1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Novel Rindu - Tere Liye

Discussion in 'Book Review' started by udhienbong, Oct 6, 2014.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. udhienbong MODERATOR
    SENIOR GM

    Offline

    Si Paling IDWS

    Joined:
    Aug 15, 2012
    Messages:
    26,434
    Trophy Points:
    368
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +115,874 / -3
    Rindu Tapi Tidak Rindu​


    [​IMG]

    Judul Buku : Rindu
    Penulis : Tere Liye
    ISBN : 978-602-8997-90-4
    Penerbit : -
    Editor / Penyelaras Kata : -
    Desain cover : -
    Layout isi : -
    Tanggal Terbit : Jakarta, 2014
    Harga : Rp 69.000
    Tebal : 13.5 X 20.5 Cm




    Ringkasan

    Di beberapa web ada yang bilang bahwa novel ini merupakan lima cerita yang dimuat dalam satu perjalanan. Hemat saya, empat cerita dengan latar belakang yang berbeda dijadikan satu dalam sebuah perjalanan mungkin satu kalimat yang bisa menggambarkan novel ini secara umum. Kenapa saya sebut dengan empat cerita? karena saya tidak melihat sesuatu yang bisa dikatakan sebagai cerita kelima. Pada masing-masing cerita itu mempunyai makna filosofisnya masing-masing dan saya tidak mendapatkan sesuatu dari cerita yang kelima tersebut, entah maksudnya cerita kelima itu yang mana. Saya bisa klasifikasikan makna tersebut menjadi dua, secara umum dan secara khusus.
    Makna secara umum, novel ini bercerita bahwa perjalanan haji selalu bisa menjawab pertanyaan yang selama ini membelenggu jamaahnya, bisa didapat secara langsung maupun tidak langsung. Menjawab pertanyaan disini maksudnya jika ada satu jamaah yang punya 'dosa' di masa lalu maka ketika dia melakukan perjalanan haji maka akan diberikan petunjuk untuk menanggapi 'dosa' tersebut dengan cara yang positif.
    Secara khusus masing-masing cerita mempunyai tema tentang kemunafikan seorang yang pandai menyampaikan kata-kata bijak, dendam lama anak kepada orang yang seharusnya dia sayangi, taubat seorang yang dipaksa sebagai pelacur dan rasa kehilangan seseorang yang dicintai.

    Isi

    Novel ini mempunyai setting perjalanan haji yang dilakukan sebelum kemerdekaan 1945, menyusuri beberapa tempat dengan kapalnya yang bernama Blittar Holland seperti Surabaya, Semarang, Batavia, Lampung, Bengkulu, Padang, Aceh dan lain sebagainya hingga sampai di Jeddah. Novel ini bisa dibilang edukatif karena menyisipkan beberapa cerita sejarah dan dikaitkan dengan cerita novelnya.

    Ada empat tokoh utama menurut pandangan saya, keempat tokoh tersebut berjalan di atas kapal yang sama dalam melakukan perjalanan haji itu. Tokoh-tokoh utama tersebut yaitu Daeng Andipati, pedagang kaya raya yang membawa istri dan kedua anaknya yang bernama Anna & Elsa. Gurutta, sapaan bagi seorang ulama terkemuka yang berasal dari Palu, juga menjadi seseorang yang dibenci oleh tentara Belanda yang bertugas menjaga kapal. Ling-ling, yang mempunyai sapaan Bonda Upe sebagai guru mengaji anak-anak selama perjalan. Terakhir, Ambo Uleng, pelaut asal Palu yang meninggalkan pekerjaan di tempat ia dibesarkan untuk bekerja di atas kapal Blittar Holland.
    Perjalanan haji berlangsung selama 90 hari dan selama 90 hari itu menjawab pertanyaan-pertanyaan besar yang mengganjal kehidupan dari masing-masing tokoh utama dari mulai keberangkatan hingga kepulangan.

    Secara urut pertanyaan-pertanyaan yang berhasil di jawab selama perjalanan itu adalah pertanyaan besar milik Ling-ling, Daeng Andipati, Ambo Uleng dan yang terakhir Gurutta.
    Ling-ling merupakan bekas pelacur. Dia tidak sengaja masuk ke dunia tersebut, melainkan dijebloskan orang tuanya sendiri kesana karena satu dan banyak hal. Dia merasa malu akan masa lalunya itu dan melampiaskan dengan apa yang dia alami saat ini. Rasa malunya itu menghambat dirinya dalam pergaulan, dia terlarut dengan masa kelamnya itu tanpa memikirkan hal positifnya. Dia tidak melihat ada suaminya yang sayang pada dirinya biarpun sudah tau latar belakang istrinya itu, dia tidak melihat ada anak-anak yang menunggu di luar sana, menunggu untuk diberikan ajaran agama. Rasa malunya itu lambat laun hilang setelah mendapatkan 'advice' dari seorang yang disapa Gurutta. Konflik dan solusi pada latar belakang Ling-ling terlalu biasa dan klimaksnya juga tidak begitu spesial.
    Kaya, pintar, punya istri cantik, punya anak yang pintar, siapa yang tidak mendambakan kehidupan yang 'wah' seperti itu di masa sebelum kemerdekaan itu. Daeng Andipati bahkan menganggapnya bukanlah sesuatu yang spesial karena ada sesuatu yang masih mengganjal hatinya, sesuatu yang memercikkan api dendam itu hingga ia pergi haji bersama keluarganya. Ia memiliki dendam kepada ayahnya yang menurut dia telah menzalimi keluarganya sendiri, ayahnya sangat terkenal dengan kekayaan yang ia miliki, semua orang menganggap bahwa keluarganya memiliki kehidupan yang diimpikan oleh orang banyak, padahal nyatanya tidak. Hanya ada kesengsaraan di dalam keluarganya karena ulah ayahnya ini. Perilaku kasar ayahnya terhadap anggota keluarga terlebih lagi kepada ibunya, membuat Daeng Andipati di belenggu rasa dendam. Ia heran kenapa ibunya masih saja mencintai ayahnya yang berkelakuan seperti itu. Jawaban akan dendam itu lagi-lagi di jawab oleh Gurutta, ulama tersohor dari asalnya. Pada dasarnya Daeng Andipati tidak benci kepada ayahnya melainkan benci kepada dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa atas kejadian tersebut.
    Umurnya masih 24 tahun, tapi ketika diwawancara oleh kapten Philips dia mengaku telah memiliki pengalaman berlayar selama 25 tahun. Dia terlahir sebagai anak seorang pelaut yang sejak kandungannya pun dia sudah hidup dilaut. Rasa benci dirinya akan kehilangan seseorang mendorong dia untuk pergi menjauh dari tempat yang ia kenanginya itu. Blittar Holland menjadi pelabuhan sementara ia untuk pergi menjauh, melupakan orang dan tempat yang pernah ia kenang. Akan tetapi pada perjalanannya tidak demikian, dia malah terlarut dalam kesedihan yang lebih mendalam selama perjalanan. Keceriaan di dalam kapal dan pelajaran-pelajaran yang ia didapatkan selama ada Gurutta dan peristiwa yang ia pecahkan memberikan pelajaran baginya, bahwa ada satu saat dimana sesuatunya akan indah jika kita terus menatap kedepan.
    Terakhir ini cukup rumit dan merupakan konflik yang bikin saya cukup mikir akan endingnya seperti apa, Gurutta, pada awal cerita dia tampak seperti orang yang superb, jadi panutan orang lain, piawai memberikan nasihat dan bijak. Ternyata makin ke bagian-bagian selanjutnya dia punya kisah menariknya sendiri, untuk yang satu ini saya tidak mau merangkumnya karena dibandingkan dengan kisah yang lain, kisah Gurutta merupakan yang paling menarik untuk di lanjuti, motivasi saya untuk melanjutkan novel ini juga datang dari kisah Gurutta.

    Setibanya di tujuan sama halnya dengan cerita-cerita haji pada umumnya, mendapatkan petunjuk dari yang maha kuasa melalui perantara dan lain sebagainya. Rindu disini hemat saya maksudnya adalah menginginkan sesuatu yang baik itu untuk datang kembali bagaimanapun prosesnya, yang jelas apapun yang ada dihadapan kita harus tetap di jalani untuk menjawab kerinduan itu kita sendiri. Tidak rindu pada judul yang saya buat mempunyai makna lain, karena saya masih kurang puas akan cerita novel ini, coba saja masing-masing tokoh utama dikemas ceritanya semenarik kisah Gurutta, yang tidak langsung di ekspos dan diberikan solusinya lalu selesai sudah masalah. Sebaiknya bisa dikemas dengan seiring berjalannya waktu, solusi-solusi dari konflik yang disampaikan itu seolah-olah selesai dengan sendirinya, seiring dengan pelajaran yang diambil dari perjalanan haji. Kisah-kisah pilu seperti ini dalam perjalanan haji terdengar sangat biasa bagi orang-orang yang suka mendengar cerita agama seperti saya. Jadi pengalaman spiritual dari novel ini bagi saya hanya ulangan semata, dan membacanya hanya untuk menjawab rasa penasaran atas kisahnya Gurutta itu tadi.

    Penutup

    6 / 10

    Mungkin ini penilaian bagi saya yang sering mendengar tentang cerita agama, cerita-cerita seperti novel ini sangat biasa dan hampir tidak ada bumbu yang begitu spesial, bahkan di beberapa bagian ada yang saya skip karena jalan cerita yang mudah sekali untuk di tebak. Masuk chapter 20 pun saya sudah bisa mengira konflik dari masing-masing tokoh utama dan ternyata itu benar setelah saya baca semuanya.

    Hanya saja point plus yang patut saya acungi jempol adalah cerita novel ini yang mengaitkannya dengan peristiwa-peristiwa sejarah pada masa itu, sehingga dari membaca novel ini juga bisa membaca sejarah dengan cara yang menyenangkan.
     
    • Like Like x 8
    • Thanks Thanks x 7
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. dentiey Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 9, 2010
    Messages:
    26
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +14 / -0
    tbh, saya lumayan kecewa dengan buku ini.

    pertama, mau ngakak dulu karena nama tokoh utama(?)-nya anna dan elsa =)) #HEH well, tidak penting. tapi menurut saya, elsa umur 15 tahun itu semacam...kurang cocok. apa ya, imo, elsa ini terlalu childlike untuk jadi anak 15 tahun. bang tere sering mendeskrip kalau dia lari-larian di kabin, main congklak, dibilang gadis kecil, dll. kayaknya bakal lebih cocok kalau umurnya itu 11 atau 12 :-? entahlah. ini preferensi personal.

    kedua, anna-elsa tidak se-adorable itu kok. saya gak tau kenapa mereka jadi favorit penumpang kapal. yah, anna is lucu (mayanlah). dia ramai dan cukup menggemaskan. tapi elsa? hmm, no. dan rasa-rasanya mereka enggak ngasih kontribusi sebesar itu sampai-sampai hampir semua penumpang kapal pantas suka. even gurutta, bonda upe, dll--hhh, ayolah. fakta satu ini agak sedikit dipaksakan, imo lagi.

    ketiga, novel ini gak ada klimaksnya. perjuangan mereka melawan perompak itu lumayan seru, tapi, inti utamanya terletak di 5 pertaanyaan itu, kan? poin yang menurut saya agak--errr. maksudnya, kalau memang cuma itu, novel ini bisa gak setebal ini loh. saya ngerasa pace-nya terlalu lambat. banyak adegan berulang kayak gimana anna-elsa ngabisin hari mereka, proses merapatnya kapal, dll yang sedikit...pointless (?) waktu tau setting-nya kapal, saya mengharapkan sesuatu yang lebih menegangkan. misalnya kapal tenggelam #eh (oke bukan), misalnya semacam pertarungan karena disini, juga disinggung masalah kemerdekaan dsb. tapi ternyata gak ada. hiks. ya sudahlah.

    overall, setuju sama yang atas: 6/10
     
    • Like Like x 2
  4. dedmar Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 4, 2014
    Messages:
    59
    Trophy Points:
    7
    Ratings:
    +11 / -1
    kalo diliat dari judul bukunya: Rindu, sebenernya menarik. saya juga jadi penasaran. tapi setelah liat review di atas dan baca setting ceritanya keliatannya mengurungkan niat dan nyari buku yang lain.
     
  5. terlihatbodoh Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 25, 2014
    Messages:
    23
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +2 / -0
    melihat judulnya pasti tertarik. tapi kok ya kebanyakan yg baca remaja kekinian jadi males bacanya.
     
    • Like Like x 1
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.