1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Pelayanan konsumen

Discussion in 'Tengah Komunitas' started by kiefs, Nov 23, 2009.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. kiefs M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    1,192
    Trophy Points:
    131
    Ratings:
    +747 / -0
    Hari ini istri saya berbelanja di suatu supermarket atau bahkan kelasnya sudah hipermarket berinisial "G" di daerah Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Selain menggendong putri kami yang masih bayi, istri saya membawa tas perlengkapan bayi yang cukup berat sehingga memaksanya untuk menitipkan tas tersebut di tempat penitipan barang. Karena terburu-buru, dia lupa memindahkan ponsel dan surat berharga lain untuk dibawa berbelanja. Setelah selesai berbelanja, istri saya sadar kalau ponselnya hilang. Untungnya surat berharga lain tidak hilang dan tidak ada kerusakan pada tas. Setelah melapor ke customer service, istri saya dipersalahkan karena menitipkan barang berharga dan perkara itu dibiarkan menguap begitu saja tanpa ada tindakan apa-apa. Kami hanya bisa gigit jari dan dongkol

    Peristiwa di atas merupakan kejadian nyata yang kami alami dan mungkin bisa saja dialami oleh siapapun anda dan dimanapun anda berada. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah perilaku atau tindakan pelayanan konsumen seperti itu dapat diterima? Dan apakah pembuat peraturan (dalam hal di atas adalah hipermarket) dapat dengan mudahnya berlindung di balik peraturan yang mereka buat dan mereka dapat menjadikan hal itu celah untuk melepaskan diri dari tanggung jawab atau bahkan berbalik menyalahkan pelanggan? Bagaimanakah perlindungan terhadap konsumen di Indonesia?

    Terlepas dari kelalaian pihak kami (konsumen) untuk "tidak menitipkan barang berharga", peristiwa di atas sangat mengusik pemikiran dan membuat saya mengaitkannya dengan kondisi mentalitas bangsa kita (saya tidak akan membuat generalisasi dan saya yakin banyak dari bangsa kita yang tidak demikian). Sebegitu burukkah pelayanan konsumen di Indonesia? Mungkin kita perlu juga bertanya kepada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

    Hal pertama yang mencuat adalah. Untuk apakah pihak penyedia layanan membuat peraturan seperti itu ("Harap tidak menitipkan barang berharga")? Pemikiran positif saya adalah demi menjaga keamanan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Baik. Saya bisa mencerna logika tersebut. Tapi kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran saya:

    • Kriteria apa yang mereka terapkan untuk menilai seberapa berharganya suatu barang? Sebagai contoh, bagi mereka mungkin tas ransel butut yang kita titip itu tidak berharga dan dengan demikian boleh dititip. Tapi bagi kita mungkin itu barang yang paling berharga.... Sebaliknya ponsel keluaran terbaru bagi mereka dianggap berharga dan tidak boleh dititip. Mungkin bagi kita hal tersebut tidak berharga...
    • Beberapa penyedia layanan merinci beberapa hal yang tidak boleh dititip (misalnya dompet, ponsel, uang). Hal itu baik. Tapi apakah berarti jika kita dalam hal ini lupa mengeluarkan barang-barang tersebut, apakah membenarkan mereka (atau oknum tertentu) untuk membuka titipan, mengambil barang (baca: mencuri) dan kemudian berlindung pada peraturan yang seharusnya melindungi konsumen, bukan pelaku kejahatan?
    • Apakah tepat menyalahkan konsumen karena tidak berhati-hati lalu kemudian membiarkan masalah menguap begitu saja dan menyebabkan konsumen kesal? Bukankah hal ini justru sangat bertentangan dengan teori pelayanan konsumen karena membuat penyedia layanan kehilangan satu konsumen (dan jika reaksi berantai terjadi, akan membuat lebih banyak pelanggan hilang). Mereka yang berkiprah di bidang pelayanan konsumen (marketing barangkali) pasti jauh lebih memahami hal ini dibanding saya
    • Bukankah pihak penyedia layanan seharusnya memeriksa atau setidaknya berusaha berbuat sesuatu (misalnya memeriksa petugas penitipan barang saat kejadian terjadi)? Dalam hal ini bukan persoalan menemukan pelaku yang jadi utama, tetapi bagaimana menanggapi keluhan konsumen.
    • Apakah mentalitas tidak mau disalahkan dan (jika bisa) berbalik menyalahkan itu dapat dibenarkan?

    Jika kita membuka harian surat kabar, hampir semua memuat kolom keluhan konsumen. Mungkin anda sadari juga bahwa setiap hari selalu ada keluhan yang kurang lebih isinya sama. Kebanyakan konsumen merasa saking kesalnya karena tidak mendapat tanggapan yang baik secara segera hingga harus bersusah-susah menghubungi surat kabar untuk memuat keluhan mereka. Ini adalah suatu fenomena yang cukup mengusik. Bahkan terkait mentalitas kita. Dalam hal ini saya tidak berkata bahwa mentalitas saya yang terbaik, tetapi apakah anda sadari bahwa peristiwa semacam ini sangat banyak terjadi di Indonesia dan telah menjadi semacam budaya? Mulai dari sektor swasta hingga pelayanan publik pemerintah. Jika anda amati sehari-hari di jalan, di sarana transportasi, di kantor, dll., sangat banyak perilaku yang tidak terima dipersalahkan, menyelamatkan diri sendiri, dan kemudian berbalik menyalahkan orang lain (jika bisa). Bahkan mendapat kritik membangun saja serasa ditegur keras dan harus membalas untuk impas. Sebegitu sulitkah mengedepankan jiwa besar? Ataukah hal itu sudah terkubur bersama jasad para pahlawan bangsa yang telah tiada?

    Saya seringkali terkejut mendapat respon tidak mengenakkan dari layanan customer service. Terlepas dari kondisi pribadinya, banyak dari mereka yang tidak memahami konsep pelanggan adalah raja. Berusaha menyelamatkan muka (dalam hal ini perusahaan misalnya) padahal seharusnya mengkaji keluhan konsumen dan mencari solusi paling tepat. Tanpa mengedepankan siapa yang salah.

    Jika kondisi mentalitas seperti ini sudah laksana virus yang menyerang sebagian besar dari kita, bagaimana jadinya bangsa kita ini? Bagaimana kita menghadapi persaingan dengan pesaing lain atau bangsa lain jika kondisi mental seperti ini terus kita pelihara. Sedih terkadang melihat "pertarungan" politik para politikus bangsa kita yang mengandalkan mental seperti itu. Sepertinya perlu ada "vaksin" yang diciptakan untuk generasi muda kita.

    Saya rasa kita semua setuju bahwa jika kita ingin maju, kita harus menyingkirkan "budaya" tersebut.
     
    • Like Like x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Raestloz M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Mar 5, 2009
    Messages:
    4,981
    Trophy Points:
    176
    Ratings:
    +4,535 / -0
    benar sekali :hehe: pemikiran Anda memang sesusai logis: "Kalau ada peraturan begitu, apa berarti mereka kebal sepenuhnya?"

    Sesungguhnya, dalam kasus yang Anda sebutkan (misalnya, kasus lupa mengeluarkan, apakah bisa dicuri?) itu ya... sebenarnya memang pelanggan yang salah, dan itu tidak bisa diputar-balikkan dengan logika, sebab peraturannya sudah ada dari awal, kelalaian bukan tanggung jawab perusahaan :madesu:

    Saya mengerti perasaan Anda yang jengkel. Toh, saya juga pernah jengkel karena merasa Customer Servicenya tidak sesuai harapan, tidak sesuai gembar-gembor "ramah' dan tanpa konsep "pelanggan adalah raja" (atau buat perempuan mungkin "ratu"?). Tapi lepas dari itu pihak perusahaan sudah menyatakan dari awal: "jangan menitipkan barang berharga"

    "Berharga" yang dimaksud biasanya "berharga" dalam artian "memiliki nilai Rupiah yang cukup tinggi", seperti handphone (yang sebetulnya kalau model esia seratusan ribu bisa kalah berharga dibanding helai celana yang kita pakai), perhiasan, aksesoris, dll.

    Tapi, kalau memang menurut kita sesuatu itu "berharga", maka sudah sepantasnya kita tetap mengikuti peraturan tadi dan tidak menitipkannya, iya toh? Karena... ya... dia sudah bilang: "jangan titipkan barang berharga" :em0400:
     
  4. eXcImEr M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    May 18, 2009
    Messages:
    5,254
    Trophy Points:
    226
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +35,993 / -1
    kalo sudah ada peringatan jangan titipkan barang berharga mau gimana lagi :tolong:
    itukan karena sang planggan lupa, berarti kelalaian dia sendiri :hehe:
    ada juga kok penitipan barang yang melayani titipan "barang berharga anda harap titipkan disini", tapi kayaknya jarang, perusahaan gak mau buang2 tenaga untuk jagain hak konsumen yang notabene tidak menghasilkan uang :lalala:
     
  5. skydragon M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Dec 31, 2008
    Messages:
    6,837
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +3,044 / -0
    Menurut saia gn ya...
    Klo qta menitipkan barang, otomatis barang itu harusnya dijaga oleh pegawai tersebut, karena selama yg saia lihat, tmpt penitipan barang itu jarang sekali tidak ada yg menjaga...Dengan kata lain, kalau ada barang hilang spt itu, siapa yang mengambil?? Kemungkinan pertama pegawai penjaga tersebut kan...

    Lagian qta jg membayar kan di tmpt tersebut, harusnya jg ada pelayanan yang baik pula...Kan harusnya mereka menjaga, bukan membuka-buka terus mengambil isi tas orang lain...

    Sama halnya spt yang saia temui di tempat parkir pusat perbelanjaan di tmpt saia...Untuk masuk saja sudah harus bayar Rp. 1000 dan mereka menggunakan sistem komputerisasi...Tapi mengapa di dalam tempat parkir ditulis, "Harap helm dikunci, bila terjadi kehilangan bukan tanggung jawab kami."Lalu apa gunanya qta membayar untuk parkir??? :piss:

    Tambahan lg, klo perusahaan memberikan aturan untuk tidak menitipkan barang berharga, mereka bisa saja mengambil setiap barang berharga yang ada di tas pelanggan dan bilang "Kan sudah ada peraturan tidak boleh menitipkan barang berharga" , kalau setiap hari ada 10 pelanggan yang lupa mengambil handphone dari tas mereka sebelum dititipkan, sudah untung berapa itu tempat penitipannya?? :lol:
     
    Last edited: Nov 23, 2009
  6. darknetwork M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jul 11, 2009
    Messages:
    1,767
    Trophy Points:
    226
    Ratings:
    +8,416 / -0
    kalo dipikir2 aneh bukan? barang berharga tsb hilang justru di penitipan barang yang dijaga sama pegawai. kalo ada peraturan jangan menitipkan barang berharga, disalah artikan dengan barang berharga bisa diambil semaunya oleh petugas kan bahaya juga tuh.

    kalo pas gw nonton di NHK world dlu, ada perusahaan yang setelah tau harga proyeknya bisa dibuat lebih murah lagi, mereka cepet2 nelpon langganannya buat ngasih tahu. Juga ada perusahaan yang mati2an riset hanya untuk menjaga harga barang dagangan dibawah 30 yen, agar pelanggan tetap bisa membeli.
    Walopun sebenernya kalo mereka gak melakukannya gak bermasalah, tapi ada niat untuk menghargai konsumennya. Karena kata mereka konsumen itu investasi jangka panjang. Kalo di indo sendiri, mungkin beberapa masih bisa seenaknya, karena birokrasi yang macet, dan monopoli.
     
  7. mr_ark SUPERMOD
    Kawaii

    Offline

    ★★★/人 ◕ ‿‿ ◕ 人\★★★

    Joined:
    Jan 14, 2009
    Messages:
    27,125
    Trophy Points:
    337
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +95,131 / -17
    Yah, di negara kita rata-rata konsumen masih dinomorduakan. :ngantuk: Nomor satunya keuntungan. Produsen sangat sangat mengejar keuntungan tanpa mempedulikan keluhan dari konsumen. Padahal, sekecil apapun keluhan dari konsumen akan sangat berarti untuk perbaikan dan citra produk/layanan tersebut.
     
  8. IDWSdonator M V U

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 26, 2009
    Messages:
    153
    Trophy Points:
    56
    Ratings:
    +25 / -0
    waw

    mesti ditingkatkan elayanan ni ya
     
  9. peter82 Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 5, 2009
    Messages:
    3,064
    Trophy Points:
    251
    Ratings:
    +39,479 / -0
    seperti kata bang napi kejahatan terjadi bukan hanya karena niat tapi kesempatan jadi siapa yang patut di salahkan :???:tapi kembali kepada mental dan iman manusia yang bersangkutan apa mau memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melakukan kejahatan:yareyare:
     
  10. rdpdpdpdp M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jun 20, 2009
    Messages:
    2,677
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +18,140 / -0
    setuju neh sm pernyataan TS nya, Pelanggan harusnya diperlakukan sebagai RAJA :top:
     
  11. ArCotH M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 13, 2009
    Messages:
    1,165
    Trophy Points:
    176
    Ratings:
    +1,067 / -0
    klo sya sih karena berpikir emang negative jdi mikirnya peraturan itu dibuat supaya mereka ga bisa dituntut ama konsumen...
    tempat parkir ajah yg ada tulisan gunakan kunci ganda belum tentu bakal ngeganti motor yg ilang walaupun udah dikunci ganda..
    jdi hemat sya tuh klo soal kehilangan barang apapun alasannya selalu konsumen yg disalahkan karena kelalaianya..
    emang seperti itu dunia yg kita tinggali..:madesu:
     
  12. sitaraguyang M V U

    Offline

    (ノ `Д´)ノ ミ︵ ┻━┻ 彡

    Joined:
    Nov 14, 2009
    Messages:
    614
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +1,245 / -0
    konsumen oh konsumen... :bolakbalik:
    udah bayar fasilitas, kadang masih aja dijahatin sama customer service. :suram:
     
  13. vj_gtg Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 7, 2009
    Messages:
    128
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +4 / -0
    coab ditaruh di forum2 lainnya bro, hal seperti ini perlu ditindak. bukankah konsumen adalah raja?
     
  14. Salvation M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 28, 2009
    Messages:
    313
    Trophy Points:
    56
    Ratings:
    +2 / -0
    disini mah kl lg mo beli pelanggan no 1 tp kl dah beli jd no 2 wkwkwkw konsumen adalah raja mestinya.. disni mah kaga..
     
  15. Arthuria M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 5, 2009
    Messages:
    1,232
    Trophy Points:
    112
    Ratings:
    +260 / -0
    yah yg namanya pelanan konsumen di indonesia emang masih kek gitu sie. Jadinya ya kita musti bisa jaga milik kita dengan baik. Tapi memang menurutku pelayanan terhadap konsumen harus ditingkatkan, dan mental yg nganggap konsumen itu bego dan sapi perah masih bercokol di benak para pengusaha Indonesia
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.