1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Sayang Kalau Dibuang

Discussion in 'Fiction' started by mabdulkarim, Mar 30, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    banyak cerita yang ane tulis yang melebih 100 halaman, tapi ditolak. Ya udah dari pada dipendem di komputer mendingan diterbitin di sini. Penulisan tergantung masa penulisan cerita...:kaget:
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    “Dunia Random, dunia dimana kebudayaan dan negara jaman dahulu bercampur dengan kebudayaan masa sekarang seperti Kesultanan Mamulk dan Ghorid di satu jaman di akhir abad ke-9.”

    “Dunia Random mencampurkan kerajaan-kerajaan masa lalu, dan modern ke dalam satu era modern tanpa meninggalkan kebudayaan dan kebiasaan mereka walaupun mereka ada di era modern. Dunia Random memiliki monster-monster namun di era modern sudah sedikit bahkan punah karena arus jaman. Dunia random juga punya 5 orang terkuat di dunia namun mereka masih merupakan manusia biasa yang mati, 4 dari mereka kuat karena sering latihan fisik yang berat dan di ubah tubuh mereka dengan teknologi canggih namun 1 orang dari mereka kuat karena kutukan golok. Dunia random merupakan dunia manusia juga di diami makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, monster, dan makhluk tak terlihat yang membuat dunia Random ber variasi.”

    “Di pertengahan tahun 898, Kekaisaraan Wilwatikta atau Majapahit menguasai daratan dari Sabang sampai Merauke dengan luas wilayah meliputi Semenanjung Malaka, Sumatra, Kalimantan, Mindanao, Sulu, Teluk Carpentaria, Papua, Sulawesi, Pulau-pulau Nusa Tenggara, Maluku,dan kepulauan Nusantara timur”

    “Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada hampir terselesaikan namun hanya satu wilayah yang ia belum taklukan, yaitu Tumasik yang ada di bawah perlindungan kekaisaran Inggris yang merupakan negara yang paling kuat setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet.”

    “Negara-negara besar di dunia Random di akhir abad ke-9 yaitu Amerika Serikat, Uni Soviet, Kekaisaran Inggris, Kekaisaran Jerman, Republik Prancis Pertama, Kekaisaran Jepang, Kekaisaran Romawi jilid 2,Dan Republik Rakyat China.”

    “Kekaisaran Majapahit merupakan ke kaisaran yang agama utamanya Hindu, tapi mayoritas di Nusantara itu 80% beragama Islam, Wilwatikta (Majapahit) memberikan toleransi tinggi kepada agama mayoritas di Negara mereka dan agama lain.”
    3
    “Kekaisaran Majapahit mempunyai Ibu kota Jabar yang terletak di hulu sungai Ciliwung dan mempunyai pelabuhan Tanjung Priok, Kekaisaran Majapahit punya banyak kerajaan bawahan yang berfungsinya seperti gubenur di wilayah-wilayah mereka seperti kerajaan Tulang Bawang yang mengkontrol wilayah Lampung dan Keraton Yogyakarta yang mengkontrol wilayah Yogyakarta tapi dibawah kekuasaan Majapahit.”
    “DIbawah pimpinan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi, wilayah Majapahit menjadi luas dan ia masih memerintah sekarang di tahun 898, Kekuatan militer Majapahit cukup kuat se-asia tenggara dan memiliki angkatan laut besar dan kuat se-Asia.”

    “Ibu kota Majapahit ada dua yaitu Jabar sebagai ibu kota pemerintahan kedua dan perdagangan tempat dimana Gajah Mada tinggal,sedangkan yang kedua yaitu Trowulan yang merupakan ibu kota pemerintahan Majapahit.”

    “Majapahit punya semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menberikan toleransi tinggi kepada agama lain dan lambang negaranya adalah Surya Majapahit, Majapahit punya kitab undang-undang Majaphit yang bernama Kutara Manawa Dharmasastra yang dibuat Yuwaraja Hayam Wuruk yang merupakan anak dari Tribhuwana Wijayatunggadewi dan ia juga merupakan pewaris tahta dari Sri Maharani Tribuhwana Wijayatunggadewi.”

    “Pasukan Bhayangkara merupakan pasukan militer dan polisi, mereka semua merupakan prajurit elit yang kebal dengan tusukan benda tajam, menguasai silat,dan bisa memainkan senjata tajam seperti keris, clurit, pisau, dan lain-lain.”

    “Pasukan Bhayangkara memakai celana putih atau hitam, kain jarik, dan kadang ada yang memakai baju serta baju loreng tapi ini baju loreng hanya berlaku untuk polisi militer, pasukan Bhayangkara militer berpakaian loreng karena jika mereka memakai baju biasa pasukan Bhayangkara, mereka bisa mati karena mereka tidak kebal dengan peluru.

    “Mereka ditakuti oleh pasukan Amerika dan Soviet Karena mereka kuat bertempur satu lawan satu bahkan satu pasukan Bhayangkara bisa menghabisi 5 tentara Amerika dan 4 tentara Soviet biasa namun Bhayangkara kalah dalam persenjataan karena persenjataan Nusantara kalah maju dibandingkan mereka.”
    4
    “Pasukan Bhayangkari merupakan prajurit perempuan dan sama kuatnya dengan pasukan Bhayangkara dan bertugas menjadi polisi militer maupun militer. Bhayangkara maupun Bhayangkari merupakan tulang punggung penjaga ke satuan Nusantara. Di tahun 898, intansi Bhayangkara dan pegawai negeri banyak korupsi namun tidak ketahuan publik dan Mahapatih Gajah Mada sedang gencar-gencarnya memburu koruptor. Para petinggi Bhayangkara polisi menutupi-nutupi kasus korupsi di intansi mereka agar tak ketahuan Mahapatih Hamangkubumi Gajah Mada. Gajah Mada dan Majapahit harus menghadapi perang dingin Soviet-Amerika yang membuat ketegangan dunia kadang meningkat dan menurun yang bisa mengakibatkan perang nuklir sedangkan Majapahit belum punya nuklir karena wilayahnya rawan gempa.”

    “Di tahun 898 muncul banyak anak-anak alay yang berkelakuan berlebihan yang menyerang anak-anak SMP dan SMA di wilayah Nusantara, budaya K-Pop serta J-Pop menjamur ke Nusantara tapi K-Pop yang lebih dominan dari pada J-Pop.”

    “Banyak Boyband dan Girlband bermunculan yang sering meniru band-band di Korea yang di kuasai dinasti Josean. Majapahit harus menghadapi kebangkitan Napoleon di Prancis dan Republik rakyat China yang mulai mendominasi dunia! Sampai-sampai produk-produk asal China ada di seluruh dunia.”

    “Gajah Mada sebagai Maha Patih bersumpah tidak akan memakan palapa, makan yang enak-enak dan mewah, dan tidak akan berpesta sebelum ia menyatukan Nusantara di bawah panji Majapahit, Sumpahnya hampir terpenuhi dan hanya Tumasik yang belum bisa ia taklukan! Apakah Majapahit akan menaklukan Tumasik? Apakah Gajah Mada bisa membawa Majapahit ke jaman keemasannya? Apakah Majapahit bisa bersaing dengan Kekaisaran Inggris yang menguasai Australia yang sering terlibat sengketa Teluk Carpentaria yang di klaim kedua pihak masuk wilayah mereka!”

    “Namun, cerita ini tidak akan membahas soal itu! Cerita ini akan membahas soal seorang bocah SMP yang baru naik ke kelas 9 yang bernama Abdul Karim. Setelah Karim dan teman-temannya naik kelas ke kelas 9,mereka harus menghadapi UN 2011-2012 yang berjumlah paketnya 5 paket dan mereka harus serius untuk memlih sma mana untuk bekal masa depan mereka.”

    udah direvisi aja biar logis ceritanya
     
    Last edited: Mar 30, 2016
  4. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    STM Panzer merupakan sekolah para calon teknisi tank di konfederasi Nusatoro. Di konfederasi Nusatoro, ada dua STM Panzer; STM Panzer Yabar yang ada di republik Yabar dan STM Panzer Wenker di Nusatoro. Sekolah STM Panzer Yabar didirikan pada tanggal 4 Agustus 881 sedangkan STM Panzer Wenker didirikan pada tanggal 15 Juni 894.

    Konfederasi Nusatoro merupakan kumpulan dari negara-negara kecil yang berjumlah sekitar 60 di kepulauan khatulistiwa yang merupakan kepulauan terbesar seantero dunia. Dengan menyandang negara kepulauan terbesar di dunia, mereka harus harus punya armada laut kuat demi menjaga kedaulatan laut konfederasi. Dan pada akhirnya, mereka buktikan kepada dunia bahwa mereka adalah negara maritim kuat dengan mengerahkan empat ratusan kapal perang dan dua kapal induk dalam operasi melawan kerajaan pembangkang di tahun 889.

    Tidak semua kapal perang berasal dari negara pusat. Rata-rata kapal perang konfederasi merupakan persatuan angkatan laut negara-negara anggota termasuk diantaranya republik Yabar. Dari empat ratus kapal perang dan dua kapal induk, hanya seratus kapal perang dan dua kapal induk yang seratus persen milik pihak Nusatoro, sisanya milik negara-negara angota. Saat ini, konfederasi bisa menyetak kapal perang termasuk kapal induk secara mandiri. Kapal-kapal tersebut digunakan militer negara-negara anggota dan pusat serta diekspor ke luar konfederasi. Rata-rata kapal perang konfederasi didominasi kapal patroli dan kapal penghancur.

    Setelah menjadi negara kuat armada laut, Mahapatih ) Modo berambisi menjadikan konfederasi Nusatoro sebagai negara yang kuat alutsista ) angkatan daratnya meningat jumlah tentara konfederasi ada ratusan ribu personil sehingga mereka butuh alat tempur bagus demi mempertahankan kedaulatan konfederasi. Untuk mewujudkannya, ia ingin konfederasi bisa mencetak tank sendiri dan itulah alasan dari terbentuknya STM Panzer. Strategi Modo dalam memperkuat militer konfederasi adalah bisa mencetak sendiri alusista dan menjualnya lebih murah kepada anggota konfederasi sehingga alusista anggota konfederasi –yang pastinya bisa mempengaruhi kekuatan miltier Konfederasi– bisa lebih banyak dibanding sebelumnya.

    Semua STM Panzer disubsidi kebutuhannya oleh pemerintah Nusatoro, pemerintah pusat konfederasi Nusatoro. Namun, STM Panzer Yabar dicopot subsidi oleh Mahapatih pada tahun 893 gara-gara ia melihat terlalu banyak kasus buruk yang menimpa Panzer Yabar seperti tawuran. Setelah mencabut subsidi, Modo memutuskan membuat STM Panzer baru dengan pihak baru. Ia bersama pihak baru mendirikan STM Panzer di Wenker yang merupakan wilayah dari kerajaan Nusatoro. Perlu diketahui bahwa status STM Panzer adalah sekolah swasta yang diberi subsidi oleh Nusatoro. Walaupun sekolah swasta, tetap saja Mahapatih memegang andil besar dalam internal sekolah seperti pengiriman lulusan ke pabrik tank daerah mana dan hidup matinya sekolah. Sekarang, hanya Wenker saja yang mendapatkan subsidi.

    Selain memperkuat darat dan laut, Mahapatih Modo juga ingin memperkuat angkatan udara konfederasi dengan membuat pesawat tempur secara mandiri.

    Kerajaan Nusatoro adalah pemimpin dari konfederasi Nusatoro dengan jabatan tertingginya adalah Maharaja Nusatoro. Saat ini, Maharaja Nusatoro berusia 17 tahun dan ia baru naik tahta pada tahun 898. Roda pemerintahaan Nusatoro dan konfederasi dikendalikan Mahapatih Modo. Hampir semua pekerjaan negara dikerjakan Modo sendirian. Akibatnya, Modo lebih terlihat seperti Maharaja daripada Mahapatih. Jika saja Modo mau mengkudeta Maharaja, kemungkinan besar akan berhasil akan tetapi itu tak akan pernah terjadi. Ia sangat loyal kepada Maharaja dan tak pernah terlintas dipikirannya untuk mengkudeta raja.

    Di dalam sistem konfederasi Nusatoro, negara-negara anggota seperti Yabar, Tulang Awang dan Pakuan memegang andil besar dalam perang, pembuatan kebijakan bersama, peraturan, dan diplomatik. Jika mayortias negara anggota tidak setuju perang berarti Nusatoro tak boleh mendeklarasikan perang kepada suatu negara, baik negara luar maupun negara anggota. Sebagai negara pusat, Kerajaan Nusatoro punya wewenang yang tak dimiliki negara anggota yaitu; mendeklerasikan perang dengan negara anggota yang dianggap pembangkang atau menyerang negara luar, politik luar negeri, mengelola keuangan nasional, dan riset teknologi. Konfederasi Nusatoro telah diakui sebagai negara yang berdaulat oleh banyak negara di dunia dengan kerajaan Nusatoro sebagai pusat pemerintahnya.

    Kerajaan Nusatoro menjadi negara pusat karena banyak negara anggota menanggap Nusatoro punya kemampuan yang layak untuk menjadi ketua konfederasi. Jika kemampuan tersebut hilang maka kerajaan Nusatoro mau tak mau turun jabatan menjadi negara anggota dan jabatan ketua akan diberikan kepada negara anggota yang dianggap layak jadi ketua. Saat ini, kerajaan Nusatoro sudah menjadi ketua konfederasi selama kurung waktu 55 tahun (844-899) sehingga nama “Konfederasi Nusatoro” sudah menjadi nama resmi konfederasi.

    ****
    Setelah subsidi dicabut, hubungan Mahapatih dengan Kepsek Panzer Yabar merenggang. Bisa saja si Modo membubarkan Panzer Yabarjika ia berkehendak namun tak pernah terlintas ide seperti itu dalam benak pikirannya.Sampai saat ini, STM Panzer Yabar masih mengirim lulusan mereka kepada angkatan militer meskipun mereka kurang bisa bersaing dengan lulusan Wenker. Pasalnya, lulusan Wenker lebih berkualitas daripada Yabar dan menyebabkan gaji yang didapatkan lulusan Yabar lebih kecil dibanding Wenker. Dalam dunia kerja Nusatoro khususnya militer, kualitaslah yang berbicara tentang masalah besar kecilnya gaji.

    Tanah STM Panzer Yabar memakai bekas tanah militer Nusatoro yang pernah menjagaYabar dalam kurung waktu 20 tahun dari tahun 850 sampai 870. Bekas tanah militer tersebut sudah menjadi hutan saat masa pembangunan STM Panzer Yabar. Tanah seluas 4 hektar yang dipakai untuk sekolah hanya 1 hektar saja, sisanya dibiarkan menjadi hutan. Hutan tersebut berfungsi sebagai tempat penyerapan air tanah di tengah krisis langkanya tanah serapan air tanah di tengah negara Yabar. Wilayah Yabar cukup kecil dan Yabar merupakan hulu dari beberapa sungai di pulau Yawana. 93% tanah Yabar dipakai untuk bangunan dan sisanya menjadi tempat penyerapan air tanah. Jadi, wajar saja kalau Yabar sering terjadi banjir. Setiap tahunnya, Yabar mengalami penurunan tanah dan terancam tenggelam semua wilayah Yabar di tahun 1000.

    Setelah subsidi dicabut, Rendi Cempaka, Kepsek STM Panzer pusing bukan kepalang. Biaya pengeluaran STM Panzer Yabar lebih besar dari pema-sukannya. Hal tersebut memaksanya untuk melakukan sejumlah kebijakan yang sangat merugikan sekolah. Mulai dari memecat semua Officeboy Panzer sampai memangkas biaya perawatan rumput Panzer ia lakukan demi memangkas pengeluaran. Akibatnya dirasakan setelah setahun berlalu; Rumput liar tumbuh dilapangan STM Panzer, toilet dan kelas kotor –gara-gara piket kelas nggak jalan, dan yang paling parahnya adalah hutan Panzer tak ada yang mengawasi.

    Untuk itu, Rendi bersama Panji Samudra, Wakapsek Panzer membuat beberapa kebijakan baru seperti; memaksa para murid yang dihukum untuk membersihkan kelas dan memotong rumput liar, dan menyuruh guru yang terlambat datang untuk membersihkan toilet. Untuk hutan, Rendi membiarkan hutan tersebut apa adanya. Anak Panzer dibiarkan Kepsek keluar masuk hutan untuk mengambil buah-buahan yang ada di hutan.

    Hutan tropis STM Panzer cukup lebat baik dilihat dari area sekolah maupun dari langit. Sedikit cahaya mentari yang dapat menyentuh permukaan tanah hutan dikarenakan saking lebatnya daun-daun yang ada di hutan tersebut. Ketika masuk ke dalam hutan tersebut, orang harus membawa golok untuk membantu mereka dalam perjalanan karena banyak semak belukar di hutan. Selain itu, banyak hewan yang hidup di hutan Panzer walaupun hewan ternak karena semua hewan asli penghuni hutan sudah kabur dari tempat tersebut pada saat pembangunan Panzer. Kalaupun ada, mungkin jumlahnya hanya 1 ataupun 2.

    Jarang-jarang ada hewan masuk ke area sekolah, kalau ada mungkin bakal dijadikan makan siang bagi anak Panzer.Hanya STM Panzer yang punya hutan di area sekolah mereka dan menjadikan Panzer Yabar istimewa dibanding sekolah-sekolah STM lain di Yabar.

    Di pedalaman hutan STM Panzer, ada satu gudang yang digunakan anak STM untuk praktek. Gudang tersebut cukup luas bangunannya dan bentuknya mirip pabrik. Untuk pergi ke gudang tersebut, cukup dengan mengikuti jalan setapak batu yang medannya berupa batako. Cukup lebar jalanan tersebut sehingga mobil-mobil bisa berjalan di jalanan tersebut. Di dalam gedung tersebut terdapat mesin-mesin yang biasa digunakan tank-tank dan mesin-mesin tersebut dijadikan modul praktek anak STM Panzer.

    Di gedung tersebut terdapat 2 buah tank yang sedang dibuat anak Panzer. Dan sekarang, kedua tank tersebut belum selesai 100% karena tank jenis Main Battle Tank tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk diselesaikan. Kedua tank tersebut sudah dibuat semenjak tahun 897 dan sudah ratusan anak Panzer mengikuti proyek penyelesaian kedua tank tersebut. Kedua tank tersebut diperkirakan selesai di akhir tahun 899. Proyek tersebut ditangani anak kelas XI dan kelas XII untuk melatih kemampuan mereka. Tank tersebut direncanakan akan dijual kepada negara pusat. Sementara itu, Panzer Wenker sedang membuat 4 tank jenis Main Battle Tank ) dan bentuknya sama seperti tank buatan Yabar karena rancangan tank dibuat oleh orang yang sama. Proyek tank Wenker dimulai tahun 897 dan diperkirakan selesai pada akhir tahun 899. Mengapa Wenker bisa mencetak tank lebih banyak dari Yabar? Karena gedung praktek mereka lebih besardan jumlah gedung lebih banyak serta anak murid mereka 2x lebih banyak dari Yabar.

    Jika Panzer Wenker menggunakan uang subsidi dalam pembuatan tank maka berbeda halnya dengan Panzer Yabar. Panzer Yabar membuat tank dari uang hasil hutang. STM Panzer Wenker dan Yabar berharap bisa mendapatkan banyak uang dengan menjualnya kepada militer pusat. Pusat tidak merasa berat membeli tank mereka, membeli tank mereka jauh lebih murah dibanding membeli tank luar negeri. Sebelum tahun 897, STM Panzer Yabar dan Wenker belum pernah membuat tank dan ini pertama kalinya mereka memulai proyek membuat tank. Sampai saat ini, tank yang dibuat Panzer Yabar dan Wenker belum mempunyai nama.
     
  5. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Jam menunjukan jam 13.00 dan terlihat Rendi duduk di kursi kayunya. Kursi tersebut diberikan nama oleh Rendi dengan nama “Kursi kepanasan Kepsek STM Panzer”. Dari tadi pagi, ia sudah siap melayani orang-orang yang ingin mendaftar sekolah ini. Akantetapi, semenjak hari pembukaan pendaftaran, belum ada satu-pun orang yang ingin mendaftar menjadi murid baru STM Panzer. Begitu pula dengandaftar ulang murid kelas 11 dan 12. Jika tidak mendaftar ulang maka dianggap keluar dari Panzer Yabar.

    Perawakan Rendi gagah, tinggi 175 cm, wajahnya tampan, berkacamata hitam –pada hari-hari tertentu, dan brewokan. Ia mudah untuk tertawa, tidak pernah serius melakukan sesuatu, dan selalu ceria di setiap saat. Rendi orangnya tak terlalu pintar tapi tahu apa yang harus dilakukannya saat terjadi masalah. Selain Rendi di ruangan ini, ada juga Panji yang sedang mengetik dokumen kerja di komputer pribadinya. Rendi memberi nama kursi yang duduki Panji dengan nama “Kursi kebijaksanaan Wakapsek STM Panzer”. Rendi sangat suka memberi nama aneh-aneh pada kursi-kursi yang ada di ruangannya dan Panji memakluminya.

    Berbeda dengan Rendi, Panji itu orang yang selalu serius di setiap saat dan jarang menunjukan ekspersinya ke orang lain termasuk sanak keluarganya. Mukanya selalu datar dan tidak pernah terlihat tersenyumataupun marah. Tingginya sekitar 173 cm, jenggotnya tipis, dan kulitnya sawo matang.

    Kepintaran dan kecerdasan Panji melebihi guru-guru di STM Panzer bahkan Rendi pun kalah dengannya dalam bidang akademik.Perlu diketahui, Panji merupakan satu-satunya tenaga didik STM Panzer lulus dengan nilai sempurna dari universitasnya dan punya gelar S3, gelar akademis tertinggi yang membuat semua guru STM Panzer dan Rendi menghormatinya. Ia masuk menjadi tenaga didik STM Panzer karena Rendi menawarkannya menjadi Wakapsek STM Panzer pada saat pembangunan Panzer. Mereka berdua sudah berteman semenjak mereka kecil.


    Panji merupakan orang yang berjasa atas terbentuknya STM Panzer. Panji memberikan kontribusinyadengan menyumbangkan banyak kayu miliknya dalam pembangunan STM Panzer. Perlu diketahui bahwa Panji merupakan pengusaha kayu ternama di Yabar. Lain hal dengan Rendi, Rendi merupakan pengusaha rempah-rempah yang tak terlalu dikenal di lingkup masyarakat. Mereka berdua dapat mengatur waktu mereka dengan baik dalam dunia kerja dan dunia pendidikan. Ketampanannya memang tak sebanding Rendi tapi kacamatanya dapat menjadi ciri khas darinya. Kacamatanya mempesona banyak wanita, tapi tidak bagi laki-laki yang normal. Jika Panji sudah beristri dan punya 2 anak serta 1 anak asuh maka Rendi sebaliknya. Di usianya yang sudah mencapai 45 tahun, ia belum menemukan jodoh yang pas untuknya.

    Rendi merasa bosan dengan situasi seperti ini, sepi dan suntuk serta panas. Ia mengambil koran dan melipatnya lalu dijadikannya sebagai kipas. Rendi mengipas-ngipasi dirinya dan terdengar suara dari perutnya pertanda perutnya minta diisi makanan. Rendi berpikir makanan apa yang harus ia makan hari ini. Kemarin siang ia memakan nasi Warteg seberang sekolah dan kemarinnya lagi ia memakan nasi Warteg juga. Ia merasa bosan jika harus makan Warteg lagi di hari ini dan tiba-tiba, Rendi teringat bahwa ada tukang mie ayam baru yang berjualan di depan STM Panzer. Rendi merasa ingin mencicipi mie ayam tersebut dan dengan baik-baik, ia tawari temannya yang sedang mengetik namun sayang, Panji menolak tawaran ditraktir Rendi dengan alasan ia masih kenyang.

    Rendi langsung mengambil ponselnya dari saku baju lalu mencari nomer Kidang Semesta atau Ki Dang Semesta, satpam STM Panzer yang sudah berusia 62. Ki Dang merupakan pensiunan tentara pusat dan semasa mudanya, puluhan pertempuran pernah ia ikuti. Ki Dang baru saja punya ponsel dan kemarin sore, ia memberikan nomernya kepada Rendi secara lisan.

    Setelah berhasil menemukan nomer Ki Dang di kontaknya, ia langsung lalu menghubungi Ki Dang. Setelah tersambung, Rendi langsung mengatakan sesuatu kepada Ki Dang lewat ponselnya, “Eh pak tua. Bisa nggak lo belikan gue mie ayam kalau ada yang lewat? Duitnya ngutang du-”

    Tiba-tiba, keluar suara laki-laki galak dari ponsel tersebut, “Hei! Ini siapa? Main nyuruh orang-orang saja! kau tak tahu siapa saya? Mau mati ya!” Rendi terkejut mendengar ancaman tersebut. Salah telepon orang atau salah sambung, itulah yang terjadi pada Rendi. Dengan cekatan, Rendi langsung meminta maaf kepada orang tersebut. Mendengar permintaan maaf Rendi lewat ponsel, orang tersebut memaafkannya walaupun tidak sepenuh hati. Setelah itu, ia langsung memutuskan percakapannya kepada lelaki galak tersebut yang tak lain adalah Bhre Arjuna, pemimpin republik Yabar yang sudah memerintah selama 19 tahun. Rendi tak tahu kalau suara orang galak tersebut adalah Bhre Yabar.
    ****
    “Cih, siapa tadi yang nelepon!” kesal Arjuna seraya memasukan ponselnya ke dalam saku bajunya. Arjuna duduk di kursi kantornya yang ada di kraton Yabar. Wirajuda, Rakryan Tumenggung Yabar bersandar di pintu masuk. Wirajuda merupakan pemimpin tertinggi Bhayangkara dan militer Yabar. Melihat Arjuna kesal, Wirajuda menjadi penasaran lalu memberanikan diri bertanya kepada Bhre dengan tutur kata yang sopan, “Bhre Yabar, ada gerangan apa terjadi?”

    “Rakryan Tumenggung Yabar, tadi ada yang nelepon gue dan nyuruh-nyuruh buat beli mie ayam. Kurang ajar tuh orang!” tutur Bhre Yabar kesal.
    “Apakah saya harus menyelidiki itu orang dan menangkapnya? Saya bisa menyuruh anak buah saya untuk menangkapnya dan mengarunginya lalu membuangnya ke laut kalau anda mau!” tawar Wirajuda kepada Bhre.

    “Ah, tak usah,” tolak Bhre sembari melambai-lambaikan tangannya pertanda ia melarang Wirajuda melakukan hal tersebut. “Itu masalah sepele kok. Tak perlu mengerahkan polisi rahasia Yabar, Adjuva kecuali kalau ancaman pembunuhan!”

    “Oke pak,” kata Wirajuda seraya mengelus-elus pipi kanannya yang dirasanya sakit.

    “Hoi Wirajuda, sebaiknya kau kedokter gigi buat mengobati sakit gigimu!” saran Bhre yang merasa kasihan melihat Wirajuda mengidap sakit gigi.

    “Terima kasih, Bhre. Tapi saya takut ke dokter gigi!” tutur Wirajuda sambil memegang pipi kanannya. Bhre tertawa bahak-bahak mendengar penjelasan aneh tersebut dan berkata, “Bagaimana bisa seorang Rakryan Tumenggung Yabar yang pernah ikut perang berkali-kali dan disegani seantero konfederasi takut pada dokter gigi? Memalukan!”

    Wirajuda ikut tertawa tapi dalam batinnya, dirinya merasa tersindir oleh perkataan Bhre tapi tetap saja, Rakryan Tumenggung Yabar tersebut masih takut bertemu yang namanya dokter gigi. Rasa sakit giginya sangatlah sakit dan membuatnya tak bisa makan secara normal. Lebih baik pergi perang dari pada pergi ke dokter gigi, itulah yang ada dipikirannya ketika ia memikirkan mana yang lebih baik, pergi perang atau dokter gigi.

    “Jadi, bagaimana caranya kau mengobati sakitmu?” tanya si Bhre memasang senyum tipis.

    Wirajuda spontan menjawab, “Mungkin ditabrak pintu saja! Lebih baik itu daripada ke dokter gi-”

    Pintu tempat Wirajuda bersandar didobrak orang dari luar dengan keras. Wirajuda langsung terjatuh dan tersungkur di lantai. Dari mulutnya, keluarlah giginya yang sudah rusak dan menyebabkan sakit giginya berakhir. Pintu tersebut didobrak oleh Patih Ayudha, Patih Yabar yang bertugas menjalankan roda pemerintahaanYabar. Melihat si Wirajuda begitu, Bhre hanya tersenyum sambil menahan tawanya demi menjaga imejnya sebagai pemimpin Yabar. Ayudha melihat Wirajuda di lantai dan sepertinya, Wirajuda pingsan. Tak ada rasa bersalah yang terpasang di muka Ayudha setelah membuat si Wirajuda pingsan.

    Melihat si Wirajuda pingsan, Ayudha bingung dan bertanya pada Bhre, “Bhre Yabar, apakah dobrakan saya terlalu keras?”

    “Sepertinya iya,” jawab si Bhre sembari menopangkan tanganya di dagunya.

    “Apakah saya mesti minta maaf sama Rakryan Tumenggung Wirajuda?” tanya Ayudha tanpa ada rasa bersalah.

    “Tidak perlu Ayudha. Ketika ia siuman, pasti dia bakal berterima kasih kepadamu karena berhasil menghilangkan sakit giginya!” jawab si Bhre. “Tapi kau harus meminta maaf kepada pintu kantor saya yang tadi kamu dobrak!”

    “Oke,” ujar Ayudha. Ayudha langsung memegang pintu kayu cokelat tersebut. “Pintu kayu, maaf ya kalau gue sering dobrak lo!”

    Pintu tersebut tak merespon dan dalam diri Ayudha, ia meyakini bahwa pintu tersebut telah memaafkannya. Melihat Patih meminta maaf kepada benda mati tersebut, Bhre tersenyum dan dalam hatinya sebenarnya ia tertawa melihat apa yang dilakukan Patih. Dalam pikiran Bhre, ia sukses mengerjai Ayudha yang agak polos sedikit orangnya.

    “Patih, suruh pengawal membawa Wirajuda ke tempat lebih layak! Tak enak kalau Wirajuda menghalangi pintu ruangan ini!” perintah Bhre kepada Ayudha.

    “Baik, Bhre!” tegas Ayudha seraya memberi hormat kepada Bhre.
    ****
    Rendi merasa bahwa nomer yang diberi Ki Dang beberapa waktu lalu itu salah nomer. Dengan kesalnya, ia langsung meninggalkan Panji sendirian di kantor dan pergi ke kantor pribadi Ki Dang berada yaitu pos satpam STM Panzer.Rendi berjalan di lorong dan langkah kakinya membuat semut-semut yang ada di lantai berlari ketakutan.

    Suasana STM Panzer kala itu sepi akibat liburan pergantian ajaran baru. Dinding-dinding kelas STM terlihat kusam dan pudar warna catnya. Atap-atap STM Panzer sering bocor dan rumput lapangan meninggi gara-gara tak ada yang memotongnya saat liburan. Lampu lorong pun masih memakai lampu bohlam dan toilet hanya satu buah yang ada di STM Panzer sehingga sering terjadi rebutan antara Kepala sekolah dengan murid-murid jika sedang kebelet. Biasanya yang kalah terpaksa buang air besar sembunyi-sembunyi di empang yang ada di depan toilet. Kaca-kaca STM Panzer kusam dan lantai lorongnya sama kusamnya dengan kaca. Bendera Yabar yang berlambang kelapa merah dengan latar putih terlihat berkibar di tiang bendera STM Panzer. Bendara Yabar dinaikan oleh Kepsek dan Wakapsek ketika mereka datang ke sekolah dan ketika mereka mau pulang, bendera diturunkan. Bendera tersebut disimpan di almari khusus yang ada di ruangan Kepsek.

    Di sekeliling lapangan, ada beberapa pohon besar yang bisa dijadikan tempat berteduh dari terik matahari. Di dekat lapangan ada empang dan warna air empang tersebut cokelat. Entah ada ikan hidup situ atau tidak, tak ada orang yang pernah mencoba memancing di empang tua tersebut. Empang tersebut pernah beberapa kali digunakan anak Panzer untuk buang air besar ketika toilet ada yang menempati. Empang tersebut sudah ada semenjak militer Nusatoro menempati tanah tersebut. Empang tersebut tidaklah dalam, pernah ada murid yang dijuluki “Tuyul” tercemplung di empang tersebut. Aslinya ia tak bisa berenang dan terancam tenggelam namun hal itu tidak terjadi. Empang STM Panzer cukup dangkal dan kedalamannya sekitar 100 cm sehingga anak tersebut tak tenggelam.

    Setelah berjalan melintasi lapangan, Rendi sampai di depan pos satpam STM Panzer. Panasnya mentari membuat pori-pori kulit Rendi mengeluarkan keringat, baik di muka maupun di bagian tubuh lain. Maka dari itu, ia keluarkan sapu tangan dari saku baju untuk membersihkan mukanya. Setelah mukanya sudah bersih dari keringat, ia melirik kaca pos dan melihat ada Ki Dang sedang tidur lelap di kursinya. Rendi memaklumi Ki Dang sering tidur siang selagi kerja karena ia tahu penyakit yang diidap satpam STM Panzer tersebut, Narkolepsi, penyakit yang membuat orang tidur mendadak tanpa disadari si pengidap.Rendi membuka pintu pos ini yang tak terkunci lalu masuk ke pos tersebut. Melihat satpam tersebut tidur, ia memutuskan untuk membangunkannya dengan cara pertama: menggoyang-goyangkan tubuh Ki Dang. Goyangan tersebut tak membuatnya terbangun dan akhirnya, Rendi memutuskan untuk mencoba menepuk tangannya sekali. Mendengar tepukan Rendi, satpam tersebut langsung terbangun dari dunia mimpinya. Cara menepuk tangan merupakan satu dari beberapa cara yang efektif membangunkan Ki Dang.

    Ki Dang terbangun dan melihat ada air liur berceceran di mulutnya, dirinyalangsung membersihkan mulutnya dengan lap meja. Setelah mulutnya bersih, Ki Dang menoleh ke belakang dan melihat Kepsek STM Panzer. Ia bingung kenapa ada Kepsek. “Pak Kepsek, kenapa anda ada di sini? Ada urusan apa yang membuat anda kesini?” tanya Ki Dang kepada Kepsek. Mata Ki Dang yang terlihat terbuka hanya setengah saja karena ia setengah sadar dan setengah tidur.

    “Hei kau, nomer yang kau kasih kemarin itu salah! Jadinya saya dimarahi orang galak entah siapa dia!”jawab si Kepseksedikit emosi.

    “Maaf pak, saya baru ingat sekarang kalau nomer yang kemarin saya kasih itu salah!” tutur Ki Dang. “Sekali lagi maaf ya pak!”

    “Ya, ya, ya. Saya maafkan!” kata Kepsek seraya emosinya mereda. Mereka berdua berjabat tangan dan Ki Dang langsung membeberkan nomer aslinya kepada Kepsek. Setelah mendapat nomer aslinya, ia menyuruh Ki Dang untuk membeli mie ayam pangsit yang sering berjualan di depan STM Panzer. Ki Dang menuruti perintah atasannya dan langsung saja ia pergi meninggalkan STM Panzer. Sesaat ia sampai di tukang mie ayam –yang berjualan di trotoar jalanan depan dekat gerbang Panzer, ia memesan kepada tukang mie ayam dua mangkok mie ayam pangsit.

    Ketika tukang mie ayam mau meracik mie ayam, ia bertanya kepada Ki Dang, “Pedas nggak, Ki Dang?”

    “Hoi pak, saya belum coba mie ayamnya jadi belum tahu pedas atau tidak!” sergah Ki Dang.

    Mendengar hal itu, tukang mie ayam menghela nafas dan menjelaskan, “Haduh, Bukan itu yang saya maksud. Maksudku, pakai sambal tidak!”

    “Oh, kenapa nggak bilang dari tadi? Pakai lah!” kata Ki Dang yang baru sadar atas kesalahpahaman tersebut.
    “Baiklah, jadinya Er8,00 ) pak!”

    “Oke, bayarnya Er4,00 dulu ya buat mangkok saya,” ujar Ki Dang yang duduk di kursi plastik merah. “Mangkok satu lagi punya Kepsek Panzer dan samperin saja orangnya kalau mau nagih bayaran. Saat ini, orangnya ada di pos satpam.”

    “Sip,” kata tukang mie ayam tersebut seraya menacungkan jempol kanannya.

    Ki Dang pendek orangnya, hidungnya pesek, kulitnya cokelat gara-gara waktu muda sering bertugas di bawah terik matahari. Jenggot dan kumisnya putih pendek, rambut putihnya sama pendeknya dengan rambut Panji dan Rendi. Rambut putihnya ia tutupi dengan topi satpamnya dan topi tersebut ia kenakan saat apapun walaupun ia tidak bertugas. Ia sangat loyal kepada kerajaan Nusatoro dan STM Panzer. Ia memakai kacamata tebal untuk melihat sesuatu dengan jelas. Ki Dang bisa berada di STM Panzer karena pihak kerajaan pusat memintanya untuk menjaga STM Panzer. Memang, kontrak kerajaan pusat sudah putus dengan Rendi tapi itu tak berarti Ki Dang harus berhenti bekerja dari STM Panzer. Ki Dang merupakan orang dekat dengan Mahapatih Modo dan oleh karena itu, Kepsek akan tetap menjadikan Ki Dang bagian dari Panzer supaya ia bisa terkoneksi dengan Mahapatih. Pasalnya, Kepsek sudah tak bagus hubungannya dengan Mahapatih Modo dan Ki Dang sajalah yang bisa diharapkannya jika STM Panzer harus berhadapan dengan Mahapatih. Itulah yang membuat Kepsek tetap menjadikan Ki Dang menjadi satpam walaupun ia sering tidur mendadak. Pernah suatu hari, Rendi dan Ki Dang pergi ke negara pusat untuk bertemu Mahapatih.

    Ketika mereka sudah sampai di kraton kerajaan, pasukan langsung mencegat Rendi dan hanya Ki Danglah yang diizinkan bertemu Mahapatih. Sejak itulah Rendi tahu bahwa Mahapatih sudah tidak suka dengannya. Entah apa yang membuat Mahapatih tidak suka dengan Rendi dan Panji. Mungkin saja Mahapatih merasa uang subsidi kerajaan dimakan secara pribadi oleh mereka berdua padahal itu tak pernah terjadi. Hanya guru-guru, anak-anak Panzer dan masyarakat biasa saja yang tidak tahu kalau saptam Panzer Yabar tersebut punya hubungan dengan orang besar konfederasi. Yang mereka tahu hanyalah Ki Dang itu veteran tentara Nusatoro.

    Ki Dang punya satu senapan laras panjang yang ia pajang di pos satpam yang dinamakannya senapan serbu X. Peluru-peluru senapan tersebut masih ia simpan dengan rapi di dalam meja satpamnya dan pihak Bhyangkara, polisi Nusatoro sudah mengizinkannya untuk menyimpan dan memakai senapan tersebut. Senapan tersebut menjadi sahabatnya yang sudah menemaninya dalam beberapa pertempuran yang diikutinya. Selian senapan laras panjang, ia juga memajang senapan serbu dan senapan mesin sedang di pos satpam. Semua senjata api tersebut ada pelurunya dan tersimpan dengan rapi di laci mejanya.

    Lingkungan STM Panzer cukup aman mengingat 1 km dari Panzer berdiri kantor Bhayangkara sehingga jarang penjahat masuk ke Panzer. Pernah ada kejadian penjahat masuk ke STM Panzer dan mencuri komputer Panji. Ketika ia mencoba kabur, ia ketahuan Ki Dang dan Ki Dang langsung menembaki penjahat tersebut dengan senapannya. Penjahat tersebut mati di tempat dan Ki Dang tak dikenakan pasal apapun karena waktu itu ia begitu untuk melindungi Panzer. Sejak itulah, para penjahat tak mau pergi ke STM Panzer gara-gara ada Ki Dang. Ki Dang tinggal di STM Panzer. Ia tidur di pos dengan menggunakan tikar dan mandi di toilet STM Panzer. Makan dan minumnya sudah ditunjang oleh gajinya meskipun gajinya tak terlalu mencukupi biaya kehidupan manula tersebut. Jemuran pakaiannya ia taruh di tempat jemuran yang ada di belakang tempat toilet STM Panzer. Pakaiannya ia cuci dengan cara manual walaupun itu melelahkan. Istrinya sudah wafat dan anak-anaknya berkerja sebagai satpam di sekolah-sekolah sekitar STM Panzer.

    ****
    Setelah mie ayam selesai diracik, tukang mie ayam memberikan kedua mangkok mie ayam kepada Ki Dang. Ki Dang langsung mengeluarkan uangnya dan membayar mangkok miliknya saja. Punya Rendi masa bodoh, kata Ki Dang. Ki Dang membawa kedua mangkok tersebut ke pos dan ia ditemani tukang mie ayam yang berniat menagih bayaran pada Rendi.

    Setelah mereka berdua sampai di depan pos. Di dalam pos, Rendi melihat mereka berdua dari jendela pos. Ia senang melihat Ki Dang membawa dua mangkok mie ayam tapi ia bingung kenapa satpam tersebut juga membawa tukang mie? Padahal ia tidak menyuruh membawa tukang mie ayam?

    Ki Dang membuka pintu pos dan menaruh kedua mangkok mie ayam di meja. Ki Dang memberi tahu kepada Rendi ada tukang mie ayam yang mau menagih bayaran mie ayam milik Rendi. Rendi kesal bukan main dan bertanya, “Kenapa kau tak sekalian bayar mangkok punya saya?”

    “Loh, anda kan hanya nyuruh saya beli mie ayam dan tidak menyuruh bayar mangkok punya anda!” balas Ki Dang sambil memasang muka orang tak bersalah.

    “Dasar…” ketus Rendi. Melihat tukang mie ayam yang bersandar di dinding pos, Rendi langsung keluar dari pos dan membayar mie ayam miliknya kepada orang tersebut. Tukang mie ayam langsung memasukan Er4,00 ke dalam dompetnya.

    “Pak, kalau sudah selesai makan. Tolong kembalikan mangkoknya ya!”

    “Siapa juga yang mau ngambil mangkok!”

    Tukang mie ayam meninggalkan tempat tersebut dan Kepsek kembali ke pos. Di dalam pos, ia melihat Ki Dang sedang melahap mie ayam dengan menggunakan gigi palsunya. Ki Dang makan penuh dengan semangat dan jarang-jarang ia makan begitu, mungkin karena ia jarang makan mie gara-gara dokter menganjurkannya untuk tidak terlalu sering memakan mie. Rendi duduk di bangkunya lalu melahap mie ayamnya.

    Setelah selesai melahap mie ayam. Ki Dang mengembalikan mangkok tersebut kepada tukang mie ayam yang bernama Otong. Saat Ki Dang mengembalikan mangkok, Rendi kembali ke kantornya dan kembali menjaga tempat pendaftaran sampai sore tiba. Ketika Ki Dang kembali ke posnya, ia mendadak tidur gara-gara serangan penyakitnya, Narkolepsi.

    Sekarang tanggal Selasa 26 Juni 899 dan pendaftaran murid baru masih dibuka sampai 8 Juli 899. STM Panzer Yabar hanya melayani mendaftaran secara manual dan tidak melayani pendaftaran online karena Panzer Yabar tak punya website. Hal tersebut tentu berbeda dengan Panzer Wenker yang sudah melayani mendaftaran baik manual maupun online.

    ****
    “Terima kasih banyak Patih Ayudha!” ungkap Wirajuda. Ia bersalaman dengan Ayudha.

    “Ah, itu tak apa-apa!” ujar Ayudha sambil mengusap-usap kepalanya. “Apa kau merasa kesakitan gara-gara terkena dobrakanku?”

    Wirajuda mengeleng kepalanya. Ayudha langsung menepuk pundak Rakryan tersebut dan berkata, “Bagus, saya pergi dulu ya!”

    “Ya, hati-hati ya Patih!” kata Wirajuda sambil melambai-lambaikan tangan.

    Ayudha berjalan ke pintu keluar ruangan UKS Kraton dan setelah ia keluar, ia meninggalkan Wirajuda sendiri di ruangan ini. Melihat ia sendiri, Wirajuda memegang pipi kanannya dan senang melihat dirinya bebas dari sakit gigi yang menimpanya selama beberapa minggu. Ketika Wirajuda pingsan, para pengawal atas perintah Ayudha membawanya ke UKS untuk beristirahat. Setelah mendapat berita bahwa Wirajuda siuman, Ayudha langsung menengok keadaannya.

    Rakryan Tumenggung Wirajuda umurnya 57 tahun. Orangnya tegas dan berani kepada siapapun kecuali dokter gigi. Tingginya 167 cm dan kulitnya sawo matang. Kumis putihnya tebal dan wajahnya sudah tak tampan lagi karena ketampanannya terkikis oleh waktu. Badannya kurus dan berotot. Rambut putihnya yang panjang diikat dengan kain putih dan ia merupakan orang yang punya ilmu silat tertinggi di Yabar. Meskipun punya ilmu silat tinggi, ia tetap saja bisa pingsan kalau kena dobrakan pintu. Wirajuda merupakan tangan kiri Bhre Yabar dalam menegakan hukum. Ia sangat loyal kepada Bhre dan rela membunuh siapa saja yang membahayakan kepentingan atasannya.

    Patih Ayudha, penegak roda pemerintahaan Yabar. Umurnya 58 tahun. Pintar dan cerdas, sebanding dengan Panji Samudra.Tingginya 169 cm. Badannya seperti Wirajuda. Jenggot pendeknya berwarna putih. Di Rambut putihnya ada mahkota kepala yang terbuat dari perak murni. Energinya cukup kuat sehingga ia sering membuka pintu dengan cara mendobrak. Loyalitasnya hanya untuk Bhre dan ia merupakan tangan kanan dari Bhre.

    Dan terakhir, Bhre Arjuna, Bhre Yabar ke-5. Jabatan Bhre ia dapatkan dengan cara kudeta militer melawan Bhre Talas di tahun 880 bersama Ayudha dan Wirajuda. Umurnya lebih muda dari Ayudha dan Wirajuda, 56 tahun. Rambutnya pendek dan ada di atas kerah bajunya. Ia sering memakai baju batik khas Yabardengan kain jarik sebagai hiasan celana hitamnya. Ia orangnya kejam tapi peduli dengan rakyatnya walaupun terkadang kepentingan pribadinya adalah prioritasnya. Arjuna cukup cerdas dan lihai dalam menyusun strategi apapun. Ia merupakan pemimpin yang dihormati rakyat Yabar dan disegani di seluruh konfederasi.

    Mereka bertiga sering membawa pistol dan keris meteorit tiap pergi kemanapun walaupun mereka sudah punya pengawal. Pengawal mereka merupakan pengawal Bhayangkara yang memakai topeng seram, mereka dikenal pasukan elite di Yabar. Mereka memakai gelang dada perak, berbaju cokelat yang bisa digunakan sebagai rompi mereka, celana hitam mereka ada kain jirak berwarna cokelat, dan membawa keris, golok serta pistol sebagai senjata mereka. Kepala Bhayangkara pengawal paling tinggi bernama Jaka Tingkir yang dijuluki kapten iblis gara-gara ia sangat kejam dalam bertarung. Ia menguasai ilmu kanuragan dan keris yang ia punya bukan keris biasa, kerisnya terbuat dari meteorit dan dibuat oleh Empu terbaik di Nusatoro. Jarang-jarang orang selain pembesar negara punya keris dari meteorit. Keris meteorit cukup mahal harganya di konfederasi.

    Ayudhya keluar dari UKS dan berjalan ke kantor Arjuna. Di sepanjang jalannya, para penjaga memberi hormat kepadanya dan Ayudhaya senang melihat banyak orang menghormatinya. Para penjaga mengenakan seragam mereka yang bajunya berwarna cokelat muda dan celana hitam mereka ada kain jarik berwarna hijau muda yang digunakan sebagai ornamen celana. Di sabuk mereka ada golok dan pistol. Mata mereka diam dan tak bergerak. Mata mereka hanya bergerak jika ada orang yang lewat. Tangan mereka ada dalam posisi istirahat di tempat. Mereka berdiri dengan tegap dan jika ada gelas ditaruh di atas kepala mereka, tidak bakal tumpah karena mereka tidak akan bergerak selama mereka diam.Ketika ia berjalan, Ayudha tak sengaja melihat di bawah kakinya ada anak kucing yang berjalan di dekat sepatu hitamnya. Melihat hal itu, para penjaga langsung bergerak ke kucing tersebut dan berniat membuang kucing liar tersebut ke luar kraton namun, Ayudha melarang mereka. Ia menyuruh mereka kembali ke posisi semula dan mau tak mau, para penjaga menurut perintah Patih Yabar.


    Sebagai pecinta kucing, Ayudha langsung mengendong kucing tersebut dan mengelus-elus kepalanya dengan penuh kasih sayang. Anak kucing tersebut yang bulunya berwarna putih terlihat senang dielus-elus Ayudha. Melihat hal itu, Ayudha tersenyum sendikit dan ketika ia sampai di luar kraton, Ia langsung menurunkan kucing tersebut ke tanah lalu meninggalkannya.

    Ketika Ayudha berjalan masuk ke kraton, ia tak sengaja melihat kucing tersebut mengikutinya.Melihat kucing tersebut mengikutinya, akhirnya ia membawa kucing tersebut ke dapur kraton. Di dapur, ia memberikannya makan ikan dan nampaknya, kucing tersebut senang memakan ikan tersebut. Ketika kucing tersebut fokus memakan ikannya, Ayudha pergi meninggalkannya dan pergi ke kantor Arjuna. Ia melakukan hal itu agar kucing tersebut tidak mengikutinya.

    Sebelum ia pergi, Ayudha berpesan kepada orang-orang dapur untuk memelihara kucing tersebut dan sepertinya orang-orang dapur mau memelihara kucing kecil tersebut.Sesampainya di depan kantor Arjuna, Ayudha membuka pintu tapi seperti biasa, ia membuka pintu dengan cara mendobrak dan semua orang di kraton termasuk Arjuna sudah memakluminya. Ayudha masuk dan memberi hormat kepada Arjuna. Setelah itu, Ayudha berjalan beberapa langkah ke depan meja Arjuna sambil berkata, “Bhre, ada sesuatu yang mau saya bicarakan dengan anda.”

    “Apa itu?” bingung si Arjuna. Arjuna melipat kedua tangannya dan raut mukanya menunjukan ia sedang serius.

    “STM Panzer Yabar!” Jawab Ayudha dengan tersenyum tipis.
     
  6. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    “Akhirnya sampai juga,” lega Kosim yang akhirnya sampai di depan STM Panzer. Dari tadi pagi, Kosim mencari-cari sekolah STM Panzer dan pada siang ini, ia berhasil menemukannya. Kosim berniat masuk STM Panzer hanya gara-gara ia tidak diterima masuk ke sekolah-sekolah di daerah ini, Pancon, Yabar selatan.Ia pernah mencoba mendaftar ke sekolah terbaik Pancon, SMA 1 tapi gagal gara-gara kuota murid baru sudah penuh. Setelah itu, ia mencoba mendaftar ke beberapa sekolah lain yang masih tergolong bagus tapi gagal. Ia juga pernah mencoba masuk ke akademi Imalia tapi ia diusir dari Imalia hanya karena Imalia merupakan sekolah khusus perempuan. Pada akhirnya, Kosim mencoba masuk STM Panzer, sekolah terburuk satu kota Yabar menurut masyarakat.

    Kosim merupakan orang dari kerajaan Pakuan yang pergi ke Yabar untuk melanjutkan sekolahnya. Ia tinggal di salah satu kontrakan milik Mpok Edah, juragan janda ternama di Yabar. Ilmu agama islam Kosim cukup tinggi meningat ia adalah lulusan pesantren di kerajaan Pakuan. Dengan ilmu agamanya, ia bisa mengontrol emosi dengan baik dan mengerjakan hal-hal apa yang dianjurkan agama meskipun terkadang ada beberapa yang larang ia langgar. Hobinya adalah menonton Anime dan membaca Manga lewat internet. Tinggi Kosim 170 cm dan cukup bagus tubuhnya untuk anak se-usianya. Ia menguasai ilmu pencak silat cukup tinggi yang membuatnya bisa mengalahkan dua preman bersenjata tajam dengan tangan kosong kemarin sore di tempat sepi.Kosim bisa dibilang tampan. Rambutnya panjang mencapai pundak-pundaknya layaknya pendekar-pendekar dan menjadi daya tarik dari Kosim, mukanya bersih, dan kulitnya cokelat tapi agak kekuningan sedikit. Otak Kosim agak cerdas dan bisa berpikir sesuatu dengan cepat.

    Kosim melihat dari depan pagar situasi di dalam sekolah Panzer sangatlah sepi. Ia memutuskan masuk ke dalam sekolah tersebut dengan melewati pintu pagar yang terbuka lebar. Ia melewati pos satpam dan bisa melihat dari luar kaca pos ada seorang satpam yang sedang tidur. Melihat itu, Kosim hanya bisa menggeleng-geleng kepalanya.Kosim melihat dari jauh ada kertas yang tertempel di jendela luar ruangan Kepsek. Kertas tersebut berisi keterangan bahwa ruangan Kepsek merupakan ruangan tempat pendaftaran murid baru dan daftar ulang. Dengan segera, Kosimberlari ke tempat tersebutdengan melewati lapangan dan setelah tiba di depan ruangan tersebut, ia masuk ke ruangan tersebut yang pintunya tak terkunci. Di dalam ruangan tersebut, Kosim melihat ada Rendi yang duduk di kursinya dan Panji yang sedang mengetik di komputer.

    Melihat ada yang datang untuk mendafar, Rendi gembira dan memberi pelayanan khusus padaKosim. Tapi sebelum itu, Rendi bertanya dulu kepadanya dengan penuh semangat sesaat Kosim duduk di kursi di depannya, “Mau mendaftar ya?”

    Kosim menangguk. Rendi senang bukan main ketika ada orang yang ingin mendaftar. Pasalnya, semenjak hari pendaftaran belum ada orang yang pergi ke ruangan ini untuk mendaftar.Dengan cekatan, Rendi memberikan folmulir pendaftaran dan pulpen pada Kosim. Ia mempersilahkannya untuk mengisi folmulir tersebut. Kosim mengisi folmulir tersebut dengan pulpen yang diberikan Rendi.Rendi langsung bangkit dari tempat duduknya lalu ia pergi membuatkan teh manis untuk si Kosim. Rendi begitu karena saking senangnya ada orang yang mendaftar di sekolah ini. Setelah selesai membuatkan teh dengan menggunakan dispenser miliknya, ia memberikan teh tersebut kepada Kosim. Kosim tak langsung meminum teh tersebut, ia meniup-tiupkan angin dari mulutnya ke teh tersebut untuk mengurangi panasnya teh. Melihat hal itu, Rendi menegur Kosim, “Anak muda, jangan lakukan hal itu! Karbon dioksida dari mulutmu bisa bercampur dengan air maka akan menghasilkan Asam karbonat dan tidak bagus jika mengkonsumsi terlalu banyak Asam karbonant!”

    Kosim langsung berhenti meniup minuman tersebut. Ia mengerti sedikit maksud dari Rendi karena otaknya cukup encer dalam masalah pelajaran kimia. Ia kemudianbertanya kepada Rendi, “Jadi, apa yang saya harus lakukan buat mendinginkan teh ini?”

    “Pakai ini!” Rendi memberikan selembar uangkertas kepada Kosim. Bukannya memakai uang tersebut sebagai kipas Kosim malah memasukan uang tersebut ke dalam dompetnya. Rendi bingung kenapa Kosim begitu dan ia bertanya, “Anak muda, kenapa kau tak gunakan kertas uang sebagai kipas?”

    “Pak, uang kagak bisa digunain kipas buat dinginin nih teh!” tutur Kosim dengan bijak. “Terimakasih ya atas pemberian uang ini! Lumayan buat makan siang.”

    “Hei kau, kembalikan uangku!” pinta Rendi dengan kesal. “Saya tak pernah memberikannya secara cuma-cuma untukmu, anak muda!”

    Melihat Rendi kesal, Kosim terpaksa mengembalikan uang tersebut. Setelah uang Rendi kembali, Rendi memberikan selembar kertas dokumen yang tak terpakai kepada Kosim. Kosim memakai kertas tersebut untuk mendinginkan teh miliknya.Rendi duduk di kursinya dan melihat Kosim meminum teh tersebut. Setelah teh tersebut habis, Kosim melanjutkan mengisi folmulir dan Rendi memperhatikannya. Kosim selesai mengisi folmulir dan memberikan folmulir tersebut kepada Rendi. Rendi membaca isi folmulir dan ia menjadi tahu data diri dari orang tersebut yang bernama Kosim.

    Rendi memasukan folmulir tersebut ke lacinya dan setelah itu, ia bersalaman dengan Kosim dan memberi selamat kepadanya, “Selamat bergabung dengan STM Panzer, Abdul Kosim!”

    “Ya, pak…“ bingung Kosim yang tak tahu nama si Kepsek tersebut.

    “ Rendi, Rendi Cempaka! Itulah namaku,” jelas Rendi seraya memperkenalkan diri pada perantau Pakuan tersebut.

    “Yang di sana itu namanya Panji Samudra, Wakapsek STM Panzer!” tunjuk Rendi ke Panji. Panji langsung melambaikan tangannya ke Kosim walaupun matanya fokus ke layar komputernya. Kosim menjawab lambaian tersebut dengan lambaian juga. Setelah itu, Rendi bertanya kepada Kosim, “Kosim, kenapa mau bersekolah ke sini?”

    “Karena saya tak diterima sekolah lain di Pancon!” jawab Kosim dengan penuh semangat.

    “Kasihan sekali kau Nak. Dan Bagaimana rasanya duduk di kursi kesetanan?” tanya si Rendi kepada Kosim.

    “Ha?!” mulai bingung Kosim.

    “Ya, kursi yang kau duduki itu aku beri nama kursi kesetanan! Penyebab aku beri nama itu karena dulu kursi itu pernah dipakai untuk menenangkan murid STM yang sedang kerasukan,” jelas Rendi pada Kosim.Kosim tak tahu harus berkata apa. Ia melihat Rendi menunjuk kursi yang ada di dekat pintu keluar, “Itu nama kursi saya namakan kursi kejiwaan karena bekas dipakai murid Panzer ketika konseling dengan saya!”

    “Kursi yang ada di sebelah kiri kursi kejiwaan saya namakan kursimencert karena pernah dipakai murid Panzer yang tak sengaja mencert di celana. Tenang saja, itu kursi sudah dibersihkan!” tutur Rendi sambil senyum. Kosim makin tak harus berkata apa, ia bingung dengan penamaan kursi dari Rendi sangatlah aneh. Karena merasa tidak enak akan penjelasan aneh Rendi, Kosim meminta izin kepada Rendi untuk meninggalkan ruangan ini. Rendi merasa besar hati untuk melepaskan murid barunya, ia memaksa Kosim untuk tetap di sini dan membuat Kosim sedikit jengkel dengan Rendi. Melihat kondisi tersebut, Panji memaksa Rendi untuk membiarkan Kosim pergi dan pada akhirnya, Kosim di persilahkan Rendi pergi dari STM Panzer.

    Sebelum Kosim pergi, Rendi memberi tahunya bahwa di STM Panzer tidak ada yang namanya MOS. Jadinya semua anak Panzer langsung masuk ke Panzer tak perlu mengikuti ajang yang sering menjadi perploncoan tersebut. Paling tidak, hari pertama bakal digunakan sebagai pengenalan STM Panzer oleh Kepsek Rendi pada murid baru. Hari pertama masuk STM Panzer jatuh pada tanggal 9 Juli 899.

    Rendi memberikan baju seragam kepada Kosim tapi hanya satu jenis saja yaitu baju seragam teknisi STM Panzer yang menjadi baju kebanggaan anak STM Panzer. Baju seragam tersebut dipakai setiap hari mulai dari Senin sampai Jumat dan beruntung, baju yang diberikan Rendi kepada Kosim ada lima potong baju. Baju tersebut mempunyai lengan panjang dan tidak panas jika di pakai. Warna bajunya cokelat muda dan celana panjangnya berwarna hitam. Di saku baju terdapat lambang sekolah dan perlu diketahui seragam Yabar dan Wenker tak jauh berbeda. Selain memberi seragam, Rendi juga memberikannya jas STM Panzer kepada Kosim. Jas tersebut berwarna hitam dan sama seperti seragam Panzer, tidak panas jika dipakai. Jas tersebut biasanya dipakai anak Panzer ketika mereka ada diluar sekolah. Rendi memberikan seragam dan jas kepada Kosim tidaklah gratis, Kosim harus menggelontorkan Er100,00 untuk mendapatkan baju dan jas tersebut.

    ****
    Pada sore hari menjelang jam 4 sore, ada dua orang yang berdiri di depan STM Panzer. Mereka berdua baru saja sampai di depan STM Panzer setelah perjalanan melelahkan mencari sekolah ini. Memasuki gerbang Panzer, mereka melewati begitu saja pos satpam yang mereka kira tak ada orang di dalamnya padahal sebenarnya ada.

    Mereka mencari tempat pendaftaran dan setelah berhasil menemukan tempat pendaftaran, mereka pergi ke tersebut dan ketika mereka masuk ke ruangan Kepsek, Rendi menyambut mereka dengan penyambutan yang cukup berlebihan seperti halnya yang terjadi pada Kosim.

    Mereka mengisi folmulir yang diberikan oleh Rendi dan setelah mengisi folmulir tersebut, mereka langsung memberikannya kepada Rendi. Rendi langsung memasukan kedua folmulir tersebut ke dalam lacinya dan bertanya siapa mereka sebenarnya. Mereka adalah Made dan Parja. Jika Made adalah perantau asal Walidwipa, maka Parja merupakan perantau asal Wenker. Parja masuk STM Panzer Yabar dengan alasan STM Panzer Wenker sudah penuh kouta muridnya.

    Mereka bertemu satu sama lain ketika secara tak sengaja bertabrakan di trotoar pada saat mencari-cari keberadaan STM Panzer. Karena punya kesamaan apa yang mereka cari, akhir mereka berdua memutuskan untuk mencari STM Panzer secara bersama-sama.

    Tinggi Made mencapai171 cm dan ia menguasai ilmu silat yang di wariskan kakeknya. Kemampuan bela dirinya cukup menakutkan dan ia sangat ahil bertarung dengan menggunakan tongkat. Badannya sedikit berotot dan cukup ahli dalam ilmu pengobatan herbal karena keluarganya merupakan dukun di kampungnya.Mukanya tampan, rambut lurusnya pendek sebahu dan sudah tumbuh sedikit jenggot serta kumis di mukanya. Kulitnya sawo matang dan sifatnya baik. Apa yang mau ia katakan bakal ia pikirkan berkali-kali agar lawan bicaranya tak sakit hati. Nama panjang dari Made adalah I Made Gus tapi sering dipanggil Made.

    Bagaiamana dengan Parja? Tingginya sedikit lebih 1 cm dari Made dan ia menguasai kemampuan astronomi sehingga bintang-bintang di malam hari bisa dijadikannya petunjuk di jalan. Rambutnya pendek dan ada di atas kerah bajunya.Kulitnya kecokelatan karena sering main layangan di kampung dan menjadi ciri khas ketampan dari Parja. Nama panjang dari Parja adalah Praja Bhadrika tapi namanya diplesetkan oleh teman-temannya dari Praja jadi Parja sehingga ia lebih sering dipanggil Parja dibanding Praja.

    Kepintaran mereka berdua tidaklah terlalu bagus tapi itu hanya berlaku untuk akademis, untuk non-akademis mereka bisa lebih berbicara dan itulah mengapa mereka masuk STM Panzer.Made tinggal di kosan di daerah Mampan Prapat sedangkan Parja tinggal di Pancon tapi tempatnya tentu berbeda dari tempat si Kosim.
    ****
    “Hom…” nguap Ki Dang. Ki Dang terbangun dari tidur panjangnya dan melihat dari kaca ada dua orang berjalan ke gerbang. Mereka adalah Made dan Parja. Ki Dang yang matanya rabun melihat mereka berdua seperti penjahat. Dengan cepat, Ki Dang langsung menggambil senapan mesin sedangnya dari dinding pos lalu ia mengambil puluhan butir peluru dari rak mejanya. Puluhan butir peluru tersebut langsung di masukan ke dalam senapannya dan ia bersiap menyergap mereka berdua.Pintu pos terbuka dan keluarlah Ki Dang dari pos tersebut lalu ia menodongkan senapannya ke Made dan Parja. Made dan Parja terkejut setengah mati melihat ada orang yang menodongkan senapan ke mereka. Ki Dang mengancam mereka, “Woi penjahat,menyerah sekarang!”

    Made dan Parja bingung maksud dari Ki Dang itu apa.Karena melihat senapan yang diarahkan ke mereka, Made dan Parja ketakutan. Mereka langsung menangkat tangan mereka dan Ki Dang berjalan mendekati mereka. Makin dekat dengan mereka makin jelas penglihatannya dan membuat gambaran penjahat pada mereka makin hilang dari pandangannya. Akhirnya, ia langsung mengambil kaca matanya dari saku celananya dan memakainya. Ia melihat Made dan Parja dengan jelas. Mereka tak lagi terlihat seperti penjahat. Ki Dang langsung menurunkan senapannya dan ia langsung meminta maaf kepada mereka berdua atas kesalahannya yang bisa berakibat fatal bagi mereka.

    “Ya..ya, kami maafkan kok kesalahan anda!” kata Made kepada Ki Dang.

    “Terima kasih…” ujar Ki Dang dengan raut muka malu.

    Mereka berdua berpamitan dengan dia lalu Ki Dang mempersilahkan mereka berdua keluar dari STM Panzer. Setelah mereka berdua pergi, Ki Dang kembali ke posnya dan menaruh senapannya di dinding pos. Melihat senapannya, ia bersyukur karena senapannya belum menembaki Made dan Parja. Pasalnya, setiap ia melihat penjahat, senapannya akan membuang semua isi pelurunya untuk menembaki penjahat.

    Ki Dang menyudahi melihat senapannya. Ia langsung duduk di kursinya dan menyalakan TV untuk menonton berita sore hari. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di meja dan memesan mie ayam Otong yang sudah menjadi langganannya sejak tanggal 26 Juni 899.

    ****
    “Fuh,” hela nafas Rendi.Rendi melihat jam dinding ruangan ini sudah menunjukan jam 5 sore. Ia melihat Panji sedang mematikan komputer dan ia menyahut Panji, “Pan!”

    Panji melirik Rendi dan bertanya kepadanya, “Ada apa?”

    “STM Panzer Wenker udah bisa kuotanya penuh padahal setahu gue kuota Wenker ada sekitar 400 kursi. Hebat berarti ya STM Panzer Wenker yang bisa dapat banyak murid baru dengan cepat!” curhat Rendi.

    “Hei Rendi, fasilitas Panzer Wenker bisa dibilang paling lengkap dari kita. Wajar saja mereka bisa dapat banyak murid lebih banyak dan cepat daripada kita!” tutur Panji kepada Rendi.

    “Pan, kapan kita bisa sekelas dengan mereka?” tanya Rendi yang sedikit murung.

    Panji pun menjawab pertanyaan Rendi, “Entahlah. Yang penting sekarang kita harus mempertahankan Panzer Yabar!”

    Rendi langsung terlihat bersemangat dan ia kembali berkata kepada wakilnya, “Pan, bisa nggak jaga nih tempat pendaftaran buat besok dan lusa? Gue ada urusan penting sama usaha gue!”

    “Serahkan saja padaku!” jawab Panji lalu menepuk dadanya.

    “Bagus Panji!” kata Rendi sambil tersenyum dan Panji hanya memasang wajah datar.

    Rendi mengepalkan kedua tangannya di mejanya dan berkata, “Kosim, Made, dan Parja. 3 orang dari luar Yabar. Ini baru pertama kalinya kita mendapat 3 orang dari luar Yabar!”

    “Eh, sepertinya tahun ini akan berbeda dengan tahun sebelumnya,” ujar Panji menurut bisikan batin yang dicampuri bisikan setan.
    ****
    Keesokan harinya, banyak orang yang mendaftar baik dan daftar ulang. Ini sangatlah aneh mengingat jika Rendi yang menjaga maka sedikit orang yang akan datang ke Panzer untuk mendaftar tapi berbanding terbalik dengan Panji.

    Sepertinya Panji itu magnet masuknya murid-murid baru Panzer. Mendengar hal itu, Rendi senangnya bukan main dan ia membiarkan Panji menjaga tempat pendaftaran sendirian sampai hari terakhir.
     
  7. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    “Fuh, akhirnya sampai juga di Panzer!” lega Kosim yang akhirnya sampai di depan STM Panzer. Dengan memakai baju seragam STM Panzer, ia masuk ke dalam STM Panzer. Ketika Kosim berjalan di lapangan, ia melihat dari jauh di ujung lapangan ada papan kayu yang sepertinya digunakan untuk majalah dinding sekolah dan di papan tersebut tertulis nama-nama murid baru berserta kelas mereka masing-masing. Dengan cepat, Kosim bergegas ke sana dan setelah sampai di sana, ia bergabung dengan bersama puluhan anak baru yang mencoba mencari melihat nama mereka di papan tersebut.Kosim menemukan namanya tercentum di kelas X-I. Dengan sigap, ia langsung pergi ke kelas X-I yang ada di gedung pertama.

    Setelah kepergian Kosim, muncul seseorang yang tingginya sekitar 135 dan kepalanya gundul dari gerbang Panzer. Dengan menggunakan tas rangkul, ia berjalan dengan angkuhnya dan membuat anak-anak baru takut dengannya. Muka memang tidak menyeramkan tapi cara jalannya dan cara memandangi orang layaknya seorang berandalan serta bajunya tidak rapi layaknya murid baru. Rambutnya gundul dan belum tumbuh kumis ataupun jenggot di wajahnya. Kulitnya sawo matang. Nama orang tersebut adalah Guntur Wulung tapi panggilannyaTuyul dan Guntur benci jika dipanggil “Tuyul”. Ia merupakan murid kelas XI-II dan satu dari berandalan ditakuti STM Panzer. Ia tidak terlalu pintar di bidang akademis. Guntur merupakan orang terpendek di STM Panzer. Lengan bajunya kepanjangan sehingga ia perlu menggulungnya tiap kali mau menulis.

    Sebelah Guntur ada seseorang berandal yang sangat ditakuti di seantero SMA di Yabar bahkan namanya terkenal di dunia bawah tanah Nusatoro. Namanya adalah Eka Jaya tapi lebih populer dengan sebutan Comber gara-gara pernah kepleset comberan pas mau tawuran pertamanya. Dengan tinggi 180 dan badan ramping. Sedikit berkumis. Ia memakai kacamata hitam kerangka hitam dan itu merupakan salah satu ciri khasnya. Kelasnya adalah XI-II dan ia merupakan ketua OSIS ) tahun 898/899. Mengapa ia bisa menjadi ketua OSIS? kharismatiknya di lingkup Panzer cukup besar. Ia mungkin satu-satunya berandalan yang bisa berprestasi dalam bidang akademis dilingkup sekolah. Guntur merupakan anak buah kepercayaan si Eka.

    Guntur melihat anak-anak baru yang melihat mereka dari tadi dan berkata kepada Eka, “Bos, sepertinya mereka perlu kita kasih pelajaran!”Eka menggeleng kepalanya. Ia hanya menjawab dengan bijak, “Jangan Tuyul! Kita biarkan mereka menikmati masa-masa indah ini. Kita akan kasih pelajaran ketika waktunya tiba!” Mendengar hal itu,Guntur meludah ke tanah dan berkata, “Oke bos dan sekali lagi gue bilang jangan panggil gue dengan panggilan tuyul. Panggilan tersebut merupakan panggilan paling gue benci!”

    Eka tak menanggapi perkataan Guntur dan Guntur sedikit kesal dengan Eka. Mereka berdua berjalan ke arah kelas XI-II. Dari belakang, para pengikut setia Comber mengikuti mereka sampai mereka berdua masuk ke dalam kelas.Perlu diketahui bahwa di STM Panzer saat ini ada sekitar 270 murid laki-laki mulai dari kelas X sampai XII. Semua orang di STM Panzer itu laki-laki mulai dari murid sampai guru-gurunya. Jika di hitung, jumlah guru Panzer terdiri dari 30 guru, 1 kepala dan wakil sekolah, dan 1 satpam manula sehingga jumlah laki-laki STM Panzer ada sekitar 303 orang.

    ***
    Sesampainya di kelas, Kosim melihat kelas X-I terlihat ramai dan ia mencari tempat duduk yang masih kosong. Melihat ada tempat kosong di belakang, ia langsung pergi ke sana dan duduk di tempat tersebut. Kosim menoleh ke sebelahnya dan melihat ada seseorang berkulit hitam sedang tidur di atas tasnya yang di geletakan di atas meja. Kosim menggulung lengan baju kanannya dan melihat di jam tangannya sudah menunjukan jam 6.29.

    “Satu menit lagi,” ujar Kosim ketika melihat jam tangannya. Ia langsung merapikan bajunya untuk upacara hari pertamanya di STM Panzer. Di tempat lain yang masih di kelas X-I, Made dan Parja duduk di meja paling depan dan mereka satu barisan dengan Kosim hanya saja mereka belum mengenal satu sama lain. Kelas tersebut punya 32 bangku kayu tapi yang terisi hanya 30 bangku saja. Selain memiliki papan tulis dan lemari kayu di depan kelas, kelas tersebut memiliki proyektor dan sangat memungkinkan untuk menyetel film di kelas ketika jam kosong. Proyektor tersebut di simpan di lemari supaya tak terkena air hujan gara-gara langit-langit kelas bocor kalau hujan. Kelas tersebut hanya memiliki kipas angin karena sekolah tak mau merugi hanya gara-gara memasang AC di tiap kelas. Mungkin hanya ruang-ruang tertentu saja yang punya AC seperti ruangan Kepsek dan ruang perpustakaan.

    Jam dinding kelas X-I sudah menunjukan jam 6.30 dan beberapa detik kemudian, bel berbunyi. Murid-murid dari semua kelas langsung mengerubungi lapangan untuk bersiap mengikuti upacara. Di tengah lapangan, semua anak Panzer berbaris sesuai kelas dan para guru mencoba merapikan barisan meskipun mereka tetap saja susah untuk diatur. Semua anak baru STM Panzer masuk dengan Panzer dengan semangat bermacam-macam, dari luar Yabar seperti Made dan Kosim tentu semangatnya lebih tinggi. Lain hal dengan yang berasal dari Yabar, rata-rata ada yang bersemangat tapi ada juga yang tidak.

    Dengan gagah, Rendi menaiki panggung kayu yang sudah disediakan pihaknya untuk acara ini. Rendi berdiri di Rendi memakai baju batik yang menarik motifnya sedangkan Panji memakai jas hitam layaknya pejabat. Maklum saja, Panji merupakan orang-orang dekat di kalangan elite Yabar termasuk Bhre Yabar, Arjuna. Di sebelah Panji ada guru-guru Panzer dan ada juga Ki Dang yang sedang kebetulan sedang sadar.Para murid STM Panzer baik yang masih baru maupun lama memperhatikan mereka semua terutama Panji yang penampilannya paling mencolok daripada lain. Penampilannya sangat mencolok karena Panji memasukan kedua tangannya ke kantong celananya yang membuatnya terlihat keren. Hal tersebut tentu membuat Rendi sedikit kesal tapi ia mencoba menghilangkan rasa kesalnya dan mengambil mikropon yang ada di panggung ini. Ia menghela nafas dan memberi sambutan kepada semua anak STM Panzer, “Selamat pagi semua!!!”

    “Pagi,” jawab semua anak Panzer dengan suara berbeda-beda seperti semangat dan malas.

    Kepsek kembali melanjutkan orasinya, “Baiklah, hari ini merupakan hari yang cera-“

    Tiba-tiba, hujan turun dengan deras di tanah STM Panzer. Dari tadi langit sudah gelap tapi tak banyak yang memperkirakan hujan akan turun secepat ini. Guru-guru langsung turun dari panggung dan menyuruh semua murid kembali ke kelasnya masing-masing. Melihat hujan turun, Rendi tetap berdiri di atas panggung dan Panji yang ada di sebelahnya memperhatikannya. Terlihat raut muka kesal dari Rendi dan sepertinya ia begitu karena hujan. Rendi mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.

    “Halo, pawang hujan! Bukankah saya sudah perintahkan untuk cegah hujan pada pagi di hari ini?” tanya Rendi kepada pawang hujan lewat ponselnya.

    “Maaf bos, kami gagal menaklukan hujan! Duitnya sudah di balikkan ke rekening anda,” tutur pawang hujan lewat ponselnya.Dan setelah itu, ponsel tersebut langsung terputus.

    Rendi langsung menjatuhkan ponselnya dan berteriak, “SIAL!!!”

    Rendi menginjak-injak panggung untuk meluapkan rasa kesalnya. Panji yang melihat hal itu dan menasehatinya, “Ren, itulah rasanya makai jasa pawang hujan di era modern seperti ini. Mestinya, lo make jasa rekayasa hujan pakai pesawat!”

    Rendi berhenti menginjak-injak panggung. Ia menoleh ke Panji lalu bertanya, “Emang lo kuat make jasa pesawat?”

    “Kagak,” jawaba Panji seraya menggeleng-geleng kepalanya

    Rendi pun hanya bisa menundukan kepalanya di tengah hujan ini. Dari matanya, keluar air mata yang bercampur dengan air hujan yang mengalir di mukanya. Mengapa Rendi begitu? Rendi kesal dengan kejadian ini karena dari tadi malam ia sudah berusaha menghafalkan pidato untuk pagi hari ini tapi gagal karena hujan. Melihat hal itu, Panji menepuk pundak Rendi dan mengajak Rendi kembali ke ruangan Kepsek.

    “Ren, kembali ke ruangan yuk! Entar sakit kalaudi sini terus,” ajak Panji tanpa memasang ekspresi apapun di mukanya. Rendi menghapuskan air matanya dan pergi bersama Panji ke ruangan Kepsek. Di ruangan tersebut, Rendi dan Panji mengganti baju mereka dengan baju cadangan yang ada di lemari ruangan ini. Setelah itu, mereka kembali melanjutkan rutinitas mereka sebagai kepala dan wakli STM Panzer

    ****
    Di dalam kelas X-I, Kosim kembali ke bangkunya dan melihat teman sebangkunya tidur dengan lelap. Ia melihat dari jendela hujan turun dengan deras dan banyak murid X-I terlihat berkumpul dipojok depan kelas. Mereka sepertinya membicarakan sesuatu yang penting di bawah komando Eko Menjangan, adik dari Eka Jaya.

    Eko tingginya setara dengan Kosim. Rambut ikalnya dan lebat. Mukanya pas-pasan. Punya jenggot tipis dan kulitnya berwarna cokelat. Ia cukup bisa mempengaruhi hampir seluruh kelas untuk menjadi pengikutnya dalam waktu cepat.Setelah perbicangan lama, Eko berjalan dengan angkuh ke tempat Kosim berada dan di belakangnya ada banyak orang mengikuti. Made dan Parja yang duduk di tempat mereka melihat Eko karena cukup menarik perhatian mereka. Sekitar 25 dari 30 murid kelas X-I mengikuti Eko. Sesampainya di tempat Kosim, Eko pergi ke menghampiri orang yang ada di sebelah Kosim dan ketika ia sampai, ia membangunkan dia dengan menggoyang-goyangkan badannya. Orang tersebut terbangun dan mengucek-ucek matanya yang penuh dengan kotoran. Setelah itu, ia melihat Eko dan bertanya, “Siapa kau?”

    “Eko Menjangan,” jawab dengan kasar Eko. “Kalau lo?”

    “Shaka KaJama, imigran dari Africo!” jawab Shaka dengan tidak ramah.

    Tinggi Shaka mencapai 168 cm, kulitnya hitam, rambutnya keriting lebat, dan berbrewok. Badannya kurus dan berotot. Mukanya sedikit tampang dan hidungnya Ia sangat ahli melempar tombak dan jago berburu rusa.Mungkin itusedikit deskripsi dari Shaka. Kemampuan tarungnya diperkirakan ada di bawah Made dan Kosim.

    Eko menantap muka Shaka dengan tatapan kebencian dan ia memperlihatkan bagian bajunya yang ada noda lumpur kepada Shaka. Melihat hal itu, Shaka menjadi bingung dan meminta si Eko untuk menjelaskan apa yang ia maksud. Dengan kesal, Eko menjelaskan, “Ini kotor karena motormu tak sengaja menciprati baju baru ini tadi pagi. Kau harus tanggung jawab!”

    Setelah mendengar hal itu, Shaka hanya bisa menghela nafas dan dengan tenangnya ia berkata, “Jadi, apa yang mesti gue tanggung jawab? Lo mau uang? Kagak bakalan gue kasih!”

    “Emang kenapa?” tanya Eko. Mukanya terlihat kesal terlebih omongan Shaka menusuk hatinya.
    “Uangnya buat main PS ) bareng temen-temen SMP gue!” jawab Shaka sambil mengupil. “Sekalian reunian walaupun belum terlalu lama berpisah.”

    Mendengar hal itu, Eko terlihat makin kesal. Ia memberi kode lewat tangannya kepada anak buahnya untuk menyeret Shaka ke pojok dan dengan cepat, Shaka diseret paksa puluhan pengikut Eko ke belakang. Shaka yang diseret tak tinggal diam saja, ia langsung melakukan perlawanan dan terlibat baku hatam satu sama lain. Eko ikut menyerang Shaka dan Shaka terlibat pertempuran satu lawan banyak. Melihat Shaka dikeroyok massa, timbul rasa kasihan di hati Kosim dan sebagai teman sebangku yang baik, ia bertekad menolong Shaka.

    “Aku harus tolong dia,” pikir Kosim. Kosim bangkit dari tempat duduknya dan ikut Shaka melawan Eko dan anak buahnya. Kosim dikeroyok 10 orang sekaligus sedangkan Shaka di keroyok 26 orang dan itu sudah termasuk Eko. Sanggahan, tonjokan dan kepretan dihempaskan Kosim kepada semua orang yang menyerangnya. Tak ada orang yang sanggup membalas serangan dari Kosim. Semua serangan Kosim sangat cepat dan gerakannya susah untuk ditebak oleh lawan-lawannya. Kehadiran Kosim menjadi momok menakutkan bagi para anak buah Eko.

    Melihat keributan di belakang kelas, Made menawarkan sesuatu kepada Parja, “Par, mau ikutan lawan mereka?”Parja pun menangguk dan mereka berdua langsung bangkit dan ikutan bertempur bersama Kosim dan Shaka melawan Eko dan anak buahnya. Orang-orang yang sedang menonjok Shaka langsung diserang Parja dan Made. Made dengan kemampuan pencak silatnya langsung membuat semua lawannya tak bisa membalas semua serangannya. Parja memang tak punya basis di silat tapi ia cukup membantu Made melawan banyak orang. Serangan Parja memang tak sekuat Made atau Kosim tapi ia cukup bagus dalam menangkis serangan.

    Pertempuran tersebut terjadi di belakang kelas dan hanya satu murid X-I yang tak mengikuti acara perkelahian tersebut. Orang tersebut duduk di atas meja guru dan menyalakan musik dari Tape recorder miliknya. Musik yang di putarkannya cukup bisa mengiring situasi yang terjadi di belakang, situasi pertempuran. Nama dari orang tersebut adalah Mahesa Akasa. Tinggi 165 cm dan badan yang kurus. Ia sangat menyukai musik sehingga setiap hari ia selalu membawa Tape recorder. Rambutnya rapi dan punya kumis tipis. Mukanya tidak setampan Kosim tapi nggak sejelek Eko. Musik yang keluar Tape recorder adalah dangdut koplo. Kedua Kaki Mahesa dimainkannya untuk menikmati irama tegang ini.


    Di tengah pertempuran, rambut panjang Kosim dijambak dari belakang oleh lawannya. Dengan kesalnya, Kosim langsung menoleh ke belakang dan menyikut keras muka orang tersebut. Orang tersebut langsung terdorong sedikit ke belakang dan dengan cepat, Kosim memegang kepala orang tersebut dan menjedotkan kepala orang tersebut ke meja yang ada di dekatnya.Ia menjedot-jedotkan kepala orang tersebut lima kali sampai orang tersebut pingsan. Orang tersebut langsung terkapar di lantai dan hidungnya berlumuran darah. Tak hanya ia yang terkapar di lantai, ada banyak pengikut Eko yang tak sadar diri gara-gara tidak kuat menahan serangan lawan mereka.

    Makin banyak pengikut Eko yang satu per satu pingsan dan membuat Eko yang dari terdesak. Pada akhirnya, Eko lah yang masih tersisa sementara semua pengikutnya sudah pingsan semua dan bertebaran di lantai belakang kelas X-I. Di sekeliling Eko ada Made, Parja, Kosim, dan Shaka. Muka mereka semua sudah basah dengan keringat mereka dan banyak luka memar bertebaran di muka mereka. Semua lawan Ekomemasang kuda-kuda mereka dan siap menyerangnya, Eko tak tahu harus bagaimana. Ia menghela dan berkata, “Aku rasa kebencian tak akan menyelesaikan masalah apapun!”

    Setelah mengucapkan kata terakhirnya, ia langsung di serang dari segala arah dan tiba-tiba, pintu terbuka dan muncul Kepsek Rendi berserta Wakapsek Panji. Melihat ada Kepsek dan Wakapsek, Kosim dan semua penyerang berhenti bergerak. Mereka semua langsung berlomba-lomba kembali ke tempat duduk mereka masing-masing agar mereka tidak di hukum oleh mereka. Melihat kehadiran Kepsek dan Wakapsek, Mahesa mematikan Tape recorder dan langsung turun dari meja. Ia berlari ke tempat duduknya yang ada satu meja dengan Eko dan duduk di tempat tersebut bersama Eko.

    Kepsek dan Wakapsek langsung pergi ke belakang kelas. Ketika sampai di belakang kelas, mereka melihat puluhan anak bersergam Panzer bertebaran di lantai dengan luka-luka memar. Dengan cepat, Rendi menyuruh Panji memanggil para guru. Panji menuruti perintah atasannya dan ia langsung keluar dari kelas. Setelah keluar dari kelas, ia berlari ke ruangan guru dan ketika sampai di ruangan guru, ia langsung memerintahkan guru-guru yang ada di ruangan tersebut untuk pergi ke kelas X-I. Pada akhirnya, sektiar 25 guru pergi ke kelas X-I di bawah komando Panji. Di dalam kelas, Rendi mengecek satu persatu kondisi anak-anak X-I yang pingsan dan beruntung, tak ada yang mati ataupun luka berat. Sementara itu, para murid X-I yang masih sadar hanya terdiam dan berharap tak mendapat sanksi berat dari Kepsek atas perbuatan yang mereka lakukan. Pada awalnya, Kepsek dan Wakapsek pergi ke kelas X-I karena mereka ingin memberikan sambutan kepada murid baru, tapi melihat kondisi seperti ini, sepertinya itu tak akan pernah terjadi di kelas tersebut. Kepsek dan Wakapsek memakai baju yang berbeda, mereka memakai baju seperti baju orang kantoran.

    Sesampainya Panji dan para guru ke kelas, mereka langsung diperintahkan Rendi untuk membawa semua anak yang pingsan ke UKS. Para guru menaati perintah atasan mereka dan dengan cekatan, para guru membawa semua anak X-I yang pingsan ke UKS. Setelah semua guru membawa orang-orang yang pingsan, kelas menjadi sunyi dan Kepsek berdiri di depan kelas dengan di damping wakilnya. Para pelaku kejadian hanya terdiam dan menundukan kepala, mereka tak berani melihat Rendi ataupun Panji. Di luar masih hujan dan keringat terus keluar dari muka para pelaku mulai dari Kosim, Shaka, Eko, Made, dan Parja. Baju mereka terlihat acak-acakkan dan tidak rapi karena bekas dipakai berkelahi.

    Tidak seperti mereka, Mahesa terlihat santai dan berharap tak terkena hukuman karena ia tak ikut-ikutan berkelahi seperti mereka. Mahesa memasukan Tape recorder kecilnya ke dalam kolong mejanya agar tidak disita oleh Kepsek dan Wakapsek Panzer.

    “Ada yang bisa menjelaskan peristiwa ini kepada saya?” tanya Rendi. Semua murid X-I membisu. Melihat semuanya membisu, Rendi langsung memukul papan tulis dengan penggaris kayu miliknya.Rendi menjadi galak karena ia harus menegakan supremasinya sebagai kepala sekolah STM Panzer Yabar kepada orang-orang yang melakukan kesalahan.

    Semuanya hanya diam ketakutan saat itu. Rendi kembali mengulang pertanyaannya dengan pukulan lebih keras dari sebelumnya. Semuanya hanya terdiam dan ketakutan. Pada akhirnya, Mahesa buka mulut dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Kepsek serta Wakapsek Panzer. Setelah mendengar penjelasan seperti itu, Kepsek memberikan uang kepada Mahesa dan Mahesa senang menerima uang sebesar Er 4,00yang bisa ia bisa manfaatkan untuk beli satu buah paha ayam goreng Warteg (Warung Tega).

    Pada awalnya, Kepsek ingin memberikan hukuman skors kepada mereka tapi atas saran dari Wakapsek, Kepsek langsung meringankan hukumannya menjadi hukuman memotong rumput lapangan STM Panzer. Made, Parja, Kosim, Shaka, dan Eko dalam hati merasa bersyukur mendengar hukuman tersebut. Rendi melihat ke jendela hujan sudah reda dan dengan cepat, ia memberi komando kepada semua anak X-I yang ada di kelas kecuali Mahesa untuk pergi ke gudang dan memotong rumput lapangan. Semua anak X-I menuruti komando Rendi dan dengan di antara Panji, mereka pergi ke gudang STM Panzer.


    Di dalam gudang, Panji menyuruh mereka mengambil alat-alat pemotong rumput dan mengingat STM Panzer tak punya mesin pemotong rumput, mau tak mau mereka harus memotong rumput lapangan dengan menggunakan alat pemotong sederhana. Setelah mendapatkan alat-alat pemotong rumput, Kosim, Shaka, Made, Parja, dan Eko dengan muka sedikit murung pergi ke lapangan STM Panzer. Mereka menggulung lengan baju mereka dan mulai memotong rumput di bawah pengawasan Panji. Panji bersandar di salah satu tembok kelas dan mengawasi kerja mereka sampai selesai.


    Rendi keluar kelas X-I dan pergi menghampiri Panji, Ia ikut mengawasi mengawasi kerja para anak X-I sampai siang hari. Sementara itu di kelas X-I, Mahesa yang sendiri di kelas menyalakan musik dari Tape recorder untuk mengisi waktunya.

    Pada saat berkerja, Eko meminta maaf kepada semua orang yang melawannya atas kejadian tadi di kelas. Kelihatannya semua lawannya Eko memaafkan perbuatannya. Shaka, Eko, Made, Parja, dan Kosim mulai bisa mengenal satu sama lain dan akhirnya berteman. Mereka berkerja keras untuk bisa memotong semua rumput STM Panzer agar mereka bisa kembali ke kelas dan membersihkan luka-luka bekas berkelahi yang masih membekas di tubuh mereka. Rendi yang melihat mereka berkerja dengan penuh semangat hanya bisa tersenyum. Ia meninggalkan tempat itu dan pergi ke ruangan UKS.

    Sesampainya di ruang UKS, ada Daeng Mattawang yang duduk di kursinya. Lokasi tempat duduk Daeng ada di dekat pintu masuk ruangan Uks. Ruangan UKS cukup besar dan ada sekitar 25 kasur yang di tutupi tirai berwarna putih. Daeng merupakan penjaga ruangan Uks sekaligus guru teknisi tank STM Panzer. Tingginya sekitar 174 cm dan kumis tebalnya menjadi ciri khas darinya. Wajah sawo matang dan tampan. Umurnya sekitar 43 tahun dan tak terlalu tua untuk ukuran guru-guru STM Panzer.

    Melihat ada Daeng, Rendi menghampiri Daeng Mattawang dan bertanya kepadanya, “Bagaimana dengan kondisi mereka?”

    Daeng langsung bangkit dan membuka semua tirai putih. Ia memperlihatkan murid-murid X-I yang tak sadarkan diri kepada Rendi. Banyak dari mereka sudah di obati oleh Daeng dan Daeng mengutarakan sesuatu kepada Rendi, “Pak Kepsek, Mereka masih tak sadarkan diri dan sepertinya, mereka baru sadar pada siang nanti!”

    “Aku mengerti,” kata Rendi melihat anak-anak X-I terbujur kaku di kasur-kasur mereka. Rendi langsung berjalan ke arah pintu dan sebelum meninggalkan ruangan ini, ia berpesan kepada Daeng untuk menjaga mereka dan Daeng berjanji akan menjaga mereka. Rendi keluar ruangan Uks dan pergi ke ruangan kerjanya.

    Pada akhirnya, hari pertama STM Panzer tidaklah berjalan mulus seperti apa yang di harapkan banyak orang mulai dari Kepsek sampai murid X-I. Shaka dan kawan-kawan berhasil menyelesai pekerjaan mereka, mereka di perbolehkan Panji kembali ke kelas dan ketika masuk ke dalam kelas, mereka melihat Mahesa sedang dugem dengan musik diskotik dari Tape recorder milik Mahesa.

    “Oh yeh, oh yeh..” teriak tak jelas Mahesa sambil berjoget-joget tak jelas. Jogetannya campuran jogetan diskotik sama jogetan dangdut. Goyangan tersebut agak erotis bagi yang sering menonton film dangdut erotis.

    Semua orang yang baru datang terperangah melihat Mahesa berjoget.

    Melihat ada mereka di kelas, Mahesa langsung mematikan Tape recorder miliknya dan duduk ke tempat duduknya. Melihat hal itu, Mereka berpura-pura tidak melihat hal memalukan itu dan langsungkembali ke tempat duduk masing-masing. Panji masuk ke kelas lalu ia memberikan tanda nama kepada masing-masing anak X-I yang ada di kelas. Tanda nama berisi nama lengkap anak murid STM Panzer dan keterangan kelas berapa. Setiap pergantian tahun, tanda nama akan diganti dengan tanda nama baru untuk memperbarui keterangan kelas. Selain memberikan tanda nama, ia memberikan baju olahraga kepada mereka semua. Setelah itu, ia kembali ke kantornya dan berpesan kepada mereka untuk tidak ribut. Selain itu, ia memberi pesan kepada Kosim dan kawan-kawan untuk memberi anak X-I yang lain untuk pergi ke ruangan Kepsek untuk mendapatkan tanda nama dan baju olahraga. Di lain pihak, Rendi pergi ke kelas X-II lalu X-III untuk memberikan sambutan hangat kepada para murid baru.

    Jam belajar STM Panzer di mulai dari 6.30 sampai 15.00 dengan banyak mata pelajar antara lain; Matematika, teknik tank, sejarah, bahasa Nusatoro, bahasa Anglo(bahasa internasional), bahasa lokal, ilmu tank, dan olah raga. Untuk hari ini, semua murid dipulangkan pada jam 12 karena baru hari pertama dan itu berarti tak ada pelajaran di hari ini. Untuk mengisi waktu kosong, Kosim dan orang-orang yang ada di kelas memilih memperkenalkan satu sama lain agar bisa mengenal lebih dalam teman baru mereka. Istirahat pertama STM Panzer berlangsung pada jam 9 sampai jam 10 sedangkan untuk istirahat kedua berlangsung dari jam 12 sampai jam 13. Dalam melakukan pembayaran uang SPP, anak STM Panzer harus membayar sebesar Er 100 perbulan. Uang pembayaran SPP dapat di berikan kepada Kepsek atau Wakapsek jika mau langsung. Jika mau memakai jalur tidak langsung maka anak STM Panzer hanya perlu mentrasfer uang ke rekening Kepsek untuk membayar SPP.

    Semua anak X-I kembali ke kelas pada jam 11 setelah semua sadarkan diri. Mereka kembali ke kelas dengan banyak luka perban di luka mereka baik luka memar maupun luka di hidung. Mereka kembali ke tempat duduk mereka masing-masing dan memilih melupakan kejadian tadi pagi. Kejadian tadi pagi langsung menyebar ke kelas-kelas sebelah dan pada akhirnya, hampir semua anak STM Panzer tahu kejadian tersebut.Keesokan harinya, kelas X-I mendapatkan wali kelas guru bahasa Nusatoro yang bernama Andi Gagak. Selain itu, mayoritas anak X-I memilih Eko sebagai ketua kelas dan tak ada yang keberatan dengan hal tersebut termasuk Kosim. Eko tak lagi punya dendam dengan Shaka, ia malah berteman baik dengan Shaka setelah kejadian hari pertama.

    Hari demi hari terus berlanjut, anak-anak STM Panzer kelas X mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan STM Panzer. Kosim diangkat Kepsek sebagai penjaga masjid karena melihat pengetahuan agamanya lebih bagus dibandingkan anak-anak STM Panzer lain. Sedangkan Made diangkat menjadi asisten Daeng di Uks karena Kepsek melihat Made punya kemampuan dalam bidang dunia perobatan.Selain diangkat menjadi penjaga mesjid, Kosim juga diangkat sebagai ketua Rohis STM Panzer dan ia sering dipersilahkan para guru untuk memimpin sholat.

    Di STM Panzer Yabar, murid dan gurunya berbeda-beda agamanya. Muslim, Hindu, dan Kristen mendominasi di STM Panzer. Oleh karena itu, semua warga Panzer (guru dan murid) saling menghormati kepercayaan satu sama lain.
     
  8. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    16 Juli 899..
    Ketika istirahat pertama, Comber alias Eka bersama lima pengikutnya yang antaranya ada Guntur sebagai tangan kanannya berjalan angkuh di koridor gedung I. Melihat banyaknya anak kelas X melihat mereka, Guntur dan para pengikut Comber langsung memarahi mereka semua, “Apa lihat-lihat kami? Mau cari ribut?”

    Semua anak baru ketakutan dan kabur ke kelas mereka masing-masing sehingga koridor sepi dari orang-orang kecuali Comber dan para pengikutnya. Melihat hal itu, Comber berserta pengikutnya kembali melanjutkan perjalanan mereka. Mereka berjalan menunjuk ke kelas X-I untuk mencari anak yang bernama Abdul Kosim. Mereka mencari Kosim karena mereka mendengar keperkasaannya ketika kejadian hari pertama STM Panzer. Entah apa yang mereka ingin lakukan kepada Kosim, yang jelas mereka pergi ke sana dengan tampang serius dan menyeramkan apalagi si Eka alias Comber yang tampangnya sangat menakutan. Raut mukanya menunjukan ia tidak takut melawan apapun termasuk aturan sekolah walaupun ia itu ketua OSIS. Sesampainya mereka di depan kelas, mereka melihat pintu kelas X-I tertutup dan mereka langsung membuka pintu tersebut dengan keras. Semua anak X-I termasuk Kosim terkejut dan mereka langsung masuk ke kelas tanpa mengucapkan salam atau minta izin. Mereka semua berdiri di depan kelas dan menoleh ke sana kemari untuk mencari icaran mereka, Kosim. Semua anak kelas X-I kecuali Eko ketakutan melihat mereka semua. Eko yang duduk di bangkunya kebingungan melihat kakaknya yang sepertinya mencari seseorang. Eko menyahut kakaknya, “Kak, lagi nyari siapa?”

    “Eko, lo tahu yang mana namanya Kosim?” tanya si Eka. Eka terlihat menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

    Dengan cepat, Eko menunjuk Kosim yang duduk di bangkunya. Melihat ia ditunjuk, Kosim kebingungan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah tahu orangnya yang mana, Eka langsung menunjuk Kosim dan berteriak, “Kosim, gue tantang lo untuk bertarung sama gue di kelas XI-II pada tanggal 18 Juli 899 pas istirahat pertama!Kalau lo menang, jabatan ketua berandal bakal gue kasih ke lo!”

    “Ha?!” kaget bukan main si Kosim. Kosim tak pernah menyangka ada kakak kelas yang ingin menantangnya. Di dalam hatinya, ia bingung kenapa kakak kelas tersebut ingin menantangnya? Apakah ia melakukan kesalahan? Karena banyak pertanyaan seperti itu di hatinya, akhirnya ia memberanikan diri bertanya kepada Eka, “Eh, kenapa saya mesti bertarung sama Kak Eka?”

    Eka hanya tersenyum dan berkata, “Rahasia! Pokoknya lo datang ke kelas gue dan ingat, jangan telat!”

    “Kalau telat, lo bakalan tamat!” ancam Guntur yang berdiri di sebelah Eka. Kosim hanya bisa pasrah sementara semua kakak kelas keluar dari kelas X-I tanpa sopan santun. Kosim bisa tahu nama Eka dari tanda nama yang dikenakannya.

    Setelah Eka dan pengikutnya keluar, Kosim hanya bisa menghela nafas dan merasa harus kerja keras untuk bisa melawan Eka. Ia mencoba mendapatkan informasi tentang Eka dari Eko dan Kosim cukup kaget ketika mengetahui Eka itu merupakan kakak Eko. Eko memberi tahu Kosim bahwa si Eka sering memimpin tawuran dan akan berada di garis pertama jika pertempuran berlangsung. Kemampuan bertempur Eka diperkirakan setara dengan Kosim meskipun Eka tak punya basis di dunia pencak silat. Shaka, Made, Parja, Mahesa, semua anak X-I dan Eko mendukung Kosim untuk menghadapi Eka. Eka punya senjata yang sering kali ia bawa di tawuran yaitu kerambit. Hal tersebut memacu semangat Kosim untuk meningkatkan kemampuan bertarungnya agar ia bisa menang melawan Eka. Kosim memperkirakan Eka akan susah di lawan meningat ia itu ketua berandal sekaligus ketua OSIS STM Panzer.

    Ketika istirahat kedua berlangsung, Kosim meminta Made untuk melatihnya agar ia lebih kuat. “Made, bisa nggak lo bantu latih gue jadi lebih kuat dari sebelumnya?” pinta Kosim kepada Made. “Aduh sim, gue ngerasa kalau gue ini masih lemah…tapi kalau lo minta, akan gue lakukan!” jawab Made sambil tersenyum.Pada akhirnya, Made mengajak Kosim pergi ke belakang gedung satu dan mereka berdua mengambil tongkat bambu yang tergeletak di tanah. Made langsung menyuruh Kosim untuk bertarung dengannya dengan menggunakan bambu. Kosim menuruti suruhan Made dan akhirnya, mereka berdua bertarung satu sama lain dengan tujuan meningkatkan kekuatan Kosim. Bertempur dengan menggunakan tongkat bambu berguna untuk meningkatkan respon serangan dan pertahanan Kosim, itu merupakan ide Made dalam pertarungan ini. Pertarungan tersebut menggunakan banyak jurus silat yang gerakannya sangatlah indah. Gerakan mereka berdua sangatlah cepat dan menguras banyak energi mereka berdua. Semua serangan Made bisa di tangkis oleh Kosim dan Kosim langsung menyerang balik namun, semua serangan Kosim dapat ditangkis Made. Selain menggunakan tangan, Kosim dan Made juga menggunakan kaki untuk menyerang dan bertahan.

    Pertarungan mereka menarik perhatian banyak murid Panzer, banyak murid Panzer menonton pertempuran mereka dari jendela kelas masing-masing. Mereka bersorak ria ketika melihat Kosim menangkis semua serangan dari Made dan mencoba menyerang balik yang tentu saja bakal ditangkis si Made. Pertempuran mereka menyita perhatian Panji dan Rendi, mereka melihat pertarungan tersebut dari jendela ruangan kepala sekolah. Melihat pertarungan seperti itu, Panji merasa perlu menghentikan pertarungan tersebut, ia bertanya soal ini kepada Rendi, “Ren, apakah kita harus menghentikan mereka?”

    “Kagak, jangan ganggu gue nonton pertarungan! Lagi seru ini,” larang Rendi. Rendi terlena melihat pertarungan tongkat Kosim dengan Made. Panji pun mengerti, ia langsung kembali duduk ke kursinya dan mengetik kembali dokumennya. Jika Rendi membiarkan hal tersebut terjadi maka Panji tak akan mencoba melarang atau menghukum mereka.

    Pertarungan Made dan Kosim harus berakhir ketika bel berbunyi, tidak ada yang menang dan kalah. Mereka sama-sama kuat tapi Made merasa bahwa ia masih di bawah Kosim. Mereka bersalaman ketika pertarungan sudah selesai dan berjanji untuk bertarung lagi satu sama lain dengan bambu. Melihat pertarungan tersebut berakhir, Rendi mengambil buku catatan dan mencatat kemampuan silat mereka di buku tersebut. Rendi berpikir mereka berdua akan berguna bagi STM Panzer jika sekolah mengirim wakil dalam kejuaraan silat. Tapi Rendi berpikir ulang lagi: memangnya pasti bakal menang ya? Kayaknya banyak yang lebih jago dari pada mereka berdua seingatnya.

    Sepulang dari sekolah, Kosim langsung pergi ke warung kopiMpok Edah dan meminta mpok Edah melatihnya. “Mpok, bisa nggak Mpok latih saya agar saya lebih kuat? Kakak kelas saya menantang bertarung dengan saya dan maka dari itu, saya harus lebih kuat dari sebelumnya? Jadi, tolong latih saya!” pinta Kosim dengan sungguh-sungguh.Mpok Edah tersentuh hatinya dan merasa perlu mengajari Kosim cara bertarung yang benar. Mpok Edah keluar dari gubuk warungnya lalu ia menepuk pundak kiri Kosim. Kosim yang berdiri di depan gubuk tersebut menjadi tercenang dan Mpok Edah berkata dengan wajah serius, “Baiklah, akan gue ajarkan kau bagaimana bertarung dengan baik!”Mendengar hal itu, Kosim gembira bukan main. Ia tak pernah menyangka orang segalak Mpok Edah bersedia melatih dia. Mpok Edah badannya gendut, rambut keritingnya acak-acakan, kulitnya sawo matang, umurnya sekitar 50-an dan rupanya biasa-biasa saja.

    Mpok Edah merupakan salah satu anggota persekutuan juragan-juragan Yabar. Persekutuan juragan-juragan Yabar merupakan salah satu organisasi yang bertujuan mempertahankan usaha mereka dari rongrongan mafia Maung Briangan. Anggotanya terdiri dari para juragan dankonglomeratyang tak bisa diajak kompromi oleh mafia. Mpok Edah juga merupakan salah satu pendekar silat wanita terkuat di Nusatoro. Ia punya 2.127 anak buah yang tersebar di Yabar dan terkadang, anak buah Edah sering terlibat konflik dengan mafia Briangan jika terjadi perebutan wilayah kekuasaan. Mafia Briangan merupakan mafia terkuat di Nusatoro dan penyebab banyaknya kejahatan di Yabar. Nama asli dari Mpok Edah adalah Maidah binti Sulaiman, ia juga sering di panggil Hj.Edah oleh banyak orang.

    Setelah mengganti baju dengan baju silat berwarna hitam, Mpok Edahsiap melatih Kosim. Ia memerintahkan semua anak buahnya untuk menutup warung. Semua anak buah menurut dan warung segera tutup oleh mereka. Setelah itu, Mpok Edah bersama 20 anak buahnya langsung membawa Kosim ke lapangan kosong di dekat kontrakan Mpok Edah. Di sana, Kosim diperintahkan lari 20 putaran untuk melatih kecepatan larinya agar ia bisa kabur kalau seandainya ia kalah. Kosim langsung berlari satu putaran yang sekali belari satu putaran setara 50 meter! Bisa diartikan bahwa Kosim telah berlari 1.000 meter atau setara dengan 1 kilometer! Setelah berlari, Mpok Edah berikan minuman olahraga kepada Kosim dan Kosim langsung duduk di pojok lapangan. Dengan cepat, Kosim menghabiskan minuman dalam beberapa tegukan tersebut karena ia sangat haus. Di saat ia minum, Kosim melihat semua anak buah Edah sedang melakukan pemanasan di pinggir lapangan aspal ini. Di dalam pikiran Kosim terlintas pikiran kenapa mereka melakukan hal itu? Apa yang akan mereka lakukan setelah melakukan pemanasan? Setelah minuman Kosim habis, mpok Edah menghampiri Kosim dan menyuruhnya untuk bertarung melawan 20 anak buahnya sekaligus. “Ha, apa kau gila!” teriak Kosim setelah mendengar hal tersebut. “Mana mungkin saya bisa melawan 20 orang sekaligus?”

    “Tenang Kosim,” Mpok Edah mencoba menenangkan Kosim sambil menepuk-nepuk pundaknya, “Mereka tak akan pakai senjata dan kalian akan bertarung dengan tangan kosong. Latihan ini sangat penting agar kau bisa bertarung melawah musuh yang banyak!”

    Kosim menghela nafasnya dan dengan terpaksa menerima perintah janda tersebut. Ia berdiri di tengah lapangan dan di depannya ada 20 orang lelaki tak bersenjata yang bersiap melawan Kosim. Mpok Edah berdiri di pinggir lapangan dan ia menunggu waktu yang tepat untuk memulai latihan ini. Ia mengingatkan kepada dua kubu untuk tidak serius karena jika mereka serius akan dikhawatirkan ada yang terluka. 20 orang tersebut tidak punya basis di bela diri tapi mereka cukup bagus dalam bertarung, mereka pernah bertarung melawan pasukan mafia Maung di pasar Minggu dan mereka semua masih hidup padahal siapa saja yang berani melawan Maung, bakal jadi mayat. Mereka bisa selamat gara-gara ada Mpok Edah yang turun ke medan pertempuran melawan para mafia. Mungkin jika Edah tak turun, mereka sekarang sudah ada di dalam kuburan. Kejadian itu terjadi pada tanggal 2 Januari 899 dan melibatkan 452 pasukan persekutuan juragan melawan 531 mafia Maung dalam perebutan pasar Minggu. Perebutan tersebut berakhir dengan kemenangan Edah dan menyebabkan kedua belah pihak melakukan genjatan senjata selama 1 tahun.

    Kosim dan 20 orang tersebut memasang posisi kuda-kuda yang menunjukan mereka siap. Banyak anak-anak kecil yang duduk di pinggir lapangan, mereka sepertinya ingin menonton pertarungan Kosim melawan 20 orang. Mpok Edah melihat ke jam tangannya dan melihat mentari di langit yang berwarna jingga. Ia langsung berteriak, “Mulai!”

    20 orang tersebut langsung berlari ke arah Kosim dan menyerang bersama-sama. Kosim langsung menangkis setiap serangan mereka semua dan melakukan teknik kuncian kepada lawannya untuk mematikan pergerakan. Pertarungan tersebut membuat banyak anak-anak kecil kegirangan. Satu per satu orang tersungkur ke tanah. Mereka yang tersungkur tak berani berdiri dan menyerang Kosim. Semua tinjuan mereka bisa ditangkis oleh lengan kanan Kosim. Serangan Kosim sangatlah menakutkan dan menyakitkan. Gerakan Kosim sangat cepat, seketika ia langsung meninju dagu lawannya di belakang padahal beberapa detik lalu, ia mengkepret musuhnya yang ada di depannya. Hal tersebut membuat lawan-lawannya kesusahan mengalahkan Kosim. Mpok Edah terkesima dengan kemampuan Kosim dan meningatkannya pada putranya yang sekarang menjadi pengawal Bhayangkara Maharaja Nusatoro. Pada akhirnya, 20 orang tersebut kalah dari Kosim dan mereka semua memberi selamat kepada Kosim yang mereka rasa sudah cukup kuat. Mendengar hal itu, Kosim hanya tersipu malu tetapi Mpok Edah merasa Kosim belum kuat. Akhirnya, ia memerintahkan Kosim untuk push up sampai mentari terbenam agar kemampuan fisiknya bertambah kuat.

    Mentari terbenam di ufuk barat. Anak-anak kecil yang menonton Kosim push up pulang gara-gara orang tua mereka datang menjemput mereka. 200 push up ia kerjakan dan ketika ia mau push up ke 201, ia pingsan dan tersungkur di lapangan. Mpok Edah memerintahkan semua anak buahnya yang menanggur untuk mengotong Kosim ke kontrakan si Kosim. Di dalam kontrakan Kosim, ia ditaruh di kasurnya dan mereka membiarkan Kosim tidur lelap di kasurnya.

    Pada keesokannya, Kosim meminta Eko untuk melatihnya agar ia bisa tambah kuat. Eko mengabulkan permintaan tersebut dan ia bersama anak X-I membawa Kosim ke belakang sekolah. Di sana, Kosim tidak hanya di latih bertempur melawan satu lawan satu tapi satu lawan banyak layaknya kejadian kemarin sore. Shaka, Parja, Made, dan semua anak X-I mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk melatih Kosim. Mereka sangat ingin Kosim bisa menang melawan Eka dan merebut tahta ketua berandal STM Panzer dari Eka meskipun si Kosim tak mau tahta sepertinya.

    “Aku tak mau jadi ketua berandal jika aku menang melawannya. Aku tak mau menjadi berandal! Kau saja yang menjadi ketua berandal!” jawab si Kosim ketika ditanya Eko soal tahta ketua berandal Panzer. Pantas Kosim berkata seperti itu, Kosim bukanlah berandal seperti Eka. Kosim merupakan anak baik-baik dan ramah yang tak suka bertempur. Ia hanya bertempur jika situasi memaksanya.Ketika anak X-I sedang melakukan melatih Kosim, tidak ada orang melihat mereka termasuk Kepsek dan Wakapsek. Mungkin saja, jika Kepsek melihat kejadian ini maka entah apa yang akan di lakukan Kepsek tersebut? Jalan otaknya susah untuk ditebak!
    Malam hari tiba, Kosim menghabiskan waktu malamnya untuk mengeluarkan energi dalamnya agar kemampuan silatnya lebih kuat dari sebelumnya. Dan pada akhirnya, ia berhasil mengeluarkan energi dalamnya setelah mengikuti petunjuk buku silat milik Mpok Edah yang ia pinjam tadi sore. Hal tersebut membuat kemampuan silat Kosim lebih kuat dari sebelumnya. Dengan kondisi seperti ini, ia sudah siap menghadapi Eka dan para pengikutnya. Ia bertekad untuk menang melawan mereka agar usaha yang ia lakukan tidak sia-sia.

    Ketika jam istirahat pertama sudah tiba, Kosim tertidur dengan lelap di tempat duduknya. Ia tertidur karena kantuknya sudah tak bisa tertahankan dan mungkin saja iniadalah konsekuensi akibat tidak tidur sepanjang malam. Di samping Kosim ada Shaka dan Shaka mencoba membangunkan Kosim, “Sim..sim, bangun!”Kosim tak merespon, Shaka mencoba membangunkannya tapi Kosim malah mengeluarkan banyak air liur dari mulutnya. Karena ia susah membangunkan Kosim akhirnya, ia memanggil Panjul dan Karyo untuk membangunkan Kosim.

    Panjul Anakrawarti atau lebih dikenal Panjul merupakan sahabat baru Kosim, ia merupakan orang yang menguasai dunia komputer gara-gara ia penjaga Warnet. Rupanya cukup menawan, tingginya mencapai 173 cm dan badan kurusnya kurang berisi. Mukanya bersih. Kulitnya kuning langsat. Suaranya berat dan rambut pendek merupakan ciri khas darinya. Sementara itu, Karyo merupakan teman sebangku Panjul. Ia merupakan teman terdekat dari Panjul. Ia merupakan orang yang pernah dijedot-jedotkan ke meja oleh Kosim dan menyebabkan mukanya bertambah jelek 10% dari sebelumnya. Bibir monyongnya merupakan ciri khas dari Karyo. Rambutnya ikal pendek dan tingginya sekitar 170 cm. Mukanya sama jeleknya dengan Eko. Kulitnya sawo matang. Nama panjang dari Karyo adalah Karyo Kusumo.

    Panjul dan Karyo mencoba membangunkan Kosim dengan cara mereka sendiri yaitu dengan cara membuka sepatu kiri Kosim dan menggelitik kaki Kosim dengan tangan kanan Karyo. Ketika Karyo menggelitik kaki Kosim, Bau tak sedap dari kaki Kosim masuk ke hidup Karyo sehingga mau tak mau Karyo harus menutup hidungnya. “Bau amat nih kaki!” keluh Karyo. Mendengar keluhan si Karyo, Panjul memukul kepala Karyo dan berkata, “Karyo, Kalau kerja jangan ngeluh!”

    “Iya…” jawab Karyo sambil meraba-raba kepalanya yang sedikit sakit. Karyo terus mengegelitik kaki Kosim dan Kosim mulai tersenyum-senyum sendiri. Pada akhirnya, ia bangun dari tidurnya gara-gara tak tahan menahan rasa geli.

    “Aduh, jadi pengen pipis nih!” kata Kosim setelah ia membuka dua matanya. “Hore, Kosim bangun!” senang teman-teman Kosim. Kosim bingung apa yang sebenarnya terjadi, ia melihat jam tangannya dan baru sadar bahwa sekarang ini ia harus melawan Eka. Ia langsung bangkit dari tempat duduk dan berjalan keluar. Ia sudah siap melawan Eka, tapi sebelum itu, ia harus ke toilet untuk pipis.

    Kosim berjalan ke toilet dan semua anak X-I mengikutinya, Kosim membiarkan mereka mengikutinya dan mereka semua menyeru-nyerukan nama Kosim di sepanjang perjalanan. Sepertinya mereka akan jadi pendukung Kosim dalam pertarungan. Tingkah laku para pendukung Kosim mendapat perhatian orang-orang di sepanjang perjalanan mereka dan membuat massa pendukung Kosim makin bertambah gara-gara mendengar kabar si Kosim bakal menonjok kakak kelas. Kosim pergi ke toilet dan massa pendukungnya mengikutinya masuk ke toilet. Melihat mereka begitu, Kosim langsung memarahi mereka, “Woi, jangan ikuti gue ke dalam toilet!”

    Semua pengikut Kosim terdiam. Kosim langsung masuk ke toilet dan semua pengikutnya menunggu jawara mereka keluar dengan berdiri di depan toilet tersebut. Toilet STM Panzer hanya ada satu dan memakai WC jongkok. Toilet STM Panzer baunya cukup menyengat di hidung namun beruntung, Ki Dang selalu memasang pewangi ruangan pada toilet Panzer dan menggantinya setiap hari. Bak toilet terbuat dari batu bata dan memakai air tanah. Jika air kran tak keluar gara-gara mati listrik maka tak jarang WC tidak disiram sehingga membuat kotoran feses mengeras di WC.Setelah selesai pipis, Kosim pergi ke kelas XI-II dengan diikuti massa pendukungnya. Para pendukung Kosim
    membuka jalan untuk Kosim dan mengusir orang-orang yang menghalangi jalannya Kosim. Kosim berjalan dengan gagah dan di dalam hatinya, ia yakin bisa mengalahkan si Eka. Optimismenya dalam tingkat tertinggi. Keyakinan ia bisa menang sangatlah besar. Ia menggulung baju seragamnya agar pertarungannya berjalan dengan lancar. Sesampainya Kosim di depan kelas XI-II, Kosim di persilahkan masuk oleh salah satu pengikut Eka dan massa pendukungnya dilarang masuk. Hal itu tentu membuat massa pendukung Kosim kecewa tapi Kosim berjanji kepada mereka bahwa ia bisa mengalahkan Eka. “Tenang semua, gue pasti bisa mengalahkan si Eka!” kata Kosim, “jadi, kalian bisa kembali ke kelas masing-masing!”

    Semua pengikutnya akhirnya kembali ke kelas masing-masing dan Kosim masuk ke dalam kelas XI-II. Di dalam kelas XI-II, Kosim melihat semua mata anak XI-II memandang sinisnya dan kelas ini sangatlah gelap. Bisa di bilang bahwa kelas ini adalah kelas tergelap di antara kelas-kelas STM Panzer. Lampu tidak dinyalakan demi menjaga gelapnya kelas. Kosim bingung mana Eka. Ia menoleh ke sana kemari untuk mencari Eka. Semua anak XI-II memandang Kosim dan melihat ada Kosim, Eka yang duduk di belakang langsung memanggil Kosim, “Woi lo, Kosim! Sini!”

    Kosim langsung menoleh ke tempat Eka berada. Eka duduk sebangku dengan Guntur dan terlihat banyak orang yang mengerumuni tempat duduk Eka. Kosim menghela nafas dan memberanikan diri melangkah ke tempat Eka.Di mata Kosim, ia melihat disekujur tubuh Eka keluar aura gelap yang mengintimidasi jiwanya. Aura tersebut juga mengintimidasi jiwa guru-guru, Panji dan Rendi saat mereka menegur Eka yang sering tawuran padahal ia ketua OSIS. Walaupun Eka sering tawuran, ia merupakan ketua OSIS yang bijaksana dalam membuat keputusan. Aura gelap tersebutmembuat optimisme Kosim menghilang dan keluarlah rasa takutnya dengan ketua berandal STM Panzer tersebut. Aura kegelapan merupakan kekuatan tersembunyi Eka yang tak pernah Eka sadari dan hanya bisa dilihat oleh orang yang melawannya dan yang tak mau melawannya tak dapat melihat aura tersebut. Semua orang yang melihat aura tersebut akan hancur nyalinya untuk melawan Eka. Selain itu, jika Eka kesal maka aura tersebut keluar dan mengintimidasi orang yang ia kesali.

    Semakin dekat dengan Eka, semakin banyak keringat dinginnya bercucuran di muka Kosim. Di dalam pikirannya terlintas pikiran apakah ia bisa mengalahkan Eka atau tidak? Rasa semangatnya sudah luntur.Terlintas pikirannya untuk kabur tapi ia menolak untuk kabur. Pada akhirnya, Kosim memaksakan diri untuk tetap bertarung melawan Eka. Entah pertarungan apa yang akan di pakai, tangan kosongkah atau memakai senjata? Itulah yang Kosim pikirkan sekarang.

    Sesampainya Kosim di tempat duduk Eka. Eka menyuruh Kosim mengambil bangku kosong dan bergabung dengannya. Kosim duduk di bangku dan bersiap-siap untuk bertarung. Eka melihat raut Kosim yang tegang, ia hanya tersenyum melihat hal itu. Eka bertanya kepada Kosim, “Apa lo siap untuk bertarung?”

    Kosim menangguk dan Eka mengeluarkan sesuatu dari kalong mejanya. Ia menaruh benda tersebut di meja dan itu adalah papan permainan monopoli.Mainan monopoli dibuka dan dirapikan oleh Guntur. Melihat itu, Kosim kebingungan lalu ia bertanya kepada Eka, “Kak Eka, bukannya kita bertarung secara fisik?”

    “Kekerasan tak akan menyelesaikan masalah dan pertarung tidak mesti memakai kekerasan.Kita tarung pakai cara STM Panzer; monopoli!” jawab Eka sambil menepuk-nepuk papan main monopoli. Mendengar hal itu, Kosim hanya terperangah dan merasa semua usahanya yang ia lakukan demi meningkatkan kemampuan bertarung fisiknya sia-sia belaka. Perjuangan beratnya mengeluarkan energi dalamnya sia-sia belaka karena ia tidak akan bertarung fisik melawan Eka.

    “Dari angkatan pertama sampai sekarang, untuk menentukan ketua berandalan akan ditentukan dengan main monopoli. Yang menang akan mendapatkan jabatan ketua berandal STM Panzer tapi kalaukalah maka jabatan ketua bertahan oleh sang penahan,” tutur Eka kepada Kosim. “Gue bisa mendapatkan jabatan ketua berandalan karena ketika Januari 899, gue menantang kak Ronald yang merupakan mantan ketua berandal yang sekarang sudah anak kelas XII. Permainan monopoli berhasil gue menangkan dan Ronald memberikan jabatan tersebut kepada gue!” cerita si Eka kepada Kosim.

    “Kosim, apa lo siap melawanku?” tanya Eka dengan penuh semangat. Mau tidak mau Kosim menjawab, “Iya!” Mendengar hal itu, Eka langsung menepuk pundak kiri Kosim dan berkata, “Bagus!”

    Sebelum permainan dimulai, Eka menjelaskan cara main monopoli STM Panzer. Permainan monopoli STM Panzer berlangsung selama 20 menit dan siapa yang menang adalah orang yang mempunya uang banyak dari pemain-pemain lain. Setelah selesai menerangkan, akhirnya permainan dimulai.

    Monopoli tersebut punya nama yaitu; monopoli legendaris STM Panzer Yabar. Papan monopoli tersebut terbuat dari kayu, uangnya dibuat dari kertas dan sepertinya ditulis dengan tulisan tangan mengingat tahun 881 belum ada komputer, dan bangunan-bangunannya terbuat dari kayu. Papan dan alat main monopoli masih terlihat baguskarena di rawat dengan baik oleh ketua berandal tiap generasi.Selain digunakan sebagai alat penentu perpindahan jabatan, mainan tersebut bisa digunakan untuk mengisi waktu dengan bermain bersama teman-teman. Perlu diketahui bahwa monopoli legendaries STM Panzer bukanlah hasil beli di pasar malam tapi hasil buatan tangan-tangan kreatif angkatan pertama STM Panzer. Kover kardus monopoli tersebut berupa gambar sekolah Panzer era 881.

    Pada awal permainan, Kosim dan Eka mengambil uang sebesar 1.000,00 Erak (uang monopoli). Untuk menentukan jalannya pion, mereka mengocok dadu dengan bergilir. Setiap kali pemain berhasil memutar satu kali papan, mereka akan mendapatkan uang 5.000,00 Erak(uang monopoli). Pada menit-menit pertama, Eka mendominasi permainan dengan mendirikan banyak hotel di daerah A dan B tapi pada akhirnya, Kosim-lah yang berhasil menang karena ia mendirikan banyak hotel di wilayah yang tak dikuasai Eka. Semua pendukung Eka termasuk Guntur kecewa dengan Eka. Dengan besar hati, Eka memberikan alat main monopoli ini kepada Kosim dan alat tersebut sudah menjadi milik angkatan Kosim, angkatan 18. Kosim senangnya bukan main, ia berhasil mengalahkan Eka yang dikenal tak terkalahkan di bidang apapun. Setelah mendapatkan papan monopoli, ia pergi dari kelas XI-II dan berjalan di lorong dengan girang. Hal tersebut tentu menjadikan Kosim objek perhatian orang-orang yang lewat lorong. Kosim tak peduli dengan hal itu, ia tak sabar menceritakan kemenangannya kepada teman-teman sekelasnya. Selain mendapatkan papan monopoli, ia mendapat jabatan baru di STM Panzer yaitu ketua berandalan STM Panzer. Kosim merasa jabatan tersebut harus lepas darinya, oleh karena itu ia harus menantang seseorang dan kalah sehingga jabatan tersebut bisa lepas darinya. Jika ia terus menjadi ketua berandalan maka ia bakal jadi incaran utama dari semua sekolah di Yabar. Tentu saja Kosim tak akan meninginkan hal itu terjadi. Ia ingin jabatan ini lepas dari dirinya.

    Sesampai di kelasnya, Kosim melihat semua temannya terlihat kebingungan. Mereka bingun kenapa muka Kosim tidak ada luka sama sekali padahal mereka sudah mempersiapkan obat-obatan dan perban jika Kosim pulang dengan terluka parah. Bahkan, Eko sudah siap menyewa ambulan jika Kosim sekarat setelah bertarung mati-matian melawan kakaknya.

    Untuk memperjelas apa yang terjadi, Kosim menceritakan kepada mereka semua tentang kejadian yang berlangsung selama di kelas Eka Semua anak X-I kaget bukan main. Mereka baru tahu kalau perebutan jabatan ketua berandalan STM Panzer hanya bisa dilakukan dengan main monopoli. Kosim menunjukan monopoli tersebut kepada semua temannya. Seluruh anak X-I terpana melihat monopoli legendaris tersebut.

    Kosim menghampiri meja Eko. Eko bingung kenapa Kosim pergi ke mejanya dan di sana, Kosim meminta Eko untuk mengalahkannya dalam permainan monopoli agar gelarnya bisa di berikan ke Eko. Dengan senang hati, Eko menerima permintaan tersebut dan di mulailah permainan monopoli antara Kosim dengan Eko yang bertempat di meja Eko. Permainan tersebut menarik perhatian semua anak X-I, mereka semua langsung mengerubungi tempat permainan itu berlangsung. Ketika permainan berlangsung, Kosim mencari cara agar ia kalah dan akhirnya, ia kalah melawan Eko. Kosim sengaja bangkrut demi hilangnya jabatan ketua berandalan STM Panzer. Eko secara resmi menjadi ketua berandalan STM Panzer dan hal itu membuat semua anak X-I merayakan naiknya Eko menjadi ketua berandalan namun naas, guru sudah masuk dan perayaan tersebut ditunda sampai istirahat kedua.Kosim menjadi ketua berandalan STM Panzer hanya dalam waktu 10 menit saja yang membuatnya menjadi ketua berandal STM Panzer Yabar paling cepat waktunya di banding yang lain. Eko merupakan ketua berandalan STM Panzer ke-20 dan ia menjadikan Eka, mantan ketua berandalan sebagai wakilnya sehingga Eka masih berkontribusi dalam dunia berandalan STM Panzer. Monopoli disimpan Eko di kolong mejanya. Monopoli tersebut sering digunakan anak X-I main jika guru tidak ada.

    Pada sore hari setelah kejadian pertarungan monopoli, Kosim di tanya Mpok Edah soal pertarungannya melawan Eka. Kosim hanya menjawab, “Tak ada pertarungan fisik. Yang ada hanya pertarungan game monopoli!”Mendengar hal itu, Mpok Edah tertawa bahak-bahak. Mpok Edah tak pernah membayangkan kalau pertarungan adik kelas melawan kakak kelas hanyalah pertarungan game monopoli dan bukan pertarungan fisik. Kosim mengatakan kepada Mpok bahwa latihan fisik yang diberikan Edah sia-sia tapi Edah langsung memarahi Kosim dan berkata, “Tidak ada sia-sia di dunia ini sim. Lihat sekarang, kemampuanmu meningkat drastis dan pasti akan berguna di hari kelak!”
    Sejak itulah, Kosim menyadari bahwa tidak yang sia-sia di dunia ini. Jika tak berguna untuk hari ini maka mungkin akan berguna di hari esok. Dan di hari itu juga, Mpok Edah mulai menjadi mentor silat Kosim untuk melatih kemampuan terpendam Kosim. Mpok Edah mau menjadi mentor Kosim secara suka relakarena ia merasa masa depan Kosim akan berat dan Kosim butuh kemampuan silat yang hebat untuk mengatasi semua rintangan tersebut.Setiap hari sabtu, Mpok Edah akan menggiring paksa Kosim ke lapangan dan bersama puluhan anak buahnya, ia dilatih keras untuk meningkatkan kemampuan silatnya. Mpok Edah selalu mengajarkan kepada Kosim bahwa silat bukan untuk menakuti sesama, tapi melindungi orang-orang yang lemah. Seorang pendekar silat yang baik harus bisa mengontrol emosi dengan baik. Semua ajaran Edah diterapkan oleh Kosim dalam kehidupannya sehari-hari. Level Kosim menurut Edah adalah pesilat tingkat menengah sedangkan Edah sudah ada di tingkat Pendekar. Ilmu-ilmu rahasia Edah tak akan bisa dikuasai dengan mudah oleh Kosim, Kosim harus meningkatkan kemampuannya untuk bisa menguasai ilmu-ilmu tersebut.

    Perlu diketahui bahwa semua anggota Bhayangkara Yabar, Nusatoro, Pakuan, dan lain-lain sampai anggota mafia Maung Briangan sekalipun menguasai ilmu pencak silat meskipun beda-beda alirannya. Oleh karena itu, Mpok Edah melatih semua anak buahnya untuk menguasai pencak silat agar bisa bersaing melawan mafia Maung Briangan.

    Setiap malam Sabtu, Kosim selalu mengirim surat kepada orang tuanya yang merupakan petani miskin di daerah asalnya, Briangan. Ia selalu menuliskan kejadian-kejadian yang terjadi dalam seminggu dalam surat yang ia tulis. Baik senang maupun sedih. Surat balasan akan datang paling lambat jumat sore. Orang tua Kosim setiap awal bulan mengirim wesel yang berisi uang sebesar 1.200,00 Erak untuk mencukupi kebutuhan anak bungsu mereka di Yabar. Harusnya mereka menggunakan rekening bank untuk mengirimkannya, tapi berhubung anak-orang tua tak mengerti bank, jadinya cara tradisional yang mereka gunakan.
     
  9. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    "Headshot!” teriak Panjul. Panjul berhasil menembak beberapa musuhnya di game FPS-nya. Ia mencoba menembak lebih banyak musuh dengan menembak kepala mereka alias Headshot. Ia memakai tetikusnya(mouse) dalam permainan game FPS. Ia selalu membawa tetikusnya yang sangat berguna ketika bermain game maupun membuat tugas. Tetikusnya tak memakai kabel alias memakai laser. Grafik gamenya yang berat tak membuat lemot laptop Panjul. Laptop milik Panjul cukup canggih untuk menjalankan game-game yang beratnya bisa sampai 20 GB. Bagaimana dengan laptop Karyo? Berbanding tegak lurus dengan Panjul. Setengah kemampuan laptop Karyo bisa dimainkan untuk game berat tapi tidak enak main game berat di laptop Karyo karena lemot.

    Jika Panjul bermain game maka Karyo sedang sibuk membuat webpage Panzerpedia. Ia mendapat baru saja mendapat perintah dari Rendi lewat SMS untuk membuat Panzerpedia agar dunia internasional tahu STM Panzer lewat Panzerpedia. Dengan iming-iming uang dan nilai, Karyo berusaha sekuat tenaga membuat webpage Panzerpedia.Rendi tahu nomer Karyo karena ia punya data nomer HP semua anak STM Panzer.
    Pada akhirnya, ia berhasil membuat halaman pertama Panzerpedia yang tertulis:

    “Selamat datang di Panzerpedia, tempat informasi-informasi tentang STM Panzer Yabar.

    “Welcome to Panzerpedia, Place where you can get information about STM Panzer Yabar.”

    Ia tulis beranda Panzerpedia dengan latar gerbang STM Panzer yang ia ambil di internet. Berbekal Oogle translate, ia bisa menulis Panzerpedia dengan dua bahasa: Anglo dan Nusatoro. Setelah beranda ia buat, ia mencoba membuat halaman selanjutnya yaitu; halaman sejarah STM Panzer. Untuk menulis halaman tersebut, Karyo bangkit dari tempat duduk dan mencari buku sejarah STM Panzer di perpustakaan. Cukup mudah untuk mendapatkan buku tersebut, buku tersebut tersedia di tiap rak perpustakaan. Buku cetakan tahun 890 cukup membantu Karyo dalam membuat halaman sejarah STM Panzer. Halaman sejarah STM Panzer ia tuliskan apa yang ada di buku tapi ia ringkas tulisannya karena menyalin semua tulisan dari buku setebal 190 halaman sangatlah menguras tenaga. Setelah laman sejarah ia tulis, ia menambahkan sedikit keterangan pada halaman tersebut seperti STM Panzer Yabar sudah tak disubsidi Mahapatih. Halaman sejarah telah selesai dan ia melanjutkan menulis halaman selanjutnya, halaman tentang Kepsek STM Panzer. Ketika Karyo menulis, tangannya tak bisa bergerak akibat ia tak tahu harus menulis apa.
    Pengetahuannya tentang Kepsek sangatlah sedikit dan ia tak tahu harus menulis apa tentang Rendi selain keterangan Rendi merupakan Kepsek STM Panzer.

    Oleh karena itu, ia memanggil Rendi lewat ponselnya, “Pak, bisa nggak datang ke ruang perpustakaan? Saya butuh bantuan dalam pembuat Panzerpedia!”

    “Oke,” jawab Rendi lalu Rendi mematikan ponselnya. Rendi langsung bangkit dari tempat duduknya dan bergegas keluar dari ruangan Kepsek. Panji yang bermain kartu di komputernya hanya bisa menggeleng-geleng kepala melihat kelakuan Rendi. Rendi keluar dari ruangannya dan berlari ke ruangan Perpustakaan. Ketika Rendi berlari di lorong, situasi sangat sepi sehingga tak ada yang melihat si Rendi berlari. Rendi berhenti ketika ia sampai di tempat tujuannya, perpustakaan. Ia buka pintu kayu perpustakaan lalu menaruh sepatu hitamnya di rak sepatu yang ada di pinggir pintu masuk perpustakaan.

    Di dalam perpustakaan, ia langsung mencari dimana Karyo berada. Pencariannya cukup susah mengingat perpustakaan Panzer cukup luas tempatnya. Pada akhirnya, ia memutuskan mengambil ponselnya dan mencoba menelepon Karyo. Ketika ia sedang mencoba menghubungi Karyo, ia melihat tulisan yang tertempel di rak buku yang tertulis:
    “Di larang memakai ponsel di perpustakaan!”

    Karena taat hukum, ia mematikan ponselnya dan memasukannya ke dalam saku baju. Dalam hatinya, ia kesal melihat ada aturan seperti itu lalu ia berkata, “Cih, siapa yang buat peraturan itu?”Tiba-tiba, Rendi teringat sesuatu, “Oh ya, gue yang buat tuh peraturan! Senjata makan tuan. Sial!”

    Rendi memutuskan untuk berjalan di lorong ini dan menemukan Kosim serta teman-temannya tidur di tengah lorong rak. Melihat anak-anak kelas X-I tidur dengan nyenyak, Rendi berpikir, “Ah, gue pengen tegur mereka tapi kasihan. Gue masih toleransi buat anak murid gue kalau tidur di perpustakaan!”

    Ia berjalan di pinggir lorong dan berusaha untuk tidak membuat mereka bangun. Setelah berhasil melewati mereka, ia menemukan sesuatu yang mengejutkan; guru tidur di lorong rak perpustakaan. “Ini sih nggak bisa di toleransi! Masa guru tidur saat jam kegiatan belajar mengajar! Itu sih namanya makan gaji buta…” tutur Rendi dengan muka kesan. Ia langsung membangunkan mereka dengan cara menepok-nepok badan mereka. Mereka mulai membuka mata mereka dan melihat mereka mau bangun, Rendi seraya berkata, “Bangun-bangun!”

    Mereka terbangun dan kaget melihat ada atasan mereka di sini. Rendi langsung menasehati mereka untuk tidak tidur di perpustakaan karena perpustakaan itu tempat membaca buku. Daeng mencoba mengelak nasehat Rendi, “Loh pak, saya lihat banyak murid di sini dan kelihatannya bapak biasa-biasa saja melihat banyak murid tidur di sini!”

    “Itu beda kasusnya, mereka itu murid dan kalian guru! Mau kalian saya pecat?” ancam si Kepsek.Mereka berdua menatap muka satu sama lain lalu menoleh ke Kepsek dan Andi berkata kepada Rendi, “Kepsek, kalau kami dipecat kan tinggal pergi ke Panzer Wenker dan yang rugi kan bapak Rendi!”

    “Ya. Lagi pula di Wenker gajinya bisa Er 1.580 perbulan! 2x lebih besar daripada sini!” ancam secara tidak langsung Daeng. Rendi sadar bahwa kalau ia memecat mereka berdua dia bakal rugi. Bakal susah mencari guru yang bersedia digaji Er 760 perbulan. Perlu diketahui bahwa gaji guru paling kecil di Yabar sebesar Er 765 perbulan. Pada akhirnya, Rendi terpaksa mengalah dan berkata, “Oke, kalian boleh tidur lagi!”

    Mereka senang mendengar hal itu dan berterima kasih kepada Rendi. Setelah Rendi meninggalkan mereka, Andi dan Daeng kembali tidur. Rendi merasa tidak enak karena harus melanggar aturan yang ia buat sendiri, jarang-jarang si Rendi melanggar aturan sekolah.Rendi sampai di ujung lorong rak buku dan menemukan Karyo yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Melihat itu, Rendi menghampiri Karyo dan di tengah perjalanannya, ia tak sengaja melihat Panjul sedang bermain game FPS. Melihat anak didiknya bermain FPS, ia langsung menghampiri Panjul dan menasehatinya untuk mengecilkan suara karena di perpustakaan dilarang untuk berisik. Karena itu perintah Kepsek, mau tak mau Panjul mengecilkan suara dan Kepsek mengizinkan Panjul bermain game di perpustakaan. Panjul merasa senang bisa bermain game FPS secara legal di perpustakaan.

    Setelah itu, Kepsek melihat halaman Panzerpedia di laptop Karyo. Melihat ada Kespek di belakang kursinya, Karyo menanyakan sesuatu kepada Kepsek, “Pak, saya lagi tulis halaman tentang anda dan saya tidak tahu apa yang saya harus tulis tentang anda.”

    “Oh. Gampang, kau tinggal tulis apa yang aku katakan!” ujar Kepsek. Kepsek menghela nafas dan mengatakan tentang riwayat hidupnya kepada Karyo. Karyo langsung mengetik semua yang dikatakan Kepsek. Omongan Kepsek tak terlalu cepat dan tidak terlalu keras sehingga semua kata yang diucapkan Kepsek dapat dimengerti Karyo.

    “Selesai,” Kepsekmenyudahi omongannya. “Selesai,” ketik si Karyo di halaman Panzerpedia. Melihat Karyo menulis omongan terakhirnya, Rendi berkata, “Karyo, jangan tulis itu!”Bukannya menghapus tulisan tadi malah Karyo menulis apa diucapkan Rendi. Melihat apa yang dilakukan Karyo, ia langsung mengambil ahli paksa laptop Karyo dan menghapus tulisan tersebut. Setelah itu, ia menasehati Karyo, “Karyo, jika orang sudah selesai maka jangan teruskan mengetik! Jika kau lakukan hal itu maka orang bakal kesal denganmu. Beruntung saya tidak terlalu kesal dengan perbuatanmu!”

    Mendengar nasehat Rendi, Karyo menyesal dan berjanji untuk tak mengulangi hal tersebut. Karyo melihat di layar laptopnya halaman tentang Rendi sudah selesai dan tinggal memasang foto. “Oh foto, serahkan saja kepadaku! Saya bawa USB yang berisi foto-foto saya dan guru-guru Panzer!” ungkap Rendi ketika Karyo menanyakan foto kepadanya. Karyo pun berdiri dan mempersilahkan Kepsek duduk. Kepsek duduk dan memasukan USBnya ke dalam port USB laptop Karyo. Kepsek langsung mencari file gambar di dalam file USBnya. Ia berhasil menemukannya dan membukanya. Muncullah puluh foto guru-guru STM Panzer Yabar, Ki Dang, Panji, dan tentu saja Rendi. Karyo yang berdiri di sebelah kursi Rendi mencoba melihat foto-foto tersebut. Karyo terkejut bukan main melihat banyak foto guru dan Panji disensor matanya. Ia tambah terkejut ketika melihat foto Rendi yang mukanya lebih tampan daripada rupa aslinya. Dan ketika melihat foto Ki Dang, ia sangat terkejut gara-gara foto Ki Dang terlihat 40 tahun lebih muda, entah efek apa yang diberi Rendi pada foto tersebut.

    Melihat anak didiknya bingung, Rendi mencoba menjelaskan kenapa foto-foto tersebut begitu, “Karyo, foto-foto tersebut saya sunting pakai software editor foto. Saya sunting foto-foto tersebut karena saya sedang mencoba kemampuan terpendam saya dalam dunia fotografer. Pertama-tama, saya coba sunting foto saya jadi lebih ganteng dari sebelumnya dengan harapan jodoh bisa cepat datang jika melihat foto tersebut.”
    “Kemudian, saya coba sensor-sensor wajah Panji dan para guru untuk melatih kemampuan saya dalam mensensor benda-benda. Setelah saya berhasil meningkatkan kemampuan menyensor, saya mencoba menyunting foto Ki Dang menjadi foto orang 20 tahunan dan akhirnya, saya berhasil.”

    “Hasil-hasil karya saya dimasukan ke USB ini dan akan digunakan sebagai foto-foto di Panzerpedi-“

    “Jangan pak!” potong si Karyo.”Entar jadi bahan candaan orang-orang di dunia maya apalagi di dunia maya itu udah dunia internasional pak! Lebih baik pakai foto biasa saja pak, foto asli! Dan lagi pula, kalau bapak memakai foto-foto tersebut bisa dibilang pembohongan publik gara-gara foto dengan wajah asli beda jauh.”

    Mendengar saran Karyo, Rendi langsung keluar dari folderfile suntingannya dan ia mengklik folder lain. Di folder tersebut berisi foto-foto yang belum di sunting dan kualitas gambarnya cukup bagus. Melihat foto-foto tersebut, Karyo setuju untuk memasang foto tersebut. Rendi bangkit dari tempat duduk dan mempersilahkan Rendi untuk duduk di kursi. Karyo mengambil ahli laptop dan memasukan foto-foto tersebut di Panzerpedia. Di Panzerpedia tak perlu halaman tentang guru-guru, cukup Kepsek saja dan sejarah STM Panzer Yabar kata Rendi ketika Karyo menanyakan mau buat artikel para guru atau tidak.

    Semua foto guru STM Panzer dimasukan ke Panzerpedia dan hanya foto Ki Dang yang belum. Foto Ki Dang cukup banyak di USB sehingga agak sulit memilih mana yang lebih bagus. Untuk itu, Rendi memanggil Ki Dang lewat ponselnya dan beruntung, tidak salah sambung nomernya. Dalam waktu 4 menit, Ki Dang sampai di tempat Karyo dan Rendi. “Ada apa memanggil saya?” tanya satpam tua tersebut yang heran kenapa ia dipanggil.
    “Ki, mana foto lo yang paling bagus?” tanya Rendi kepada Ki Dang sambil menunju foto-foto yang tersedia di layar laptop. Ki Dang langsung memegang jenggotnya dan bola matanya bergerak ke sana kemari dalam mencari foto yang pas. Ketika ia merasa telah menemukan foto yang pas, Ki Dang langsung menyentuh foto dari puluhan foto yang terpampang di layar dan berkata, “Ini foto yang pas!”

    Setelah menyentuh foto tersebut, manula tersebut mencoba menggerakan foto tersebut dengan jari tengahnya tapi tak bisa. Ki Dang kebingungan dan berkata, “Kok gak bisa digerakin tuh foto?”

    “Emang Kidang kira itu laptop bisatouchscreen!” celetuk Kepsek STM Panzer. Akhirnya Ki Dang baru tahu kalau laptop itu tak bisa touchscreen seperti ponselnya.

    Foto yang dipilih Ki Dang langsung dimasukan Karyo ke dalam Panzerpedia dan selesai sudahlah pembuatan Panzerpedia yang memakan waktu 1 jam 10 menit. Melihat Panzerpedia sudah selesai, Rendi memberi Karyo Er50,00 dan menjanjikan nilai rapot di bidang kerajinan +A. Karyo senang bukan main ketika mendengar hal itu. Melihat sudah jam 11.40 di jam tangannya, ia bersama Ki Dang pergi meninggalkan perpustakaan dan kembali ke ruangan kerja mereka masing-masing.

    Melihat temannya mendapat Er50,00, Panjul mencoba merayu Karyo, “Karyo, duitnya bagus tuh buat buka puasa.Traktir gue ya kalau buka puasa!”

    “Oke,” jawab Karyo. Karyo kembali melanjutkan mengunduh file-file yang tadi tertunda akibat membuat Panzerpedia.

    ****
“Hore, gue menang!” senang Manguri yang berhasil memenangkan permainan Monopoli.“Selamat ya Kak Manguri!” ujar Eka dan Eko yang terlihat senang. “Cih, kenapa ya kali ini gue utangnya banyak? Padahal tadi kagak pas sebelum kedatangan Kak Manguri...” keluh si Guntur alias Tuyul.

    “Woi, utang lo di dunia nyata juga banyak apalagi sama gue!” celetuk Eka kepada Tuyul alias Guntur. “Jadi, kapan lo bayar utang lo yang udah nyampe Er 140?”

    “Kapan-kapan bos!” kata Guntur sambil mengelus-elus kepalanya.

    “Apa?!” murka Eka dan keluarlah aura gelap. Melihat aura gelap tersebut, jiwa Guntur kembali terintimidasi dan akhirnya Guntur berkata dengan ketakutan, “1 A-Agustus!”

    “Lusa ya? Oke!” ujar Eka seraya aura gelapnya mulai menghilang.

    “Eh, boleh saya pergi?” tanya si Manguri kepada semua orang, “saya mau keluar dan kembali ke kelas.”

    “Oh, silahkan saja kak. Mau saya antar?” tawar Eka kepada Manguri dengan sopan. “Tak usah, saya bisa sendiri!” tolak si Manguri dengan sopan. Manguri mengambil kedua tongkatnya lalu ia bangkit dan berjalan ke arah lorong salah satu rak.Di lorong, Manguri berjalan ke arah Daeng dan Andi yang sedang tidur lelap di karpet lorong. Andi tak sengaja terbangun gara-garamendengar suara tongkat Manguri. Ia yang melihat kedatangan Manguri langsung mempersilahkan Manguri untuk lewat. Melihat Manguri berjalan dengan menggunakan tongkat, ia merasa iba dan menawarkan mengantar Manguri sampai pintu perpustakaan tapi ditolak dengan sopan oleh Manguri.

    Setelah melewati Andi dan Daeng, Manguri harus melewati Kosim dan teman-temannya. Ketika Manguri mau datang, Kosim sudah terbangun dan bersandar di rak buku. Melihat ada orang yang mau melewati tempat Kosim, Kosim langsung membuka jalan dengan meminggirkan badan teman-temannya yang masih dalam keadaan tidur. Melihat Kosim begitu, Manguri berterima kasih dan melihat kakak kelasnya berjalan dengan tongkat jalan, Kosim merasa iba dan menawarkan bantuan untuk membantu jalannya tapi sekali lagi, Manguri tolak tawaran tersebut.

    Setelah melewati Kosim dan teman-temannya, Manguri merasa ia harus segera sembuh agar tak merepotkan orang lain.Untuk itu,ia sering pergi ke tukang urut agar ia cepat sembuh. “Lebih baik ke tukang urut daripada dokter,” kata Manguri ketika ia berpikir mana yang lebih baik, dokter atau tukang urut. Lagi pula, tukang urut si Manguri adalah Otong, tukang mie ayam depan Panzer yang bekerja jadi tukang urut di malam hari. Di tempat urut Otong, Manguri dapat diskon 25% ngurut karena ia merupakan orang yang suka makan di tempat mie ayam Otong saat bukan bulan puasa. Sekali ngurut di tempat Otong bisa memakan Er 50 dan belum dipotong dengan diskon.
     
  10. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Liburan lebaran telah berlalu dan murid STM Panzer masuk sekolah pada tanggal 27 Agustus 899. Selama liburan lebaran 2 minggu, banyak murid STM Panzer perantau baik muslim maupun bukan kembali ke rumah mereka masing-masing termasuk Kosim. Sekarang, di lapangan STM Panzer, ada sekitar 271 anak STM Panzer yang siap mengikuti upacara bendera di hari pertama setelah liburan. Panggung yang ada di depan hadapan ratusan anak Panzer langsung dinaiki oleh puluhan guru, Panji, dan Rendi. Pakaian mereka kurang lebih sama seperti upacara hari pertama ajaran baru. Langit tidak mendung dan pawang hujan kepercayaan Rendi menjamin tak akan turun hujan air di STM Panzer. Ki Dang tak terlihat gara-gara ia sedang makan makanan yang agak lama untuk dihabiskan.Hal itu tentu menyebabkan makan jadi susah dan lama.

    Dengan rasa kepercayaan tinggi, Rendi memegang mikrofon dan menyapa semua anak STM Panzer, “Selamat pagi semua!”

    “Pagi, pak!” jawab semua anak STM dengan lesu. Sekitar 75% anak STM Panzer seperti Ronald, Guntur, dan Eko belum sarapan dengan berbagai macam alasan dan itulah yang menyebabkan mereka terlihat lesu. Melihat semua anak STM Panzer lesu, terlintas ide gila di kepala Rendi dan Rendi memerinthakan sesuatu kepada semua anak STM, “Anak-anak, mari kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing untuk membuat tuhan menurunkan hujan nasi uduk!”

    Mendengar hal itu, 75% anak Panzer spontan mengikuti apa yang diperintahkan Rendi. 25% anak Panzer seperti Eka dan Kosim memilih diam dan menganggap perintah Rendi tak mungkin bisa terjadi di dunia nyata. Sementara itu, para guru ikut-ikutan berdoa gara-gara mereka juga lapar. Panji tidak ikutan dan menganggap Rendi sudah gila karena melontarkan perintah aneh seperti itu.

    Melihat banyak orang mengikuti perintahnya, Rendi merasa terkejut dan berkata dalam hatinya, “Kenapa semua orang mengikut perintah gue? Padahal tadi itu candaan saja!”

    Sementara itu di atas langit STM Panzer……

    “Pak, kapasitas bawaan pesawat kecil kita terlalu banyak!” ujar asisten pilot kepada pilot.

    “Ya udah, buang saja semua kardus nasi bungkus basi tersebut sisa hajatan dua hari lalu!” perintah pilot tersebut. “Kita ada bawaan penting buat Bhre Yabar, pintu anti dobrak!”

    “Oke pak. Tapi, kenapa Bhre minta kita bawa pintu anti dobrak buatan kerajaan Tulang Awang?” tanya asistennya penasaran.

    “Entahlah dan cepat pencet tombolnya!” perintah pilot.

    “Tapi kalau nasi ini dimakan orang? Kan nanti sakit perut!"

    "Yang makan paling orang gila. Orang waras pasti tahu dari bau nasi bungkus. Cepat buang!!"

    "O-Oke," kata Asisten tersebut lalu mencet tombol. Pesawat tersebut menjatuhkan sekitar 10 kardus nasi bungkus yang berisi 250 nasi bungkus. Kardus tersebut terbuka dan terbanglah ratusan nasi bungkus di langit. Setiap nasi bungkus yang dilapisi bungkusan koran diikatkan dengan karet sehingga nasi tersebut tidak akan terbuka saat terbang dilangit. Di dalam nasi bungkus tersebut ada nasi uduk yang sudah basi. Jatuhnya ratusan nasi bungkus tersebut tepat di lapangan STM Panzer. Entah karena doa atau kebetulan, nasi bungkus tersebut jatuh ke setiap tangan anak STM Panzer baik yang berdoa maupun tidak.

    “Hore!!!” teriak girang ratusan anak STM Panzer. Rendi yang mendapat nasi bungkus dari langit tak percaya dengan kejadian ini. Entah apa yang ia harus senang atau tidak, ia langsung bersyukur kepada tuhan atas kejadian ini. Melihat kejadian ini, Panji yang mendapat nasi uduk tak langsung memakannya. Ia bertanya dalam dirinya kenapa bisa terjadi hujan nasi uduk. Sekilas, ia tadi melihat ada pesawat yang terbang di atas STM Panzer dan dari sanalah keluar nasi bungkus yang ia pegang. Menurut Panji, Bukankah aneh kalau tiba-tiba pesawat membuang nasi bungkus?

    Ratusan anak STM Panzer baik duduk di tanah lapangan dan memakan nasi bungkus mereka. Kosim, Manguri dan Eka tidak memakan nasi bungkus mereka. Mereka sudah kenyang karena tadi sebelum berangkat, mereka sarapan dulu. Karena tak memakan nasi bungkus, mereka beri nasi tersebut kepada teman mereka yang masih nggak puas makan satu bungkus nasi uduk. Semua orang yang memakan nasi bungkus memakai tangan mereka untuk makan mulai dari Kepsek sampai guru.

    7 menit kemudian…

    Semua nasi bungkus habis dilalap semua orang yang memakannya. Mereka langsung berdiri dan mulai merasa sakit perut di perut mereka masing-masing. Semua orang yang tadi memakan nasi bungkus merasa sakti perut, mulai dari Kepsek sampai anak-anak Panzer. Mereka merintih kesakitan dan semua yang tidak memakan nasi uduk bersyukur tidak memakan makanan basi tersebut.

    Mereka yang sakit perut merasa ingin buang air besar. Karena sudah ada di ujung tanduk, mereka semua langsung berlarian ke toilet. Karena toilet STM hanya 1 maka terjadilah baku hantam satu sama lain, baik guru maupun murid. Mereka tak peduli siapa yang mereka tonjok gara-gara hasrat buang air besar sudah tak bisa ditahan. Dalam pikiran mereka, tak terlintas pikiran untuk memumpang toilet di toko-toko yang ada di dekat STM Panzer. Melihat hal itu, Panji dan para murid STM yang tidak sakit perut memutuskan membiarkan mereka. Panji langsung mengambil hali mikropon dan menyuruh para murid untuk kembali ke kelas. Bagi Panji, tak ada gunanya menghentikan orang-orang idiot tersebut yang memperebutkan toilet STM Panzer. Ia tak segan-segan menyebut Rendi, guru-guru STM Panzer, dan murid-murid STM Panzer itu idiot. Bagi Panji, orang idiot adalah orang yang akan melakukan tindakan bodoh. Orang yang IQ rendah tak akan dianggap Panji idiot selama mereka bisa bertindak tidak bodoh.

    Setelah Anak-anak STM kembali ke kelas, Panji lebih memilih kembali ke ruangannya dan meninggalkan ratusan orang yang sedang bertempur satu sama lain di pinggir empang.

    Racketboy, julukan si Ronald Sueb sang mantan ketua OSIS sedang bertarung sengit melawan banyak orang dengan menggunakan raket pemukul nyamuk. Ia bisa pencak silat seperti Kosim dan Made tapi kemampuannya tak setinggi Kosim. Walaupun begitu, ia mengombinasikan gerakan silat dengan raketnya sehingga ia menjadi momok menakutkan di pertempuran. Pasalnya, tiap kali ia menyerang, ia akan menyalakan listrik di raketnya sehingga musuh rawan tersetrum walaupun tegangannya tak terlalu tinggi. Puluhan murid STM dan guru mencoba menyerangnya tapi naas, mereka langsung terkapar di tanah karena tak mampu mengimbangi Ronald.

    Tinggi Ronald sekitar 165 cm dan badannya agak sedikit bongkok. Berbeda dengan para berandal STM Panzer, ia lebih memilih memanjangkan lengan bajunya. Di wajahnya tumbuh kumis tipis dan mukanya cukup bersih dibanding berandal-berandal STM Panzer. Mukanya cukup sangar dan menambah ketakutan musuhnya ketika melawannya. Ia menduduki peringkat ke 3 dari 3 orang terkuat di STM Panzer yang dibuat Eko. Eko menempatkan kakaknya, Eka sebagai orang terkuat di STM Panzer karena kakaknya bisa mengintimidasi seseorang tanpa perlu memakai fisik. Peringkat kedua diduduki Kosim yang tangguh dan kuat dalam ilmu pencak silat. Selain jago beladiri, Ronald juga jago main bulutangkis.

    Ketika semua orang sibuk bertarung satu sama lain, Ki Dang keluar dari posnya dan pergi ke toilet untuk buang air besar. Melihat ada pertarungan di depan toilet, ia tidak mencoba menghentikannya dan lebih memilih tidak menghiraukan mereka. Orang-orang yang sedang bertarung terlalu fokus menyerang satu sama lain dan tidak melihat Ki Dang yang berjalan menuju toilet. Sesampainya di depan pintu toilet, Ki Dang masuk ke tempat kosong tersebut. Beberapa menit berlalu dan banyak orang yang sedang bertarung menghentikan pertarungan, mereka baru sadar kalau toilet sudah terisi. Akibatnya, mereka menggedor-gedor pintu besi tersebut namun naas, Ki Dang memilih menutup telinganya dan fokus buang air besar.

    Karena tak bisa menahan lebih lama, akhirnya mereka semua buang air besar di celana masing-masing. Bau busuk dan jijik serta cair-cair di pantat, itulah yang mereka merasakan saat itu. Mereka langsung berhamburan dan memilih pulang ke rumah masing-masing termasuk Rendi gara-gara tak ada tempat untuk mencuci celana. Pada akhirnya, Rendi memulangkan para guru dan murid-murid pada jam 7.28 karena mayoritas guru dan murid buang air besar di celana. Bagi Rendi, ini adalah hari terkelam di sepanjang kehidupannya karena terakhir kali ia buang air besar di celana ketika ia kelas SD 1. Ia meminta kepada semua orang di STM Panzer baik yang makan nasi uduk basi maupun tidak untuk merahasiakan hal melalukan ini dari pihak manapun termasuk keluarga sendiri. Ia tak ingin orang luar tahu kejadian memalukan ini karena sudah cukup banyak hal memalukan yang terjadi di STM Panzer.

    Keesokan harinya, sekolah kembali berlangsung dengan normal dan semua orang tak ada yang mau membicarakan kejadian kemarin. Baik yang makan nasi uduk maupun tidak, semuanya memilih melupakan kejadian memalukan tersebut. Panji memilih tidak memberi tahu kenapa bisa terjadi hujan nasi uduk kepada Rendi karena ia tak ingin Rendi balas dendam kepada awak pesawat yang menjatuh nasi uduk di Panzer.

    ****
    “Akhirnya, pintu anti dobrak telah dipasang!” lega si Bhre Yabar. Bhre Yabar senang melihat pintu anti dobrak selesai dipasang oleh para tukang pintu. Ia memasang pintu anti dobrak untuk mencegah pintunya rusak dari dobrakan Patih Ayudha. Dengan alat sensorik canggih, pintu tersebut akan langsung terbuka jika ada orang di depan pintu tersebut. Dengan pintu tersebut, Bhre yakin Patih Ayudha tak akan merusak pintunya. Sudah 15 pintu dirusak Ayudha gara-gara ia membuka pintu dengan dobrak dan Bhre memakluminya. Bhre tak mau marah kepada Ayudha karena ia merupakan orang paling penting dalam hidupnya.

    Ia berjalan ke pintu dan pintu langsung terbuka tanpa perlu dipegang gagangnya. “Keren banget nih pintu. Mantep bener!” kagum Bhre atas pintu barunya. Bhre masuk ke dalam pintu dan sekitar 40 detik kemudian, pintu langsung tertutup sendiri. Bhre terkagum-kagum melihat pintu tersebut bisa tertutup sendiri, “Wih, keren amat ya teknologi zaman sekarang. Waktu gue muda, belum ada yang kayak gini gara-gara beda zaman beda teknologi!”
    Bhre duduk di kursinya. Sendirian di ruangannya yang ada AC membuatnya nyaman. Ia menoleh kebelakang dan melihat pemandangan sore di taman kratonnya. Ia melihat banyak anak kucing bermain di taman kraton. Semenjak Ayudha memberi kucing kepada orang dapur, makin banyak anak kucing datang dan para pengawal kraton dilarang Ayudha untuk mengusir mereka. Ayudha meminta Bhre untuk mengizinkan anak-anak kucing tersebut dipelihara kraton dan Bhre mensetujuinya. Sejak itulah sekitar 302 anak kucing tinggal di kraton dan setiap hari diberi makan makanan bermutu oleh pihak dapur kraton.

    Tiba-tiba, pintu terbuka dan Bhre langsung menoleh ke arah pintu. Ia melihat Ayudha masuk ke dalam kantornya dengan membawa beberapa anak kucing yang tiduran baik di pundak kanan maupun kiri. Di tangannya ada satu ekor anak kucing yang sedang tidur dan dari tadi, Ayudha mengelus-elus tubuh mungil kucing tersebut.

    “Ayudha, sekarang kau tak bisa mendobrak pintu lagi!” ujar Bhre kepada Ayudha.

    “Oh, pantesan tadi mau dobrak pintunlangsung kebuka sendiri pintunya!” tutur Ayudha sambil mengelus anak kucing di tangannya.

    “Jadi, mau apa kau ke sini?” tanya Bhreyang menaruh kedua punggung tangannya di bawah hidungnya. Raut mukanya menunjukan ia sedang serius.

    “Bhre, surat tentang Panzer sudah dikirim ke Mahapatih!” tutur Ayudha dengan senyum tipis. “Mungkin akan sampai pada tanggal 1 September.”

    “Bagus!”
     
  11. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Kamis, 6 September 899

    Bel istirahat pertama berbunyi. Ratusan anak Panzer langsung berhamburkan keluar dari kelas masing-masing. Sebagian besar anak Panzer pergi keluar sekolah untuk mencari makan siang. Di STM Panzer Yabar tak ada yang namanya kantin dan jika kalau mau mencari makan, mesti keluar dari area sekolah.

    Warteg dan mie ayam Otong adalah tempat favorit anak-anak Panzer untuk mengisi perut kosong mereka. Kosim dan teman-teman sekelasnya suka ke Warteg sedangkan Eka dan Guntur tidak. Mereka berdua lebih memilih makan mie ayam Otong dengan alasan lebih murah. Sementara itu, Kosim dan kelompoknya suka makan di Warteg gara-gara makanannya bisa bikin kenyang perut. Walaupun bisa bikin kenyang, Kosim menjadi tekor keuangannya gara-gara ia harus membayar semua tagihan makan temannya yang selalu kabur saat ditagih juragan Warteg. Warteg tempat makan Kosim ada di seberang STM Panzer dan tempat tersebut berupa ruko. Harap maklum banyak ruko di sekitar Panzer karena Pancon merupakan wilayah strategis di Yabar, baik bisnis maupun militer.



    Setelah Kosim, Shaka, Eko, Mahesa, Parja, Karyo, Panjul, Hanny, dan José makan di Warteg, mereka semua kembali ke STM Panzer dengan menyerberangi jalan. Karena tak ada zebra cross jadinya mereka mesti berhati-hati saat menyeberangi jalanan yang penuh dengan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Jalanan telah diseberangi dan mereka semua masuk ke dalam area STM Panzer. Cukup banyak anak STM Panzer yang kembali ke sekolah mengingat sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Anak-anak Panzer yang tadinya merokok di luar area sekolah langsung mematikan rokoknya masing-masing karena jika mereka tidak melakukannya, mereka bakal ditodong senapan oleh Ki Dang.



    Ketika Kosim dan teman-temannya mau masuk ke kelas, langkah mereka terhenti gara-gara melihat ada beberapa mobil mewah masuk dengan kecepatan tinggi ke dalam lapangan Panzer. Selain Kosim dan teman-temannya, anak-anak Panzer yang berjalan di sekitar area sekolah menghentikan langkah kakinya gara-gara kedatangan mobil-mobil tersebut. Dari mobil tersebut, keluar orang-orang yang memakai topeng dan di sabuk mereka, terdapat senjata-senjata; keris dan pistol. Mereka tak lain adalah pengawal Patih Ayudha. Mobil pengawal Ayudha yang ada di lapangan ada sekitar 4 mobil dan terus bertambah padahal dari dalam mobil-mobil tersebut, tidak ada Ayudha di dalam mobil-mobil tersebut. Kendaraan Ayudha belum datang sehingga tugas pengawal Ayudha sekarang; mengamankan STM Panzer dari kemungkinan-kemungkinan yang bisa membahayakan Patih Yabar.



    Rendi yang baru saja keluar dari toilet terkejut melihat pengawal Ayudha ada di lapangan. “Wah, wah. Apa yang terjadi di sini?” heran si Rendi melihat mobil-mobil tersebut. Dalam waktu singkat, mobil Ayudha masuk ke lapangan Panzer dengan pengawalan beberapa mobil. Mobil Ayudha berhenti di tengah lapangan dan keluarlah Ayudha dari mobil tersebut. Melihat ada Ayudha, Rendi langsung berjalan menghampiri Patih Yabar tersebut. Para anak Panzer yang melihat Patih Yabar langsung berlarian ke Ayudha untuk bersalaman dengannya. Ayudha melayani para anak STM dan dengan wajah senyum, Ayudha bersalaman dengan puluhan anak Panzer Yabar yang diantaranya ada Kosim dan teman-temannya.



    Setelah anak Panzer kembali ke kelas masing-masing, Rendi akhirnya bisa bersalaman dengan Ayudha dan setelah bersalaman, Rendi bertanya kepada Patih, “Patih Yabar, kenapa datang ke Panzer nggak bilang-bilang? Ada urusan apa ke sini?”

    “Kepsek STM Panzer, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan kepada anda dan wakil anda di ruangan anda,” kata Ayudha tersenyum.



    “Oh, baiklah. Ikuti saya, “ ajak Rendi. Rendi berjalan dan di belakangnya ada Ayudha. Pengawal yang dibawa Ayudha ada 50 tapi yang mengikutinya hanya 4 orang karena Ayudha meminta kepada 46 pengawalnya untuk berjaga di beberapa titik Panzer. Sesampainya di dalam ruangan Kepsek, Rendi mempersilahkan Ayudha duduk di bangku mencert dan baru kali ini, Rendi tak berani bilang kepada tamunya kalau bangku tersebut bekas mencert anak Panzer.



    Rendi membuatkan teh hangat dan memberikannya kepada Ayudha. Ayudha dengan penjagaan 4 orang pengawal meminum teh tersebut. Melihat ada Patih Yabar, Panji langsung mematikan komputernya dan duduk di dekat meja kerja Rendi. Dengan seksama, Rendi dan Panji ingin tahu apa yang mau dibicarakan Patih tersebut.



    “Begini pak Rendi, kalian punya hutang kepada Yabar sebesar Er10.504.300,00 dari tahun 897 sampai sekarang, STM Panzer Yabar belum membayarkannya kepada kami!” tutur Patih dengan wajah serius. Uang sebanyak itu digunakan Rendi untuk membuat tank Panzer yang memakan dana sangat banyak. Maklum saja, membuat tank tentu biayanya tak semurah membuat mobil. Dana sebesar itu digelontorkan untuk riset, pembelian bahan baku yang mahal, membayar pendesain tank yang kebetulan orang militer Nusatoro, dan lain-lain. Kenapa STM Panzer menghutang sama pemerintah Yabar? Awalnya, ketika Rendi mencari dana untuk membiayai pembuatan tank, pemerintah Yabar langsung menawarkan bantuan dan itu langsung diterima Rendi tanpa ragu karena pinjaman tersebut tidak dikenakan bunga seperti pinjaman bank.



    “Pak, kami mau mencicilnya tapi pihak anda bilang kalau hutang tersebut harus dibayar langsung dan tak bisa dicicil!” ujar Rendi dengan muka melas. “Kami tak mampu membayar uang sebanyak itu! Dan berikan kami waktu sampai bulan Desember ini untuk mengumpulkan uang sebanyak itu karena tank bakal jadi sekitar bulan November.”



    “Janji adalah hutang wahai orang Panzer,” kata si Patih lalu ia meneguk tehnya, “Pihak kau telah berjanji sekitar 2 tahun lalu bahwa kalian akan membayar hutang kalian di bulan September 899!”

    “Tapi…” jadi canggung Rendi.



    “Tidak ada tapi-tapian Rendi. Oh ya, Pihak Yabar menawarkan sesuatu untuk melunasi hutangmu! Apakah kalian berdua tertarik?” Serentak, Panji dan Rendi menangguk. Ayudha tersenyum dan ia meminta pengawalnya untuk memberikannya satu file dokumen. Pengawalnya memberi file tersebut. Ayudha langsung membuka file tersebut dan memperlihatkan isinya kepada Panji dan Rendi. Setelah melihat dokumen tersebut, Panji dan Rendi cukup terkejut. “Su..surat pengalihan tanah!” kejut mereka berdua.



    “Rendi, sebaiknya kau baca seluruh isi dokumen ini agar tak terjadi kesalahpahaman,” senyum Ayudha lalu ia berikan dokumen tersebut ke Rendi. Dengan sigap, Rendi membaca dokumen yang terdiri dari 2 lembar. Panji yang ada di sebelah Rendi ikut-ikutan membaca. Dokumen tersebut berisi tentang pengalihan tanah pihak STM Panzer Yabar ke pemerintah Yabar sebagai konsenkuensi atas hutang. Selain itu dijelaskan nasib anak-anak Panzer. Anak kelas XII akan dikirim ke STM Panzer Wenker tetapi untuk anak kelas XI dan X harus menunggu setahun jika mau dikirim ke Wenker karena kuota murid Wenker terbatas. Selain itu, guru-guru Panzer Yabar dan satpamnya bakal dikirim ke Wenker. Dan soal nasib tank yang sedang dibuat Panzer Yabar akan diteruskan Panzer Wenker.



    Perjanjian pengalihan tanah harus ditandatangani pihak sebagai berikut; Kepsek, satu orang dari perwakilan guru-guru, satu orang dari berbagai angkatan (X,XI,XII), Bhre Yabar, dan Mahapatih Nusatoro. Batas penanda tanganan tanggal 21 Oktober 899. Jika dokumen ini sudah ditandatangani oleh semua pihak maka dokumen ini akan dikirim ke Mahapatih dan Mahapatih akan langsung membubarkan STM Panzer serta tanahnya akan langsung menjadi milik pemerintah Yabar. Saat ini, dokumen tersebut sudah ditandatangani oleh 2 orang; Mahapatih dan Arjuna.Setelah membaca dokumen tersebut, Rendi pun bertanya kepada Patih, “Patih, jika kita tidak mau mendatangani maka apa yang terjadi?”



    “Kalian harus bayar hutang sebesar Er10.504.300,00 dan emang kalian mampu? Kalau nggak mampu tinggal tanda tangan saja....” rayu Patih. “Lagi pula, jika kalian sampai tanggal 20 Oktober 899 tidak mau menandatangani maka mau tak mau sekolah ini bakal diambil paksa oleh Bhayangkara! Jadi, mendingan kalian segera tandatangani doku-”



    “Tidak. Sekalinya tidak ya tidak,” tolak Kepsek terhadap rayuan Patih. “Oh ya patih, perwakilan setiap angkatan dan guru-guru yang nentuin siapa? Kami atau mere-”



    “Mahapatih yang telah menentukan,” potong Ayudha. Ayudha mengeluarkan secirak kertas dari sakunya dan memberikannya kepada Kepsek.Bagaimana bisa Mahapatih menentukan perwakilan angkatan dan guru-guru? Setiap tahun ajaran, Rendi selalu memberikan daftar nama guru dan murid-murid dari kelas X sampai XII kepada Mahapatih lewat Ki Dang. Ki Dang memakai faksimili yang ia punya di pos satpam.



    Rendi membaca kertas tersebut dan Panji ikut-ikutan membacanya. Mereka berdua sedikit terkejut ketika membaca siapa yang akan menjadi perwakilan dari angkatan kelas X, XI, XII, dan guru-guru. Abdul Kosim menjadi perwakilan angkatan kelas X, Eka Jaya menjadi perwakilan angkatan XI, Ronald Sueb menjadi perwakilan angkatan XII, dan Daeng Mattawang. Mereka berempat bersama Rendi menjadi penentu riwayat STM Panzer.



    “Rendi, bisakah kalian panggil semua orang yang tertulis di kertas tersebut? Ada baiknya kita jelaskan masalah ini kepada mereka dan selama kau panggil mereka, aku mau buang air kecil dulu dan dimana tolietnya?” tanya Patih yang sepertinya sudah tak bisa menahan lebih lama.



    “Yang ada di dekat empang,” jawab Rendi dengan sinis. Patih melompat dari tempat duduknya dan bersama dua pengawalnya, ia pergi ke toilet STM Panzer. Dua pengawal Patih berjaga di ruangan ini dan sepertinya, mereka mengawasi gerak-gerik Kepsek dan Wakapsek. Rendi memberikan perintah kepada Panji untuk memanggil Eka, Kosim, Ronald, dan Daeng. Panji menaati perintah tersebut dan dengan cepat, ia berhasil mengumpulkan Kosim, Eka, Ronald, dan Daeng. Mereka berempat belum dikasih tahu gerangan apa yang membuat mereka disuruh ke ruangan Kepsek.



    Sesampainya di ruangan Kepsek, mereka berempat melihat ada pengawal Ayudha dan bingung kenapa ada pengawal tersebut di ruangan Rendi. Mereka berempat dipersilahkan Panji duduk di bangku yang ada di ruangan ini. Mereka duduk dan melihat Rendi bermuka murung, masing-masing dari mereka berspekulasi bahwa ada sesuatu yang menyangkut nasib sekolah ini. Jika Rendi murung maka sebaliknya, Panji terlihat datar seperti biasa.

    Suasana hening terjadi di ruangan tersebut dan suasana tersebut berakhir setelah pintu didobrak keras oleh Ayudha, kebiasaannya mendobrak terus terjadi baik dimanapun ia berada. Semua orang di ruangan tersebut terkejut dan mereka tambah terkejut ketika mengetahui orang yang mendobrak pintu ialah Patih Yabar. Melihat ada tiga orang berpakai sergam STM Panzer, Ayudha menduga mereka bertiga merupakan wakil dari masing-masing angkatan.

    Ayudha duduk di bangkunya dan meminta Rendi menjelaskan kepada empat orang tersebut tenta dokumen dan hutang. Dengan berat hati, Rendi menjelaskan permasalahan internal Panzer yang sebelumnya hanya diketahui Kepsek dan Wakapsek. Mereka berempat cukup terkejut dan melihat hal itu, Ayudha mencoba merayu si Ronald, “Ronald Sueb, angkatanmu bisa pergi ke Wenker jika kau mau menanda tangani dokumen? Jika kau bersekolah di Wenker pasti gajinya lebih besar daripada alumi Panzer Yabar. Jadi kau mesti tandatangani dokumen yang di meja!”



    “Persetan dengan dokumen dan hutang, gue cinta dengan sekolah ini!” ketus Ronald sambil melipat tangannya di dadanya. Mendengar penghinaan tersebut, Ayudha menghentikan pengawalnya yang mau memukul Ronald. Dan bagi Rendi, hinaan tersebut cukup mewakilkan kekesalannya terhadap Patih Yabar.



    Melihat Daeng, Ayudha mencoba merayunya, “Daeng Mattawang, kau bersama guru-guru Panzer bisa mendapatkan gaji yang besar jika kau pindah ke Wenker. Jadi tungga apa lagi, segera tandatangani dokumen!”



    Daeng terlihat termakan dengan rayuan tersebut, ia sepertinya mau menanda tangani dokumen tersebut namun Eka yang ada disebelahnya langsung menyenggolnya. Senggolan tersebut membuat Daeng menurungkan niatnya. Bagi Kosim dan Eka, angkatan mereka berdua tak akan diuntungkan jika dokumen tersebut mereka tandatangani dan karena kefanatikan mereka terhadap STM Panzer cukup tinggi, mereka bersumpah dalam hati bahwa mereka tak akan menanda tangani dokumen tersebut. Dokumen tersebut atau bisa dibilang perjanjian terancam tidak ditandatangani oleh angkatan Ronald. Dan juga, Rendi lebih memilih membayar hutang ketimbang menyerahkan tanah Panzer kepada Arjuna dan sepertinya, ketiga perwakilan juga mendukung Rendi dalam mengumpulkan uang untuk membayar hutang.



    Melihat situasi seperti ini, Ayudha sedikit kesal dengan anak-anak Panzer yang kefanatikannya seperti orang-orang Yabar katakan, keras seperti baja. Oleh karena itu, Ayudha bangkit dari tempat duduknya dan mengambil dokumen yang tergeletak di meja Rendi. Setelah itu, ia berkata kepada semua orang di ruangan ini, “Jika ada dari kalian mau menanda tangani dokumen ini, kalian tinggal pergi ke kraton Yabar saja. Kami akan layani kalian senyaman mungkin!”



    Setelah mengatakan itu, Ayudha bersama pengawalnya pergi dari ruangan ini. Ayudha kembali ke mobilnya dengan muka masam.Mobilnya melaju kencang dari lapangan lalu diikuti oleh mobil-mobil pengawalnya. Melihat Ayudha pergi lewat jendela, Rendi berkata kepada semua orang yang ada di ruangannya, “Semua, kita harus mempertahankan STM Panzer. Oleh karena itu, mari kita kumpulkan uang sebesar 10.504.300,00Erak sebelum tanggal 20 Oktober. Jika kita tak bisa maka sekolah ini bakal diambil paksa Bhayangkara dan kita akan kalah!”



    “Pak, jajan saya hanya 20 Erak dan 10 sen sehari jadinya nggak cukup buat dikumpulin,” tutur Ronald kepada Rendi.



    “Biar saja, aku akan memberikan 50.000,00 Erak dari harta kekayaanku. Aku tak bisa memberikan lebih dari itu karena tabunganku di bank hanya sekitar 100.000,00 Erak saja,” kata Rendi sambil senyum sendiri.

    “Dan saya bisa memberikan 60.000,00 Erak dari tabunganku yang berjumlah 200.201,20 Erak,” Panji langsung menepuk dadanya yang bidang. Wajahnya terlihat datar padahal yang lain seperti Rendi bersemangat.

    Eka bangkit dari tempat duduknya dan berkata, “Kalau begitu, saya akan menggalang massa anak Panzer untuk menggumpulkan uang agar bisa membayar hutang.”



    “Bagus, kita akan berjuang untuk membayar hutang tersebut walaupun hutangnya sampai jutaan Erak!” kata Rendi dengan semangat membara, “Kita tak boleh kalah sama pemerintah Yabar.”



    “Iya pak dan… bolehkah kami kembali ke kelas?” tanya Eka kepada Rendi.



    “Tentu saja boleh,” jawab Rendi singkat yang baru sadar sekarang.



    Eka, Kosim, dan Ronald keluar dari ruangan. Melihat Daeng masih duduk di bangku, Rendi bingung dan bertanya, “Daeng, lo nggak balik ke kelas buat ngajar?”



    “Lah, saya kira hanya murid yang dibolehkan anda balik.”



    “Kau juga boleh balik. Pikirkan nasib murid-muridmu!”



    “Ah, murid? Saya lagi nggak ada jam ngajar pak jadinya sekarang saya bisa santai-santai saja di ruangan guru dan terima kasih ya karena memperkenakan saya kembali ke ruangan guru,” tutur Daeng. Daeng melompat dari tempat duduk lalu bersalaman dengan Kepsek dan Wakapsek. Setelah itu, Daeng membuka pintu dan keluar.



    ****

    “Cuih, asamnya!” keluh si Arjuna setelah mencoba meminum jus jeruk. Arjuna meletakkan jus jeruk di meja. Tiba-tiba, pintu terbuka sendiri dan masuklah Ayudha ke dalam ruangan Arjuna. “Patih Yabar, bagaimana kabarnya STM Panzer? Kau sukses membuat mereka semua menandatangani dokumen tersebut?”



    Ayudha menggeleng. “Anak-anak Panzer dan Kepseknya kefanatikannya seperti orang-orang bilang;keras kayak besi. Tapi, saya lihat perwakilan gurunya agak bisa dirayu buat menandatangani dokumen ini. Yang jelas, STM Panzer sangat susah untuk ditaklukan!”



    “Sangat susah? Ha, ha, ha. Kau pasti bercanda,” ujar Arjuna tertawa. Sepertinya ia meremehkan Panzer. “Dan yang pasti, aku mau STM Panzer sekarang!”



    “Pak, sebaiknya kita tunggu mereka sampai tanggal 20 Oktober. Dalam waktu cepat, Panzer Yabar bakal jatuh ke tangan kita karena mereka tak bakalan bisa membayar hutang tersebut!” saran si Ayudha.



    “Tak, aku mau yang cepat mengambil tanah dari sekolah babar tersebut gara rencana itu segera bisa di realisasikan. Panggil Adjuva! Kita intimidasi mereka semua supaya mereka mau menandatangani dokumen.”



    “Baiklah Bhre,” ujar Ayudha lalu ia keluar dari ruangan ini.



    20 menit kemudian…



    “Ada apa manggil saya?” tanya Noprirf, ketua Adjuva dan kekuatannya tak boleh diremehkan. Noprirf datang ke ruangan Arjuna bersama 5 orang Adjuva dan mereka semua tidak memakai topeng tapi tampang mereka menakutkan semua.



    “Noprirf, kau intimidasi orang-orang yang ada di daftar ini,” perintah Arjuna sambil memberikan beberapa foto kepada Noprirf. Noprirf melihat foto-foto yang diberikan Arjuna. Foto-foto tersebut terdiri dari foto Eko, Kosim, Ronald, Rendi, dan Daeng yang didapatkan secara rahasia oleh para pengawal Arjuna.



    “Bhre ingin saya mengarungi semua orang yang ada di foto-foto ini?” tanya Noprirf.



    “Bukan itu, Noprirf. Aku ingin kalian intimidasi mereka semua baik secara verbal maupun fisik untuk mau menandatangani dokumen. Tapi, jangan sampai mereka mati!”



    “Memangnya kenapa pak sampai melarang Adjuva membunuh mereka?"



    “Mahapatih berkata kepadaku bahwa anak-anak Panzer jangan sampai mati sebelum menandatangani dokumen, tapi kalau guru-guru atau Kepsek boleh. Entah kenapa ia berkata seperti itu!”

    “Jadi, saya dan pasukan saya bergerak kapan?” tanya si Noprirf.



    “Sekarang!” perintah Arjuna dengan muka serius.



    “Baiklah,” Noprirf kemudian memberi hormat. Noprirf bersama anak buahnya pergi meninggalkan ruangan ini dan melihat mereka pergi, Arjuna tersenyum-senyum sendiri tapi senyumnya hilang saat ia meminum jusnya.



    “Asam!” keluh Arjuna, “mesti kasih gula nih!”



    Pada sore hari…



    Di tengah perjalanan pulangnya, Panji merasa ponselnya sudah habis pulsanya. Maka dari itu, Panji memarkirkan mobilnya di dekat konter pulsa dan membeli pulsa seharga 50,10 Erak. Di tengah menunggu mbak tukang pulsa sedang mencari kartu pulsa, ia dipanggil seseorang dari belakang, “Panji Samudra.”

    Panji menoleh dan melihat sesosok Patih Yabar yang diikuti 4 pengawalnya. Panji cukup terkejut bisa bertemu Ayudha di tempat seperti ini. Dengan segera, ia bersalaman dengan Ayudha dan sepertinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan Ayudha padanya.“Pak Panji, apakah kau punya waktu untuk berbicara empat mata dengan saya?” tanya si Ayudha.



    Panji menangguk dan setelah Panji mengisi pulsa ponselnya, ia kembali ke mobilnya dan mengikuti Ayudha. Entah apa yang mereka akan bicarakan.
     
  12. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Belum sehari setelah kepergian Ayudha di STM Panzer, kabar tentang hutang dan pengalihan tanah telah menyebar dengan cepat di sekolah STM Panzer. Yang menyebarkannya tak lain adalah; Eka, Kosim, Ronald, dan Daeng. Di depan kelas XI-II tepatnya istirahat kedua, Eka berkata kepada semua murid-murid yang dianataranya ada Guntur, “Semua, kedatangan Ayudha tadi pagi untuk menaklukan STM Panzer dengan cara; menandatangani dokumen pengalihan tanah akibat hutang tak kunjung dibayarkan pihak sekolah!”

    “SIALAN TUH ORANG!” serpah semua anak XI-I.

    “Ini tak bisa dibiarkan, STM Panzer Yabar milik kita; anak-anak Panzer Yabar! Semua yang ingin menaklukan Panzer harus kita hancurkan!” teriak Eka berapi-api.

    Semua orang yang tadinya bersemangat menjadi diam. Eka bingung kenapa semua pengikutnya begitu dan Guntur pun berkata, “Bos, mana bisa kita hancurin pemerintah? Pemerintah Yabar pumya 10.000 tentara profesional sedangkan kita cuma anak STM ingusan yang sekali ditembak langsung modar!”

    “Kata siapa kita harus lawan dengan fisik? Kita akan lawan mereka dengan cara mengumpulkan uang sebanyak 10.504.300,00 Erak untuk mencegah Panzer jatuh ke tangan Arjuna sialan! Siapa yang mau memberikan uang untuk membayar hutang Panzer?” tanya Eka semangat kepada semua teman-temannya.

    Semuanya membisu. Bagi mereka, uang sebanyak itu mustahil dimilik anak Panzer bahkan jikalau mereka mengumpulkan uang jajan mereka semua, tetap sajak tak bisa mencapai uang sebesar itu. Aura gelap Eka mulai keluar akibat kekesalnya terhadap teman-temannya. Melihat aura tersebut, semua temannya ketakutan dan akhirnya berkata, “Er5,00 sehari perorang bos! Kami bisanya segitu.”

    Aura gelap Eka menghilang dan dengan wajah senyum, ia menepuk tangannya dan berkata, “Bagus!”

    Semua temannya Eka agak lega melihat wajah senyum ketua OSIS tersebut. Eka kembali berkata, “Sekarang ini, pihak STM Panzer punya 110.000,00 Erak dan kita masih butuh sekitar 10.394.300,00 Erak lagi. Jadi, keluarkan uang kalian sekarang!”

    Mendengar perintah Eka, semua anak XI-II langsung bangkit dari tempat duduk masing-masing dan menaruh uang mereka sebesar 5,00 Erak di meja guru yang kosong. Setelah semua anak XII-II menaruh uang di meja, barulah Eka mengampiri tempat itu dan menaruh uang sebesar 20,00 Erak karena kebetulan jajannya hari ini sebesar 40,50 Erak. Maklum saja, anak juragan sedot tinja yang merupakan salah satu orang terkaya di Yabar selain Mpok Edah.

    Eka pun menghitung uang yang ada di meja. Ia menghitung ada sekitar 80,00 Erak di atas meja, baik koin maupun lembaran kertas. Eka langsung memasukkanya ke kaleng kosong yang dari tadi sudah dipegang di tangan kananya. Kaleng tersebut akan menjadi tempat mengumpulkan uang anak kelas XI. Setelah urusannya selesai di kelasnya sendiri, ia pergi ke kelas lain untuk membakar semangat anak Panzer seklaigus mengumpulkan uang.

    Hal itu juga terjadi di kelas X dan XII, Kosim dan Ronald mengumpulkan uang demi membayarkan hutang. Tak ada anak STM Panzer yang tidak mau memberikan uang gara-gara fanatikme Panzer. Dalam sehari, ketiga orang tersebut dapat mengumpulkan Er1.434,00! Namun tetap saja, mereka tak akan mampu mengumpulkan uang sebesar Er10.394.300,00 dalam sekitar 44 hari jika mereka hanya bergantung pada uang sumbangan Panzer.

    Akhirnya, sesudah pulang sekolah. Ronald, Guntur (ikut-ikutan bosnya), Kosim, dan Eka mengadakan pertemuan rahasia di belakang toilet STM Panzer. “Oke semua, ada rencana ke depan buat mengumpulkan uang sebesar Er 10.394.300,00? Kita memang sudah mengumpulkan uang sebesar Er 1.434,00 tapi masih kurang Er 10.392.866,00. Jadi, apa yang harus kita lakukan?” tanya Ronald dengan bijaksana kepada Eka, Kosim, dan Guntur.

    “Pakai ini Tuyul kan?” ujar Eka sambil menunjuk-nunjuk kepala Guntur, “Dia bisa nyolong rumah pejabat besar di Yabar tanpa ketahuan anjing penjaga dan Bhayangka-“

    “Lo kira gue ini tuyul benaran dan sekali lagi gue ingatkan, GUE BUKAN TUYUL!” marah si Guntur. Menyadari Guntur marah, Eka dan kedua temannya terlihat biasa saja. Tak ada rasa menyesal bagi mereka dan mereka kembali melanjutkan diskusi tentang mengumpulkan uang. Merasa dihiraukan, Guntur langsung menghela nafas dan menurunkan tensi emosinya.

    “Baiklah, Tuyul alias Guntur katanya sendiri tak bisa menyolong jadi mencuri uang pejabat dicoret dari daftar kita,” ujar Eka lalu ia mencoret sesuatu yang ada di kertas lembarnya. Di kertas lembar tersebut tertulis tentang cara mendapatkan uang banyak dengan cepat.

    “Oke Eka, apalagi ide bagusmu untuk mencari cara mendapatkan uang yang banyak?” tanya Ronald kepada Eka.

    “Oke, rencana kedua; ikutan lotre di kasino tapi karena gue rasa judi itu nggak bagus baik secara finansial maupun agama, jadinya rencana ini dicoret,” kata Eka. Ia langsung mencoret rencana tersebut di kertasnya.

    Ronald mulai sedikit kesal dengan adik kelasnya gara-gara merasa ia tidak serius dalam diskusi dalam menjawab pertanyaannya. Dan untuk terakhir kalinya, ia bertanya kepada Eka, “Oke Eka, ada rencana lain yang sedikit serius?”

    “Ada rencana ketiga yang merupakan rencana terakhir dan terbaik menurutku; ikutan kuis jadi jutawan di TV!”

    Dan akhirnya, Ronald pun menghiraukan ide tersebut dan Eka dengan besar hati membiarkan ia dihiraukan kakak kelasnya. Ronald menanggap ide tersebut terlalu mengada-ada mengingat acara-acara di TV banyak yang sudah memakai skenario.Dengan melipat tangannya di dadanya, Ronald langsung menoleh ke Kosim dan menajukan pertanyaan kepada anak kelas X-I, “Abdul Kosim, apa rencanamu untuk mendapatkan uang banyak?”

    “Menanam saham di bursa efek Nusatoro! Bisa cepat kaya kalau kita nanam saham,” jawab Kosim sambil memegang dagunya.

    “Sim, gue bukan anak ekonomi dan gue kagak ngerti cara nanam saham. Lagi pula, apa itu saham?” tanya Ronald sambil menghempas-hempaskan raket listriknya gara-gara banyak nyamuk berterbangan.

    Kosim langsung menjawab, “Saham adalah suatu kumpulan kata yang terdiri dari kata; S-A-H-A-M!”

    “Bukan itu maksud gue Sim. Maksud gue itu apa arti dari kata Saham?” tanya Ronald. Ronald mulai sedikit kesal dengan adik kelasnya.

    Kosim baru mengerti maksud dari Ronald. Dengan segera, Kosim menjelaskan apa itu saham kepada Ronald, baik tentang pengertian saham maupun cara menanam saham. “Oh, aku mengerti tapi sayang sekali Kosim, ide seperti itu
    tak bisa kita realisasikan karena kita belum punya perusahaan!” ujar Ronald dengan tampang serius.

    “Tapi pak Rendi dan Panji mungkin bisa Kak.”

    “Ehm, itu bisa dipertimbangkan tapi mereka berdua sudah pulang!”

    Ronald melirik Guntur dan merasa Guntur bisa mengutarakan ide yang bagus. Akhirnya, ia bertanya kepada Guntur, “Tuyul, lo punya ide yang bagus untuk mengumpulkan uang banyak dalam waktu 44 hari?”

    Guntur memegang dagunya dan ketika ia mau melontarkan idenya, bau busuk menyengat keluar dari ventilasi toilet sehingga Guntur menjadi lupa apa yang ia mau omongkan. Bau tersebut membuat Kosim, Eka, Guntur, dan Ronald langsung menutup hidungnya.

    “Bau apa ini?” tanya si Eka sambil memegang hidungnya.

    “Entahlah dan yang pasti, ini sepertinya bau dari tinja yang belum dibuang dari tubuh dan membusuk di rektum selama 2 hari!” kata Kosim sambil memegang hidungnya. Baunya sangat busuk sehingga bisa saja orang pingsan jika tak kuat mencium bau ini.

    “Najis, siapa yang tidak buang air besar selama 2 hari?" tanya kesal Eka sambil menutup hidungnya.

    “Entahlah dan yang pasti, kita lanjutkan diskusi ini!” ujar Ronald. Ronald melirik Guntur dan ia menyuruh Guntur untuk memberikan pendapatnya yang sempat tertunda.

    “Maaf Kak, gue lupa mau ngomong apa tadi,” kata Guntur merasa bersalah. “Kalau Kak Ronald punya ide nggak buat ngumpulin banyak uang?”

    “Ah, kalau gue tahu ngapain gue minta pendapat sama kalian semua,” kata Ronald. Ronald melepas tangannya dari hidung untuk mencoba menghirup udara dan ternyata, bau busuk dari toilet sudah hilang. Melihat Ronald tidak apa-apa menghirup udara, ketiga orang yang ada disitu melepas tangan dari hidung masing-masing.

    Tiba-tiba, muncul Ki Dang dari ujung bangunan toilet. “Wah, ada apa ini? Kenapa kalian belum pulang?” tanya Ki Dang melihat 4 anak STM Panzer belum pulang juga padahal sudah jam 4.00. Sepertinya, Ki Dang itu

    “Kami sedang mendiskusikan tentang mengumpulkan uang untuk melunasi hutang Panzer. Apakah pak Ki Dang sudah tahu tentang hutang dan pengalihan tanah ke pihak Yabar?” tanya Kosim kepada Ki Dang.

    Ki Dang menggeleng dan dengan segera, Kosim menjelaskan kepada Ki Dang soal peristiwa yang terjadi saat pagi menjelang siang berlangsung. Setelah mengerti inti permasalahan, Ki Dang diajukan pertanyaan oleh Eka, “Pak Ki Dang, apakah anda mendukung STM Panzer tetap ada atau tidak?”

    “Tentu saja saya mendukung STM Panzer tetap berdiri!” jawab spontan Ki Dang.

    “Kenapa? Bukannya anda sudah tua dan gaji di Wenker lebih tinggi dibanding sini?” tanya lagi si Eka.

    Spontan Ki Dang menjawab, “Kalau saya ke Wenker pasti saya tidak bisa langganan mie ayam Otong! Kalau nggak makan mie ayam Otong nggak enak gara-gara setiap makan dua piring mie ayam Otong, dapat kupon gratis makan mie ayam pada hari besoknya. Jadi, Panzer Yabar boleh jatuh ke tangan pemerintah Yabar asal mie ayam Otong dibawa ke Wenker.”

    “Sepertinya Kidang ini hanya fanatik dengan mie ayam Otong. Bukan sama STM Panzer!” kata Eka dengan muka senyum sedikit.

    "Tapi bukan berarti saya tidak mendukung usaha kalian loh. Saya sarankan kalian jangan diskusi kayak begini dan lebih baik, kalian musyawarahkan hal ini kepada seluruh kelas guna menghasilkan ide terbaik untuk melunasi hutang Panzer!” saran Ki Dang kepada anak-anak Panzer yang ada di depannya. “Saya ini netral untuk sekarang! Tadi cuma bercanda saja kok,” sambungnya.

    Mendengar saran Ki Dang, Kosim, Eka, dan Ronald menepuk kepalanya masing-masing. Mereka baru sadar kenapa mereka tidak bermusyawarahkan soal hal ini dengan mereka? Selama ini, mereka hanya menggalang dana dari anak-anak Panzer dan belum terpikirkan ide untuk mengumpulkan anak STM Panzer guna menemukan ide yang cerdas untuk mengumpulkan Er 10.392.866,00 dalam waktu 44 hari.

    “Oh ya, kalian harus tahu kalau tank segera jadi maka kemungkinan sekolah ini bisa melunasi hutang tersebut. Dan yang jadi pertanyaannya sekarang adalah bagaimana bisa tank bisa segera jadi? Padahal kalian, anak Panzer khusus murid XI dan XII yang terlibat pembuatan tank tahu kalau tank paling cepat jadi pada bulan November!” tutur Ki Dang kepada anak-anak Panzer.

    Kosim memegang dagunya dan berkata, “Jadi, kalau tank bisa jadi lebih cepat dari perkiraan apakah STM Panzer bisa melunasi hutang?”

    Ki Dang tersenyum dan mengangguk. “Tapi apakah kalian bisa menyelesaikan tank itu sebelum tanggal 20 Oktober?”

    “Sepertinya sih bisa,” jawab Guntur.”Semua bagian tank terutama mesinnya sudah terpasang.Tank juga bisa bergerak ke sana-kemari tetapi yang kurang adalah; alat komunikasi dan meriam utamanya belum terpasang!”

    “Kalau kita bisa menyelesaikan alat tersebut maka tank bisa dikirim ke pusat dan uang hasil penjualan bisa kita manfaatkan untuk membayar hutang. Namun, jika kita percepat pembuatan alat komunikasi pastinya hasilnya jelek walaupun sudah tinggal 70%!” jelas Ronald.

    “Nah, kalau kalian mau mempercepat pembuatan tank kenapa kalian tidak langsung mendiskusikan hal ini sama si Daeng dan pak Rendi pada esok hari?” beri masukan si Ki Dang kepada mereka.

    “Ide bagus dan…… sepertinya kita bubar saja sekarang! Tak ada yang bisa didiskusikan lagi,” kata Ronald. “Dan satu lagi, besok kita bertiga pergi ke ruang Kepsek pada istirahat pertama tanpa membawa Tuyul. Mengerti?”

    “Mengerti,” jawab serentak Kosim dan Eka.

    “Siapa juga yang mau ngikuti bos (Eka) ke ruangan Kepsek,” gumam Guntur yang merasa tersindir.
    ****
    Pada keesokan harinya, tepatnya ketika bel berbunyi…

    Kosim, Eka, dan Ronald sampai di depan ruangan Kepsek. Tanpa ada rasa takut, Eka mengetuk pintu dan meminta izin kepada orang yang ada di dalam. “Silahkan saja masuk,” kata orang yang ada di dalam dan suara tersebut kedengaran seperti suara Rendi.

    Di dalam ruangan Rendi, terlihat Rendi sedang menata banyak kertas di atas mejanya dan tak terlihat batang hidung si Panji. Mereka bertiga duduk di bangku kosong dan tanpa basa-basi, Ronald mengatakan apa yang ia ingin bicarakan kepada Kepsek, “Pak, saya ingin memberikan usul tentang pengumpulan uang pembayaran hutang, apakah anda mau mendengarkannya?”

    Sambil tersenyum, Rendi menangguk. Ronald langsung mengutarakan usulnya, “Pak, bagaimana kalau kita percepat membuatan tank guna mendapatkan uang jutaan Erak agar hutang bisa kita bayar?”

    “Kalau kita percepat buat tank pasti hasilnya nggak bakal bagus dan kalau nggak bagus, saya bisa dimasukan penjara oleh Mahapatih!” terang Kepsek sambil bersandar di kursinya. “Ah saya punya ide, bagaimana kalau kita hanya satu membuat tank satu buah? Mungkin ini cara terbaik walaupun tentu harga penjualannya hanya mencapai Er5.540.000,00.”

    “Wah ide yang bagus pak. Sisanya biar anak Panzer yang tangani,” kata Eka dengan bersemangat.

    “Oke dan Eka, melihat rasa semangatmu yang besar membuat saya ingin menawarkan sesuatu! Maukan kau menerimanya?” tanya si Kepsek.

    “Tawaran apa itu?” tanya balik Eka bingung.

    “Akun bank STM Panzer yang dikhususkan untuk membayar hutang. Apakah kau dan anak-anak Panzer mau menerima tawaran ini?” tawar Kepsek senyum-senyum sendiri.

    Eka, Kosim, dan Ronald cukup kaget mendengar hal itu. Bagi mereka, mereka belum pernah memakai akun bank dan untuk pertama kalinya ada orang yang berani menawarkan akun bank kepada mereka. Dengan bersemangat Eka menjawab, “Saya mau menerima tawaran ini dan saya berjanji tidak akan menyelewengkan uang di akun tersebut. Dengan memanfaatkan bunga bank, mungkin saja kita akan sedikit terbantu."

    Rendi langsung menepuk tangannya dan berkata, “bagus seka-“

    Tiba-tiba, Ponsel Rendi dan ketiga anak Panzer yang ada di saku masing-masing bergetar. Serentak mereka berempat mengambil ponsel mereka dan membawa SMS yang mereka dapat. SMS tersebut berisi;

    “Segera tandatangani surat pengalihan tanah atau kalian bakal mampus!”

    Semua SMS yang diterima mereka berempat sama semua. Dengan cepat, mereka langsung menghapus SMS dari nomer tak dikenal. Setelah itu, mereka berempat bertanya satu sama lain apakah SMS yang mereka terima sama? Mengetahui SMS yang mereka terima, mereka langsung menyimpulkan bahwa ini merupakan teror pertama dari pihak Yabar yang menginginkan tanah Panzer segera jatuh ke tangan merkea. Percuma kalau pihak STM Panzer melaporkan hal ini ke Bhayangara karena mereka itu orangnya Arjuna. Hanya satu yang bisa dilakukan pihak Panzer; kuatkan mental, kata Rendi.

    “Sepertinya, Bhre ingin sekali tanah ini dan kemungkinan besar penyebab ia ingin tanah Panzer ada dua hal; tanah Panzer bisa dihargai puluhan juta Erak oleh investor dan tanah strategis untuk dijadikan basis militer. Entah mana yang benar tapi yang pasti, kita harus melawan semua terror tersebut dengan kekuatan kita!” kata Kepsek dengan bersemangat. “Dan kalian bertiga, apakah kalian sudah makan?”

    Mereka bertiga menggeleng dan dengan hormat, Eka dan teman-temannya meninggalkan ruangan Kepsek untuk pergi mencari makan. Sebelum mereka pergi, Kepsek memberikan buku tabungan STM Panzer kepada Eka. Ketika Eka melihat saldo yang ada di buku tabungan tersebut tertulis “Er 111.000,00” dan Kepsek berpesan pada Eka untuk mengisi tabungan tersebut sampai 10.504.300,00. Eka berpikir mungkin setelah ia pulang sekolah, ia bakal memasukan uang hasil kumpulannya tadi kemarin dan sekarang yang sudah berjumlah Er 2.021,00. Uang tersebut bertambah karena sebelum istirahat, mereka bertiga orang-orang perwakilan kelas-kelas Panzer memintakan uang kepada murid-murid Panzer.

    Pada siang harinya setelah sholat Jumat, Daeng diperintahkan Rendi untuk fokus menyelesaikan tank tapi cuma satu saja. Dengan segera, Daeng bersama ratusan orang gabungan murid XI dan XII menyelesaikan tank main battle tank tersebut. Daeng memperkirakan tank tersebut bakal selesai paling cepat 30 September.
     
  13. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Pada sore hari di lapangan STM Panzer, sekitar 271 murid Panzer berkumpul di lapangan sekolah. Seharusnya, mereka semua sudah pulang namun karena Kosim dan dua orang wakil dari angkatannya memberi tahu ada musyawarah besar menyangkut nasib STM Panzer maka mereka memutuskan untuk tidak pulang. Di depan ratusan murid Panzer, ada Kosim, Eka, Guntur (ikut-ikutan bosnya) , dan Ronald. Eka membisiki Guntur untuk membawakannya meja dari kelas XI-II dan dengan segera, Guntur melaksanakan perintah atasannya.

    Meja tersebut diletakan Guntur di depan ratusan anak Panzer dan langsung dinaiki Ronald. Ronald berdiri di atas meja dan ia melihat langit sore cukup cerah. Ronald menghela nafas dan dengan suara lantang, ia berkata, “Selamat sore siswa-siswa Panzer!”

    “Sore,” jawab semua anak Panzer bersemangat.

    Tanpa basa basi, Ronald langsung menjelaskan inti permasalahnya. Semua anak Panzer cukup mengerti apa yang Ronald katakan dan hal itu cukup menjadi nilai tambah dari mantan ketua berandalan tersebut dalam kepemimpinan.Setelah menyelesaikan penjelasannya, ia langsung mengajukan pertanyaan kepada anak-anak Panzer, “Semua, ada yang punya ide bagaimana caranya mengumpulkan uang sebanyak Er 5.852.279,00 dalam waktu 43 hari?”Dengan segera, beberapa anak Panzer mengancungkan tangan dan melontarkan ide masing-masing;

    “Rampok bank.”

    “Ikutan lotre di kasino.”

    “Mencuri rumah pejabat pakai Tuyul STM Panzer (“SIAPA YANG NGOMONG TUH?” sergah Guntur).”

    “Ikutan kuis jutawan di televisi.”

    "Main film biru!"

    "Malak anak SMA sebelah!"

    “Kawin sama janda kaya.”

    Jawab mereka yang tak serius membuat Ronald berang dan ia berteriak, “WOI, BISA SERIUS!”

    Semua terdiam dan salah seorang mengancungkan tangan. Orang tersebut adalah Manguri dan Manguri berkata, “Ronald, bagaimana kalau kita kerja sambilan saja? Jika masing-masing dari kita kerja sambilan dan uangnya untuk Panzer, mungkin ini cara agak melelahkan, tapi ini lebih baik dari ide kawin sama janda kaya!”

    Manguri terlihat sudah tidak memakai tongkat lagi semenjak awal September gara-gara ia sering ke tempat Otong untuk diurut. Dengan berdiri tegak, Manguri terlihat paling tinggidi tengah kerumunan anak Panzer. Mendengar ide
    Manguri yang terdengar lebih rasional dibanding kawin dengan janda kaya, Ronald langsung meminta Manguri maju ke depan dan mengutarakan lebih jelas idenya.

    Di depan, Manguri langsung menjelaskan lebih detail idenya, “Dalam waktu 43 hari, kita harus memanfaatkan waktu-waktu luang seperti pulang sekolah ataupun Sabtu dan Minggu untuk kerja sambilan. Uang yang kita hasilkan akan ditaruh ke rekening yang dipegang Eka. Pekerjaannya boleh apa saja asal tidak menyalahi kaidah hukum dan agama.”

    “Ah, aku suka dengan idemu,” kata Ronald lalu bersalam dengan Manguri, “Lantas, apa saranmu untuk pekerjaan-pekerjaan sambilan yang tak menganggu aktivitas sekolah kita?”

    Dengan memegang dagunya, Manguri berpikir lalu ia berkata, “Ada baiknya kalau pekerjaan sambilan berat seperti; kerja di bengkel motor dilakukan ketika hari Sabtu-Minggu. Kalau hari Senin sampai Jumat mungkin pekerjaan ringan seperti; mengantar pizza.Namun soal pekerjaan, ini tergantung teman-teman Panzer maunya kerja sambilannya seperti apa!”
    
Merasa usul Manguri cukup bagus, Ronald langsung menerima usul tersebut dan kemudian, Ronald bertanya lagi kepada semua anak Panzer, “Panzer Yabar, siapa dari kalian yang mau bekerja sambilan demi STM Panzer? Yang mau angkat tangannya!”

    Tak pikir panjang, semua anak Panzer langsung menangkat tangannya. Ronald senang melihat semua anak Panzer mau berkorban di sekolah Panzer Yabar. “Jadi, kalian mau kerja sambilannya apa?” tanya Ronald kepada mereka semua.

    Mereka pun menjawab dengan jawaban berbeda-beda;

    “Narik ojek.”

    “Ngantar Pizza.”

    “Jualan makanan.”

    “Ikutan lomba.”

    “Kerja di bengkel motor.”

    Ide-ide tersebut cukup logis dan Ronald memerintahkan kepada setiap anak Panzer yang mau bekerja harus menuliskan apa pekerjaan sambilan yang akan mereka geluti di kertas kosong. Semua anak STM langsung mengeluarkan kertas dari buku tulis yang ada di dalam tas dan setelah selesai, mereka kumpulkan kertas tersebut kepada Guntur yang diperintahkan Eka untuk mengumpulkan kertas.

    Guntur memberikan kertas-kertas yang ia kumpulkan beberapa waktu lalu kepada Ronald. Ronald membaca satu per satu kertas tersebut dan ketika ia membaca orang yang ingin kerja melukis, ia langsung panggil orang yang menulis pekerjaan tersebut, “José…. Aduh, namanya susah amat dibaca!”

    Dengan gesit, José de Cupertino keluar dari kerumunan dan dengan muka datar, ia berkata kepada Ronald, “Kak, nama saya itu ‘Jose De Cupertino’.Bukan ‘Jose Aduh, namanya susah amat dibaca!’”

    “Jose, itu cuma keluhan dari gue gara-gara gue kesusahan baca lo. Bukan manggil nama lo!” terang Ronald kepada Jose. Jose mengerti dan Ronald tak basa-basi memperlihatkan kertas tulisan Jose. “Jose, apa maksud lo menulis ‘pekerjaan melukis’?”

    “Saya merasa bisa melukis lukisan hebat yang bisa bernilai ratusan ribu Erak!” tutur Jose sambil melipat tangan.

    Merasa tidak yakin, Ronald kembali bertanya, “Yakin bisa?”

    Jose mengangguk dan Ronald berkata, “Bagus, kalau kau bisa buktikan ya dan sekarang, kau bisa kembali!” Jose langsung kembali ke dalam kerumunan anak Panzer. Ronald kembali memanggil seseorang dan kali ini ada 3 orang, “Mahesa, Made, dan Hanny dari X-I!”

    Made, Mahesa, dan Hanny keluar dari kerumunan. Mereka langsung ditanyai Ronald pertanyaan, “Apa maksud kalian menjual nasi goreng STM Panzer Yabar?”

    Made, sebagai perwakilan Hanny dan Mahesa menjawab, “Maksud kami adalah menjual nasi goreng dengan nama ‘nasi goreng STM Panzer Yabar’. Nasi gorengnya tentu akan berbeda karena kami bertiga akan menciptakan resep nasi goreng yang belum pernah ada di muka bumi ini!”

    “Baiklah, buat sana kalau sudah pulang dari sini,” perintah Ronald.

    “Tapi Kak, apakah Kak Ronald tahu dimana tempat yang cocok untuk menjual nasi goreng supaya laku?” tanya si Made.

    Ronald melirik Eka yang berdiri di sebelah kanan mejanya. “Eka, bisakah kau carikan mereka tempat menjual nasi goreng yang bagus?”

    “Bisa saja sih…” ujar Eka. Ia sudah tahu dimana ia bisa mendapatkan informasi seperti itu.

    “Oke, sepertinya pekerjaan sambil yang akan digeluti banyak anak Panzer cukup bagus. Hari Senin, uang hasil kerjanya setor ke Eka! Mau ngambil uang sedikit dari uang kerja boleh saja asal tidak 50%. Mengerti?” tanya Ronald kepada semua anak Panzer.

    Semua anak Panzer baik yang ada di kerumunan maupun di depan menjawab,“Bi-” Semua ponsel anak Panzer bergetar dan berbunyi. Mereka langsung mengambil ponsel mereka dan melihat SMS yang masuk ke ponsel mereka. SMS tersebut berisi ancaman intimidasi jika tak segera menandatangani perjanjian peralihan tanah. Dengan segera, Ronald dan 270 anak Panzermembuang pesan tersebut. Mereka semua menerima pesan tersebut 30 menit sekali sehingga cukup menyebalkan tiap kali melihat pesan yang diterima selalu sama. Hal tersebut juga dialami Rendi dan Daeng.

    Merasa semuanya menerima pesan singkat yang sama, Ronald berkata kepada semua orang, “Semua, sepertinya pemerintah Yabar ingin mengintimidasi kita dengan cara kotor ini; pesan singkat berisi ancaman. Dan juga, sepertinya nomer-nomer ponsel kita telah diketahui oleh mereka. Bisa saja mereka menyadap komunikasi kita lewat ponsel! Oleh karena itu, mari kita kembangkan teknologi yang tak pernah dipunyai bangsa-bangsa manapun?”
    “Apa itu?” tanya semua anak Panzer dengan muka serius. Baik di depan maupun dikerumunan.
    Spontan Ronald menjawab,“Telepati.”

    Semua anak Panzer terkejut dan bertanya, “Caranya gimana?”

    “Baca buku tentang telepati!” jawab Ronald, “Kalau sudah baca, praktekan sama teman masing-masing supaya tidak perlu menggunakan ponsel dalam komunikasi. Dan sekarang, musyawarah besar STM Panzer dibubarkan!”

    Semua anak Panzer langsung berhamburan keluar dari sekolah baik berjalan kaki maupun menaiki motor. Ki Dang yang sedang makan mie ayam Otong melihat ratusan anak STM Panzer keluar dan dalam hatinya, ia senang melihat kemauan besar murid-murid Panzer Yabar untuk mengumpulkan jutaan Erak demi mempertahankan sekolah mereka.
    Melihat anak-anak Panzer baru pulang, Otong yang duduk di sebelah Ki Dang bertanya, “Mereka habis ngapain sampai pulangnya jam 4? Padahalkan mereka semuanya pulang jam 3 kan?”

    “Ah, mereka habis musyawarah besar STM Panzer,” jawab Ki Dang sambil melahap mie ayam pangsitnya.

    Otong memegang jenggot tipisnya dan ia kembali bertanya, “Musyawarah besar apa? Bahas apa?”

    “Soal hutang STM Panzer dan cara melunasinya,” jawab Ki Dang lalu ia meminum kuah mie ayam.

    Merasa tertarik, Otong meminta Ki Dang menceritakan soal apa yang terjadi di STM Panzer dan dengan senang hati, Ki Dang menceritakannya dengan syarat; dibolehkan makan mie ayam satu lagi dan Otong menerima syarat tersebut. Tidak ada pembeli selain Ki Dang sehingga Otong bisa leluasa bercengkrama dengan satpam tua Panzer Yabar tersebut.
     
    Last edited: Mar 31, 2016
  14. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Setelah musyawarah bubar, terlihat Eka dan Guntur berjalan kaki di trotoar. Mereka berdua berjalan kaki gara-gara motornya Eka sedang berada di bengkel. Arah tujuan mereka bukan arah pulang ke rumah ataupun nongkrong tapi pergi ke bank Nusatoro, bank tempat akun STM Panzer berada. Sekarang sudah jam 16.10 dan bank akan segera tutup pada jam 17.00. Jika mereka tidak segera kesana maka mereka tak bisa mengisi uang ke akun STM Panzer.

    Dalam waktu 10 menit, mereka sampai di depan bank Nusatoro dan di sana, mereka melihat antrian yang cukup panjang ditiap kasir bank. Merasa ingin pipis, Eka memberikan tasnya kepada Guntur dan berkata, “Tuyul, jagain ya tempat gue! Gue mau ke toilet dulu.”

    “Oke bos dan sekali lagi, gue bukan Tuyul!” kata Guntur sedikit kesal. Guntur pun menjaga tempat Eka saat bosnya pergi ke toilet. Untuk mengisi waktu, Guntur mendengarkan musik yang ada di ponselnya dengan headset. Guntur menikmati udara sejuk yang berasal dari AC. Tenang dan tertib, itulah suasana di bank Nusatoro. Semua orang menunggu cukup tertib dan tak berisik jika berbicara satu sama lain. Tidak ada tempat duduk di bank ini sehingga memaksa orang-orang untuk berdiri. Harap maklum, ini bank cabang yang baru buka beberapa hari yang lalu.

    Suasana tersebut berakhir ketika seseorang pemuda menondongkan pistol ke salah satu petugas kasir. Sepertinya pemuda tersebut ingin merampok bank ini dengan mengancam akan menembak . Semua orang yang ada di ruangan ini termasuk Guntur terkejut dan panik. Seorang satpam langsung berlari menuju orang tersebut namun naas, perampok tersebut menembak paha kiri satpam tersebut. Satpam tersebut langsung tersungkur di tanah dan luka tembak di paha kirinya mengeluarkan banyak darah. Rintihan kesakitan terdengar dari mulut satpam tersebut.

    Orang tersebut atau bisa disebut perampok langsung melirik semua orang yang ada di dekatnya termasuk Guntur. Dengan nada mengancam ia berkata, “Angkat tangan kalian dan jangan bergerak! Sekali bergerak peluru terbang ke kepala kalian!”

    Mau tak mau, orang-orang yang ada di ruangan ini menangkat tangannya termasuk Guntur. “Bos, lo ada dimana?” tanya Guntur dalam hatinya, tampaknya si Guntur khawatir dengan nasib Bosnya.Perampok tersebut mengeluarkan pistol lagi dari jaketnya dan ia menodongkan dua pistol ke petugas kasir. Petugas kasir tersebut terlihat ketakutan. Perampok tersebut langsung mengancamnya, “Berikan gue Er 90.000,00 sekarang juga atau gue tem-“

    Orang tersebut langsung pingsan gara-gara ada yang memukulnya dari belakang. Orang yang memukulnya tak lain ketua OSIS STM Panzer Yabar, Eka Jaya.“Cih, perampoknya kurang profesional!” kata Eka melihat orang tersebut tersungkur di tanah. “Harusnya ngerampok pakai topeng atau ditutup mukanya . Dan juga, kalau mau rampok mestinya bawa banyak orang supaya nggak ada kejadian sekali dipukul langsung pingsan!”

    Semua orang yang ada di ruangan ini langsung girang melihat perampok tersebut pingsan. “Bos, kau hebat!” puji Guntur kepada bosnya. Melihat ada dua pistol tergeletak di lantai, Eka langsung mengambilnya dan mengarahkan pistol tersebut ke semua orang sambil berteriak, “ANGKAT TANGAN SEMUA!”

    Rasa senang semua orang di ruangan ini hilang sudah. Dengan cepat, semua orang termasuk Guntur menangkat tangannya dan ketakutan melihat ada anak STM memegang pistol. Dalam hati, Guntur kecewa pada Bosnya, “Bos, kenapa lo begini?”

    Ia langsung melangkah ke kasir dan menodongkan pistol ke petugas kasir. Petugas kasir tersebut ketakutan dan Eka berkata, “Mbak, ketiaknya basah tuh!

    Semua langsung terdiam dan petugas kasir tersebut hanya berkata, “O-ma-makasih s-sudah dI-i-ingatkan!”

    Eka langsung membuang pistolnya dan semuanya bingung kenapa ia membuang senjata tersebut. “Mas, kenapa nggak jadi ngerampok?” tanya Mbak kasir tersebut.

    “Dosa mbak!” kata Eka, “Saya tadi hanya main-main saja megang senjata sama mengecek ketiak Mbak basah nggak. Kalau saya pakai cara biasa seperti berbicara baik-baik, pasti anda marah-marah!”

    Semua orang termasuk Guntur terperangah mendengar penjelasan Eka termasuk petugas kasir tersebut. Eka langsung mengeluarkan buku tabungan akun STM Panzer dan meminta petugas kasir untuk memasukan uang yang ia
    berikan. Dengan segera, petugas tersebut melakukan apa yang diperintahkan Eka.

    Keadaan bank kembali menjadi normal, satpam yang terluka dibawa beberapa petugas bank ke rumah sakit. Perampok yang pingsan karena Eka langsung digiring Bhayangkara ke penjara setelah mereka datang ke bank.Kejadian ketika Eka menodongkan senjata tidak membuat si Eka digiring ke penjara karena Bhayangkara merasa Eka tak punya niat membahayakan orang lain. Bhayangkara justru berterima kasih kepada Eka karena menyelamatkan nyawa orang-orang di bank.

    Setelah selesai urusannya dengan bank, Eka bersama Guntur keluar dari bank dan bank tersebut terlihat mau ditutup oleh petugas bank karena sudah jam 17.00. Mereka berjalan kaki di trotoar dan arah tujuan jalan mereka adalah tempat dimana Eka akan mendapatkan informasi tentang tempat bagus jual nasi goreng. Di tengah perjalanan, Guntur bertanya, “Bos, kemana kita pergi?”

    Spontan Eka menjawab “Ketemu orang itu yang ada di Imalia!”

    “Si..siapa? Ja..jangan-jangan orang itu!”

    “Ya, ketua OSIS Imalia, E…Endas ya nama ya?”

    “Nggak, kalau nggak salah Endong!”

    “Endong? Nggak, kalau nggak salah waktu itu dia bilang namanya Endas!”

    “Endas? Endas gundulmu Bos! Namanya Endong!”

    “Eri woi nama gue!” sergah ketua OSIS Imalia yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Mereka berdua kaget ketika melihat orang yang mereka bicarakan muncul di depan hadapannya. “E..Endas, ba..bagaimana lo bisa ada disini?” tanya Eka dengan sedikit terbata-bata.

    “Endas? Nama gue Eri!” kata Eri kesal. “Nggak pakai ‘En’ di depannya! Yang pakai ‘En’ itu wakil gue, Enon!”

    Menyadari bahwa nama ketua OSIS Imalia bukan seperti mereka ingat, kedua anak STM Panzer tersebut meminta maaf kepada Eri. Setelah itu, Eka bertanya kepada Ketua OSIS berambut pendek tersebut, “Eri, kenapa lo ada disini? Bukannya lo harusnya ada di asrama lo?”

    “Oh, gue habis belanja makanan ringan buat persedian makan seminggu. Dan juga, batas kembali ke asrama jam 18.00,” jawab Eri yang terlihat membawa beberapa kantong plastik berisi banyak makanan instan. Akademi Imalia merupakan sekolah asrama sehingga semua murid sekolah tersebut diwajibkan tinggal di asrama. “Pas keluar dari minimarket, gue lihat lo berdua sedang membicarakan soal pergi ke Imalia. Gue tertarik dengan omongan kalian dan langsung bergerak ke tempat ini!” sambung Eri.

    Eka dan Guntur baru mengerti kenapa Eri bisa muncul di depan mereka. Guntur dan Eka pertama kali bertemu ketua OSIS Imalia di saat yang tidak enak yaitu; ketika Guntur di keroyok preman gang gara-gara disangka tuyul yang mau mencuri uang mereka. Guntur tak berdaya melawan 10 preman sekaligus dan beruntung, saat itu Eri lewat gang dan karena tak tega melihat orang di keroyok, akhirnya Eri yang punya basis ilmu karate langsung membantu Guntur melawan para preman. Perkelahian tersebut tak berimbang membuat Eri kewalahan menghadapi para preman. Perkelahian tersebut berakhir ketika Eka muncul. Kemunculan Eka yang dibarengi keluarnya aura gelap yang menggelegar membuat para preman ketakutan dan akhirnya, mereka semua lari dari medan perkelahian. Itulah ceritanya dari awal pertemuan ketua OSIS Imalia dengan Eka dan Guntur dan semenjak itu, Eka dan Guntur kadang-kadang pergi ke Imalia untuk bertemu Eri, baik main monopoli maupun urusan sekolah. Namun, selama Eka dan Guntur beranjak ke kelas XI, mereka belum pernah ke Imalia lagi sehingga membuat ingatan mereka tentang nama ketua OSIS Imalia agak bercampur-campur dengan nama-nama anggota OSIS Imalia.

    Jarang-jarang ada anak laki-laki terutama anak Panzer bisa dekat dengan siswi Imalia terutama Eri, orang paling pintar di Imalia dan juga pernah juara satu karate Nusatoro ketika ia masih SMP dan sekarang, ia bakal mengikuti kejuaraan karate di bulan November untuk mewakili Yabar. Tinggi Eri sekitar 170 cm, kulitnya warnanya sedikit kekuningan, dan cantik. Rambut pendeknya diatas kerah bajunya. Eri telihat memakai baju seragamnya yang bajunya berwarna oranye dengan motif batik dan rok panjang hitam. Imalia merupakan sekolah wanita yang didominasi orang kaya dan status Imalia sekarang; sekolah internasional.
    Melihat Eri ada di depan hadapannya, Eka berkata, “Eri, boleh nggak gue minta tolong sesuatu?”

    “Tolong apa?” tanya Eri terlihat bingung.

    “Di mana tempat menjual nasi goreng yang paling bagus dalam meraih banyak profit?”

    “Oh, kalau nggak salah sih di daerah Majoraan. Di sana katanya kalau jualan bisa dapat ribuan Erak dalam sehari!” ujar Eri terlihat senyum sedikit, “Emang lo mau jualan nasi goreng ya?”

    “Nggak, anak STM Panzer kelas X yang mau jualan demi mempertahankan STM Panzer dari pemerintah Yabar!”

    Eri menjadi bingung dan ia meminta Eka menceritakan soal Panzer. Dengan senang hati, Eka menceritakan permasalahan yang dihadapi Panzer. Sambil Eka bercerita, mereka bertiga berjalan menuju sekolahnya Eri. Jauh di belakang Eka, ada satu mobil jeep hitam yang berisi empat orang Adjuva. Mereka ditugaskan Noprirf untuk mengintai Eka. Jika ada kesempatan, mereka akan menculik Eka, memasukannya ke dalam karung dan menyiksanya supaya ia mau menandatangani dokumen peralihan tanah. Selain Eka, Kosim, Ronald, dan Daeng juga sedang diintai Adjuva. Hanya Rendi saja yang bebas dari intaian Adjuva gara-gara Ayudha memerintahkan seperti itu. Entah alasan apa yang membuat Rendi bebas dari intaian! Mobil tersebut tak terlihat oleh Eka karena mobil Adjuva ditutupi banyak kendaraan yang berlalu-lalang di jalan raya. Semua orang yang diculik Adjuva tak ada yang pernah kembali dengan selamat dan kebanyakan jadi orang hilang. Apakah ini akan berlaku bagi target-target mereka kali ini? Mungkin tidak karena Adjuva dilarang Bhre untuk membunuh target mereka kali ini.

    Setelah menceritakan panjang lebar, Eri akhirnya mengerti dan berkata, “Oh, nggak mudah ngumpulin Er5.852.279,00 dalam waktu 43 hari! Orang kaya seperti bapak gue sekali pun yang merupakan pengusaha besi pasti susah buat ngumpulin uang sebanyak itu dalam tempo 43 hari.”

    “Tapi kami, anak Panzer Yabar yakin bisa!” sanggah Eka sambil menepuk dadanya. Melihat bosnya begitu, Guntur ikut-ikutan menepuk dadanya. Eri menahan tawanya dan berkata, “Oke. Selamat berjuang mencari Er 5.852.279,00! Kalau butuh bantuan, pergi saja ke Imalia.”

    Mendadak,Eka langsung bersalaman Eri dan berterima kasih karena mereka sepertinya mau saja memberi bantuan kepada Panzer Yabar. Hal itu tentumembuat Eri tersipu malu.Beberapa anak Imalia yang menonton kejadian tersebut senyum-senyum sendiri.Melihat matahari mulai tenggelam, Eka dan Guntur memutuskan untuk berpisah dengan Eri. Eri masuk ke dalam halaman sekolahnya sedangkan Eka dan Guntur mencari angkot untuk pulang. Adjuva mengikuti angkot tersebut dan mereka tak akan membiarkan target mereka kabur dari mata mereka.

    ****
    Senin, 10 September 899

    Upacara pengibaran bendera dilaksanakan tanpa adanya Rendi. Semua anak Panzer kebingungan mengapa Kepsek jomblo tersebut tidak ada dan yang ada hanyalah Panji. Di depan ratusan anak Panzer, Panji memegang mikrofon dan berkata, “Anak-anak sekalian. Di pagi yang cerah ini ada kabar duka dari Rendi; Rendi meninggal!” Semua orang yang mengikuti upacara baik murid maupun para guru langsung kaget. Mereka tak pernah menyangka kalau Rendi wafat padahal kemarin-kemarin mereka melihat Kepsek tersebut sehat bugar. Indikasi dibunuh tersebar di pikiran beberapa anak Panzer seperti Eka, Ronald, dan Kosim.
     
  15. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Melihat semua anak Panzer terkejut, Panji dengan muka datar menambahkan keterangan perihal kematian Rendi, “Rendi mati tenggelam di laut gara-gara badai besar menerjang kapal jukungnya di tengah perjalanan menuju pulau Tanjung Ura. Perlu saya ceritakan bagaimana bisa Rendi pergi naik Jukung ke pulau Tanjung Ura?”Serentak, semua anak Panzer menangguk. Panji mulai bercerita, “Pada hari Sabtu, Rendi bilang kepada saya bahwa dia ingin mencari batu bara banyak di Tanjung Ura dalam upaya mencari uang banyak demi melunasi hutang Panzer. Kalian tahu kan kalau satu kilogram batu bara dijual bisa sampai ratusan Erak?”

    “Tahu pak,” jawab semua anak Panzer. Panji langsung menyambung ceritanya, “Rendi pergi ke sana naik perahu Jukung buatannya demi meminimalisir uang transportasi. pas dapat berita ada badai besar di laut Yawana (penghubung pulau Yawana dan Tanjung Ura), saya langsung berpikir apakah Rendi selamat apa tidak? Nah, saya coba telepon tapi tak dijawab Rendi. Oleh karena itu, saya simpulkan kalau Rendi mati di tengah badai karena tak ada seorang pun yang bisa bertahan hidup di badai besar jika hanya menggunakan modal Jukung!”

    “Oleh karena itu, saya menggantikan Rendi sebagai Kepsek STM Panzer Yabar dan mulai hari, Panji Samudra adalah Kepsek baru kalian!” ujar Panji yang cukup mengagetkan semua orang. Seluruh anak STM Panzer dan guru-guru senang mendapatkan Kepsek yang keren seperti Panji. Namun kesenangan tersebut berakhir ketika Panji berkata, “Saya akan menandatangani dokumen perjanjian peralihan tanah!”

    Semua anak Panzer terkejut bercampur marah, mereka langsung bertanya kenapa Panji mau menandatangai dokumen. “Saya rasa lebih baik STM Panzer Yabar tamat tahun ini karena saya rasa sekolah ini makin lama makin memburuk saja sehingga tak ada yan perlu dipertahankan. Tapi saya tak akan menghalangi kalian jika kalian masih mau mengumpulkan uang dan juga proyek tank sekarang ada di tangan kalian. Saya sudah lepas tangan soal hutang STM Panzer!”

    Caci makian keluar dari mulut-mulut anak STM Panzer. Para guru dan Ki Dang hanya diam karena mereka tak bisa berbuat apa-apa. Untuk menghentikan makian tersebut, Panji memutuskan untuk membubarkan upacara dan menyuruh para guru serta satpam untuk memaksa masuk para murid. Para murid Panzer Yabar menolak untuk dan mereka memaksa Panji untuk tidak menandatangani dokumen tersebut. Namun, Panji bersikeras ingin menandatangai perjanjian pengalihan tanah Panzer. Hampir saja terjadi kontak fisik antara guru-guru dengan anak-anak Panzer jika saja Ki Dang tidak menodongkan senapan (padahal isinya kosong) ke para murid. Para murid menyerah dan kembali ke kelas masing-masing.

    Melihat sudah sepi, ia berpesan kepada Ki Dang dan para guru untuk menjaga STM Panzer karena ia mau pergi ke kraton Yabar untuk menandatangani dokumen. “Pak, yakin ada mau menandatangani perjanjian?” tanya Daeng kepada Kepsek untuk memastikan apa Kepsek serius atau tidak.

    Kepsek menangguk. “Saya sudah bulat untuk menandatangai perjanjian pengalihan tanah,” pertegas Kepsek Panji atas keputusannya. Daeng dan guru-guru lain terdiam. Melihat mereka begitu, Panji menepuk pundak kiri Daeng dan berkata, “Aku tak akan paksakan kau dan anak-anak Panzer mau menandatangani perjanjian atau tidak, tapi kau harus tahu konsekuensinya jika tak mau menandatanganinya!”

    Daeng dan para guru bingung maksud dari Panji. Mereka juga mendapatkan pesan singkat ancaman dari Adjuva tiap waktu tapi mereka menganggap itu hanya pesan orang iseng saja. Panji meninggalkan mereka di lapangan dan pergi menaiki mobil ke kraton Yabar untuk menandatangani surat peralihan tanah.

    Rasa kekesalan dan kekecewaan anak STM Panzer kepada Panji masih terus berlanjut sampai waktu yang tidak ditentukan.
    ****
    Pada jam istirahat, Kosim dan gengnya makan nasi di Warteg. Saat mereka semua makan, Kosim yang kebetulan di sebelahnya Mahesa langsung bertanya soal nasi goreng STM Panzer, “Mahesa, bagaimana nasib bumbu nasi goreng STM Panzer?”

    Mahesa yang sedang menguyah ayam goreng menjawab, “Su-ks-ses!”

    “Habisin dulu saja makananmu! Nggak enak kalau bicara sambil makan,” kata Kosim lalu ia mengunyah nasinya. Kosim tidak makan nasi dengan sendok karena ia lebih suka makan pakai tangan kosong. Hal itu juga dialami anak STM lain dengan alasan yang sama dengan Kosim.

    Setelah Kosim dan gengnya makan, mereka dipaksa Kosim untuk membayar sendiri makanan mereka dan jika tidak, mereka bakal di kepret Kosim di kelas.Kosim dan gengnya keluar dari Warteg. Mereka menyebrangi jalanan dan di tengah perjalanan, Eka memanggil Kosim, “Kosim!”

    Kosim langsung menoleh ke Eka yang sedang duduk di tempat mie ayam Otong. Di sana, ada Guntur pengikut setia Eka, Ki Dang, dan beberapa anak Panzer. Mereka semua terlihat sudah menyelesaikan makan mereka kecuali Ki Dang. Kosim dan teman-temannya menghampiri Eka. “Ada apa memanggil saya, Kak Eka?” tanya Kosim sambil menggaruk-garuk hidungnya.

    “Kosim, bagaimana uang patungan dan uang kerja sambilan murid kelas X?” tanya Eka dengan menaruh kakinya di atas kursi. Kosim langsung menepuk dahinya dan ia menuturkan bahwa ia kelupaan untuk menagih uang tersebut. Eka kembali mengingatkan Kosim bahwa ia tak akan mentolerir kelalaian Kosim jika Kosim kembali lupa menagih uang. Kosim langsung meminta maaf sebesar-besarnya kepada Eka dan kakak Eko tersebut memaafkannya.
    Eka melirik Mahesa dan bertanya, “Mahesa, bagaimana dengan nasib bumbu nasi goreng STM Panzer?”

    Mahesa, Made, dan Hanny jadi senyum-senyum sendiri dan Mahesa berkata, “Ha, resepnya sudah kami buat dan hasilnya bisa buat orang nangis gara-gara saking enaknya!”

    “Uh, bagaimana rasanya? gue jadi pengen coba. Oh iya, gue dapat informasi tempat bagus buat jualan nasi goreng; Majoraan. Mungkin kalian bisa buka jualan di situ pakai tenda pada hari Sabtu. Mau saya bantu?” tawar bantuan Eka kepada Mahesa.

    “Boleh saja kak,” Mahesa menerima tawaran tersebut.

    “Bagus,” Eka mengancungkan jempol. Bel masuk berbunyi dan memaksa anak-anak Panzer yang ada di luar untuk kembali ke kelas. Kalau tidak, satpam STM Panzer bakal menodong senapan ke mereka walaupun anak STM tak tahu apa ada peluru di senapan tersebut atau tidak.Sah-sah saja di mata hukum Yabar jika Ki Dang melakukan hal itu selama ia tidak menembak orang yang tak bersalah.
    Perdagangan ilegal senjata api cukup besar di Yabar dan saat ini, ada dua kelompok yang memegang perdagangan tersebut; Persekutuan juragan-juragan dan mafia Briangan. Bhayangkara Yabar angkat tangan jika mau berurusan dengan mereka.
    ****
    Sepulang sekolah, Kosim pergi ke belakang toilet STM Panzer untuk bertemu dengan Eka, Ronald, dan Guntur. Di sana, ia memberikan uang kerja sambilan dan patungan anak kelas X yang berjumlah; 1.560 Erak. Eka langsung mengambil uang tersebut dan memasukannya ke dalam kaleng. Di dalam kaleng tersebut, terkumpul sekitar 2.551, 50 Erak yang merupakan hasil kumpulan uang kerja sambilan dan patungan.

    Melihat uangnya terkumpul cuma segitu, Eka sedikti kesal. “Cih, kalau setiap hari hanya terkumpul cuma segini, 1 juta Erak nggak bakal sampai dalam waktu 40 hari!” keluh Eka. “Kosim, kau kerja sambilan apa?”

    “Nyuci baju di pedepokan Bhayangkara setiap pulang sekolah maupun hari libur,” tutur Kosim. “Sekali nyuci bisa dapat 30 Erak tapi saya makan 25% untuk kebutuhan sehari-hari. Jadinya, yang saya kasih ke Kakak sekitar 22,50 Erak!”

    “Dan juga, rata-rata anak STM kerjanya di bengkel jadinya uangnya di dapat nggak bisa banyak-banyak,” kata Ronald sambil menyilangkan tangannya. “Oh ya,setiap sepulang sekolah, gue kerja jadi pengantar pizza di dekat rumah gue dan upahnya sekitar Er 20,30.”

    “Pantas saja kita tak bisa dapat uang minimal 100.000,00 Erak dalam sehari. Menurut gue, kalau kita bisa dapat segitu dalam sehari, hutang sekolah bisa cepat lunas!” kata Eka yang terlihat sedikit gelisah.
    Ronald menggeleng kepalanya beberapa kali lalu ia berkata, ”Dan pertanyaannya, bagaimana anak STM seperti kita bisa dapat uang sebanyak itu dalam sehari? Harusnya kita bersyukur mendapat Er 2.551,50 karena belum tentu besok kita bisa dapat segini!”

    “Benar apa yang dikatakan Kak Ronald Bos,” kata Guntur yang sok menasehati bosnya, “kalau begini kita harus kerja keras kalau mau mendapatkan uang banyak!”

    "Oh ya Tuyul, lo kerja apa?” tanya si Ronald penasaran.

    “Ikutan TTS (teka-teki silang) di koran-koran! Lumayan, dapat 40 Erak kalau dapat,” jelas Guntur mengusap-usap rambut gundulnya. “Gue nggak bagus kerja fisik, jadinya ngerjain TTS bareng teman-teman sekelas.”

    “Pantas saja setiap istirahat ke-2, lo sama teman-teman sekelas ngumpul di pojok sambil bawa koran. Ternyata ngisi TTS!” kejut si Eka yang sepertinya tak tahu menahu soal Guntur dan teman-temannya ngisi TTS. Guntur dan kawan-kawannya yang berjumlah 10 orang sering kewalahan saat mengisi satu TTS di koran ternama di Yabar, Jabpos. Dari hari Jumat sampai Senin sekarang, mereka sering mengerjakan TTS baik di sekolah maupun di tempat tongkrongan. Akan tetapi, dari 3 TTS yang mereka kirim ke redaksi Jabpos, hanya 1 satu saja yang lolos karena Guntur dan kawan-kawannya harus bersaing dengan ratusan pengirim TTS lainnya.

    “Ehm, bagaimana kalau kita minta uang patungan sama guru-guru biar nambah pemasukan?” usul Eka kepada Kosim, Ronald, dan Guntur.

    “Eh, sebaiknya jangan Kak karena guru STM Panzer Yabar gajinya kecil-kecil!” tolak Kosim, “perlu Kak Eka ketahui bahwa guru STM Panzer merasa gajinya nggak cukup dan oleh karena itu, mereka sepertinya lebih condong untuk menandatangani dokumen tersebut!”

    “Kita harus mencegah mereka melakukan hal itu!” kata Eka sambil membetulkan kacamata hitamnya.

    “Tapi caranya bagaimana? Kita tak mungkin mengaji para guru karena yang bisa mengajinya hanyalah Kepsek Panji dan tahu sendiri kalau Panji sialan tersebut sudah setuju tanah Panzer Yabar dialihkan ke pemerintah Yabar,” kata Kosim yang sedikit kesal mengingat muka Panji. “Tunggu, tanah Panzer mau diapakan pemerintah ya kalau mereka dapatkan tanah ini?”

    “Mungkin dijual pengusaha mengingat harga tanah STM Panzer mencapai Er 7.000.000,00,” jawab Eka sambil memegang dagunya. “Kita tahu sendiri kalau Bhre Arjuna gila harta walaupun kadang suka membuat kebijakan pro-rakyat. Ia membuat kebijakan tersebut hanya untuk membuat masyarakat Yabar lupa akan keburukannya!”

    Tiba-tiba, Eka merasa ada orang yang mengintainya. Ia langsung menoleh ke sana kemari namun tak menemukan orang asing di sekitarnya. Kosim, Ronald, dan Guntur menjadi bingung melihat ketua OSIS STM Panzer begitu. Kosim mewakili rasa penasaran teman-temannya bertanya kepada Eka, “Ka, anda sedang apa?”

    “Gue merasa ada seseorang sedang mengintai gue,” jawab Eka dengan mata waspada.

    “Oh, sama. Saya juga merasa ada yang sedang membuntuti saya,” kata Kosim. “Kak Ronald, apakah Kakak juga merasa sama seperti saya dan Eka?”

    Melihat Ronald menangguk, Kosim pun berkata, “Wah, berarti kita bertiga jodoh.”

    "Najis!” umpat Ronald, Eka, dan Guntur.“Nggak normal nih Kosim.”

    “Eh, itu cuma bercanda kok karena merasa kita bertiga senasib,” jelas Kosim. “Ayo, kembali ke topik awal. Kak Ronald, apakah anda merasa dibuntuti seseorang?”

    “Ya, gue ngerasa ada orang yang berjalan di belakang gue tapi sepertinya, mereka bersembunyi dibalik kegelapan! Mungkin saja mereka itu orangnya Arjuna yang dikirim untuk mengintimidasi kita,” tutur Ronald.

    “Bisa saja sih,” kata Eka. “Tuyul, apakah lo juga merasa ada orang yang membuntuti lo?”

    Tuyul alias Guntur menggeleng dan ia hanya berkata, “Bisa nggak jangan panggil gue ‘Tuyul’.”

    Permintaan Guntur dihiraukan Eka. Eka mulai berpikir bagaimana caranya melawan orang-orang Arjuna. Ia sempat menyimpulkan bahwa hanya orang-orang yang punya kekuatan menandatangani dokumen sajalah yang akan diintai oleh orangnya Arjuna. Eka tak tahu apa nama orangnya Arjuna dan begitu pula dengan Kosim serta Ronald. Nama Adjuva hanya dikenal oleh kalangan dalam pemerintah Yabar dan publik Yabar tak akan tahu nama dari pasukan tersebut.

    Sementara itu di balik semak-semak yang ada di dekat anak Panzer, seorang personil Adjuva mencoba melarikan diri dari tempat tersebut karena merasa keberadaannya terancam. Cukup lihai bagaimana personil Adjuva dalam melarikan diri sehingga tak satupun anak Panzer menyadari kalau ada Adjuva di dekat mereka.

    Ronald melirik Kosim lalu ia melontarkan pertanyaan, “Kosim, anak yang namanya José sudah buat lukisan belum?”

    “Belum Kak. Katanya sih, dia belum dapat inspirasi dan besok baru mau melukis lukisan di sekolah,” jawab Kosim. “Kalau nggak salah ya, dia berencana menjual lukisannya di pameran pada tanggal 15 September di Majoraan!”

    “Ehm menarik, mau lukis apa dia?” tanya lagi Kosim.

    Kosim menggeleng dan ia tak tahu-menahu apa yang mau José lukis.

    Melihat langit sudah gelap karena mau hujan besar, Ronald membubarkan diskusi ini. Mereka semua keluar dari area STM Panzer dan pergi ke tempat tujuan mereka; Eka dan Guntur pergi ke bank untuk mengisi akun bank STM Panzer, Kosim pergi ke pedepokan Bhayangkara Pancon yang dipimpin Senopati Cahyono untuk mencuci pakaian, dan Ronald pergi ke restoran Pizza di dekat rumahnya untuk bekerja sambilan.
    ****
    Di dalam ruangan kerjanya, Bhre Arjuna sedang melihat dokumen perjanjian yang tadi pagi sudah ditandatangani oleh Panji. Dalam ketentuan menandatangani dokumen, orang yang bukan Rendi tetap bisa menandatangani perjanjian selama jabatannya adalah Kepsek. Masih kurang 4 tanda tangan lagi untuk mewujudkan ambisi Bhre Arjuna menguasai tanah Panzer. “Kurang empat orang lagi…. Sepertinya Adjuva harus mulai bermain kotor nih,” kata si Arjuna tersenyum tipis. Ia langsung mengambil ponselnya dan mengirim pesan singkat kepada Noprirf untuk segera bermain kotor agar dokumen ini segera terisi total.

    Setelah Arjuna mengirim pesan singkat, masuklah Patih Ayudha ke dalam ruangan. “Patih, saya melaporkan bahwa hari ini, pemerintah Yabar baru saja membeli beberapa perusahaan pertambangan yang ada di daerah Tanjung Ura. Pendapatan Republik Yabar diperkirakan akan meningkat dari Er647.890.000.200,00 menjadi Er667.200.500.000,00!” lapor Ayudha sambil membaca selembar kertas.

    Arjuna tersenyum dan bersorak, “Bagus, Jaya Yabar!”

    Melihat Arjuna menaikan tangannya ke langit, Ayudha ikutan dan setelah itu, Ayudha bertanya kepada Bhre, “Bhre, saya mendengar kalau Panzer Yabar sedang memfokuskan membuat tank yang diperkirakan jadi lebih cepat dari jadwal resmi. Apakah anda tak mau mensabotase proyek tersebut?”

    Arjuna menggeleng dan berkata, “Mereka hanya fokus buat satu tank dan jika mereka hanya menjual satu tank, uang hasil penjualannya pun tak akan cukup membayar hutang mereka!”

    “Bhre, saya mendengar dari Panji bahwa anak-anak STM bekerja sambilan untuk mengumpulkan uang agar hutang Panzer bisa lunas. Apakah kita tidak halangi mereka mengumpulkan uang?”

    “Ah kau Ayudha, terlalu khawatir soal anak ingusan Panzer. Walaupun mereka dapat mengumpulkan Erak 2.000 dalam sehari, tetap saja mereka tak akan mampu melunasi hutang mereka!” tutur Bhre. “Ayudha, apakah kau tahu
    kenapa murid-murid STM Panzer fanatik dengan sekolah mereka yang tidak lebih baik dari Wenker?”

    “Bhre, apakah kau tega kalau ada orang menghina Yabar?” tanya balik Ayudha tersenyum.

    “Tidak, aku akan habisi orang yang menghina negeri ini!” jawab Bhre. “Yabar adalah rumahku!”

    “Berarti Bhre fanatik sama negara dan kemungkinan itu yang terjadi kepada anak Panzer. Mereka fanatik karena sudah menanggap sekolah mereka sebagai rumah mereka. Jadinya mereka berani melawan siapa saja yang menghina sekolah mereka dan itulah mengapa mereka sering tawuran sama sekolah-sekolah yang dinilai anak Panzer suka melecehkan Panzer Yabar,” tutur Ayudha.

    “Oh iya. Patih, apakah kita harus memecah belah anak Panzer supaya upaya pelunasan hutang terhambat?”

    “Saya setuju dengan ide jenius tersebut Bhre,” kata Patih Yabar setuju dengan ide tersebut.”Kita akan pecah belah mereka pakai palu!”

    “Woi, kita bukan mau pecahin jendela tapi kita mau pecah belah kesatuan mereka!”

    “Oh,” baru ngerti si Patih Yabar. “Kalau begitu, bos hubungi saja Noprirf buat memecah belah mereka. Itukan urusannya Adjuva soal mengintai dan memecah belah kelompok!”

    “Oke tapi….saya pikir, tak perlu melakukan cara itu dalam menghadapi STM Panzer karena mereka bukanlah musuh yang susah untuk ditaklukan. Musuh yang sangat susah ditaklukan gue hanya satu!”

    Si Dyah Cakra? Rivalmu selama 10 tahun?”

    “Iya, dia orangnya! Sangat susah melawannya. Faksinya cukup kuat di parlemen dan saya tak bisa mengerahkan Adjuva untuk membunuhnya karena bakal berujung kecurigaan Mahapatih!” tutur Bhre terlihat kesal mengingat rival poltiiknya, Dyah Cakra. Mengingat wajahnya saja sudah membuat Bhre mual.
    ****
    Pada malam hari di jalan raya yang sepi, Daeng sedang mengendarai motornya untuk pulang ke rumahnya setelah ia mengajar les. Selain menguasai dunia tank, Daeng cukup mahir dalam mengajar matematika sehingga kadang-kadang ia sering menggantikan guru matematika Panzer jika sedang sakti atau pergi.

    Di tengah perjalanannya, motornya berhenti jalan dan Daeng pun turun dari motornya. Ia melihat ban depan motor terkena beberapa paku dan dengan segera, Daeng membawa motornya ke bengkel terdekat. Namun, di tengah pejalanannya, ada beberapa mobil berhenti mendadak di depan Daeng. Daeng menoleh ke sana kemari dan melihat beberapa mobil berhenti di dekatnya, baik belakang maupun kiri dan kanan sehingga menyebabkan ia terkepung. Jenis mobil yang mengepung Daeng terdiri dari dua jenis; sedan putih dan jeep hitam.

    Beberapa orang langsung keluar dari mobil dan mereka langsung membuat Daeng pingsan dengan beberapa pukulan di tubuh padahal Daeng belum sempat memberikan perlawanan. Daeng di masukkan ke dalam karung dan ia di letakan pada bagasi mobil sedan sedangkan motor bebeknya dibuang ke kali oleh orang-orang tersebut. Mereka adalah Adjuva dan Daeng dibawa kesuatu tempat yang tak terjamah di daerah kumuh Yabar.

    Di dalam suatu ruangan, kepala Daeng di tutup karung cokelat dan kedua tangan serta kakinya diikat dengan tali goni. Saat ini, Daeng masih tak sadarkan diri dan tubuhnya bersandar di dinding. Di dalam ruangan tersebut juga ada lima orang anggota Adjuva yang bersiap menyiksa Daeng tapi tidak sampai mati, cukup sampai Daeng mau menandatangani dokumen pengalihan tanah. Sepertinya, ruangan tersebut merupakan ruang yang sering dipakai Adjuva menyiksa orang-orang yang melanggar aturan dan membahayakan pemerintahan. Terlihat beberapa cakaran manusia yang berbekas di tembok-tembok.

    Salah seorang anggota Adjuva langsung melepas karung dan membuat Daeng tersadar. Melihat ia ada dimana, Daeng kaget dan dengan kebingungan, dirinya bertanya kepada orang-orang di ruangan ini, “Di..dimana saya?”

    Seluruh personil Adjuva bungkam dan menambah ketakutan Daeng terhadap mereka. Salah personil Adjuva berjalan ke arah Daeng dan ia bertanya kepada guru Panzer tersebut, “Apakah kau mau saya sunat sampai habis?”

    Daeng menggeleng berkali-kali. Ia ketakutan dengan mereka dan bertanya-tanya siapakah mereka.

    “Kalau begitu, bersediakah kau menandatangani dokumen pengalihan STM Panzer?” pinta personil tersebut menatap tajam Daeng.

    Daeng langsung tersadar bahwa mereka kemungkinan orangnya Arjuna. Dengan ketakutan ia menjawab, “I-iya.”

    Orang tersebut langsung menepuk tangannya. “Oke, saya akan bebaskan kamu tapi ingat, kalau kau tidak menandatangai dokumen pada esok hari, semua anggota keluargamu bakal kami masukan ke dalam karung dan kami bakal menyiksa mereka!” ancam orang tersebut kepada Daeng. Sudah biasa bagi Adjuva untuk menculik seluruh anggota keluarga dari orang yang mereka siksa jika orang tersebut menolak perintah dari Adjuva.
    “Ba-Baik, saya janji bakal menandatangani dokumen tersebut sepulang mengajar dari STM Panzer!” janji Daeng kepada mereka.

    Orang tersebut menepuk tangannya dan mengancam Daeng untuk tidak memberi tahu kejadian ini kepada siapa pun termasuk keluarganya. Daeng dengan ketakutan berjanji tak akan menceritakan hal ini kepada siapapun dan selesai setelah Daeng berjanji, Daeng langsung di tendang kencang kepalanya oleh personil Adjuva tersebut. Tendangan tersebut membuat Daeng terkapar di lantai dan pingsan.Daeng langsung dibawa beberapa Adjuva ke suatu tempat; kuburan raya Yabar. Di sana, Daeng dibuang dan ditinggalkan sendiri di tengah banyaknya batu nisan. Tak ada orang yang melihat Daeng diletakan ke sana gara-gara masyarakat sekitar asyik menonton liga luar negeri di pos Siskamling.
    ****
    Rabu, 12 September 899

    Anak Panzer dikejutkan mendengar kabar Daeng menandatangani dokumen peralihan tanah pada sore Selasa kemarin. Daeng langsung dihujani banyak pertanyaan oleh anak STM kelas XI dan XII di tempat pembuatan tank;

    “Pak kenapa anda melakukan hal itu.”

    “Pak, berani-beraninya anda melakukan hal yang sama seperti Panji sialan!”

    “Pak, ada apa dengan anda?”

    Daeng hanya membungkam. Ia tak tahu cara untuk mengelak. Yang sekarang menjadi prioritasnya; menyelesaikan tank meskipun ia sedikit dimusuhi anak Panzer sekarang. Bagaimana reaksi para guru mendengar Daeng menandatangani perjanjian? Para guru Panzer justru senang mendengar Daeng mau menandatangani perjanjian. Mengapa? Karena mereka sudah tidak nyaman mengajar di Panzer Yabar dan selain itu, mereka juga sudah tergiur untuk mengajar di Wenker yang gajinya lebih besar dibanding Panzer Yabar. Mereka berharap agar Kosim, Eka, dan Ronald mau menandatangan perjanjian supaya mereka bisa cepat-cepat pindah ke Wenker. Meskipun semua guru STM Panzer begitu, anak Panzer tidak bersikap dingin kepada para guru karena tidak ada gunanya.

    Mendengar Daeng menandatangani perjanjian, Kosim berspekulasi bahwa ia telah diintimidasi oleh orang Arjuna secara fisik sehingga Daeng terpaksa menandatangani perjanjian atua dokumen peralihan tanah tersebut. Ketika Kosim bertemu Eka dan Ronald di tempat mie ayam Otong saat istirahat pertama, Kosim memberi masukan kepada mereka, “Kak Eka dan Ronald, kita harus berhati-hati karena sepertinya orang Arjuna bakal main fisik untuk membuat kita menandatangani dokumen!”

    “Gue sudah tahu hal itu dan tentang saja, gue bakal lawan mereka dengan raket ini,” kata Ronald sambil menunjukan raket listrik yang sudah dinaikan tegangannya.

    “Dan lo tak perlu khawatir sama gue. Gue bakal lawan tiap orang Arjuna yang mencoba lawan gue dengan kerambit ini,” kata Eka menunjuk-nunjuk kerambitnya yang dari tadi disembunyikan dibalik bajunya. Eka selalu menyembunyikan kerambitnya di bajunya supaya bisa mengelabui para guru dan satpam Panzer.

    “Bos, lo tak perlu khawatir kalau bos diserang musuh. Gue, Guntur akan selalu melindungi bos dengan segenap jiwa ragaku!” tutur Guntur menepuk dadanya.

    “Iya, iya. Tingkatkan kemampuan tarungmu Guntur kalau mau melindungi gue,” kata Eka lalu ia menyantap kembali mie ayamnya.
     
  16. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Dari hari Selasa, 11 September sampai hari Rabu 12 September, anak STM Panzer berhasil mengumpulkan uang sebanyak Er 3.956,00, baik dari uang patungan maupun kerja sambilan.Dan ketika diskusi dibelakang toilet STM Panzer berlangsung pada Rabu sore, Eka menghitung uang yang mesti dikumpulkan untuk membayar hutang masih cukup banyak. Oleh karena itu, Eka yang bekerja sambilan sebagai tukang sedot WC pada saat hari libur bersikeras untuk mencari cara untuk mengumpulkan uang banyak.

    “Bagaimana caranya untuk mengumpulkan 100.000,00 Erak dalam satu hari?” tanya Eka kepada orang-orang yang ada disekitarnya; Kosim, Ronald, dan Guntur.

    “Aku tahu caranya,” jawab seseorang yang tiba-tiba datang ke belakang toilet STM Panzer. Orang tersebut adalah Manguri Wuruk. Manguri belum pulang karena ia tadi buang air besar dulu dan ketika ia keluar, Manguri mendengar percakapan mereka sehingga menariknya untuk ikut bergabung. “Kalian mau mendapatkan uang banyak dengan satu pekerjaan?” tanya Manguri.

    Mereka semua menangguk. Manguri tersenyum dan menjelaskan pekerjaan yang ia maksud, “Ada pekerjaan yang bisa mendapatkan Er 10.000,00 yaitu mencari hewan hilang!” Manguri menunjukan selembaran kertas yang merupakan kertas mencari hewan hilang dengan dijanjikan Er 10.000,00. Hewan tersebut adalah; kucing. Pemilik kucing tersebut tak lain adalah Patih Ayudha.

    Melihat kertas tersebut, Eka, Kosim, Guntur, dan Ronald terdiam. “Manguri, gue tahu kalau lo mau mencari pekerjaan sambilan tapi kalau orangnya masih bagian pemerintah Yabar, sebaiknya jangan deh Manguri. Kan nggak cuma hewan Ayudha yang hilang, pasti ada yang lain kan?” tanya Ronald kepada Manguri.

    “Oh, sebentar. Gue ambil dari tas dulu,” kata Manguri lalu ia membuka tasnya. Manguri memperlihatkan lima kertas yang sama seperti tadi, hewan hilang tapi hadiahnya lebih sedikit di banding yang tadi. Ronald menyarankan kepada
    Manguri untuk mencari hewan-hewan yang hilang selain punya Ayudha karena anak Panzer nggak boleh kerjasama dengan pihak Arjuna. Jika ada yang melakukan hal itu, akan dikucilkan dari pergaulan STM Panzer Yabar.
    Dari kemarin sejak hari dimulainya kerja sambilan, Manguri berusaha mencari hewan-hewan yang hilang baik punya Ayudha maupun orang lain, namun sampai saat ini ia belum menemukan hewan-hewan tersebut.
    ****
    Manguri ikut bergabung dalam diskusi Ronald dan kawan-kawan. Walaupun dia anak asuh dari Panji, Panji tidak melarangnya dalam perjuangan Manguri mengumpulkan uang demi melunasi hutang Panzer Yabar. Tak jarang Manguri melontarkan ide-ide jeniusnya dalam diskusi dan kehadiran Manguri cukup membantu anak-anak Panzer dalam mencari cara mengumpulkan banyak uang. Manguri mengusulkan untuk menukar uang akun bank STM Panzer dari Erak menjadi doller atau Dlr, mata uang internasional.”Jika menjual doller saat doller naik maka anak STM bisa mendapat uang lebih dari sebelumnya”, tutur Manguri kepada Ronald dan kawan-kawan.

    Ronald tak mengerti maksud dari Manguri karena ia tidak bagus dalam ilmu ekonomi, namun ia setuju saja dengan setiap apa yang dikatakan Manguri. Selain itu, Manguri juga mengusulkan untuk membeli emas sekarang juga karena jika emas dijual beberapa minggu kemudian, bisa dapat uang lebih dari penjualan emas. Ronald menjadi bengong ketika Manguri menjelaskan hal itu sementara Kosim, Guntur, dan Eka bisa mengerti sedikit apa yang dimaksud Manguri. Dan sekali lagi, Ronald mengabulkan usul Manguri yang menganggap semua usul temannya pasti bagus.

    “Eka, lo beli emas 20 Kg yang kata Manguri harga sekitar Er 70.000,00. Emasnya lo simpan ya di tempat yang aman dan tukarkan kalau harga emas lagi naik drastis!” perintah Ronald kepada Eka. “Oh ya, Eka. Kau belanjakan Er50.000,00 untuk membeli doller dan tukarkan jika harga doller naik drastis!”

    “Baik Kak,”kata Eka menerima perintah tersebut dengan menepuk dadanya.

    “Eka, sebaiknya lo baca berita ekonomi supaya lo bisa tahu pergerakan kurs doller-erak dan harga emas,” saran Manguri kepada Eka. “Kalau kau tidak mengerti soal berita ekonomi, akan gue ajarkan.”

    Eka langsung berterima kasih kepada Manguri. Dan Ronald memutuskan untuk meminta Manguri untuk hadir tiap sore pada hari sekolah di belakang toilet untuk berdiskusi bersama Eka, Kosim, dan Ronald. Manguri memang tak bagus dalam memimpin tapi ia bagus untuk menjadi penasehat.

    “Oh ya semua, bagaimana perkembangan teknologi telepati?” tanya Ronald kepada orang-orang di sekitarnya; Manguri, Eka, Kosim, dan Guntur.

    “Kurang berjalan dengan lancar,” kata Manguri. “Gue sudah membaca 5 buku tentang telepati dan ketika gue coba telepati dengan teman gue, temen gue kagak bisa nebak apa yang gue katakan lewat telepati!”

    “Iya, itu yang sama terjadi ketika gue coba kirim sinyal telepati ke Bos,” kata Guntur sambil bertolak pinggang. “Bukan begitukan, bos?”

    Eka menangguk sambil melipat tangannya di dadanya. “Sepertinya, kita tak perlu mengembangkan teknologi telepati yang sepertinya hanya ada di khayalan kita,” tutur Eka.

    Mendengar teknologi telepati gagal dikembangkan teman-temannya, Ronald membuat keputusan untuk menghentikan pengembangan teknologi telepati. Ia meminta kepada Eka dan Kosim untuk memberi tahu yang lain untuk menghentikan percobaan telepati karena mustahil bisa berkomunikasi tanpa indera. Namun, telepati menurut Manguri bisa saja dilakukan tapi persyaratannya harus punya ikatan batin kuat seperti; ibu mendadak mengkhawatirkan anaknya disaat putranya sedang terkena musibah di tempat yang jauh.


    ****
    Setelah diskusi selesai, Kosim, Eka, Guntur, Manguri, dan Ronald berpisah tapi tak berlaku bagi Eka dan Guntur yang selalu bersama. Dengan berjalan kaki, Kosim pergi ke pedepokan Bhayangkara Pancon, markas Bhayangkara Yabar di Pancon. Walaupun Kosim dan semua anak Panzer Yabar sepakat untuk memusuhi Arjuna dan kroni-kroninya, mereka tidak bilang kalau harus memusuhi Bhayangkara. Jadinya, Kosim dibolehkan Eka dan Ronald bekerja sambilan di pedepokan Bhayangkara.

    Sementara itu, Manguri kembali melanjutkan mencari hewan-hewan yang hilang,Ronald pergi ke restoran pizza untuk mengais rezeki dari mengantar Pizza, dan Eka berserta Guntur pergi ke bank untuk memasukan uang ke dalam akun bank STM Panzer serta menarik uang untuk membeli emas dan doller. Eka berencana untuk membeli emas dan doller pada hari Sabtu karena ia tahu kalau toko emas dan tempat penukaran uang asing rata-rata sudah tutup di sore ini. Hal itu sudah dikonfirmasikan kepada Ronald dan Manguri.

    Di pedepokan Bhayangkara, beberapa Bhayangkara yang sedang bertugas menyambut Kosim. Kosim cukup akrab dengan beberapa anggota Bhayangkara mengingat Kosim cakap dalam berbicara. Pedepokan Bhayangkara merupakan kantor polisinya Pancon, tempat pelatihan pasukan Bhayangkara, dan tempat asrama anggota Bhayangkara. Dan sekarang, mesin cuci Pedepokan Bhayangkara Pancon sedang rusak sehingga memaksa Senopati Cahyono, pemimpin Pedepokan Bhayangkara Pancon untuk menerima tawaran Kosim untuk mencuci baju.

    Kosim mencuci baju-baju Bhayangkara di suatu tempat dekat dengan tempat kamar mandi para Bhayangkara. Ribuan baju dan celana Bhayangkara dapat Kosim cuci dalam waktu 3 jam sampai 4 jam dengan beberapa jeda waktu istirahat seperti; sholat, dan makan malam. Terkadang, saat Kosim mencuci baju, ia didatangi Senopati Cahyono yang ingin melihat kerja si Kosim. Kosim dan Cahyono cukup akrab gara-gara Senopati sering minum kopi di gubuk warung Edah.

    Selagi Kosim mencuci baju, para Adjuva yang membuntuti Kosim berjaga di dekat pedepokan. Mereka tak bisa masuk sembarangan ke pedepokan walaupun mereka adalah orangnya Arjuna. Anggota Bhayangkara biasa tidak tahu menahu soal keberadaan Adjuva tapi petinggi-petinggi Bhayangkara seperti Rakryan Tumenggung Wirajuda karena Adjuva merupakan anak buahnya. Anak buahnya Wirajuda sama saja dengan anak buahnya Arjuna. Para Adjuva yang membuntuti Kosim ada 8 orang dan mereka semua membawa 2 mobil sedan yang berisi 4 orang di setiap mobil. Jika Kosim melewati tempat sepi dan tak dilalui orang, mereka akan segera menyerang Kosim dan menculiknya. Mereka sudah tahu kemampuan silat Kosim dan oleh sebab itu, orang-orang yang membuntuti Kosim merupakan orang yang punya kemampuan bertarung silat tinggi dibanding Kosim.

    Setelah Kosim menyelesaikan pekerjaannya, ia langsung menerima langsung bayaran dari Senopati Cahyono. Sepulang dari Pedepokan, Kosim menyempatkan diri untuk membeli makanan untuk dimakan di kontrakan. Ia menggunakan 25% uang kerjanya untuk makan sementara sisanya untuk membayar hutang Panzer. Sesampainya ia di kontrakan, Kosim langsung melahap makanan tersebut dan di luar kontrakannya, pasukan Adjuva mengawasi Kosim dengan berjaga-jaga di dalam mobil. Setiap hari, mereka lakukan hal ini agar mereka bisa mengawasi Kosim. Jika ada kesempatan pasti mereka akan manfaatkan sebaik-baiknya.

    Setiap jam, Kosim menerima pesan singkat ancaman dan ia menghiraukan pesan tersebut. Ia tak berani mengirim pesan singkat lewat ponselnya karena takut disadap orang-orang Arjuna. Oleh karena itu, ia terpaksa menggunakan e-mail jika mau mengirim pesan kepada sesama anak STM Panzer. Mereka yakin kalau e-mail mereka aman dari sadapan orang-orang Arjuna walaupun mereka tak tahu apa benar aman atau tidak. Sebenarnya, Adjuva hanya menyadap ponsel-ponsel anak STM Panzer dan mereka belum bergerak untuk menyadap e-mail.

    Menyadari ia dibuntuti, Kosim bersikap biasa saja agar para Adjuva tidak menggambil tindakan yang ia tak bisa pikirkan apa itu.

    Adjuva tahu kalau keberadaan mereka sudah terendas oleh Kosim dan kawan-kawan namun Adjuva memilih biasa saja agar mereka tak terdesak.

    ****
    Kamis, 13 September 899

    Dengan membawa papan lukis, cat lukis, kanvas, steger dan kuas, José bertekad untuk melukis mahakarya hari ini. Entah itu abstrak atau surealisme. Yang penting bagi José, karya yang bagus dan berharga tinggi di festival pada Sabtu ini di Majoraan. Saat istirahat berlangsung, José mencoba melukis di kelas namun tak ada inspirasi yang datang walaupun Shaka dan Eko mencoba mencarikan inspirasi untuknya. Akhirnya, ia memutuskan untuk melukis di perpustakaan dan beruntung, pertugas perpustakaan mengizinkannya dengan syarat jangan mengotori perpustakaan.

    Di perpustakaan, situasi lebih tenang daripada di kelas yang cenderung berisik. Dengan situasi tersebut, José bisa lebih enak dan berusaha mencari inspirasi lukis. Ia duduk di atas kursi dan di depan hadapannya selain ada papan lukis yang masih bersih dari lukisan, ada jendela dan cahaya mentari yang sangat terang masuk lewat jendela tersebut. Cahaya tersebut membuat debu-debu yang bertebaran di udara terlihat di mata José. Dari jendela, Jose bisa melihat hutan lebat STM Panzer yang tak terlihat gelap gara-gara cukup terang cahaya mentari. Udara dingin ruangan perpustakaan membuat José sedikit mengantuk tapi José mencoba bertahan dengan menampar pipinya sendiri.
    “Inspirasi, inspirasi, inspirasi datanglah,” ujarJosé yang berusaha mencari inspirasi. Mendengar hal itu, Manguri yang sedang membaca buku langsung menghampiri pelukis dadakan tersebut. “Kau sedang apa…eh..,” Manguri mencoba membaca tanda nama José, “José de Cupertino?”

    “Melukis Kak,” jawab José yang terlihat lesu. Jose terlihat lesu gara-gara dari kemarin ia berusaha melukis baik di sekolah maupun rumah tapi tetap saja inspirasi tak kunjung datang. Manguri melihat papan lukisannya yang masih bersih. Manguri melirik José dan bertanya, “Mau lukis jenis apa kau? realisme, surealisme, abstrak?”

    “Nggak tahu kak,” jawab José. “Lagi nyari inspirasi tapi belum ketemu!”

    “Mau saya kasih saran?” tawar Manguri sambil tersenyum.

    “Boleh saja.”

    “Oke, saran saya lukis saja yang ada diimajinasimu,” saran Manguri.”Itulah yang dilakukan para pelukis pada umumnya menurut buku yang saya pernah baca. Kalau perlu- Ah, sudahlah. Yang penting kau berusaha saja sudah cukup."

    “Terima kak atas sarannya.”

    “Sama-sama,” Manguri tersenyum. Manguri meninggalkanJosé dan ia kembali ke tempat duduknya yang tak jauh dari tempat José melukis. Manguri kembali membaca buku dan José akhirnya menemukan sesuatu yang ia bisa lukis. José langsung mencelupkan kuas ke palet lukis. Ia langsung melukis apa yang ia inginkan. Goresan demi goreskan warna dihempaskan José kuasnya. Dalam waktu 10 menit, kanvas milik José sudah penuh dengan warna-warna berbeda. Lukisan José terlihat tidak jelas dan asal-asalan. Abstrak, mungkin itu yang dilukis José. Melihat lukisan tersebut, Manguri menjadi terkesima melihat lukisan José yang sangat abstrak dan tidak jelas maksud dari gambar tersebut.

    Manguri menghampiri José dan melihat lebih jelas lukisan tersebut. “Wah, bagus juga lukisanmu. Hanya orang-orang berkelas sajalah yang bisa menilai bagus lukisanmu yang sarat dengan berbagai makna,” puji Manguri terhadap lukisan tersebut. “Semoga lukisan ini akan laku tinggi di pameran!”

    “Amin.”

    ****
    Sabtu, 15 September 899

    “Lukisan macam apa ini!” kejut Eka melihat lukisan José di pameran lukisan di Majoraan. “Nggak jelas.”

    Mendengar hal itu, José sedikit terhina. Manguri yang ada berdiri di sebelah kanannya menepuk pundak kanan José dan menyemangatinya, “José tenang. Kalau Eka berkata seperti itu berarti Eka tidak mengerti apa itu seni berkelas!” Mendengar hal itu, José menjadi sedikit terhibur.

    José bersama Manguri sedang berada di pameran lukisan Majoraan. Eka, Guntur, Kosim, dan Ronald ada di pameran ini karena mereka ingin melihat lukisan yang dibuat José. Harap maklum, setelah José selesai melukis, ia langsung mengirimkannya ke pameran lukisan sehingga banyak anak Panzer tak bisa melihat lukisan yang dibuat anak kelas X-I tersebut. Seratus lukisan yang ada di pameran Majoraan termausk punya José akan dilelang pada jam 17.00 dan pelelangan sepertinya akan diikuti banyak orang kaya baik dari Yabar maupun luar Yabar.

    Hanya Eka saja yang mengatakan lukisan José jelek, yang lain tidak. Mungkin hanya Eka saja yang selera seninya nggak bagus, kata Manguri. Di pameran lukisan ini, banyak pengunjung yang berdatangan untuk melihat lukisan-lukisan yang dibuat para pelukis, baik yang amatir maupun profesional. Rata-rata lukisan yang ada di pameran ini didominasi lukisan realisme dengan lukisan manusia dan hewan. Namun, lukisan gaya abstrak menjadi daya tarik dari pameran ini walaupun jumlahnya tak terlalu banyak. Lukisan yang dibuat José diberi nama oleh José “Suatu hari di Panzer Yabar”.

    Selain banyak pengunjung di pameran yang diadakan di dalam suatu aula di gedung pameran Majoraan, ada juga beberapa anggota Adjuva yang bertugas menguntit Eka, Kosim, dan Ronald. Melihat ada lukisan anak Panzer dipamerkan di pameran ini, mereka merasa tak perlu menghancurkan lukisan tersebut karena Arjuna tak pernah memerintahkan untuk menghalangi pekerjaan anak Panzer.

    Setelah puas melihat lukisan José, Eka, Kosim, Guntur, dan Ronald pergi meninggalkan pameran. Sementara itu, José ditemani Manguri tetap berada di pameran untuk melihat respon pengunjung terhadap lukisan José. Di luar gedung, banyak sekali penjual menjual makanan karena di luar gedung merupakan area menjual makanan terbagus di seantero Yabar. Para penjual menjual makanan di dalam kios yang terbuat dari tenda besar. Tenda tersebut disediakan pihak area tersebut dengan bayaran Er340 perbulannya jika berdagang tiap hari. Ratusan tenda tersebut berdiri di atas lahan yang mirip lahan parkir padahal aslinya itu bukan lahan parkir. Sekarang, tempat tersebut terlihat ramai dan berbagai macam makanan di jual di sana,baik makanan lokal maupun luar negeri. Dari salah satu kios penjual makana, ada yang menjual nasi goreng STM Panzer.

    Eka, Kosim, Guntur, dan Ronald pergi kekios nasi goreng STM Panzer yang dipegang olehMahesa dan kawan-kawannya. Di sana, terlihat Mahesa sedang memasak nasi goreng bersama kedua rekannya, Hanny dan Made. Selain ada 3 orang tersebut di kios tersebut, ada Shaka, Eka,dan Parja yang ikut membantu mereka dalam hal mencuci piring dan melayani pesanan pelanggan.Kios tersebut belum dibuka karena Mahesa dan teman-temannya sedang mempersiap bahan-bahan makan. Eka, Kosim, Guntur, dan Ronald membantu mereka sehingga pada jam 10.15, kios nasi goreng STM Panzer sudah dibuka untuk umum. Walaupun sudah buka, belum ada yang mau makan di tempat itu dan pada kesempatan itulah, Eka, Ronald, Guntur, dan Kosim dipersilahkan makan satu porsi nasi goreng secara cuma-cuma. Mereka berempat makan di satu meja makan dan selain diberi nasi goreng, Mahesa juga memberi mereka minuman yaitu susu sapi segar. Eka dan tiga orang temannya bingung kenapa Mahesa memberi mereka minum susu? Bukan jus atau soda!

    “Ehm, sepertinya enak,” kata Eka melihat nasi gorengnya sudah siap disantap. Bau harum tercium dari nasi goreng yang berwarna merah padam. Beberapa potongan timun terlihat di sekeliling nasi. Potong-potongan telur dan ayam yang cukup kecil terlihat menyatu dengan nasi.

    Eka mengambil sendok yang ada di pinggir piring dan mencicipi nasi goreng tersebut. Melihat Eka sudah memulai makan, Ronald, Kosim, dan Guntur mencoba mencicip makanan mereka. Mahesa, Made, dan Hanny berdiri di depan meja mereka dan menunggu reaksi dari mereka.Satu porsi nasi goreng STM Panzer senilai Er5,00 sedangkan satu gelas susu sapi seharga Er10,00. Mahesa hanya menjual susu sapi yang ia peroleh dari supermarket di dekat rumahnya. Ia bersama anak-anak X-I menggelontorkan 200 erak untuk menyewa kios makanan pada hari Sabtu dan Minggu saja.

    Setelah melahap sesuap nasi goreng, Eka, Kosim, Guntur, dan Ronald terdiam sebentar. “Ini….ENAK SEKALI!” teriak mereka berempat. “Belum pernah kami merasakan bumbu rempah-rempah yang meresap total ke dalam nasi. Rasa pedasnya bercampur dengan gurihnya nasi dan ayam.”

    “Tapi…kenapa ini pedasnya minta ampun!” kata mereka lalu mereka berempat menangis entah terlalu enak atau terlalu pedas. Melihat ada susu di gelas masing-masing, mereka langsung meneguk sampai habis susu tersebut dan rasa terpedas tersebut akhirnya hilang. Mereka berempat baru mengerti kenapa Mahesa hanya menyediakan susu sebagai minuman utama kiosnya. Kenapa susu bisa menghilangkan rasa pedas? Karena susu punya Kasein yang memilki kemampuan menyerap dan menggumpalkan kapsaisin yang ada di lidah. Kapsaisan adalah zat kimia yang menimbulkan rasa pedas. Kapsaisin adalah zat nonpolar, tidak bisa dicampur airlayaknya minyak. Jadinya rasa pedas tidak akan sembuh dengan meminum air karena kapsaisin tidak larut, bahkan dengan air kapsaisin bisa merata di dalam rongga mulut.Selain sebagai penawar rasa pedas, Mahesa mengandalkan susu untuk bisnisnya sehingga orang akan terpaksa membeli minuman susu jika mau terbebas dari pedasnya nasi goreng.

    Rasa pedas nasi goreng tak menghalangi Kosim dan ketiga temanya berhenti makan. Mereka justru semangat memakan nasi goreng tersebut dan setelah selesai menyantap nasi goreng, mereka yakin kalau nasi goreng ini akan mendatangkan banyak uang baik Panzer Yabar. Setelah selesai menyantap nasi goreng, Kosim dan kawan-kawannya meninggalkan kios Mahesa untuk mengurusi urusan masing-masing dan sesaat mereka pergi, datanglah beberapa pengunjung yang ingin mencoba makan nasi goreng STM Panzer tersebut. Sepertinya Mahesa dan teman-temannya bakal bekerja lebih keras meningat makin lama makin banyak pengunjung kios mereka.
    Setelah meninggalkan kios Mahesa, mereka berempat berpisah kecuali Guntur dengan bosnya yang memang susah untuk dipisahkan. Kosim pulang ke Pancon untuk kembali mencuci baju Bhayangkara dan kebetulan, hari ini merupakan hari terakhirnya bekerja mencuci baju karena kemarin Senopati Cahyono mengkabarkan kepadanya bahwa mesin cuci Bhayangkara sudah dibetulkan. Sedangkan Ronald pergi ke restoran pizza untuk kembali mengantar pizza-pizza ke para pelanggan. Bagaimana dengan Eka dan Guntur? Mereka pergi ke tempat penjualan emas yang ada di daerah Majoraan. Dengan menaiki motor, Eka dan Guntur dengan cepat sampai di toko emas tersebut yang merupakan toko emas terbesar di Yabar.

    Penjagaan toko emas tersebut cukup ketat. Banyak kamera sisa di setiap pojok ruangan gedung dan ketika Eka serta anak buahnya mau masuk, mereka diperiksa sama satpam karena dikhawatirkan mereka itu perampok apalagi Eka memakai kacamata hitam sehingga imej orang jahat muncul di mukanya. “Oke, kau boleh masuk karena kau tak membawa senjata,” kata saptam tersebut sambil menunjuk Eka. “Tapi yang kecil jangan masuk!”
    “Kenapa saya nggak boleh masuk?!” tanya si Guntur dengan kesal.

    “Karena kau tuyul!” jawab tegas si satpam tersebut yang bersenjatakan senapan laras panjang, sepertinya dia itu orang Bhayangkara. “Saya tak mau kalau kamu mencuri banyak emas di gedung ini! Maka dari itu, lebih baik Nak Tuyul diam di sini saja.”

    Guntur menjadi kesal dan ingin sekali memukul satpam tersebut namun Eka melarangnya begitu. “Tuyul, kau mestinya sadar kalau wujud fisikmu dapat membahayakan beberapa toko emas. Jadi berubahlah menjadi tinggi supaya kau bisa masuk ke toko ini!” saran Eka kepada Guntur.

    “Bos, memangnya meninggikan badan itu gampang? Enggak!” ketus Guntur.

    Eka menepuk pundak kiri Guntur dan berkata, “Tuyul, tunggu gue ya! Gue mau beli emas dulu.”

    “Oke bos,” kata Guntur dengan lesu. Eka meninggalkannya dan pergi masuk ke dalam gedung. Di dalam gedung, ia langsung membeli emas 20 Kg dengan uang tunai sebesar Er70.000,00. Para pegawai toko emas langsung memberikan emas 20 Kg kepada Eka. Emas yang dibeli Eka merupakan emas batangan dan 24 karat sehingga Eka perlu berhati-hati dalam menjaga emas aset STM Panzer. Emas yang dibeli Eka berjumlah 20 batang dan satu batang beratnya 1 Kg.

    Eka keluar dari toko tersebut yang berupa gedung. Ia menyimpan emas-emas tersebut dalam tasnya gedongnya sehingga cukup berat untuk menggendong tas tersebut. Eka memberikan tas tersebut kepada Guntur dan memintanya untuk membawanya. Guntur menaati perintah bosnya dan setelah dari toko emas, mereka pergi menuju toko jual beli uang asing yang tak jauh dari daerah Majoraan.

    Sesampainya di depan toko jual beli uang asing, Guntur dengan bebas bisa masuk ke toko tersebut karena petugas tidak merasa Guntur itu tuyul. Di toko tersebut, Eka membeli doller sebanyak Dlr225.000,00 karena satu doller setara dengan Er4,50 pada hari ini padahal kemarin satu doller setara dengan Er4,65. Uang asing tersebut dimasukan ke dalam tas Eka yang diangkut Guntur. Bertambahnya beban tas membuat Guntur menjadi tidak kuat menangkut tas tersebut padahal uang Dlr225.000,00 berupa kertas lembar. Walaupun ia tidak kuat, Guntur tetap berusaha menangkutnya demi bosnya.

    Sepulangnya dari toko tersebut, mereka pergi ke rumahnya si Eka dan memasukan barang-barang penting tersebut ke lemari besi yang sudah disiapkan Eka dari beberapa waktu lalu. Kode lemari besi tersebut hanya diketahui Eka dan akan dibuka lemari tersebut pada saat nilai emas atau nilai doller naik drastis.
    ****
    Pada sore hari menjelang jam 6 sore, José dan Manguri ikut menontonpelelangan yang sedang dilakukan. Orang-orang kaya baik dari Yabar maupun luar Yabar mengikuti pelelangan yang berlangsung selama 2 jam dan pada akhirnya, lukisan José terjual dengan harga Er12.000,00. Uang tersebut cukup untuk membantu anak STM Panzer yang sedang mengumpulkan banyak uang.

    Di lain pihak, Mahesa menutup kiosnya pada jam 19.00 padahal rata-rata kios makanan tutup pada jam 20.00. Ia menutup kiosnya gara-gara makanannya laku habis pada hari ini. Semua yang memakan nasi gorengnya menangis dan terpaksa membeli susu untuk menghilangkan rasa pedas. Sekitar Er3.420,00 ia dapatkan hari ini padahal modalnya hanya Er2.320,00. Untuk meningkatkan keuntungannya, Mahesa akan membeli lebih banyak bahan pokok untuk membuat nasi goreng dan ia akan meminta bantuan sama teman-temannya yang belum ia panggil hari ini.

    Pada keesokan harinya, Mahesa mendapat tambahan bantuan dari teman-temannya dan berhasil mendapatkan keuntungan Er4.530,00 padahal modal awalnya hanya Er3.402,00. Dalam seminggu, sekitar Er 38.670,40 dapat diperoleh anak STM Panzer namun perolehan itu masih jauh dari harapan karena belum mencapai 1 juta erak.Oleh karena itu, Ronald menyarankan kepada semua anak Panzer untuk bekerja lebih keras demi STM Panzer. Jika ada yang tak bersedia bekerja, boleh saja tapi jangan pakai seragam STM Panzer di STM Panzer, itulah perkataan Ronald kepada anak-anak Panzer di lapangan ketika musyawarah besar kedua diadakan ketika hari Senin, 17 September 899. Dan pada akhirnya, semua anak Panzer rela untuk bekerja lebih keras demi Panzer berkat tingginya fanatisme STM Panzer Yabar.
     
  17. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Senin, 17 September 899

    Saat ini, Guntur bersama teman-temannya yang berjumlah 15 orang sibuk mengerjakan TTS di pojok belakang kelas untuk mengisi waktu istirahat ini. TTS kali ini sepertinya merupakan TTS paling sulit untuk dipecahkan anak XI-II. Mengapa? Karena hampir setiap jawaban soal-soal TTS tak dapat mudah didapatkan. Walaupun mereka sudah mencoba mencarinya di internet, tetap saja tidak bisa ditemukan jawaban dari pertanyaan yang tidak biasanya ada di TTS. Dari 30 soal mendatar dan 30 soal menurun, hanya 17 soal mendatar dan 15 soal menurun yang sampai saat ini baru bisa dijawab, selebihnya tidak.

    Demi menyelesaikan TTS hari ini juga, Guntur akhir memutuskan untuk menghampiri bos besarnya yang tidur pulas di tempat duduknya. Setelah selesai menunaikan sholat Dzuhur, Eka tidur lelap di tempat duduknya gara-gara bergadang selama hanya untuk nonton bola.Eka merupakan orang terpintar di kelas XI-II. Jadi, wajar saja kalau banyak anak XI-II bertanya soal pelajaran kepada Eka, tak terkecuali Guntur,

    “Bos,Bos,” Gunturmenggoyang-goyangkan badan bos besarnya. “Bisa bantu gue mengerjakan TTS?”

    “Nggak bisa,” kataEka lalu ia kembali melanjutkan tidurnya.Melihat permintaannya ditolak, Guntur pun memutuskan pergi menanyakan ke teman-teman sekelasnya yang ia belum tanya. Namun naas, tak ada seorang pun yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan TTS Guntur.Pada akhirnya, Guntur keluar kelas dan mencoba mencari orang yang dipikirnya bisa membantunya. Ia berjalan ke sana-kemari di lorong gedung dan di tengah perjalanan tak jelas, Guntur tak sengaja melihat Panji yang sedang berjalan di sekitar lorong. Panji dipandangi sinis oleh anak-anak Panzer yang berjalan di dekatnya tetapi sikap Panji sama seperti biasa, datar.

    “Ehm, sepertinya pak Panji bisa menjawab pertanyaan yang ada di….Ah tidak, dia musuh bersama anak Panzer,” pikir Guntur. “Cari saja yang lain! Masih banyak orang pintar di STM Panzer.”

    Akhirnya, dimulailah perjalanan Guntur mencari orang pintar di STM Panzer. Guntur pergi ke kelas XI-I dan XI-III. Namun, tak ada orang yang sanggup membantu Guntur. Merasa sedikit putus asa, ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, tongkrongannya si Manguri. Seperti yang ia duga, Manguri ada di perpustakaan dan terlihat ia sedang membaca buku yang sepertinya buku novel “Kak Manguri,” sahut Guntur lalu ia menghampiri Manguri. Manguri menutup bukunya dan menatap Guntur. “Ada apa?” tanya Manguri tersenyum tipis.

    “Boleh saya tanya pertanyaan TTS ini?” tanya Guntur lalu ia menunjukan koran kepada Manguri. Manguri pun menangguk dan mempersilahkan Guntur duduk di bangku yang ada di sebelahnya. Guntur duduk dan tak basa-basi, ia langsung memperlihatkan kolam TTS tersebut kepada Manguri. Melihat pertanyaan yang ada di TTS, Manguri terkejut dan berkata, “Ini mah soal fisika kelas 12 IPA! Anak STM kagak bakalan bisa ngerjain soal kayak begini!”

    “Jadi Kak Manguri bisa mengerjakan soal ini tidak?”

    “Bisa saja sih . Tapi, agak lama ya karena mesti bongkar buku fisika yang ada di perpustakaan ini,” jawab Manguri yang melirik rak buku fisika yang tak jauh dari tempatnya.

    “Ha, memangnya di perpustakaan ini ada buku-buku sains?” tanya Guntur penasaran.

    “Iyalah. Banyak sekali buku fisika di sini, tapi cuma segelintir orang saja yang membaca buku tersebut, sisanya pada numpang tidur di perpustakaan! Padahal kalau anak STM rajin meluangkan waktu belajar fisika, kita pasti tak akan kalah pintarnya dengan anak SMA yang mendapatkan pelajaran fisika secara formal,” Tutur Manguri yang sedikit kesal jika meningat pemandangan orang-orang menumpang tidur di perpustakaan. Tunggu dulu, buat apa belajar fisika kalau mainnya teknik mesin? pikir Guntur logis.

    “Dan ngomong-ngomong, kenapa ya nih koran pakai soal fisika?” ujar Manguri kebingungan.

    “Entahlah. Mungkin saja pihak koran ingin mencoba sesuatu yang baru di dunia TTS,” jawab Guntur. “Oh ya. Terima kasih ya Kak karena suka rela membantu mau mengerjakan soal ini.”

    Guntur bersalam dengan Manguri dan Manguri membalas, “Sama-sama Tuyul.”

    “Dan bisakah kau berhenti menyebutku ‘Tuyul’?” pinta Guntur bermuka masam.

    ****
    Pada sore hari, Manguri menemui Guntur di pertemuan rahasia anak Panzer yang biasa di adakan di belakangtoilet Panzer. Manguri memberikan kertas koran yang berisi TTS kepada Guntur dan ketika Guntur memeriksa TTS tersebut, semua jawaban sudah terisi, baik mendatar maupun menurun. Hal itu cukup mengesankan Guntur mengingat soal-soal tersebut mustahil dikerjakan anak Panzer pada umumnya.Guntur memasukan koran tersebut ke dalam tas punggung.

    Seperti biasa, bahasaan diskusi kali ini sama seperti kemarin; membahas soal pemasukan uang Panzer, pegerakan kurs doller, naik tidaknya harga emas, dan rencana peningkatan pendapatan anak Panzer.Di tengah diskusi berlangsung, Manguri sempat bercerita kepada semua bahwa ia telah menemukan beberapa hewan yang dari kemarin dicarinya. Manguri memberikan uang pekerjaan sambilannya yang berjumlah sekitar Er5.320,00 kepada Eka dan Eka cukup senang melihat pekerjaan Manguri membuahkan hasil.

    Pada dasarnyadalam diskusi Panzer, Ronald lah yang menjadi pemimpin karena umur dan kelasnya yang cukup senior dibandingkan yang lain. Sedangkan Eka bertugas sebagai wakil dan bendaharanya Ronald. Jadinya, Ronald lah yang sering membuat perintah kepada teman-temannya dan semua anak Panzer menuruti perintahnya karena kharismanya cukup lebih tinggi dibanding Eka.

    ****
    Sepulang dari diskusi Panzer, Kosim yang baru sampai di depan kontrakan langsung dipergoki Mpok Edah yang dikawal oleh 5 anak buah laki-laki. “Kosim, lo belum bayar uang kontrakan pada bulan ini!”ujar Mpok Edah yang nada bicaranya agak kasar. Kosim yang baru saja sampai terpaksa membuka dompetnya dan berharap ada uang sebesar Er350,00 untuk membayar uang kontrakannya selama bulan September. Hela nafas lega dihembuskan Kosim ketika melihat dompetnya ada uang Er370,40. Uang Er350,00 diberikan Kosim ke tangan Edah yang sudah siap menerima uang bayaran Kosim.

    Uang tersebut langsung dimasukan Edah ke dalam saku bajunya dan ia menepuk pundak kiri Kosim. “Bagus Kosim, kau masih boleh tinggal selama 1 bulan lagi,” ujar janda tersebut tersenyum. Edah bersama 5 anak buahnya kembali ke gubuk warung untuk melanjutkan pekerjaan mereka yang sempat tertunda.

    Sekarang, Kosim yang tak punya kerjaan sambilan terpaksa bekerja di gubuk Edah dalam rangka bertahan hidup sebagai perantau. Gajinya yang ia dapat dari kerjanya sekarang hanya sekitar Er10,40 dan itupun tak cukup untuk bertahan hidup sampai akhir bulan. Karena setiap waktu sekolah ia selalu menyetor uang patungan hutang Panzer, keuangannya secara drastis menyusut dan itulah mengapa Kosim meminta Ronald dan Eka untuk memberikan kompensasi kepada orang sepertinya. Merasa iba, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk tidak menagih uang kepada orang-orang perantau seperti Kosim. Meskipun sekarang para perantau tidak disuruh untuk bekerja sambilan, mereka tetap melakukan kerja sambilan dengan 50% hasil kerjanya diambil untuk pribadi, sisanya untuk Panzer.Memang, kebijakaan tersebut membuat pendapatan Panzer menurun dan memaksa Ronald untuk berpikir keras untuk menemukan cara terbaik mengumpulkan banyak uang. Minimal 1 juta erak sebelum tanggal 21 September, kata Ronald.

    *** *
    Rabu,19 September 899

    Di tengah kegelapan gangsepi, seorang anak STM berjalan di tempat tersebut. Jalanan gang hanya diterangi lampu-lampu penerangan gang yang cahayanya remang-remang. Anak tersebut membawa raket listrik dan menepuk nyamuk-nyamuk yang ada di dekatnya. Jalanan yang dilalui anak tersebut cukup becek meningat tadi sore turun hujan deras. Anak tersebut terlihat baru saja selesai bekerja mengantar pizza dan capenya tergambar dari caranya berjalan dan mukanya. Bau busuk tercium dari bajunya yang basah dengan keringat hasil aktivitas sehari-harinya. Tak terlihat ia merokok padahal asilnya, ia pecandu berat rokok. Mungkin karena alasan penghemat yang membuatnya berhenti sementara. Uang hasil kerjanya hari ini sebesar 30 erak akan disalurkannya kepada temannya untuk melunasi hutang sekolahnya.Orang tersebut tak lain Ronald Sueb.

    Gang yang dilalui Ronald merupakan jalan terdekat menuju rumahnya. Ronald tinggal bersama seorang janda yang juga merupakan ibunya, Ela namanya. Rumah Ronald berupa ruko dan di ruko tersebut, Ela berjualan lampu-lampu.
    Jam sudah menunjukan jam 22.00 dan Ronald harus segera kembali ke rumah agar ibunya tak khawatir. Ketika Ronald mulai mempercepat langkah kakinya, muncul beberapa orang keluar dari beberapa celah-celah sempit bangunan yang ada di sekeliling jalan gang. Jumlah mereka 4 orang dan ketika Ronald menoleh ke belakang,iamelihat ada 4 orang yang sepertinya ingin menyerang Ronald. Mereka tak lain adalah Adjuva yang ingin menculik Ronald di tempat sepi ini. Mereka tak terlihat bersenjata karena menanggap sudah cukup melawan Ronald dengan kemampuan silat mereka.

    Tasnya ia jatuhkan dan raketnya ia pegang erat-erat. Tanpa menunggu diserang, Ronald langsung berlari sekencang mungkin ke para Adjuva yang ada dihadapannya.Melihat anak STM tersebut berlari, Adjuva terpancing untuk menyerang Ronald dan berkobarlah pertempuran tak berimbang antara satu orang melawan banyak orang.

    Pukulan ke kepala kemudian menyabet leher, lalu menghantam dada musuh. Itulah satu dari jurus raket listrik Ronald yang sangat menakutkan musuhnya di pertempuran. Biasanya, serangan Ronald tidak akan membuat orang berdarah-darah tapi melihat emosi Ronald sedang memuncak, tak memungkinkan musuh-musuhnya bisa sekarat. Oh ya, setiap serangan raket Ronald tentu ada alirian listrik tegangan tinggi sehingga tak jarang musuhnya kejang-kejang ketika dipukul raket.

    Satu per satu personil Adjuva terkapar di tanah dan bala bantuan dari berbagai arah datang. Hal itu tentu tidak menciutkan nyali Ronald, justru semangatnya makin membara dan daya serangnya makin ganas saja. 10 dari 20 personil Adjuva telah dipingsankan Ronald. Para Adjuva bisa saja mengambil barang di tanah seperti potongan pipa untuk memukul Ronald namun sayang, tidak ada benda seperti itu di gang ini.
    Tensi pertarungan mulai menurun setelah raket yang ia pegang hancur. Melihat raketnya hancur, Ronald membuangnya dan terpaksa, ia memakai tangan kosong melawan mereka semua yang sekarang berjumlah 6 orang. Pertarungan terus berlanjut sampai akhirnya, Ronald terjatuh gara-gara sapuan kencang salah satu personil Adjuva.

    Ronald terjatuh di kubangan air. Baginya, tanpa raket, ia bukanlah apa-apa. Jika saja raketnya tidak hancur, mungkin saja ia sudah menang sekarang, pikirnya. Mukanya bonyok. Bajunya terlihat kotor dan acak-acakan. Kedua kakinya tak mampu untuk mendirikan badan karena staminanya sudah mau habis. Selain itu, badannya Ronald remuk kesakitan akibat serangan silat pada Adjuva. Seluruh tubuh Ronald basah dengan keringat sementara itu, nafasnya sudah terengah-engah berat. Rasanya, mustahil bagi Ronald untuk terus bertarung.

    “Harusnya gue bawa baseball saja hari ini supaya tempur lebih enak dibanding pakai raket,” pikir Ronald melihat dirinya sudah terkapar ditanah.Melihat target mereka lumpuh, para Adjuva langsung bertindak. Kedua tangannya Ronald langsung diikatkan tali goni personil Adjuva. Terlihat salah satu Adjuva sedang menyiapkan satu karung cokelatuntuk menjadi tempat dimasukannya Ronald. Ronald sepertinya sudah pasrah untuk dimasukan ke dalam karung tapi dalam hati kerasnya, ia bersikukuh untuk tidak menandatangai perjanjian walaupun kemungkinan terburuk terjadi padanya.

    Tiba-tiba, muncul motor bebek dari ujung gang dan tak sengaja rem mendadak sehingga menabrak orang yang mau memasukan Ronald ke dalam karung. Pengendara motor tersebut tak lain si Guntur dan orang yang diboncengnya si Eka. Para Adjuva cukup kaget melihat ada orang lain selain mereka memasuki gang ini. Padahal, para Adjuva sudah memastikan tempat ini tak akan dilalui orang-orang.

    Melihat anak buahnya menabrak orang tak dikenal, Eka langsung memarahi Guntur, “Tuyul, gue udah bilang kepada lo jangan paksakan menyetir motor kalau belum bisa 100% nyetir motor!” Guntur menoleh ke belakang dan meminta maaf kepada bosnya, “Bos, maaf ya kalau gue nabrak orang. Lain kali, gue bakal lebih hati-hati nyetir motor dan sekali lagi, bisakah bos tidak panggil gue Tuyul’?”

    “Oke Tuyul, sekarang kita harus minta maaf kepada korba…” Eka menjadi diam melihat ada Adjuva dan Ronald yang terlihat habis disiksa. Selain itu, ia juga melihat banyak personil Adjuva yang terkapar di tanah. Melihat ada Eka, para Adjuva terdiam. Eka dan Guntur langsung turun dari motor dan berlari menyerang para Adjuva untuk menyelamatkan Ronald. Melihat aura gelap yang menggelegar dari tubuh Eka, semua personil Adjuva yang tadinya mau melawan Eka menjadi ketakutan dan berlari ketakutan meninggalkan tempat ini. Aura gelap Eka merupakan penghalang terbesar pasukan Adjuva dalam misi menculuk Eka. Noprirf dan para personil Adjuva masih memikirkan cara yang bagus untuk menangkap Eka tanpa keluarnya aura gelap dari tubuh anak tersebut.

    Setelah ikatan tali goni dilepas Guntur, Eka menangkat Ronald yang sudah tak sadarkan. Ia tak sadarkan diri karena sudah terlalu banyak stamina yang dikeluarkannya hari ini.Maka dari itu, Eka dan Guntur memutuskan untuk membawa Ronald pulang ke rumah si Ronald dan kebetulan sekali Eka tahu dimana Ronald tinggal. Di serang orang Arjuna, itulah pendapat Eka kenapa Ronald bisa babak belur seperti ini. Eka mulai merasa ia dan Kosim harus mulai waspada karena orang-orangnya Arjuna sudah mulai main berintimidasi dengan kekerasan.
    Sesampainya di depan rukonya Ronald, mereka menemukan tokonya Ronald belum ditutup juga. Cukup aneh rasanya toko belum ditutup padahal sudah jam 22.30.
    Mereka masuk ke dalam dan di dalam ruko tersebut, tak terlihat Ela dan cukup sunyi suasana rumahnya Ronald dan beruntung, tak terlihat ada yang dicuri dan ini mengindikasikan bahwa tak ada maling masuk ke tempat ini. Setelah masuk ke dalam ruangan tamu, Eka merebahkan Ronald di sofa. “Tuyul, segera cari P3K untuk mengobati Kak Ronald!” perintah Eka kepada anak buahnya. Guntur menaati perintah bosnya dan pergi mencari P3K.
    Eka berjalan-jalan di sekitar ruang tamu Ronald. Jarang-jarang ia ke rumah Ronald karena sebelumnya, ia tak terlalu dekat dengan Ronald. Tak sengaja, Eka menemukan secarik kertas yang tergeletak di atas meja. Kertas tersebut tertulis;

    “Jika kau ingin mencari ibumu, ibumu kami jadikan sandera!
    
“Segera tandatangani dokumen esok hari atau nyawa ibumu akan terancam!

    “Jika kau sudah menandatangani dokumen, ibumu akan pulang dengan selamat.

    “Kami jamin itu.

    “Ini serius loh!

    “Bener ini serius!”

    Setelah membaca kertas tersebut, Eka menjadi kesal. “Dasar Bhre Arjuna!Mainnya sandera-sandera orang-orang terdekat kita. Awas saja kalau ketemu, gue bakal kepretin tuh orang!” pikir Eka kesal dan terlihat sedikit aura gelap keluar dari tubuhnya. "Dan awas juga yang nulis. Tulisannya mengesalkan!"

    Eka melihat Ronald yang terbujur kaku di sofa dan berpikir kondisi kakak kelasnya sedang tidak bagus. Ibunya disandera sedangkan Ronald sedang tidak bisa bertarung seperti biasa. Sepertinya, Ronald harus menandatangani dokumen agar ibu Ronald tetap bisa hidup karena keluarga lebih penting dari kepentingan nasib hidup Panzer, pikir Eka.

    Setelah cukup lama Guntur pergi, Guntur pun kembali dengan membawakan P3K. Dengan hati-hati, mereka berdua mengobati kakak kelas mereka. Selesai mengobati Ronald, mereka berdua membiarkan murid kelas XII itu tidur di sofa dan mereka berdua memutuskan untuk menutup toko. Sehabis menutup toko, mereka melihat Ronald sudah siuman dan Eka menjelaskan ancaman Adjuva kepada Ronald. Guntur dan Ronald cukup kaget mendengar ibunya Ronald disandera Adjuva. Dengan emosi, Ronald bersumpah akan menghabisi orang-orang yang menyandera ibunya. Namun, Eka menyarankan kepada kakak kelasnya agar tidak emosi dan berpikiran tenang. Saran Eka dituruti Ronald dan tensi emosinya turun seketika.

    Eka kembali menyarankan kepada Ronald untuk menandatangani dokumen. Eka menjelaskan bahwa walaupun Ronald menandatangani perjanjian, tetap saja tanah Panzer tak akan jatuh ke Arjuna selama Kosim dan Eka tak menandatangani perjanjian. Dengan berat hati, Ronald setuju dengan saran Eka yang cukup bijak.

    Keesokan harinya setelah pulang sekolah, Ronald pergi menandatangi kraton Yabar dan ia disambut dengan baik oleh pihak Ayudha. Ayudha mengantarkan Ronald ke ruang kerja Arjuna dan disanalah untuk pertama kalinya Ronald bertatap muka kepada Bhre Yabar. Bhre Yabar menyambut baik Ronald dan mempersilahkan Ronald duduk. Pada dasarnya, Arjuna sudah tahu Ronald bakal datang dari para Adjuva dan ia senang melihat hasil kerja Adjuva ada hasilnya juga ternyata.

    Dokumen perjanjian pengalihan tanah ditandatangani Ronald dan ekspersi mukanya saat menandatangani dokumen seperti orang terpaksa. Dalam hatinya, ia tak terima ia berbuat hal ini tapi demi menyelamatkan ibunya, Ronald harus melakukan hal ini. Setelah dokumen ditandatangani anak STM Panzer kelas XII, Arjuna bersalaman dengan Ronald. Jika Arjuna tersenyum tersirat berbagai makna maka Ronald hanya memasang muka masam saja, itulah yang terjadi ketika mereka bersalaman.

    Keesokan harinya, berita tentang Ronald menandatangani dokumen tersebar luas di STM Panzer. Banyak yang kaget mendengar berita tersebut padahal Ronald itu orang yang menolak keras menandatangani perjanjian. Oleh karena itu, untuk membenarkan kesalahpahaman, Eka mengadakan musyawarah besar STM Panzer pada sore hari untuk memberi tahu alasan sebenarnya kenapa Ronald melakukan hal yang berlawanan dengan idealis mayortias anak Panzer. Mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, anak Panzer tidak jadi membenci Ronald dan memaklumi apa yang dilakukan Ronald. Di depan banyak anak Panzer, Ronald berterima kasih sebesar-besarnya kepada semua anak Panzer dan di waktu yang sama, ia menjelaskan bahwa Kosim dan Eka harus dilindungi karena orangnya Arjuna mulai menyerang fisik kepada mereka.Akan tetapi, Kosim dan Eka menolak jika mereka mesti dilindungi. Mereka menganggap mereka sudah cukup kuat jika tiba-tiba diserang orang-orang Arjuna

    Mendengar penolakan mereka, Ronald memutuskan untuk tidak menyuruh anak Panzer melindungi mereka dan kembali, Ronald menekankan kepada para anak Panzer non-perantau untuk bekerja lebih keras agar pendapatan Panzer menignkat. Namun, beberapa anak Panzer menjelaskan kepada Ronald bahwa mereka tidak bisa sering kerja sambilan karena stamina mereka ada batasnya.

    Manguri yang berdiri di dekat Ronald menyarankan untuk tidak memaksa anak Panzer bekerja sambilan melebihi batas kemampuan mereka. Manguri mengutarakan kepada semua bahwa saat ini tak ada cara lain mencari uang selain mencari pekerjaan sambilan baru. Pekerjaan melukis seperti José tak bisa dilakukan lagi karena pameran lukis Majoraan hanya berlangsung 3 bulan sekali. Di lain pihak, penjualan nasi goreng memang merupakan sumber penghasil uang terbanyak untuk Panzer. Akan tetapi, nasi goreng Mahesa hanya dijual pada hari libur saja sehingga anak Panzer harus segera mencari pekerjaan baru yang bisa menghasilkan banyak uang. Musyawarah berakhir dengan keputusan bersama;mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan daripada sebelumnya.
****
    Sepulangnya dari sekolah, Ronald menjumpai ibunya sudah berada di rumah. Tak terlihat bekas luka ataupun penyiksaan pada ibunya. Justru ibunya pulang dengan membawa banyak barang belanjaan layaknya pulang dari tempat wisata. Apa yang sebenarnya terjadi? Pikir Ronald yang kebingungan.

    “Bu, ibu pulang dengan siapa?” tanyanya kepada ibunya. Ibunya yang sedang menjaga toko menjawab dengan senyuman, “Dengan teman ibu. Mereka baru ibu kenal beberapa waktu lalu tapi mengajak ibu jalan-jalan selama beberapa hari dalam acara ulang tahun teman baru ibu. Wah, baik sekali ya mereka mau membiayai semua kebutuhan ibu yang ibu mau!”

    Ronald jadi kaget dan ia kembali bertanya, “Siapa yang ngajak ibu pergi? Laki-laki apa perempuan?”

    “Perempuan lah,” jawab ibunya dengan ceria. Tambah kaget jadinya si Ronald. Ia pikir ibunya itu diculik dan disandera, tapi pikirannya itu bertolak belakang dari kenyataan.

    Di tempat lain, tepatnya di kantor Adjuva…
    .
    “Bos, kenapa anda malah menyuruh para istri-istri Adjuva mendekati ibunya Ronald Sueb? Bukannya menyandera secara kasar seperti apa yang kita lakukan kepada target-target kita sebelumnya?” tanya salah seorang personil Adjuva pada Noprirf.

    Noprirf menaruh cangkir kopinya ke meja kerjanya dan menjawab, “menyandera itu tak perlu dilakukan secara kasar. Kita memang menyandera ibunya Sueb dengan cara yang berbeda dari sebelumnya; menyandera secara halus walaupun lebih memakan banyak dana dibanding biasanya!”
     
  18. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Senin, 17 September 899

    Saat ini, Guntur bersama teman-temannya yang berjumlah 15 orang sibuk mengerjakan TTS di pojok belakang kelas untuk mengisi waktu istirahat ini. TTS kali ini sepertinya merupakan TTS paling sulit untuk dipecahkan anak XI-II. Mengapa? Karena hampir setiap jawaban soal-soal TTS tak dapat mudah didapatkan. Walaupun mereka sudah mencoba mencarinya di internet, tetap saja tidak bisa ditemukan jawaban dari pertanyaan yang tidak biasanya ada di TTS. Dari 30 soal mendatar dan 30 soal menurun, hanya 17 soal mendatar dan 15 soal menurun yang sampai saat ini baru bisa dijawab, selebihnya tidak.

    Demi menyelesaikan TTS hari ini juga, Guntur akhir memutuskan untuk menghampiri bos besarnya yang tidur pulas di tempat duduknya. Setelah selesai menunaikan sholat Dzuhur, Eka tidur lelap di tempat duduknya gara-gara bergadang selama hanya untuk nonton bola.Eka merupakan orang terpintar di kelas XI-II. Jadi, wajar saja kalau banyak anak XI-II bertanya soal pelajaran kepada Eka, tak terkecuali Guntur,

    “Bos. Bos,” Guntur menggoyang-goyangkan badan bos besarnya. “Bisa bantu gue mengerjakan TTS?”

    “Nggak bisa,” kata Eka lalu ia kembali melanjutkan tidurnya.Melihat permintaannya ditolak, Guntur pun memutuskan pergi menanyakan ke teman-teman sekelasnya yang ia belum tanya. Namun naas, tak ada seorang pun yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan TTS Guntur.Pada akhirnya, Guntur keluar kelas dan mencoba mencari orang yang dipikirnya bisa membantunya. Ia berjalan ke sana-kemari di lorong gedung dan di tengah perjalanan tak jelas, Guntur tak sengaja melihat Panji yang sedang berjalan di sekitar lorong. Panji dipandangi sinis oleh anak-anak Panzer yang berjalan di dekatnya tetapi sikap Panji sama seperti biasa, datar.

    “Ehm, sepertinya pak Panji bisa menjawab pertanyaan yang ada di….Ah tidak, dia musuh bersama anak Panzer,” pikir Guntur. “Cari saja yang lain! Masih banyak orang pintar di STM Panzer.”

    Akhirnya, dimulailah perjalanan Guntur mencari orang pintar di STM Panzer. Guntur pergi ke kelas XI-I dan XI-III. Namun, tak ada orang yang sanggup membantu Guntur. Merasa sedikit putus asa, ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, tongkrongannya si Manguri. Seperti yang ia duga, Manguri ada di perpustakaan dan terlihat ia sedang membaca buku yang sepertinya buku novel “Kak Manguri,” sahut Guntur lalu ia menghampiri Manguri. Manguri menutup bukunya dan menatap Guntur. “Ada apa?” tanya Manguri tersenyum tipis.

    “Boleh saya tanya pertanyaan TTS ini?” tanya Guntur lalu ia menunjukan koran kepada Manguri. Manguri pun menangguk dan mempersilahkan Guntur duduk di bangku yang ada di sebelahnya. Guntur duduk dan tak basa-basi, ia langsung memperlihatkan kolam TTS tersebut kepada Manguri. Melihat pertanyaan yang ada di TTS, Manguri terkejut dan berkata, “Ini mah soal fisika kelas 12 IPA! Anak STM kagak bakalan bisa ngerjain soal kayak begini!”

    “Jadi Kak Manguri bisa mengerjakan soal ini tidak?”

    “Bisa saja sih . Tapi, agak lama ya karena mesti bongkar buku fisika yang ada di perpustakaan ini,” jawab Manguri yang melirik rak buku fisika yang tak jauh dari tempatnya.

    “Ha, memangnya di perpustakaan ini ada buku-buku sains?” tanya Guntur penasaran.

    “Iyalah. Banyak sekali buku fisika di sini, tapi cuma segelintir orang saja yang membaca buku tersebut, sisanya pada numpang tidur di perpustakaan! Padahal kalau anak STM rajin meluangkan waktu belajar fisika, kita pasti tak akan kalah pintarnya dengan anak SMA yang mendapatkan pelajaran fisika secara formal,” Tutur Manguri yang sedikit kesal jika meningat pemandangan orang-orang menumpang tidur di perpustakaan. Tunggu dulu, buat apa belajar fisika kalau mainnya teknik mesin? pikir Guntur logis.

    “Dan ngomong-ngomong, kenapa ya nih koran pakai soal fisika?” ujar Manguri kebingungan.

    “Entahlah. Mungkin saja pihak koran ingin mencoba sesuatu yang baru di dunia TTS,” jawab Guntur. “Oh ya. Terima kasih ya Kak karena suka rela membantu mau mengerjakan soal ini.”

    Guntur bersalam dengan Manguri dan Manguri membalas, “Sama-sama Tuyul.”

    “Dan bisakah kau berhenti menyebutku ‘Tuyul’?” pinta Guntur bermuka masam.

    ****
    Pada sore hari, Manguri menemui Guntur di pertemuan rahasia anak Panzer yang biasa di adakan di belakangtoilet Panzer. Manguri memberikan kertas koran yang berisi TTS kepada Guntur dan ketika Guntur memeriksa TTS tersebut, semua jawaban sudah terisi, baik mendatar maupun menurun. Hal itu cukup mengesankan Guntur mengingat soal-soal tersebut mustahil dikerjakan anak Panzer pada umumnya.Guntur memasukan koran tersebut ke dalam tas punggung.

    Seperti biasa, bahasaan diskusi kali ini sama seperti kemarin; membahas soal pemasukan uang Panzer, pegerakan kurs doller, naik tidaknya harga emas, dan rencana peningkatan pendapatan anak Panzer.Di tengah diskusi berlangsung, Manguri sempat bercerita kepada semua bahwa ia telah menemukan beberapa hewan yang dari kemarin dicarinya. Manguri memberikan uang pekerjaan sambilannya yang berjumlah sekitar Er5.320,00 kepada Eka dan Eka cukup senang melihat pekerjaan Manguri membuahkan hasil.

    Pada dasarnyadalam diskusi Panzer, Ronald lah yang menjadi pemimpin karena umur dan kelasnya yang cukup senior dibandingkan yang lain. Sedangkan Eka bertugas sebagai wakil dan bendaharanya Ronald. Jadinya, Ronald lah yang sering membuat perintah kepada teman-temannya dan semua anak Panzer menuruti perintahnya karena kharismanya cukup lebih tinggi dibanding Eka.

    ****
    Sepulang dari diskusi Panzer, Kosim yang baru sampai di depan kontrakan langsung dipergoki Mpok Edah yang dikawal oleh 5 anak buah laki-laki. “Kosim, lo belum bayar uang kontrakan pada bulan ini!”ujar Mpok Edah yang nada bicaranya agak kasar. Kosim yang baru saja sampai terpaksa membuka dompetnya dan berharap ada uang sebesar Er350,00 untuk membayar uang kontrakannya selama bulan September. Hela nafas lega dihembuskan Kosim ketika melihat dompetnya ada uang Er370,40. Uang Er350,00 diberikan Kosim ke tangan Edah yang sudah siap menerima uang bayaran Kosim.

    Uang tersebut langsung dimasukan Edah ke dalam saku bajunya dan ia menepuk pundak kiri Kosim. “Bagus Kosim, kau masih boleh tinggal selama 1 bulan lagi,” ujar janda tersebut tersenyum. Edah bersama 5 anak buahnya kembali ke gubuk warung untuk melanjutkan pekerjaan mereka yang sempat tertunda.

    Sekarang, Kosim yang tak punya kerjaan sambilan terpaksa bekerja di gubuk Edah dalam rangka bertahan hidup sebagai perantau. Gajinya yang ia dapat dari kerjanya sekarang hanya sekitar Er10,40 dan itupun tak cukup untuk bertahan hidup sampai akhir bulan. Karena setiap waktu sekolah ia selalu menyetor uang patungan hutang Panzer, keuangannya secara drastis menyusut dan itulah mengapa Kosim meminta Ronald dan Eka untuk memberikan kompensasi kepada orang sepertinya. Merasa iba, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk tidak menagih uang kepada orang-orang perantau seperti Kosim. Meskipun sekarang para perantau tidak disuruh untuk bekerja sambilan, mereka tetap melakukan kerja sambilan dengan 50% hasil kerjanya diambil untuk pribadi, sisanya untuk Panzer.Memang, kebijakaan tersebut membuat pendapatan Panzer menurun dan memaksa Ronald untuk berpikir keras untuk menemukan cara terbaik mengumpulkan banyak uang. Minimal 1 juta erak sebelum tanggal 21 September, kata Ronald.

    *** *
    Rabu,19 September 899

    Di tengah kegelapan gangsepi, seorang anak STM berjalan di tempat tersebut. Jalanan gang hanya diterangi lampu-lampu penerangan gang yang cahayanya remang-remang. Anak tersebut membawa raket listrik dan menepuk nyamuk-nyamuk yang ada di dekatnya. Jalanan yang dilalui anak tersebut cukup becek meningat tadi sore turun hujan deras. Anak tersebut terlihat baru saja selesai bekerja mengantar pizza dan capenya tergambar dari caranya berjalan dan mukanya. Bau busuk tercium dari bajunya yang basah dengan keringat hasil aktivitas sehari-harinya. Tak terlihat ia merokok padahal asilnya, ia pecandu berat rokok. Mungkin karena alasan penghemat yang membuatnya berhenti sementara. Uang hasil kerjanya hari ini sebesar 30 erak akan disalurkannya kepada temannya untuk melunasi hutang sekolahnya.Orang tersebut tak lain Ronald Sueb.

    Gang yang dilalui Ronald merupakan jalan terdekat menuju rumahnya. Ronald tinggal bersama seorang janda yang juga merupakan ibunya, Ela namanya. Rumah Ronald berupa ruko dan di ruko tersebut, Ela berjualan lampu-lampu.
    Jam sudah menunjukan jam 22.00 dan Ronald harus segera kembali ke rumah agar ibunya tak khawatir. Ketika Ronald mulai mempercepat langkah kakinya, muncul beberapa orang keluar dari beberapa celah-celah sempit bangunan yang ada di sekeliling jalan gang. Jumlah mereka 4 orang dan ketika Ronald menoleh ke belakang,iamelihat ada 4 orang yang sepertinya ingin menyerang Ronald. Mereka tak lain adalah Adjuva yang ingin menculik Ronald di tempat sepi ini. Mereka tak terlihat bersenjata karena menanggap sudah cukup melawan Ronald dengan kemampuan silat mereka.

    Tasnya ia jatuhkan dan raketnya ia pegang erat-erat. Tanpa menunggu diserang, Ronald langsung berlari sekencang mungkin ke para Adjuva yang ada dihadapannya.Melihat anak STM tersebut berlari, Adjuva terpancing untuk menyerang Ronald dan berkobarlah pertempuran tak berimbang antara satu orang melawan banyak orang.

    Pukulan ke kepala kemudian menyabet leher, lalu menghantam dada musuh. Itulah satu dari jurus raket listrik Ronald yang sangat menakutkan musuhnya di pertempuran. Biasanya, serangan Ronald tidak akan membuat orang berdarah-darah tapi melihat emosi Ronald sedang memuncak, tak memungkinkan musuh-musuhnya bisa sekarat. Oh ya, setiap serangan raket Ronald tentu ada alirian listrik tegangan tinggi sehingga tak jarang musuhnya kejang-kejang ketika dipukul raket.

    Satu per satu personil Adjuva terkapar di tanah dan bala bantuan dari berbagai arah datang. Hal itu tentu tidak menciutkan nyali Ronald, justru semangatnya makin membara dan daya serangnya makin ganas saja. 10 dari 20 personil Adjuva telah dipingsankan Ronald. Para Adjuva bisa saja mengambil barang di tanah seperti potongan pipa untuk memukul Ronald namun sayang, tidak ada benda seperti itu di gang ini.
    Tensi pertarungan mulai menurun setelah raket yang ia pegang hancur. Melihat raketnya hancur, Ronald membuangnya dan terpaksa, ia memakai tangan kosong melawan mereka semua yang sekarang berjumlah 6 orang. Pertarungan terus berlanjut sampai akhirnya, Ronald terjatuh gara-gara sapuan kencang salah satu personil Adjuva.

    Ronald terjatuh di kubangan air. Baginya, tanpa raket, ia bukanlah apa-apa. Jika saja raketnya tidak hancur, mungkin saja ia sudah menang sekarang, pikirnya. Mukanya bonyok. Bajunya terlihat kotor dan acak-acakan. Kedua kakinya tak mampu untuk mendirikan badan karena staminanya sudah mau habis. Selain itu, badannya Ronald remuk kesakitan akibat serangan silat pada Adjuva. Seluruh tubuh Ronald basah dengan keringat sementara itu, nafasnya sudah terengah-engah berat. Rasanya, mustahil bagi Ronald untuk terus bertarung.

    “Harusnya gue bawa baseball saja hari ini supaya tempur lebih enak dibanding pakai raket,” pikir Ronald melihat dirinya sudah terkapar ditanah.Melihat target mereka lumpuh, para Adjuva langsung bertindak. Kedua tangannya Ronald langsung diikatkan tali goni personil Adjuva. Terlihat salah satu Adjuva sedang menyiapkan satu karung cokelatuntuk menjadi tempat dimasukannya Ronald. Ronald sepertinya sudah pasrah untuk dimasukan ke dalam karung tapi dalam hati kerasnya, ia bersikukuh untuk tidak menandatangai perjanjian walaupun kemungkinan terburuk terjadi padanya.

    Tiba-tiba, muncul motor bebek dari ujung gang dan tak sengaja rem mendadak sehingga menabrak orang yang mau memasukan Ronald ke dalam karung. Pengendara motor tersebut tak lain si Guntur dan orang yang diboncengnya si Eka. Para Adjuva cukup kaget melihat ada orang lain selain mereka memasuki gang ini. Padahal, para Adjuva sudah memastikan tempat ini tak akan dilalui orang-orang.

    Melihat anak buahnya menabrak orang tak dikenal, Eka langsung memarahi Guntur, “Tuyul, gue udah bilang kepada lo jangan paksakan menyetir motor kalau belum bisa 100% nyetir motor!” Guntur menoleh ke belakang dan meminta maaf kepada bosnya, “Bos, maaf ya kalau gue nabrak orang. Lain kali, gue bakal lebih hati-hati nyetir motor dan sekali lagi, bisakah bos tidak panggil gue Tuyul’?”

    “Oke Tuyul, sekarang kita harus minta maaf kepada korba…” Eka menjadi diam melihat ada Adjuva dan Ronald yang terlihat habis disiksa. Selain itu, ia juga melihat banyak personil Adjuva yang terkapar di tanah. Melihat ada Eka, para Adjuva terdiam. Eka dan Guntur langsung turun dari motor dan berlari menyerang para Adjuva untuk menyelamatkan Ronald. Melihat aura gelap yang menggelegar dari tubuh Eka, semua personil Adjuva yang tadinya mau melawan Eka menjadi ketakutan dan berlari ketakutan meninggalkan tempat ini. Aura gelap Eka merupakan penghalang terbesar pasukan Adjuva dalam misi menculuk Eka. Noprirf dan para personil Adjuva masih memikirkan cara yang bagus untuk menangkap Eka tanpa keluarnya aura gelap dari tubuh anak tersebut.

    Setelah ikatan tali goni dilepas Guntur, Eka menangkat Ronald yang sudah tak sadarkan. Ia tak sadarkan diri karena sudah terlalu banyak stamina yang dikeluarkannya hari ini.Maka dari itu, Eka dan Guntur memutuskan untuk membawa Ronald pulang ke rumah si Ronald dan kebetulan sekali Eka tahu dimana Ronald tinggal. Di serang orang Arjuna, itulah pendapat Eka kenapa Ronald bisa babak belur seperti ini. Eka mulai merasa ia dan Kosim harus mulai waspada karena orang-orangnya Arjuna sudah mulai main berintimidasi dengan kekerasan.
    Sesampainya di depan rukonya Ronald, mereka menemukan tokonya Ronald belum ditutup juga. Cukup aneh rasanya toko belum ditutup padahal sudah jam 22.30.

    Mereka masuk ke dalam dan di dalam ruko tersebut, tak terlihat Ela dan cukup sunyi suasana rumahnya Ronald dan beruntung, tak terlihat ada yang dicuri dan ini mengindikasikan bahwa tak ada maling masuk ke tempat ini. Setelah masuk ke dalam ruangan tamu, Eka merebahkan Ronald di sofa. “Tuyul, segera cari P3K untuk mengobati Kak Ronald!” perintah Eka kepada anak buahnya. Guntur menaati perintah bosnya dan pergi mencari P3K.

    Eka berjalan-jalan di sekitar ruang tamu Ronald. Jarang-jarang ia ke rumah Ronald karena sebelumnya, ia tak terlalu dekat dengan Ronald. Tak sengaja, Eka menemukan secarik kertas yang tergeletak di atas meja. Kertas tersebut tertulis;

    “Jika kau ingin mencari ibumu, ibumu kami jadikan sandera!
    
“Segera tandatangani dokumen esok hari atau nyawa ibumu akan terancam!

    “Jika kau sudah menandatangani dokumen, ibumu akan pulang dengan selamat.

    “Kami jamin itu.

    “Ini serius loh!

    “Bener ini serius!”

    Setelah membaca kertas tersebut, Eka menjadi kesal. “Dasar Bhre Arjuna!Mainnya sandera-sandera orang-orang terdekat kita. Awas saja kalau ketemu, gue bakal kepretin tuh orang!” pikir Eka kesal dan terlihat sedikit aura gelap keluar dari tubuhnya. "Dan awas juga yang nulis. Tulisannya mengesalkan!"

    Eka melihat Ronald yang terbujur kaku di sofa dan berpikir kondisi kakak kelasnya sedang tidak bagus. Ibunya disandera sedangkan Ronald sedang tidak bisa bertarung seperti biasa. Sepertinya, Ronald harus menandatangani dokumen agar ibu Ronald tetap bisa hidup karena keluarga lebih penting dari kepentingan nasib hidup Panzer, pikir Eka.

    Setelah cukup lama Guntur pergi, Guntur pun kembali dengan membawakan P3K. Dengan hati-hati, mereka berdua mengobati kakak kelas mereka. Selesai mengobati Ronald, mereka berdua membiarkan murid kelas XII itu tidur di sofa dan mereka berdua memutuskan untuk menutup toko. Sehabis menutup toko, mereka melihat Ronald sudah siuman dan Eka menjelaskan ancaman Adjuva kepada Ronald. Guntur dan Ronald cukup kaget mendengar ibunya Ronald disandera Adjuva. Dengan emosi, Ronald bersumpah akan menghabisi orang-orang yang menyandera ibunya. Namun, Eka menyarankan kepada kakak kelasnya agar tidak emosi dan berpikiran tenang. Saran Eka dituruti Ronald dan tensi emosinya turun seketika.

    Eka kembali menyarankan kepada Ronald untuk menandatangani dokumen. Eka menjelaskan bahwa walaupun Ronald menandatangani perjanjian, tetap saja tanah Panzer tak akan jatuh ke Arjuna selama Kosim dan Eka tak menandatangani perjanjian. Dengan berat hati, Ronald setuju dengan saran Eka yang cukup bijak.

    Keesokan harinya setelah pulang sekolah, Ronald pergi menandatangi kraton Yabar dan ia disambut dengan baik oleh pihak Ayudha. Ayudha mengantarkan Ronald ke ruang kerja Arjuna dan disanalah untuk pertama kalinya Ronald bertatap muka kepada Bhre Yabar. Bhre Yabar menyambut baik Ronald dan mempersilahkan Ronald duduk. Pada dasarnya, Arjuna sudah tahu Ronald bakal datang dari para Adjuva dan ia senang melihat hasil kerja Adjuva ada hasilnya juga ternyata.

    Dokumen perjanjian pengalihan tanah ditandatangani Ronald dan ekspersi mukanya saat menandatangani dokumen seperti orang terpaksa. Dalam hatinya, ia tak terima ia berbuat hal ini tapi demi menyelamatkan ibunya, Ronald harus melakukan hal ini. Setelah dokumen ditandatangani anak STM Panzer kelas XII, Arjuna bersalaman dengan Ronald. Jika Arjuna tersenyum tersirat berbagai makna maka Ronald hanya memasang muka masam saja, itulah yang terjadi ketika mereka bersalaman.

    Keesokan harinya, berita tentang Ronald menandatangani dokumen tersebar luas di STM Panzer. Banyak yang kaget mendengar berita tersebut padahal Ronald itu orang yang menolak keras menandatangani perjanjian. Oleh karena itu, untuk membenarkan kesalahpahaman, Eka mengadakan musyawarah besar STM Panzer pada sore hari untuk memberi tahu alasan sebenarnya kenapa Ronald melakukan hal yang berlawanan dengan idealis mayortias anak Panzer. Mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, anak Panzer tidak jadi membenci Ronald dan memaklumi apa yang dilakukan Ronald. Di depan banyak anak Panzer, Ronald berterima kasih sebesar-besarnya kepada semua anak Panzer dan di waktu yang sama, ia menjelaskan bahwa Kosim dan Eka harus dilindungi karena orangnya Arjuna mulai menyerang fisik kepada mereka.Akan tetapi, Kosim dan Eka menolak jika mereka mesti dilindungi. Mereka menganggap mereka sudah cukup kuat jika tiba-tiba diserang orang-orang Arjuna

    Mendengar penolakan mereka, Ronald memutuskan untuk tidak menyuruh anak Panzer melindungi mereka dan kembali, Ronald menekankan kepada para anak Panzer non-perantau untuk bekerja lebih keras agar pendapatan Panzer menignkat. Namun, beberapa anak Panzer menjelaskan kepada Ronald bahwa mereka tidak bisa sering kerja sambilan karena stamina mereka ada batasnya.

    Manguri yang berdiri di dekat Ronald menyarankan untuk tidak memaksa anak Panzer bekerja sambilan melebihi batas kemampuan mereka. Manguri mengutarakan kepada semua bahwa saat ini tak ada cara lain mencari uang selain mencari pekerjaan sambilan baru. Pekerjaan melukis seperti José tak bisa dilakukan lagi karena pameran lukis Majoraan hanya berlangsung 3 bulan sekali. Di lain pihak, penjualan nasi goreng memang merupakan sumber penghasil uang terbanyak untuk Panzer. Akan tetapi, nasi goreng Mahesa hanya dijual pada hari libur saja sehingga anak Panzer harus segera mencari pekerjaan baru yang bisa menghasilkan banyak uang. Musyawarah berakhir dengan keputusan bersama;mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan daripada sebelumnya.
****
    Sepulangnya dari sekolah, Ronald menjumpai ibunya sudah berada di rumah. Tak terlihat bekas luka ataupun penyiksaan pada ibunya. Justru ibunya pulang dengan membawa banyak barang belanjaan layaknya pulang dari tempat wisata. Apa yang sebenarnya terjadi? Pikir Ronald yang kebingungan.

    “Bu, ibu pulang dengan siapa?” tanyanya kepada ibunya. Ibunya yang sedang menjaga toko menjawab dengan senyuman, “Dengan teman ibu. Mereka baru ibu kenal beberapa waktu lalu tapi mengajak ibu jalan-jalan selama beberapa hari dalam acara ulang tahun teman baru ibu. Wah, baik sekali ya mereka mau membiayai semua kebutuhan ibu yang ibu mau!”

    Ronald jadi kaget dan ia kembali bertanya, “Siapa yang ngajak ibu pergi? Laki-laki apa perempuan?”

    “Perempuan lah,” jawab ibunya dengan ceria. Tambah kaget jadinya si Ronald. Ia pikir ibunya itu diculik dan disandera, tapi pikirannya itu bertolak belakang dari kenyataan.

    Di tempat lain, tepatnya di kantor Adjuva…
    .
    “Bos, kenapa anda malah menyuruh para istri-istri Adjuva mendekati ibunya Ronald Sueb? Bukannya menyandera secara kasar seperti apa yang kita lakukan kepada target-target kita sebelumnya?” tanya salah seorang personil Adjuva pada Noprirf.

    Noprirf menaruh cangkir kopinya ke meja kerjanya dan menjawab, “menyandera itu tak perlu dilakukan secara kasar. Kita memang menyandera ibunya Sueb dengan cara yang berbeda dari sebelumnya; menyandera secara halus walaupun lebih memakan banyak dana dibanding biasanya!”
     
  19. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Kosim baru saja selesai menonton anime yang ia tonton di laptopnya. Melihat sudah jam satu malam, ia memutuskan untuk segera tidur. Sebelum beranjak ke ranjangnya, ia terlebih dahulu memasang alarm di jam bekernya dengan menyeting jam 3 pagi agar ia bisa bangun sholat tahajud. Kamar kontrakan yang dihuni perantau Pakuan tersebut agak berbeda dengan kontrakan pada umumnya. Terlihat satu AC yang ada menempel di dinding kasur Kosim dan selain itu, ada juga meja serta lemari yang terlihat cukup bagus bentuknya. Di kamar mandi kontrakan terdapatWC duduk dan shower yang membuat Kosum harus belajar mandi seperti layaknya orang-orang barat. Selain fasilitas yang mirip hotel, terdapat sinyal WIFI yang cukup kencang sinyalnya sehingga dimanfaatkan para penghuni kontrakan (termasuk Kosim diantaranya) untuk bermain internet.

    Dengan membayar Er350,00 perbulan, para penghuni kontrakan akan menikmati fasilitas yang hanya ada di kontrakannya Edah. Namun, jika ada yang berani menjual barang-barang fasilitias kontrakan, bakal dilabrak Edah. Kontrakan Kosim terdiri dari banyak kamar dan beberapa gedung serta bertingkat 3. Rata-rata penghuni kontrakannya Mpok Edah di dominasi pedagang pasar.

    Cukup dekatrumah Edah dengan kontrakannya. Dari 3 gedung punya Edah, ada satu gedung yang dikhususkan untuk tempat tinggal anak buahnya dan di gedung tersebut, tinggal 70 pria dan 45 wanita yang merupakan anak buah dari Edah.

    Kosim tidur dengan lelap dan di tengah sunyinya malam itu, ada beberapa sedan mobil hitam berhenti di depan gubuk Edah. Dari beberapa mobil itu yang berjumlah 8, keluarlah puluhan orang yang tampaknya mafia Maung Briangan. Mereka membawa banyak senjata, baik senjata tajam maupun api. Baju mereka mirip seperti preman dan satu dari mereka ada yang memakai setelan jas hitam layaknya mafia barat, sepertinya dia itu kapten dari rombongan mafia ini.

    Banyak dari mereka bergerak ke pintu-pintu kontrakan dan salah seorang anggota mafia mengarahkan bazoka ke gubuk Edah. Bazoka diluncurkannya dan meledaklah gubuk tersebut. Ledakan tersebut mengagetkan semua orang di kontrakan. Edah menjadi terbangun dan melihat dari jendela kamarnya ada ledakan dari gubuknya. Kebetulan kamarnya ada di lantai 2 jadinya ia bisa melihat dengan jelas ledakan tersebut.

    Edah berpikir bahwa bos Maung telah melanggar perjanjian genjatan senjata selama setahun dan sepertinya, Maung ingin ia mati secepat mungkin agar kekuatan persekutuan para juragan bisa segera hancur. Pada bulan Januari 899, Bhre Arjuna memaksa faksi persekutuan para juragan dan mafia Maung untuk genjataan senjata dengan jaminan tidak usah membayar pajak. Akhirnya, kedua belah pihak sepakat genjataan senjata walaupun usaha Arjuna mendapat kritikan pedas dari Ayudha dan menteri-menterinya. Bagi Arjuna, hal itu adalah terpaksa untuk dilakukan karena jika ia tidak menawarkan hal itu, makin banyak orang tak bersalah tewas.

    Edah langsung mengambil ponselnya dan memberi tahu semua anak buahnya untuk menyambut serangan dadakan dari Maung Briangan. Selain itu, ia memberi komando kepada anak buahnya untuk segera menungsikan para penghuni kontrakannya dari tempat ini yang sebentar lagi jadi ajang pertempuran. Dengan cekatan, ia mengambil pistol dan senapan nya yang disimpan di lemari senjata. Ketika keluar dari kontrakan, Edah melihat puluhan anggota mafia tembak-tembakan dengan anak-anak buahnya di pelosok-pelosok gedung kontrakan.

    Mendadak ingat si Kosim, Edah yang masih memakai masker wajah mengambil ponselnya dan mengirim pesan singkat kepada Kosim untuk segera meninggalkan kontrakan.

    Mendengar ponselnya berbunyi, Kosim pun terbangun. Terdengar suara tembakan dari luar yang membuatnya bingung apa yang sebenarnya terjadi. Ia mengambil ponselnya yang ada di meja dan melihat kontak pesan ponselnya. Dari sekian ribu pesan yang didominasi ancaman Adjuva, ia menemukan pesan dari juragan Edah dan membacanya:

    [“Kosim, bawa barang-barang yang penting dan cepat pergi dari sini! Tempat ini akan menjadi medan pertempuran besar.”]

    Kosim cukup kaget. Sesaat ia menoleh ke jendela, jendela tersebut pecah gara-gara seseorang melompat ke jendela kamar Kosim. Sepertinya, orang tersebut adalah anggota mafia. Orang tersebut tersungkur di lantai dan tampak jelas pecahan kaca menusuk ditiap jengkal badannya. Melihat orang tersebut membawa pistol, Kosim tentu terkejut. Kosim berpikir bahwa orang tersebut ingin membunuhnya padahal orang tersebut melompat ke jendela Kosim hanya untuk bersembunyi. Bodohnya orang tersebut, kenapa ia tak memakai pintu saja yang lebih aman dari melompat ke jendala?

    Tanpa pikir panjang, Kosim langsung meninjak tangan kanan orang tersebut yang memegang pistol. Orang tersebut yang terbujur kaku di lantai tak mampu bangkit hanya bisa pasrah. Kosim meluncuti senjata orang tersebut dan memegangnya agar ia bisa bertahan hidup di tengah pertempuran mafia-juragan Edah. Bisa saja Kosim membunuh orang tersebut tapi ia punya prinsip untuk tidak membunuh orang kecuali dalam situasi antara hidup dan mati.

    Kosim memasukkan laptop, baju seragam, buku-buku,dan barang-barang pentingnya ke dalam tasnya. Ia tak punya cukup waktu untuk mengumpulkan semua barang miliknya karena nyawanya sekarang sedang terancam. Setelah selesai mengumpulkan barang-barang yang dirasa Kosim penting, Kosim keluar dari kamarnya dan ia melihat pertempuran sedang berlangsung. Anak buah Edah bersembunyi dibalik beberapa dinding kontrakan dan menembaki para mafia yang bersembunyi dibeberapa puing bangunan kontrakan yang sudah hancur. Beberapa bangunan gedung kontrakan hancur gara-gara tembakan bazoka mafia dan itulah mengapa sekarang para anak buah Edah mulai terdesak. Anak buah Edah tak mau bertempur secara dekat dengan mafia karena mereka tak jago silat. Perlu diketahui, semua anggota mafia menguasai silat harimau yang cukup disegani di konfederasi.

    Kosim melihat banyak mayat bertebaran di tanah, baik mafia maupun orangnya Edah. Kosim tak mau berlama-lama di tempat ini, ia segera berlari secepat mungkin ke jalan raya yang ia rasa lebih aman dibanding tempat ini. Namun naas, dari kejauhan, salah seorang anggota mafia melihat Kosim dan mengarahkan bazokanya ke Kosim.

    Kosim langsung mengarahkan pistolnya ke mafia tersebut tapi sialnya, peluru tersebut malah tak sengaja menembak kaki orangnya Edah yang berlari menuju mafia pembawa bazoka tersebut. “Sori, maaf ya!” pinta maaf Kosim kepada orang tersebut. Orang tersebut tidak menjawab dan Kosim menganggap ia sudah memaafkannya.

    Sekali lagi, Kosim mencoba menembakan peluru ke orang tersebut sebelum tembakan bazoka menggenainya namun betapa sialnya Kosim, peluru pistolnya sudah habis. Merasa kesal, Kosim pun membuang pistolnya dan mencoba berlari sekencang mungkin untuk menghindari tembakan bazoka. Mafia pembawa bazoka tidak merasa kesusahan melihat targetnya berlari karena target tembakan sudah ia kunci. Bazoka yang ia pegang punya kemampuan menembak target yang sedang berlari jika targetnya sudah dikunci.

    Tiba-tiba, ada mobil sedan yang secara sengaja menabrak pemegang bazoka tersebut. Dari mobil sedan tersebut, keluar 3 orang Adjuva dan mereka menembaki para mafia yang mau menembaki Kosim. Kosim yang terus berlari akhirnya sampai di tepi jalan raya dan tiba-tiba, ada satu mobil sedan berhenti mendadak di depannya dan pintu pun terbuka lalu Noprirf yang ada di dalam berteriak, “Cepat masuk!”

    Melihat pakaian mereka bukan seperti mafia Briangan, Kosim masuk ke mobil tersebut dan berterima kasih kepada Noprirf. Ia dipersilahkan Noprirf duduk di tengah jok. Kosim pun duduk dan ia merasa lega sekaran.Bobil pun berjalan dan tiba-tiba , kedua tangan Kosim langsung di borgol Noprirf secara mendadak. Kosim menjadi bingung dan bertanya pada Noprirf, “Ke..kenapa bapak memborgol saya? Apa salah saya dan satu lagi, siapa kalian?”
    “Tak perlu tahu siapa kami sebenarnya tapi yang jelas, kau harus menandatangani perjanjian peralihan tanah!” ancam Noprirf. “Dan satu lagi, saya sarankan untuk tidak dekat-dekat dengan Mpok Edah!”

    “Memangnya kenapa? Apa hak kalian melarang saya berguru dengan Edah?” tanya Kosim yang sedikit kesal dengan Noprirf. Ia baru sadar kalau mereka ini adalah para Adjuva yang terpaksa bertarung di medan pertempuran hanya untuk mendapat kesempatan emas menangkapnya. Hari ini ia mendapatkan pelajaran baru; jangan sembarangan percaya kepada orang yang tiba-tiba menawarkan masuk mobil di tengah pertempuran.

    “Sekarang, Edah dan orang-orangnya baru saja memulai perang dengan mafia Briangan. Jika kau dekat dengan Edah bisa-bisa kau masuk ke dunia kegelapan Yabar. Jangan sampai kau masuk kegelapan Yabar! Sekali kau masuk, kau tak akan bisa keluar lagi seperti semula,” tutur Noprirf. “Dunia gelap Yabar lebih kejam daripada kami, orang-orang pemerintah Yabar!”

    Kosim mengerti. Jika ia dekat dengan Edah bisa saja dirinya diincar orang mafia dan itu berarti nyawanya bakal terancam. Selama ini, nyawanya belum diancam siapapun termasuk para Adjuva tapi jika ia berani masuk ke dunia gelap Yabar, itu berarti ia harus siap dibunuh atau membunuh kapan saja. Tentu saja Kosim tak mau seperti itu. Lebih baik menjaga jarak dengan Mpok Edah sampai perang mafia usai.

    Melihat di dalam mobil ini ada 4 orang Adjuva termasuk Noprirf yang duduk di sebelah kirinya, Kosim yang duduk di tengah jok belakang mobil merasa dirinya perlu kabur supaya ia tidak disiksa para Adjuva dan yang menjadi pertanyaannya, bagaimana ia bisa melawan 4 orang Adjuva ini kalau tangannya diborgol?

    Kosim melihat ke belakang dan melihat ada satu mobil sedan yang tadi menabrak pembawa bazoka mengikuti mobil ini. Terlihat bekas banyak tembakan di mobil tersebut walaupun tidak sampai membuat mobil tersebut meledak.
    Di jendela pintu mobil baik kiri maupun kanan, ia melihat jalanan cukup sepi dari kendaraan bermotor. Maklum saja, tengah malam begini di jalan-jalan Pancon cukup sepi dari kendaraan. Dengan jalanan yang sepi, sering terjadi aksi balapan liar yang meresahkan warga.

    “Oh ya, apakah kau tahu mau dibawa kemana kau?” tanya Noprirf kepada Kosim. Sepertinya Noprirf ingin mencoba akrab dengan Kosim untuk meluluhkan keteguhan pendirian Kosim yang bersikukuh untuk tidak menandatangani perjanjian.

    “Ke tempat penyiksaan kan?”

    “Salah Sim. Yang benar adalah ke kraton Yabar!” ujar Noprirf. “Kau akan langsung menandatangai perjanjian. Kami takut jika kami bebaskan kau, kau tidak akan melakukan apa yang kami suruh!”

    “Ha, itu betul sekali. Dan siapa kau sebenarnya? Tampaknya kau bukan orang Arjuna biasa?” penasaran si Kosim atas Noprirf.

    “Noprirf, pemimpin dari orang-orang rahasia Arjuna!” jawab Noprirf. “Nggak perlu tahu sebutan kami itu apa!”

    “Oh,” mengerti Kosim. “Ada sesuatu yang menganjal pada diri saya, kenapa saya harus menandatangani perjanjian ditengah malam ini? Bukannya Bhre atau Patih sudah tidur lelap di rumah mereka?”

    “Dokumen dapat ditandatangani tanpa Bhre atau Patih selama yang menandatangani adalah orang yang berhak menandatangai dokumen! Itulah yang Bhre kasih tahu kepada saya beberapa waktu lalu,” tutur Noprirf. “Dan sekarang, lebih baik kau tidur saja. Jika kita sudah sampai, kau akan kami giring ke kraton dan di sana, kau akan menandatangani perjanjian. Setelah itu, kau bisa bebas dari intimidasi kami.”

    “Oh ya. Ada lagi yang ingin aku tanyakan, kenapa kalian mengirim pesan singkat kepada semua anak Panzer selain aku, Kak Eka, dan Kak Ronald? Bukankah mereka tidak terlibat dalam proses penandatanganan dokumen?”

    “Kami sengaja mengirim pesan ancaman kepada semua anak Panzer supaya ada beberapa anak Panzer mencoba membujuk kalian untuk menyerah saja. Tapi apa hasilnya? Nihil walaupun sampai sekarang kami tetap mengirim pesan tersebut kepada semua anak Panzer termasuk kau!” tutur Noprirf dan ia menyudahi pembicaraan. Noprirf langsung memandangi pemandangan disepanjang perjalanan lewat jendela pintu mobil yang ia tumpangi.

    Kosim mulai berpikir apakah ia bisamelarikan diri dari pada Adjuva. Jika ia melawan mereka di mobil ini dengan keadaan tangan di borgol, kemungkinan kalah cukup besar. Namun, jika Kosim melawan mereka saat ia mau menandatangani dokumen, 100% ia pasti kalah karena kraton merupakan sarang pasukan-pasukan terlatih Arjuna. Oleh karena itu, sekarang hanya ada dua opsi;menyerah atau bertarung sekarang juga. Dan Kosim sudah memutuskan apa yang ia ingin perbuat; bertarung.

    Ketika mobil bergoyang gara-gara melewati polisi tidur, Kosim langsung menyikut keras muka Noprirf dan akhirnya, ia terlibat baku hantam dengan para Adjuva di mobil. Walaupun di borgol, Kosim memberikan perlawanan berarti kepada lawan-lawannya.

    Pertarungan yang berlangsung di mobil tersebut cukup sengit. Sikutan dan tendangan dihempaskan Kosim ke leher dan badan Adjuva. Sebaliknya, Noprirf dan para Adjuva menangkis semua serangan Kosim dan menyerang balik Kosim dengan segala cara;tinjuan, kepertan, sanggahan, dan lain-lain.Pertarungan tersebut akhirnya berakhir dengan kekalahan Kosim setelah ia dipingsankan Noprirf dengan pukulan keras di leher. Kosim pingsan dan kakinya langsung diborgol supaya ia tak mampu menendang-nendang para Adjuva. Muka Kosim terlihat bonyok gara-gara melawan para Adjuva. Sedangkan, muka Noprirf dan para Adjuva hanya memar sedikit. Pelajaran kedua yang didapatkan Kosim hari ini; jangan pernah bertempur di dalam mobil jika kemampuan silatnya belum tinggi!

    Dalam hati Noprirf, ia terkesima pada anak Panzer yang bisa bertempur sekuat tenaga dalam keadaan diborgol tangannya. “Kalau saja nih anak bukan targetku, aku bisa saja memberikan saran kepada Rakryan Temunggung Wirajuda untuk menangkatnya secara langsung menjadi Bhayangkara pengawal! Anak ini punya bakat yang hebat,” ujar Noprirf dalam batin.

    Sesampainya di kraton, Kosim dibangunkan oleh para Adjuva. Kosim yang baru siuman terkaget pas melihat ia sudah ada di depan kraton. Suasana kraton pada malam itu cukup sepi. Tak terlihat aktivitas dari manusia selain aktivitas pasukan penjaga pos masuk kraton. Dengan digiring beberapa Adjuva, Kosim dibawa ke dalam ruangan aula kraton yang cukup terang penerangannya. Di sana, Kosim dilepas borgol kaki dan tangannya oleh Noprirf. Melihat kedua tangan dan kakinya bisa ia gerakan secara leluasa, Kosim berpikiran untuk melarikan diri namun melihat banyak Adjuva menggelilinginya, niat tersebut diurungannya.

    Di depan hadapan Kosim, ada Noprirf yang memberikan sebuah dokumen yang sudah ditandangi 5 orang; Mahapatih, Arjuna, Panji, Ronald, dan Daeng.Melihat keadaannya terdesak, Kosim pun terpaksa menandatangani dokumen tersebut. Selagi ia menandatangani, Kosim berkata dalam hatinya, “Semua, maafin gue ya!”

    Setelah Kosim selesai menandatangani, para Adjuva langsung memukul lehernya dengan keras yang menyebabkan ia pingsan di tempat. Kosim langsung dimasukan ke dalam karung beras dan dibuang Adjuva ke suatu tempat yang tak diketahui di daerah Yabar.Ketika Kosim siuman, ia keluar dari karung dan melihat dirinya ada di tempat pembuangan sampah Bagasi, suatu daerah yang ada di pinggir Republik Yabar. Gema azan Subuh terdengar dan menandakan sekarang sudah masuk waktu Subuh. Kosim segera mencari masjid untuk sholat dan setelah ia menunaikan sholat, Kosim menaiki angkot untuk pergi ke Pancon. Ia berencana untuk melihat situasi kontrakannya, siapa tahu sudah selesai pertempuran Edah-Mafia.

    Sesampainya di depan kontrakan Edah pada jam 7 pagi, Kosim melihat garis polisi di sekeliling reruntuhan bangunan. Kontrakan Edah terlihat sudah hancur semua dan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Terlihat banyak Bhayangkara yang sedang mengangkat beberapa reruntuhan bangunan untuk mencari orang-orang yang masih terjebak di reruntuhan bangunan. Selain para Bhayangkara, terlihat banyak masyarakat sekitar mengunjungi tempat bekas tempuran ini, namun para Bhayangkara melarang mereka memasuki garis polisi.

    “Kosim!” sahut Senopati Cahyono melihat ada Kosim di depannya. Senopati menghampirinya dan bertanya kepadanya, “Sedang apa kau?”

    “Melihat para Bhayangkara bekerja,” jawab Kosim. “Senopati, kenapa kontrakan Mpok Edah bisa hancur semua? Seberapa dahsyatnya pertempuran kelompok Edah dengan Maung Briangan? Dan kemana sekarang Mpok Edah?”

    “Sangat dahsyat! Bala bantuan Maung terus berdatangan sehingga Edah terdesak. Menurut intel kami, Edah bersama anak buahnya yang masih hidup mundur karena tak bisa mempertahanan kontrakan mereka,” jawab Senopati yang terlihat melipat tanganya. “Para penghuni kontrakan Edah yang tak ada sangkut pautnya dengan kejadian ini banyak yang menjadi korban keganasan mafia. Korban dari pertempuran tadi malam sekitar 345 orang, baik yang bertarung
    maupun pihak sipill! Oh ya sim, apakah kamu tadi malam ada di kontrakan Edah?”

    Kosim menangguk. “Apakah kau terlibat pertempuran dengan mafia?” Tanya Senopati penasaran.

    “Hanya sebentar. Saya fokusnya melarikan diri dari sini dan…” Kosim berhenti berkata karena bingung apakah ia harus menceritakan soal Noprirf dan Adjuva kepada Senopati Cahyono.

    “Dan apa?” Tanya Cahyono penasaran.

    “Dan saya selamat,” sambung Kosim.

    “Syukurlah,” senyum Senopati. “Jadi Kosim, dimana sekarang kau mau tinggal?”

    “Entahlah. Mungkin saya akan mencari kontrakan lain.”

    “Bagus. Semoga sukses ya,” kata Senopati lalu ia meninggalkan Kosim. Kosim memegang mukanya dan masih bisa merasakan sakit dari luka-luka bekas bertarung. Ia bersyukur karena Senopati tidak menanyakan kenapa mukanya
    bonyok. Melihat tempat tinggalnya hancur, Kosim berpikir, “Jadi, dimana aku harus tinggal?”
    ****
    “Jadi, kalian tembak-tembakan dengan pasukan Maung Briangan untuk menyelamatkan target kalian?” Tanya Arjuna kenapa Noprirf. Noprirf yang berdiri di depan meja kerja Arjuna pun menangguk.

    Arjuna menghela nafas. “Perang mafia dimulai. Walaupun posisi aparatur negara adalah netral di perang ini, kita harus melindungi masyarakat yang tak bersalah dari perang,” jelas Arjuna pada Wirajuda yang kebetulan ada berdiri di sebelah kanan Noprirf. “Wirajuda, apakah kau siap mengerahan Bhayangkara mengamankan wilayah-wilayah berrpotensi menjadi medan perang mafia-persekutuan juragan?”

    “Siap Bhre. Saya akan mengerahkan para perwira terbaik Bhayangkara untuk menjaga keselamatan mereka,” kata Wirajuda sambil menepuk dadanya. “Bhre, apakah kita harus melawan jika kita diserang baik dari pihak Maung maupun Juragan?”

    “Boleh,” kata Bhre memberikan izinnya kepada Wirajuda. “Dan yang pasti, baik pihak Maung maupun Juragan harus segera kita damaikan seperti tempo dulu agar rencanaku dapat berjalan dengan lancar!”

    “Baik Bhre,” tegas mereka berdua sambil menepuk dada.
     
  20. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Kosim berhasil mendapatkan tempat tinggal dengan menumpang di masjid yang ada di dekat kontrakannya. Di masjid besar tersebut, ia bekerja sebagai marbot masjid yang ditugaskan ketua DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) untuk membersihkan masjid dan mengumandangkan azan saat waktunya. Pihak masjid memberikannya makan 3x dan upah sebesar Er5,50 setiap hari. Upah tersebut cukup membiayai kebutuhan hidup perantau tersebut. Kosim sudah cukup lama kenal dengan pihak DKM masjid Al-Karim semenjak ia sering ikut buka puasa bersama di masjid.

    Kontaknya dengan Mpok Edah sudah terputus semenjak kejadian serangan mafia. Setiap kali Kosim mengirimkan pesan kepada juragan tersebut, tak ada jawaban. Dan dengan ditandatanganinya dokumen, Kosim tak mendapatkan lagi pesan ancaman dari Adjuva dan hal itu sama dialami kepada Ronald. Pada hari Senin, 24 September 899, Kosim menceritakan kejadian yang ia alami dari serangan Maung sampai dipaksa menandatangani dokumen oleh Adjuva kepada Eka, Ronald, Manguri, dan Guntur sewaktu pulang sekolah. Mendengar hal itu, mereka tidak dan memaklumi perbuatan Kosim karena waktu itu, Kosim sangat sudah terdesak. “Jadinya, tinggal satu orang yang menjadi incaran orang-orang Arjuna; Eka,” kata Manguri menatap Eka yang ada di sebelahnya.

    “Benar sekali apa yang dikatakan Manguri. Eka, lo sekarang mesti hati-hati karena jika lo ditangkap dan terpaksa menandatangan, usaha kita akan berakhir dan mereka, Arjuna dan kroninya bakal menang!” tambah Ronald yang terlihat memegang raket listrik yang masih baru.

    “Tenang saja. Gue akan berusaha melawan mereka jika mereka menyerang gue!” tutur Eka sambil melipat tangan, ia terlihat senyum-senyum sendiri.“Lawan gue sama saja menantang kerambit ini,” tambah Eka sambil mengeluarkan dua buah kerambit dari bajunya.

    “Jika ada yang mau melawan bos, hadapi dulu anak buah setianya,” kata Guntur dengan bangga. Melihat anaknya buahnya mau memasang badan jika ada orang mau melawannya, Eka memegang kepala gundul Guntur dan mengelus-elusnya. “Bagus sekali semangatmu Tuyul,” ujar Eka.

    “Bos, bisakah mulai sekarang jangan panggil gue Tuyul?”
    ****
    Minggu, 30 September 899

    Di halaman belakang kraton Yabar di siang menjelang sore, terlihat Panji sedang bercengkrama dengan Arjuna yang dikawal 4 pengawalnya dan salah satu pengawalnya ada Jaka Tingkir, kapten iblis yang menjadi momok menakutkan para teroris yang ingin membunuh Arjuna. Arjuna terlihat senang mengobrol dengan Panji. Terlihat Bhre mukanya ceria sementara lawan bicaranya tak terlihat memasang ekspersi apapun. Hal itu sudah wajar buat Panji dan malah aneh kalau misalnya Panji tersenyum ataupun marah. Kalau Panji begitu maka semua kerabat dekatnya bakal memeriksa itu beneran Panji atau tidak. Di halaman yang ditumbuhi banyak pohon beringin terlihat banyak kucing berkeliraan kesana kemari sehingga tempat ini di sebut Arjuna “taman kucing”. Jika ada waktu luang, Ayudha akan mendatangi tempat ini dan memberi makan kucing-kucing tersebut.

    “Jadi Panji, bagaimana kabarnya STM Panzer? Apakah baik-baik saja?” tanya Arjuna penasaran.

    “ Iya Bhre. Baik dan terkendali seperti biasa walaupun mereka, anak-anak Panzer masih saja mengumpulkan uang sampai saat ini. Dan hari ini Bhre, tank mereka sudah dikirim ke Nusatoro. Tapi tetap saja, mereka tak akan mendapatkan uang untuk membayarkan seluruh hutang sampai tanggal 20 Oktober 899!” tutur Panji.

    “Benar itu,” setuju Bhre. “Oh ya Panji, aku penasaraan dengan tank buatan STM Panzer Yabar. Bisakah kau jelaskan keunggulan tank tersebut daripada tank-tank lain?”

    “Baiklah Bhre. Akan saya jelaskan tank buatan kami,” kata Panji dan ia memulai menjelaskan keunggulan tank tersebut kepada Bhre. Tank baru buatan STM Panzer menurut Panji memakai teknologi canggih dan bentuk tank tersebut tak jauh beda dengan tank-tank lain. Tank tersebut bisa melintasi daerah berlumpur dengan cepat dan bagus dalam bermanuver sehingga menjadi nilai tambah dari tank buatan STM Panzer Yabar. Tank tersebut dinama “Tanjor” oleh anak-anak Panzer dan Panji setuju saja dengan memberian nama seperti itu. Jika STM Panzer Yabar sudah mengirim tank ke pusat, maka Panzer Wenker sudah terlebih dahulu mengirim tank dengan jumlah yang tentunya lebih banyak dari Yabar. Tank buatan Wenker sama persis dengan tank Yabar karena design yang mereka pakai sama dan selain itu, harga jual tank Yabar maupun Wenker sama.

    Setelah menjelaskan tentang tank, Panji menanyakan apakah Bhre menuruti permintaan Panji soal jangan intimidasi anak Panzer. Semenjak mendengar berita tentang Kosim menandatangani dokumen yang membuat perantau tersebut mesti mengalami pertarungan dengan Adjuva di dalam mobil. Panji mendatangai Bhre dan memintanya untuk tidak menintimidasi anak-anak Panzer walaupun Bhre ingin sekali tanah Panzer. Bhre dengan senang hati menuruti permintaan Panji karena baginya, Panji adalah orang yang penting gara-gara ia sering memberikan saran berguna kepada Bhre. Bhre merasa tak apa jika ia tidak mengintimidasi anak Panzer lagi, toh STM Panzer dalam waktu dekat akan jatuh kepadanya (dengan keyakinan anak Panzer tak mampu membayarkan hutang sekolah Panzer).

    Bhre kembali bertanya soal nasib Panji setelah STM Panzer Yabar dibubarkan. Panji mengatakan kepada Bhre bahwa ia fokus bekerja sebagai pengusaha saja . Selain itu, ia menyatakan ingin mencoba-coba mengajar di beberapa peguruan tinggi di Yabar.

    “Panji Samudra, apakah kau mau menjadi tim suksesku pada masa kampanye dari tanggal 5 Oktober sampai 1 November 899? Jika kau mau, aku bisa bagi keuntungan kepadamu jika saja aku terpilih kembali menjadi Bhre,” tawar Bhre sambil memasang senyum di mukanya.

    “Tidak. Terima kasih Bhre atas tawaran baikmu!” tolak Panji atas tawaran Bhre,”Aku tidak suka berurusan dengan politik dan itulah mengapa aku menolak tawaranmu.”

    Bhre hanya tersenyum lesu mendengar tawaran mengiurkannya ditolak halus oleh orang tak berekspersi tersebut. “Panji, ayo kita makan nasi goreng buatan anak sekolahmu, nasi goreng STM Panzer,” kata Bhre sambil memegang sendoknya.

    Bhre dan Panji langsung memakan nasi goreng STM Panzer yang dari tadi sudah ada di sana. Mendengar anak Panzer menjual nasi goreng, Bhre tertarik mencicip rasa nasi goreng yang dijuluki orang banyak sebagai “nasi goreng terenak se-konfederasi”. Ia menyuruh para pengawalnya untuk membeli dua bungkus nasi goreng pada siang hari. Sekarang, nasi goreng STM Panzer sudah terkenal di Yabar dan seluruh Negara-negara konfederasi. Banyak orang luar Yabar rela untuk memakan nasi goreng tersebut dan menyebabkan Mahesa bisa meraup untung diatas Er6.000,00. Sekarang juga, kios STM Panzer di Majoraan sudah berkembang dan orang yang bekerja tak hanya anak X-I saja, tapi hampir seluruh anak kelas X suka rela bekerja di kios tersebut.

    Sesuap nasi masuk ke kerongkongan mereka berdua dan respon mereka…..”Menakjubkan,” teriak Bhre sambil menangis gara-gara tak pernah merasakan nasi goreng seenak ini. “Tapi PEDAS!”

    Bhre langsung mengambil gelas air minumnya dan menghabiskannya. Sementara itu, respon yang sama dialami Panji. Ia juga menangis tersedu-sedu setelah mencicip nasi goreng tersebut. Rasa pedas yang menggeruguti lidah Panji memaksanya untuk menghabiskan gelas airnya. Melihat rasa pedas tersebut tak kunjung hilang, Panji mengeluarkan sebotol susu sapi dan meminumnya. Akhirnya, rasa pedas tersebut hilang juga dari lidah Panji.
    Sementara itu, Bhre masih kepedasan dan meminta para pengawalnya untuk membawakannya jus alpukat. Namun, Jaka mengingatkan Bhre untuk tidak memasang minuman yang manis karena dokter menyarankan untuk tidak makan manis-manis agar gula darahnya tak naik. Bhre pun akhirnya mengerti.

    Melihat Panji meminum susu, Bhre kembali memberi perintah kepada Jaka, “Jaka, bawakan aku susu!”

    “Susu apa nih?” Tanya Jaka kebingungan. “Susu asli apa oplosan?”

    “Susu sapi asli lah!” jawab Bhre kesal,”CEPAT YA!”

    “Baik,” tegas Jaka lalu ia pergi meninggalkan tempat. Ketika Bhre menunggu susunya tiba, Panji dengan sibuk menikmati nasi gorengnya. Rasa senang terlihat di muka Panji, padahal tak Panji belum pernah menunjukan ekspersi sebenarnya kepada orang lain. Melihat Panji senyum-senyum sendiri, Bhre menjadi terkejut dan bertanya, “Hei, kau beneran Panji atau bukan?”

    “Aku Panji Samudra Bhre,” katanya sambil mengunyah nasi goreng.
    
“Enak sekali nasi goreng ini! Ternyata anak-anak muridku punya bakat-bakat terpendam!”
    ****
    Senin, 1 Oktober 899
    “Eka, berapa total uang kita saat ini,” tanya Ronald
    . Ronald terlihat sedikit stres gara-gara dari kemarin, ia memikirkan keuangan STM Panzer yang terancam tak bisa mengumpulkan Er10.504.300,00 sebelum batas pembayaran.

    Eka membuka buku tulisnya yang ia gunakan untuk mendata keuangan akun STM Panzer. “Uang STM Panzer sekarang ada sekitar Er5.932.945,00!” tutur Eka sambil membaca bukunya yang merupakan komplikasi buku tabungan akun STM Panzer, dan sebagainnya “Total emas yang masih disimpan ada sekitar 20 Kg. Sedangkan untuk Doller sebesar Dlr225.000,00.”

    “Uang kita bertambah drastis setelah uang penjualan tank bisa kita dapatkan. Tank kita dibeli seharga Er5.400.000,00,” tambah Eka. “Tuyul, harga emas dan doller sekarang berapa?”

    Guntur alias Tuyul membuka korannya dan melihat bagian ekonomi. “Bos, kalau Bos mau jual emas 20 Kg sekarang, mungkin bisa dapat Er75.000,00,” kata Guntur. “Dan juga, kalau bos menjual Dlr225.000,00 sekarang, mungkin bisa dapat Er787.500,00 gara-gara 1 Dlr setara dengan Er3,50!”

    “Jadi, bisa disimpulkan kalau sekarang harga doller sedang turun, sedangkan harga emas naik!” kata Manguri yang menyimpulkan apa yang dikatakan Guntur.

    “Mengapa doller bisa turun?” tanya Ronald pada Manguri.

    “Karena perekonomian Konfederasi lebih bagus dibanding bulan lalu,” jawab Manguri seraya memegang dagunya. “Gue memperkirakan harga doller makin lama makin turun dan tidak bagus menukarkan doller di bulan Oktober ini!”

    “Jadi, kita mesti apa? Kita tak bisa begini terus. Kita harus bisa mendapatkan 10 juta erak sebelum batas pembayaran hutang!” kata Ronald yang mulai kebingungan.

    Semua terdiam. Tak ada yang berani memberi saran karena otak mereka tak bisa berpikir lagi apa yang mereka harus lakukan. Namun ada satu dari mereka yang masih bisa memberikan .

    “Pinjam uang dari bank?” usul Guntur.

    “Tuyul, itu sama saja hutang dibayar hutang!” tolak Eka. “Kita harus cari cara untuk mendapatkan uang banyak dan mungkin saja dengan ikut lotre, kita bisa dapat uang banyak.”

    “Kak Eka, saya tidak setuju jika kita ikutan judi di kasino!” tolak Kosim. “Pasalnya, judi itu tidak bagus! Baik secara norma sosial maupun norma agama.”

    “A-Ah Kosim, gue hanya bercanda soal itu tapi tak bisa dipungkiri, lotre adalah penghasil uang banyak dalam waktu singkat,” kata Eka. “Jadi, ada yang punya ide buat ngumpulin uang banyak?”

    “Bagaimana kalau kalian pergi temui rival Arjuna, Cakra,” kata Ki Dang yang tiba-tiba datang ke belakang toilet.

    Semua anak Panzer menoleh ke Ki Dang dan cukup terkejut dengan kehadiran manula tersebut. “Kenapa kami mesti bertemu dengan Dyah Cakra?” tanya Ronald.

    Ki Dang seraya bersandar di dinding, ia menjawab, “Cakra adalah lawan dari Arjuna dan kalian sekarang melawan Arjuna yang berarti kalian harus bersekutu dengan Cakra karena punya kesamaan. Ini harus kalian lakukan demi target kalian tercapai!”

    “Maksudnya Ki kami minta uang sama dia?” tanya Kosim yang menduga-duga maksud dari Ki Dang.

    “Ya,” jawab Ki Dang, “Mungkin saja dengan berdiskusi dengannya, dia mau menghibahkan 4 juta erak untuk kalian. Kalian tahukan kalau kekayaan Dyah Cakra itu mencapai 260 juta Erak karena ia adalah orang terkaya keempat di konfederas inii!”

    “Ehm, sepertinya ide Ki Dang bisa kami gunakan,” ujar Ronald sambil memegang dagunya. “Eka dan Manguri, kalian berdua pergi ke rumah Cakra ya pas sore besok!”

    “Baik kak,” tegas Eka dan Manguri.

    ****
    Selasa,2 Oktober 899

    Pada sore hari sepulang sekolah, Eka dan Manguri tidak mengikuti diskusi yang biasanya mereka ikuti di belakang toilet Panzer. Dengan menaiki motor masing-masing, mereka pergi ke rumah Cakra yang ada di dekat Pasar Minggu. Ketika mau masuk ke rumahnya Cakra yang pengamanannya cukup ketat, mereka diperiksa terlebih dahulu dan beruntung, mereka berdua tidak membawa senjata bahaya karena mereka tahu kalau ada satu dari mereka masuk dengan membawa senjata, mereka bakal ditendang satpam sebelum menemui Cakra.

    Memasuki rumah Cakra, Manguri dan Eka melihat halaman rumah Cakra sangat luas. Luasnya kira-kira kurang lebih sama seperti luasnya STM Panzer. Di taman tersebut terdapat beberapa air mancur yang cukup indah bagi anak-ana STM tersebut.Dengan berjalan kaki, mereka berdua yang diantara beberapa saptam menemui Cakra di ruangan tamu. Dyah Cakra menyambut mereka dengan hangat. Ia terlihat seperti orang yang ramah dan tutur bahasanya cukup bagus dibanding Arjuna. Jika Cakra memakai baju mewah Nusatoro (karena ia keturunan bangsawan Nusatoro), maka anak Panzer memakai baju seragam mereka.Para pelayan Cakra menandatangi meja dan memberikan banyak hidangan lezat sebagai persembahan kepada tamu Cakra.

    Manguri tak mau membuang waktunya untuk mencicipi semua hidangan Cakra, ia langsung mengatakan tujuannya datang kesini dan menceritakan hutang STM Panzer. “Berapa yang kalian perlukan untuk membayar hutang?” tanya Cakra sambil melipat tangannya. Sepertinya dia berminat membayarkan hutang STM Panzer karena lawan politiknya, Arjuna terlibat dalam penagihan hutang STM Panzer.

    “Er3.708.855,00!”jawab spontan Manguri. Di sebelah Manguri ada Eka yang sedang mencicip semua hidangan yang ada di atas meja. Bagi Eka, ia tak pernah merasakan makanan-makanan tersebut walaupun orang berkacamata hitam itu anak juragan sedot tinja.

    Cakra memegang dagunya dan dengan senyuman, ia berkata, “Maaf, mungkin saya tak bisa membantu kalian.”

    Manguri dan Eka terkejut. Eka yang sedang makan ayam pun bertanya, “Ke-kenapa pak?”

    “Terlalu besar uang itu dan saya harap kalian mengerti bahwa pemilu akan datang. Kalian tahu kan kalau dana kampanye itu tidaklah murah. Jadinya, keuangan saya sedang dikuras habis untuk memenangkan pemilu ini. Jadi sekali lagi, maaf!” jelas Cakra."Saya harap kalian sukses mengumpulkan uang."

    Manguri mulai memutar balikan otaknya untuk mencari cara agar Cakra mau membantu mereka. Ia ingin Cakra memberikan uang Er3.708.855,00 secara cuma-cuma dengan dalil untuk mengalahkan Arjuna. Namun yang menjadi pertanyaan besar Manguri, bagaimana caranya membujuknya?

    Manguri tahu kalau Cakra ingin mengalahkan Arjuna di segala bidang dan ia ingin menyeret Cakra masuk ke masalah STM Panzer. Menurut kepercayaan lokal Yabar, jika ada seorang pemimpin kalah melawan rivalnya, maka rivalnya harus diangkat menjadi pemimpin selanjutnya. Kepercayaan tersebut sudah diketahui Cakra dan itulah mengapa Cakra ingin sekali mengalahkan Arjuna. Namun melihat penolakan Cakra, sepertinya pengusaha emas tersebut tak ingin terseret dalam kasus Panzer Yabar, pikir Manguri. Ia harus merangkai kata-kata dengan baik agar Cakra tidak marah. Manguri tak bisa membayangkan kalau bangsawan tersebut marah karena biasanya orang murah senyum itu marahnya lebih dari orang yang suka marah.

    Ditengah Manguri sedang berpikir, Eka yang selesai mencicipi semua hidangan menatap Cakra dan berkata, “Dyah Cakra, apakah anda tak berfikir kalau anda memberikan uang 3 juta erak sama saja anda terlibat dalam perlawanan kami kepada Bhre dan anda pasti tahu kalau mengalahkan Arjuna sama saja tahta Bhre sudah anda dapatkan!”

    Cakra dan Manguri terperangah mendengar perkataan Eka, padahal dari tadi pria berkacamata hitam tersebutsibuk makan. “Harusnya aku yang mengatakan hal itu,” kata Manguri dalam hatinya. Manguri merasa apa yang ia mau katakan dikatakan terlebih terdahulu dikatakan oleh kakak dari Eko tersebut.

    Cakra tersenyum sedikit mendengar ucapan anak Panzer tersebut. “Kalian masih terlalu muda untuk memahami politik Yabar dan sebaiknya, kalian pulang sekarang! Hari mulai gelap dan walaupun kalian anak STM, tak baik pulang malam-malam,” ujar Cakra secara halus mengusir mereka berdua.

    Manguri dan Eka bangkit dari tempat duduknya lalu bersalaman dengan rival Arjuna tersebut. Mereka meninggalkan rumah tersebut dengan wajah orang-orang yang gagal menjalankan misinya. Keesokan harinya, Manguri dan Eka menjelaskan kejadian kemarin sore kepada Kosim, Ronald, dan Guntur. Mereka mengaku menyesal karena tidak bisa merayu Cakra untuk memberikan uang.

    “Jadi, gimana sekarang? Pendapatan kemarin sekitar Er1.720,00 dan sekarang Er1.640!” tutur Guntur yang membaca buku keuangan STM Panzer. “Bos, kenapa bisa turun pendapatan STM Panzer?”

    “Tuyul, penyebabnya tak lain adalah uang jajan anak STM Panzer mulai nggak banyak lagi seperti dulu dan entah kenapa bisa begitu!” jawab Eka seraya mengelus-elus kepala gundul Guntur. Mengelus-elus kepala merupakan kebiasaannya yang sudah dianggap biasa oleh Guntur.

    “Jadi bos, apakah kita tidak minta bantuan orang tua lo buat dapat uang banyak? Kan bapak bos itu juragan!” usul Guntur pada Eka.

    “Ah gue bukan tipikal orang yang suka minta bantuan kepada orang tua!” kata Eka.”Uang hasil kerja sendiri lebih terasa rasanya dibanding uang pemberian orang tua.”

    Kosim, Manguri, dan Ronald setuju dengan pernyataan Eka, uang hasil sendiri lebih terasa keringatnya dibanding dikasih orang tua. Jarang-jarang bagi mereka bertiga meminta uang kepada orang tua mereka karena menanggap sudah waktunya orang tua yang menerima uang dari anak sebagai bentuk berbakti kepada orang tua.

    “Jadi, ada yang punya ide menambah pemasukan kita? Sumber penghasil uang kita, nasi goreng STM Panzer mulai terancam gara-gara isu tak benar tentang nasi goreng Panzer memakai formalin!” terang Eka. “Pasti mereka, orang-orang Arjuna yang menyebar isu tersebut,” sambungnya padahal tak benar. Aslinya, yang menyebar itu adalah para pedagang makan di Majoraan yang merasa usahanya lesu gara-gara nasi goreng Mahesa. Oleh karena itu, sebagian dari mereka diam-diam menyebarkan isu tersebut. Jika saja mereka ketahuan anak Panzer, pastinya Eka akan menyerang mereka dengan kerambitnya. Maklum, Eka tak bagus mengendalikan emosi jika mendengar ada orang yang mencoba menusuknya dari belakang.

    Mempikirkan cara menaikan pendapatan membuat kelima orang tersebut menjadi pusing dan bingung. Kosim menatap ke langit dan melihat cuaca sore ini cukup cerah. Terlintas suatu ide yang mungkin akan membantu ia dan teman-temannya menemukan ide baru. “Semua, bagaimana kalau kita berdoa saja kepada Allah swt agar diberikan kemudahan dalam memikirkan ide baru?” usul Kosim kepada mereka semua.

    Karena kebetulan mereka semua itu muslim, mereka setuju saja dengan usul Kosim. Akhirnya, mereka berdoa dengan dipimpin Kosim yang dianggap paling alim oleh murid-murid STM Panzer. Dengan khusyunya, mereka berdoa agar mereka ditunjukan ide baru untuk meningkatkan pendapatan Panzer. Selama ini, anak-anak Panzer menghindar memakai cara yang tidak baik; berjudi, malak orang dan semacamnya yang sudah menjadi ciri khas kenakalan anak STM. Kenapa mereka menghindari cara-cara tersebut yang mungkin saja bisa menaikan pendapatan lebih dari sebelumnya? Ini semua gara-gara kesepahaman Ronald, Eka, dan Kosim yang ingin mencari uang dengan cara yang benar. Kalau Eka atau ada orang-orang yang menusulkan untuk ikutan lotre dan semacamnya, itu hanya canda belaka saja. Selain itu, mereka juga bertekad membuktikan kepada Arjuna, kroni-kroninya bahkan tuhan bahwa mereka, murid-murid STM Panzer bisa mendapatkan uang jutaan erak dengan cara yang bersih padahal untuk mendapatkan uang tersebut dengan cepat hanya satu caranya; menjadi koruptor.

    Mendengar mereka berdoa dengan khusyu, Ki Dang yang dari tadi bersembunyi di balik dinding toilet tergerak hatinya untuk membantu mereka. Selama ini, Ki Dang memposisikan diri netral dalam kasus hutang Panzer. Ki Dang keluar dari persembunyiannya dan mengejutkan anak-anak Panzer yang baru saja selesai berdoa. “Bolehkah saya membantu kalian dengan cara; bertemu Cakra dan membuatnya ada di pihak kalian?” tawar Ki Dang kepada mereka semua.

    Kosim dan keempat orang tersebut dengan senang hati menerima tawaran Ki Dang. Ketika Eka menanyakan bagaimana caranya Ki Dang membujuk Cakra agar mau ikut campur dalam masalah ini, Ki Dang hanya menjawab, “Ada deh caranya.”
    
Jumat, 5 Oktober 899….

    “Semua, Cakra dengan resmi mau menolong kalian! Lihat koran ini,” Ki Dang menunjukan koran kepada Kosim, Eka, Manguri, Ronald, dan Guntur. Mereka cukup terkejut karena mereka tak pernah menduga Ki Dang ternyata mampu membuat Cakra beralih posisi dari netral menjadi pendukung STM Panzer. Koran tersebut tertulis; Dyah Cakra, ketua faksi Cakra secara resmi mau mengeluarkan uang jutaan erak demi melunasi hutang STM Panzer. Di Yabar ada dua faksi yang menguasai parlemen; faksi Arjuna dan Cakra. Kedua faksi tersebut berupa kumpulan partai-partai Yabar yang mengusung ketua-ketua faksi mereka sebagai Bhre selanjutnya periode 899-903. Patih tidak diusung partai karena Bhre barulah yang akan memilih patihnya baik dari golongan faksinya maupun sipil dan militer.

    “Ki…Ki Dang, bagaimana anda bisa merayu Dyah Cakra? Dan siapakah anda sebenarnya? Pastinya anda bukan orang sembarangan yang bisa merayu seseorang mau menggelontorkan jutaan erak dalam sekali pertemuan kemarin sore!” tanya Eka yang penasaran siapa sebenarnya Ki Dang. Anak-anak Panzer juga ikut penasaran siapa sebenarnya Ki Dang karena yang mereka tahu Ki Dang itu dulunya bekas tentara Nusatoro.

    “Ha, sepertinya sudah waktunya saya menceritakan siapa sebenarnya saya,” ujar Ki Dang yang sepertinya mau menceritakan asal usulnya dan siapa dirinya sebenarnya.

    “Ja..jangan anda itu adalah seorang bayi dari planet di luar tata surya yang dikirim untuk bertahan hidup dari kehancuran planet. Di bumi, Ki Dang bergabung dengan militer Nusatoro dan dengan kecerdasaan anda membuat banyak orang iri termasuk Mahapatih dan…apalagi ya?” bingung Kosim gara-gara mencoba menduga-duga siapa sebenarnya Ki Dang. “Ada yang bisa lanjutin?

    Ki Dang tertawa mendengar dugaan tak benar tersebut. “Kosim, saya bukan dari planet lain! Saya asli orang Nusatoro,” sangkal Ki dang lalu ia mulai menceritakan siapa ia sebenarnya kepada mereka semua.
    Cukup terkejut mereka semua mengetahui satpam tersebut adalah orang dekat Mahapatih Modo. Ki Dang paham betul politik karena ia terlibat dalam dunia politik Nusatoro selain profesinya sebagai militer. Jabatan di militernya waktu masa-masa mudanya adalah Rakryan Rangga. Manula tersebut menjelaskan kenapa ia bisa-bisanya menjadi saptam STM Panzer kepada mereka. Tambah lagi rasa terkejut bercampur kagum kepada manula tersebut. Tentu mereka percaya apa yang dikatakan Ki Dang karena tak mungkin orang biasa bisa merayu politikus dengan lancarnya.

    “Anak-anak Panzer, Er3.708.855,00 akan segera ditransfer ke akun jika Cakra tahu nomer rekening. Eka, bisakah kau kasih nomer rekening akun Panzer? Saya dengan sendirinya akan memberikan nomer tersebut kepadanya,” kata Ki Dang seraya menatap Eka. Dengan senang hati, Eka merobek secarik kertas dari buku tulisnya yang ada di tas dan menuliskan nomer rekening. Setelah mendapatkan nomer rekening Panzer, Ki Dang pun berkata,”Sebentar lagi, hutang kalian akan lunas!”


    Di tempat lain...

    Setelah Arjuna pulang dari pertemuannya dengan bos Maung Briangan yang menghasilkan nota kesepakatan untuk berdamai dengan persekutuan juragan, ia mendapati berita tentang rivalnya resmi membantu Panzer. Ia marah besar di dalam kantornya dan khawatir rencananya tak akan bisa direalisasikan. “Aduh, bagaimana ini? Mereka bisa membayar hutang dan apa yang aku harus lakukan?” bingung Arjuna yang duduk di kursi meja kerjanya. Melihat Bhre bingung 7 keliling, Ayudha yang duduk di sofa menyindirnya, “Makanya dari dulu aku bilang kalau Bhre itu terlalu meremehkan Panzer! Ini ganjarnya atas terlalu meremehkan musuh!”

    “Sudahlah Patih. Tidak ada gunanya marah-marah,” kata Panji yang kebetulan ada di sebelah kirinya. Ia ada di kantor karena setiap harinya, Bhre memintanya untuk datang ke kraton untuk memberikan saran kepada keputusannya yang akan ia realisasikan. Mungkin saja suatu saat Bhre akan menangkat Panji sebagai penasehat barunya jika ia terpilih menjadi Bhre lagi.

    “Jadi Panji, murid-muridmu sudah dibantu Cakra dan itu berarti mereka bisa segera membayar hutang sekolah. Apa yang harus aku lakukan?” tanya Arjuna meminta saran kepada Panji. Panji melipat tangannya dan dengan muka tanpa ekspresi, ia berpikir. Dalam kondisi seperti ini, saran Panji akan membantunya untuk membuat rencananya terrealisasi. Pasalnya, Arjuna sudah menyusun rencana tersebut sudah lama sekali dan rencana itu bisa saja kandas jika hutang STM Panzer lunas.
    Setelah mendapatkan ide yang cemerlang, Panji mengutarakanya, “Bhre, saya sarankan anda menantang STM Panzer dalam perlombaan! Jika anak buah anda menang dalam perlombaan, Eka Jaya mau tak mau harus menandatangani dokumen. Akan tetapi, jika anak buah anda kalah, anda harus terima uang pelunasan hutang Panzer! Bagaimana Bhre, apakah anda setuju dengan ide saya?”
    
 Tanpa pikir panjang, Bhre mensetujui idenya Panji. Dalam hati Patih Yabar, ia setuju saja dengan ide tersebut namun ada satu hal yang mengganjal dipikirannya yang membuatnya bertanya, “Panji, bagaimana caranya membuat anak Panzer mau ikut lomba itu? Bisa saja mereka tidak mau mengikuti-“

    “Jika mereka tidak mau, kita juga tidak mau menerima uang pelunasan hutang! Kita sebagai yang dihutangkan punya hak untuk melakukan hal tersebut,” kata Panji, “Gampangkan?”

    “Ide bagus Panji, aku suka gayamu,” ujar Bhre tersenyum sambil melipat tangannya.

    “Sama, saya juga,” kata Ayudha.

    “Nggak yang nanya, Ayudha!” seloroh Bhre.
    ****
    Lomba yang diusulkan Panji bakal diadakan pada tanggal Rabu, 17 Oktober 899 di STM Panzer.Bhre dengan senang hati bakal membiayai perlombaan dan pada hari diadakan perlombaan, sekolah Panzer Yabar bakal diliburkan oleh Panji. Ada 13 perlombaan yang dilombakan;silat, lempar tombak, monopoli, futsal, bulutangkis, tembak-tembakan game,catur, panah, tarik tambang, panjat pinang, masak, angkat besi, dan lari. Meskipun sedikit aneh perlombaannya, Bhre tetap setuju dengan lomba-lomba yang diajukan Panji. Menurut format lomba, satu kemenangan di satu lomba bisa mendapatkan 1 poin dan setelah perlombaan berakhir, maka akan dihitung jumlah poin tiap tim dan barang siapa tim yang pionnya lebih banyak dari tim lain, maka tim tersebut bakal menang.

    Tim yang mengikuti perlombaan ini ada dua; tim pemerintah Yabar dan STM Panzer. Pada hari Senin, 8 Oktober 899 Panji meninformasikan hal ini kepada anak Panzer pada upacara. Pada dasarnya, Eka dan semua anak Panzer sudah berhasil membalikkan keadaan dengan berhasil mengumpulkan uang pelunas hutang sebesar Er10.504.300,00 bahkan lebih gara-gara mereka menukaran emas dan doller simpanan ke uang erak. Jadinya hanya tinggal satu langkah lagi untuk membebaskan Panzer dari hutang; Arjuna mau tidak menerima uangnya. Mendengar Arjuna tak mau menerima uang anak Panzer, tentu anak Panzer kesal dan terpaksa mau tak mau ikut perlombaan agar Arjuna mau menerima uang pelunasan hutang.

    Semua kerja sambilan anak Panzer sudah dihentikan semenjak semua mendapat kabar bahwa uang Panzer sudah mencapai target. Hal ini disyukuri semua anak Panzer yang sebenarnya sudah lelah bekerja sambilan terus menerus. Mengetahui nasi goreng Panzer tidak akan jualan lagi di Majoraan, para saingan Mahesa langsung tumpengan nasi kuning dua hari dua malam.

    Eka sebagai ketua OSIS mendaftarkan sekitar puluhan anak Panzer untuk mengikuti perlombaan tersebut kepada Panji ketika hari Selasa, 9 Oktober 899 setelah mencari orang-orang yang pas untuk mengikuti tiap lomba. Untuk silat, tentu saja pendekar STM Panzer yang ikut, Abdul Kosim. Untuk lempar tombak, ia mempercayakan kepada Shaka, anak X-I yang dikenal bagus lemparan tombaknya. Lomba lari bakal diikuti Guntur yang dikenal larinya paling cepat se-STM Panzer. Futsal bakal diikuti beberapa orang yang jago bola dari kelas XII-I. Untuk monopoli, Karyo dari X-I bakal mengikutinya. Untuk bulutangkis putra tunggal, Ronald Sueb yang ahli bermain baik bulutangkis maupun tennis bakal mengikutinya. Tembak-tembakan bakal diikuti Panjul, Eko, dan 6 anak dari kelas X-II. Catur tentu saja bakal diikuti Manguri yang terkenal jago bermain catur di STM Panzer Yabar. Panah bakal dikuti Parja. Angkat besi bakal diikuti anak XI-III sedangkan lomba masak bakal diikuti Mahesa, Made, dan Hanny. Untuk tarik tambang, Eka dan 10 anak XI-II yang mengikutinya dan terakhir, untuk panjat pinang bakal diikuti anak X-III.

    Untuk tim pemerintah, Arjuna memerintahkan para Bhayangkara yang masih muda untuk mengikuti perlombaan ini dengan imbalan bakal naik pangkat dan gaji jika berhasil menenangi lomba-lomba di perlombaan Panzer. Khusus untuk lomba silat, Jaka Tingkir-lah yang akan mengikutinya.

    Dalam perlombaan ini, satu peserta yang sudah mengikuti lomba futsal tak diperkenankan untuk mengikuti lomba lain. Melakukannya berarti di diskualifikasi.

    Pada hari Rabu, 10 Oktober 899, Panji memasangkan kertas di mading yang berisi daftar orang-orang yang ikut perlombaan, baik tim Panzer Yabar maupun pemerintah. Ketika istirahat pertama, banyak anak Panzer termasuk Kosim mengerubungi mading untuk mengetahui nama-nama lawan yang akan dihadapi anak Panzer. Mengetahui lawannya adalah Jaka Tingir, Kosim menjadi ketar-ketir karena mengetahui lawannya bukanlah pesilat biasa. Jaka Tingkir pernah menjuarai lomba silat 4x se-konfederasi pada saat dia masih SMA dan juga pernah ditawari menjadi pengawal maharaja Nusatoro namun sayang, ia menolaknya karena sudah ditawari kerja sebagai pengawal Bhre. Jaka merupakan satu dari para pesilat tangguh se-konfederasi.

    Melihat Kosim gundah, Eka yang berdiri di sebelahnya memegang pundak kirinya dan berkata, “Tenang Kosim, gue bakal bantu lo menjadi lebih kuat dari sekarang!”

    “Ba..bagaimana caranya?” tanya Kosim yang sepertinya meragukan Eka. “Kan Kak Eka nggak bisa silat dan lawan saya adalah pesilat tangguh se-Nusatoro!”

    “Tenang Sim, bakal gue cari lawan-lawan tangguh buat lo,” kata Eka tersenyum. Dari senyumannya terlintas tekad yang kuat untuk mencari lawan yang tangguh untuk Kosim agar anak tersebut bisa menandingi Jaka pada Rabu minggu depan. Kemenangan semua perlombaan adalah harga mati buat anak-anak Panzer termasuk lomba silat. Dalam waktu seminggu, anak-anak Panzer yang ikut lomba harus berlatih keras agar bisa menenangi tiap perlombaan. Yang tidak mengikuti lomba juga berpartisipasi dengan membantu melatih teman-teman mereka yang mengikuti lomba.

    Lomba yang diadakan Arjuna bernama ”Festival olahraga STM Panzer Yabar.” Arjuna berdalih di depan media massa bahwa lomba tersebut diadakan pemerintah Yabar untuk mempererat hubungan dengan STM Panzer padahal aslinya bukan.

    Mengapa ia berdalih seperti itu? Karena kalau ia mengatakan yang sebenarnya, harga dirinya di mata publik bisa hancur gara-gara menolak menerima pembayaran hutang Panzer.Publik Yabar tahu kasus yang menimpa Panzer walaupun kasus tersebuttak terlalu populer sampai Cakra menggelontorkan uangnya kepada STM Panzer.

    Cakra juga berkontribusi dalam perlombaan STM Panzer dengan memberikan uang sebesar Er5.220,00 kepada Eka untuk membiayai kebutuhan anak Panzer seperti: Membayar uang sewa tempat latihan futsal.
     
  21. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Kamis, 11 Oktober 899
    Di kelas X-I ketika istirahat pertama, terlihat Kosim sedang membaca koran di tempat duduknya. Koran tersebut di dapatkannya secara cuma-cuma dari tempat penjualan koran yang ada di dekat masjid Al-Karim. Berita utama tersebut tak lain berisi tentang persiapan tim pemerintah Yabar mengikuti perlombaan olahraga STM Panzer. Cukup besar antusias media massa Yabar mengikuti perkembangan tim pemerintah karena jarang-jarang anggota Bhayangkara diikut sertakan ke dalam perlombaan padahal yang sering ikut lomba itu para atlet. Perlu diketahui bahwa semua atlet Yabar sedang sibuk untuk persiapan pekan olahraga konfederasi yang bakal diadakan pada akhir Oktober di Tulang Awang. Jika saja mereka tidak sibuk, mungkin Bhre bakal memakai tim atlet dibanding tim Bhayangkara.

    Untuk saat ini, fokus media massa hanya tertuju ke tim pemerintah sehingga tim Panzer cenderung sedikit beritanya. Hal itu tentu menguntungkan Eka dan kawan-kawan karena lebih leluasa bergerak dibanding di sorot kamera terus.

    Setelah membaca berita tentang Jaka yang sedang latihan silat di gunung Perak bersama sesepuh-sesepuh silat ternama di Yabar yang salah satunya ada pamannya Jaka, Joko Tingkir. Kosim berpikir apakah ia bisa mengalahkan Jaka atau tidak. Memikirkan hal itu membuatnya menjadi sedikit takut jika harus membayangkan kekuatan Jaka yang disebut-sebut sakti mantraguna pada koran yang ia baca.

    Kosim merasa dirinya harus berlatih agar ia bisa menang melawan Jaka. Oleh karena itu, Kosim harus menemukan lawan yang pas untuk membuat kemampuannya meningkat. Pengalaman adalah guru yang baik, kata Kosim.

    “Sim,” sahut Eko menghampiri Kosim, “Gue dengar lo sedang mencari lawan. Apakah itu benar?”

    Kosim dengan lesu menangguk. “Kosim, apakah lo tertarik melawan gue? Gue juga bisa silat!” tawar Eko pada Kosim. Terlihat muka senyum orang menyombongkan diri di mukanya Eko.

    “Ah, paling bersilat lidah yang bisa lo lakukan,” ledek Shaka yang sedang tiduran di tempat duduknya.

    “Dasar,” kesal Eko. “Jadi Kosim, tertarik melawan gue?”

    “Nggak terima kasih,” tolak Kosim dengan lesu. Mendengar tawarannya ditolak, Eko hanya tersenyum dan kembali ke tempat duduknya. Kosim berpikir apakah ia bisa mengalahkan Jaka, kepala pengawal Arjuna yang dikenal sangat kuat. Baginya, tingkatannya dengan Jaka layaknya bumi dan langit. Jika saja Edah masih bisa ia temu, sudah pasti Kosim bakal meminta tolongnya untuk melatihnya. Kosim tak tahu orang yang bisa ia jadikan guru silat. Ia sangat berhadap Eka bisa memberikannya lawan-lawan berkualitas agar kemampuan silatnya bisa meningkat.

    Melihat teman sebangkunya tiduran terus semenjak bel istirahat berbunyi, Kosim pun bertanya, “Shaka, bagaimana perkembangan latihan lempar tombak?”

    Shaka membuka matanya dan melirik Kosim, dengan lesunya ia menjawab, “Kemarin sore di lapangan kampung sebelah dekat rumah gue, gue coba lempar tombak ke papan tembak yang gue letakan sekitar 50 meter dari tempat gue berdiri. Pas gue lempar, tombaknya yang melayang tinggi di langit menancap burung merpati dan jatuh ke lapangan, bukan ke papan. Burung merpati tersebut gue jadikan bahan makanan buat di rumah.”

    “Nah, ketika gue lempar lagi tombak, nggak sengaja mengenai layangan yang ada di langit. Dan sekali lagi, jatuhnya nggak pas ke papan tembak,” sambung Shaka yang terlihat kesal mengingat hal itu. “Gara-gara mengenai layangan yang sedang diterbangkan sama anak kecil yang kebetulan anaknya ketua RT kampung sebelah, gue dikejar massa suruhan ketua RT dan beruntung, gue berhasil kabur dari kejaran mereka. Menyebalkan kejadian hari sore!”

    Kosim menyemangatinya dengan menepuk pundak kiri temannya dan berkata, “Sabar Shaka, kalau sabar dalam berusaha pasti hasilnya akan bagus.”

    Shaka menjadi bersemangat mendengar kata-kata mutiara Kosim. Padahal kata-kata tersebut Kosim ambil dari ketua DKM masjid Al-Karim ketika ceramah mingguan tiap malam Jumat.

    ****
    Ketika semua murid Panzer sudah pulang, seperti biasa, Kosim bersama 4 temannya; Eka, Ronald, Manguri, dan Guntur berkumpul di belakang toilet STM Panzer. Di sana terlihat mereka sedang berdiskusi dengan masalah yang berbeda dari minggu lalu; perlombaan olahraga.

    “Jadi Manguri, bagaimana dengan persiapanmu menghadapi lawanmu dalam permain catur?” tanya Ronald pada Manguri yang kebetulan ada di sebelahnya.

    “Tenang saja, Ronald,” kata Manguri sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya dengan senyum dimukanya. “Gue akan sering latihan main catur melawan tetangga gue, satpam komplek, tukang ojek, dan lain-lain.”

    “Bagus, bagaimana dengan kau Tuyul? Sudahkah kau mengasah kemampuan Tuyulmu dengan lari kesana kemari mencuri uang di malam hari?” tanya Ronald pada Guntur yang ada di depan hadapan.

    “Gue sudah latihan lari setiap paginya dan sekali lagi gue katakan: GUE BUKAN TUYUL,” berang Guntur kepada Ronald. Semua orang yang melihatnya marah merasa biasa-biasa saja karena sudah biasa bagi mereka melihat anak buah dari Eka tersebut marah.

    “Sudahlah Tuyul, akui saja kalau tiap malam hari kau pergi mencuri ke rumah para pejabat untuk menuruti perintah majikanmu yang tentu saja bukan gue,” kata Eka seraya mengelus-elus kepala gundul Guntur. Dengan elusan-elusan tersebut, emosi Guntur mereda dan kembali ia katakan bahwa ia bukan Tuyul.
    Tapi seperti biasa, kata-katanya tak digubris anak-anak Panzer sehingga Guntur berpikir bahwa lebih baik ia menumbuhkan rambutnya seperti anak-anak STM umumnya supaya julukan Tuyul bisa lepas darinya. Pasalnya, julukan tersebut mengikat kepada dirinya gara-gara badannya pendek dan rambutnya gundul.

    “Kak Ronald, bagaimana persiapan anda dalam mengikuti perlombaan bulutangkis?” tanya Kosim yang penasaraan dengan atlet bulutangkis Panzer. Ronald hanya tersenyum dan sambil memainkan raket listriknya ia menjawab, “Tenang saja sim. Mulai sore ini, gue bakal latihan bulutangkis di gelanggang olahraga dekat rumah gue.”

    Kosim melirik Eka dan dalam batinnya ia ingin menanyakan apakah Eka sudah menemukan lawan yang tangguh untuknya. Dengan melipat tangannya, lelaki berkacamata hitam tersebut berkata, “Iya Sim, gue telah menemukan 3 lawan tangguh yang bisa meningkatkan kemampuan tarungmu.”

    “Bagus, kapan saya bisa bertemu mereka bertiga?” tanya Kosim yang semangatnya membara.

    “Ah Kosim, kau tak bisa bertemu mereka sekaligus. Kau mengalahkan satu per satu terlebih dahulu layaknya game. Dari biasa sampai sesepuh tingkatan lawannya,” jawab kakak dari Eko. “Lawan pertama akan lo hadapi esok hari. Jadi setelah pulang dari sekolah, lo bersama gue bakal ke rumah penantang pertama lo!”

    Mendengar hal itu, Kosim bertambah semangat menghadapi musuh-musuhnya yang disiapkan Eka. Pasti musuh yang tangguh, pikir Kosim. Maka dari itu, pada malam harinya ia latihan fisik dengan push up dan sit up yang membuat teman sekamarnya heran-heran melihat kelakukannya. Di kamar tersebut ada sinyal WIFI yang biasa digunakan Kosim untuk internetan. Kecepatan WIFI masjid Al-Karim tidak secepat kontrakan Edah tapi tetap saja disyukuri Kosim mengingat jarang-jarang ada WIFI di masjid.

    Keesokan harinya..

    “Inilah musuh pertamamu,” kata Eka sambil memperlihatkan musuh pertamanya Kosim yang kebetulan berdiri di sebelahnya.

    “Eh nggak salah nih musuhnya tukang mie ayam,” kata Kosim yang meragukan kemampuan lawannya karena lawannya tak lain adalah tukang mie ayam yang dagang di depan STM Panzer Yabar, Otong. Eka mendapatkan Otong sebagai lawan Kosim karena ketika kemarin siang saat Eka makan mie ayam, ia melihat Otong bertarung melawan penjambret yang mengambil tas ibu-ibu.

    Melihat Otong bertarung menggunakan ilmu silat untuk melumpuhkan penjambret tersebut, Eka tertarik dan menawarkan Otong untuk menjadi penantang pertama Kosim. Dengan senang hati Otong menerima karena ia senang membantu orang banyak terutama anak Panzer. Eka menjelaskan kemampuan Otong kepada Kosim dan Kosim langsung minta maaf kepada Otong.

    “Ah, tak perlu minta maaf Nak Kosim,” seru Otong mencoba akrab dengan anak Panzer tersebut. Ia kenal Kosim karena Eka terlebih dahulu memberi tahu seluk beluk siapa lawannya sebelum bertemu dengan Kosim pada hari ini.

    Dengan memakai baju silatnya hitam dengan berlogokan perguruan silat Tabet, Otong siap meladeni orang yang ada di depan hadapannya, Abdul Kosim. Otong, Kosim, Eka, dan Guntur berdiri di tengah lapangan yang dibuat dari batako. Lapangan tersebut cukup kecil dan menjadi tempat bermain favorit anak-anak kampung Otong di sore hari. Saat ini, banyak anak-anak kecil yang sudah bersiap menonton pertarungan Otong dengan anak Panzer yang digratiskan oleh Eka. “Buat apa mengkomersialkan pertarungan yang merakyat,” pikir Eka sambil memakan es cincau yang baru saja ia beli beberapa saat lalu.

    Eka bersama Guntur pergi ke pinggir lapangan dan duduk di sana membaur dengan anak-anak kecil. Kosim dan Otong bersiap bertarung dengan melakukan pemanasan terlebih dahulu. Kosim terlihat menggulung kedua lengan baju seragamnya yang cukup panjang. Ia bersama lawannya tak terlihat memakai alas kaki karena main silat enaknya telanjang kaki, kata mereka berdua.

    Kosim bersama Eka dan Guntur pergi ke tempat Otong langsung setelah sepulang sekolah. Dengan menaiki motor bertiga, mereka bisa sampai ke rumah Otong yang ada di dalam pedalaman kampung di dalam perkotaan modern. Kampung tersebut dihuni mayoritas keluarga menengah kebawah termasuk Otong salah satunya.

    “Jadi Nak Eka, aturan main silatnya kayak gimana?” tanya Otong pada Eka sesaat ia meregangkan tangan kanannya. “Apa mainnya kayak biasa seperti yang ada di turnamen-turnamen silat umumnya?”

    “Oh, tidak,” jawab Eka mengoyang-goyangkan jari telunjuk tangannya sebagai pendukung ucapannya. “Aturan mainnya cukup sederhana; bertarung satu sama lain dan tunjukan kemampuan terbaik dalam waktu 5 menit. Pemenangnya adalah orang yang bisa membuat musuhnya tak berkutik setelah 5 menit berlalu. Ingat, jangan sampai membuat lawan mati ataupun cacat! Mengerti?”

    “Mengerti,” tegas Kosim dan Otong. Mereka setuju-setuju saja dengan aturan tersebut.

    “Bagus dan sekarang, kalian bisa bertarung setelah gong berbunyi,” kata Eka. “Tuyul, sudah siap P3K-nya kalau ada yang luka?”

    “Sudah Bos dan…bisa nambah nggak es cincaunya?” pinta Guntur sambil memperlihatkan gelas plastik yang es cincaunya sudah habis. Es cincau tersebut dibeli Eka sesaat mereka sampai di tempatnya Otong. Alasan dari pembelian es cincau tersebut tak lain untuk mengusir dahaga mereka berdua dan untuk Kosim, Eka tak belikan karena ia tahu kalau Kosim sedang puasa sunah selang-seling yang sering disebut puasa Daud. Semenjak ia tinggal di masjid, ia sekamar dengan Abdullah, seorang bapak-bapak yang Hafiz dan merupakan marbot masjid yang sering puasa Daudsehinga Kosim mengikuti jejaknya.

    “Tenang saja Tuyul, entar tak belikan kalau ada tukang cincau lewat,” kata Eka dengan senyuman khasnya, senyuman yang berpadu antara rasa sombong sebagai bos dan rasa mengasihi anak buahnya.

    “Terima kasih bos…” Guntur berhenti berkata karena melihat ada tukang es doger lewat. “Bos, bisa nggak beliin es doger saja?”

    “Kau sudah berpindah ke lain hati? Baiklah, gue dukung itu,” kata Eka. “Lagi pula, gue juga mau es doger karena sore ini cukup panas ya!” pungkasnya lalu ia langsung memanggil tukang es doger. Tukang es doger tersebut berhenti dan gerobak tersebut langsung dihampiri Eka yang mau membeli 2 buah es doger. Cukup murah harga es doger tersebut, Er2,50 untuk satu es doger dan harga tersebut relatif terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah Yabar.

    Setelah selesai melakukan pemanasan, Kosim dan Otong bersiap untuk bertarung dengan memasang kuda-kuda. Jika Otong memasang kuda-kuda tengah, maka Kosim memasang kuda-kuda kanan depan. Inti dari kuda-kuda memang sama tapi beda sikap. Kuda-kuda tengah adalah sikap dimulai dengan badan menghadap ke depan, kedua kaki dibuka kesamping, tangan dikepal dan diletakkan di pinggang. Sedangkan untuk kuda-kuda kanan depan adalah sikap dimulai dengan meletakkan kaki kanan dibagian depan. Kaki kanan yang diletakkan di depan ditekuk pada bagian lutut, kemudian untuk kaki kiri diluruskan sehingga membentuk seperti huruf L terbalik.

    “Nak Kosim, perlu anda ketahui bahwa saya adalah pewaris ilmu silat rahasia dari kakek saya yang merupakan pendiri pedepokan Tabet, perguruan silat ternama di Yabar. Jadi jangan terlalu teremehkan tukang mie ayam ini,” seru Otong yang berancang-ancang menyerang Kosim.Otong sudah mendalami ilmu silat dari ia sekolah dasar dan di umurnya yang ke-40, kemampuan pencak silatnya tak bisa dipandang remeh oleh lawan-lawannya (emang tukang mie ayam punya lawan ya? Pikir pengarang).

    “Oh, baiklah. Akan saya keluarkan semua kemampuan terbaiknya,” kata Kosim dengan semangat yang membara. Pandangnya sekarang hanya tertuju ke mata lawannya, Otong. Begitu pula dengan Otong, matanya hanya berkonsentrasi melihat mata lawannya dan gerak-gerik tangan-kakinya. Mereka berdua bergerak maju-mundur sambil memasang kuda-kuda dan menunggu aba-aba Eka untuk memulai pertarungan.

    Melihat kedua pesilat tersebut sudah siap bertarung, Eka yang baru saja menghabiskan es cincaunya langsung memberikan gelas plastik tersebut ke anak buahnya lalu berteriak, “Pertarungan dimulai!”

    Guntur mengambil gong kecil dan langsung memukulnya sebagai pertanda pertarungan dimulai.Tanpa menunggu lawannya menyerang, Otong menghempaskan tinjuan tangan kirinya ke muka lawan. Melihat tinjuan mengarah ke dirinya, Kosim langsung menangkisnya dengan tangan kanannya tapi tanpa ia sadari, mukanya ditonjok keras dengan tinjuan tangan kanan Otong. “Lumayan juga,” kata Kosim yang pipi kanannya terlihat lembab lalu ia melancarkan serangan; tendangan keras kaki kiri.

    Hempasan kaki kiri tersebut mengarah tepat ke dadanya Otong. Otong langsung menangkis dengan keras tendangan tersebut lalu ia kembali melancarkan serangan berupa jurus andalannya;tinjuan bayangan. Kosim menangkis semua tinjuan Otong yang menyerang ke segala arah. Cukup cepat gerakan kedua tangan Otong sehingga membuat Kosim memaksa matanya untuk berkonsentrasi melihat tiap tinjuan yang dilampiaskan Otong.

    Para penonton yang terdiri dari anak-anak kecil yang didominasi anak lelaki bersorak ria melihat pertarungan tersebut. Jarang-jarang mereka menonton silat karena acara televisi Yabar didominasi acara-cara yang tidak mendidik dan jauh dari kearifan lokal Yabar yang salah satunya pencak silat. Melihat pertarungan tersebut yang cukup menegangkan sambil memakan es doger, Eka dengan seriusnya mencoba menganalisa pertarungan agar ia bisa memberikan evaluasi hasil pertarungan kepada Kosim. Berbeda dengan Guntur, anak buah dari Eka tersebut terbawa serunya pertarungan yang membuatnya tak fokus memakan es dogernya. Terlihat es dogernya yang sudah setengah mau mencair. Jika ia tak segera menghabiskannya, es dogernya bakal segera menjadi air.

    Merasa semua serangannya sia-sia, Otong mencoba menghempaskan kaki kirinya ke pinggul Kosim tapi dengan cekatan, Kosim memegang kaki lawannya, melakukan kuncian dan menjatuhkan lawannya. Otong terjatuh dan ia langsung bangkit agar tak memberi kesempatan pada anak Panzer tersebut untuk mengunci pegerakannya.

    Setelah Otong bangkit, ia langsung mengeluarkan jurus rahasianya; serangan kilat berantai Otong. Serangan kilat berantai Otong adalah serangan ke lawannya yang didominasi serangan tinjuan, tendangan serta sapuan demi mengalahkan musuhnya. Serangan kilat tersebut sangat cepat, lebih cepat dari serangan sebelumnya sehingga Kosim dan semua penonton pertarungan tersebut terkagum-kagum. Kagum bukan berarti lengah, itulah yang dikatakan Kosim pada dirinya. Ia tetap berkonsentrasi menahan semua serangan Otong dan tak gegabah menyerang balik lawannya.

    Tensi pertarungan makin lama makin naik yang membuat banyak keringat berkucuran dari tubuh para petarung. Stamina kedua petarung tersebut sepertinya sudah tinggal setengah karena pertarungan sudah berlangsung lebih dari 5 menit dan belum ada yang kalah sampai saat ini. Baik Kosim maupun Otong menolak untuk menyerah. Padahal, ilmu silat Kosim lebih rendah dibanding Otong. Hanya tekad dan konsentrasilah yang membuat perantau tersebut tangguh di pertarungan ini. Tak ada satu pun dari kedua pihak tersebut mampu melakukan kuncian walaupun teknik jatuhan sering mereka lancarkan jika kesempatan muncul.

    Para penonton makin lama makin bertambah dan tak hanya didominasi anak kecil, orang dewasa pun baik laki maupun wanita mau menonton pertandingan seru ini. Melihat kondisi seperti ini, Eka berpikir bahwa pertandingan tak akan habisnya jika tak ada satupun pihak yang mau mengalah. “Mungkin aturan buatan gue harus direvisi,” pikirnya lalu ia menangkat kepalanya dan melihat mentari sore yang makin lama makin turun mengingat sekarang sudah jam 17 atau 5 sore.

    Ketika Eka menoleh ke arena pertarungan, ia melihat Kosim melakukan teknik kuncian kepada Otong. Otong terkapar di lapangan dan dirinya tak bisa berkutik untuk melanjutkan bertarungan karena kedua tangannya dipegang urat nadinya oleh Kosim. Sementara itu badannya Otong diinjak kaki kanan Kosim.

    Eka berdiri dan menghampiri Kosim sang pemenang pertarungan. “Pemenangnya adalah Abdul Kosim,” seru Eka mengumumkan pemenang pertarungan sambil menangkat tangan Kosim ke langit. Para penonton langsung bersorak gembira seraya menyebut-nyebut nama Kosim. Kosim sangat gembira bisa memenangkan pertarungan yang telah berlangsung selama 10 menit. Kosim membantu Otong berdiri dan melihat lawannya berhasil mengalahkannya, Otong pun bersalaman dengan Kosim. “Selamat ya Nak Kosim, kau bisa mengalahkan saya padahal tadi saya sudah mengeluarkan semua jurus rahasia untuk mengalahkan anda,” katanya sambil memasang senyum letih. Terlihat muka Otong basah dengan keringat yang bercampur sedikit darah yang keluar dari luka memarnya yang ada di pipi kanan.

    “Terima kasih. Saya saja kewalahan luarbiasa menghadapi anda, pak Otong,” ujar Kosim sedikit malu-malu karena sanjungan Otong. Muka Kosim terlihat sedikit lembam dan baju yang ia kenakan terlihat kusut dan kotor. Selain itu, bajunya basah akan keringat.

    Otong langsung tertawa lalu menepuk pundak kiri anak tersebut. “Nak Kosim, saya percaya kalau anda bisa mengalahkan Jaka Tingir,” katanya memberi dukungan pada Kosim.

    Mendengar nama Jaka Tingkir, Kosim langsung terdiam. Kosim berspekulasi bahwa kemampuan Otong itu hanya 1/4 dari kemampuan kepala pengawal Arjuna tersebut. Kosim merasa dirinya belum kuat dan masih ada 2 lawan lagi yang ia harus hadapi. Ia berharap kalau lawannya lebih kuat dari Otong dan bisa memberikan pengalaman bagus agar Kosim mampu mengalahkan Jaka.

    Kosim dan Otong berbincang-bincang sebelum mereka berpisah. Yang mereka bicarakan seputar kejadian-kejadian yang berlangsung saat mereka bertarung. Otong berdalih ia kalah karena tukang mie ayam tersebut tidak mengeluarkan semua kemampuannya. Jika ia melakukannya makabisa kemungkinan lawannya bisa mati. Mendengar hal itu, Kosim hanya tertawa kecil.

    Otong sempat menawarkan Kosim untuk masuk ke perguruan silatnya namun Kosim menolaknya karena merasa jika ia fokus ke satu aliran, ia tak bisa mencicipi semua aliran silat yang ada di bumi konfederasi. Sampai saat ini, Kosim baru mencicipi 3 aliran silat saja; silat Yabar, Pakuan, dan Walidwipa. Ketiga aliran tersebut mempengaruhi gaya tarung Kosim yang cukup bervariasi gerakannya dibanding pesilat-pesilat lain.

    Setiap daerah pasti punya ciri khas tersendiri dalam silat dan ditiap daerah, aliran silat akan pecah jadi banyak aliran tersendiri mengingat banyak perguruan dan kelompok yang memodifikasi gerakan silat.

    Setelah selesai berbincang dengan lawannya, Kosim pergi ke pinggir lapangan dan di sana, ia diobati oleh Guntur dan Eka sedangkan lawannya pergi ke rumahnya yang tak jauh dari rumahnya. Situasi di lapangan ini menjadi sepi semenjak pertarungan sudah selesai karena para penonton sudah bubar. Ketika ia sedang diobati, Kosim mengusulkan kepada Eka untuk merevisi aturan main yang tak jelas menurut Kosim dan usul tersebut diterima Eka dengan baik-baik. “Jadi Kak Eka, kapan aku lawan musuh baruku? Siapa dia? Tukang mie ayam lagi?” tanya pesilat tersebut pada Eka yang sedang membersihkan telapak kaki Kosim yang kotor. Jarang-jarang Eka mau melakukan hal tersebut secara cuma-cuma pada orang lain.

    “Tenang, Kosim. Lo akan bertemu dengannya pada hari Sabtu dan waktunya akan gue konfirmasikan lewat ponsel. Jadi sekarang, Kosim fokus saja meningkatkan kemampuan fisik,” kata ketua OSIS tersebut, “Gue lihat serangan lo kayaknya kurang kuat dibanding Otong. Saran gue, Kosim coba melatih otot-otot lo tiap hari agar daya serang Kosim bisa lebih kuat dibanding sekarang.”

    “Baiklah Kak, nasehatmu akan saya taati,” kata Kosim yang terlihat lesu. Ia tak bisa meminum air sekarang karena jika ia lakukan hal itu, puasanya akan batal. Kosim merasa kemampuan tarung Otong setara dengan kemampuan Noprirf yang sulit dikalahkan Kosim. Ia tak bisa membayangkan musuh selanjutnya seperti apa kekuatannya.

    Di tempat lain, Ronald sedang berlatih keras bermain badminton di grelenggan olahraga dekat rumahnya bersama teman-teman sekelasnya. Sementara itu di tempat lain banyak anak Panzer sedang berlatih keras agar bisa STM Panzer bisa menang dengan poin penuh di hari Rabu.

    ****
    Di suatu air terjun di kaki gunung Erak, ada seseorang yang sedang bermeditasi di suatu batu yang cukup besar ukurannya. Air terjun yang mengalir deras dari atas membasahi tubuh pria bertopeng tersebut. Sepertinya, pria kekar tersebut sedang mencoba mengeluarkan tenaga dalamnya. Pria tersebut yang bertelanjang dada langsung berdiri dan mencoba mengeluarkan semua jurus silatnya yang ia kuasai. Pria tersebut tak lain adalah Jaka Tingkir, kepala pengawal Adjuva.

    Tak bisa diragukan lagi kemampuannya Jaka. Semua serangannya sangat cepat gerakannya dan sulit ditangkap mata manusia normal. Aliran air dari atas ngarai yang membasahi bumi bisa dipotong oleh Jaka hanya dengan satu tebasan walaupun hanya beberapa detik.Ilmu silat Jaka sangatlah tinggi. Silat batinpun ia sudah kuasai dan gaya tarungnya mirip harimau ganas yang mencoba menghabisi lawannya. Jika saja Kosim melawannya sekarang, tak kurang dari 10 menit Kosim bakal mati mengenaskan karena serangannya Jaka sangatlah brutal. Ia pernah membunuh 2 penjahat bersenjatakan pistol hanya dengan menggunakan sumpit mie dan ilmu silatnya.

    Tiba-tiba, ia yang dengan berkonsentrasi mengeluarkan semua kemampuan menakutkannya langsung bersin-bersin. Topeng seraya ia lepas sebentar dan terlihat rupa wajahnya; berjenggot lebat, bercambang panjang, tampan dan berkumis tebal padahal usianya masih 25-an.

    Dahinya langsung ia pegang dengan tangan kirinya dan merasakan dahinya panas layaknya orang sakit. “Aduh, sepertinya gue kena masuk angin gara-gara kelamaan meditasi di bawah air terjun selama 2 jam,” kata Jaka sambil berjalan meninggalkan tempat ia bersemedi dan berjalan menuju pinggir sungai yang dangkal ini. Ia kembali memasangkan topeng ke wajahnya dansesampainya di pinggir sungai, ia melihat ada kaus oblong putih dan sarung keris miliknya yang ia tinggalkan di tempat itu. Ia langsung memasukan sarung keris berisi tersebut ke dalam sabuk celananya dan memakai kaus tersebut.

    Merasa tak enak badan, Jaka memutuskan untuk kembali ke kemahnya yang tak jauh dari air terjun ini dan disanalah ia bisa meminta kepada para gurunya untuk mengobatinya. Saat ini, para gurunya yang kesakitannya melebihi Jaka sedang menonton film silat jadul era 870-an di laptopnya Jaka. Era 870-an merupakan era keemasan dari perfilman silat di Konfederasi. Baterai laptop Jaka diisi di warung kopi yang letaknya sekitar 250 meter dari kemahnya Jaka mengingat tempatnya Jaka cukup terisolasi dari kehidupan sosial. Beruntung baterai Jaka ada 5 jadinya kalau satu habis tinggal pasang lagi yang lain.

    Para gurunya yang berjumlah 5 orang sangatlah suka menonton film jaman dahulu mengingat usia mereka sudah tak muda lagi. Jika di film pesilat bisa terbang setelah melompat dari pinggir jurang maka di kenyataan tidak seperti itu. Pesilat bakal mati jika mencoba untuk melompat dari pinggir jurang karena mereka harus tahu bahwasannya manusia itu tidak punya kemampuan untuk terbang layaknya burung. Pesilat bisa saja terbang jika memakai jet pack walaupun teknologi jet pack masih dalam proses riset bangsa barat.

    Jaka tak mau sakit karena ia takut tak bisa berlatih secukup mungkin untukperlombaan di hari Rabu.Jaka tahu siapa lawannya dan ia tak berani meremehkan Kosim walaupun dirinya tahu bahwa dirinya lebih kuat dari anak STM tersebut. Tak boleh meremehkan musuh meskipun musuh lebih lemah darinya, itulah filosofi yang mengakar di pendirian pesilat tersebut.Jaka merupakan pesilat tersakit ke-6 di Yabar dan ke-7 se-konfederasi menurut data Bhayangkara Yabar.

    Seorang pesilat sakti seperti Jaka bisa terkena sakit karena hakikatnya Jaka adalah manusia. Lumrah bagi manusia terserang penyakit karena ada pepatah; ada waktunya sehat pastinya ada waktunya sakit.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.