1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Other Sains dan Teknologi dalam Evaluasi Kemanusiaan

Discussion in 'Science and Technology' started by Hyperangel, Jan 29, 2010.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Hyperangel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 26, 2010
    Messages:
    651
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,621 / -0
    Berbicara mengenai sains dan teknologi, tentu saja tidak bisa dilepaskan dari konteks sosio-budaya yang melingkupi kelahirannya. Semua kajian keilmuan modern, ilmu sosial atau alam, berasal dari Amerika Utara dan Eropa Barat pada awal perkembangannya. Ilmu pengetahuan modern, para awal kelahirannya, menjadi bersifat “euro-sentris”.

    Menjadi seperti itu karena pengaruh para filosof eropa modern seperti Rene Descartes, sangat dominan pada seluruh bangunan fisikanya Isaac Newton dan kimianya Lavosier. Keadaan menjadi seperti ini, dimana Amerika Utara dan Eropa Barat memegang hegemoni atas perkembangan sains dan teknologi (sainstek), karena di bagian dunia yang lain seperti China, Timur Tengah dan India, terjadi stagnasi besar-besaran di bidang sosial kebudayaan. Sebetulnya, kebudayaan China, Timur Tengah dan India pada waktu itu sempat lebih maju dari barat. Namun karena serangkaian perang saudara dan perebutan kekuasaan atau coup d’etat di China, Timur Tengah dan India akhirnya negara barat mampu menyalip mereka.

    Pergeseran Paradigma

    Kita tidak mungkin mengabaikan, sumbangan seorang Isaac Newton dan Antoine Lavosier terhadap peradaban dunia. Tanpa kedua tokoh ini, ilmu fisika dan ilmu kimia tidak akan pernah ada. Dengan fisikanya Newton umat manusia bisa mendaratkan astronot di bulan, dan dengan kimianya Lavosier berbagai obat-obatan seperti penisilin dapat ditemukan. Namun akhirnya harus disadari bahwa perkembangan sains-tek tidaklah bebas nilai. Menurut Thomas Kuhn, selalu terjadi apa yang disebut “pergeseran paradigma” sebelum akhirnya suatu teori diterima sebagai suatu hukum. Dalam konteks ini, akhirnya negara barat menggunakan sains-tek untuk menjalankan politik kolonialisme dan imperialismenya. Negara barat menyewa para ilmuwan untuk menjadi corong politik imperialis mereka. Di sini politik hegemoni bermain.

    Sejak awal tarikh masehi, bangsa China telah menemukan mesiu. Namun sejauh mungkin China hanya menggunakan mesiu untuk hiburan atau hal-hal lain yang bersifat damai. Mereka berusaha keras agar mesiu tidak digunakan sebagai senjata. Sebagai contoh, sewaktu Cheng Ho, panglima angkatan laut China, melakukan pelayaran keliling dunia pada sekitar tahun 1400an, dia hanya membawa senjata ringan untuk pasukannya. Senjata berat yang berbasis mesiu tidak dibawa.

    Namun sewaktu mesiu sampai di barat, perubahan besar terjadi. Mesiu dimodifikasi oleh para ilmuwan untuk digunakan sebagai senjata utama untuk menggantikan busur dan panah. Sekitar tahun 1500an, senapan tipe “musket” dan meriam telah menjadi jamak digunakan. Musket dan meriam inilah yang digunakan para imperialis eropa untuk membantai bangsa Indian beserta produk budayanya di dunia baru yang diklaim sebagai milik mereka (Kasus penemuan benua Amerika oleh Colombus yang diikuti oleh kolonialisasi besar-besaran oleh bangsa2 Eropa barat).

    Selama sekian ratus tahun musket dan meriam digunakan untuk berperang dalam konflik2 besar yang melibatkan orang Eropa, contohnya para perang 30 tahun di Jerman (1618-1648), perang suksesi Spanyol (1703-1714), perang kemerdekaan Amerika (1776-1781), dan tentu saja perang Napoleon (1804-1815). Tidak terhitung berapa juta manusia yang meninggal, cacat, atau kehilangan tempat tinggal akibat konflik yang menggunakan musket dan meriam ini. Pada akhir abad ke 19, perkembangan dalam dunia militer menjorok ke arah yang lebih jauh lagi. Richard Gatling dari Amerika Serikat menemukan senapan mesin, yang tentunya bisa digunakan untuk membunuh orang lebih banyak lagi, dan senapan tipe musket berhasil dimodifikasi menjadi tipe rifle yang lebih mudah digunakan. Dan Inggris pun berhasil menemukan tank pada awal abad ke 20. Pesawat tempur dan kapal selam pun mulai intensif digunakan.

    Modifikasi

    Modifikasi ini yang digunakan secara intensif di perang dunia ke I (1914-1918) yang memakan korban 20 juta jiwa manusia. Lebih jauh lagi, para ilmuwan Jerman berhasil menemukan gas Lewisite, yang ampuh untuk membunuh tentara Inggris di medan perang. Ditemukannya Lewisite, merupakan babak awak dari perkembangan senjata pemusnah massal (weapon of mass destruction).

    Secara paradigmatik, perang dunia II (1939-1945) masih menggunakan sains-tek yang pernah digunakan pada PD I. Namun ada sedikit perkembangan. Proyek Manhattan yang dipimpin oleh DR. Robert Oppenheimer, seorang ahli fisika eksentrik, telah berhasil menguji coba bom atom pertamanya. Presiden Truman setuju menggunakan bom atom itu terhadap Jepang, yang waktu itu belum menyerah seperti Jerman.

    Akhirnya kota Hirosima dan Nagasaki dibom dengan total sekitar 500.000 orang meninggal. Mengerikan. Sangat mengerikan. Penemuan bom atom merupakan puncak gunung dari perkembangan senjata pemusnah massal yang meliputi senjata biologi (bakteri/fungi/virus), Kimia (gas beracun), dan Fisika (nuklir). Senjata pemusnah massal pun masih terus digunakan dalam konflik besar dunia sampai detik ini, contohnya di perang Vietnam, Amerika menggunakan gas kimia tertentu untuk membabat hutan, sehingga tentara vietkong tidak bisa bersembunyi.

    Melihat kasus-kasus di atas, mudah sekali mengajak orang untuk menjadi anti sains dan teknologi. Mudah sekali mengajak orang untuk menjadi pesimis, karena perkembangan sains-tek malah menjadi langkah maju menuju kepunahan umat manusia di bumi ini. Namun, sekali lagi, menurut saya, terlalu dini untuk pesimis.

    Ada beberapa ilmuwan dari Amerika, seperti Albert Einsten dan Linus Pauling, yang secara frontal beroposisi dengan Oppenheimer. Menurut mereka, seharusnya teknologi nuklir digunakan semata-mata untuk kepentingan damai, maka dengan itu penggunaan bom atom harus ditolak. Karena pandangannya yang anti penggunaan bom atom itu, justru Linus Pauling dituduh sebagai seorang komunis yang pro Uni Soviet oleh pemerintah Amerika Serikat dan pasportnya dibekukan. Namun ini tidak menghalangi Pauling untuk mendapatkan nobel keduanya, yaitu nobel perdamaian karena idealismenya yang teguh dalam memperjuangkan perdamaian dunia..

    Menurut hemat saya, sering kali kita memandang persoalan secara dualistik. Kita sering sekali memisahkan antara yang sekular dan religius, antara jiwa dan badan, antara ilmu sosial dan ilmu alam, antara politik kiri dan kanan, dan antara subjek dan objek. Saya meminjam pendapatnya Frijof Capra, menurutnya semua ini karena kita mengikuti filsafat Rene Descartes secara kaku dan dogmatis. Descarteslah menganggap bahwa seorang pengamat harus menjadi subjek otonom, yang terpisah secara tegas dari objek pengamatannya. Descartes dengan instrumen geometri analitisnya (bagian dari ilmu matematika), beranggapan bahwa semua fenomena alam dan kemanusiaan bisa dijelaskan dengan bahasa matematika.

    Sebetulnya filsafatnya Descartes bagus, namun apabila diterapkan secara dogmatik, muncul berbagai kerancuan. Kita mengklasifikasikan fenomena alam dan sosial berdasarkan sistem biner. Setelah itu, tanpa sadar, kita pertentangkan dan ditabrakkan satu sama lain distingsi biner itu. Sering sekali wacana di masyarakat beredar untuk mempertentangkan antara sekular dan religius, sosial dan alam , China dan pribumi dsb. Filosofi biner ini justru menimbulkan kebingungan dan konflik di masyarakat kita. Mungkin apabila filosofi ini diterapkan di Eropa, yang membangun filsafatnya atas dasar konflik dan individualisme (dialektika) ini tidak ada masalah.

    Tapi di Asia (Indonesia) dimana semangat kolektivisme masih kuat, ini problematis karena mengharapkan agar masyarakat hidup dalam konflik terus menerus antara pendukung salah satu nilai biner itu. Ini hanya memecah belah masyarakat dan memarginalisasikan mereka.

    Lebih Arif

    Melihat keadaan distingsi biner ini seharusnya kita lebih arif dalam menyikapi keadaan. Semua disitingsi biner antara dua hal yang bertentangan itu sebetulnya tidak lain adalah suatu manifestasi budaya, yang dengan kata lain adalah buatan manusia. Bila demikian, tentu saja terbuka akan kritik. Sudah bukan saatnya untuk menjadikan sains-tek menjadi semacam “dewa penyelamat” yang akan menolong kita, atau justru menjadikan sains-tek menjadi “malaikat maut” yang akan membunuh kita. Pandangan seperti ini memecah belah dan membuat masyarakat bingung. Mereka akan semakin bertanya-tanya apa gunanya sains-tek bagi kehidupan mereka karena tenggelam oleh pro kontra yang tidak ada habis-habisnya antara elit-elit teknokrat.

    Saya percaya bahwa sebaiknya para teknokrat, dari berbagai bidang disiplin ilmu apapun, entah itu kimia, hukum, fisika, psikologi, dll, bersatu dan berpartisipasi dalam perkembangan sains-tek. Seorang ahli kimia dari FMIPA menemukan senyawa kimia yang punya potensi menjadi obat, namun bila produk itu telah matang menjadi obat yang mempromosikannya ke masyarakat adalah para ahli komunikasi massa dari FISIPOL. Adalah suatu kebajikan yang amat paripurna bila para teknokrat dari berbagai disiplin ilmu (sosial dan alam), bersatu dalam suatu sinergi yang selaras, harmonis, holistik dan apik, untuk menyusun suatu konsep sains-tek yang memiliki potensi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat kita. Penelitian ilmu alam secara murni dan idealis memang masih diperlukan, tapi ingat bahwa masyarakat punya hak bertanya, bila dana penelitian itu dari pajak yang mereka bayar.

    Bila demikian, tentu saja masyarakat punya hak untuk menuntut kegunaan penelitian itu untuk mereka. Walaupun bukan dari pajak masyarakat sekalipun, seorang ilmuwan tetap memiliki tanggung jawab sosial kemasyarakatan untuk mengaplikasikan sains-tek untuk perdamaian dunia, seperti yang ditunjukkan Albert Einstein dan Linus Pauling. Untuk menjadikan masyarakat mendapatkan kegunaan sains-tek secara optimal, peranan ilmu humaniora sama pentingnya dengan ilmu alam itu sendiri.

    Ilmu alam dan ilmu sosial berasal dari satu induk, yaitu Filsafat. Sebagai matter scientarum, filsafatlah yang melahirkan mereka dan menjadikan mereka berdua menjadi seperti sekarang ini. Filsafat selalu mencari kebenaran, sementara anak-anaknya, yaitu ilmu sosial dan alam, mewarisi tugas dari ibunya untuk juga mencari kebenaran. Bila ilmu sosial dan alam dipertentangkan, berarti sama saja mempertentangkan kebenaran.

    Mempertentangkan kebenaran berarti menegasikannya. Bila pencarian kebenaran tidak ada, peradaban manusia tidak memiliki alasan sama sekali untuk eksis. Para filosof jaman klasik, seperti Sokrates, Plato, dan Aristoteles, tidak pernah mempertentangkan ilmu alam dan sosial. Menurut mereka, ilmu harus diteropong dalam satu kesatuan organis, harmonis dan holistik, yaitu dalam rangka tercapainya kebahagiaan manusia.

    Akhir kata, sebelum saya menutup tulisan ini, izinkalah saya mengutip perkataan seorang filosuf moral dan Belanda yaitu Baruch Spinoza. Beliau berkata ” Jangan menilai, jangan menghakimi, dan jangan mengikuti, namun harus mengerti dan harus memahami”. Demikianlah dalam hal ini sebaiknya kita singkirkan semua pemikiran negatif kita mengenai sains-tek dan berpikiran positf untuk bekerja sama mengembangkannya tanpa peduli dari kita ini berasal dari latar belakang ilmu apapun.

    :hmm:

    ref:
    Rusliwa Somantri, Gumilar. 2007. Transkrip pidato pengukuhan guru besar tetap di bidang Sosiologi Perkotaan: Beyond “Delusion of Grandeur” Menuju Indonesia Baru “Bebas” Kemiskinan. FISIP UI.


    Rakhmat, Jalaludin. 2000. Rekayasa Sosial: Reformasi, Revolusi, atau Manusia Besar?. Rosdakarya. Bandung.


    Gregory, Andrew. 2002. EUREKA! The Birth of Science (terjemahan). Jendela Press. Yogyakarta.


    Capra, Fritjof. 1999. The Turning Point (Terjemahan). Bentang. Yogyakarta.


    Kuhn, Thomas. 1998. The Structure of Scientific Revolutions. Rosdakarya. Bandung.
     
    • Thanks Thanks x 2
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. dejivrur M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jan 31, 2009
    Messages:
    3,877
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +1,105 / -2
    menurut persepsi gw

    yang salah itu manusia yang memanfaatkannya
    ilmu ibarat pedang bermata dua, apabila aplikasinya benar/positif akan membawa kemakmuran, tetapi sebaliknya apabila aplikasinya negatif, maka akan menjadi penghancur

    satu quote terkenal yg pernah gw baca di buku

     
  4. ranlulabie Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 7, 2010
    Messages:
    198
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +2 / -0
    Hm..... Sain dan teknologi pada saat ini biasanya sering digunakan untuk kejahatan.... HM... Jadi harus hati2 pemakaiannya.... [​IMG]
     
  5. phunixid M V U

    Offline

    Superstar

    Joined:
    Sep 6, 2010
    Messages:
    12,005
    Trophy Points:
    226
    Ratings:
    +5,823 / -0
    yang pengaruh kan penggunanya

    meriam bisa dipakai untuk membuka jalan kereta api melalu batu karang
    senapan bisa dipakai waktu berpetualang di hutan untuk perlindungan dari binatang buas

    jadi sama sekali bukan salah peralatannya
     
  6. Grimore M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 3, 2011
    Messages:
    980
    Trophy Points:
    57
    Ratings:
    +42 / -0
    emang sains dan teknologi udh jdi tuhan bru dnegara-negara brkembang, kcerdasan manusia yg nggak terbatas mnjadikan teknologi dan sains makin jadi sesuatu yg mutlak harus dketahui dan dpelajari kayak agama aja :panda:
     
  7. delseikdepalin Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 10, 2010
    Messages:
    123
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +9 / -0
    sains sudah melekata pada diri kita sejak mengetahui bahwa alam mempunya ketidakterbatasan dalam mengungkap ilmu yang ada didunia ini...
     
  8. wannelka39 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Sep 21, 2010
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +0 / -0
    SAINS dan Teknologi punya dua sisi mata uang, punya dua mata pisau...
    semua kemungkinan bisa terjadi...
    Sesuatu bisa berdampak positif, namun juga bisa disalahgunakan...

    Intinya tergantung manusianya yg berlaku...
    SAINTEK hanya alat semata...
     
  9. lawrence3 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 1, 2011
    Messages:
    96
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +6 / -0
    Pada akhirnya , individu manusia nya lah yang menentukan mau di bawa kemana sains-tek tersebut. Tentu akan ada 2 kutub, antara yang berjuang demi kebenaran sains itu sendiri dan ada yang berpikir pragmatis dan hanya memikirkan keuntungan sesaat saja. Dalam perjalanan hidup manusia, selamanya 2 kutub kebenaran dan kejahatan ini akan saling berlomba menunjukkan kehebatannya..
     
  10. yudhis273 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 3, 2010
    Messages:
    883
    Trophy Points:
    91
    Ratings:
    +2,093 / -0
    mmmm.....

    saya mungkin yg termasuk dualis itu. menurut saya emang ga ada yg namanya kebenaran absolut. kebenaran yg diyakini 1 orang sangat mungkin bertentangan dengan kebenaran orang lain.
    jadi menurut saya hal positif (apa yg terjadi) tidak bisa dicampurkan dengan hal normatif (apa yg seharusnya terjadi). karena setiap orang pasti punya pandangan tersendiri untuk apa yg seharusnya terjadi.

    tentang perang sendiri, mungkin menurut kita adalah sesuatu yang sangat buruk yg seharusnya dihindari. tapi belum tentu menurut orang lain. mungkin menurut mereka perang dibutuhkan untuk membuat dunia menjadi lebih baik, atau untuk melawan kejahatan. intinya menurut saya segala sesuatu tuh netral. pandangan manusia lah yg membuatnya benar atau salah.
     
  11. Di4m0nD M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 6, 2011
    Messages:
    704
    Trophy Points:
    82
    Ratings:
    +88 / -0
    menurut gw sains dan teknologi sama sekali g salah, yg salah tuh org2 yg menyalahgunakan penemuan2 tersebut
    kalo ada penemuan baru itu sebener nya kan buat membantu mempermudah kehidupan manusia
    cuman ya karna org2 yg tidak bertanggung jawab, malah menyalahgunakan penemuan untuk perbuatan yg negatif
     
  12. rapturous M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 10, 2010
    Messages:
    273
    Trophy Points:
    31
    Ratings:
    +123 / -0
    klo kata dosen ane mah "ilmu itu netral tergantung dari orang yang menggunakannya untuk apa"

    :niceinfo:
     
  13. mynameishiroko M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 6, 2011
    Messages:
    740
    Trophy Points:
    67
    Ratings:
    +220 / -0
    Gumilar Rusliwa Sumantri ... Rektor UI tuh yg ngomong... emang bener sih yg diomongkan. Sains itu tak perlu "didewakan" apalagi dipandang sebagai "malaikat maut" yg akan membunuh "agama"... cara pandang biner seperti itu yg harus dikikis. Bukan sekedar 0 dan 1, tapi juga ada 0.0001, 0.001, 0.1, 0. 2 dst...
     
    Last edited: Sep 15, 2012
  14. yonkchan Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Aug 23, 2012
    Messages:
    204
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +2 / -0
    "Ilmu alam dan ilmu sosial berasal dari satu induk, yaitu Filsafat."

    saya suka kata2 ini :hahai:

    mempertentangkan berarti mempertanykan ibunya sendiri donk..

    alam dan sosial adlah kebenaran, bersama2 mreka akan menemukan kebenaran..
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.