 'Fiction' started by Fairyfly, May 17, 2015.

  1. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    hmmm....

    dat ghost at school reference.

    cerita nya mayan ringan khas situ. ya feel nya mayan dapet lah tanpa mesti bener2 kek drama.

    lawakan khas situ juga mayan bikin ngakak.

    yang berkesan itu ya endingnya jg. sederhana sih ya tapi ini membuat penasaran juga gimana kelanjutannya.

    akhir kata ya gud job lah :D
     
    • Thanks Thanks x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
  4. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    yah, lewat tanggal 20 ya, event nya saia tutup dulu kalo gitu :iii:

    next event akan diumumkan setelah didiskusikan terlebih dahulu :bloon:
     
  5. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    :swt::swt::swt:

    Sorry, an error has occurred sherlock1524! Your post is too short. It must contain a minimum of 15 characters and above.
     
  6. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Tema Kali Ini:

    Kasur

    [​IMG]
    Singkat kata, tema ini dibikin karena gw lagi males nulis.

    Jadi intinya bikin sesuatu yg berhubungan dengan kasur, entah secara harafiah atopun sebagai perumpamaan (rasa malas dsb.)

    Batas kata : 3000 (kurang lebih)

    Deadline : 22 September

    Happy writing ya
     
  7. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    kasur = ecchi :malu2:
    harusny. :malu2:
     
  8. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    ya that goes without saying lol :D
     
  9. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Roti Kasur

    Di perempatan jalan dekat supermarket 24/7 yang sekarang bangkrut, seringkali ada lewat penjual roti keliling. Ia biasa lewat waktu petang--roti yang ia jual rasanya sungguh nikmat. Konon, roti tersebut membuat yang makan mabuk kepayang sampai terbawa alam mimpi. Jenis mimpi yang dialami bisa tergantung dengan rasa roti maupun karakteristik setiap orang yang mencobanya.

    Ya, itu cerita saat dulu aku masih baru masuk kuliah si, dan pas tahun pertama sibuk sekali ngerjain tugas sampai malas keluar. Terutama tempat kos itu gedung lantai enam dan untuk keluar masuk mesti turun naik tangga. Biasa makan selalu pesan, dan pernah langganan katering berapa lama tapi masakan nya lama-lama gak gitu enak dan ongkos nya kebangetan.

    Sekarang aku pindah kos ke yang ada liftnya, jadi bisa jalan-jalan keluar leluasa. Pada waktu itu, aku sedang santai-santai saat yang lain pada sibuk skripsi. Kucoba tengok kabar dari yang biasa jaga dekat supermarket itu. Dia bilang tukang rotinya diciduk polisi lantaran rotinya punya bahan adiktif sejenis narkoba. Tapi anehnya, dia bilang, setelah kabar tersebut tidak ada kabar lanjutan, bahkan roti seheboh itu pun saja tidak masuk berita.

    "Itu cerita bang roti mah sekedar desas desus anak kuliahan buat nongkrong. Daripada keliatan gak ada kerjaan dan keliatan bloon pas dosen nya lewat. Saya yang dolo jaga setiap hari di sini aja gak pernah ngeliat bener."

    Semenjak saat itu, segala rasa penasaran kupendam sebisanya. Mungkin lantaran aku sedang malas buat skripsi, aku jadi mencari pelarian lewat roti pembawa mimpi.

    Hari berganti hari, dan saat yang lain sudah pada lulus, aku masih mengulang skripsi terus. Saat ini orangtuaku sudah memberi ultimatum—bila semester ini masih mengulang lagi, kuliahku akan langsung diberhentikan. Tahun ini adikku sudah mau lulus SMA dan mereka tidak kuat membiayai diriku bila masih gagal lagi.

    Aku jadi bingung salahku ini sebenarnya di mana sih? Dosen pembimbing sudah ditentukan dari sana terus, dan saat aku mau mencari pembimbing yang baik mereka pada sibuk semua, dan kalau ada juga mesti buat proposal yang isinya sungguh bertele-tele. Setelah ditentukan jurusan juga mereka seringkali tidak ada di tempat, dan sudah tempat pertemuan nya jauh dan aku tidak tahu jalan, kadang telat satu menit pun langsung ditinggal.

    Begitulah kenapa aku bersantai selagi yang lain masih bekerja keras dan sudah pada lulus. Namaku sudah dicoret gara-gara tidak bisa mengikuti kemauan mereka yang benar-benar tak masuk akal. Untuk menyambung nyawa, aku beralasan macam-macam dengan orangtuaku, seperti topik nya susah lah, revisi nya kebanyakan lah, dan segala perlakuan semena-mena mereka padaku.

    Mereka tak pernah coba mendengar. Selalu saja aku terus yang disalahkan.

    Ya, sebenarnya tidak jelek juga sih bila kau tak mengindahkan hal ini. Aku dapat bersantai sepanjang semester lantaran namaku sering dicoret dari daftar pas di awal awal. Setiap hari dapat dihiasi dengan bersantai-santai—bermain game, nonton film dsb. Pokoknya menjauhkan diri sebisa mungkin dari hal-hal berbau kuliah.

    Namun, rasa santai itu berubah menjadi keringat dingin saat namaku langsung dicoret pada pertemuan pertama. Saat aku sudah mulai serius untuk menyusun skripsi setelah gagal berulang kali—dosen itu langsung membuang muka dan mencoret namaku begitu saja.

    "Saya tahu topik skripsi kamu yang kemarin itu plagiat dari salah satu alumni. Cari pembimbing yang lain, dan jangan kotori reputasi saya dengan sampah seperti kamu."

    Terlepas dari perkataannya yang menusuk hati, hal tersebut sama sekali tidak masuk akal. Plaguat? Aku sama sekali tak membuat apa-apa saat semester lalu.

    Semenjak kapan dunia ini jadi tak masuk akal? Hati ini sama sekali tak merasakan apapun saat aku meninggalkan ruangan akademis. Berjalan dengan tatapan kosong dan kesadaran yang lemah. Saat sampai tempat kos aku serasa ingin tidur selamanya dan tak ingin bangun lagi. Kumatikan handphone ku dan kurebahkan diriku di kasur empuk nan nyaman, di bawah hembusan pendingin ruangan yang sejuk semilir.

    Andai hidupku tak perlu memikirkan skripsi, penolakan maupun ekspektasi orang tua. Hanya perlu memikirkan tentang bagaimana cara bernafas, berjalan, makan , tidur dan bersenang-senang. Hidup ini pasti jadi begitu indah. Orangtuaku pasti akan memaksaku kembali untuk bekerja. Di sana tak ada akses internet, makanan tidak enak dan dikontrol terus, jam tidur juga minim. Belum lagi segala cercaan dan sindiran dari pihak keluargaku yang sungguh aku benci.

    Aku lebih baik melarikan diri saja ketimbang harus menghabiskan setiap hari di neraka itu.Lari kemana? Uangku saja tidak cukup dan aku terlalu malas untuk dapat mencari kerja yang layak dan dapat membiayai hidup sehari-hari.

    Ah, begitu merepotkan.

    Xxx

    Siang itu aku tertidur; saat terbangun jam menunjukkan waktu petang. Perut terasa sangat lapar. Lantaran aku belum mengisi pulsa dan aku tidak ingin menyalakan hp, aku bergegas turun lewat lift, masih bercampur rasa ngantuk dan lapar.

    Tak menyadari sebelumnya keganjilan di lingkungan sekitar, sesampai di teras kos kulihat seluruh jalan dipenuhi kabut dan tak ada satupun bunyi kendaraan yang lewat. Biasanya setiap hari, dari pagi hingga tengah malam, pasti kendaraan macet lalu lalang tanpa henti.

    Meski kurasa khawatir, tapi rintihan perut ini membuatku terus maju. Setidaknya kabut ini membuat udara 77yang biasa panas menyengat menjadi sejuk. Sesampainya di perempatan jalan yang kosong melompong, kudengar suara jingle yang biasa ada di setiap penjual roti. Tampak siluet seorang pria dewasa mendorong gerobak berisi roti, dengan lentera keemasan menerangi jalan berkabut.

    Saat gerobak tersebut berada cukup dekat, kulihat penjual tersebut adalah seorang pria paruh baya, rambutnya mulai beruban namun langkahnya enerjik tanpa ada rasa bahwa ia sudah berumur.

    "Dek, ini mau roti kasur? Ada rasa karamel, coklat, pisang dll. Pilih aja yang adek suka. Buat yang pertama gratis deh, ntar kalau cocok ini ada harganya." tunjuk si penual pada etalase dengan penerangan seperti toko roti yang ada di mall.

    Roti yang terpampang, meski berada dalam gerobak sederhana, terkesan begitu mewah, dan harganya hampir setara dengan roti murah yang biasa kubeli di warung—sungguh tak bisa dipercaya. Omong-omong tentang roti kasur, roti tersebut agak panjang, dan biasa disobek satu persatu ke bagian yang lebih kecil sebelum dimakan.

    Kupilih rasa karamel sebagai roti yang kucoba, panjangnya kurang lebih 30 cm dan lebarnya 10 cm.

    "Dek duduk dulu ya, mau minum apa?"

    "Air putih saja."

    Si penjual menarik kursi dari laci bawah gerobak, sejenis kursi lipat yang ramping tapi ternyata cukup kuat untuk menyangga bebanku. Lalu ia memutar kenop yang ada pada gerobak, pada meja di bawah etalase, meja tersebut memanjang sedemikian rupa sampai ruangan untukku makan roti sambil merebahkan tangan di meja cukup lega. Ia lalu menarik kaki meja pada ujung yang dipanjangkan lalu mengunci ujung satunya lagi.

    Ketimbang membungkus roti itu di plastik, roti karamel yang kupesan dipotong-potong terlebih dahulu, lalu dihidangkan di piring dengan sendok dan garpu. Lalu dituang sejenis keju leleh. Baunya sudah membuat air liurku menetes.

    Meski hati kecilku merasa sedikit curiga dengan situasi ini: jalanan berkabut; hanya ada aku dan penjual roti ini—rasa lapar tak dapat kuabaikan, terlebih karena diriku hobi makan. Lantaran kerongkonganku terasa sedikit seret kuminum air putih yang dituang si penjual. Gelasnya mirip gelas root beer yang biasa ada di restoran fast food. Di pinggir jalan yang gelap berkabut, air tersebut memantulkan kilau emas lentera yang memukau.

    Air itu, sungguh menyejukkan. Rasanya sungguh berbeda dengan yang biasa kukonsumsi dari gallon. Biasa saat hari begini saat minum satu gelas rasanya tetap haus dan kering, tapi air ini langsung menyegarkan seluruh tubuhku—tak terasa haus dahaga lagi.

    Kucicip potongan kecil roti karamel dengan keju leleh. Pelan-pelan kunikmati keju tersebut sebelum mulai mengunyah roti tersebut. Tekstur nya gurih dan tebal, tak gepeng seperti roti warung. Rasa asin dan manis bercampur pas, ditambah dengan kontras hangat dingin wilayah sekitar—sungguh hal paling luar biasa yang kualami.

    Enak nian roti ini. Aku ingin menghabiskan seluruh uangku untuk makan roti, namun satu loyang saja sudah membuatku penuh. Karamel nya bukan sekedar karamel, namun berisi bahan-bahan yang ada untuk coklat mahal, ditambah beberapa jeli buah yang diselaraskan dengan rasa karamelnya. Sungguh aneh, roti dengan paket yang mewah seperti ini harganya sama dengan yang dijual di warung?

    "Aku jual murah karena ini memang hobi. Rotiku tak perlu biaya untuk buat. Bagiku bayaran terbesar itu melihat orang-orang senang menyantap roti."

    "Bolehkah aku beli semua roti yang ada di sini?"

    "Maaf, rotiku hanya untuk makan di tempat. Tapi jangan khawatir, aku selalu ke sini setiap sore. Hari ini memang tak banyak pengunjung, tapi setidaknya ada satu atau dua orang yang mampir sebelum kau."

    "Aku tak pernah melihat paman sebelum hari ini. Sudah kutunggu berapa kali di jalan sore-sore, kadang sampai malam, tak kutemui juga."

    "Soal itu—aku hanya datang ke tempat sepi penghuni. Atau lebih tepatnya, dimensi. Entah bagaimana ceritanya, kau berada di sini, dan mungkin kau ingin segera kembali. Sukar untuk cari makan bila tak tahu tempatnya. Tak ada pemandu dan orang-orang yang dapat ditanyai dekat sini."

    "Tak mau....aku tak mau kembali dan menghadapi realita. Di sini aku mau fokus makan roti saja."

    "Kalau begitu, mau air putih lagi?"

    "Tentu."

    Xxx

    Kuceritakan segala keluh kesahku pada paman penjual roti. Tentang bagaimana seluruh masa kuliahku seperti sebuah kesalahan besar. Aku tak pernah merasakan rasa senang sewaktu belajar. Semuanya seperti suatu beban tanpa adanya hadiah yang berarti--aku tak punya lagi motivasi untuk maju. Keimbang mendukungku, mereka malah mempersulit langkahku.

    Aku memang malas, tapi apakah aku pantas diperlakukan seperti sampah? Bila aku tidak dimarahi dan disalahkan atas segala hal yang tak sesuai harapan orangtuaku—dan mereka selalu marah meski seharusnya tak ada alasan untuk marah. Bila dosen pembimbing tidak seenak jidat layaknya dewa dan sadar situasi kondisi yang kualami. Bila semua prosedur yang ada tidak mempersulitku, sehingga aku dapat lulus tanpa harus menderita begitu lama.

    Paman penjual roti seperti melihatku iba. Ia memberiku sebuah roti dengan selai yang bercucuran keluar layaknya darah.

    "Makan roti ini, rasanya mungkin agak asam, tapi setelah ini, berharaplah hidupmu akan lebih baik."

    Aku tak ingat seperti apa rasa roti itu, ketimbang sebuah makanan, ini lebih seperti minum obat batuk saja, mengalir lancar masuk kerongkonganku hingga aku tak sadarkan diri setelahnya.

    Saat aku terbangun kembali, aku berada di kamarku. Aku kembali pada dunia yang tak adil ini. Saat kunyalakan hp ku, terdapat deretan log panggilan dari orangtuaku. Terdapat juga sebuah pesan yang bernada penuh kemarahan—sungguh menyakitkan hati—tak bisa dipercaya mereka dapat berkata begitu keji pada anak sendiri.

    Tapi ya, kalau aku ini memang anak pungut, pasti mereka tak akan peduli bahkan untuk memarahiku sekalipun. Mau jadi apa ya terserah. Mungkin dosen pembimbing itu marah karena aku mengkopi format dan dasar teori yang umum begitu saja karena aku begitu malas. Topik penelitian juga aku mirip-miripkan dengan yang ada di perpus dan dirasa mudah—ah....begitu ya.

    Mungkin dunia ini menjadi begitu tidak adil karena aku ini lemah. Apabila aku menjadi lebih kuat, bisa jadi aku hanya perlu memikirkan roti yang enak setiap harinya—lantaran setiap keluh kesah sudah dapat kutepis. Tapi sekarang bagaimana? Aku tak bisa menghadapi orangtuaku dan dosen pembimbingku—uang di atm sudah mau habis juga.

    Saat aku diliputi sekelumit rasa kalut, kudengar bunyi dering hp sejenak. Masuk sebuah pesan sms dari nomor yang tak kukenal.

    "Jangan cengeng. Kau bisa menghadapi semua ini. Buktinya sampai sekarang kau masih hidup 'kan?"

    Tepatnya untuk sekarang sih--berada di ambang kematian.

    "Kau bisa lakukan. Pilih jalan hidupmu sendiri, langkahkan kakimu dan capai tujuanmu. Bila bertemu jalan buntu, ingat makanan yang enak. Pikiran tak lancar saat perut lapar."

    Pada bagian attachment di sms nya, terdapat sebuah gambar roti. Saat kuklik gambarnya, kepala roti tersebut menyembul keluar dari hp. Roti kasur itu saat sudah ditarik semua lebar nya melebihi hp tapi entah kenapa bisa kendur kempis jadi cukup mudah dikeluarkan.

    Aneh juga ya roti bisa keluar dari hp, tapi masa bodo sajalah—uangku sudah menipis dan hal ini bisa bantu menghemat biaya.

    Kali ini rotinya isi pizza mayoness dengan makaroni dan aneka macam sayuran segar. Baru makan setengah saja sudah buat perutku amat kenyang. Daging dan sayur mayurnya sungguh tebal.

    Betapa bahagianya diriku bahwa setelah hari itu aku sering mendapat kiriman roti dari hp. Bukan cuma roti, namun juga kue ulang tahun, pai apel, ayam goreng, spaghetti, lasagna, kebab, sampai donburi sekalipun. Semenjak pertemuan itu rasanya dapat makan setiap harinya sungguh suatu berkah.

    Selama seminggu penuh aku menghindari topik skripsi dan setiap hari hanya makan roti kiriman dan bermain komputer—lambat laun aku kembali dengan penuh semangat.

    Sampai akhirnya wisuda pun tiba. Aku tak tahu berapa lama, namun hal itu terasa berlalu begitu cepat tanpa adanya beban maupun kesulitan yang berarti.

    Topik skripsiku kali ini adalah penelitian mengenai apresiasi roti. Tentang bagaimana industri menjajakan roti dengan branding dan iklan yang memukau namun kualitas produk yang mereka berikan tak sesuai ekspektasi. Dari segi konsumen mereka ingin mendapatkan kualitas setinggi mungkin dengan harga yang cuma-cuma.

    Sebagai pembanding, aku menghubungi nomor si pengirim roti dan ternyata itu paman penjual roti yang dulu kutemui. Aku lakukan wawancara dengannya untuk bahan skripsi, filosofi bisnisnya dan alasan mengapa ia tak begitu terkenal.

    Aku bercita-cita--setelah lulus nanti, aku akan bekerja di tempat paman itu. Aku ingin mencicipi roti paman—betapa indahnya apabila suatu saat nanti diriku bisa memanggang roti yang sungguh lezat seperti buatannya.

    Xxx

    Berapa tahun berlalu semenjak aku mulai bekerja di tempat paman. Pekerjaan nya cukup berat namun aku sangat bahagai dapat membuat dan makan roti yang lezat setiap harinya.

    Suatu hari aku terpikir akan roti berlumur darah yang ia sodori padaku.

    "Itu sebenarnya resep spesialku. Roit yang awalnya berasa getir dan memuakkan, tapi lama kelamaan akan terasa begitu nikmat bagi yang kuat menghadapi segala mual dan kantuk luar biasa yang roti itu berikan."

    Sepertinya aku mulai menyadari filosofi kehidupan paman ini. Awalnya memang tak enak tapi lama kelamaan akan menjadi begitu nikmat.

    "....sebenarnya tidak ada apa-apa sih di baliknya. Aku cuma penasaran bagaimana reaksi mereka saja. Aku sendiri tak percaya pepatah Aristotle, bagiku hidup harus dinikmati 24/7. Tak nikmat ya dibikin nikmat."

    Sebelum kembali bekerja, kutanyakan sesuatu yang mengganjal di pikiran untuk sekian lama--tentang penjual roti mabuk kepayang.

    "Itu adikku. Tentang bagaimana ia dipenjara dan dihukum mati, aku sendiri tidak tahu pasti. Tapi orang seperti dia biasanya akan hidup jauh lebih lama—ia seorang pemimpi. Rotiku sendiri tak spesial sih, aku hanya ingin membangunkan orang dari mimpi buruk mereka."

    "Seperti yang ada pada roti darah itu?"

    "Tidak harus roti itu. Aku hanya ingin agar kelezatan roti ini dapat membawa kita lebih dekat pada realita, karena di balik keluh kesah, ada banyak sekali makanan lezat yang siap disantap."

    "Hmm...."

    "Ayo kerja lagi, tempat kita tidak begitu sepi untuk dihabiskan berfilosofi." sahutnya cepat sambil kembali mengawasi oven roti.

    "Okelah paman."

    Dalam hidup ini aku punya banyak sekali pertanyaan, tapi hal tersebut tidaklah penting.

    Setidaknya aku dapat makanan lezat, penghidupan yang layak, dan dapat tidur di rumah yang nyaman. Tapi yang paling penting adalah, aku suka bekerja dengan paman.

    Semoga kelak aku dapat meneruskan usahanya sepanjang hayat, dan melanjutkan hal tersebut pada generasi berikutnya. Roti kasur ini sungguh enak, aku harap lebih banyak orang dapat mencobanya.

    Baiklah, saatnya kembali bekerja lagi.

    Tamat
     
  10. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    anyway, mungkin sebelum event ini selesai gw mau nanya aja deh :bloon:

    klo misalnya jenuh ama event ini apa mau ditutup habis ini :???: trus apa mau dibikin versi barunya ato gk usah pake event lagi
     
  11. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    klo diliat sih hiatus aja dulu keknya :iii:
     
  12. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    ya uda deh ntar tgl 22 resmi ditutup sementara event nya :bloon:
     
  13. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    oke deh berhubung lagi sepi hari ini event nya langsung ditutup aja deh :bloon:

    berhubung lagi pada males ya dihiatusin dolo, ntar kalo ada yg punya ide selain gw (dan mau jadi starter) baru dimulai lg :ngacir:
     

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.