1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

remaja bermasalah? salah siapa

Discussion in 'Education Free Talk and Trivia' started by ichreza, Aug 1, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. ichreza M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Nov 8, 2009
    Messages:
    838
    Trophy Points:
    191
    Ratings:
    +8,787 / -0
    Remaja Bermasalah, Tanggung Jawab Siapa?
    SEORANG ayah termangu di hadapan kepala sekolah. Putranya yang selama ini ia anggap "anak manis", terbukti menghancurkan kaca-kaca mobil sang kepala sekolah. Persoalannya jadi panjang, karena selepas mengumbar aksi hooligan-nya itu si anak berteriak-teriak lantang, "Ayo... siapa berani tangkap gue, artinya bakal urusan sama babe gue!”
    Ilustrasi di atas menunjukkan betapa "berbahaya"-nya terminologi babe gue. Memang, ini hanya berlaku bagi anak-anak yang menganggap bahwa orang tuanya mampu dan akan berbuat apa saja demi kepentingan mereka. Pendek kata, semakin besar tingkat kesuksesan dan keberpengaruhan seorang ayah atau ibu, baik karier maupun kasta sosial kemasyarakatan, kian menganga jualah kemungkinan ke arah pemanfaaan-pemanfaatan yang keliru terhadap istilah babe gue, terutama bila mereka alpa membangun fondasi ideal.
    Faktanya, pada beberapa kasus kenakalan, pelanggaran hukum, atau kejahatan remaja, kerap dijumpai si pelaku berasal dari keluarga maupun pasangan orang tua baik-baik.
    Makanya, orang tua kerap terkaget-kaget ketika mendapati kelakuan anaknya ternyata bertolak belakang dengan yang setiap hari mereka lihat.
    Belakangan, mencuat fakta bahwa Almarhum Aip Hidayat, tersangka pelaku bom Bali II, ternyata berasal dari keluarga baik-baik juga. Kedua orang tuanya - yang begitu taat pada agama - sama sekali tidak menyangka putranya jadi tersangka teroris (Pikiran Rakyat, 20 November 2005).
    Kenapa dan bagaimana ini bisa terjadi? Lalu, kalau anak telanjur bermasalah, ini jadi tanggung jawab siapa? Orang tua, guru, ataukah aparat hukum?
    **​
    E. KENT Hayes, dalam bukunya Why Hood Parent Have Bad Kids, mengemukakan contoh kasus Robert Winston (20). Pria usia remaja ini terkena hukuman penjara 10 tahun lebih lantaran merampok toko minuman keras dengan senjata. Padahal, ayah anak tunggal ini seorang eksekutif perusahaan asing yang sukses, sekaligus anggota dewan direktur universitas almamaternya. Ibunya seorang aktivis sosial yang rajin berderma.
    Kasus lain, seorang remaja yang rajin, taat, dan baik hati, berasal dari keluarga terpandang, tiba-tiba kedapatan mencuri mobil dan tertangkap. Padahal, bagi keluarganya mobil bukanlah barang yang sulit dijangkau. Jadi, kenapa ia nekat menggasak mobil?
    Guna melihat sisi lebih dalam dari persoalan ini, ada baiknya kita amati lebih dulu latar belakang keluarganya. Kalaupun orang tuanya disebut-sebut sebagai good parents alias orang tua baik-baik, lantas baiknya itu untuk siapa?
    Sebab, sepasang orang tua terhormat, apalagi sukses dan bereputasi baik masih perlu melihat lagi, apakah perannya terhadap anak-anaknya juga sama bagusnya. Benarkah mereka telah menjalankan manajemen rumah tangga dengan baik juga, misalnya?
    Pada dasarnya, ada beberapa unsur besar yang sering berpengaruh pada perilaku anak. Salah satunya adalah kondisi fisik rumah. Terlalu sempit tidak baik, kelewat luas pun tak menguntungkan, karena mengurangi keakraban. Selain itu, ada juga faktor fasilitas keluarga. Peralatan dan perlengkapan rumah, idealnya, jadi sarana belajar dan sumber inspirasi. Bukan sebaliknya, malah menjadikan anak individual dan tidak memedulikan lingkungan.
    Faktor lainnya, ketidakharmonisan manajemen waktu rumah tangga yang mencakup jadwal kegiatan harian keluarga. Tak sedikit anak dari orang tua yang sangat sibuk merasa asing di rumah sendiri. Aturan disiplin kurang jelas atau bahkan tidak ada. Perlakuan orang tua terhadap anak pun, ujung-ujungnya, kelewat bersandar pada sisi emosional, tanpa keseimbangan antara perasaan dan nalar.
    Selain itu, suasana keluarga juga berpengaruh pada perilaku anak. Orang tua yang kurang mengarahkan suasana pada segi-segi sosial dan kognitif akan menumbuhkan sisi individualis dan egoisme anak. Sementara hubungan antar anggota keluarga yang kurang mesra, tidak saling menghargai, tidak menghormati tanggung jawab pribadi, tidak menciptakan kemandirian, berpotensi membuahkan karakter negatif anak.
    Anak bisa jadi bermasalah bila ia tak mendapatkan kasih sayang, tak punya kesempatan merasakan pengalaman baru, tak pernah memperoleh penghargaan, serta tak punya peluang untuk belajar mandiri dan bertanggung jawab.
    Memang, suatu sebab negatif tidak selalu membawa akibat yang sama, lantaran temperamen pun berbeda-beda. Ada anak pemarah, ada juga anak penyabar. Ada yang cerdas, ada juga anak berdaya pikir lambat. Ujung-ujungnya, penyesuaian diri dan keterampilannya saat menghadapi setiap masalah berbeda pula.
    Lebih jauh, Kent Hayes membeberkan 12 indikator kecenderungan kenakalan anak, yakni mencuri lebih dari satu kali, lari dari rumah, sering berbohong, sengaja membakar sesuatu sampai mengakibatkan kebakaran, membolos dari sekolah, masuk rumah atau kendaraan orang lain tanpa izin, gemar merusak barang milik orang lain, kejam secara fisik terhadap binatang maupun teman, memaksa lawan jenis untuk melakukan aktivitas seksual, sering menggunakan senjata dalam perkelahian, sering memulai perkelahian, mendorong atau merampok.
    **​
    BAHWA mendidik anak merupakan tanggung jawab utama orang tua, itu sepenuhnya benar. Lantas, di mana peran lembaga sekolah? Pada intinya, sekolah hanya membantu orang tua mendidik anak. Sebaliknya, kewajiban utama sekolah adalah mengajar anak.
    Faktanya, lantaran tak mau pusing dan tak punya banyak waktu, banyak orang tua yang mengalihkan begitu saja tanggung jawab mendidik anak pada sekolah. Bahkan, jika anaknya kedapatan berperilaku kriminal, tak jarang orang tua langsung menuding sekolah atau gurunya. Keadaan ini bisa bertambah parah kalau remaja bermasalah mengetahui bahwa orang tuanya menyalahkan sekolah. Ya, ujung-ujungnya anak merasa "dibela" orang tuanya, meskipun jelas-jelas bersalah. Lalu, muncul terminologi "babe gue" tadi.
    Bisa jadi, tudingan pada sekolah muncul lantaran ada kerancuan pengertian antara mendidik dan mengajar. Padahal, pada hakikatnya, mendidik lebih mengarah pada pembentukan moral, sedangkan mengajar lebih pada perkembangan intelektualnya. Makanya, tak tepat kalau orang tua membebankan pada sekolah sepenuhnya agar si anak jadi pintar sekaligus bermoral sempurna. Sebab, tugas pendidikan moral sebenarnya merupakan "jatah" orang tua.
    Benar, dalam kegiatan belajar mengajar, sekolah menyertakan sisi pendidikannya. Tapi, itu lebih terarah pada penciptaan suasana belajar. Jadi, bukan pendidikan moral langsung. Misalnya saja, di rumah anak-anak dididik untuk menutup mulut kalau sedang makan, agar sopan. Di sekolah, guru mengajar mereka tutup mulut agar tidak mengganggu kawan-kawannya yang sedang belajar. Lepas dari urusan sopan atau tidak.
    Tak termungkiri, guru utama anak adalah orang tua. Idealnya, proses ini terjadi pada tahapan infancy, sejak anak di pangkuan.
    Masalahnya sekarang, kini banyak orang tua yang sibuk bekerja menetapkan prinsip kualitas perhatian pada anak lebih penting dibanding kuantitas. Sebenarnya itu sah-sah saja, meskipun idealnya orang tua tetap bersikap wajar. Artinya, orang tua tak perlu merasa bersalah lantaran kurang punya waktu lantas jadi bersikap berlebihan.
    Orang tua juga perlu menimbang timing. Kira-kira kapankah saat paling tepat untuk menumpahkan perhatian pada anak. Sebaiknya, jangan sampai anak sedang tidur atau asyik bermain, orang tua memaksakan perhatian karena waktunya cuma sedikit.
    Guna memperkecil akibat negatif dari terbatasnya waktu untuk anak, orang tua bisa menerapkan beberapa hal, antara lain menerapkan disiplin tegas dan komunikasi efektif. Tegas tidak berarti keras. Misalnya, jika anak pulang sekolah sementara orang tua belum kembali, beri pengertian agar ia mengambil sendiri makan siangnya. Jurus lain, buatlah agar anak betah di rumah. Sebab berada di rumah dan dikunjungi kawan-kawannya, masih lebih baik daripada sebaliknya.
    Akhir kata, sangat menggembirakan jika setiap orang tua mau berusaha agar tak satu pun dari 12 indikator Kent Hayes tadi muncul pada perilaku anak, semisal aksi hooligan tadi, terlebih sampai menjadikan babe gue" sebagai senjata. Jika itu sampai terjadi, sebaiknya orang tua pasang kuda-kuda dan bersikap (lebih) waspada. (Elsya Tri Ahaddini, SH)***
     
    • Thanks Thanks x 2
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. sujarwe Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 1, 2011
    Messages:
    37
    Trophy Points:
    21
    Ratings:
    +4 / -0
    setuju nih saya.
    pendapat pribadi nih:
    orang tua disini perannya sangat besar dalam mengarahkan anak-anaknya.
    sekolah perannya terbatas dalam mengarahkan karena menurut saya, sekolah hanya untuk mengajarkan , tetapi urusan mendidik itu tetap urusan orang tua
     
  4. Linor Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Aug 22, 2011
    Messages:
    270
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +3 / -0
    Tapi tergantung anaknya mampu gak sama arahan arahan orang tuanya....
    kalo dasarnya emang dah rusak ya tetep aja susah :dead:
     
  5. jarmen_kerll M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 22, 2009
    Messages:
    688
    Trophy Points:
    81
    Ratings:
    +81 / -3
    gak ada dasar anak yang rusak... semua anak dasarnya sama sama2 gak tau apa2 orang tuanyalah yang akan membuat dia menjadi baik atau buruk.. kalo orang tuanya dengan sangat baik menuntun anaknya menuju hal yang baik insyaAlloh tui anak akan jadi baik.. tapi kalo orang tuanya lepas tangan ya tu anak akan tumbuh sesuai dengan lingkungan tempat dia bergaul
     
    • Thanks Thanks x 1
  6. dyelewer M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Aug 20, 2010
    Messages:
    4,132
    Trophy Points:
    226
    Ratings:
    +5,067 / -0
    Orang tua juga ga bisa disalahkan..

    :onfire:

    Anak itu justru lebih banyak terpengaruh sama temen2nya,,
    walaupun si anak di rumah dididik dengan baik, tapi kalau lingkungn pergaulannya rusak ya juga jadi ikut rusak..
     
  7. wnr_yo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 1, 2010
    Messages:
    29
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +1 / -0
    ketika anak kecil, orang tua yang paling berperan/bertanggungjawab, namun ketika dewasa, setiap anak punya tanggungjawab atas keputusannya,, bersyukurlah jika pendoidikan moral yg ditanamkan sejak kecilnya bagus, jika tidak maka usaha besar bg anak tersebut untuk mencari kebenaran yg sesungguhnya.
     
    • Thanks Thanks x 1
  8. Khortdad Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Mar 30, 2011
    Messages:
    239
    Trophy Points:
    26
    Ratings:
    +212 / -0
    lingkungan pergaulan jg memiliki pengaruh yg besar dalam perkembangan kepribadian si anak. :awas:
     
  9. saoyuan M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Nov 13, 2009
    Messages:
    2,037
    Trophy Points:
    112
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +364 / -0
    urusan remaja yang bermasalah sebenarnya ada pada orang tua, orang tua yang baik belum tentu memiliki anak yang baik juga. karena kehidupan seorang anak memiliki pengaruh dari pergaulan dan juga jabatan orang tuanya. jika anak tersebut mendapat pendidikan yang baik, perrgaulan yang baik juga, dia pasti anak menjadi anak yang baik begitu juga sebaliknya
     
  10. armarics M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Nov 16, 2010
    Messages:
    1,252
    Trophy Points:
    192
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,696 / -0
    ga ada yang lebih bermakna komennya kk? :bloon:
    biasanya komentar seseorang menunjukan intelegensia orangnya...:unyil:
    =======================================

    yupz benar dari lahir sampai kita punya dasara pemikiran kita dibawah pengasuhan orang tua. dibawah pengawasan orang tua [asumsikan masih punya orang tua]. disini dasar kita membentuk kepribadian. biasanya apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dari orang tua, akan kita tiru.
    selepas itu, diusia yang sangat rentan [usia SMP-SMA] kita dipengaruhi lingkungan. lingkunganlah yang akan mebentuk kita. jadi sekali lagi, pengawasan orang tua lah yang penting. dimana kita bergaul, dengan siapa kita bergaul, seperti apa kita bergaul itu tanggung jawab mereka untuk mengawasi dan meluruskannya.
    selepas itu [usia kuliah dst] itu jadi tanggung jawab kita pribadi. tapi, biasanya kedepannya akan sangat tergantung dari dua tahap pembentukan karakter awal kita. apakah kita akan lurus, setengah bengkok, bengkok, atau patah sama sekali.

    bisa disimpulkan kan kalo remaja bermasalah itu salah siapa?
     
    • Thanks Thanks x 1
  11. dizay Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Mar 28, 2010
    Messages:
    25
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +1 / -0
    bener banget, gmn cerminan seorang anak dalam kehidupan sehari-hari merupakan refleksi dari cara mendidik anak tersebut di rumahnya
    seorang anak juga membutuhkan perhatian dan dampingan orang tua dalam mengembangkan kepribadiannya
     
  12. ichreza M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Nov 8, 2009
    Messages:
    838
    Trophy Points:
    191
    Ratings:
    +8,787 / -0
    faktanya banyak orangtua yang menyerahkan semuanya ke sekolah gan, akhirnya sekolah dijadikan kambing hitam oleh orangtua....
    kalo anaknya menyimpang, pasti yang disalahkan gurunya...betul nggak....

    boleh selektif memilih teman, asal jangan terlalu selektif aja nggak asyik jadinya

    trus gimana kalo anak jarang bergaul, yang disalahkan siapa?
     
    Last edited by a moderator: Sep 1, 2011
  13. hero4dohl M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 18, 2010
    Messages:
    1,624
    Trophy Points:
    176
    Ratings:
    +3,849 / -0
    mengutip dari rob b hood

    "you are what you eat. what you feed and teach stay with him for life"
    zaman skrg pengaruh lingkungan keluarga besar banget..

    apalagi kl dari kecil di lingkungan rumahnya sering ngomong kata2 kasar dan jorok..
    pasti akan ditiru anak2
     
  14. delseikdepalin Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 10, 2010
    Messages:
    123
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +9 / -0
    semua kembali kepada orang tua dan remaja itu sendiri bagaimana cara penanganan yang tepat...
     
  15. edwardsuputro Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 1, 2009
    Messages:
    10
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +0 / -0
    stuju . dr kecil hrus dididik yang bener, entar besar anak akan tau sendiri mana yang baik mana yang buruk. =)
     
  16. earthlink Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Aug 4, 2008
    Messages:
    255
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +383 / -0
    biasanya sih pengaruh lingkungan sekitar dan yg paling penting keluarga... karena khan ada pepatah, buah jatuh ngak jauh dari pohonnya..
     
  17. indraiebe Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 19, 2011
    Messages:
    82
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +0 / -0
    masalah pendidikan sangat penting dilakukan oleh orang tua..
    hal ini sangat terasa oleh saya sendiri..
    dulu ketika remaja mungkin kita bertanya2 atau bahkan tidak habis pikir dengan keputusan2 yang dilakukan oleh orang tua,,
    namun pda saat ini saya menyadari dan bersyukur bahwa saya telah dibesarkan dan diarahkan dengan baik oleh orang tua saya..
    jadi, peranan orang tua disini menurut saya sangatlah vital...
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.