1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Nameless stroy

Discussion in 'Fiction' started by Mabdulkarims, Jun 24, 2014.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Mabdulkarims Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 16, 2014
    Messages:
    104
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +54 / -0
    Coba bikin cerita dengan tokoh utama perempuan :hoho:


    I.
    “Kau sudah bangun, Rina?” tanya seseorang yang membuatku terbangun dari dunia mimpi. Ku buka mata ini dan kulihat ada seseorang wanita –yang rambutnya tidak terlalu panjang berbaju batik sekolah– sedang memasak sesuatu. Ehm, sepertinya ia sedang memasak telur dadar di karena baunya. Aku bangun dari kasurku dan kulihat jam dinding sudah menunjukan jam 5.00 pagi. Aku menoleh ke jendela yang ada di dekat kasur ini dan melihat taman asrama yang masih menyala lampu tamannya. Selain itu, Aku melihat ada beberapa guru sedang berpatroli di sekitar asrama perempuan ini. Ehm, keadaan seperti ini menandakan sekarang memang sudah pagi.

    Tak mau membuang waktu, Aku langsung pergi ke kamar mandi dan setelah dari kamar mandi, kutunaikan sholat. Selepas sholat, aku duduk di atas kursi kecil ini dan bersiap untuk menyantap sarapan. Dina yang mata kirinya tertutup rambut itu langsung menyajikan sarapan dan kami langsung santap sarapan lezat ini. “Dina, besok aku yang masak ya!” ujarku sembari memotong telur dadar. Dina hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Jarang sekali Dina mau berbicara. Ia hanya mau berbicara kalau keadaan mengharuskannya.

    “Dina, telur ini rasanya cukup enak seperti biasa, lezat dan tidak terlalu asin!” pujiku selagi makan. Dina tidak mengidahkan pujianku dan ia tetap fokus menghabiskan sarapannya. Dina terlihat memakai seragam sekolah dengan baju batik dan rok panjang abu-abu dan seragam yang dikenakannya sama seperti apa yang aku kenakan sekarang. Jarang-jarang ada sekolah yang seragamnya seminggu sama semua, mungkin STM Panzer yang paling terkenal memakai seragam yang sama tersebut. Tak ada yang istimewa dari sekolah spesialis tawuran tersebut selain hutannya dan satpamnya yang merupakan kenalan kami. Jarak sekolah teknisi tank tersebut dengan sekolah ini cukup jauh mengingat STM Panzer ada di selatan Yabar sementara sekolah ini ada di utara Yabar. Yabar adalah sebuah negara republik anggota dari konfederasi Nusatoro. Nusatoro sendiri adalah sebuah kerajaan besar yang merupakan ketua dari Konfederasi.

    Setelah menyantap sarapan. Kami segera membereskan kamar kami sebelum pergi ke sekolah. Kami berdua adalah Siswi sekolah tinggi masak Yabar atau biasanya disingkat STM Yabar.. Eh tunggu dulu,ini bukan STM Panzer yang suka tawuran itu, ini sekolah tinggi masak! Sekolah masak atau sekolah tata boga! Sekolah ini 80% diisi oleh perempuan dan sisanya adalah laki-laki tulen.

    Kami, siswa-siswi STM Yabar dilatih untuk menjadi juru masak handal yang bisa bersaing di kancah dunia manapun Konfederasi. Aku dan Dina yang sebatang kara ini tak perlu membayar biaya sekolah sepersen pun termasuk akomondasi asrama karena sekolah sudah disubsidi 100% oleh pihak Nusatoro dan Yabar. Walaupun sekolah dan asrama gratis, tetap saja untuk memenuhi kegiatan sehari-hari kami harus berkerja di luar sekolah agar mendapatkan uang. Kami bekerja sambilan di beberapa rumah makan dan upah dari pekerjaan tersebut cukup membiayai kebutuhan kami.

    Saat ini kami sudah ada di kelas 11 dan setelah lulus, kami punya cita-cita untuk menjadi juru masak di Kraton Nusatoro. Menjadi juru masak di dapur Kraton Nusatoro adalah kehormatan terbesar bagi seluruh juru masak Konfederasi dan itulah mengapa kami terus mengasah kemampuan masak kami.

    Kamar asrama ini merupakan kamar minimalis dengan adanya kamar mandi yang ada WC duduk, satu set lengkap alat masak, kulkas, lemari buku dan baju, dan satu kasur yang ukurannya tak terlalu besar. Kamar ini tak terlalu besar dan ukurannya mirip dengan kamar kontrakan pada umumnya.

    Selesai membereskan kamar ini, aku memasukan bekal yang sudah dibuatkan Dina tadi pagi. Sejak subuh, Dina sudah membuatkan bekal baik untukku maupun dirinya sendiri. Isi dari bekal ini akan aku ketahui ketika jam makan siang sudah tiba. Sebelum aku meninggalkan ruangan, aku melihat tangan kiriku dan sebagian muka kiriku ada bekas luka bakar. Luka ini aku dapatkan 6 tahun lalu ketika rumahku terbakar dan semua anggota keluargaku habis dilalap api kecuali aku. Aku dirawat oleh nenekku sampai kelas 3 SMP dan setelah ia meninggal, aku sebatang kara. Aku mencoba bertahan hidup dengan berkerja di sebuah rumah makan dan dari sanalah aku bisa masuk ke sekolah ini.

    Aku sudahi mengingat masa lalu karena Dina menepuk-nepuk pundak kiriku. “Ayo,” katanya menganjakku keluar dari kamar ini. Aku tersenyum tipis. Aku mengambil tasku yang ada di meja belajar dan setelah itu, aku bersama Dina meninggalkan kamar ini. Aku kunci kamar ini dan kunci ini aku pegang karena hari ini adalah giliranku dalam memegang kunci. Kemarin Dina-lah yang memegang kunci kamar ini. Kami berjalan di lorong gedung asrama dan melihat beberapa murid keluar dari masing-masing kamar untuk menunju ke area sekolah.

    Kami ikuti mereka dan dalam waktu 5 menit, kami sampai ke area sekolah yang dipisahkan dengan area asrama dengan tembok. Jam masuk sekolah ini adalah jam 6.30 dan jam pulang sekolah adalah jam 14.00. Selama 7 jam 30 menit (1 jamnya digunakan untuk istirahat), kami diberikan 2 macam ilmu: ilmu umum dan ilmu memasak. Ilmu umum merupakan ilmu-ilmu seperti arimatika, bahasa Nusatoro dan asing, sains, ilmu sosial, dan semacamnya. Sedangkan untuk ilmu memasak diajarkan bagaimana cara meracik masakan, membuat masakan bergizi lagi berkualitas dan enak, memasak makanan tradisonal dan modern, dan lain-lain.

    Yang membedakan sekolah ini dengan SMK biasanya adalah sekolah ini lebih mentitik beratkan pada ilmu memasak. Kami diajarkan bagaimana cara mengolah bumbu dengan baik, membuat kue, membuat nasi kebuli, dan lain-lain. Memasak itu untuk membuat orang senang dan sehat, itulah falsafah sekolah ini.

    Sesampainya di kelas, aku dan Dina duduk sebangku di barisan depan dan jam pelajaran akan segera dimulai sesaat bel berbunyi.

    ***

    “Dina, enak juga ini ayam goreng buatanmu,” puji aku sembari melahap bekal makan siang ini bersama Dina. Dina tidak menghiraukan pujianku dan tetap fokus menyantap makannya. Itulah Dina, orangnya pendiam. Selain pendiam, ia itu orangnya cenderung tertutup dan susah bersosialisasi walaupun dia ini cerdas. Temannya saja hanya satu orang; aku. Walaupun aku temannya, aku tak mengetahui secara jelas bagaimana masa lalunya. Ia hanya mengatakan kepadaku bahwa ia itu sebatang kara dan bisa masuk sekolah ini berkat rekomendasi seseorang.

    Kami makan siang di tempat duduk kami padahal rata-rata teman-teman sekelasku makan siang di kantin. Kami tidak suka makan siang di kantin karena untuk membeli snack dan minuman perlu mengeluarkan uang dan kami ini bukanlah orang yang suka mengeluarkan uang. Kami lebih suka memasak untuk diri sendiri yang dapat meningkatkan kemampuan masak kami ketimbang membeli masakan orang lain.

    “Dina, besok aku yang masak bekal makan siang ya!” kata aku dan Dina hanya menangguk-anggukan kepalanya saja.

    Dina ini orangnya lebih pintar dari aku baik dalam akademis maupun masak. Dia juga menurutku lebih manis dariku, ha ha ha. Entah berapa banyak laki-laki yang dia tolak sedangkan tak ada satupun laki-laki yang mencoba mendekatiku. Ya mungkin karena luka bakar yang ada di muka ini padahal Dina pernah bilang bahwa aku ini manis. Si rambut pendek ini tak bisa menandingi si rambut panjang temanku, ha ha ha.

    Sesaat kami selesai menyantap bekal ini, bel berbunyi dan pelajaran memasak akan segera dimulai. Pelajaran memasak berlangsung di tempat khusus yang digunakan murid-murid sekolah ini untuk memasak. Tempat tersebut seperti kelas tapi mirip dapur-dapur yang ada di restoran-restoran besar. Di sana kami dilatih para guru untuk memasak macam-macam makanan seperti capcay, nasi goreng, dan makanan-makanan lainnya. Selain belajar praktek kami juga diajarkan teori-teori seperti kandungan gizi apel-apel, sayur-sayur, kadar pemakaian MSG dan lain-lain.

    Hari ini kami diajarkan bagaimana cara membuat makanan penutup karena jikalau kami menjadi koki, kami butuh ilmu seperti ini. Aku cukup handal membuat puding walaupun rasanya tak seenak buatan Dina. Mengapa aku bisa katakan seperti itu? Karena aku mencicip punya Dina dan rasanya kurasa lebih manis dibanding puding buatanku. “Rina, kalau bikin puding itu ada takarannya,” kata Dina setelah mencicip puding buatanku. “Ah, kau tahu saja kalau takaran yang aku pakai ini kurang,” ujarku sembari nyengir. Dalam membuat puding ini aku tak menghitung besar kecilnya takaran baik susu maupun gula, jadinya aku pakai sedikit saja karena takut kemanisan.

    Dina yang ada di sebelahku memberikan saran, “Kalau mau manis sebaiknya kau hitung dulu.”

    “O-Oke..” ujarku dengan sedikit canggung. Aku kurang bagus dalam menghitung-hitung seperti takaran gula ataupun susu walaupun sudah memakai alat.

    “Dina, apakah kita bisa menjadi juru masak di dapur Kraton Nusatoro,” tanyaku kepada gadis yang mata kirinya buta ini.

    Dengan senyuman ia menangguk-angguk. “Tentu saja kita bisa selama kita punya kemampuan untuk menggapainya,” katanya.
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. nizar12321 Members

    Offline

    Joined:
    Aug 22, 2013
    Messages:
    5
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +4 / -0
    :???: emm ~ Kontennya Sesuai judulnya "Nameless Story" sih :haha:
     
  4. Mabdulkarims Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 16, 2014
    Messages:
    104
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +54 / -0
    Karena ane nggak tahu judul yang bagus. Jadinya tulis aja "Nameless story"
     
  5. ilham_manciz Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 24, 2013
    Messages:
    50
    Trophy Points:
    7
    Ratings:
    +4 / -2
    wah judul sama isinya kurang match
     
  6. Mabdulkarims Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 16, 2014
    Messages:
    104
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +54 / -0
    Nggak tahu judul ya pas apa :hoho:
     
  7. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Komentar dulu ya :ogcihui:

    berasa SoL banget :ogmatabelo:

    Rasanya latar cerita para siswi yang sekolah di sma yabar agak berbeda dengan stm panzer :iii:

    Tapi itu bukan masalah sih., btw ceritanya bagus. Enak banget kata2nya:ognikmat:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.