1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

La pazienza è la virtù dei forti

Discussion in 'Dear Diary' started by ___Renata___, Dec 1, 2017.

  1. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :makasih-g:
    Aku ini sama sekali bukan perempuan yang tomboy. Kadar feminitas yang ada dalam diriku sangat tinggi.
    Dalam perspektif yang aku yakini sejak dulu, seorang perempuan wajib terlihat sebagai perempuan sejati dan seutuhnya.

    Harus terampil berdandan, selalu menjaga kebersihan diri, rapi, nggak boleh jorok, dan sebisa mungkin,

    bisa "menjaga image" tiap kali berada di ruang publik. Pria, mungkin bisa tampil seenaknya, tapi perempuan nggak boleh.

    Namun, bukan berarti aku bisa menyukai segala hal yang pada umumnya dikaitkan dengan perempuan.


    :hot:
    Contohnya, sejak dulu hingga sekarang, aku sangat-sangat-sangat tidak menyukai boneka. Entah itu boneka dedek bayi,
    boneka binatang nan imut, boneka Barbie, boneka nini thowok, boneka voodoo, atau boneka apa pun itu.

    Saban kali aku diajak orangtuaku ke toko mainan dan mereka menawariku boneka, udah pasti aku tolak mentah-mentah.
    Jika ada seseorang yang memberiku hadiah boneka, maka pemberian itu nggak akan menyentuh hatiku.



    :lempar:
    Dulu banget, saat aku masih berstatus ABG, pernah ada seorang teman sekelasku yang dengan penuh rasa percaya diri,
    memberiku hadiah boneka yang disertai kartu ucapan berisi kata-kata (sok) romantis, hasil co-pas pula.

    Dalam kenaifannya, si cowok itu berpikir, perempuan seperti aku pasti akan terharu dan segera berucap, "Ah, so sweet".
    Padahal sih, boro-boro aku bilang "so sweet", boneka itu justru aku hibahkan kepada temanku yang lain.

    :garing:
    Eh, ketika masa perkuliahanku dulu, ada pula seorang pria yang memberiku boneka beruang, yang menurut dia, "lucu".

    Mungkin sebagian besar kaum pria punya pola pikir bahwa "semua perempuan udah pasti suka boneka".

    :kuning:
    Bagiku, boneka ialah sebuah benda yang sama sekali nggak membuat aku bergairah untuk memiliki dan memainkannya.
    Kenapa 'gitu? Percaya atau tidak, aku menganggap bahwa boneka adalah simbol dari ketidakberdayaan.

    Kalian pernah nonton serial Crayon Shin Chan atau membaca komiknya, 'kan? Di situ ada karakter Nene Sakurada. Dia

    memiliki Mama temperamental, yang jika sedang "kumat", sang Mama akan memukuli boneka kelinci.
    Nah, seperti itulah nasib sebuah boneka. Dari waktu ke waktu, hanya menjadi budak dan "keset kaki" bagi majikannya.



    :onegai:
    Sejak masa balita dan masa kecilku dulu, jenis mainan yang paling aku sukai justru diecast atau mobil-mobilan replika.

    Alhamdulillah, hal tersebut nggak sampai menurunkan ataupun menghilangkan kadar feminitas diriku.

    Mobil-mobilan replika justru mampu membuat imajinasiku berkembang secara positif. Tiap kali mobil-mobilan tersebut

    aku mainkan, aku (yang saat itu masih kecil) berkhayal seolah sedang berkendara ke sejumlah tempat.

    :malu1:
    Salah satu segi positif dari kesukaanku akan mobil-mobilan replika adalah, aku udah bisa mengendarai mobil sejak SMP.

    Nggak perlu ikut kursus mengemudi segala macam. Cukup diajari Mama selama beberapa minggu aja.



    Setelah menyaksikan video mbak-mbak cantik berhijab yang mengemudikan bus Transjakarta, entahlah, tiba-tiba aja,

    muncul hasrat dalam diriku untuk belajar mengendarai kendaraan berukuran besar seperti bus dan truk.

    :hihi:
    Aku tidak berencana untuk beralih profesi. Cuma penasaran, 'gimana sih sensasinya menyetir kendaraan sebesar itu?
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Aug 25, 2018
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :hot:
    Si tukang soto di belakang kantor pernah bilang, dia merasa hatinya tersayat-sayat ketika menonton syinetron.
    Lebay banget, 'kan? Lah, yang namanya syinetron itu udah jelas bohong-bohongan, kenapa juga mesti tersayat-sayat 'gitu?

    :oii::ngupil:
    Eh, saat ada kejadian nyata yang mirip dengan tragedi di syinetron, dia cuma bisa no comment alias mingkem.
    Syinetron malah disikapi sebagai satu kenyataan. Tapi saat terjadi insiden yang sesungguhnya, malah pura-pura nggak tau.



    :suram:
    Terus terang, aku juga pernah merasa hatiku ini seperti diiris-iris sembilu, saat aku menyaksikan sebuah film.

    Film yang bikin aku mewek itu bukan film roman picisan, bukan film cinta kualitas recehan, bukan melodrama yang cheesy.

    :unyil:
    Tapi sebuah film yang berjudul "My Dog Skip". Si Handsome berbaik hati membelikan Blu-ray import film itu

    khusus untukku, pada saat dia sedang ditugaskan kantornya untuk menjalankan satu "operasi teritorial" di Benua Seberang.

    :nangis:
    Ketika Skip (anjing jenis Parson Russell Terrier) makin menua, pingin naik ke tempat tidur si pemeliharanya,
    tapi ternyata si Skip udah tak lagi punya cukup kekuatan untuk melakukan hal tersebut. Uh, berlinang-linang aku dibuatnya.

    Insya Allah, kesedihanku itu genuine, sama sekali nggak dibuat-buat, tanpa ada motif yang tersembunyi.


    :malu1:
    Aku berimajinasi, jika kelak suamiku (siapa pun dia) mulai menua, aku (yang juga sama-sama telah menua)
    dengan tulus-ikhlas dan penuh kasih sayang, akan selalu membantunya setiap kali dia mengalami kesulitan untuk berjalan.

    "I took the good times, I'll take the bad times". Tetap setia bersamanya, dalam kondisi seburuk apa pun.
     
    • Like Like x 3
  4. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :yareyare:
    Bu Fitri berpendapat nyeleneh, "Tau nggak? Kamu dan Jeng Stella punya satu kesamaan. Wajah kalian sama-sama 'mengundang'.

    Tapi bedanya, Jeng Stella itu kalau menurut saya sih, keliatannya masih jauh lebih polos dan innocent ketimbang kamu."

    :hoho:
    'Gini ya, Buk... dulu, saya juga pernah polos, naif, dan mungkin juga sedikit innocent. Memandang kehidupan ini secara hitam putih.


    Meskipun sebelumnya saya pernah terlibat relationship dengan pria lain, tapi si pria itu nggak sanggup mengubah saya.
    Hingga saya akhirnya putus dengan si pria itu, tiada sedikit pun perubahan yang saya alami. "Saya tetaplah saya", seperti sediakala.

    :sayangku:
    Tiba-tiba, perubahan drastis menimpa diri saya. Setelah saya bersua dengan si Handsome dan dia masuk ke dalam kehidupan saya.
    Pelan tapi pasti, sisi kekanak-kanakan saya mulai menghilang. Berganti menjadi sosok perempuan yang lebih dewasa.

    :hihi:
    Menurut Ibu, Stella itu terlihat lebih innocent ketimbang saya? Ah, janganlah ibu tergesa-gesa mengambil kesimpulan.
    Biarpun nggak ada bukti autentik bahwa mereka sedang berpacaran, tapi saya yakin, akan ada perubahan besar yang dialami Stella.
     
  5. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :unyil:
    Masih ingat trik untuk menghafal unsur-unsur kimia dalam tabel sistem periodik?

    Semasa masih SMA dulu (bagi kita yang mengambil jurusan eksakta), rata-rata guru kimia akan mengajarkan
    trik tertentu untuk menghafalkan hal tersebut. Tapi cenderung secara "normatif".

    Misalnya:

    :hihi:
    Unsur Golongan IIA:
    Berilium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Strontium (Sr), Barium (Ba), Radium (Ra).
    "Berilah--Mangga--Campurkan--Sirup--Bagi--Rata" (Ketika ibu guru kimia merangkap sebagai juragan es buah...)




    :keringat:
    Unsur Golongan IVA:
    Karbon (C), Silikon (Si), Germanium (Ge), Stannum (Sn), Plumbum (Pb).
    "Cerita--Singkatku--Gelisahkan--Sang--Perawan bahenol" (Hasil kreativitas si Handsome, sesuai keahliannya. Puih!)




    Unsur Golongan VIIIA:
    Helium (He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn).
    "Hebohlah--Negeri--Argentina--Karena--Xeksinya--Rena" (Agak sedikit "maksa", ya? Tapi terpaksa deh kita maklumi,

    karena kayaknya cukup jarang kata yang berawalan "xe" dalam kosakata bahasa Indonesia)

    :oii:
    Eh, lain lagi versi si Handsome. Dia sanggup menciptakan rangkaian kata nyeleneh dari Unsur Golongan VIIIA tersebut,
    yang akhirnya terdengar "sangat progresif" dan "menggelitik". Gila banget kamu, Nyong!

    Meski versi buatannya itu sama sekali nggak menyertakan satu pun "bad word" atau kata yang vulgar,
    tapi karena maknanya bisa "membangkitkan gejolak di dalam hati", maka nggak mungkin aku tuliskan di thread ini.

    :hot:
    Zaman aku masih berstatus siswi SMA dulu, Unsur Golongan VIIIA itu memang paling sering diplesetin,
    diutak-atik sehingga menjadi "agak gimana-gimana 'gitu". Tapi tetap aja nggak bisa ngalahin kegilaan si Handsome.


     
    Last edited: Aug 31, 2018
  6. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Tiap kali aku merasa bahwa otak ini perlu segera diisi dengan jenis tontonan yang bisa mengasah kemampuan berpikirku,
    maka biasanya aku akan menonton dan menyimak film-film Prancis atau film-film neorealisme dari Italia.
    Atau, film-film Eropa lainnya yang visualisasi dan juga penyajiannya berbeda jauh dengan film-film komersil dari Hollywood.


    :malu1:
    Kebiasaan tersebut ditularkan oleh si Handsome sejak dulu, ketika bulan-bulan pertama dia memacariku.
    Ada ungkapan populer, bahwa: "you are what you watch", atau "you are what you read", atau "you are what you listen to".
    Kadar intelektualitas dan kualitas diri kita, bisa terlihat dari apa yang kita tonton, baca, serta dengarkan.


    :keringat:
    Terus terang aja, pada mulanya, aku cukup kewalahan untuk mencerna film-film Eropa kesukaannya itu.
    Cara bertutur film-film Eropa sangat berbeda dengan sinema Hollywood atau sinema Asia Timur, seperti Jepang dan Korea

    yang lebih gampang disimak dan dimengerti. Butuh konsentrasi penuh untuk menonton film-film Eropa.

    Cuma, nggak terbantahkan, menyaksikan film-film Eropa yang "berat" itu, terbukti efektif melatih nalar.





    Tapi, apabila otak ini udah mulai terasa penuh, maka aku akan beralih menonton sinetron. Untuk menyegarkan pikiranku.
    Biasanya, tema cerita yang menjadi favoritku dalam sinetron adalah tentang kehidupan rumah tangga.


    :oii:
    Misalnya, sinetron bertema seorang bini belegug yang hobi ngutang ke sana kemari demi memuaskan hasrat duniawinya.
    Dari waktu ke waktu, terus-terusan ngutang seenak jidat. Gebleg-nya lagi, berutang ke lintah darat pula.


    Dia seenaknya aja ngutang, karena dia berpikir bahwa yang mesti membayar utang, bukanlah dia, melainkan suaminya.

    "Bodo amat, yang penting ambisi dan keinginan saya tercapai. Soal bayar utang, itu bukan urusan saya."

    :pusing:
    Ya udah, sang suami jelas mengalami kesengsaraan lahir batin karena ulahnya itu. Sawah terpaksa dijual.

    Ladang dijual. Kolam ikan dijual. Ngenes banget. Gali lubang, tutup lubang. Utang numpuk, aset berharga pun melayang.
    Sampai akhirnya nggak punya apa-apa lagi. Syukurlah, akhir cerita, sang istri mendapat hukuman setimpal.

    :hihi:
    Penonton yang udah sangat muak dan pingin muntah melihat kelakuan buruk sang istri, akhirnya merasa puassss banget.




    :onegai:
    Jujur aja deh, sebagai perempuan normal, aku juga suka memuaskan hasrat duniawiku. Belanja ini dan itu.
    Tapi Alhamdulillah, duit yang aku keluarkan adalah sepenuhnya dari jerih payahku. Bukan hasil mengeksploitasi orang lain.
    Betapa pun, ada pria yang mungkin nggak merasa keberatan jika aku memintanya memenuhi keinginanku.

    :lulus:
    Jika kita memang betul-betul mengasihi, tentu kita takkan pernah tega membebani orang yang kita kasihi.


     
    • Like Like x 1
    Last edited: Sep 6, 2018
  7. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    "Saya mau kenalan sama kamu, boleh nggak?" (Ya udah, kalau hanya sebatas berkenalan denganku, apa salahnya, sih?)

    Tapi sejurus kemudian, kebersediaan aku berkenalan dengannya itu, diartikan oleh yang bersangkutan sebagai "lampu hijau dariku".

    "Kalau kamu ada waktu, aku kepingin ngobrol-ngobrol sama kamu. Kapan ya, enaknya? Tempatnya terserah kamu, deh."

    Owh, kalau ujungnya kayak gitu, nggak dulu, ya. Perbincangan yang nyaman itu hanya bisa berlangsung jika saya ikhlas melakoninya.
    Perkataan Anda itu seperti "mengultimatum" saya. Seakan, saya wajib meluangkan waktu untuk berbincang dengan Anda.




    Tapi secara jujur mesti aku akui, nyali si pria itu boleh juga. Nggak kelihatan nervous di depanku, pembawaannya tenang dan gentle,
    dan yang terpenting, selama obrolan tadi, matanya hanya tertuju ke wajahku, nggak liar jelalatan memandangi tubuhku.


    Sayangnya, pendekatan yang dia lakukan itu keliru. Mungkin "jam terbangnya" masih kurang kali, ya? Jika mau berbincang-bincang

    denganku, kenapa mesti di tempat dan waktu yang khusus? Aku menafsirkan hal itu sebagai ajakan untuk segera jadian.

    Sejujurnya aku nyatakan, hingga detik ini, aku sama sekali sedang tidak berminat menjalin a romantic relationship dengan pria lain.

    Lah, bagaimana jika tiba-tiba aja, si Handsome kesambet berubah pikiran dan ingin balik lagi berada dalam dekapanku?

    Sikapku mungkin akan segera berubah manakala aku telah mendapat suatu kepastian bahwa dia nggak akan pernah bisa aku miliki.
     
    Last edited: Sep 8, 2018
  8. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2




    Untuk sementara, si Hilda memberi skor B+ dalam menilai kualitas diri si pria kemarin itu. Penilaian itu masih bersifat temporer,
    berdasarkan atas hal-hal yang zhahir, segala sesuatu yang kasatmata, yang bisa terlihat dari si pria tersebut.


    Hilda berpendapat, seharusnya sih, aku bisa lebih luwes dalam menyikapi pendekatan yang dilakukan oleh yang bersangkutan.
    Aku diingatkan, bahwa si Handsome saat ini bisa dengan bebas berinteraksi dengan perempuan single lainnya.

    Jika "mantan tersayang" bisa dengan leluasa membuka diri terhadap perempuan lainnya, mengapa aku justru menutup diri?

    Betapa pun memabukkannya pesona si Handsome di mataku, pada kenyataannya, dia tetaplah masa laluku.



    Sekarang, ada "si itu" yang tengah berusaha menjalin komunikasi denganku. "Dia itu single dan bukan laki orang, kan?" Iya.

    "Secara objektif, dia good-looking, kan?" Iya juga, sih. "Kualitas dirinya sebagai pria juga lumayan, kan?" Iya.

    "Kalau 'gitu, kenapa kamu nggak membiarkan 'si itu' mencoba peruntungannya untuk deketin kamu? Kasih aja kesempatan.
    Selama kamu bisa mengendalikan situasi secara bijak, aku rasa nggak ada ruginya. Kali-kali aja malah jodoh."




    Heeiiyyaah... you're starting to sound like my mother. Jadi 'gini ya, Mak. Ada satu hal penting yang mungkin Emak lupakan.

    Sekarang ini, disinyalir ada banyak pria yang baperan, alias punya kadar sensitivitas yang melebihi perempuan.

    Mungkin aku bisa-bisa aja membuka diri terhadap "si itu", seperti yang Emak sarankan. Tapi bagaimana jika pada akhirnya,

    aku nggak sreg dengannya, atau jika secara objektif, aku merasa bahwa dia bukan pria yang tepat untukku?

    Misalnya, dia udah menyandarkan harapannya padaku, merasa bahwa aku udah membuka pintu untuknya, eh, tiba-tiba aja,
    aku bilang padanya, "Maaf banget. This relationship isn't working. I find myself exhausted most of the time."


    Karena sejak awal, aku udah merasa nggak sreg menjalin a romantic relationship dengannya, kenapa aku mesti sok-sokan

    membuka pintu hati segala macam? 'Ntar, jika pintu itu terpaksa aku banting, tentu dia akan sangat terpukul.

     
    Last edited: Sep 8, 2018
  9. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Baru juga aku sampai di tempat parkir, mobilku udah diklakson berulang kali oleh si pengendara mobil di belakangku.
    Ah elah, ternyata, si Dayu. Tumben-tumbenan dia berperilaku seperti itu. Ada apa gerangan?

    Setelah urusan parkir-memarkir beres, Dayu langsung berjalan menjejeri aku sambil berkata, "Eh, kamu tau nggak,

    kata Pak Ihsan, 'oyang giya' yang sering berkeliaran di proyek, sekarang terserang lumpuh."

    "Oyang giya" yang Dayu maksudkan itu adalah "a mentally ill person" alias seorang pria yang pada kenyataannya

    selama ini, mengidap gangguan jiwa serius. Sering ngomong sendiri, ngomel-ngomel sendiri.
    Seperti yang Dayu bilang, si "mentally ill person" itu memang sering berkeliaran di proyek yang dikerjakan kantorku.



    Perusahaan tempatku kini berkarier, punya sejumlah proyek konstruksi yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

    Konsekuensinya, aku dan rekan-rekan kerjaku mesti siap sedia turun langsung ke lapangan.
    Jadi, nggak melulu berperan sebagai "orang kantoran" yang terus-terusan "being trapped behind a desk all day".

    :lulus:
    Pada dasarnya, aku senang banget menjalani pekerjaanku. Ilmu yang aku miliki bisa diaplikasikan secara langsung.

    Gelar akademik sarjana teknik yang udah aku dapatkan, nggak sekadar gelar tanpa makna.
    Turun ke lapangan itu juga relatif menyenangkan. Selalu ada pergantian suasana, dan mengenal orang-orang baru.
    Ditambah lagi, Paduka Boss biasanya akan memberikan "uang lelah" dalam jumlah lumayan.

    Namun, ada pula hal yang nggak enak. Terkadang, aku (dan rekan-rekan kerjaku) bertemu
    dengan orang-orang bermasalah. Misalnya, di suatu proyek, aku pernah mengalami "catcalling" dari sejumlah buruh.
    Mereka menyuarakan hal-hal yang bernuansakan seksyual dengan kata-kata yang simbolis.


    :oii:
    Ulah mereka, langsung membuat Dody (seorang rekan kerja yang kebetulan sedang ikut bersamaku ke proyek itu)

    bereaksi, mendamprat mereka semua. "Jangan macem-macem lo semua! Dia itu adek gue.
    Gue laporin mandor, abis lo pada!" Untungnya, nggak terjadi eskalasi konflik saat itu. Mereka ngaku salah dan minta
    maaf padaku dan juga pada "si kakak jadi-jadianku itu", yang perawakannya emang serem.

    :hoho:
    Si Dody itu "11-12" dengan si Handsome. Para pria yang pintar secara akademik, tapi nggak culun sebagai laki-laki.

    Mungkin, jika dalam ketentaraan Indonesia, mereka adalah tipe prajurit Korps Zeni Tempur.
    Punya otak encer, tapi sekaligus juga punya body tinggi gede, kuat, dan terlatih sebagaimana layaknya prajurit TNI.

    Bedanya, Insya Allah, tahun depan, Dody akan menikah. Dia udah 35 tahun, udah waktunya melepas masa lajang.

    Sedangkan si Handsome baru berusia 29 tahun. Masih betah tebar pesona sana sini (puih!)
    (*Catatan/koreksi: Tulisan di atas itu kubuat ketika aku belum mengetahui usia si Handsome yang sebenarnya, yah.)

    Belakangan, si Dody ngomelin aku, "Kamu juga cari penyakit, sih. Kalau ditugasin ke proyek, mestinya ganti kostum.
    Ini malah pake 'kostum pramugari' yang nyetak body kayak 'gitu." Lah, emangnya keburu?
    Kita ditugaskan secara mendadak, kudu datang selekasnya. Karena diburu waktu, mana sempat aku berganti baju?



    Kembali lagi ke soal si "mentally ill person", yang kabarnya kini mulai terserang lumpuh (berdasarkan info dari Dayu).
    Dulu, aku, Dayu, Hilda pernah menjadi "korban" perilaku gangguan kejiwaan si pria tersebut.
    Berhubung he's mentally ill, maka gangguannya bukan berupa catcalling atau tindakan sexual harassment lainnya.


    Pak Ihsan (selaku pemegang kekuasaan di daerah itu) udah wanti-wanti bahwa si orang itu memang nggak waras.

    Si "mentally ill person" tersebut sering ngomong sendiri, sering memaki orang sekelilingnya,
    dan ngoceh-ngomel nggak keruan. Sayangnya, yang bersangkutan adalah anak dari seorang warga sekitar proyek.

    Karena pihak perusahaan nggak mau berkonflik terbuka dengan warga sekitar, maka perilaku dari "oyang giya itu"

    cuma disikapi sekadarnya. Perkecualian, jika dia melakukan gangguan fisik, baru deh ditindak.



    Eh, suatu saat, Dody dikata-katain "nyomet" dan hinaan lainnya oleh "oyang giya itu". Ya udah, Dody pun marah.
    Dody mendatanginya, langsung ngasih bogem mentah dan juga mengusirnya ke luar proyek.

    Nggak lama kemudian, datanglah anggota keluarga si orang itu. "Siapa yang udah mukulin dia sampe kayak gini?"
    Pak Ihsan yang nggak tau kejadian sebenarnya, terpaksa ngarang-ngarang cerita sekenanya.
    Repot deh, melakukan tindakan persuasif dan memberi sejumlah uang biar urusan nggak melebar ke mana-mana.

    Besoknya, Pak Ihsan tau bahwa Dody itulah yang udah menggebuk "si oyang giya tersebut".
    Dan si Dody pun dimarahin habis-habisan. "Kamu udah tau orang itu nggak waras, kenapa masih diladenin juga?

    Kalau cuma dikata-katain sama orang yang jelas-jelas terkena gangguan jiwa, biarin ajalah."



    "Untungnya" sih (dalam tanda petik), Dayu bilang, kelumpuhan "si oyang giya itu", adalah

    disebabkan oleh "insiden lain" yang terjadi pada akhir bulan lalu. Sehingga, Dody nggak dituding sebagai penyebab.

    Tadi, pas Dody datang, aku langsung menginformasikan hal tersebut, sambil ngomelin dia,

    "Tuh, 'kan... harusnya dulu, kamu nggak perlu ngeladenin ketika 'si oyang giya itu' ngatain kamu macem-macem.
    Omongan orang nggak waras, ngapain juga sih, kamu tanggepin? Kurang kerjaan banget."


    Kalau diambil hikmahnya, "untung" aja (sekali lagi, dalam tanda petik), celaka yang kini dialami si orang tersebut,

    terjadi semata-mata karena ulahnya sendiri, bukan disebabkan oleh tindakan reaktif Dody.

     
    • Like Like x 1
    Last edited: Jan 28, 2024
  10. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2




    Dalam ilmu musthalahul hadits, kita diajarkan untuk mengetahui sejauh mana derajat kebenaran suatu hadits.

    Siapakah yang meriwayatkan hadits itu? Sejauh mana kualitas kejujurannya? Apakah dia pernah ngibul? Apakah dia seorang pelupa?
    Karena banyak juga orang yang dengan beragam motif, berusaha untuk berdusta atas nama Rasulullah SAW.


    Dalam kehidupan sehari-hari, agama Islam juga memerintahkan kita untuk mengecek tiap info yang kita terima.
    Sebisa mungkin, kita tak boleh dengan serta merta langsung memercayai begitu aja, manakala kita mendapat berita dari orang lain.

    Nah, berdasarkan hal itulah, aku berusaha mengonfirmasi sejauh mana kebenaran info yang Dayu sampaikan.

    Selepas shalat Ashar, aku iseng-iseng menghubungi Pak Ihsan (dan juga Pak Hari) yang "bermarkas" di sana.
    Ternyata, cerita mereka berdua sama persis dengan apa yang telah Dayu ceritakan padaku tadi pagi. Syukurlah, Dayu nggak ngibul.
    Aku bersyukur bukan karena "si oyang giya itu" tertimpa musibah, tapi karena kejujuran tetap ada pada Dayu.
     
    • Like Like x 2
  11. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Kemarin, aku kembali menjalani tugas lapangan. Bersama dengan Miss Kelly "Pelipur Lara", Bu "Ustadzah" Hasnah,
    dan seorang pria (sebut aja "Mr. X") dari perusahaan rekanan yang mengurus semua hal terkait pengadaan material proyek.

    Seperti biasanya, tiap kali ada tugas lapangan, pihak kantor akan meminjamkan mobil sebagai sarana transportasi.
    Namun, perusahaan nggak menyediakan driver, karena area yang jadi tujuan kami adalah masih berada di seputar Jakarta.


    Driver dari perusahaan cuma akan ditugaskan untuk menyopiri perjalanan dinas ke luar wilayah Ja-De-Bek-Ta-Bog.



    Dulu, aku pernah menulis di thread ini perihal seorang pria yang "ngeles" ketika dihadapkan pada situasi untuk mengemudi.


    Eh, situasi yang secara esensial bisa dikatakan nyaris serupa, ternyata kembali terjadi. Setelah selesai briefing,

    si "Mr. X" itu menyatakan akan "jalan sendiri" alias naik ojek online menuju ke sejumlah lokasi proyek yang telah ditentukan.

    :yareyare:
    Lah, 'gimana, sih? Padahal, pihak kantor jelas-jelas telah meminjamkan sebuah truk mobil untuk kita gunakan.

    Kita ini 'kan satu tim kerja, satu penugasan, udah ikut briefing bareng. Kenapa sekarang malah mau "jalan sendiri-sendiri"?



    Bu Hasnah bisa membaca gelagat. Besar kemungkinan atau patut diduga, si "Mr. X" itu nggak bisa mengemudi.

    Sebetulnya, nggak masalah, sih. Bu Hasnah sendiri (meski udah separuh baya) bisa nyetir, dan Alhamdulillah, aku pun bisa.

    Miss Kelly "Pelipur Lara" juga bisa nyetir, tapi karena statusnya adalah seorang expat yang belum terlalu paham
    seluk beluk kota Jakarta, maka daripada kesasar nggak keruan, sebaiknya dia nggak usahlah diserahi tugas sebagai driver.


    Kelihatannya, si "Mr. X" itu memutuskan naik ojek online, karena dia takut disuruh untuk menyopiri kita semua.

    Ada satu hukum tak tertulis yang sepertinya berlaku di dunia ini: "pria mesti bisa berperan sebagai driver bagi para wanita".

    Jika dia sama sekali nggak sanggup nyetir, atau nggak terampil mengemudikan mobil di jalanan kota Jakarta yang buas ini,

    maka dikhawatirkan, akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sekaligus, akan membuat harga dirinya jatuh.

    Ya udah, pada akhirnya, akulah yang dipercaya Bu Hasnah untuk mengendalikan kemudi, selama perjalanan pergi - pulang.
    Sepanjang jalan, kami berusaha menerapkan "kode etik" dengan tidak membicarakan perihal si "Mr. X" itu.


    :XD:
    Kami malah ngomongin soal lezatnya gulai kepala ikan kakap nan legendaris di Jakarta. Sepulang dari menginspeksi proyek,

    Bu Hasnah langsung mengajak aku dan Miss Kelly mampir ke satu restoran yang menyediakan menu tersebut.
    Nggak tanggung-tanggung, kepala kakap yang kami pesan adalah yang jumbo. Wah, puaslah kami bertiga menikmatinya.


    Kalau aja si "Mr. X" itu menyingkirkan rasa gengsinya dan ikut semobil dengan kami, tentu dia pun akan ditraktir Bu Hasnah.



    Kita, para perempuan, sering kali dihadapkan pada posisi yang seolah serba salah. Kalau ada pria yang pada kenyataannya
    nggak sanggup melakukan satu hal, sementara kita justru mahir melakukannya, maka dia akan merasa kalah.
    Sebagian pria mampu menyikapi perasaan kalah itu secara dewasa. Tapi sebagian lainnya, gengsi banget jika merasa kalah.

    Padahal, kedewasaan seorang pria itulah yang akan membuatnya terlihat berbeda dengan "para pria bocah".
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Sep 14, 2018
  12. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :unyil:
    Ada kaum pria yang berasumsi, jika seorang perempuan terlihat physically attractive / sexually attractive,

    maka perempuan dengan kondisi tersebut, cenderung akan dianggap sebagai "airhead", perempuan bodoh yang otaknya kosong.
    Semakin "bening" dan bohay, maka semakin nggak ngerti apa-apa, semakin bisa dipermainkan seenaknya.


    :hihi:

    Adalah satu kenikmatan tersendiri, manakala kita sanggup mematahkan stereotype kuno semacam itu.
     
    • Like Like x 2
  13. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Ada seorang anak baru di kantorku. Panggilannya, Mila. Kelahiran Jogja, kuliah S-1 di Bandung, dan kini, berkarier di Jakarta.
    Kalau diperhatikan dari segi penampilan, kelihatannya, dia adalah tipe perempuan konservatif. Berhijab rapi.

    Ketika dia memperkenalkan dirinya di hadapan kami semua, aksen Jawa-nya masih sangat kentara, terdengar cukup medok.

    Tapi hebatnya, "medok-nya" itu langsung hilang, saat dia berinteraksi dengan para expat. Artikulasinya jelas.

    Si Mila itu sanggup bercakap-cakap dalam bahasa Inggris, sama sekali tanpa menggunakan contekan dalam bentuk apa pun.
    Kefasihannya tersebut membuat para expat rekan kerjaku (yang cenderung meremehkan) menjadi terkesan.



    Kemudian, tibalah giliran dia berbincang denganku. Membicarakan perihal job desc, traffic jam, dan domisili masing-masing.

    Sejauh ini, dia bisa menghadirkan kesan baik di mataku. Dia ramah, tahu diri, plus, paham budaya senioritas.

    Dan satu lagi, dia bisa diterima bekerja di kantorku yang sangat-sangat-sangat selektif dalam urusan employee recruitment.

    Hal itu mengindikasikan bahwa dia adalah perempuan terdidik, terpelajar, punya keahlian, serta kompetensi.

    Karena dia tampak religius dan konservatif, aku tergerak untuk mengukur, sejauh mana sih, pemahamannya soal fiqh Islam?
    Aku tanyakan padanya, "Eh, puasa Muharram kapan, ya?" Pertanyaan yang telah aku ketahui jawabannya.


    Si Mila terlihat agak sedikit heran dengan pertanyaanku tersebut. Tapi, dia tetap aja bersedia menjawabnya,

    "Puasa Muharram, tiap tanggal 9 dan 10 Muharram. Jadi, kalau untuk tahun 2018 Masehi, ya, hari Rabu dan Kamis besok."

    Jawabannya tersebut menyiratkan bahwa sekurang-kurangnya, dia bukan sosok yang awam dalam agama.
    Terus terang aja, aku merasa senang karena punya rekan kerja yang terlihat mempunyai kadar religiositas tinggi seperti dia.

    Selama ini, ada Hilda yang bisa menjinakkan perilaku kontroversialku. Alhamdulillah, sekarang, ada pula Mila.

    Semoga aja, ke depannya, kami bisa bekerja sama dengan baik dan aku pun bisa belajar hal positif darinya.
     
    • Like Like x 2
    Last edited: Sep 19, 2018
  14. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :XD:
    Untuk kesekian kalinya, ada lagi seseorang yang nggak habis pikir, kenapa si Handsome bisa terlepas dari genggamanku?

    Aku bisa membuat bermacam-macam apologi terkait hal itu, baik yang bermakna "candaan" ataupun "serius".



    Di sisi lain, pernah suatu ketika, Bu Fitri bilang padaku, bahwa ada banyak orang yang nggak bisa memahami si Handsome.

    "Kamu sok banget, masa' perempuan seperti itu kamu tinggalin? Mestinya buru-buru kamu lamar dan nikahin."

    :yareyare:
    Pada awalnya, aku nggak sepenuhnya percaya dengan perkataan Bu Fitri tersebut. Bisa aja, si Ibu cuma sedang berusaha
    membesarkan hatiku dengan cara membuat kesaksian fiktif dan imajinatif. Supaya aku nggak nelangsa banget.



    :piso:
    Yang membuatku penasaran, apologi macam apakah yang dikemukakan si Handsome, tiap kali ada yang mempertanyakan,
    mengapa dia sampai begitu bodohnya meninggalkan perempuan seperti aku? Argumen apa yang dia berikan?
     
    Last edited: May 9, 2020
  15. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Ketika aku sedang berlari mengelilingi stadion, eh, secara nggak sengaja, aku bertemu dengan seorang pesohor terkenal negeri ini.
    Berhubung aku sama sekali nggak mengidolakannya, ya udah, aku terus berlari, nggak merasa perlu untuk berhenti.

    Kalau diingat-ingat dengan saksama, sedari dulu hingga sekarang, aku bukanlah tipe orang yang suka mengidolakan para pesohor.


    Aku bisa menyukai musik dan lagu-lagu, bisa menikmati film yang aku tonton, bisa terbuai dengan buku yang kubaca,

    bisa terpesona dengan idealisme dari tokoh terkenal, bisa bergairah melihat performa atlet-atlet dari beberapa cabang olahraga,
    tapi..... semua hal tersebut nggak pernah membuatku tertarik mengidolakan mereka. Apalagi sampai membabi buta.



    :sayangku:
    Sama seperti si Makhluk Handsome nan Rupawan itu, aku punya home library di rumah, suka berburu dan mengoleksi
    beragam jenis buku serta bahan bacaan lainnya. Entah itu bacaan yang agamis, yang terkait ilmu eksakta, hingga yang kekiri-kirian.


    Aku juga aktif mengumpulkan rekaman musik dan film dalam berbagai format. Saban minggu, ada aja yang aku beli.

    Ada sebuah anekdot: Belum bisa dibilang "Anak JakSel", kalau nggak suka jajan piringan hitam, jajan kaset, jajan CD, dan jajan film.
    (Meskipun pada dasarnya, aku nggak tertarik dengan segregasi sosial hanya karena faktor status domisili seseorang)


    :unyil:
    Kegemaran di atas, Insya Allah, semata-mata adalah bagian dari proses untuk mengembangkan wawasan berpikirku.

    Supaya jika aku terpaksa tidak menyukai suatu hal, maka aku punya landasan berpikir yang rasional dan objektif untuk hal tersebut.



    :suram:
    Hingga detik ini, banyak orang bisa menilai, kualitas keislamanku masih sangat jauh dari kriteria ideal dan sempurna.

    Tapi, aku selalu meyakini sebuah hadits yang menyatakan bahwa kita akan dikumpulkan bersama orang yang kita idolakan di dunia.

    Jika aku mengidolakan orang yang aqidah dan perilakunya buruk, berarti aku akan dikelompokkan bersamanya kelak.

    Ironisnya, si orang buruk yang kita idolakan tersebut, eh, justru sama sekali nggak akan mau membela kita di Hari Pengadilan nanti.
    Lah, ngehek banget 'kan? Di dunia, kita mengidolakannya habis-habisan, di akhirat, dia nggak peduli dengan nasib kita.

    Yang namanya mengidolakan pesohor itu punya konsekuensi logis, kita akan cenderung tutup mata, tutup mulut, dan tutup telinga,
    terhadap perilaku buruk apa pun yang mereka lakukan. Kita akan kehilangan objektivitas dalam memberikan penilaian.

    Boro-boro akan mengkritisi kesalahan yang diperbuat, yang ada, kita malah jungkir balik ke sana kemari mencari-cari pembenaran.

    Padahal, terhadap orang yang sehari-hari perilakunya baik pun, kita tetap wajib mengedepankan sikap kritis dan objektif kepadanya.
    Andai si orang baik itu melakukan kesalahan, kita mesti nyatakan itu salah, nggak boleh bersikap pura-pura nggak tau.




    :jotos
    Suatu saat, aku pernah membantah salah seorang atasanku, perihal prestressed concrete, saat kami terlibat dalam sebuah diskusi.
    Atasanku itu (bukan si Paduka Boss) tipe pemimpin yang ramah, nggak suka marah-marah. Pokoknya, orang yang baik.
    Namun, aku nggak tahan untuk berdiam diri, ketika dia jelas-jelas membuat kesalahan elementer dalam pembahasan hal tersebut.


    :hoho:
    Meski dia adalah atasan yang punya banyak nilai plus dalam pandangan pribadiku, tapi kalau keliru, ya, wajib diingatkan.

    Alhamdulillah, si bapak itu nggak menderita megalomania. Kecerdasan emosionalnya cukup tinggi, dia nggak ngamuk saat dikoreksi.
     
    Last edited: Sep 24, 2018
  16. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :aghh:
    That Handsome Bastard has completely manipulated me into thinking I deserve this.

    Revenge seems like a viable option. I will do my best to manipulate him into doing what I want.

    (Forgive me if this isn't the right place to post this...)

    :malu1:
    However, I can still vividly remember the sensation of watching him play axe guitar like an angel.
    Dammit. An attractive man with a bloody lovely voice is something that turns me on.
     
  17. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Tadi pagi, ada sebuah info A1 yang masuk kepadaku. Selama ini, info-info A1 soal dirimu, selalu aku peroleh dari Bu Fitri.

    Akan tetapi, sang pemasok info valid kali ini, bukanlah Bu Fitri, melainkan dari seseorang yang memiliki otoritas tinggi di kantormu.

    Nah, kamu nggak nyangka, 'kan? Biarpun aku belum sehebat kamu, tapi Alhamdulillah, aku punya network yang lumayan.

    Info yang tadi aku dapatkan, adalah info yang terkait dengan semakin meningkatnya penghasilan bulananmu sekarang ini.

    :yahoo:
    Aku selalu bisa ikut merasa senang tiap kali mengetahui keberhasilan yang diraih "orang-orang baik" yang aku kenal dalam hidupku.

    Karena kesuksesan seperti itu bisa menyemangati aku, bahwa Allah pasti membantu tiap hamba-Nya yang mau berusaha
    dan berserah diri pada-Nya. Kegemilangan kondisimu saat ini, semakin membangkitkan optimismeku dalam menatap masa depan.




    :unyil:
    Dalam kehidupan yang pragmatis ini, mau diakui atau tidak, salah satu ciri yang memperlihatkan "kehebatan seorang pria",
    pada akhirnya, cenderung akan dikaitkan dengan kemampuan atau keterampilan dia dalam menghasilkan uang serta aset berharga.
    Dengan catatan, jika parameter yang dipakai adalah parameter duniawi, bukan parameter yang terkait kehidupan akhirat.


    :boong:
    Seorang pria bisa aja dengan bangga memamerkan gelar akademiknya, menganggap dirinya adalah "pintar dan terpelajar".
    Mengoceh panjang lebar tentang segala hal yang terkait dengan sains dan teknologi, untuk memberi kesan bahwa dia itu "hebat".


    Namun, apabila gelar akademik itu ternyata berbanding terbalik dengan penghasilan bulanannya yang kecil atau pas-pasan,

    maka "tingkat kehebatannya" cuma akan dianggap "biasa aja". Orang akan bilang, "Pintar berteori, tapi bukan dalam implementasi."

    Dan kalau mau jujur, bukan hanya para perempuan tipe mata duitan materialistis yang selalu menganut perspektif tersebut.
    Cara pandang demikian juga diyakini oleh tipe perempuan yang sejatinya nggak terlalu mementingkan aspek materi di kehidupan ini.


    :yareyare:
    Tapi, tipe perempuan materialistis level iblis, nggak akan peduli cara apa yang dipakai si pria dalam mencari uang dan aset.

    Entah si pria mendapatkan uang dari hasil menipu, menjilat pihak lain (secara kiasan), atau dari perbuatan yang tidak halal lainnya.
    Perempuan yang berkarakter gold digger, biasanya hanya akan memperhatikan, sebanyak apa sih, harta yang si pria miliki?

    :awas:
    Sedangkan, tipe perempuan lain yang masih peduli norma kehidupan, akan mengedepankan rasionalitasnya dalam berpikir.

    Dengan cara apa harta itu didapat? Dengan cara yang bersih atau dengan cara yang kotor? Secara terhormat ataukah secara hina?



    Tipe yang pertama, jelas adalah tipe yang wajib dihindari oleh siapa pun yang nggak mau terperosok ke jurang kehancuran.
    Gold diggers sama sekali nggak punya tujuan luhur apa pun yang diperjuangkan. Mereka cuma akan melihat harta, harta, dan harta.

    Kamu hanya akan dianggap "berguna", selama kamu masih bisa dimanfaatkan untuk mencapai ambisi dan tujuan mereka.

    Aku meyakini bahwa kamu tidaklah bodoh untuk mendeteksi tipe perempuan seperti apa yang nggak boleh memasuki kehidupanmu.

    :lulus:
    Insya Allah, aku nggak akan pernah mau digolongkan ke dalam tipe yang seperti itu. Aku selalu peduli pada cara dan proses,
    nggak semata-mata berorientasi pada hasil. Nggak cuma faktor wealthiness, aku juga selalu memperhatikan physical attractiveness.
    Jangan sampai, pria yang menikahiku merasa menang banyak atas diriku, eh, aku justru merasa kalah banyak atas dirinya.




    :hihi:
    Saat ini, aku memang bukan lagi siapa-siapamu. Entah esok hari, entah esok lusa, dan entah pada tahun-tahun mendatang.
    A high value man seperti dirimu kini, jelas dihadapkan pada banyak pilihan yang "menggiurkan" dan juga sekaligus membingungkan.


    :hipno:
    Pendulum takdirmu masih berayun-ayun. Demikian halnya pendulum takdirku. Pintu hatiku ini sedang aku kunci rapat-rapat,
    supaya tidak bisa dimasuki pria lain. Sejauh ini, tiada seorang pria pun yang mampu menembus barikade berlapis yang aku pasang.


    :oii:
    Jikalau akhirnya nanti, pengembaraanmu itu nggak juga berujung pada satu bentuk ketenangan hati, dan kamu pun mulai
    dihinggapi perasaan tired of being tired, setidaknya kamu tahu pintu mana yang mesti kamu datangi, kamu buka, dan kamu masuki.
     
  18. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :hot:
    Terus terang deh, many full listens were required before I could understand the complexities of these albums:







    :terharu:
    Album-album di atas adalah sebagian kecil dari genre non-mainstream yang biasa "dikonsumsi" si Handsome.


    :hihi:
    Nggak heran bila dia selalu "terlihat sangat berbeda" dibandingkan pria lain. (Note: In a good way!)

    Lah, seleranya aja sophisticated 'gitu. Bukan genre "musik pasaran" yang lazim disukai orang awam.

    :mesyum:
    Tapi aku akui, 3 album yang komposisinya sangat rumit tersebut, ternyata lama-kelamaan, enak juga disimak.


    :onegai:
    What started as a simple interest in the first couple of songs, eventually turned into a desire to listen more.


    *Link YouTube-nya sudah aku ganti dengan link yang masih berfungsi.
     
    Last edited: Aug 15, 2023
  19. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Bencana atau musibah apa pun yang terjadi di dunia ini, pada akhirnya, akan kembali mengingatkan kita
    bahwasanya kehidupan di dunia fana ini memang sangatlah rapuh. Kita bisa aja merasa sok kuat dan sok berkuasa,
    padahal, ada Allah SWT. Dia itulah Sang Maha Perkasa dan Sang Maha Berkuasa di atas segala-galanya.

    #SelfReminder
     
    • Like Like x 2
  20. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Dulu, ketika kami masih seperti Rama dan Shinta, aku pernah menanyakan sebuah pertanyaan klise kepada dirinya.
    "Nyong, memang, Allah SWT itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tapi, kenapa di dunia ini mesti ada
    bencana atau musibah yang membuat manusia menderita? Bagaimana seharusnya manusia memaknai itu semua?"


    :matabelo:
    Jawaban yang dia kemukakan saat itu, sangat menarik. Bukan sekadar jawaban yang terdengar dogmatis.


    "Sebagian bencana atau musibah itu terjadi sebagai pembuktian dari 'hukum kausalitas'. Ada sebab, tentu ada akibat.

    Ada pula musibah yang membuktikan, bahwa kekuatan Maha Dahsyat-Nya, takkan bisa ditandingi manusia.

    Manusia seperti aku dan kamu, tidak 'didesain' oleh-Nya untuk menetap dan bermukim kekal seterusnya di dunia fana.
    Tapi, kita sering kali pura-pura lupa akan hal itu. Kita menganggap bahwa kita akan hidup untuk selamanya.


    Kita bisa menafsirkan, bencana dihadirkan-Nya untuk membuat manusia tidak menjalani hidup ini dengan seenaknya.

    Adanya malapetaka apa pun yang terjadi, mau nggak mau, menyadarkan kita, bahwa dunia tidaklah abadi.

    Bencana di dunia, tak ubahnya seperti destroyer of happiness. Bikin kita ingat, we can never be too happy in this life.

    Pada akhirnya, kita akan dipaksa berkontemplasi, dan memahami apa arti kesementaraan dalam hidup ini."



    :sayangku:
    "Berpisah denganmu, t'lah membuatku semakin mengerti, betapa indah saat bersama, yang masih selalu kukenang."
     
    • Like Like x 2
    Last edited: Sep 30, 2018
  21. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :unyil:
    Aku yakin, pada dasarnya, nggak ada seorang manusia pun yang akan menyangkal bahwa "hidup ini sementara".
    Yang selalu berlainan adalah: perilaku di dalam menyikapi kenyataan temporariness of life tersebut.




    :boong:
    Tipe pertama adalah tipe manusia yang nggak mau mikir perihal "bagaimana kelak kehidupan setelah kematian?"
    Mereka tau, manusia pasti akan mati, tapi mereka menganggap bahwa nggak ada hidup setelah mati.

    Pemahaman itu akan menjadikan mereka berusaha habis-habisan mencari kesenangan hidup sebelum ajal tiba.

    Karena mereka yakin "tak ada lagi kehidupan setelah kematian", konsekuensinya "tak ada pula halal dan haram".
    Mereka beranggapan, apa pun yang mereka perbuat di dunia ini, nggak akan pernah diadili di akhirat.

    Boro-boro percaya Pengadilan Hari Akhir, alam akhirat pun mereka ingkari. "Emang lu udah pernah ke akhirat?"

    Ya udah, berarti mereka akan menikmati kesenangan hidup tanpa mau dikekang oleh batasan apa pun.
    Mungkin yang bisa membatasi mereka hanyalah sanksi hukum duniawi, faktor finansial, atau faktor kesehatan.


    Jika sanksi hukum duniawi mampu mereka akali, selama kondisi finansial tak pernah menimbulkan cemas di hati,

    dan tiada gangguan kesehatan yang dialami, maka surga dunia pun menjadi mutlak untuk mereka cari.




    :yahoo:
    Sedangkan tipe kedua adalah tipe yang percaya dan meyakini bahwa "kehidupan setelah kematian" itu pasti ada.
    Manusia boleh mencari kesenangan dalam hidup ini, tapi kelak, akan dimintai pertanggungjawabannya.

    Kehidupan akhirat itu ada dan menanti kita semua, sehingga kita mesti hati-hati menjalani hidup semasa di dunia.

    Dengan keyakinan seperti itu, maka kita akan selalu berusaha untuk berpegang pada sejumlah norma.

    Bukan cuma norma yang berhubungan dengan urusan dunia, melainkan juga yang terkait dengan urusan akhirat.

    Nah, tipe yang kedua ini jelas lebih berkelas. Boleh-boleh aja, jika kita ingin bersenang-senang di dunia.

    Masa' hidup cuma diisi kesedihan? Asalkan kesenangan yang kita jalani nggak bakal bikin kita sengsara di akhirat,
    kenapa kita nggak berusaha menjadikan kehidupan ini menyenangkan untuk kita jalani? Manusiawi, 'kan?

    Yang penting, kita selalu ingat bahwa sebahagia apa pun hidup kita di dunia ini, suatu hari, kita pasti akan "pergi".

    Sebagaimana halnya, sesedih apa pun jalan cerita yang mesti kita lakoni, akan ada akhir yang menanti.



    Mau bagaimanapun bentuk kisah kehidupan yang kita alami, asalkan "episode penutup dalam hidup kita" adalah

    "husnul khatimah", maka itulah sebaik-baiknya nasib yang kita dapatkan. Aamiin Allahumma Aamiin.
     
    • Like Like x 2
    Last edited: Sep 30, 2018

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.