1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Serial Detektif Indigo (SDI): Pembunuhan “dr.Kemala”

Discussion in 'Fiction' started by shani, Aug 19, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Pembunuhan dr.Kemala


    Sore ini adalah kunjungan rutinku bersama ayah ke psikiater di sebuah rumah sakit milik pemerintah daerah, kunjungan rutin setahun tiga kali dan akulah yang si pasien dari psikiater itu. Namaku Alvian, Alvian Chandra Sakti lengkapnya, usiaku 23 tahun dan baru saja lulus kuliah. Kenapa aku perlu kunjungan rutin ke psikiater? Yah karena ayah memaksaku sih sejak setahun kemarin, sedangkan penyebab utamanya adalah………

    Sedari kecil aku ini sepertinya memiliki bakat khusus diluar bakat manusia pada umumnya, terlebih lagi bakatku ini membuatku sering membicarakan yang diluar nalar dan membuatku sering berbicara sendiri – kata orang. dimulai sejak masa puber hingga di usiaku yang sekarang aku semakin jelas merasakan dan menguasai bakatku ini, walau pu seringkali ada kalanya aku tidak bisa mengontrolnya hehe. Aku seringkali melihat kejadian-kejadian entah itu dari masa lalu atau masa depan hanya dari mendengar pembicaraan dan cerita orang, dan bisa juga dari sebuah sentuhan sengaja atau tidak disengaja pada sebuah benda atau makhluk hidup. Oh ya dan aku kadang waktu melihat makhluk selain manusia (gaib), mendengar bisikan-bisikan dan suara yang tanpa wujud penyuaranya. Sepertinya bakat ini yang membuat ayahku gerah dan memaksa diriku untuk memeriksakan diri ke klinik kejiwaan.

    Psikiater untuk sesi kali ini adalah seorang dokter muda, dia menggantikan dokter terdahulu yang dinas ke daerah lain. Namanya dr. Arina, Sp.Kj usianya empat tahun diatasku, terlihat seperti tante-tante galak walau masih muda :D. Aku memasuki ruang prakteknya dan dia menyapa ayah dan diriku dengan ramah, kami duduk lalu mulailah ayah menceritakan tentang diriku kepada dokter baru ini. Seperti biasa pikiranku berada di tempat lain daripada fokus mendengarkan ceramah dokter dan alasan-alasan hiperbola yang diucapkan ayah, entah mengapa mataku tiba-tiba terfokus pada sebuah foto dengan bingkai ukuran 6R yang dihiasi setangkai bunga mawar segar yang ditempelkan di pojok kanan atas, bingkai itu diletakkan di meja pas di belakang dokter Arina. terlihat di foto itu ada gambar dua wanita masih berusia awal 20an, yang disebelah kiri terlihat jelas dari romannya itu adalah dokter Arina sendiri waktu muda dulu, dan yang di sebelah kanan seorang wanita muda berhijab yang menurutku itu adalah teman dekatnya, sekejap aku sedikit pusing setelah menatap foto itu dan tiba-tiba aku menyeletuk “belum mati kenapa fotonya dikasih bunga mbak?”

    Mendadak aku dijitak ayahku “ngomong sembarangan lagi, kamu ini sedang berobat, yang fokus dong” omel ayahku (*_*)a…..Sedangkan dokter Arina sedikit kaget dan bengong berucap “Kemala baru semingguan meninggal karena dibunuh susternya sendiri” dia mengucapkan dengan nada agak sinis. Aku hanya melongo sambil mengangguk, ayah dengan jengkel juga melihat kearahku (^o^). Gak terasa satu jam berlalu dans sesi “pengobatan” ini pun berakhir, ayah keluar dari ruangan terlebih dahulu, aku menyusul kemudian dan sebelum itu aku meminta kartu nama dokter Arina, dia memberikannya sambil berucap ketus “kalau mau sembuh berobatnya yang serius”, entah kenapa dengan sikapnya yang “galak” itu aku merasa jatuh hati sama dokter itu, padahal dia gak terlalu cakep dan lebih tua empat tahun dariku hihihi.

    Dalam perjalanan pulang ke rumah, di mobil aku mendadak merasakan rasa mual di perutku, pikirku sih paling juga cuma masuk angin, tapi samar-samar terdengar suara yang mengiba di dalam kepalaku. “Jangan……kumohon jangan pakai aku lagi..aaaaaaaaargh” dan diakhiri dengan teriakan yang memilukan. Sesampainya di rumah aku langsung menuju kamarku untuk berbaring karena rasa mual ini masih terasa. Sambil berbaring aku memikirkan celetukanku pada dokter Arina tadi dan suara dari dalam kepalaku barusan di mobil, aku jadi makin tertarik tanpa sebab yang jelas dan mulai memikirkan koneksinya secara logis.

    Aku mendapati diriku sedang berada di sebuah ruangan seperti laboratorium yang sudah terbengkalai dan kotor sekali, di lantainya terdapat banyak noda merah kehitaman yang mengeluarkan bau anyir darah. Aku melihat sebuah pintu, kudekati pintu itu dan kubuka…..aku memasuki sebuah lorong yang terlihat jelas bahwa ini adalah sebuah lorong rumah sakit. Ditemani rasa kaget dan ngeri aku melintasi lorong itu dan satu demi satu pintu pada sisi kanan dan kiri lorong itu terbuka, keluarlah satu persatu dari pintu itu…seorang pria dengan kedua kaki terpotong dan mengucurkan banyak darah duduk di kursi roda yang didorong oleh perawat pria tanpa kepala….lalu ada suster yang perutnya bolong dan mengeluarkan ular dan nanah segar….ada bocah-bocah gundul berlarian tanpa pakaian, mereka tidak memiliki wajah…..di dekat pintu yang paling ujung berdiri seorang wanita muda, seorang suster yang terlihat pucat namun kulihat tubuhnya masih utuh tak ada keganjilan sama sekali, tatapan matanya kosong dan terlihat memelas, kepalanya semakin menunduk dengan aku semakin mendekatinya. “Aku hanya sanggup sampai disini kak Kemala” ucapnya dihadapanku, kemudian kami memasuki pintu paling ujung di lorong rumah sakit itu. Suster itu kemudian berbaring di meja operasi dan mulai membuka seluruh pakaiannya, mendadak tanganku mengambil pisau bedah dan secara membabi buta langsung menikam seluruh badan suster itu…ya Tuhan ini sangat mengerikan sekali…..teriakan suster itu sangat mengerikan dan membuat iba namun tanganku tak bisa berhenti menghujamkan pisau bedah ini ke seluruh tubuhnya……dan sekejap kemudian pandanganku menjadi gelap, lalu aku merasakan diriku jatuh tak sadarkan diri……

    Aku terbangun pada pukul 09.00 pagi dengan tubuh berkeringat dan tangan ini terasa sangat lemas, dan aku seperti kehabisan nafas karena mimpi buruk tadi. Lalu aku pun mandi dan mengambil sarapan sembari memikirkan mimpi yang sangat mengerikan tadi, sebetulnya aku tidak ingin makan namun tubuh ini lemas dan harus di isi energi. Setelah sarapan hatiku tergerak untuk menyalakan komputer dan iseng mengetik “pembunuhan dokter Kemala” di google, dan sekejap aku menemukan banyak artikel terkait yang berisi rangkuman kejadian, keterangan polisi sampai kesaksian-kesaksian orang terdekat korban. Dokter Kemala ditemukan tewas terbunuh di Kota Z dengan tubuh terbakar dan tulang rahang hancur (sengaja dihancurkan tepatnya) dan semua gigi tercabut , sebagai satu-satunya bukti identitas bahwa dia adalah dokter Kemala ditemukan cincin, kalung dan kartu identitas yang tidak sepenuhnya terbakar.

    Mataku tertuju pada dompetku yang terletak di meja, pikiranku langsung fokus pada kartu nama dokter Arina kemarin. Entah mengapa aku jadi tertarik pada kematian dokter Kemala dan aku dengan sedikit harapan menghubungi dokter Arina untuk menanyakan apakah dia ada waktu di luar praktek untuk bisa aku temui, aku ingin mengajak dia kencan, alasanku asal nembak saja, mungkin sebuah kebetulan entah mengapa dokter Arina menerima ajakanku, mungkin karena aku mengajak makan dia di kafetaria rumah sakit tempat dia berkerja (*_*)v

    – bersambung –

    bagian 2: http://forum.idws.id/posts/33016363/
     
    Last edited: Aug 20, 2016
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    tolong kalo seri nya ada berapa part digabung jadi satu trit aja ya, trims :xiexie:
     
  4. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    oh iya maaf, nanti saya gabungin, yg dah telanjur bisa dihapusin gak
     
  5. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Pembunuhan “dr.Kemala” (bagian 2)

    The Revealing of a “Gift”

    Aku tiba setengah jam lebih awal di kafetaria rumah sakit tempat dokter Arina bekerja sebagai psikiater, aku memesan kopi hitam kesukaanku (entah kenapa sejak balita aku suka banget minum kopi hitam tanpa gula) sambil duduk aku memandangi suasana kafetaria ini. tak lama suasana kafetaria ini menjadi kelabu suram….aku melihat suster-suster kurus mendorong kereta jenazah, wajahnya kering keriput tanpa bola mata, seorang mantri juga terlihat sedang menyeret sebuah tubuh yang terpotong dan beberapa dokter yang terlihat keluar dari sebuah kamar operasi dengan masing-masing membawa sekeranjang janin merah…….jijik aku melihatnya. “Hai, ngapain kamu bengong” -sapa dokter Arina- aku langsung terbangun dari lamunanku (apaan tadi yang aku lihat….apakah masa lalu dari rumah sakit ini?) sapaan tadi sedikit mengagetkanku namun aku lega karena bisa kabur dari pemandangan tak mengenakkan tadi. Aku menyapanya balik sambil sedikit tersenyum malu, “kamu datang lebih awal ya, tadi memperhatikan apa sih kok sampe bengong gitu?” tanya dokter Arina, aku jawab dengan alasan seadanya saja karena yang aku lihat tadi pasti termasuk hal yang tak masuk akal untuk cewek penuh logika seperti dia. Sore itu di kafetaria aku menjelaskan maksudku menemuinya dan menanyakan tentang kematian dokter Kemala temannya itu. Dokter Arina agak keberatan namun pada akhirnya dia mau menceritakannya juga kepadaku.

    “Mayat Kemala ditemukan di area perkebunan tebu tak jauh dari rumah sakit kecil tempat dia berdinas, kondisi mayatnya mengerikan, gosong akibat dibakar, kepalanya remuk sehingga susah untuk dikenali, kartu identitas dokternya ditemukan tak jauh dari lokasi mayatnya, juga baju dinasnya yang bersimbah darah….polisi menyatakan bahwa tersangka pembunuhnya adalah seorang suster berinisial DK berdasarkan bukti yang ditemukan sebuah handphone dengan pesan percakapan korban dengan tersangka dan keterangan saksi-saksi yang terakhir kali melihat korban bersama tersangka sedang melakukan sesuatu berdua” cerita dokter Arina. Setelah dia bercerita aku berniat untuk menceritakan apa yang aku “ketahui” secara gaib dan yang aku alami semalam, dia sinis karena secara logis dia berpikir aku ini “pasien penyakit mental minor” walau bukan gila atau sinting dokter Arina menganggapku pasien yang kerap berhalusinasi (mungkin itu juga yang tertulis di catatan medisku -_-).

    Aku berpikir keras untuk meyakinkan dokter Arina agar mau mendengar ceritaku, hingga aku menemukan ide yang sebernarnya tidak aku sukai “mbak, aku ini tidak menderita sakit mental, aku ini seorang indigo” -_- waw sebual “label” yang sebenarnya aku benci terpaksa aku ucapkan untuk melabeli diriku sendiri. Mendengar itu dia mulai memandangku dengan sedikit serius, “wah sekarang kamu mulai menyebut dirimu sendiri seorang indigo” kata dokter Arina, aku tak habis piker bagaimana caranya agar dia mau percaya dan mendengarkan ceritaku tentang temannya, akhirnya terpaksa deh aku menggunakan kemampuan spesialku…..

    “Mbak Arina, masa kecilmu itu bandel sekali, kamu mengusili kucing tetanggamu dengan memasangkan lakban pada pantatnya…..semasa SMP kamu pernah dihukum karena corat-coret dinding toilet dengan ejekan untuk teman sekelasmu…..cinta pertamamu adalah seorang guru praktek pada masa SMA-mu namanya hmmmm Gunawan……kamu pernah jatuh dari tangga pada usia 5 tahun punggungmu membentur ujung meja hingga berdarah dan bekas lukanya masih ada sampai sekarang” ucapku tanpa berpikir. Dokter Arina melihatku dengan mulut terbuka melongo “kamu tahu darimana itu semua hah?” ucapnya dengan bingung, “hatimu yang memberitahuku mbak, aku juga tahu koq saat ini kamu make pakaian dalam warna apa”……PLAK!!! Dia melemparkan roti ke mukaku (*_*) “lusa temui aku di rumahku, jam 10 pagi saja” katanya dengan sewot sambil memberikan kartu nama pribadinya. Entah kenapa hatiku merasa senang apa gara-gara dia mulai percaya atau karena aku diundang ke rumahnya.

    Aku melihat sosok dokter Kemala sedang membetulkan hijabnya, ternyata itu di sebuah cermin, kenapa aku berada di dalam tubuh si Kemala, pikirku, kemudian tubuh ini diarahkan keluar dari toilet. Aku berada di sebuah rumah sakit, nampaknya tidak asing, ini adalah rumah sakit yang kapan hari aku lihat kotor dan penuh makhluk-makhluk aneh, tapi sekarang terlihat sangat bersih dan “normal” sepertinya aku mendapat visi yang tepat kali ini. Tubuh ini menyapa seorang suster kemudian berjalan mengarah ke sebuah ruangan pribadi dengan bertuliskan nama dokter Kemala di pintunya, suster tadi ikut masuk. Aku melihat namanya di tanda pengenal yang ditempel di baju suster itu “Devi Kurnia” apakah ini suatu petunjuk untuk pembunuhan dokter Kemala, karena inisial suster tadi pas banget “DK” sesuai cerita dokter Arina dan yang aku baca dari berita online.

    Tiba-tiba pandanganku kabur dan kepalaku terasa berat……….aku sadar kembali dan mendapati diriku sedang memegang sebuah korek api, tangan ini menyalakannya lalumelemparkannya ke sebuah tubuh penuh luka tikaman dan darah segar yang mengucur deras…..mengerikan sekali untuk dilihat bagaimana tubuh lemah itu terbakar beserta luka-luka yang membikin ngilu pikiran. Pandanganku kabur lagi…….sepertinya tempat & waktu berubah lagi…..aku berjalan menuju ke sebuah cermin dan melihat wanita berambut pendek memakai kacamata dengan make up tebal, lalu dibukalah kacamatanya…..ternyata itu adalah Kemala…dokter Kemala….lalu kurasakan diriku seperti terlempar keluar dari badan Kemala, aku melihat sekeliling dan kuperhatikan bahwa ini adalah sebuah kamar hotel, aku melihat keluar jendela untukmengetahui dimanakah aku berada saat ini, aku melihat sebuah bangunan dengan tulisan “PALAPA” menyala, aku berbalik dan melihat sebuah laptop menyala, aku dekati dan terlihat sebuah blog dengan nama “loveless.blogspot.com” dan nama bloggernya adalah “missbloodyheart”. Aku kembali menuju ke toilet dan masih mendapati Kemala di depan cermin, aku dekati dan akuterhisap masuk kembali ke dalam badannya…….dan pandanganku kembali kabur, kepalaku terasa berat sekali…..

    -Bersambung-

    bagian 3: http://forum.idws.id/posts/33016373/
     
    Last edited: Aug 20, 2016
  6. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Pembunuhan “dr.Kemala” (bagian 3)

    Perkenalan dengan “Kimi”

    Oh senangnya hatiku hari ini dokter Arina mengundangku ke rumahnya (masalah pembunuhan Kemala aku kesampingkan) padahal ini bukan pertama kalinya diriku jatuh cinta loh, sepertinya dari awal wanita semi-galak itu sudah masuk ke hatiku. Sengaja hari ini aku bangun pagi untuk mempersiapkan diri, seolah aku gelap mata karena sudah gede rasa memenangkan perhatian dari dokter Arina, kumanjakan tubuh ini dengan mandi sebersih mungkin hingga wangi sabun melekat erat di badanku. Kuambil pakaian terbaikku dari lemari, sepatu pun kubersihkan hingga terlihat baru lagi, kemudian ku menuju meja makan dan sarapan. Jam 9 pagi diriku pun bersiap di depan rumah menuggu ojek online yang sudah kupesan (aku tak punya mobil sih, ada juga mobilnya ayah dan diriku pantang untuk meminjamnya), akhirnya ojek yang kupesan datang menjemputku, bruuum, kami meluncur ke rumah dokter Arina.

    Alamat rumah dokter Arina mudah untuk ditemukan, tukang ojek yang mengantarku seakan sudah hafal arah ke rumahnya. Dua tikungan sebelum sampai di rumahnya ojek yang kutumpangi berhenti karena ada iring-iringan pengantar jenazah, sembari menunggu iring-iringan itu lewat mataku tertuju pada sebuah pos satpam di ujung tikungan pas di arah seberang kami berhenti, ada seorang gadis manis berwajah tanpa ekspresi sama sekali, dia mengenakan pakaian semacam daster berwarna biru keabu-abuan, gadis itu menatap langsung ke mataku seakan kami sudah saling mengenal. Iseng kubertanya dalam hatiku siapakah dirinya, “nanti saja kita berkenalan”, sebuah suara menggaung di kepalaku seakan suara itu datang langsung dari samping telingaku………Sekejap kepalaku menoleh lagi kearahnya namun gadis itu sudah lenyap, aku jadi yakin dia bukan manusia.

    Akhirnya sampai juga di rumah dokter Arina, rumahnya terlihat masih model 80an hanya pagar dan taman yang tampaknya direstorasi dengan sentuhan arsitektur modern. Kupencet bel di balik pagar dan muncul seorang lelaki paruh baya memakai pakaian batik, “mencari siapa nak?” tanyanya, kujawab maksud kedatanganku kemari dan dibukalah pintu pagar, “duduk saja di kursi teras, biar kupanggilkan anakku” katanya dan aku mengiyakan. Ternyata lelaki itu bapaknya pujaan hatiku (saat ini), rambutya sudah putih rata namun badannya masih tegap (mungkin seorang purnawirawan kali yah), “Arina sudah saya beritahu kamu datang, tunggu saja yah saya mau melayat ke RT sebelah” kata lelaki itu sambil berlalu meninggalkan diriku di teras rumah. Sambil duduk santai mataku berkeliling melihat taman kecil di rumah ini, namun sesaat aku merasakan sebuah getaran hawa yang tidak biasa, hawa ini bukanlah hawa yang dimiliki oleh manusia sehingga tengkukku merinding dan kepekaanku mulai menunjukkan sesuatu, “siapa lagi kali ini” tanyaku dalam hati. Aroma kamboja dan minyak jafaron mendadak ikut meramaikan suasana gaib yang aku rasakan di teras rumah ini, pikiranku jadi semakin penasaran “apakah ada yang tidak beres di rumah ini?”. Segera kutampis pikiran negatif itu karena dokter Arina adalah seorang wnita berpendidikan dan sangat menggunakan logika untuk berpikir, namun hawa ini masih ada dan seakan mengelilingi badanku. “Selamat pagi Alvian, kamu ini selalu tepat waktu yah orangnya” suara sapaan dokter Arina memecah konsentrasiku yang terfokus pada hawa tidak enak tadi, herannya kudapati hawa itu sekalian hilang dengan munculnya dokter Arina.

    Akhirnya kami berdua mengobrol, dimulai dari kujelaskan tentang diriku diluar statusku sebagai pasien mental, sedikit demi sedikit dia mulai bias menerima penjelasanku namun dia mengatakan bahwa sesuatu yang hanya halusinasi di dalam kepala tak akan bias mengalahkan logika. “Aku paham apa itu “indigo” Vin, boleh kupanggil kamu dengan Vin saja?”, “ya boleh panggil saja biar akrab” jawabku, “beberapa dokter senior pernah bercerita tentang anak-anakindigo yang pernah mereka tangani dan kejadian-kejadian diluar nalar yang terjadi waktu memeriksa mereka, tapi aku tidak percaya begitu saja…………tak kusangka saat ini diriku sendiri yang mengalaminya” katanya, sambil menatapku tajam dia bertanya “seperti apa rasanya mampu “membaca” sesuatu Vin?”, hatiku tahu apa maksud dari pertanyaan itu dan dengan senang hati kujawab. Dua jam berlalu dan kami masih asik mengobrol, hingga dokter Arina mengatakan dia ingin mengajakku bertemu seseorang, kami pun beranjak dari tempat duduk, berpamitan dengan ayahnya dan segera menuju mobil dokter Arina.

    Dia memulai sebuah percakapan kecil di mobil, “Vin, mulai sekarang panggil saja aku dengan namaku langsung, gausah pake mbak ato dokter”, “wah masih merasa muda ya, oke siap” jawabku, dan dia melirik sambil mengernyitkan dahinya. “Aku ingin mengenalkanmu pada seseorang Vin, someone that’s very special for me” katanya memulai pembicaraan lagi, “dia yang membuatku tergerak untuk menjadi psikiater, dan mungkin dengan kemampuanmu itu kamu bisa…..”; “bisa apa?” balasku, “bisa membantuku mengobati Nina, keponakanku”.

    Mendadak terjadi lagi pikiranku dibawa entah kemanakali ini, sebuah pintu merah terbuka dan kumelihat sorang gadis kecil sedang berdiri di daun jendela, seperti sadar akan kehadiranku gadis itu lalu turun dan segera berlari ke arahku, sekejap dia memelukku erat sambil menangis sejadi-jadinya. “om, Nina mau pulang, Nina mau bertemu papa dan mama lagi” katanya sambil terisak, kucoba menghapus airmata di pipinya yang terlihat dekil, gadis ini seperti tidak terurus terkunci di “kamar” ini, “Nina, om akan membantu kamu, om berjanji, sebelumnya ayo Nina ceritakan dulu apa yang sebenarnya terjadi pada Nina, dan kenapa om bisa ikut berada disini?” DHUAAAR DHUAAAR sebuah suara keras seperti mercon mendadak mebuatku dan Nina kaget, “dia sudah kembali om, tante jahat itu kembali….” Teriak Nina dengan sangat ketakutan, lalu pandanganku berubah menjadi gelap, dan semakin gelap diikuti dengan badanku yang perlahan terasa lemas…..

    Kesadaranku telah kembali dan aku masih ebrada di dalam mobil Arina yang menuju kediaman Nina. “Apakah dirimu merasa bisa menyelamatkan gadis kecil itu?” sebuah suara datang dan bergaung lagi di kepalaku, suara yangsama seperti yang aku dengar tadi pagi di perjalanan menuju rumah Arina, “siapa lagi kamu” tanyaku dalam hati sambil berusaha tenang karena aku juga tak ingin Arina gelisah, “hmm panggil saja aku Kimi, kau benar-benar pria yang hebat ya berani menjawabku” jawabnya, “kau menginginkan apa dariku?” tanyaku lagi, “tutup matamu sejenak, akan kuberitahu” balasnya yang membuatku ragu, tapi kuturuti saja karena rasa penasaran.

    “Ingatkah kamu dengan wanita itu” aku melihat seorang wanita yang berpenutup muka yang sedang sendirian bertarung dengan puluhan pria bersenjata pedang dan tombak, wanitaitu tampaknya sudah terluka. “Lihatlah anak kecil membantunya” dan kumelihat pula seorang bocah laki-laki kecil, dari perawakannya dia masih berusia sekitar 3 tahun, bocah itu berjalan ke arah wanita tadi dan tiba-tiba dari tangan bocah itu keluar ratusan bola cahaya yang disertai petir-petir menyambar ke arah puluhan pria bersenjata tadi, lalu setelah mengeluarkan “serangan” tadi bocah itu jatuh pingsan di samping wanita yang dilindunginya, aku berusaha mendekat untuk membantu mereka tapi sepertinya kehadiranku tidak diketahui oleh si wanita tersebut, kucoba bertanya namun wanita berpenutup muka itu tak menggubrisku, kusempatkan untuk melihat wajah si bocah tadi dan…………aku melihat wajah yang sangat familiar, wajahku sendiri, wajah semasa kecilku……………..Tiba-tiba dari arah belakang puluhan pria berpakaian seperti prajurit menmbus badanku bagai angin, mereka lalu mengerubungi wanita dan bocah tadi. “Mereka para pengawalku yang setia, dan benar bocah itu adalah dirimu, kau tak akan bisa mengingat kejadian ini apabila aku tidak menunjukkannya sendiri kepadamu, Pangeranku” sontak diriku terkejut mendengar penjelasan dari Kimi itu, ribuan pertanyaan seolah muncul di pikiranku tanpa bisa terjawab. “aku Kimi, salah satu ratu di alam jin, dan kau adalah manusia spesial yang bagi kami di persekutuan kerajaan Biru”

    Kubuka mataku dan kembali sadar, rasa tak percaya masih mendekap di hatiku sambil kubayangkan masa kecilku yang biasa saja. “Kenapa kau jadi keringetan begitu, AC-nya kurang dingin ya?” Tanya Arina kepadaku memecahkan keheningan, “ah tidak apa-apa kok aku hanya bermetabolisme saja” sebuah jawaban paling bego dengan asal nyeplos kuucapkan pada Arina yang sedang menyetir, “oh oke” balasnya dengan cuek. Hari ini terlalu banyak “visi” yang kudapatkan hingga badanku sedikit lelah, entah kejadian apalagi yang aku dapatkan di rumah Nina nanti.

    “Satu belokan lagi kita nyampe di rumah kakakku Vin, ingat yah jangan ngoceh macam-macam tanpa izinku” ucap Arina, “si..siap bu” diikuti dengan tatapan galak kearahku.


    -Bersambung-

    bagian 4: http://forum.idws.id/posts/33016375/
     
  7. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Pembunuhan “dr.Kemala” (bagian 4)

    Chronicles of Nina-1

    Kudobrak pintu besi berwarna merah itu dengan sekuat tenaga, BRUAAAK!!, akhirnya aku memasuki ruang utama tempat Nina disekap oleh "Wewe Gombel", kutemukan Nina tergeletak lemah di atas sebuah tikar jerami tepat di depan jendela beruji yang sudah berkarat. Kuangkat tubuhnya yang sangat lemah itu, kugendong dan langsung kakiku bergerak cepat keluar dari kamar dan menuju terowongan cahaya tempatku datang menuju alam jin ini.

    Terowongan itu sudah terlihat dan aku berlari bergegas menuju kesana, namun tiba-tiba, "WIHIHIHI!! kau tak akan mampu menghadapiku manusia, ayo lepaskan anak itu maka kuampuni nyawamu" ancam "Wewe Gombel" yang berdiri tepat di depan terowongan cahaya berusaha menghalangiku menyelamatkan Nina. "ucapkanlah Alvian, ayo kau sangat membutuhkan pertolonganku saat ini" ucap Kimi yang mendadak muncul di samping kiriku (entah datang dari mana dia), "tidak akan samai kapan pun, dan kutegaskan sekali lagi padamu, kau tak berhutang apa pun pada diriku, "kejadian" waktu itu kuanggap tak pernah terjadi, minggirlah Kimi, jin tua itu sudah berhasil membuatku "MARAH" dan aku yakin kau tahu apa yang akan segera terjadi padanya" ujarku pada Kimi dan dia pun sedikit menjauh kebelakangku, "biarkan aku membawa gadis itu "pangeran" (Kimi selalu memanggilku pangeran apabila dia menunjukkan ketakutannya kepadaku) " ucap Kimi berusaha meyakinkanku, "aku percaya padamu untuk itu, lindungilah Nina dan lindungilah dirimu juga" balasku sembari menyerahkan Nina kepada Kimi.

    Lalu kuberlari kearah "Wewe Gombel" dengan amarahku yang telah memuncak, "hahahaha kau berani melawanku manusia bodoh" tawa jin tua itu menyambutku, DUAAAK!! tendanganku tepat mengenai kepala "Wewe Gombel" disertai petir-petir kecil yang keluar dari kakiku sedikit membakar kulitnya, "KURANG AJAR KAU" teriaknya kesakitan, sembari jin tua itu mencoba untuk berdiri diriku yang sudah telanjur marah mulai menyiapkan pukulan energi seperti yang dulu pernah Kimi perlihatkan, bola-bola energi berbagai warna yang disertai kilatan-kilatan ledakan energi mulai berkumpul di kepalan tangan kanan dan kiriku dan kuhantamkan semuanya ke tubuh "Wewe Gombel" hingga tercipta sebuah ledakan yang mencabik-cabik seluruh tubuh jin tua yang jahat itu. "tolonglah aku tuan, ampuni aku yang sudah tua ini...." ucap "Wewe Gombel" lemah, kudekati kepalanya yang tergeletak lemah itu "aku sudah memintamu dengan baik-baik bahkan memperingatkanmu, sekarang aku tak akan mengampunimu Khosyii" ucapku padanya, "darimana kau tahu nama itu, mana mungkin seorang manusia bisa mengetahui nama-nama asli bangsa kami, para jin" ujarnya ketakutan dan semakin lemah, "siapa kau manusia, siapakah dirimu yang sebenarnya??.........." teriaknya dengan penasaran, dan Khosyii alias "Wewe Gombel" pun tewas, jin tua itu mati dengan rasa penasaran tentang keingin tahuannya tentang diriku. "Kimi ayo kita kembali ke alamku", Kimi pun mengikutiku ke terowongan cahaya, "seharusnya kau tadi tak perlu semarah itu, Khosyii itu bisa kau kalahkan dengan mudah, aku pun tak ingin melihatmu semarah itu pangeran" ucap Kimi sambil menundukkan wajahnya, lalu dia menyerahkan kembali Nina kepadaku.

    Kami bertiga akhirnya kembali ke alam manusia dan terowongan cahaya menghilang dengan sendirinya. Segera aku melangkah menuju tubuh manusia Nina, kemudian kubaringkan "tubuh jiwa" Nina disampingnya, dengan sendirinya "tubuh jiwa" itu menyatu dengan tubuh manusianya. Tak lama kemudian mata Nina terbuka, dengan lirih keluar ucapan dari bibirnya yang lama membisu, "mama.......mama..mamaaaaaa" ucapnya, "Ninaaaa, mama disini nak, Ninaku sayaaang kamu sudah kembali...." balas Arimbi sembari berlinang airmata.


    -SATU JAM SEBELUMNYA-


    "Vin kenalkan ini kakakku yang kedua, Arimbi" kata Arina mengenalkan diriku pada kakaknya, perempuan itu sepertinya tak banyak bicara dia menyalamiku dengan kebingungan dan dengan raut muka penuh kesedihan. "Kak, aku membawa pasienku ini.....eh anu maksudku Alvian temanku ini untuk menolong Nina" ujar Arina kepada kakaknya, "benarkah itu Rin?" tanya Arimbi dengan penasaran, "tolonglah putriku, dia sudah tiga tahun menjadi seperti sekarang ini" pinta Arimbi kepadaku, diriku sendiri juga kebingungan karena tidak mengetahui masalahnya apa dan bagaimana, "duduklah dulu, buar kujelaskan dari awal" kata Arimbi, aku dan Arina pun duduk sambil mendengarkan cerita Arimbi.

    "Semua bermula sejak tiga tahun yang lalu, aku dan suamiku membeli sebuah rumah disebuah perumahan, seminggu pertama kehidupan kami masih normal seperti biasanya. Keanehan mulai terjadi pada minggu kedua, malam hari kami sering mendengar suara seseorang sedang mandi di halaman rumah kami, suamiku seringkali keluar rumah untuk sekedar melihat, namun tidak menemukan apa-apa, siang hari seringkali aku mendengar suara wanita tua bercakap-cakap dari dapur dan kujumpai peralatan memasak kami terjatuh di lantai. Hingga suatu malam aku dan suamiku mendengar suara Nina berteriak ketakutan dari dalam kamarnya, kami bergegas menuju kesana untuk menenangkannya, tapi sungguh aneh sekali, kami menemukan Nina sedang tertidur pulas seperti tidak terjadi apa-apa. Pagi harinya kami menyadari ada keanehan yang terjadi pada Nina, dia tidak memperhatikanku dan suamiku ketika kami menyapanya, bahkan seharian dia tidak membuka mulutnya untuk bersuara sedikitpun, dia juga meminta makan hanya dengan memberi isyarat itu pun hanya di waktu-waktu tertentu, hal yang sama juga dilakukannya di sekolahnya hingga kami mengambil keputusan untuk menghentikan Nina dari segala aktifitas di luar rumah. Sudah puluhan orang pintar dan paranormal kami datangkan namun tidak ada yang mampu menyembuhkan Nina."

    "Cukup mbak, bolehkah kulihat Nina sekarang" ucapku memotong cerita Arimbi. Tanpa berkata dia lalu mengantarku ke kamar Nina, Arina yang mengikuti kami juga menunjukkan roman sedih pada wajahnya, "aku takut Vin" ujar Arina sembari memegang tanganku. Lalu sebelum sampai di kamar Nina mendadak kurasakan hawa yang sangat familiar, "Alvian, kau jangan melepaskan kewaspadaanmu, sebentar lagi kau akan bertemu sesuatu yang "jahat" dari bangsaku" suara Kimi dari dalam kepalaku, "aku siap membantumu jika kamu memintaku, makhluk itu sungguh jahat dan membenci manusia dewasa apalagi yang istimewa sepertimu" sambungnya, "kau diam saja, ini urusanku, resikonya aku yang tanggung sendiri, aku masih memiliki Tuhan untuk meminta pertolongan" balasku pada Kimi. Tak seberapa lama diriku tiba di depan pintu kamar Nina, "aku antar masuk ya Vin" ucap Arimbi kepadaku, "Nina sayang, ini mama bawa kak Alvian untuk menolong Nina" ucapnya lagi yang disambut tatapan kosong Nina.

    Tubuh gadis 9 tahun itu terlihat biasa saja karena rutin diberi makan dan dibersihkan oleh Arimbi. Keanehan mulai aku rasakan ketika aku memegang tangan "Nina" untuk pertama kalinya, sebuah rasa yang disertai perasaan aneh datang membuka sebuah visi singkat di dalam kepalaku, "ini bukan "Nina" si gadis kecil, di dalam tubuh itu tak sedikit pun ada jiwa manusia" ujarku di dalam hati. PLAK!! dengan reflek kutampar pipi Nina lalu Arina dengan cepat mendorongku dengan keras "apa yang kamu lakukan bodoh!!" ucap Arina dengan keras kepadaku, Arimbi yang kaget hanya membuka mulutnya tanpa berkata apa pun, "aduuh apaan sih Rin, kau lihat saja "Nina" sebentar lagi akan berbicara" jawabku, tiba-tiba semua mata tertuju pada sosok "Nina" yang tiba-tiba berdiri dan mengarah padaku, "KURANG AJAR KAU MANUSIA, BERANINYA KAU MENAMPARKU AKAN KUBALAS KAU KARENA BERANI MENGGANGGU URUSANKU" sebuah suara seperti suara laki-laki keluar dari mulut "Nina" dengan penuh amarah, semua yang ada di kamar terkejut kecuali diriku.

    "Jangan banyak omong kau jin lemah, makhluk bangsat sepertimu harus kusiksa dengan mengerikan" balasku pada "Nina" lalu dengan cepat aku berlari membelakangi "Nina" dan kupegang erat tengkuknya, dalam hati aku berdoa membaca ayat-ayat suci, "AAAAARGH LEPASKAN AKUUU, PANAS SEKALI INI AMPUUUUN AMPUUUUUN, AKU HANYA SURUHAN, DIA YANG MENYURUHKU, AMPUNI AKUUUU........." teriak "Nina" tak lama kemudian teriakan-teriakan yang meminta ampun itu berhenti, tak kutemukan lagi hawa aneh di dalam tubuh Nina, pertanyaanku sekarang adalah "bagaimana mengembalikan jiwa Nina yang asli"..........

    "Aku tahu cara menjemput jiwa gadis itu, tapi......." ujar Kimi, "tapi apa, kau sepertinya mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan kejadian ini" balasku, "bukan itu, diriku sama sekali tidak tahu apa pun, aku hanya sedikit mengetahui bagaimana cara bagimu untuk menyelamatkan jiwa gadis ini, tapi resikonya besar sekali karena...." Kimi terdiam, "karena apa Kim, lanjutkan saja aku penasaran" tanyaku, "aku ragu apa kau masih sanggup untuk berkelana ke alamku dengan selamat, mungkin jika kau ingat bagaimana dulu kau pernah menyelamatkan aku, akan terbuka lagi kemampuanmu untuk menembus dimensi, dengan begitu kau bisa memasuki alamku dengan selamat" jawab Kimi. Ucapan Kimi itu memaksaku untuk mengingat-ingat lagi bagaimana dulu aku bisa memasuki alam jin dan menyelamatkannya, padahal kejadiannya saja tak sedikit pun pernah aku ingat, atau bahkan serasa belum pernah kualami sebelumnya, masih terbesit di benakku kalau itu hanya halusinasi yang dia tunjukkan untuk memanipulasi diriku.

    "Aku ambil resikonya, ayo beritahu aku" mendengar keputusanku itu Kimi dengan perasaan ragu menyuruhku berbaring. Lalu kutanyakan pada Arimbi yang masih shock untuk menyediakan alas untuk diriku berbaring dan dia bergegas mencarikannya, sementara Arina dengan menatap sedikit takut kearahku dengan setia menjaga serta memegangi tubuh Nina yang terkulai tak berdaya di tempat tidurnya. "Akan kubantu sampai Nina sembuh, kau jaga saja tubuhnya, bantu kami dengan doa dan tetap tenang" ujarku kepada Arina, kemudian Arimbi datang kembali dengan membawa alas tidur untukku berbaring, "kalian berdua jangan hiraukan apabila selama diriku berbaring terjadi gangguan lain, jaga saja Nina dan jangan pedulikan apabila ada suara yang menyerupai suara Nina, tetaplah dikamar ini, oke!" pintaku sebelum aku memulai "kelana dimensi", lalu kubaringkan tubuhku dan mulai menutup mata.......

    -BERSAMBUNG-

    Bagian 5: http://forum.idws.id/posts/33016385/
     
    Last edited: Aug 20, 2016
  8. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Pembunuhan “dr.Kemala” (bagian 5)

    Chronicles of Nina-2

    Sekejap di dalam gelap kudengar suara Kimi menuntunku "teruslah berjalan kedepan, sebentar lagi gerbang itu akan kau temukan" ucapnya, perlahan aku mulai melihat cahaya putih terang kebiru-biruan dan tanpa ragu kupercepat langkahku menuju cahaya itu, tetapi begitu mulai mendekati cahaya itu kumendengar suara "siapa yang mengijinkanmu menggunakan pintu ini, manusia?" ucap suara tersebut yang lalu disertai kemunculan sosok seorang kakek berjubah hitam, "aku yang mengajaknya kesini Katir, dia si pangeran itu" jawab Kimi pada sosok kakek tadi, "oh ternyata yang mulia Ratu Kimi, hamba tak akan ikut campur lagi, namun apakah manusia ini tahu syarat untuk melewati pintu ini wahai Ratuku?" kata kakek itu, "dia belum tahu, tapi aku yakin dia bisa, bersiaplah untuk takjub Katir" jawab Kimi, diriku yang dari tadi mendengar mereka bercakap-cakap lalu bertanya, "apa maksud kalian kakek Katir tadi, eh itu namamu kan kek? Kimi apa yang tidak aku ketahui disini ayo beritahu aku?" tanyaku dengan heran, "untuk bisa melewati pintu itu kau harus menyebutkan ketujuh nama mereka, kau pasti bisa, yakinlah pada hatimu dan ucapkanlah tanpa ragu, aku tak bisa membantumu memanggil mereka untukmu pangeran" balas Kimi. Semakin bingung aku dibuatnya, akhirnya aku harus memutar otak untuk bisa memecahkan teka-teki aneh ini. Kuingat lagi pada waktu diriku yang bocah itu menolong Kimi, lalu kugali dan kugali lagi hingga akhirnya aku mengingat suatu kenangan yang tertancap dalam dihatiku, kenangan pada saat diriku akan dilahirkan oleh ibuku, entah bagaimana aku selalu mengingat sesaat sebelum diriku dilahirkan di kegelapan alam rahim muncul sebuah terowongan cahaya di dalamnya ada tujuh cahaya putih yang lalu berubah menjadi sosok berbadan manusia dari cahaya putih pula, ketujuh sosok itu lalu menawarkan kepada diriku untuk memilih terlahir untuk ikut mereka dan menjadi pemimpin mereka atau terlahir sebagai anak dari ibuku, dan kujawab kalau diriku memilih terlahir sebagai anak dari ibuku, lalu mereka berpamitan dan pergi lenyap begitu saja menuju terowongan cahaya putih kebiruan. Dari situ aku mulai paham namun bagaimana mungkin diriku mengetahui nama-nama mereka, mendengarnya saja belum pernah!?, tanpa banyak tanya lagi kudekati pintu cahaya itu lalu secara asal mulutku menyebut tujuh nama yang belum pernah aku dengar sebelumnya "Haaz, Alkariiq, Muzhaf, Sukho, Alkatiri, Syaam, Eezwan" setelah itu perlahan muncul tujuh bola cahaya mengelilingi tubuhku, ketujuhnya lalu perlahan berubah menyerupai tubuh manusia, "kau memanggil kami setelah sekian tahun, sekarang kau telah dewasa maka terimalah peberian kami ini untukmu, pangeranku jaga dan bimbinglah Kimi, kami menyerahkannya padamu" ucap mereka, lalu salah satunya menyodorkan tangannya hingga menembus badanku, entah apa yang dimasukkannya, setelah itu mereka tiba-tiba lenyap. Kimi mendekatiku dan mengajakku untuk melewati pintu itu, "pangeran, jagalah Ratu Kimi disana" ujar Katir kepadaku, aku menoleh padanya dan mengangguk, lalu kulangkahkan kakiku dan Kimi menuju sebuah terowongan cahaya.

    Di dalam terowongan cahaya itu diriku berjalan bersama Kimi, tanpa kusadari dari tadi ternyata matanya berlinang dengan airmata, "jin juga bisa menangis ya?" tanyaku, "ketujuh leluhurku tadi begitu berharap padamu sebagai penyelamat dunia kami, mereka bahkan menyerahkanku kepadamu sejak kau belum lahir, kau adalah yang terpilih untuk mengakhiri perang di duniaku, di alam jin yang sudah terpecah ini" jawab Kimi sembari memelukku dari belakang dengan erat. "Kimi....aku tak tahu bagaimana sesungguhnya situasi di alam jin, duniamu, tapi dari beberapa tahun yang lalu sudah kurasakan sebuah ketidak seimbangan yang terjadi, dan hal itu berefek juga ke dunia manusia, alam fana yang juga rapuh akan perang di sebagian wilayahnya", mendekati pintu keluar terowongan cahaya kurasakan ada yang tidak beres di seluruh badanku, sebuah rasa seperti sebuah kekangan yang menyulitkanku untuk bergerak, "kita sudah sampai, ikuti aku" kata Kimi dan kuikuti dia melewati pintu keluar dari terowongan cahaya.

    Kami keluar dari terowongan itu dan langsung berada di sebuah ruangan berupa kamar yang kotor sekali dan banyak noda menghiasi dinding serta lantainya. Entah kenapa mendadak aku pun merasa mual dan lemah sekali, sepertinya diriku belum terbiasa dengan alam ini, Kimi yang mengetahui kondisiku memelukku dari samping "Alvian kau belum terbiasa disini, kau harus beristirahat dulu dan ada beberapa hal yang harus aku jelaskan padamu" ucap Kimi, "tak ada waktu untuk beristirahat, Nina harus segera kita temukan" balasku, "kau tak perlu mengkhawatirkan tentang waktu, aliran waktu di duniku dan duniamu berbeda, sekarang dengarkan aku, di dunia ini kau tidak akan merasa lapar atau pun haus, tapi kau masih bisa merasakan sakit, di duniaku ini energi menjadi sumber makanan utama, energi juga merupakan senjata, dan untuk berbicara ada kalanya kau tak perlu membuka mulutmu sama sekali, gunakan batinmu, hatimu, jin itu makhluk yang sangat sensitif jadi jagalah lisanmu di dunia ini, lalu ada pantangan bagi kami untuk dipanggil dengan nama asli oleh makhluk selain kami" ujar Kimi memberi penjelasan. Setelah sebentar beristirahat badanku sudah mulai enakan, lalu kulangkahkan kaki menuju sebuah pintu yang sepertinya menuju ke bagian lain dari tempat ini, "Kimi, sebaiknya kau kembali saja ke tempatmu, aku bisa mengatasinya sendiri disini" ucapku pada Kimi, "aku tak akan membantahmu pangeran, semoga kau berhasil menemukan gadis itu, dan kau boleh memanggilku kapan saja apabila kau membutuhkan aku, walau pun tidak ada diriku kau pun tidak pernah sendiri, pangeran" balas Kimi, aku jadi berpikir apa maksud dari "diriku tidak pernah sendiri", ah sudahlah biar kupikirkan di lain waktu sajalah, Kimi pun berpamitan dan secara perlahan dia lenyap seperti angin di hadapanku, aku kembali menuju pintu dan bersiap untuk menelusuri tempat ini untuk mencari Nina.

    Kubuka pintu itu dan melangkah memasuki sebuah lorong yang sangat panjang dengan beberapa pintu dari kayu yang sudah terlihat berlumut, terdapat gembok di masing-masing pintu tadi, langkahku terhenti ketika berada pas di tengah-tengah lorong itu, kurasakan hawa sangat jahat dari arah depanku, lalu datanglah segerombolan asap hitam pekat dan berbau sangat busuk menerobos dari arah belakangku, asap itu lalu berkumpul menggumpal jadi satu di hadapanku dan mulai membentuk sebuah sosok, semakin jelas bentuk dari sosok itu dan semakin sangar pula hawa jahat yang kurasakan dan kurasakan lagi rasa mual serta rasa sakit di kepalaku, akhirnya lengkap sudah wujud fisik dari sosok tadi dia menyerupai seorang wanita tua bertubuh raksasa dengan rambut putih kekuningan yang terurai panjang sampai ke lantai, kulitnya di beberapa bagian bersisik, kukunya panjang-panjang dan sesekali mengeluarkan asap busuk berwarna coklat dari mulutnya yang bertaring, bola matanya melotot keluar dan makhluk ini hanya memakai sebuah celana dalam putih kotor dan bernoda dan sisanya tak mengenakan apa pun di tubuhnya.


    "IHIHIHIHI, kau berani kemari manusia, lancang sekali kau memasuki rumahku tanpa permisi,tujuanmu kemari pasti untuk mengambil bocah manusia itu, lupakanlah, dia adalah budakku sekarang, jiwanya merupakan sumber energi untuk makananku WIHIHIHIHIHI!!" kata makhluk itu dengan sombong lalu dia mendekatiku dengan cepat, badanku yang menjadi lemah tiba-tiba diangkatnya dan dibanting, setelah itu ditendangnya perutku, aku benar-benar tidak berdaya menghadapi jin tua ini. Rambutku dijambak dan diseretya tubuhku menuju sebuah kamar, kemudian kulihat dia dengan kukunya merobek perutnya sendiri dan keluar menjulur usus-ususnya yang meliuk-liuk sperti layaknya seekor ular, lalu dengan ususnya tadi dia mengikatku di sebuah dipan yang sudah berkarat setelah itu dia memotong ususnya lalu dia beranjak meninggalkanku di kamar itu. "Kau ini....kau ini pastilah yang disebut "WEWE GOMBEL" oleh para manusia" ucapku yang membuat makhluk itu berhenti melangkah dan menengok ke arahku, "masih bisa bicara juga kau manusia tengik, anggap saja seperti itu tapi aku jauh lebih tua dari "Wewe Gombel" yang kau sebut itu hahahahaha" ujarnya sambil melangkah meninggalkan diriku yang terikat tak berdaya. Makhluk ini pastilah salah satu leluhur dari para "Wewe Gombel" golongan jin yang suka menculik anak manusia untuk diserap energinya untuk dijadikan sumber makanannya, kataku dalam hati.

    Dalam keadaan terikat dan tubuh yang melemah aku berpikir keras untuk bisa melepaskan diri dari ikatan ini, sejenak berpikir lagi lalu kumengingat kata-kata Kimi "di duniaku ini energi menjadi sumber makanan utama, energi juga merupakan senjata", dari kata-kata itu kuputar otakku untuk membuat siasat dan mempelajari sesuatu bahwa apabila energi manusia bisa jadi makanan para jin maka energi itu pun mampu dijadikan sebagai senjata juga, lalu kupejamkan mata dan sekilas kumelihat sebagaimana diriku waktu dulu menyelamatkan Kimi dari kepungan para jin jahat, kugenggam erat jari di kedua tanganku dan kufokuskan semua energi yang mampu kurasakan ke telapak tangan, "sudah saatnya kau gunakan kekuatanmu pangeran, dulu sewaktu engkau lahir kami menyegelnya di dalam tubuhmu, sehingga kau hanya mampu menggunakan sebagian kecil saja, lalu kami membuka kembali segelnya setelah kau dewasa, ingatkah engkau pangeran" sebuah suara dari beberapa orang terdengar di telingaku dan membawaku mengingat pada waktu diriku bertemu ketujuh leluhur Kimi pada waktu di depan pintu cahaya, salah satu dari mereka mendekatiku dan tangannya "menembus" ke badanku, diriku pun semakin paham lalu kutingkatkan fokusku, kurasakan rasa hangat pada kaki dan tanganku yang terikat dan BLAAAR api biru yang keluar entah dari mana membakar usus-usus "Wewe Gombel" hingga kering dan aku bisa melepaskan diri dari ikatannya. Sekarang aku fokus pada menyembuhkan diriku ini terutama badanku, dengan konsentrasi penuh kualirkan energi untuk penyembuhan diri. Aku sudah segar lagi, sekarang saatnya diriku bergegas untuk menemukan dimana Nina disekap oleh "Wewe Gombel", kumelangkah keluar dari kamar tempatku dikurung tadi dan menjelajahi rumah "Wewe Gombel", satu persatu pintu yang digembok kudobrak dengan energi yang kubalutkan di tangan kananku. Hingga kujumpai sebuah pintu kayu yang dilapisi besi berkarat, walau agak susah tapi aku berhasil membukanya dengan paksa, sekejap dari balik pintu itu seekor kera hitam besar menyerangku diikuti dengan ratusan ular hitam, sontak diriku berlari menghindari serangan membabi buta hewan-hewan tadi, sembari menghindar kusiapkan serangan berbasis energi dan kulontarkan kearah gerombolan hewan-hewan buas tadi, BLUAAAR suara ledakan energi yang sangat keras disertai potongan tubuh hewan yang tercabik-cabik, kemudian diriku melangkah kembali menuju ruangan tadi, begitu kakiku menginjak ruangan itu dari dinding- kamar muncul berbagai makhluk lagi, kali ini mulai dari pocong, kuntilanak sampai gendruwo sepertinya bersiap untuk menyerangku.

    Kupejamkan mata, dengan pikiran dan mata batinku kusiapkan lagi sebuah serangan untuk memukul mundur jin kelas rendah yang mengambil wujud hantu-hantu lokal tadi, dan berhasil mereka terpental kembali ke dalam dinding-dinding itu. "SIALAN KAU MANUSIA TENGIK, KAU TAK AKAN KUAMPUNI, KUBALAS KAU DAN KUSEKAP JIWAMU UNTUK SELAMANYA DISINI, DAKN KAU TAK AKAN BERHASIL MENEMUKAN BOCAH MANUSIA YANG KAU CARI" suara "Wewe Gombel" bergema di ruangan itu. Perasaanku mengatakan ada sesuatu di ruangan ini yang menyembunyikan keberadaan Nina karena kurasakan hawa gadis itu sangat lemah di ruangan ini, kembali kupejamkan mata dan kubertanya dalam hati "Nina...Nina..apakah kamu berada di dekat sini?", lalu entah apa penyebabnya salah satu sisi dinding di ruangan itu retak dan membawa kecurigaanku kesana, kudekati lalu kuamati tembok yang mendadak retak itu, kurasakan sebuah energi yang sepertinya menyegel sesuatu dari balik dinding ini. Kubalutkan lagi energi di kedua tanganku untuk menjebol dinding yang sudah retak itu, BRUAKK, dinding itu runtuh dan di baliknya terdapat sebuah ruangan yang dipenuhi oleh tulisan-tulisan aneh, "inikah tulisan bangsa jin, sepertinya sebuah mantra penyegelan yang sudah sangat tua" gumamku dalam hati, di ujung ruangan itu kumelihat sebuah pintu berwana merah yang kondisinya masih sangat bagus tidak seperti pintu-pintu lainnya di rumah ini, kudekati dan kuamati......astaga! warna merah di pintu ini adalah cat dari darah segar, dengan jijik kucoba untuk membuka pintu yang ternyata terbuat dari besi, kucoba menendang tapi pintu itu tak bergeming bahkan tidak mengeluarkan suara, kukerahkan seluruh energi pada seluruh tubuhku untuk mencoba mendobrak pintu itu sekali lagi........

    Kudobrak pintu besi berwarna merah itu dengan sekuat tenaga, BRUAAAK!! pintu itu akhirnya terbuka, akhirnya aku memasuki ruang utama tempat Nina disekap oleh "Wewe Gombel", kutemukan Nina tergeletak lemah di atas sebuah tikar jerami tepat di depan jendela beruji yang sudah berkarat, "akhirnya 'tubuh jiwa' Nina kutemukan, semoga diriku tidak terlambat". Kuangkat tubuhnya yang sangat lemah itu, kugendong dan langsung kakiku bergerak cepat keluar dari kamar dan menuju terowongan cahaya tempatku datang menuju alam jin ini.

    Sepanjang perjalananku menuju terowongan cahaya dari kamar-kamar yang tadinya kosong sekarang keluar berbagai makhluk dalam beragam rupa mencoba untuk menghalangiku kabur, dengan membawa 'tubuh jiwa' Nina kau hanya bisa menghindari serangan-serangan mereka. Sungguh diriku hampir kepayahan dibuatnya, serangan-serangan itu tiada henti mendatangiku, akhirnya kucepatkan laju kakiku berlari.

    Terowongan itu sudah terlihat dan aku berlari bergegas menuju kesana, namun tiba-tiba, "WIHIHIHI!! kau tak akan mampu menghadapiku manusia, ayo lepaskan anak itu maka kuampuni nyawamu" ancam "Wewe Gombel" yang berdiri tepat di depan terowongan cahaya berusaha menghalangiku menyelamatkan Nina. "ucapkanlah Alvian, ayo kau sangat membutuhkan pertolonganku saat ini" ucap Kimi yang mendadak muncul di samping kiriku (entah datang dari mana dia), "tidak akan sampai kapan pun, dan kutegaskan sekali lagi padamu, kau tak berhutang apa pun pada diriku, "kejadian" waktu itu kuanggap tak pernah terjadi, minggirlah Kimi, jin tua itu sudah berhasil membuatku "MARAH" dan aku yakin kau tahu apa yang akan segera terjadi padanya" ujarku pada Kimi dan dia pun sedikit menjauh kebelakangku, "biarkan aku membawa gadis itu "pangeran" (Kimi selalu memanggilku pangeran apabila dia menunjukkan ketakutannya kepadaku) " ucap Kimi berusaha meyakinkanku, "aku percaya padamu untuk itu, lindungilah Nina dan lindungilah dirimu juga" balasku sembari menyerahkan Nina kepada Kimi.

    Lalu kuberlari kearah "Wewe Gombel" dengan amarahku yang telah memuncak, "hahahaha kau berani melawanku manusia bodoh" tawa jin tua itu menyambutku, DUAAAK!! tendanganku tepat mengenai kepala "Wewe Gombel" disertai petir-petir kecil yang keluar dari kakiku sedikit membakar kulitnya, "KURANG AJAR KAU" teriaknya kesakitan, sembari jin tua itu mencoba untuk berdiri diriku yang sudah telanjur marah mulai menyiapkan pukulan energi seperti yang dulu pernah Kimi perlihatkan, bola-bola energi berbagai warna yang disertai kilatan-kilatan ledakan energi mulai berkumpul di kepalan tangan kanan dan kiriku dan kuhantamkan semuanya ke tubuh "Wewe Gombel" hingga tercipta sebuah ledakan yang mencabik-cabik seluruh tubuh jin tua yang jahat itu. "tolonglah aku tuan, ampuni aku yang sudah tua ini...." ucap "Wewe Gombel" lemah, kudekati kepalanya yang tergeletak lemah itu "aku sudah memintamu dengan baik-baik bahkan memperingatkanmu, sekarang aku tak akan mengampunimu Khosyii" ucapku padanya, "darimana kau tahu nama itu, mana mungkin seorang manusia bisa mengetahui nama-nama asli bangsa kami, para jin" ujarnya ketakutan dan semakin lemah, "siapa kau manusia, siapakah dirimu yang sebenarnya??.........." teriaknya dengan penasaran, "keturunannku akan terus memburumu manusia...lihat saja kau...mereka akan membalas perbuatanmu kepadaku......mereka...mereka...aaaaaakh" dan Khosyii alias "Wewe Gombel" pun tewas, jin tua itu mati dengan rasa penasaran tentang keingin tahuannya tentang diriku. "Kimi ayo kita kembali ke alamku", Kimi pun mengikutiku ke terowongan cahaya, "seharusnya kau tadi tak perlu semarah itu, Khosyii itu bisa kau kalahkan dengan mudah, aku pun tak ingin melihatmu semarah itu pangeran" ucap Kimi sambil menundukkan wajahnya, lalu dia menyerahkan kembali Nina kepadaku.

    Kami bertiga akhirnya kembali ke alam manusia dan terowongan cahaya menghilang dengan sendirinya. Segera aku melangkah menuju tubuh manusia Nina, kemudian kubaringkan 'tubuh jiwa' Nina disampingnya, dengan sendirinya 'tubuh jiwa' itu menyatu dengan tubuh manusianya. Tak lama kemudian mata Nina terbuka, dengan lirih keluar ucapan dari bibirnya yang lama membisu, "mama.......mama..mamaaaaaa" ucapnya lemah, "Ninaaaa, mama disini nak, Ninaku sayaaang kamu sudah kembali...." balas Arimbi sembari berlinang airmata.

    Waktu itu sudah sore hari, Nina dengan selamat kembali ke alam manusia, Arimbi ibu Nina sangat bahagia berurai airmata, suaminya yang kebetulan baru pulang pun tak kalah kaget, dia juga menangis bahagia, sedangkan Arina yang pada mulanya ikut bahagia karena Nina sudah kembali mendadak menyadari satu hal........."Viiin.....Alviaaaan, hei bangunlah Nina sudah kembali" teriaknya pelan sambil mengguncang-guncang tubuhku yang belum sadar. Arina panik dia tak tahu harus berbuat apa karena aku belum sadar, lalu dia memperhatikan jari pada tangan kanan bergerak seperti memberi isyarat, tanpa tahu apa artinya itu Arina kebingungan, suami Arimbi seakan tahu makna dari gerakan jari tanganku, dia berinisiatif mengambil handphonenya dan meletakkannya di jemariku yang bergerak-gerak tadi. "BAWA TUBUH INI KE KAMAR MANDI, BASAHI KEPALA DAN USAP TENGKUKNYA, ALVIAN MASIH TERTAHAN DI ALAMKU" ketik jemariku di handphone suami Arimbi, Arina yang ikut membaca pesan itu lalu membalas bertanya "kau siapa, dimana sebenarnya Alvian, kenapa kami harus mempercayaimu?", "AKU KIMI, TEMAN SEDARI KECILNYA, PERCAYALAH PADA KATA-KATAKU DAN SEGERALAH LAKUKAN YANG AKU SURUH TADI, KAU PUN JUGA INGIN ALVIAN SADAR KEMBALI KAN", tanpa pikir panjang suami Arimbi menggotong tubuhku ke kamar mandi bersama Arina, lalu mereka melakukan apa yang diberitahu oleh Kimi tadi, BYUUUR, dan aku pun sadar kembali.

    Sore itu juga kami membawa Nina ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis karena kondisinya masih lemah. Di luar ruangan tempat Nina dirawat Arimbi dan suaminya mengucapkan rasa terima kasihnya kepadaku, mereka merasa sangat berhutang budi kepadaku. "Saya pribadi ingin memberimu hadiah atas apa yang telah kau lakukan pada Nina, kami sangat berhutang besar padamu, saya sampai bingung harus membalas dengan apa untukmu" ucap suami Arimbi kepadaku, "Sudahlah saya tidak megharapkan imbalan apa pun, itu pun tadi hanya sebuah kebetulan kok saya bermain ke rumah Arina terus diajak ke rumah anda" balasku, "eh bagaimana kalau kalian merestui hubunganku dengan Arina saja" lanjut ucapanku dengan percaya diri, Arina yang berdiri di sampingku langsung mencubit pinggangku dengan keras, "seenaknya saja" omelnya padaku. Arina lalu memaksaku berpamitan pada kakaknya dan langsung menyeretku pulang.

    Arina mengantarku pulang, di dalam mobilnya dia berkata padaku "terima kasih atas apa yang telah kau lakukan pada Nina" ujarnya sambil berlinang airmata, "sekarang aku siap untuk mendengarkan ceritamu tentang Kemala, aku sudah percaya kepadamu Vin, ceritakan semua yang kamu ketahui tentang Kemala dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan kasusnya" sambungnya. "singkat saja penjelasanku, Kemala masih hidup dan dia telah melakukan tindak kejahatan yang serius".


    -BERSAMBUNG-

    Bagian 6: http://forum.idws.id/posts/33016387/
     
  9. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Pembunuhan “dr.Kemala” (bagian 6)

    (cul-de-sac) Kuldesak?


    "Ada apa dengan maksudmu itu, apakah Kemala memalsukan kematiannya sendiri?" tanya Arina dengan kaget kepadaku, "hmm katakanlah Kemala itu sedang membentuk sebuah identitas baru untuk sesuatu yang saat ini sedang diyakininya" jawabku dengan hati-hati. Arina berhenti berbicara setelah perbincangan itu, dia mengantarku sampai ke rumah, sebelum Arina pergi ke rumahnya kusempatkan untuk bertanya "dimana sebetulnya kota 'Z' tempat pembunuhan itu terjadi, mungkin aku bisa menggali suatu petunjuk yang mengantarku pada logika darisana?", dengan sedikit cemas Arina menjawab "Magetan..." jawabnya lirih, lalu dia pergi dan aku langsung menuju kamar mandi begitu memasuki rumah, mandi malam dengan air dingin untuk menghilangkan gerah seharian ini.

    Malamnya entah kenapa diriku jadi susah tidur, hal ini sebetulnya sudah sering terjadi namun malam ini sebetulnya aku sudah merasa sangat lelah, kulirik jam dinding masih menunjukkan pukul 23.39, "masih terlalu pagi untukmu tidur ya" tanya Kimi yang dengan agak malas kujawab "kamu kok gak balik ke duniamu sih, yang ngurusi kerajaanmu siapa 'yang mulia ratu' Kimi" jawabku dengan nada mengejek, "para dewan dan kakekku menyuruhku untuk tinggal bersamamu, mereka berharap aku belajar darimu" balas Kimi, "belajar apaan, kamu ini jin, masa hidupmu lebih panjang daripada manusia, peradabanmu juga sudah berkembang sebelum manusia diciptakan" Kimi tak membalas lagi. "Kenapa aku jadi kepikiran dengan kasus Kemala sih, kenal aja enggak" gumamku dalam hati, "kamu tahu ada hal yang tidak beres disana, dan kalau hal itu bisa kamu pecahkan bisa sangat menguntungkan hubunganmu dengan Arina manusia perempuan tadi" ujar Kimi yang membuatku serasa kena 'head-shot', sudahlah biar kupikirkan besok saja, rasa kantuk sudah benar-benar datang malam ini.

    Esok harinya kurencanakan untuk mencari petunjuk tentang suster bernama Devi Kurnia di internet, perempuan yang berinisial DK tersebut menjadi tersangka utama pelaku pembunuhan terhadap 'Kemala', hingga saat ini keberadaanya masih belum diketahui. Aku memulai pencarianku dari media-media sosial, kutemukan beberapa kecocokan dari foto serta nama namun semuanya berupa akun yang pasif sekali, hingga muncul inisiatif untuk melakukan pencarian berdasar kan foto, kutemukan sebuah akun dengan nama missbloodyheart, nama akun ini langsung menyegarkan ingatanku tentang visi yang kulihat beberapa hari yang lalu, tak ada posting yang berarti di dalam akun ini hingga kutemukan sebuah foto di salah satu album profilnya, sebuah foto yang menggambarkan Devi yang dipeluk dari belakang oleh Kemala dengan, sejenak lalu kucoba menerawang jauh berbekal foto ini.

    Sebuah pemandangan percintaan terlarang terjadi di depan mataku, kulihat Devi dan Kemala sedang berhubungan seperti layaknya sorang kekasih, sesaat kemudian kulihat keadaan berubah menjadi pertengkaran, sesaat kemudian mereka berbaikan kembali. Apakah ini sebuah konflik dengan latar belakang cinta pasangan sejenis? pikirku, lalu situasi yang kulihat berubah lagi, sekarang kudapati Kemala mengambil beberapa botol obat dari ruang farmasi, kubaca dari kemasan di botol itu tertulis 'morphine-sulfate inj.' hmm itu adalah jenis obat bius terlarang, Kemala mengambil cukup banyak obat itu lalu dibawa ke ruangannya, kemudian dia memanggil Devi dan memberinya beberapa botol. Gila! apa maksud dari semua ini, apakah mereka sudah kecanduan obat terlarang sehingga melakukan semua perbuatan ini. Sejauh ini belum kutemukan sebuah motif hingga pada kejadian selanjutnya kumelihat sebuah pertengkaran lagi.

    Di sebuah ruang klinik umum yang sepi Kemala terlihat marah besar pada Devi dia tak segan-segan menampar hingga menjambak rambut suster itu, entah darimana Kemala mendapat kekuatan yang mampu membuat Devi tak kuasa melawan tenaganya yang seperti laki-laki, hingga pada suatu kesempatan Devi berhasil meraih sebuah gunting dan menusukkannya ke arah perut Kemala, sempat terjatuh sejenak lalu Kemala kembali bangkit dan langsung mengeluarkan sebuah suntikan dari sakunya, dengan menahan rasa sakit dia menerjang kearah Devi yang sudah kepayahan, Devi yang sudah tak kuat untuk melawan Kemala masih berusaha menghindari serangan membabi buta yang mungkin saja bisa merenggut nyawanya, Kemala pun berhasil menancapkan suntikan yang entah berisi cairan apa ke dada suster Devi, sekitar 30 detik kemudian mulai terlihat efek dari suntikan tadi tubuh Devi mulai kejang-kejang lalu tak lama kemudian berhenti bergerak. Kemala yang menderita luka tusuk di perutnya lalu meninggalkan tubuh devi yang sudah tak bergerak itu di lantai, dia lalu menuju kamar operasi untuk menjahit luka-lukanya itu. Selesai menjahit lukanya kemala lalu kembali ke ruang klinik dimana tubuh Devi tergeletak, dia lalu membawa tubuh itu dengan bantuan kursi roda, lalu Kemala mengambil 3 botol alkohol berukuran besar dan linggis kemudian membawa tubuh Devi menuju pintu belakang rumah sakit lalu keluar menuju perkebunan tebu. Di tengah kebun tebu Kemala lalu meletakkan tubuh Devi di tanah, semua pakaian yang dikenakan oleh Devi dia lepas lalu dengan sebuah pisau bedah dia menikam tubuh Devi dengan penuh amarah, kemudian diambilnya botol alkohol yang tadi juga dibawanya. Selanjutnya adalah serupa dengan kejadian yang pernah aku lihat beberapa hari yang lalu, Kemala melemparkan korek api yang menyala ke tubuh Devi.........Kemudian Kemala melepaskan bajunya yang bersimbah darah dan meletakkannya tak jauh dari mayat Devi, pakaian Devi ia kenakan sebagai gantinya. Kemala lalu mengambil linggis yang dibawanya dan memukulkannya ke kepala Devi yang terbakar, sadis sekali wanita ini....

    Kemala kembali ke rumah sakit untuk membangun alibi bahwa Devi lah yang membunuh dirinya, darah segar yang tadi menetes dari perut Kemala dari ruang klinik umum menuju ruang operasi sengaja digunakan sebagai alibi yang sepertinya digunakan oleh polisi sebagai salah satu bukti yang menguatkan bahwa Devi adalah pelakunya. Kembali di ruang klinik umum Kemala dengan sengaja menjambak sendiri rambutnya hingga tertarik beberapa helai, lalu dibiarkannya jatuh di lantai, kursi roda yang digunakan untuk membawa Devi dan di beberapa bagian ruangan yang rusak akibat pergulatan antara dirinya dengan Devi tadi. Selanjutnya setelah selesai membangun alibi Kemala pergi meninggalkan rumah sakit......

    Aku sadar kembali dengan rasa mual di perut melihat peristiwa tadi, kepalaku serasa berputar-putar, "kamu melihat terlalu jauh, tubuhmu jadi merasakan akibatnya, sini aku obati" ujar Kimi yang lalu entah melakukan apa pada tubuhku, punggungku seakan ditiup oleh angin dingin dan sekejap menjadi hangat. "Kamu apain tadi Kim?" tanyaku, "sekedar kuelus-elus saja" jawab Kimi bercanda, "setelah mengetahui semuanya apa yang akan kamu lakukan, menyatukan logika dengan hal gaib itu tidak mudah loh" tanya Kimi, aku tidak menjawabnya karena pertanyaan itu mebuatku berpikir cukup keras, "aku harus membaca novel-novel detektif Kim, ayo ikut membaca bareng biar kamu bisa mempelajari 'logika' para manusia" ajakku pada Kimi.

    Kubaca beberapa novel detektif yang tersedia di internet sebagai referensi, Kimi yang ikut membacanya lalu berkata "Alvian coba kau buka tulisan-tulisan yang ditulis oleh kemala", aku tidak tahu apa maksud Kimi, lalu aku teringat akan blog yang pernah aku lihat di laptop Kemala pada waktu itu, "kamu tahu darimana tentang hal ini Kim, kita kan kenal belum lama ini" tanyaku heran, "aku sudah mengikutimu sejak kau lahir pangeran" jawab Kimi singkat, aku jadi semakin bingung dengan perilaku para jin ini.

    loveless.blogspot.com, Kubuka alamat blog tersebut. Semua tulisan di blog ini ditulis dalam bahasa Inggris, postingan-postingannya berupa cerpen percintaan berlatar belakang cinta sejenis, kubaca dari posting-posting awal hingga posting terakhir, semua cerita yang tertulis di blog ini adalah kejadian nyata, itulah yang kudapat dari penerawanganku di setiap postingan, dan seperti yang sudah kutebak di postingan terakhir tertulis cerita tragis "pasangan" ini, kekasihnya mengkhianatinya dan memilih untuk menikah dengan lawan jenis, dia lalu bertengkar hebat dan........membunuhnya. Kuperhatikan tanggal posting terakhir ini diterbitkan, ternyata hanya berselang dua hari sejak ditemukannya jasad "Kemala", wanita ini benar-benar seorang psikopat.

    Sekarang bagaimana caranya aku bisa membeberkan ini semua, apakah polisi akan percaya begitu saja padaku yang masih berstatus 'pasien sakit mental'?

    -Bersambung-
     
  10. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Serial Detektif Indigo (SDI): Pembunuhan “dr.Kemala” - FINALE (versi editor)


    Akhir Yang Biasa


    Sore di hari yang sama, kuputuskan untuk menemui Arina di rumahnya, disana aku disambut oleh ayahnya.

    "Arina sedang dalam perjalanan pulang, tunggulah disini kita sambil mengobrol ya, aku belum berterima kasih padamu tentang Nina cucuku" sambut bapaknya ramah, sepertinya Arimbi atau Arina sudah menceritakan perihal masalah Nina kemarin.

    Untuk pertama kalinya aku dipersilahkan masuk ke dalam rumah ini, di dinding ruang tamunya ada sebuah foto yang menarik perhatianku.

    "Maaf pak, apakah lelaki yang berseragam polisi itu bapak?" tanyaku.

    "Hahaha iya... itu fotoku 15 tahun yang lalu nak, bapak ini pensiunan polisi, Arina nggak cerita padamu ya" jawab bapak tersebut.

    "Anu pak, saya belum tahu nama bapak ini siapa, apa..." tanyaku yang langsung dibalas.

    "Namaku Irwan, panggil saja pak atau om Irwan, pokoknya jangan panggil pakdhe atau mbah, ketuaan hehehe" balasnya ramah.



    Selama menunggu Arina pulang itu, pak Irwan minta diceritakan tentang bagaimana sebenarnya diriku menolong Nina, dan aku adalah termasuk orang yang ceplas ceplos jadi kuceritakan dengan apa adanya termasuk 'kegaiban' yang terjadi itu.



    Pak Irwan juga sedikit menceritakan kalau beliau ini semasa masih aktif berdinas juga beberapa kali pernah menangani kasus-kasus yang diluar logika sehingga terpaksa mendatangkan paranormal untuk membantu mengungkapnya.

    "Arina itu anak yang berpegang pada logika, terutama setelah kejadian sakitnya Nina, selepas menjadi dokter muda dia memutuskan untuk mengambil spesialisasi kejiwaan, tapi ya beruntung banget sih dia bisa bertemu kamu nak Alvian" cerita pak Irwan.

    "Aku sendiri juga mengoleksi beberapa keris pusaka dan guci-guci, sebagian peninggalan kakeknya Arina, jadi kalau diajak ngobrol yang gaib atau klenik masih paham" sambungnya.

    "Pantas aja di rumah ini ada hawa yang tidak biasa" mulutku keceplosan.

    Langsung pak Irwan bertanya kepadaku,"Oh ya? Ceritakan dong gak apa-apa kok, mumpung anakku belum pulang", pintanya serius.



    "Ada 'putri kuning' di rumah bapak, dia berasal dari salah satu keris bapak yang seluruhnya terbuat dari pohon bambu, warangkanya dari bambu kuning yang dirajah dan sarungnya dari bambu wulung" ceritaku.

    "Be..betul sekali, aku punya yang seperti itu, pintar sekali kamu bisa menebak dengan tepat" jawabnya seraya kagum.

    Lalu kuceritakan juga deh tentang yang 'lainnya', untuk mengulur waktu menunggu Arina pulang. Satu jam lebih menemani pak Irwan mengobrol di ruang tamu iseng, kubertanya mengenai istrinya.

    "Ibunya Arina sedang menginap di rumah Arimbi, sekalian bantu-bantu untuk acara selamatan besok sore, eh kamu ikut datang juga yah, biar nanti Arina yang jemput ya"



    Tak lama Arina pun sampai juga di rumahnya, sebetulnya dia sedikit kaget karena melihat diriku sedang mengobrol akrab dengan bapaknya, ditambah aku datang tanpa janjian dulu sih.



    Selesai mandi dan mengisi perut, Arina mendatangiku, pak Irwan seakan paham lalu pergi meninggalkan kami menuju ke ruang keluarga.

    "Nekat banget datang kesini, kamu apain bapakku bisa sampe akrab begitu" tanyanya dengan menyindir.

    "Ngaco ah, kebetulan saja bapakmu dan aku punya ketertarikan di beberapa hal" jawabku enteng. Setelah sedikit basa-basi kucing kujelaskan maksudku untuk menemui Arina, kuceritakan semua hasil 'penyelidikanku' siang tadi bersama Kimi, tiba-tiba Arina memotong penjelasanku.

    "Kimi, siapa itu, waktu dirimu tak sadarkan diri nama itu juga muncul, dia memberitahukan padaku dan mas Anjas (suaminya Arimbi, kakaknya Arina)cara untuk 'membangunkanmu', dia peliharaanmu ya?" tanya Arina sedikit galak.

    Dengan hati-hati kuceritakan juga siapa itu Kimi, tentu saja wanita sekaliber Arina gak akan langsung percaya, tapi lumayan dia bisa sedikit melunak ketika kuberitahu bahwa Kimi juga berperan dalam 'pembebasan' Nina. Kemudian kulanjutkan tentang penerawanganku pada Kemala, ceritaku tentang Kemala sungguh memang diluar akal sehat, namun lama-lama Arina mulai serius menerimanya.

    Tak lupa kuberitahukan juga tentang blog pribadi Kemala yang dirahasiakannya, sungguh diriku tak habis pikir perlu cara apalagi untuk meyakinkan Arina untuk mengungkap kasus ini.



    Pak Irwan yang diam-diam ternyata mendengarkan perbincanganku dengan Arina mendadak memotong pembicaraan.

    "Aku ada teman yang bisa diandalkan kalau itu semua benar dan ada buktinya" tawar beliau.

    "Kasus ini belum berjalan dua minggu pak, dan buktinya adalah luka tusuk di perut Kemala, dan tulisan-tulisan yang dia tulis di blog itu bisa digunakan untukmembuatnya mengaku, dan bukti yang paling utama adalah dokter Kemala itu sendiri ternyata masih hidup, tampaknya dia sengaja menghilangkan identitas karena takut ditangkap atas kejahatannya" jawabku.

    "Lalu bagaimana untuk membuktikan kalau yang mayat yang ditmukan itu adalah suster Devi?" tanya Arina, mendadak aku terbengong tak mampu menjawab.

    "Nah saatnya kita bermain dengan logika" ucap pak Irwan memecah kebuntuan.





    ""P..pa..pakaian suster Devi!!, pakaian suster Devi yang diambil kemala, pakaian itu mungkin masih ada" ujarku secara asal.

    "Bagaimana kalau Kemala membuangnya atau membakarnya?" sanggah Arina membuatku buntu untuk berpikir lagi".

    "Sebenarnya bisa nanti di cros check bila saja Kemala bisa ditemukan keberadaannya" ujar pak Irwan.

    “Jika yang terbunuh itu memang Devi, kemungkinan besar ada laporan orang hilang dari kerabat terdekat Devi. Rekan kerja bisa kita mintai keterangan. Begitu juga dengan keluarga. Kapan mereka terakhir melakukan kontak dengan Devi, segala keanehan dan semua informasi-informasi seputar kehilangannya dari mereka bisa kita cocokkan dengan ‘penglihatan’ kamu Alvin”, lanjut pak Irwan.

    "Kita bisa saja menjebaknya dengan berpura-pura menjadi penerbit buku yang tertarik pada tulisan-tulisan di blognya, lalu untuk membuktikan bahwa mayat yang ditemukan itu adalah Devi bisa dilakukan uji kecocokan DNA kan pak", pemikiran cerdas yang terucap dari mulut Arina.

    "Betul sekali, cara itu juga bisa kita lakukan, dan untuk meyakinkan pihak kepolisian bahwa Kemala itu layak untuk dikejar adalah dengan melakukan tes DNA dulu terhadap mayat yang kita duga adalah suster Devi itu nak. Dengan demikian, kunjungan terhadap keluarga Devi sangat diperlukan. Selain informasi yang berkaitan dengan menghilangnya Devi, kita juga dapat menggunakan data DNA dari anggota keluarga sebagai pembanding data DNA mayat yang diduga Devi itu", sambung pak Irwan, aku hanya mampu melongo melihat bapak dan anak itu saling menyambung argumen.

    Malam itu pak Irwan memberikan sejumlah informasi yang kami bahas tadi, dan menyerahkan penyelidikan selanjutnya pada orang kepercayaan beliau di kepolisian, tanpa ragu aku setuju saja sih karena memang ruwet dan merepotkan kalau diriku sendiri yang ikut turun terlibat. (>_<)



    Dua bulan lebih telah berlalu, entah kenapa pikiranku enteng tanpa memikirkan masalah tentang Kemala ini dan aktifitasku bermain game serta berjualan online kembali berjalan.

    Suatu siang aku menerima pesan dari Arina untuk menemuinya di kafetaria rumah sakit, dia ingin membicarakan sesuatu denganku. Di pertemuan itu Arina menceritakan kalau Kemala telah tertangkap di pulau Batam, semua berawal dari uji DNA mayat yang 100% teridentifikasi sebagai suster Devi Kurnia, dan benar di perut Kemala terdapat luka robek bekas tusukan, semua alibinya mampu dibongkar oleh kepolisian, dan tulisan-tulisan Kemala dipakai sebagai alat bukti.



    "Aku tak menyangka Kemala itu berubah menjadi psikopat karena cinta sejenis, tak bisa kubayangkan seandainya waktu itu dia tertarik padaku Vin" ucap Arina dengan tatapan kosong.

    "Ah tak mungkin itu, kamu kan berjodoh denganku, dokterku sayang" balasku yang diikuti dengan cubitan Arina di pipiku.

    "Auuuuh mbakmu dan bapakmu kan sudah ngasih lampu hijau padaku Rin". (T_T)





    -Tamat-
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.