1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Aviation Pesawat-Pesawat Tempur Fighter Tercanggih Saat Ini

Discussion in 'Military Interest' started by eXcImEr, Oct 14, 2009.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. eXcImEr M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    May 18, 2009
    Messages:
    5,254
    Trophy Points:
    226
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +35,993 / -1
    [​IMG]
    Sukhoi T-50 yang merupakan pesawat generasi ke-5 milik Russia pasca bubarnya USSR mengembalikan kesetimbangan teknologi militer antara Russia dan USA. Pesawat yang ditunggu oleh publik russia ini akhirnya melakukan test terbang pertama kalinya Januari kemaren... Namun, pesawat anti radar ini tetap membuat Russia ketinggalan dalam hal teknologi Stealth dari amerika karena pesawat ini baru operasional pada tahun 2015, jauh ketinggalan dibanding F-22 Raptor yang masuk operasional pada 2005....

    Spesifikasinya:

    General characteristics
    • Crew: 1
    • Length: 19.8 m (65.9 ft)
    • Wingspan: 14 m (46.6 ft)
    • Height: 6.05 m (19.8 ft)
    • Wing area: 78.8 m2 (848.1 ft2)
    • Empty weight: 18,500 kg (40,785 lb)
    • Loaded weight: 26,000 kg (57,320 lb)
    • Useful load: 7,500 kg (combat load) (16,534 lb)
    • Max takeoff weight: 37,000 kg (81,570 lb)
    • Powerplant: 2× New unnamed engine by NPO Saturn and FNPTS MMPP Salyut of 175 kN each. Prototype with AL-41F1 of 147 kN each, definitive version with new engine >157 kN
    • Maximum Fuel weight: 10,300 kg (22,711 lb)
    Performance
    • Maximum speed: 2,600 km/h (Mach 2.45) (1,615 mph) ; at 17,000 m (45,000 ft) altitude
    • Cruise speed: 1,300 - 1,800 km/h (808 - 1,118 mph)
    • Ferry range: 5,500 km
    • Service ceiling: 20,000 m (65,616 ft)
    • Rate of climb: 350 m/sec (1,184 ft/sec)
    • Wing loading: 330(normal) - 470(maximum) kg/m2 (67(normal) - 96(maximum) lb/ft2)
    • Thrust/weight: 1.4
    • Maximum g-load: +11.0 g
    Armament
    • Guns: None on prototype. Apparent provision for a cannon (most likely GSh-301)
    • Hardpoints: Two internal bays estimated at 4.6-4.7 metres by 1-1.1 metres.[47] . Other sources suggest two auxiliary internal bays for short range AAMS and 6 external hardpoints

    [​IMG]
    F-22 Raptor adalah pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi pesawat tempur Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen. Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan akhirnya diberi nama F-22A ketika resmi mulai dipakai pada Desember 2005. Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan, dan perakitan F-22. Kemudian mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan.

    Sejarah
    YF-22, pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22.

    Advanced Tactical Fighter (ATF) merupakan kontrak untuk demonstrasi dan program validasi yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk mengembangkan sebuah generasi baru pesawat tempur superioritas udara untuk menghadapi ancaman dari luar Amerika Serikat, termasuk dikembangkannya pesawat kelas Su-27 era Soviet.

    Pada tahun 1981, Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk menggantikan F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.

    Proposal untuk kontrak ini diajukan pada tahun 1986, oleh dua tim kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General Dynamics dan Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986 untuk melalui fase demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang akhirnya menghasilkan dua prototip, yaitu YF-22 dan YF-23.

    Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat paling canggih pada awal abad ke-21, karena itu, pesawat ini merupakan pesawat tempur paling mahal, dengan harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan.[1] Pada April 2005, total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar, menyebabkan jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu 381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat.[2] Salah satu faktor penyebab pengurangan ini adalah karena F-35 Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan harga satuan yang lebih murah.

    Produksi
    Proses produksi F-22.

    F-22 versi produksi pertama kali dikirim ke Pangkalan Udara Nellis, Nevada, pada tanggal 14 Januari 2003. Pengetesan dan evaluasi terakhir dilakukan pada 27 Oktober 2004. Pada akhir 2004, sudah ada 51 Raptor yang terkirim, dengan 22 lagi dipesan pada anggaran fiskal 2004. Kehancuran versi produksi pertama kali terjadi pada 20 Desember 2004 pada saat lepas landas, sang pilot selamat setelah eject beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini menyimpulkan bahwa interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas landas menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol.[7]

    Pergantian nama

    Versi produksi pesawat ini diberi nama F-22 Raptor ketika pertama kali dimunculkan pada tanggal 9 April 1997 di Lockheed-Georgia Co., Marietta, Georgia.

    Pada September 2002, petinggi Angkatan Udara Amerika Serikat merubah nama Raptor menjadi F/A-22. Penamaan ini, yang mirip dengan penamaan F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, bertujuan untuk mendorong citra Raptor sebagai pesawat tempur sekaligus pesawat serang darat, dikarenakan oleh perdebatan yang terjadi di pemerintahan AS tentang pentingnya pesawat tempur superioritas udara yang sangat mahal. Nama ini kemudian dikembalikan lagi menjadi F-22 saja pada 12 Desember 2005, dan kemudian pada 15 Desember 2005 F-22A secara resmi mulai dipakai.[8]

    Pembelian

    Awalnya Angkatan Udara Amerika Serikat berencana memesan 750 ATF, dengan produksi dimulai pada tahun 1994. Pada tahun 1990 Major Aircraft Review merubah rencana menjadi 648 pesawat udara yang dimulai pada tahun 1996. Tujuan akhirnya berubah lagi pada tahun 1994, menjadi 442 pesawat memasuki masa pakai pada tahun 2003 or 2004. Laporan Kementrian Pertahan pada tahun 1997 merubah pembelian menjadi 339. Pada tahun 2003, Angkatan Udara mengatakan bahwa pembatasan pembiayaan kongresional yang ada sekarang membatasi pembelian menjadi 277. Pada tahun 2006, Pentagon mengatakan akan membeli 183 pesawat, yang akan menghemat $15 milyar tapi akan menaikkan pembiayaan per pesawat. Rencana ini telah mendapat persetujuan de facto dari Kongres dalam bentuk rencana pembelian beberapa tahun, yang masih membuka peluang untuk pemesanan baru melewati titik tersebut. Lockheed Martin telah mengatakan bahwa pada FY(Fiscal Year/Tahun Fiskal) 2009 mereka sudah harus tahu apakah lebih banyak pesawat akan dibeli, untuk pemesanan barang-barang long-lead.

    Pada April 2006, biaya F-22A ditaksir oleh Government Accountability Office menjadi $361 juta per pesawat. Biaya ini mencerminkan total biaya program F-22A total program cost, dibagi jumlah jet yang akan dibeli oleh Angkatan Udara. Sejauh ini, Angkatan Udara telah menginvestasikan sebanyak $28 milyar dalam riset, pengembangan, dan percobaan Raptor. Uang itu, yang disebut sebagai "sunk cost," telah dibelanjakan dan terpisah dari uang yang digunakan untuk pengambilan keputusan di masa depan, termasuk pembelian kopi dari jet tersebut.

    Saat semua 183 jet telah dibeli, $34 milyar akan dibelanjakan untuk pembelian pesawat udara ini sebenarnya. Ini akan menghasilkan biaya sekitar $339 juta per pesawat udara berdasarkan biaya total program. Kenaikan biaya dari satu tambahan F-22 adalah sekitar $120 juta. Jika Angkatan Udara akan membeli 100 buah tambahan F-22 hari ini, tiap pesawat akan berharga lebih rendah dari $117 juta dan akan terus jatuh dengan tambahan pembelian pesawat.[9]

    F-22 bukan pesawat paling mahal yang pernah ada; kekhasan itu sepertinya berpulang pada B-2 Spirit yang secara kasar bernilai $2.2 milyar per unit; walaupun kenaikan biaya di bawah 1 milyar US Dollar. Untuk lebih adilnya, pemesanan B-2 berubah dari ratusan menjadi beberapa lusin ketika Perang Dingin berakhir sehingga harga per unitnya melangit. F-22 menggunakan lebih sedikit bahan penyerap radar daripada B-2 atau F-117 Nighthawk, dengan harapan biaya perawatan yang akan menjadi lebih rendah.

    Karakteristik
    Mesin Pratt & Whitney F119 F-22.
    Pergerakan

    Mesin turbofan ganda Pratt & Whitney F119-PW-100 F-22 memiliki kemampuan pengarah daya dorong. Pengarah ini bisa mengatur perputaran axis pitch sampai sekitar 20°. Daya dorong maksimum mesin ini masih dirahasiakan, namun diperkirakan sekitar 35.000 lbf (156 kN) per turbofan. Kecepatan maksimum pesawat ini diperkirakan sekitar Mach 1,2 ketika dalam supercruise tanpa senjata eksternal. Dengan afterburner, menurut Lockheed Martin, kecepatannya "lebih dari Mach 2,0" (2.120 km/jam).

    F-22 juga bisa bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan supersonik maupun subsonik. Penggunaan pengarah daya dorong membuatnya bisa berbelok secara tajam, dan melakukan manuver ekstrim seperti Manuver Herbst, Kobra Pugachev,[10] dan Kulbit. F-22 juga bisa mempertahankan sudut menyerang konstan yang lebih besar dari 60°.[10][11] Ketinggian terbang juga mempengaruhi serangan. Dalam latihan militer di Alaska pada Juni 2006, para pilot F-22 menyebut bahwa kemampuan terbang pada ketinggian yang lebih tinggi dari pesawat lain merupakan salah satu faktor penentu kemenangan mutlak F-22 pada latihan tersebut.[12]

    F-22 menggunakan radar AN/APG-77 AESA yang dirancang untuk operasi superioritas udara dan serangan darat, yang sulit dideteksi pesawat lawan, menggunakan apertur aktif, dan dapat melacak beberapa target sekaligus dalam cuaca apapun. AN/APG-77 mengganti frekuensinya 1.000 kali setiap detik, membuatnya juga sangat sulit dilacak. Radar ini juga dapat memfokuskan emisi terhadap sensor lawan, membuat pesawat lawan mengalami gangguan.

    Informasi pada radar ini diproses oleh dua prosesor Raytheon, yang masing-masing dapat melakukan 10,5 miliar operasi per detik, dan memiliki memori 300 megabyte. Perangkat lunak pada F-22 terdiri dari 1,7 juta baris koding, yang sebagian besar memproses data yang ditangkap radar.[13] Radar ini memiliki jarak jangkau sekitar 125-150 mil, dan direncanakan untuk dimutakhirkan dengan jarak maksimum sekitar 250 mil.[12]

    F-22 juga memiliki beberapa fungsi yang unik untuk pesawat seukurannya. Antara lain, pesawat ini memiliki kemampuan deteksi dan identifikasi musuh yang hampir setara dengan RC-135 Rivet Joint.[12] Kemampuan "mini-AWACS" ini membuat F-22 sangat berguna di garis depan. Pesawat ini bisa menandakan target untuk pesawat F-15 dan F-16, dan bahkan dapat mengetahui pesawat apa yang pesawat kawan sedang targetkan, jadi bisa membuat agar pesawat kawan tidak mengejar target yang sama.[10][12]

    Bus data yang digunakan pesawat ini diberi nama MIL-STD-1394B, yang dirancang khusus untuk F-22. Sistem bus ini dikembangkan dari sistem komersial FireWire (IEEE-1394),[14] yang diciptakan oleh Apple dan sering ditemukan pada komputer Apple Macintosh. Sistem bus data ini juga akan digunakan pada pesawat tempur F-35 Lightning II.[14]

    Persenjataan

    F-22 dirancang untuk membawa peluru kendali udara ke udara yang tersimpan secara internal di dalam badan pesawat agar tidak mengganggu kemampuan silumannya. Peluncuran rudal ini didahului oleh membukanya katup persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem hidrolik. Pesawat ini juga bisa membawa bom, misalnya Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Small-Diameter Bomb (SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi apabila ini dipakai akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan, dan kelincahannya. Untuk senjata cadangan, F-22 membawa meriam otomatis M61A2 Vulcan 20 mm yang tersimpan di bagian kanan pesawat, meriam ini membawa 480 butir peluru, dan akan habis bila ditembakkan secara terus-menerus selama sekitar lima ******* Meskipun begitu, F-22 dapat menggunakan meriam ini ketika bertarung tanpa terdeteksi, yang akan dibutuhkan ketika rudal sudah habis.[10]

    Kemampuan siluman

    Pesawat tempur modern Barat masa kini sudah memakai fitur-fitur yang membuat mereka lebih sulit dideteksi di radar dari pesawat sebelumnya, seperti pemakaian material penyerap radar. Pada F-22, selain pemakaian material penyerap radar, bentuk dan rupa F-22 juga dirancang khusus, dan detil lain seperti cantelan pada pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat agar lebih tersembunyi.[15] F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali "pencari panas".

    Namun, F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah karena tidak tahan cuaca buruk.[16] Dan tidak seperti pesawat pengebom siluman B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan pada hangar biasa.[16] Selain itu, F-22 juga memiliki sistem yang bernama "Signature Assessment System", yang akan menandakan kapan jejak radar pesawat sudah tinggi, sampai akhirnya membutuhkan pembetulan dan perawatan.[16]

    Pemakaian afterburner juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh radar,[15] ini diperkirakan adalah alasan mengapa pesawat F-22 difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan supercruise.

    Spesifikasi (F-22 Raptor)

    Data dari USAF,[17] situs Tim F-22 Raptor,[18] dan Aviation Week & Space Technology[12]
    Karakteristik umum

    * Kru: 1
    * Panjang: 62 kaki 1 in (18,90 m)
    * Lebar sayap: 44 kaki 6 in (13,56 m)
    * Tinggi: 16 kaki 8 in (5,08 m)
    * Area sayap: 840 kaki² (78,04 m²)
    * Airfoil: NACA 64A?05,92 akar, NACA 64A?04,29 ujung
    * Berat kosong: 31.670 lb (14.365 kg)
    * Berat terisi: 55.352 lb (25.107 kg)
    * Berat maksimum lepas landas: 80.000 lb (36.288 kg)
    * Mesin: 2× Pratt & Whitney F119-PW-100 Turbofan pengarah daya dorong pitch, 35.000 lb (155,7 kN) masing-masing

    Performa

    * Kecepatan maksimum: ˜Mach 2,42 (2.575 km/jam) pada altituda/ketinggian tinggi[19]
    * Kecepatan jelajah: Mach 1,72[18] (1.825 km/h) pada altituda/ketinggian tinggi
    * Jarak jangkau ferri: 2.000 mi (1.738 nm, 3.219 km)
    * Batas tertinggi servis: 65.000 kaki (19.812 m)
    * Laju panjat: rahasia (tidak diketahui umum)
    * Beban sayap: 66 lb/kaki² (322 kg/m²)
    * Dorongan/berat: 1,26
    * Maximum g-load: -3/+9 g

    Persenjataan

    * Meriam: 1× 20 mm (0,787 in) M61A2 Vulcan gatling gun di pangkal sayap kiri, 480 butir peluru
    * Udara ke udara:

    * 6× AIM-120 AMRAAM
    * 2× AIM-9 Sidewinder

    * Udara ke darat:

    * 2× AIM-120 AMRAAM dan
    * 2× AIM-9 Sidewinder dan salah satu:
    o 2× 1.000 lb JDAM atau
    o 2× Wind Corrected Munitions Dispensers (WCMDs) atau
    o 8× 250 lb GBU-39 Small Diameter Bomb

    Avionik

    * Radar: 125-150 mil (200-240 km) terhadap target 1 m² (perkiraan)[12]

    [​IMG]F-35 Lightning II adalah hasil pengembangan dari pesawat X-35 dalam program Joint Strike Fighter. Pesawat ini adalah pesawat tempur berkursi tunggal, bermesin tunggal, yang dapat melakukan banyak fungsi, antara lain pertempuran udara-ke-udara, dukungan udara jarak dekat, dan pengeboman taktis. Pengembangan pesawat ini dibiayai oleh Amerika Serikat, Britania Raya, dan beberapa negara lainnya. Pesawat ini dikembangkan dan diproduksi oleh industri kedirgantaraan yang dipimpin oleh Lockheed Martin serta dua rekan utamanya, BAE Systems dan Northrop Grumman. Pesawat demonstrasi pertama kali terbang pada tahun 2000,[2] dan pesawat versi produksi pertama kali terbang pada 15 Desember 2006.[3
    Sejarah
    Program JAST

    Program Joint Advanced Strike Technology (JAST) dimulai pada tahun 1993 dari hasil Bottom-Up-Review Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Departemen Pertahanan juga memutuskan untuk tetap mengembangkan F-22 yang sewaktu itu kontroversial, membatalkan program Multi-Role Fighter (MRF) dan A/F-X, serta menghentikan pembelian F-16 dan F/A-18C/D.

    Kantor program JAST dibentuk pada 27 Januari 1994. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pesawat, persenjataan, dan teknologi sensorik yang akan dipakai pada pengembangan pesawat taktis di masa depan. Kemudian program JAST digabungkan dengan program Common Affordable Lightweight Fighter (CALF), membentuk program Joint Strike Fighter (JSF).[4]
    X-32 dan X-35
    Pesawat Lockheed Martin X-35.

    Kontrak JSF diberikan kepada Lockheed Martin dan Boeing pada tanggal 16 November 1996. Masing-masing perusahaan diharuskan untuk membuat dua pesawat yang dapat mendemonstrasikan lepas landas dan mendarat konvensional (conventional takeoff and landing, CTOL), lepas landas dan mendarat pada kapal induk, dan lepas landas pendek dan mendarat vertikal (short-takeoff and vertical-landing, STOVL). Lockheed Martin mengembangkan X-35 dan Boeing mengembangkan X-32.

    Pada tanggal 26 Oktober 2001, diumumkan bahwa X-35 Lockheed Martin mengalahkan X-32 Boeing. Petinggi Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan Inggris menyatakan bahwa X-35 secara konsisten mengungguli X-32, walaupun keduanya sudah memenuhi syarat.
    [sunting] Penamaan

    Lockheed Martin, yang mengembangkan pesawat ini dengan nama "F-24", terkejut ketika mengetahui bahwa pesawat ini akan diberi nama "F-35".[5] Pada 7 Juli 2006, Angkatan Udara Amerika Serikat secara resmi mengumumkan nama F-35, yaitu Lighting II.[6] Nama ini juga dipakai untuk mengenang pesawat sebelumnya, yaitu P-38 Lightning dan English Electric Lightning. Nama lain yang sempat dipikirkan adalah Kestrel, Phoenix, Piasa, Black Mamba, dan Spitfire II. Lighting II juga sempat menjadi nama untuk F-22 Raptor.
    Pengetesan

    Pada 19 Februari 2006, F-35A pertama dimunculkan di Fort Worth, Texas. Pesawat ini melewati pengetesan darat yang berat di Edwards Air Force Base pada musim gugur 2006. Pada 15 September, pengetesan pertama mesin Pratt & Whitney F135 dilakukan, dan diselesaikan pada 18 September dengan pengetesan afterburner. Kemudian pada tanggal 15 Desember, F-35A melakukan penerbangan pertamanya
    Varian
    F-35A pada upacara inagurasinya.

    Program Joint Strike Fighter didirikan untuk mengantikan pesawat tempur lama, dengan biaya pengembangan, produksi, dan operasi yang relatif kecil. Ini dicapai dengan membuat pesawat tempur dengan tiga varian, yang masing-masing memiliki kesamaan 80%. Ketiga varian tersebut adalah:

    * F-35A, Pesawat lepas landas dan mendarat konvensional (conventional takeoff and landing, CTOL) yang akan menggantikan F-16 Fighting Falcon Angkatan Udara Amerika Serikat mulai tahun 2011.
    * F-35B, Pesawat lepas landas pendek dan mendarat vertikal (short-takeoff and vertical-landing, STOVL) yang akan menggantikan AV-8 Harrier II dan F/A-18 Hornet Korps Marinir Amerika Serikat serta Angkatan Laut Italia, dan Harrier GR7/GR9 Britania Raya mulai tahun 2012.
    * F-35C, Pesawat kapal induk yang akan menggantikan F/A-18 Hornet (varian A/B/C/D saja) Angkatan Laut Amerika Serikat mulai tahun 2012.

    [​IMG]F/A-18 Hornet adalah pesawat tempur serang yang dirancang untuk bisa menyerang target darat maupun udara, dan memiliki kemampuan untuk ditempatkan pada kapal induk. Pesawat ini dirancang untuk Angkatan Laut dan Korps Marinir Amerika Serikat, dan digunakan juga oleh beberapa negara lainnya. Pesawat ini juga adalah pesawat demonstrator untuk Blue Angels sejak 1986.

    [​IMG]Sukhoi Su-27 (kode NATO: Flanker) adalah pesawat tempur yang awalnya diproduksi oleh Uni Soviet, dan dirancang oleh Biro Disain Sukhoi. Pesawat ini direncanakan untuk menjadi saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat (yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet). Su-27 memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Pesawat ini sering disebut sebagai hasil persaingan antara Sukhoi dengan Mikoyan-Gurevich, karena Su-27 dan MiG-29 berbentuk mirip. Ini adalah keliru, karena Su-27 dirancang sebagai pesawat interseptor dan pesawat tempur superioritas udara jarak jauh, sedangkan MiG-29 dirancang untuk mengisi peran pesawat tempur pendukung jarak dekat.

    Sejarah

    Pada tahun 1969, Uni Soviet mendapatkan informasi bahwa Angkatan Udara Amerika Serikat telah memilih McDonnell Douglas untuk memproduksi rancangan pesawat tempur eksperimental (yang akan berevolusi menjadi F-15). Untuk menghadapi ancaman masa depan ini, Uni Soviet memulai program PFI (Perspektivnyi Frontovoy Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir") yang direncanakan menghasilkan pesawat yang bisa menyaingi hasil rancangan Amerika Serikat.

    Namun, spesifikasi yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat-syarat program ini pada satu pesawat saja ternyata terlalu rumit dan mahal. Maka program ini dibagi menjadi dua, yaitu TPFI (Tyazholyi Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir berat") and the LPFI (Legkiy Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir ringan"). Langkah ini juga mirip apa yang dilakukan Amerika Serikat, dimana Amerika Serikat memulai program "Lightweight Fighter" yang nantinya akan menghasilkan F-16. Sukhoi OKB diberikan program TPFI.

    Rancangan Sukhoi pertama kali muncul sebagai pesawat sayap delta T-10, yang pertama terbang pada tanggal 20 Mei 1977. T-10 terlihat oleh pengamat Barat, dan diberikan kode NATO Flanker-A. Perkembangan T-10 menemui banyak masalah, yang berakibat pada kehancuran ketika salah satu pesawat ini jatuh pada tanggal 7 Mei 1978. Kejadian ini kemudian ditindaklanjuti dengan banyak modifikasi perancangan, yang menghasilkan T-10S, yang terbang pertama kali pada 20 April 1981. Pesawat ini juga menemui kesulitan, dan jatuh pada tanggal 23 Desember 1981.

    Versi produksi pesawat ini (Su-27 atau Su-27S, dengan kode NATO Flanker-B) mulai dipakai Angkatan Udara Soviet pada tahun 1984, tetapi baru dipakai menyeluruh tahun 1986, karena sempat terhambat oleh masalah produksi. Pesawat ini dipakai oleh Pertahanan Anti Udara Soviet (Voyska PVO) dan Angkatan Udara Soviet (VVS). Pemakaiannya di V-PVO adalah sebagai interseptor, menggantikan Sukhoi Su-15 and Tupolev Tu-28. Dan pemakaiannya di VVS lebih difokuskan kepada interdiksi udara, dengan tugas menyerang pesawat bahan bakar dan AWACS, yang dianggap sebagai aset penting angkatan udara NATO.

    Desain
    Kokpit Su-27.

    Desain aerodinamisasi dasar dari Su-27 mirip dengan MiG-29 hanya lebih besar. Pesawat ini sangat besar sehingga untuk meringankan beratnya material titanium banyak digunakan (sekitar 30%). tidak ada material komposit yang digunakan. Sayap yang sayung kebelakang menyatu dengan badan pesawat pada perpanjangan leading edge dan pada dasarnya sayap berbentuk delta, hanya bagian ujung luar saja yang dipotong untuk tempat rel rudal diujung sayap. Su-27 bukanlah sebuah pesawat delta murni karena masih mempertahankan bentuk ekor konvensional, dengan menggunakan 2 sirip ekor vertikal di sisi luar kedua mesinnya, dan dibantu dengan 2 ekor tengah melipat kebawah untuk membantu stabilitas lateral.

    Mesin turbofan Lyulka AL-31F disediakan tempat yang sangat lebar, tempat yang lebar ini disediakan untuk alasan keamanan dan untuk menjamin aliran udara yang tidak terputus pada bukaan udara masuk. Ruangan yang tercipta diantara dua buah mesin juga menyediakan daya angkat tambahan sehingga mengurangi beban sayap. Saluran penuntun yang bisa digerakan pada bukaan udara masuk memungkinkan pesawat mencapai kecepatan Mach 2+ , dan membantu menjaga aliran udara mesin pada saat sudut alpha tinggi.Sebuah layar penyaring ditempatkan pada bukaan udara masuk untuk melindungi mesin dari kotoran saat lepas landas.

    Su-27 adalah pesawat operasional pertama Uni Soviet yang menggunakan sistem kontrol penerbangan fly by wire , dikembangkan berdasarkan pengalaman Sukhoi OKB pada proyek Pengebom Sukhoi T-4. Sistem ini dikombinasi dengan beban saya yang relatif rendah dan kontrol penerbangan dasar yang kuat , maka menghasilkan pesawat yang luar biasa lincah, tetap mudah dikontrol walaupun pada kecepatan sanagat rendah dan susut serang tinggi. Pada pameran dirgantara , pesawat ini mampu mendemonstrasikan kemampuan manuvernya dengan aksi "patukan kobra" (kobra Pugachev) atau pengereman dinamis - mempertahankan level penerbangan pada sudut serang 120°. Pengarah semburan jet juga sudah di uji coba dan sudah diterapkan pada model-model akhir yaitu Su-30MKI dan Su-37, memungkinkan pesawat untuk berbalik tajam dengan radius putar hampir nol, menggunakan teknik somersault vertikal ke gerakan pelurusan kembali dan mengambang terbatas dengan hidung pesawat menghadap keatas.

    Versi laut dari Flanker (lebih dikenal dengan nama Su-33), menggunakan kanard untuk daya angkat tambahan, mengurangi jarak lepas landas (sangat penting untuk kapal yang beroperasi dari kapal induk tanpa sistem ketapel , Admiral Kuznetsov ). Kanard ini juga digunakan pada beberapa Su-30, Su-35, dan Su-37.
    Kanopi Su-27UB.

    Sebagai tambahan pada kelincahannya , Su-27 menggunakan volume internalnya yang besar untuk menyimpan bahan bakar dalam jumlah besar pula. Pada konfigurasi berlebih untuk jarak tempuh maksimum, pesawat ini mampu membawa 9.400 kg bahan bakar internal, bagaimanapun juga dengan beban seperti itu kemampuan manuvernya menjadi terbatas, dan beban normal adalah 5.270 kg.

    Su-27 dipersenjatai dengan sebuah kanon Gryazev-Shipunov GSh-30-1 kaliber 30 mm di pangkal sayapnya, dan mempunyai 10 cantelan senjata untuk tempat rudal dan senjata lainya. Standar persenjataan rudal untuk pertempuran udara ke udara adalah campuran dari rudal Vympel R-73 (AA-11 Archer) dan rudal Vympel R-27 (AA-10 'Alamo') , Senjata terakhir mempunyai versi jarak tempuh yang diperjauh dan model kendali infra merah. Varian Flanker yang lebih canggih seperti Su-30, Su-35, dan Su-37 juga bisa membawa rudal Vympel R-77 (AA-12 Adder).

    Su-27 mempunyai sebuah display kepala tegak berkontras tinggi yang bisa disetel dan incaran yang dipasang di helm , dimana , bila dipasangkan dengan rudal R-73 dan kelincahan pesawat yang sangat tinggi membuat pesawat ini menjadi salah satu pesawat terbaik untuk pertempuran udara jarak dekat.

    Radar Su-27 terbukti menjadi masalah besar dalam pengembangan Su-27. Permintaan awal dari Uni soviet adalah sangat ambisius , mengharapkan kemapuan untuk menyergap multi target dan jarak pantau 200km terhadap pesawat seukuran pengebom (RCS 16 meter persegi untuk sebuah Tu-16). Hal ini akan melampaui kemampuan deteksi radar APG-63 dari F-15 (sekitar 180km untuk target ber-RCS 100 meter persegi) dan kemampuan radar Su-27 ini kira-kira setara dengan Zaslon phased array radar seberat 1 ton yang digunakan di pesawat MiG-31.
    Sejarah tempur
    Su-27 di udara.

    Walaupun Su-27 dianggap memiliki kelincahan yang mengagumkan, pesawat ini belum banyak dipakai pada petempuran yang sebenarnya. Pemakaian pesawat ini yang patut disebut adalah pada Perang Ethiopia-Eritrea, dimana pesawat-pesawat Sukhoi Su-27A Ethiopia dipakai untuk melindungi pesawat pengebom Mig-21 dan Mig-23. Pada perang itu, pesawat-pesawat Su-27 tersebut berhasil menghancurkan empat Mig-29 Eritrea.

    Salah satu pilot yang berhasil menembak jatuh lawan adalah Aster Tolossa, yang menjadi wanita Afrika pertama yang memenangi sebuah pertempuran udara.
    Pengguna
    Pengguna Su-27/30 berwarna biru dan calon pengguna berwarna hitam.

    Sekitar 680 Su-27 diproduksi oleh Uni Soviet, dan 400 dipakai oleh Rusia. Negara mantan Soviet yang memiliki pesawat ini adalah Ukraina dengan 60 pesawat, Belarusia dengan sekitar 25 pesawat, Kazakstan dengan sekitar 30 dan sudah memesan 12 pesawat lagi, dan Uzbekistan dengan 25 buah.

    Tiongkok menerima 26 pesawat pada tahun 1991, dan 22 lagi pada 1995. Kemudian pada tahun 1998 mereka menandatangani kontrak untuk lisensi produksi 200 pesawat ini dengan nama Shenyang J-11. Vietnam memiliki 12 Su-27SK dan telah memesan 24 lagi. Ethiopia memiliki 8 Su-27A dan 2 Su-27U. Indonesia mempunyai 2 Su-27SK and 2 Su-30MKI serta telah memesan 6 lagi. Dan Angola telah menerima sekitar 8 Su-27/27UB. Meksiko berencana untuk membeli 8 Su-27s dan 2 pesawat latihan Su-27UB.[1]

    Amerika Serikat juga disinyalir memiliki satu Su-27 Flanker B dan satu Su-27 UB. Tiga pesawat ini masuk sebagai registrasi sipil, dan salah satunya tiba di Amerika Serikat menggunakan pesawat Antonov-62.

    Indonesia (TNI-AU) mulai menggunakan keluarga Sukhoi-27 pada tahun 2003 setelah batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30MKI pada 1996. Kontrak tahun 2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Empat tahun kemudian pada acara MAKS 2007 di Moskow Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak unruk pembelian 3 unit Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350 juta dolar AS.[2]
    Spesifikasi (Sukhoi Su-27)

    Karakteristik umum

    * Kru: Satu
    * Panjang: 21,9 m (72 ft)
    * Lebar sayap: 14,7 m (48 ft 3 in)

    * Leading edge sweep: 42°)

    * Tinggi: 5,93 m (19 ft 6 in)
    * Area sayap: 62 m² (667 ft²)
    * Berat kosong: 16.380 kg (36.100 lb)
    * Berat terisi: 23.000 kg (50.690 lb)
    * Berat maksimum lepas landas: 33.000 kg (62.400 lb)
    * Mesin: 2× Lyulka AL-31F turbofan, 122,8 kN (27.600 lbf) masing-masing

    Performa

    * Kecepatan maksimum: 2.500 km/jam (1.550 mph Mach 2.35)
    * Jarak jangkau: 1.340 km pada ketinggian air laut, 3.530 km pada ketinggian tinggi (800 mi pada ketinggian air laut, 2070 mi pada ketinggian tinggi)
    * Batas tertinggi servis: 18.500 m (60.700 ft)
    * Laju panjat: 325 m/s (64.000 ft/min)
    * Beban sayap: 371 kg/m² (76 lb/ft&sup2')
    * Dorongan/berat: 1,085

    Persenjataan

    * 1 x meriam GSh-30-1 30 mm, 150 butir peluru
    * 8.000 kg (17.600 lb) pada 10 titik eksternal
    o 6 R-27, 4 R-73
    + Su-27SM dapat menggunakan R-77 menggantikan R-27
    o Su-27IB dapat menggunakan peluru kendali anti-radiasi X-31, peluru kendali udara ke darat X-29L/T, serta bom KAB-150 dan UAB-500

    [​IMG]Sukhoi Su-35 (kode NATO: Flanker-E) adalah pesawat tempur mutakhir yang digunakan oleh Angkatan Udara Federasi Rusia. Pesawat ini dikembangkan dari Su-27, dan awalnya diberi nama Su-27M. Pesawat ini dikembangkan untuk menandingi F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon.

    Pesawat ini sendiri merupakan seri flanker terakhir dan merupakan pengisi kekosongan generasi antara generasi 4 dan generasi 5, bisa dimasukkan dalam generasi 4++.[2] Pada tahun 2008 akan diadakan penerbangan perdana untuk ujicoba, pesawat ini memiliki kelebihan di kelincahan dan pergerakan diatas rata-rata.

    [​IMG]Sukhoi Su-37 (kode NATO: Flanker-F) adalah pesawat tempur multi-peran buatan Rusia. Su-37 adalah prototipe pesawat buru sergap dan serang berkursi tunggal, segala cuaca, yang dikembangkan dari Su-27. Pesawat ini melakukan tes terbang pertama kali pada bulan April 1996 dari Pusat Ujicoba Terbang 'Zhukovsky' di dekat Moskow. Su-37 pake mesin baru AL-37FU dengan TVC sementara Su35 pake AL-35 yang engga ada TVC nya, Su-37 adalah pesawat Rusia pertama yang Full HOTAS

    [​IMG]Sukhoi Su-47 Berkut (Golden Eagle) adalah pesawat prototipe buatan Sukhoi Rusia, pesawat ini adalah percobaan untuk proyek pesawat tempur berkemampuan supersonik. Keunikan dari pesawat jet ini adalah sayap utamanya yang tak biasa, sayapnya dalam posisi dibalik (lihat gambar). Tapi pesawat aneh ini cuma berstatus experimental, jadi tidak ada seekorpun yang masuk dinas Angkatan Udara. Pesawat ini berharga US$ 70 juta.


    SPESIFIKASI Su-47 BERKUT


    Crew: 1
    Panjang: 22,6 m (74 ft 2 in)
    Lebar sayap: 15,16 m ke 16,7 m (49 ft 9 in to 54 ft 9 in)
    Tinggi: 6,3 m (20 ft 8 in)
    Wing area: 61,87 m² (666 ft ²)
    Berat kosong: 16.375 kg (36.100 lbs)
    Loaded weight: 25.000 kg (55.115 lb)
    Max takeoff weight: 35.000 kg (77.162 lbs)
    Powerplant: 2 × Lyulka AL 37FU (direncanakan) prototip terbang digunakan 2 Aviadvigatel D-30F6 afterburning
    Kecepatan maksimum: Mach 2,34 [2] (2500 kmh, 1552 mph)
    , Pada permukaan laut: Mach 1,31 (1.400 km / h, 870 mph [1])
    Range: 3.300 km (2.050 mil)
    Wing loading: 360 kg / m² (79,4 lb / ft ²)
    PERSENJATAAN Su-47 BERKUT
    Senapan mesin: 1 × 30 mm GSH-30-1 150 putaran
    Missiles: 14 hardpoints
    Missile Udara-ke-udara: R-77, R-77PD, R-73, K-74
    Missile Udara-ke-permukaan: X-29T, X-29L, X-59M, X-31P, X-31A, KAB-500, KAB-1500

    [​IMG]The Mikoyan MiG-35 (Russian: ?????? ???-35, NATO reporting name: Fulcrum-F) is a further development of the MiG-29M/M2 and MiG-29K/KUB technology. It is classified as a 4++ generation jet fighter by its manufacturer.[2] The first prototype was a modification of the aircraft that previously served as MiG-29M2 model demonstrator. So far 10 prototypes have been built and are currently subject to extensive field trials.[3] The MiG-35 is now classed as a medium-weight aircraft because its maximum take-off weight has increased by 30 percent which exceeds its previous criteria of classification.

    MiG Corporation first officially presented the MiG-35 internationally during the Aero India 2007 air show.[4] The MiG-35 was officially unveiled when the Russian Minister of Defence, Sergey Ivanov, visited Lukhovitsky Machine Building Plant "MAPO-MIG".[5] The single seat version is designated MiG-35 and the two-seat version is MiG-35D. The fighter has vastly improved avionics and weapon systems, notably the new AESA radar and the uniquely designed Optical Locator System (OLS), relieves the aircraft from relying on ground-controlled interception (GCI) systems and enables it to conduct independent multi-role missions.
    Development

    The MiG-35/MiG-35D exhibits the latest advancements on MiG-29K/KUB and MiG-29M/M2 fighters in combat efficiency enhancement, universality and operational characteristics improvement.[6]

    The main features of the new design are the fifth-generation information-sighting systems, compatibility with Russian and foreign origin weapons application and an integrated variety of defensive systems to increase combat survivability. The new overall design overtakes the design concepts of the baseline model and enables the new aircraft to conduct full-scale multi-role missions as their western counterparts.[6]

    New avionics are intended to help the MiG-35 to gain air superiority as well as to perform all-weather precision ground strikes, aerial reconnaissance with opto-electronic and radar equipment and to conduct complex joint missions.[6] The new aircraft has greater weapons load on nine pylons, increased fuel capacity, better anti-corrosion protection, significantly reduced radar signature and a quadruply-redundant fly-by-wire control system.

    Responding to earlier criticism, the new design is substantially more reliable than the previous variants. The airframe lifetime and its service life have been extended and it is fitted with new engines with longer mean time between overhauls (MTBO), resulting in a decrease in flight-hour cost of almost 2.5 times compared to those of the old variants. The new engines are now smokeless and include a FADEC type electronic control system for better performance. All aspect vector nozzles which had been demonstrated on MiG-29OVT are also optional.

    Other technological improvements were also introduced to enhance the aircraft's ability to conduct independent operations. For example, an airborne oxygen generation plant was added. RAC MiG and the Italian company Elettronica signed a Memorandum of Understanding to provide the MIG-35 with a new multifunction self-protection jammer.[7]

    Furthermore, the RAC MiG engineers developed a set of training simulators to help pilots master the sophisticated controls of the new aircraft. The simulators offer interactive computer-based training systems and offer full-mission motion simulation.

    The first demonstrator, a dual-seat aircraft, was built on an existing MiG-29M2 airframe, which previously served as a demonstrator for modifications designated MiG-29MRCA and MiG-29M2.
    Unveiling at Aero India
    MIG-35D at Aero India 2007
    MIG-35 at Aero India 2009

    Russia unveiled the MiG-35 at the Aero India 2007 airshow in Bangalore,[8] amid Moscow's keenness to sell these planes to India. It was reported that the MiG-35 made its way from Moscow to Bangalore in less than three hours, assisted by in-flight refueling on the way and flying at supersonic speeds.

    The MiG-35 is a contender with the Eurofighter Typhoon, F/A-18E/F Super Hornet, Dassault Rafale, JAS 39 Gripen and F-16 Falcon for the bid of more than 126 multirole combat aircraft to be procured by the Indian Air Force in Indian MRCA competition.

    Aero India 2007 was the first time that the final version of the MiG-35 fighter was displayed in an international air show. Until then, only the prototype of the MiG-35 had been shown to the public at air shows in Russia and the UK in 2005.

    It was again demonstrated at Aero India 2009 held at Yelahanka Airbase near Bangalore where it was flown by an Indian Air Force pilot.[9]
    Design

    The most important changes are the Phazotron Zhuk-AE active electronically scanned array (AESA) radar, the RD-33MK engines and the newly designed Optical Locator System (OLS).[10][11][12] Other obvious changes in the cockpit are the reduction in analog electronics.
    Powerplant

    The RD-33MK "Morskaya Osa" (Russian: ??????? ???, literally: "Sea Wasp" or Chironex fleckeri) was installed by the new modification. It is the latest version of the RD-33 and was intended to power the MiG-29K and MiG-29KUB. It has 7% more power compared to the baseline model due to the use of modern materials in the cooled blades, providing a higher thrust of 9,000 kgf. In response to earlier criticism, the new engines are smokeless and include systems that reduce infrared and optical visibility. The engines may be fitted with vectored-thrust nozzles, which would result an increase in combat efficiency by 12 to 15%.[6][13]

    With the vectored thrust nozzles, the engines are designated RD-33OVT and will allow the Mig-35 to be the first twin-engine aircraft with vectoring nozzles that can move in all axes. Other existing thrust vectoring aircraft, like the Su-30MKI and the F-22, all feature two-dimensional vectoring nozzles. [14]
    Cockpit

    Analog electronics are minimized, being replaced by 3 equal-size colour liquid-crystal (LCD) multi-function displays (MFDs) and an additional display for the OLS (the MiG-35D rear cockpit has four LCDs).
    Sensors

    New modifications include the newly rolled-out Phazotron Zhuk-AE active electronically scanned array (AESA) radar and an optronic complex consisting of the newly designed OLS to replace the previous IRST sensor, an additional OLS under the right air intake, and a pair of laser emission detectors on each wing tip.

    The Phazotron Zhuk-AE AESA radar offers a wider range of operating frequencies, providing more resistance to electronic countermeasures (ECM), more detection range, more air and ground targets detected, tracked and able to be engaged simultaneously. The radar is thought to have detection range of 160 km (86 nmi) for air targets and 300 km (160 nmi) for ships.[1]

    The OLS, a new development from space technologies, incorporates a helmet-mounted target designation system providing targeting solutions for both ground and air targets in the forward and aft hemispheres of the aircraft. The most vital difference from the previous IRST sensor is that the new device provides not only a better operation range but also offers manually switchable display options of IR view, TV mode or a mix of both that significantly improves man-machine coordination. The OLS on the nose serves as the IRST while the OLS under the right air intake serves as the ground strike designator.

    In air combat, the optronic suite allows:

    * Detection of non-afterburning targets at 45 km range and more;
    * Identification of those targets at 8 to 10 km range; and
    * Estimates of aerial target range at up to 15 km.

    For ground targets, the suite allows:

    * A tank-effective detection range up to 15 km, and aircraft carrier detection at 60 to 80 km;
    * Identification of the tank type on the 8 to 10 km range, and of an aircraft carrier at 40 to 60 km; and
    * Estimates of ground target range of up to 20 km.

    The defensive system equipment consists of radar reconnaissance, electronic countermeasures, and optical systems — notably the laser emission detector on each wingtip — which are able to detect and evaluate the approaching danger and operate decoy dispensers to counteract the approaching threat in the radar and infrared ranges.
    Open Architecture

    The final configuration of the MiG-35's onboard equipment has been left open intentionally using the MIL-STD-1553 bus.[15] The main advantage of an open architecture configuration for its avionics is that future customers will have an option to choose from components and systems manufactured by Russian, French and Israeli companies. The Ramenskoe Design Company will act as the systems integrator. [16]
    Specifications

    The MiG-35 is currently in development. Information listed below is preliminary and may change.

    Data from Mikoyan MiG-29M2 data,[17] Aero India,[8] deagel.com,[18] ASD-network,[19] and Rian.ru[20]

    General characteristics

    * Crew: one or two
    * Length: 19 m (62 ft 4 in)
    * Wingspan: 15 m (49 ft 3 in)
    * Height: 6 m (19 ft 8 in)
    * Empty weight: 11,000 kg (24,250 lb)
    * Loaded weight: 17,500 kg (38,600 lb)
    * Max takeoff weight: 29,700 kg (65,500 lb)
    * Powerplant: 2× Klimov RD-33MK afterburning turbofans
    o Dry thrust: 5,400 kgf, 53.0 kN (11,900 lbf) each
    o Thrust with afterburner: 9,000 kgf, 88.3 kN (19,800 lbf) each

    Performance

    * Maximum speed: Mach 2.25 (2,400 km/h, 1,491 mph) at altitude
    * Range: 2,000 km (1,240 mi)
    * Ferry range: 3,100 km (1,930 mi) with 3 external fuel tanks
    * Service ceiling: 17,500 m (57,400 ft)
    * Rate of climb: 330 m/s (65,000 ft/min)
    * Thrust/weight: 1.14

    Armament

    * Guns: 1× 30 mm GSh-30-1 cannon, 150 rounds
    * Hardpoints: 9 total (8× under-wing, 1× centre-line) with a capacity of over 6,000 kg external fuel and ordnance[15],
    * Rockets: S-8, S-13, S-24, S-25L, S-250 unguided and laser-guided rockets
    * Missiles:
    o Air-to-air:
    + AA-10 Alamo: 4× R-27R, R-27T, R-27ER, R-27ET
    + AA-8 Aphid: 4× R-60M
    + AA-11 Archer: 8× R-73E, R-73M, R-74M
    + AA-12 Adder: 8× R-77
    o Air-to-surface:
    + AS-17 Krypton: 4× Kh-31A, Kh-31P
    + AS-14 Kedge: 4× Kh-29T, Kh-29L
    + AS-20: 4× Kh-59
    * Bombs:
    o Guided:
    + KAB-500L: 500 kg laser-guided bomb
    + KAB-500T: 500 kg TV-guided bomb
    o Unguided:
    + FAB-250: 250 kg bomb
    + FAB-500: 500 kg bomb
    + ZAB-500 fuel-air explosive Bomb

    Avionics

    * Phazotron Zhuk AE AESA radar (or other members of the Zhuk radar family) [21]
    * NII PP Optical Locator System

    [​IMG]
    Eurofighter Typhoon adalah sebuah pesawat tempur multi peran delta-canard bermesin ganda super lincah, dirancang dan dibuat oleh sebuah konsorsium negara-negara Eropa yang dibentuk pada 1983. Dalam rancangan dia menyerupai pesawat tempur modern Eropa lainnya, Dassault Rafale Prancis dan Saab Gripen Swedia. Karena kombinasi kelincahan, fasilitas stealth dan sistemnya yang modern dia dipandang luas sebagai pesawat tempur hebat.

    Sejarah Pengembangan

    Pada 1979 BAE Inggris dan MBB Jerman membuat proposal European Combat Fighter. Pada Oktober 1979 Dassault Perancis bergabung dan studi tiga negara ini dinamakan European Combat Aircraft (ECA) , pada saat ini nama Eurofighter pertama kali digunakan . Pada 1981 Proyek ini berakhir karena beberapa hal, Perancis memaksa untuk menjadi pemimpin pada proyek ini. Inggris menginginkan mesin RB199 yang digunakan sedangkan Perancis lebih menyukai Snecma M88 .

    Kemudian tiga perusahaan yang bermitra membuat Tornado dalam Panavia yaitu BAE, MBB, dan Aeritalia meluncurkan program Agile Combat Aircraft (ACA), pada April 1982. Program ini menghasilkan pesawat demostrator ACA yaitu Experimental Aircraft Programme (EAP) pada 1983.

    Pada 1983 Inggris, Perancis, Jerman, Itali dan Spanyol meluncurkan program Future European Fighter Aircraft (FEFA). Pesawat ini memiliki kemampuan take Off dan landing dengan jarak pendek (STOL) dan perang diluar jangkauan mata (beyond visual range, (BVR)). Pada 1984 Perancis memasukan kebutuhannya akan versi kapal induk dan menginginkan posisi sebagai pemimpin dalam program ini. Inggris , Jerman Barat dan Itali memilih untuk keluar dari program dan memulai program EFA baru.

    Di Turin pada 2 Agustus 1985, Itali, Jerman Barat, dan Inggris setuju untuk melanjutkan Eurofighter. Pengumuman ini mengkonfirmasi bahwa Perancis dan Spanyol memilih untuk tidak menjadi anggota proyek. Dikemudian hari dengan tidak mempedulikan desakan dari Perancis, Spanyol bergabung kembali pada September 1985. Perancis secara resmi mengundurkan diri dari Proyek Eurofighter dan melanjutkan proyeknya sendiri yang dikemudian hari menjadi Dassault Rafale.

    Pada tahun 1986 EAP terbang untuk pertama kalinya, pekerjaan mendesain dalam 5 tahun kedepan menggunakan data dari EAP. Pembelian awal adalah: Inggris 250 pesawat, Jerman 250, Itali 165, dan Spanyol 100. Prosentase bagian produksi mengikuti jumlah pembelian - British Aerospace (33%), Daimler-Benz (33%), Aeritalia (21%), dan Construcciones Aeronáuticas SA (CASA) (13%).

    Pada 1986 juga didirikan Eurofighter Jagdflugzeug GmbH untuk mengatur proyek ini dan EuroJet Turbo GmbH, aliansi dari Rolls-Royce, MTU Aero Engines, FiatAvio (sekarang Avio), and ITP untuk mengembangkan mesin EJ200.

    Dalam pengembangan banyak sekali pertentangan, misalnya pada 1990 terjadi perdebatan besar dalam pemilihan radar, Inggris, Spanyol, dan Itali menginginkan ECR-90 (Ferranti Defence Systems) sedangkan Jerman menginginkan memakai radar MDS2000 (Hughes, GEC-Marconi, AEG). Polemik berakhir setelah Inggris menggaransi bahwa GEC boleh membeli Ferranti Defence Systems, sehingga membuat GEC tidak lagi mendukung pengembangan MDS2000.
    Eurofighter Typhoon di Farnborough Air Show, 2006

    Akhirnya Peter Weger kepala tes pilot Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) dapat menerbangkan prototipe pesawat ini (kemudian dikenal sebagai Eurofighter EF 2000) pada 27 Maret 1994 di Bavaria setelah ditahun 90-an kita melihat pertentangan-pertentangan hebat dalam pembangunan pesawat ini. Pertentangan itu meliputi banyak hal, contohnya adalah masalah pembagian pekerjaan, spesifikasi pesawat dan bahkan partisipasi tiap negara dalam proyek ini.

    Ketika kontrak produksi final ditandatangani pada 1997, pembelian total adalah sebagai berikut: Inggris 232, Jerman 180, Itali 121, and Spanyol 87. Produksi kemudian juga dialokasikan menurut jumlah pembelian: British Aerospace (37%), DASA (29%), Aeritalia (19.5%), dan CASA (14%).

    [​IMG]
    Dassault Rafale (atau "Squall" dalam Bahasa Inggris adalah pesawat tempur mesin ganda serbaguna bersayap delta dari Perancis yang dibuat oleh Dassault Aviation. Rafale diproduksi sebagai pesawat berpangkalan di darat dan di kapal induk milik Perancis. Pesawat ini juga dijual untuk kebutuhan ekspor. Meskipun beberapa negara menyatakan ketertarikannya untuk memiliki rafale, namun belum ada harga yang ditetapkan untuk pasar luar negeri.

    Pengembangan

    Biaya
    Total biaya pengembangan adalah sekitar 28 milyar Euro, dimana yang digunakan untuk pembuatan unit sekitar €95 juta.
    Biaya pengembangan sistem sebesar €91 juta, atau €88 juta jika termasuk biaya pengembangan tiap pesawat.
    Harga pada tahun 2000 adalah €47 juta untuk versi angkatan udara, dan €49 juta untuk versi angkatan laut.
    Sejarah Program

    Templat:Cleanup-laundry

    Urutannya meliputi:

    * 1983
    o April: Dassault mendapat kontrak untuk teknologi ACX (Rafale A)
    * 1985
    o Perancis secara resmi mundur dari Eurofighter programme, berkomitmen untuk melamjutkan proyek Rafale.
    * 1986
    o 4 Juli: Penerbangan perdana Rafale A
    o Desember: Pengambangan mesin SNECMA M88
    * 1988
    o April: Pesanan pertama ditandatangani (untuk prototipe Rafale C).
    * 1990
    o Februari: Tes terbang untuk M-88 dimulai
    * 1991
    o 19 Mei: Penerbangan perdana untuk prototipe Armée de l'Air kursi tunggal (Rafale C)
    o 12 Desember: Penerbangan perdana untuk prototipe Aéronavale (Rafale M)
    * 1992
    o Program percobaan kapal induk untuk Rafale M dimulai
    * 1993
    o Maret: Kontrak pertama untuk produksi pesawat ditandatangani.
    o April: Awal percobaan kesesuaian kapal induk dengan Foch.
    o 30 April: Penerbangan perdana untuk prototipe Armée de l'Air kursi ganda (Rafale B)
    * 1995
    o Juni: MICA pertama ditembakkan dari Rafale dalam mode peluru kendali.
    o Juli: OSF system dan helmet-mounted sight/display dipasang dan diujicoba.
    o September: Rafale M diuji coba pada landasan kapal induk (seri keempat).
    o November: Penerbangan jarak jauh non stop perdana oleh Rafale B01 (3,020 nm dalam waktu 6 jam 30 menit).
    o Oktober: Tes terakhir seri kapal induk darat Rafale M di USA.
    o Desember: Pemasangan fuselage perdana.
    * 1996
    o Maret: Mesin M88 "flightworthiness" lolos uji.
    o April: Produksi ditunda, dimulai ulang Januari 1997 karena pengurangan biaya produksi.
    o Mei: Tes terbang rendah dengan database permukaan digital.
    o Juli: Tes integrasi sistem elektronik Spectradalam ruang hampa.
    o November: Penerbangan Spectra dimulai.
    o Desember: Pengiriman perdana mesin standart.
    * 1997
    o Februari: Uji coba Penerbangan Rafale B01 dalam konfigurasi berat maksimum (2 Apache ASM, 3 tangki bahan bakar 2000 liter, dua Magic dan dua MICA AAM).
    * 2002
    o Rafale M mulai bertugas di 12F
    * 2004
    o Tugas apenuh di 12F

    [​IMG]
    Saab JAS 39 "Gripen" (Griffin) adalah sebuah pesawat tempur dari Swedia yang diproduksi oleh Saab. Pesawat ini dijual oleh perusahaan Gripen International, sebuah joint venture antara Saab dan BAE Systems. Pesawat ini sudah dipakai oleh angkatan udara Swedia, Ceko, dan Hungaria, serta sudah dipesan oleh Afrika Selatandan Thailand.

    Desain

    dalam merancang pesawat ini Saab memilih desain kanard yang tidak stabil. Kanard memberikan pitch rate tinggi dan hambatan yang rendah sehingga memungkinkan pesawat untuk terbang lebih cepat , lebih jauh dan mengankut lebih banyak beban.

    Kombinasi sayap delta dan Kanard memberikan Gripen performa yang lebih baik dalam hal karakter terbang maupun lepas landas dan mendarat. Avionik yang total menyatu membuat pesawat ini mampu di "program". Pesawat ini juga mempunyai perangkat perang elektronika internal, sehingga membuatnya mampu mengangkut beban maksimal tanpa mengorbankan kemampuan perang elektronikanya.

    Kemampuan yang diinginkan untuk gripen dari awal adalah mampu lepas landas dari landasan pacu sepanjang 800 meter.Pada awal proyek ini, semua penerbangan yang dilakukan dari landasan Saab di Linköping menggunakan acuan sebuah "garis kotak" berukuran 9 m × 800 m yang dicat dilandasan pacu. Jarak pengereman juga diperpendek dengan memperbesar rem udara (menggunakan kontrol permukaan untuk menekan pesawat kearah bawah, membuat rem lebih bertenaga menekan kebawah dan langkah berikutnya adalah memutar kanard ke arah depan, memngubah kanard menjadi rem udara yang besar, untuk menekan pesawat kebawah lebih hebat lagi.

    Satu kemampuan menarik dari gripen adalah kemampuannya untuk mendarat pada jalanan umum, yang merupakan salah satu strategi pertahanan Swedia. Begitu mendarat , pesawat ini bisa diisi bahan bakar dan dipersenjatai lagi dalam 10 menit oleh 5 orang kru darat yang beroperasi dari sebuah truk, kemudian Gripen terbang kembali untuk melaksanakan misinya.

    Untuk jangka panjang Saab mempertimbangkan untuk menggunakan mesin yang lebih baru seperti General Electric F414 atau versi thrust-vectoring dari mesin EJ200 milik Eurofighter Typhoon dan tanki bbm tambahan atau perpanjangan badan pesawat utnuk jarak tempuh yang lebih jauh.[5]

    Radar

    Gripen menggukan PS-05/A radar pulse-doppler, buatan Ericsson dan GEC-Marconi, dan berdasar pada radar Blue Vixen milik Sea Harrier (yang juga mengilhami radar CAPTOR milik Eurofighter).

    Radar ini mampu mendeteksi, melacak lokasi , mengidentifikasi dan secara otomatis menjejak multi target di atas maupun bawah pesawat, laut darat maupun udara , disemua kondisi cuaca.

    [​IMG]The F-2 is a fighter aircraft manufactured by Mitsubishi Heavy Industries (MHI) and Lockheed Martin for the Japan Air Self-Defense Force, with a 60/40 split in manufacturing between Japan and the USA. Production started in 1996 and the first aircraft entered service in 2000. By 2008, the first 76 aircraft are expected to be in service, with a total of 9f24 airframes under contract.[1]
    Development

    Work started in 1980s under the FS-X program, and began in earnest with a memorandum of understanding between Japan and the United States. It would lead to a new fighter based on the General Dynamics (post 1993, Lockheed Martin) F-16 Fighting Falcon, and in particular the F-16 Agile Falcon proposal. Lockheed Martin and Mitsubishi Heavy Industries co-developed and co-produce the aircraft, the company is a major subcontractor to Mitsubishi, some of the early developmental work was actually under General Dynamics, who sold its aircraft division to LM in 1993. It is essentially an execution of the F-16 Agile Falcon proposal - a late-1980s plan for an enlarged F-16 which was passed over in the U.S. in favor of an all-new fighter program (Joint Strike Fighter). The F-2 used the wing design of the F-16 Agile Falcon, but much of the electronics were further updated to 1990s standards. The overall concept of the enlarged F-16 by General Dynamics was intended as a cheap counter to the then emerging threat of Su-27/MiG-29.

    In October 1987, Japan selected the F-16 as the basis of its new secondary fighter, to replace the aging Mitsubishi F-1 and supplement its main air superiority fighter, the F-15J as well as the F-4EJ. Also during the 1980s, General Dynamics (who developed the F-16) had proposed its F-16 Agile Falcon to the USAF. While the US would pass over the design concept in favor of all-new types (F-22/JSF) and upgrades to its existing fleet, the enlarged F-16 would find a home in Japan.

    The F-2 program was controversial, because the unit cost, which includes development costs, is roughly four times that of a Block 50/52 F-16, which does not include development costs. Inclusion of development costs distorts the incremental unit cost (this happens with most modern military aircraft), though even at the planned procurement levels, the price per aircraft was somewhat high. The initial plan of 141 F-2s would have reduced the unit cost by up to US$ 10 million per unit, not including reduced cost from mass production. As of 2008, 94 aircraft were planned.[1] Also controversial is the amounts claimed to be paid to American side as various licensing fees, although making use of the pre-existing technology was much cheaper than trying to develop it from scratch.

    The Japanese may eventually make up to 94, at a cost of roughly US$ 110 million each in 2004 dollars. Much of the F-16 technology used in the F-2 was the subject of some political debate in the U.S. and Japan in the early 1990s. The technology transfers were authorized however, and the project proceeded.

    The F-2's maiden flight was on 7 October 1995. Later that year, the Japanese government approved an order for 141 (but that was soon cut to 130), to enter service by 1999; structural problems resulted in service entry being delayed until 2000. Because of issues with cost-efficiency, orders for the aircraft were curtailed to 98 in 2004.

    On 31 October 2007, a F-2B fighter jet crashed and exploded in flames during takeoff at Nagoya Airfield in central Japan. The jet was being taken up on a test flight before being delivered to the Japanese Air Force. Both test pilots survived the incident with only minor injuries.[2]
    Design

    General Electric (engine), Kawasaki, Honeywell, Raytheon, NEC, and Kokusai Electric are among the other larger participants to varying degrees. Lockheed Martin supplies the aft fuselage, leading edge slats, stores management system, a large portion of wing boxes and other components.[3] Final assembly is done in Japan, by MHI at its Komaki-South facility in Nagoya.

    Some differences in the F-2 from the F-16A:
    F2andF16.png

    * a 25% larger wing area
    * composite materials used to reduce overall weight and radar signature
    * longer and wider nose to accommodate a phased-array radar
    * larger tailplane
    * larger air intake
    * three-piece cockpit canopy
    * capabilities for four ASM-1 or ASM-2 anti-ship missiles, four AAMs, and additional fuel tanks

    Also, the F-2 is equipped with a drogue parachute, like the NATO version of the F-16.

    [​IMG]
    Chengdu J-10 (??, Jian-10) adalah pesawat tempur multi peran yang dirancang dan diproduksi Chengdu Aircraft Industry Corporation (CAC) untuk Angkatan Udara Tiongkok. Didesain sebagai pesawat tempur dan pesawat pengebom ringan segala cuaca.
    Spesifikasi perkiraan
    Diagram Proyeksi Orthogonal Chengdu J-10
    Karakteristik umum

    * Kru: 1 (basic), 2 (trainer variant)[1]
    * Panjang: 16,5 m (54 ft[rujukan?])
    * Lebar sayap: 11,3 m (37 ft 2 in[rujukan?])
    * Tinggi: 6,0 m (15 ft 6 in[rujukan?])
    * Area sayap: 45,5 m² (490 ft²[rujukan?])
    * Berat kosong: 8.000~9.730 kg (21.460 lb[2])
    * Berat berguna: 5.500 kg (9.920 lb[rujukan?])
    * Berat maksimum lepas landas: 19.277 kg (42.498 lb[rujukan?])
    * Mesin: 1× Saturn-Lyulka AL-31FN or Woshan WS-10A "Taihang" turbofan
    o Dorongan kering: 89,43 kN / 89,17 kN (17.860 lbf / 20.052 lbf)
    o Dorongan dengan afterburner: 122,5 kN / 129,4 kN (27.557 lbf / 29.101 lbf)

    Performa

    * Kecepatan maksimum: Mach 2.0 at altitude[1]
    * g-Limits: +9/-3 g (+88/-29 m/s², +290/-97 ft/s²[rujukan?]
    * Radius tempur: 750+ km[1] (1.000 nm,[rujukan?]
    o Jarak maksimum: 2.940 km (1.370 nm,[rujukan?])
    * Batas tertinggi servis: 20.000 m (65.617 ft)
    * Beban sayap: 335 kg/m² (64 lb/ft²)
    * Dorongan/berat minimum:
    o Dengan afterburner: 0,89

    Persenjataan

    * Senapan: 2× 23 mm meriam internal
    * Hardpoints: 11, 3 di bawah setiap sayap dan 5 di bawah fuselage
    * Misil:
    o Udara-ke-udara: PL-8, PL-9, PL-11, PL-12
    o Udara-ke-permukaan: PJ-9, YJ-9K, 90 mm pod peluncur roket-tanpa-kendali
    * Bom: bom yang diarahkan laser (LT-2), bom melayang (LS-6) and bom-tanpa-kendali
     
    • Thanks Thanks x 7
    • Like Like x 5
    Last edited: Jul 13, 2010
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. 1p1s Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 20, 2009
    Messages:
    86
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +1 / -0
    keren juga pesawatnya,tq info ny hehe

    rusia bnyk bikin pesawat tempur y,kok indo ngk y?hahaha
     
  4. aviant_greek M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jun 9, 2009
    Messages:
    299
    Trophy Points:
    41
    Ratings:
    +176 / -0
    Bro, ko F-35 Joint strike ga masuk c? bukan'a skarang di USAF dan ministry of defence lagi ngebahas mending banyakin F-35 ato F-22

    trus F/A-18 bukan'a akan dipensiunkan dini dari tugas di Navy SEAL? walao sebelom'a direncanakan sebagai pengganti F-14, tapi ada kemungkinan F/A-18 pensiun untuk diganti F-35 ato kemungkinan laen yang belom jelas

    Gimana dengan F-15E Strike Eagle, bukan'a ni varian terbaru dari F-15 dengan tujuan makin menguatkan peran F-15 yang emang khusus untuk merebut Air Superiority, alias dirancang untuk slalu menang dalam air-to-air combat?

    Oh iya, ada sukhoi trus MiG'a gimana?
     
  5. Lyco Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Nov 3, 2008
    Messages:
    8,648
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +9,754 / -0
    Harrier juga bukannya masih termasuk canggih :???:

    itu kyknya F/A-18 yang dimaksud TS variant E/F/G
     
  6. eXcImEr M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    May 18, 2009
    Messages:
    5,254
    Trophy Points:
    226
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +35,993 / -1
    udah tak tambahin 2, f-35 ama mig yang terbaru, Mig-35, sisanya nyusul [​IMG]
     
  7. ladai M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Mar 31, 2009
    Messages:
    417
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +310 / -0
    Biro Desain MiG sekarang sedang mengalami masalah keuangan dan akhirnya digabung dengan Biro Desain Sukhoi menjadi UNITED AIRCRAFT..

    Untuk F-22 proyeknya akhirnya di-stop sama Departemen Pertahanan Amerika krn ternyata tidak seusai harapan, lebih besar pasak drpd tiang, dan akhirnya mereka lebih memilih mengembangkan F-35 walaupun beberapa negara seperti Australia dan Jepang tertarik utk membeli F-22... Dan sekarang Amerika lagi PDKT sama Jepang supaya bisa merakit F-35 di Jepang...

    Udah denger berita kalo Amerika beli 2 Su-30 dr Rusia ??? Sama seperti kasus MiG-15 yg lebih superior dr F-86, Amerika berencana menjadikan Su-30 sbg bahan referensi pengembangan Pesawat Tempur Generasi ke-5. Mereka masih penasaran knp Rusia bisa selalu diatas mereka soal pengembangan Pesawat tempur...
     
  8. cRossXoVer Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 19, 2009
    Messages:
    119
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +54 / -0
    wah amerika payah, ngiri ajah bisanya..:hulk:,curang juga doi
    udah sok mengembargo negara2 lain, eh ternyata buatanya gk lebih baik dari Russia.
     
  9. ladai M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Mar 31, 2009
    Messages:
    417
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +310 / -0
    Lah... kita khan py SU-30 sama SU-27 :hero::hero:
     
  10. valr1st M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 30, 2009
    Messages:
    769
    Trophy Points:
    67
    Ratings:
    +192 / -0
    indo punya su 27 tapi hanya terhitung jari ... dan perlu info aja kita maseh ada f-16 yg dulu indo beli kalo ga salah belasan sekarang sisa 6

    soalnya perawatan di indonesia untuk ukuran pesawat tempur masih loyo ... jangankan pesawat tempur pesawat penumpang aja maseh pake suku cadang bekas yg di olahbalik...

    untuk pembuatan pesawat tempur kita keknya belum sanggup karena orang yg termausk pintar dikita aja B.J Habiebie itu dia pintar membuat pesawat tetapi dia lebih memilih ke arah pesawat penumpang....

    makannya dari segi angkatan darat dan laut indonesia itu tidak perlu ada yg dikhawatirkan tetapi dari segi udara kita keknya ga bgitu kuad .... "ingat negara tetangga memborong su-27 gara2 kita punya su-27 kalah jumlahnya kita T_T
     
  11. ladai M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Mar 31, 2009
    Messages:
    417
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +310 / -0
    Kalau utk yg satu ini gw kurang setuju Bro... Bukannya kita gak bisa buat, tapi itikad dari pemerintah memang enggak ada... Pemerintah lebih milih cara yg instan dan murah.. Biaya utk pembuatan satu pesawat itu mahal dan prosesnya lama loooo...... Mulai dari design, riset sampai pembuatan prototipe terbang pertama itu butuh dana gak sedikit.. Malah bisa buat beli satu skuadron pesawat jadi kali.....

    Engineer2 kita di PT. DI pinter2 loooo... Gw ngomong begini krn Om gw kerja di PT. DI sbg engineer.. Dia ikut jadi team pembuatan Airbus, di bagian rancang bangun sayap. Airbus pun sampai sekarang bikin sayapnya di PT. DI koq. Nah, sayapnya itu diangkut ke perakitan di Italia.

    Banyak engineer PT. DI yang lebih milih kerja di luar negeri seperti di IRan, Turki dan Italia. Om gw sempat ditawarin kerja di Turki, dengan catatan dia melepaskan status kepegawaiannya di PT. DI.. Dia gak mau, berat ninggalin keluarganya..

    Sebenarnya yg dibutuhkan itikad dr pemerintah dan dukungan.. Sampai skrg itu semua blm ada.. Kita bisa mencontek Jepang atau China dan India. Mereka gak cuma beli pesawat dari luar, tapi mereka jg minta ada transfer teknologi dan pengetahuan ke engineer lokal mereka.. Makanya sekarang Jepang, China dan India bisa bikin pesawat sendiri walaupun sekilas dilihat bentuknya mirip.. Chengdu J-10 mirip sama Rafale, India bikin MiG 2000 yang mirip bgt sama MiG-21 cuma beda di bentuk Hidungnya aja.. Liat sekilas deh bentuk pesawat bikinan Jepang, mirip sama F-16 khan???
     
  12. valr1st M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 30, 2009
    Messages:
    769
    Trophy Points:
    67
    Ratings:
    +192 / -0
    betul juga seh tapi kalo diliad dari sejarahnya indonesia tuh lebih ke pesawat penumpang terbukti pesawat penumpang kita dipakai di berbagai dunia bahkan us pun punya salah 1 pesawat penumpang kita

    walau sering jatuh pesawat buatan indonesia terkenal kuad dan safety "buatan b.j habibie"

    kalo untuk pesawat tempur benar juga untuk masalah dana kita kurang dan turun tangannya pemerintah emang ga bgitu besar sangat disayangkan punya orang2 yg hebat tapi tidak dipergunakan dengan baik ....

    perawatan juga di kita ga bgitu bagus karena kembali k masalah dana ... lihat dari segitu banyaknya f-16 kita hanya tersisa kalo ga salah 6
    su-27 kita hanya punya beberapa saja

    sangat disayangkan
     
  13. kofu Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 7, 2009
    Messages:
    155
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +309 / -0
    mudah-mudahan dengan pemerintahan baru sekarang akan terlaksana, walaupun ada kenaikan biaya untuk alutsista kita, namun masih banyak yg akan di benerin dan di beli, ada issue mo benerin yg lama-lama dimana kerjasama dengan negara pembuatnya ( spt rusia ) ..namun semoga yang terbaik aja..
     
  14. ayssid Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2007
    Messages:
    465
    Trophy Points:
    91
    Ratings:
    +1,421 / -0
    Gw berharapnya sih alutista kita yang buatan Amerika dkk, diganti aja sama buatan Rusia. Bukan kenapa2 gw pikir sih kalau sama Amerika, Inggris dll itu banyak syarat2 dibelakangnya. Kayak waktu dulu hawk dipake buat lawan GAM. Inggris waktu itu langsung protes, karena dalam perjanjian ngga boleh dipake buat urusan domestik.

    Kalau sama Rusia, kayaknya lebih fleksibel aja.
     
  15. Rizk M V U

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    193
    Trophy Points:
    66
    Ratings:
    +142 / -0
    iya gw setuju ama post2 yang di atas
    kalo ama rusia kita ngak usah berbelit2 lagi
    kalo ama amerika ada masalah embargo lah ngak di setujuin DPR AS lah
    dasar ngak niat jual :onfire:
     
  16. erha M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Dec 4, 2008
    Messages:
    1,386
    Trophy Points:
    146
    Ratings:
    +949 / -0
    makanya industri pertahanan kita harus maju, biar ntar bisa produksi alutsista sendiri. kan repot kalo masih bergantung pada luar, gak sepaham langsung di embargo.

    tp itu pesawat Rafale, EF-Typhoon, Gripen, J-10 koq bentuknya mirip ya? tampaknya contek mencontek gaya pesawat nih
     
  17. rikyu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 12, 2009
    Messages:
    1,249
    Trophy Points:
    211
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +9,750 / -0
    nice info gan ... i like this...siap siap cendol akan mendarat..

    betewe indonesia kapan yakh...mudah-mudahan anak2 negeri akan segera membuatnya...
     
  18. Lyco Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Nov 3, 2008
    Messages:
    8,648
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +9,754 / -0
    yah tp F-22 yang sudah jadi cukup banyak kan.
    lagi F-22 memang awalnya disiapin buat ngelawan Uni Soviet.
    Uni Soviet bubar, pecahan terbesarnya Rusia juga belum pulih dari krisis ekonomi. Praktis F-22 blom punya lawan yang sepadan.

    Kabarnya malah U.S. mau nambah lagi dua dari Ukraina

    Klo menurut wa sih tiap negara punya keunggulan sendiri
    rata2 buatan U.S. atau Eropa barat teknologinya lebih maju
    sedangkan Soviet dan blok timur kalah di teknologi tp menang di kuantitas dan harga.

    Cuma ada dua Su-27 & dua Su-30

    sebenarnya tetangga juga klo dibilang khawatir berlebihan, soalnya Su-27 & Su-30 Indo nggak dilengkapi senjata selain kanon internal.

    Yah kalau pun mau dibikin pabriknya tapi cuma buat pesawat sedikit malah mahal :swt:
    lagipula kedepannya juga itu pesawat mesti dipromosikan ke luar negeri buat dapat tambahan order pabrik, bersaing ama pesawat2 buatan barat & timur lainnya yang sudah lebih senior...

    Chengdu J-10 itu kabarnya desainnya diperoleh dari Lavi Israel,
    klo India blom liat wa
    yang F-2 Jepang itu :top:
    lisensi F-16 versi Jepang

    Dulu karena hubungan Indo dengan negara2 sosialis-komunis buruk, dan U.S & Eropa lebih dekat.

    Russia punya prinsip : anda punya uang kami punya barang...

    Maka itu carilah negara yang nggak rewel ngejual peralatannya...
    Itu yang wa baca Rafale dan Typhoon memang di desain sayap delta + canard buat manuver yang bagus aka lebih lincah dari pesawat sayap biasa
     
  19. ladai M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Mar 31, 2009
    Messages:
    417
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +310 / -0
    Sebenarnya bukan masalah buatan Rusia lebih baik juga, tapi masalah doktrin tempur.. Kalo Bro CrossXoVer baca majalah Angkasa edisi bulan ini, dijelasin semuanya beda konsep Pesawat Barat dan Timur..

    Design barat lebih mengutamakan kenyamanan sedangkan Timur lebih ke fungsionalitas nya.. Barat juga mengadopsi doktrin BVR (Beyond Visual Range), maksudnya mereka lebih senang bertempur jarak jauh dengan missil ketimbang dogfight seperti pilot2 Rusia, First See First Shot First Kill... Makanya, pesawat2 Rusia didesain seperti keinginan pilot2 Rusia.. Jangan heran kalo pesawat2 Rusia bisa bikin manuver yg bikin ngiler pilot2 Amerika..

    Makanya, jgn coba2 bikin manuver Sukhoi pake F22....:hahai:
     
    • Thanks Thanks x 1
  20. ladai M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Mar 31, 2009
    Messages:
    417
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +310 / -0
    Yup, F22 emang terlanjur byk dibuat, tapi di-stop sblm angka produksi yang disetujui Kongres karena ternyata tidak sesuai harapan... Utk lawan F-22, Rusia udah ngeluarin Su-30 MKI, pesawat ini udah masuk generasi Jet 4+.. Memang blm terbukti di medan tempur, dan mudah2an jgn sampai perang beneran..

    Yup, soal harga Sukhoi emang lebih murah, tapi soal umur pakai lebih pendek.. Su-27 itu umurnya cuma 5000 jam. Dan bisa lebih pendek kalo sering dipake manuver Cobra Pughacov, hehehehehehe... Sapa tau ada pilot yg bosen trus dia sering manuver Cobra :hahai::hahai:

    Setujuuuu.... Beli sama US mah ribet... Kualitas radarnya gak boleh sama Radar yang dipake biarpun kita bisa bayar, masalah HAM, de el el....

    Kenapa kita gak coba beli bekas pakai nya Swiss yah??? Mereka mo jual Grippen versi A murah atau dari China sekalian???
     
  21. CrackeR M V U

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 24, 2009
    Messages:
    18
    Trophy Points:
    51
    Ratings:
    +101 / -0
    wow keren :top:
    jadi inget waktu maen game ace combat
    o iya X-05 Wyvern Itu pesawat fiksi ato beneran :???:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.