1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

La pazienza è la virtù dei forti

Discussion in 'Dear Diary' started by ___Renata___, Dec 1, 2017.

  1. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    :yareyare:
    Siapa bilang dampak dari kenaikan harga BBM non-subsidi cuma akan dirasakan oleh kalangan horang kayah ajah?

    Tadi siang, para security di kantorku mengeluh karena si juragan kost tempat mereka bermukim, tiba-tiba aja
    memutuskan untuk menaikkan biaya kost terhitung mulai bulan depan. Kenaikannya pun dirasakan cukup besar bagi mereka.

    :keringat:
    Emang sih, secara teoritis, kaum yang mengonsumsi BBM non-subsidi itu adalah para horang kayah yang sanggup memiliki mobil.

    :aghh:
    Namun, meskipun berstatus "horang kayah", mereka tetaplah pragmatis realistis. Nggak akan pernah sudi terbebani.

    :hehe:
    Ketika pengeluaran BBM si kaya melonjak, beban kenaikan tersebut dilimpahkan kepada si miskin yang berada dalam kekuasaannya.
    Contohnya, ya itu tadi. Si juragan kost adalah seorang kaya yang mobilitas hariannya memakai BBM non-subsidi.

    :watta:
    Pada saat harga BBM non-subsidi secara diam-diam dinaikkan, tentu aja si juragan kost ogah banget menanggung kenaikan itu.
    Sebagai konsekuensi logisnya, beban itu dilimpahkan kepada para security kantorku yang indekos di propertinya.

    :ngantuk:
    Maka untuk menutupi lonjakan pengeluaran BBM yang dialami si juragan, biaya kost yang mesti dibayar penghuni kost pun dinaikkan.
    Padahal, pendapatan orang-orang yang hidup pas-pasan tersebut tidak naik. Beban pun segera ikut mereka rasakan.

    Mungkin akan ada yang meng-counter, "Ya udah, kalau biaya kost-nya naik, pindah dong ke tempat lain yang lebih murah."
    Emangnya segampang itu, nyari tempat kost yang dekat kantor, murah, aman, dan nyaman/manusiawi?

     
    • Like Like x 1
    • Setuju Setuju x 1
    Last edited: Jul 4, 2018
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    :hihi:
    Beberapa tahun lalu, aku pernah menyaksikan sebuah film Indonesia (atau sinetron, ya?), meskipun hanya sekilas aja.
    Nggak aku tonton utuh, karena saat itu, aku lebih memilih menonton siaran langsung Full Race MotoGP.

    Petikan dialognya kira-kira seperti ini: (si cowok) "Neng, ikut Abang ke sana, yuk?" ←→ (si cewek merespon) "Najis, lu..."
    Jelas, respon dari si cewek itu kasar banget. Kalau si cowok tergolong baperan, pasti dia akan sakit hati.



    :unyil:
    Ada sebuah ungkapan populer di masyarakat Indonesia: "Laki-laki menang milih, sedangkan perempuan menang nolak."
    Laki-laki normal bisa dengan sesuka hati memilih perempuan mana pun yang dia anggap cantik/menarik.

    :piso:
    Tapi di sisi lain, perempuan juga punya hak penuh untuk menolak ketertarikan dari pria mana pun yang tidak disukainya.
    Kalau sosok si laki-laki itu memang terasa nggak sreg di hati di kita, tentu wajib kita tolak mentah-mentah.

    Bodo amatlah, meskipun si laki-laki itu sampai mewek sesunggukan guling-gulingan dan menyatakan "aku suka padamu".



    :XD:
    Berdasarkan pengalaman pribadiku, nggak semua pria bisa woles-woles aja menyikapi penolakan wanita.
    Percaya atau tidak, ternyata banyak laki-laki yang sensitivitas perasaannya jauh melebihi sensitivitas perasaan perempuan.

    Bagi mereka, penolakan dari si perempuan, berarti adalah bentuk penghinaan terhadap harga diri mereka.
    Padahal, bisa jadi justru si perempuan-lah yang merasa terhina karena disukai oleh golongan pria yang kualitasnya seperti itu.

    Karena disinyalir ada banyak pria baperan di dunia ini, maka kita mesti bisa bersikap taktis dalam menolak.
    Contoh petikan dialog film yang aku sebutkan di atas, tentu akan terasa sangat kasar jika kita terapkan di kehidupan nyata.



    :garing:

    Suatu ketika, ada seorang pria (teman dari teman kuliahku) yang menunjukkan gelagat "suka padaku".
    Jujur deh, meski aku nggak membencinya, tapi aku nggak suka pada si pria itu, dan "nggak bisa pula belajar menyukainya".

    Bagaimana sih, cara yang beradab untuk menolak si pria itu tanpa terlalu menyinggung perasaannya?
    Kakak Perempuanku memberi aku saran, "Coba deh, kamu ajak si cowok itu berbincang secara lisan dalam bahasa Inggris.
    Jika dia kelabakan dan nggak sanggup mengimbangi kamu, dengan sendirinya, dia pasti menyingkir."

    :yahoo:
    Ya udah, saran dari Kakak Perempuanku itu segera aku praktikkan secara langsung saat aku mesti menghadapi si pria itu.
    Eh, ternyata apa yang dibilang Kakakku, benar adanya. Si pria itu gelagapan ketika berbincang denganku.

    :hot:
    Seolah, dia mau bilang, "Jangan pake bahasa Inggris dong", cuma, seperti ada rasa malu dan gengsi yang menghalanginya.
    Tapi aku nggak peduli. Karena ini adalah "penolakan", maka mesti aku lanjutkan hingga dia menyingkir.

    :hoho:
    Alhamdulillahirabbil'alamin, akhirnya si pria itu pun menyingkir dan Insya Allah, hingga kini, nggak akan pernah lagi mendekatiku.
    Nggak masalah, jika aku dikatakan sebagai "cewek belagu", "American wannabe", atau apa pun itu.

    Tolak sejak dini, ketimbang nyesel kemudian. I definitely don't wanna sleep in a bed next to a man I'm not really in love with.
     
    Last edited: Jul 5, 2018
  4. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    :aghh:
    Salam olahraga! Pemirsa, pada hari Minggu yang lalu, saya sempat menulis di thread ini sebagai berikut:




    :XD:

    (Sang presenter sedang sensitif, karena letih setelah seharian menjalani aktivitas kerja yang luar biasa melelahkan)



    :haha:
    Eh, ternyata kemarin malam, beneran terjadi, "The Azkals" bertanding melawan "Tim Garuda".
    Aku baru tau bahwa pada bulan Juli ini, berlangsung event sepak bola resmi selain Pil-Dun, yaitu Piala AFF U-19.

    :hihi:
    Berhubung semalam, aku baru pulang kantor jam setengah sepuluh, ya udah, aku nggak nonton pertandingan itu.
    Tapi untunglah, karena "rasa keberpihakanku" pun nggak mesti dibagi dua. Nggak perlu dihinggapi dilema.

    Kalau Papa, jelas 100% akan selalu mendukung timnas Indonesia. Aku pun pada dasarnya, punya nasionalisme seperti Papa.
    Cuma, biar bagaimanapun, Kehendak Allah menentukan, Mama tercinta dan leluhurnya berasal dari Filipina.

    :terharu:
    Jadi, secara psikologis, terkadang ada rasa gamang, jika tim Indonesia mesti berhadapan dengan tim Filipina di suatu event.

    :lol:
    Padahal, Mama sendiri biasanya akan merasa woles-woles aja meskipun tim sepak bola Filipina kalah.
    Bukan karena nggak punya ikatan emosional, tapi karena Mama nggak pernah suka menyaksikan pertandingan sepak bola.

    Sejak sebelum menikah dengan Papa, olahraga favorit Mama cuma bola basket, volley, renang, tenis lapangan, dan aerobik.
    Kalau soal nonton, Mama lebih tertarik untuk menonton pertandingan tennis, basket NBA, dan Proliga.



    Yang mengherankan, The Azkals sempat mengungguli Tim Garuda 1 - 0, sampai menjelang usainya babak kedua.
    Nggak tau kenapa, justru akhirnya mereka bisa kebobolan 4 gol hanya dalam jangka waktu 10 menit.

    :makasih-g:
    Ada hal yang bikin aku salut dengan dengan timnas Indonesia. Tiap kali ada gol yang berhasil Tim Garuda ciptakan,
    sejumlah pemain dan juga sang pelatih mengekspresikan rasa senangnya dengan melakukan sujud syukur kepada Allah SWT.

     
    Last edited: Jul 6, 2018
  5. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    :unyil:
    Ketika Brazil tidak berhasil melangkah ke semifinal, maka seantero Brazil pun langsung dilanda kesedihan.
    Mengapa demikian? Karena di sana, selain bagian dari budaya, sepak bola udah menjadi bagian dari identitas kebangsaan.
    Setiap ketidakberhasilan yang Brazil alami di event sepak bola, seakan menjadi tragedi bagi seluruh negeri.

    :hoho:
    Kalau aku sih, sedari awal nggak mendukung Brazil. Tapi aku terhibur banget dengan "atraksi super lebay" dari Neymar.



    :lulus:
    Lain di Brazil, lain pula di Filipina. Di negeri leluhur Mama itu, sepak bola justru bukan jenis olahraga populer.
    Bagi seluruh (atau setidaknya, "sebagian besar") rakyat Filipina, olahraga bola basket-lah yang menjadi olahraga nomor satu.
    Perihal olahraga bola basket, Filipina adalah Sang Raja yang amat sangat sulit dikalahkan di Asia Tenggara.

    Masyarakat di sana bukan cuma sangat menyukai menonton permainan bola basket, tapi juga lihai di lapangan.
    Video di bawah ini menggambarkan bahwa perempuan yang modis dan feminin pun bisa sangat mahir memainkan bola basket.


    Kalau di Indonesia, rata-rata cewek berpenampilan seperti video di atas, cenderung jarang yang bisa bermain bola basket.
    Alhamdulillah, meski aku bukan atlet, tapi aku masih sanggup dribbling, lay up, dan shooting di basketball court.
     
    Last edited: Aug 15, 2023
  6. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    Pas makan siang, Hilda memberiku sejumlah contoh ekstrem, ketika ada orang yang keliatannya hebat banget saat debat di du-may,
    tapi langsung nyungsep dan klenger sewaktu harus tampil berdebat secara lisan di forum terbuka dalam dunia nyata.



    Sebenarnya, apa sih, perbedaan yang paling terlihat antara keterampilan "berbahasa secara lisan" dan "secara tulisan"?

    Ketika kita mesti berkomunikasi lisan dengan orang lain, maka kita cenderung nggak akan bisa meng-copas sumber tertulis mana pun.
    Berbahasa secara lisan itu relatif "lebih jujur menggambarkan siapa diri kita" dibandingkan berbahasa via tulisan.

    Karena itulah, pas aku menjalani masa interview kerja dulu, sang interviewer seakan mengesampingkan segala bentuk kemampuanku
    yang tercantum dalam curriculum vitae yang aku berikan. Dia nggak mau percaya begitu aja pada hal yang tertera di situ.

    :XD:
    Si Ibu itu termasuk yang beranggapan bahwa "meski seseorang udah lulus kuliah, punya ijazah, tapi belum tentu mampu memahami masalah".
    Kalau memahami masalah aja nggak sanggup, cuma bengong dan cengengesan, bagaimana mungkin bisa mencari solusi?



    :oii:
    Aku pernah bertanya pada si Handsome soal "Castellammarese War", "Battle of the Corvin Passage", dan "Pertempuran Sanita al-Uqab".

    3 contoh konflik dan pertempuran yang pernah terjadi pada masa silam di dunia ini, tapi dalam dimensi yang sangat berlainan.

    :hoho:
    Pertanyaanku anti-mainstream dan nggak ada romantis-romantisnya, ya? Bodo amatlah. Bosan ngomongin hal yang menye-menye terus.

    Andaikan perbincangan kami berlangsung di du-may, dan dia sama sekali nggak menguasai materi pertanyaanku tersebut,
    maka demi menjaga gengsi, dia mungkin akan googling sebentar untuk mencari bahan terkait, lalu akan dia copas sebagai jawaban.

    Namun, pada saat perbincangan kami tersebut berlangsung secara lisan di dunia nyata, tentu dia nggak akan sempat untuk googling dulu.
    Jadi, untuk menjawab semua pertanyaanku itu, dia mesti mengandalkan kemampuan dan wawasan yang dia miliki.



    Alhamdulillah, ketiga pertanyaanku bisa dijawabnya dengan sangat jelas dan terstruktur, beserta trivia yang belum pernah aku ketahui.

    :lol:
    Misalnya, aku baru tau, bahwa saking ngebetnya Don Vito Genovese pada Anna Petillo (yang notabene merupakan sepupunya sendiri),
    Don Vito sampai memerintahkan anak buahnya untuk menghabisi sang suami. Dua minggu kemudian, Vito pun menikahi Anna.

    Tentang "Battle of the Corvin Passage", aku juga lebih paham tentang peta konflik yang terjadi saat Revolusi Hongaria.
    Meski aku masih penasaran, siapa sih, sebenarnya nama perempuan berambut pirang dan menyandang senjata siap tembak itu?

    Lalu, terkait "Pertempuran Sanita al-Uqab", aku semakin mengakui bahwa Khalid bin Walid memang adalah seorang ahli strategi.

    Khalid bin Walid itulah tipe pria sejati yang bukan cuma punya otot dan nyali gede, tapi juga punya otak yang brilian.



    :ehem:
    Yah, begitulah. Track record si Handsome dalam menjawab beragam jenis pertanyaanku (termasuk yang aneh-aneh) masih sangat baik.
    Dia cuma akan berada dalam kondisi "nggak mau merespon", bila aku bertanya perihal "sosok-sosok tertentu di sekelilingnya".
     
    Last edited: Jul 9, 2018
  7. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    Berdasarkan tuntunan agama Islam (Islam yang diajarkan Rasulullah SAW, bukan Islam "yang disertai tambahan istilah aneh-aneh"),
    jika kita bermimpi buruk, maka janganlah mimpi itu kita ceritakan kepada siapa pun dan jangan kita tafsirkan macam-macam.

    Tujuannya rasional, supaya kita bisa terhindar dari dampak buruk psikologis yang mungkin aja akan ditimbulkan dari mimpi tersebut.

    :???:
    Tapi bagaimana jika mimpi yang aku alami ketika tidur adalah sebentuk mimpi yang aneh? Maksudku, bukan mimpi yang terkait musibah.

    :hot:
    Dalam beberapa hari terakhir, nggak tau kenapa, aku mimpi sedang hamil. Padahal, aku selalu menganut "gaya hidup bersih, sehat, dan lurus".

    Bandel sih bandel (banget!), tapi Insya Allah, aku masih tau batas. Nggak akan pernah sudi terjerumus menjadi "nakal" atau "rusak".

    Jadi, jika pada waktunya nanti aku mesti hamil, ya jelas, itu karena aku dihamili oleh seorang pria yang telah menikahiku secara syariat Islam.
    Siapakah si pria yang beruntung itu? Wallahu A'lam Bishawab. Sudah Allah tentukan. Jodohku nggak akan dialihkan ke perempuan lain.



    Kalau Mama sih, menafsirkan mimpiku itu sederhana banget. "Mimpi hamil" bisa ditafsirkan sebagai isyarat dan petunjuk dari Allah,
    bahwa aku nggak boleh melalaikan atau mengabaikan kodratku sebagai perempuan yang kelak Insya Allah akan menjadi seorang istri dan ibu.

    :onegai:
    Di dunia ini ada banyak perempuan yang pingin banget punya pasangan, punya suami, ingin bercinta dengannya, berkasih mesra.
    Tapi ironisnya, hal-hal tersebut seakan hanya berdasarkan storybook romances aja. Padahal, kehidupan pernikahan itu sangatlah kompleks.

    Konsekuensi biologis dari hubungan seksual antara seorang wanita dewasa dan seorang pria dewasa, adalah hamil, melahirkan, dan menyusui.
    Lalu setelah si anak itu mulai tumbuh, orangtua pun berkewajiban untuk terus-menerus mengasuh, membiayai, dan mendidiknya.

    :malu1:
    Pertanyaannya, sejauh mana kesiapan yang ada padaku? Hanya sekadar "siap bercinta"? Udah siapkah menjadi seorang istri dan seorang ibu?
    Kalau soal "bercinta", nggak usah pake persiapan pun, bisa secara alamiah kita lakukan. Asalkan kita normal, sehat, dan punya gairah.

    Namun, untuk menjadi seorang istri dan seorang ibu yang baik itu tentu nggak mudah. Tidak mungkin dipelajari hanya dalam sehari dua hari aja.
    Karena itu, "selagi masih single dan tersegel rapi", aku mesti terus berusaha meng-upgrade kualitas kewanitaan yang ada dalam diriku.
     
  8. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2




    Kalau kita coba menyimak lirik "lagu-lagu cinta", jelaslah, bahwa sebagian besar isinya hanya diarahkan kepada "kondisi pra-nikah".
    Temanya hanya seputar romantisme sepasang pria dan wanita yang sedang pacaran, memendam rasa kangen, ataupun tangis patah hati.

    Langka banget 'kan, lagu-lagu cinta yang liriknya mengisahkan perihal kehidupan pasutri? Tentang suka dukanya pernikahan?

    :lol:
    Maka nggak heran, jika "konsep cinta" yang ada di benak sebagian orang, hanyalah tentang naluri dasar manusia terhadap lawan jenisnya.
    Perihal "bergandengan tangan berdua", "memeluk tubuhmu", "aku ingin menciummu", atau soal "betapa rupawannya wajahmu".

    Sangat jarang lagu cinta yang liriknya bercerita tentang perjuangan sepasang pasutri yang berusaha keras membeli rumah, melunasi utang,
    bagaimana menyekolahkan anak, atau soal "perjuangan menahan diri" saat tiba-tiba ada godaan untuk main gila dengan orang lain.

    :sayangku:
    Duluuu banget, sekitar 30-an tahun silam, ada lagu-lagu yang cukup populer di Indonesia, ber-setting tentang kondisi sepasang suami istri.

    "Ingatlah, tangisan pertamamu ditandai BBM membumbung tinggi, maafkan kedua orangtuamu, kalau tak mampu beli susu...
    BBM naik tinggi, susu tak terbeli, orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi... Cepatlah besar, Matahariku, menangislah yang keras, janganlah ragu
    Tinjulah congkaknya dunia, Buah Hatiku... doa kami di nadimu" [Sungguh-sungguh lirik lagu yang sangat antimainstream, ya?[




    "Duduk sini, Nak... dekat pada Bapak, jangan kau ganggu Ibumu, turunlah lekas dari pangkuannya, engkau lelaki, kelak sendiri...
    Kau anak harapanku yang lahir di zaman gersang, segala sesuatu hanya ada karena uang, ya… ya… ya… ya…

    Kau anak dambaanku yang besar di 'kancah perang', kau harus kuat, yakin pasti menang, sekolah biasa saja, jangan pintar-pintar, 'percuma'...
    Latih bibirmu agar 'pandai berkicau', sebab mereka sangat perlu 'kicau yang merdu', sekolah buatmu hanya perlu untuk titel, peduli titel didapat atau titel mu'jizat

    Sekolah buatmu hanya perlu untuk gengsi, agar mudah bergaul, tentu banyak relasi... jadi penjilat yang paling tepat, karirmu cepat, uang tentu dapat
    Jadilah Durna, jangan jadi Bima, sebab seorang Durna 'punya lidah sejuta'... hidup ini sudah susah, jangan dibikin susah, cari saja senang, walau banyak utang

    'Munafik' sedikit, jangan terlalu jujur, sebab orang jujur hanya ada di komik... pilihlah jalan yang mulus tak banyak batu, sebab batu-batu bikin jalanmu terhambat
    Pilihlah jalan yang bagus, tak ada paku, sebab paku itu sakit, apalagi yang berkarat... jadilah 'kancil', jangan 'buaya', sebab seekor kancil sadar akan bahaya

    Jadilah 'bandit berkedok jagoan', agar semua sangka engkau 'seorang pahlawan', jadilah 'bunglon' jangan 'sapi', sebab seekor bunglon pandai baca situasi
    Jadilah 'karet' jangan 'besi', sebab yang namanya 'karet', tahan kondisi... Anakku, aku nyanyikan lagu, walau Bapak tak tahan lagi menahan murka!"


    :hoho:
    (Lirik yang bercerita perihal seorang Bapak yang dengan cerdiknya berusaha mengajarkan rangkaian satire kepada sang anak tercinta)



    Sayangnya, sekarang ini, lagu-lagu Indonesia yang berlirik bernas seperti dua lagu di atas, udah sangat sulit kita jumpai.

     
    • Like Like x 1
    Last edited: Aug 15, 2023
  9. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    Timnas Indonesia kalah adu penalti melawan timnas Malaysia. Ya, meskipun mayoritas dari kita mungkin akan kecewa, tapi nggak apa-apa.
    Yang namanya "kalah" ataupun "menang" adalah keniscayaan yang mesti terjadi dalam setiap pertandingan sepak bola.

    :yareyare:
    Cuma, ada satu hal yang tiba-tiba aja langsung membuat aku merasa muak. Yaitu komentar nyinyir dari sejumlah orang di medsos.

    Ada yang menyinyiri perihal ekspresi religius yang diperlihatkan oleh sejumlah pemain dan official tim, setiap kali timnas berhasil mencetak gol.
    Komentar nyelekit sejumlah netizen, "Selama ini udah capek-capek berdoa, udah sujud syukur, kok ujung-ujungnya malah tersingkir?"



    Pada fase penyisihan grup di pil-dun, aku juga pernah membaca komentar senada, saat timnas Tunisia akan bertanding melawan timnas Inggris.
    Ketika itu, sebelum pertandingan dimulai, para pemain Tunisa bersama-sama berdoa kepada Allah dan juga membaca shalawat.

    Meski mampu meladeni permainan timnas Inggris, tapi pada akhir pertandingan, Tunisia kalah tipis dengan skor 1 - 2, kebobolan di injury time.

    Eh, ada sejumlah netizen yang kemudian nyinyir perihal doa timnas Tunisia jelang pertandingan itu, "Udah doa macem-macem, kok kalah?"
    Ada pula komentar yang sempat aku baca, "Makanya, maen bola mah maen bola aja, nggak usah pake bawa-bawa agama segala."

    :lulus:
    Alhamdulillah, banyak netizen lain (baik yang Muslim maupun yang beragama lain) langsung bereaksi dan meng-counter kenyinyiran itu.



    Tiap manusia yang beragama dan punya keterikatan dengan Tuhannya, pasti akan menunjukkan ekspresi religiusnya dalam sejumlah momen.
    "Ekspresi religius" dari para pemain bukanlah berarti mereka sedang "memperalat Tuhan" ataupun "membawa-bawa agama ".

    Ketika kita merasa memiliki kedekatan dengan Allah Sang Pencipta, merasa bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha Berkuasa Mutlak atas segala hal,
    maka dengan sendirinya, secara naluriah, kita pun ingin memperlihatkan kedekatan dengan-Nya tersebut dalam tiap perilaku kita.

    Selama ekspresi religius itu hanya dipraktikkan secara baik dan nggak dilakukan untuk mengiringi kejahatan, kenapa juga mesti dinyinyirin?



    :hihi:
    Iya sih, sepak bola memang cuma sebuah permainan, tapi jika satu tim bertanding atas nama bangsa dan negaranya di event resmi,
    maka permainan itu menjadi "punya nilai lebih" dibandingkan pertandingan biasa. Para pemain bola pun tau, bahwa bikin gol itu susah banget.

    Jadi, sangat wajar jika ada pemain yang berhasil mencetak gol, pemain itu merayakannya dengan bermacam ekspresi dan selebrasi.

    Ada pemain yang merayakannya dengan membuka jersey (bahkan ada yang membuka celana segala), ada yang melakukan backflip atau salto,
    dan sejumlah pemain memilih menunjukkan kebahagiaan secara elegan dengan ekspresi religius sesuai kepercayaan yang diyakininya.

    Para pemain dan official tim yang beragama Islam, punya hak untuk melakukan sujud syukur, tiap kali ada gol yang berhasil mereka ciptakan.
    Karena dalam Islam, saat seorang Muslim mendapatkan nikmat kebahagiaan, maka dia di-sunnah-kan untuk melakukan sujud syukur.

    :yahoo:
    Perkara hasil akhir pertandingan, tergantung dari perjuangan selama bertanding. Kodrat manusia hidup, ya terus-terusan berusaha dan berdoa.
    "Usaha tanpa diiringi doa" adalah bentuk kesombongan, dan sebaliknya, "doa tanpa berusaha" adalah bentuk kebodohan dan kemalasan.



    Ketika udah berusaha dan berdoa, tapi ternyata hasilnya nggak sesuai dengan yang kita harapkan, bukan berarti Allah nggak menyayangi kita.
    Pada saat satu pintu rezeki terlihat udah tertutup, maka dengan doa itulah, pintu-pintu rezeki lainnya akan berpeluang untuk kita buka.

    (Miss Julid, "Heiyah, situ 'kan cuma berteori yang muluk-muluk aja. Kalau cuma ngomong doang, gampang banget. Siapa pun bisa.")

    :hoho:
    Heh, saya berani menyatakan seperti itu, karena pada kenyataannya, saya udah berkali-kali mengalami dan membuktikannya secara langsung.
    Ibadah dan doa yang dilakukan secara benar, sangat bisa mengubah hal-hal yang tadinya "dianggap mustahil" menjadi "tidak mustahil".
     
    • Like Like x 1
    • Setuju Setuju x 1
    Last edited: Jul 13, 2018
  10. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    Dulu banget, ketika Mama baru menikah dan memutuskan untuk hijrah mengikuti Papa menetap di Indonesia,
    satu-satunya hal yang membuat Mama terkadang merasa sedih adalah: susah sekali untuk menemukan "bagoong".

    :awas:
    "Bagoong" dengan "double huruf O". Bukan "bagong", lho ya. Aku tau, di Jawa Barat, "bagong" itu artinya "babi hutan".

    Sedangkan di sebagian besar wilayah Jawa Tengah/Jawa Timur, "Bagong" itu adalah nama karakter punakawan wayang Jawa.
    Kalau dalam bahasa Tagalog, ada juga kosakata "bagong" yang berarti "baru". "Bagong taon" itu artinya "Tahun Baru"

    "Bagoong" yang aku maksudkan adalah sejenis terasi atau belacan yang merupakan bumbu utama dalam hidangan Filipina.



    Ketika bulan-bulan awal menetap di Jakarta, Mama bisa dengan mudah beradaptasi dalam hal pola makan.
    Sama sekali nggak ada masalah bagi Mama untuk menghapus dan meniadakan pork serta alkohol dalam menu hariannya.

    :suram:
    Tapi... rasanya sengsara banget, saat nggak bisa menemukan "bagoong" untuk digunakan sebagai bumbu masakan.
    "Bagoong" benar-benar nggak tergantikan, bahkan tidak juga oleh belacan atau terasi Indonesia sekalipun.

    Di Filipina, banyak orang yang sangat suka menikmati irisan mangga mengkal dengan "bagoong" sebagai bahan cocolannya.

    Kalau di Indonesia, kayaknya nggak ada deh, orang yang makan mangga dengan cocolan belacan atau terasi.
    Ada sih, "sambal mangga belacan" dan juga "sambal mangga terasi", tapi sifatnya adalah sambal, bukan jenis cemilan.

    :onegai:
    Ngemil mangga mengkal dan "bagoong" itu enak banget. Manis, asam, asin, gurih, dan ampuh membangkitkan nafsu makan.
    Aku sangat setuju dengan Mama, bahwa "bagoong" memang nggak bisa tergantikan oleh terasi dan belacan.

    :terharu:
    Alhamdulillah, setelah berbulan-bulan Mama begitu merindukan kehadiran "bagoong", akhirnya, ada kenalan Papa yang
    bisa menyediakan "bagoong" yang autentik, genuine, asli, seperti yang sejak dulu biasa Mama konsumsi di negeri kelahirannya.



    :XD:
    Ironisnya, teman kantorku yang merupakan seorang expat, trauma dan jijik banget dengan yang namanya "bagoong".
    Sekadar bayanginnya aja udah mual, bikin nggak nafsu makan. Yah, memang selera itu nggak akan mungkin untuk dipaksakan.
     
    Last edited: Jul 13, 2018
  11. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    :unyil:
    Sebisa mungkin, seorang pria dewasa itu mesti berani, punya IQ dan EQ yang tinggi, kuat, serta tangguh.

    Nggak akan ciut nyalinya jika digertak oleh siapa pun. "Bisa main pukulan dan tendangan". Punya kemampuan melindungi.

    Bukan syarat mutlak untuk kriteria suami, sih. Cuma, pria dengan kualitas seperti itu, akan punya nilai tambah di hadapan wanita.

    :malu1:
    Di kehidupan nyata, aku merasa bangga, aman, dan nyaman tiap kali (dulu) bisa jalan bareng si Handsome.
    Saat-saat aku bersamanya, nobody would dare mess with me. And the girls were staring up at me with their jealous eyes.

    :angel3:
    Sejauh aku mengenang kisah cinta kami yang panas membara, dia tidak pernah sekali pun mengasari / menyakiti aku,
    baik secara fisik maupun verbal. Meski sering banget "mengajariku hal-hal berbahaya", tapi dia nggak pernah mengotori kesucianku.
    Dia tidak pernah mengambil keuntungan seksyual dariku, nggak pernah pula mengungkit semua pemberiannya padaku.

    Yang namanya "berantem" adalah momen favorit bagi kami berdua, karena kami ini sama-sama berkarakter keras, dan bahkan,
    aku cenderung buas dan ganas. Tapi nggak pernah terjadi TPPDMP (Tindak Pidana Penganiayaan Dalam Masa Pacaran).

    Mau sebrengsek apa pun sikapku, betapa pun menyebalkannya aku, atau segila apa pun pertengkaran antara kami saat itu,
    tiada pernah sekali pun keluar kata-kata makian kelas rendahan dari mulutnya. Pokoknya, he's very gentlemanly.

    :XD:
    Keliatannya, kesaksianku terdengar lebay dan takabur, ya? Namun, memang demikianlah yang sebenarnya terjadi.
    Tanpa perlu aku minta, dia selalu memosisikan diri sebagai Malaikat Pelindungku. Menyopiri aku, bertanggung jawab atas keamananku.
    Aku sering ketawa sendiri tiap kali ada fillm / sinetron yang mengisahkan skandal cinta hot antara driver dan Nona Majikannya.

    :oii:
    "Ya ampun, Renata... pria dengan kualitas secemerlang itu, kenapa akhirnya lepas, nggak bisa kamu pertahankan?"

    :hoho:
    Yah, itulah kebodohanku sebagai seorang perempuan. Mungkin sama aja dengan kebodohan perempuan-perempuan lainnya.
    Nggak ngerti bagaimana teknik mempertahankan sesuatu bernilai tinggi yang telah berada dalam genggaman tangan.



    :yareyare:
    Yang sangat mengenaskan, di sisi lain, sebagian pria di luar sana, justru dengan entengnya suka memukuli dan menghajar cewek.

    Seharusnya, seorang pria hanya menggunakan pukulan dan tendangannya untuk meng-counter serangan fisik dari pria jahat lainnya.
    Iya, kan? "Seorang pria yang laki banget", pasti akan langsung turun tangan jika perempuan tercintanya akan dijahati pria lain.
    Kalau orang jahat itu nggak mempan dihalau dengan kata-kata, ya udah deh, harus pake pukulan dan tendangan untuk mengusirnya.

    :muntah:
    Eh, sekarang ini, yang sering terjadi justru kebalikannya. Bukannya melindungi perempuan, tapi banyak pria penganiaya perempuan.
    Berseliweranlah di dunia maya, sejumlah foto dan video yang memperlihatkan para perempuan korban penganiayaan laki-laki.

    Apa pun latar belakang permasalahannya, nggak akan ada alasan yang bisa dijadikan pembenaran bagi pria untuk mengasari wanita.



    Mungkin satu-satunya pengecualian, jika umpamanya ada seorang perempuan syantik, sadis, punya skill membunuh tingkat tinggi,
    datang ke rumah seorang pria untuk menghabisinya. Demi membela diri, si pria diperbolehkan untuk memukul balik.
    Atau misalnya dalam film "Deadpool", ketika Bang Colossus, mau nggak mau mesti gebuk-gebukan dengan Mpok Angel Dust.

    :keringat:
    Tapi bisa jadi, perempuan yang paling bengis pun akan berubah pikiran seketika, jika menghadapi tipe pria seperti si Handsome.
    Aku bisa bayangin, her anger will transform into compassion and love, and then their fight will turn into a hot love-making... eyyyaaa..



    Iya sih, tiap perempuan pada dasarnya punya bakat alamiah untuk bersikap atau berperilaku menjengkelkan yang bikin pria sebel.

    "Udah dari sananya", perempuan diciptakan sebagai makhluk yang akan lebih mengedepankan perasaan dan suasana hati.
    Akui sajalah, jika perasaan dan suasana hati sedang nggak karuan, kita pasti akan cenderung bersikap yang nggak menyenangkan.

    Ditambah lagi saat siklus bulanan datang, atau ketika "perasaan terabaikan dan tak berarti" tiba-tiba hinggap menghampiri.
    Dalam situasi semacam itu, kadar sensitivitas perempuan akan meningkat drastis, dan sanggup memancing amarah dari siapa pun.

    Namun, perempuan bukanlah lawan yang sepadan bagi laki-laki. Dunia akan memandang hina pada pria yang tega mengasari wanita.
     
    Last edited: May 9, 2020
  12. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    Pas jam istirohat, aku turun ke bawah sebentar, beli buah mangga 2 kilo. Latihan ngidam sejak sekarang, siapa tau kelak di-ijabah.
    Maunya sih, aku nggak usah berlama-lama di bawah. Eh, ternyata Bu Kantin malah ngajak aku ngobrol macam-macam.

    :yareyare:
    Dia tanya, "Mbak, benar nggak sih, orang yang berpenghasilan Rp500 ribu itu berarti nggak digolongkan sebagai orang miskin?"

    Sekarang, tiba-tiba aja rame banget perbincangan tentang hal itu. Masyarakat banyak mempertanyakan soal data statistik,
    mengapa standar perihal batas miskin atau tidaknya seseorang di Indonesia, kok angkanya hanya serendah itu?

    https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4117707/ini-definisi-orang-miskin-di-indonesia



    Dulu, saat aku pertama kali mulai berkarier di dunia kerja (alias masih newbie), pendapatan bulananku "hanya" sejumlah Rp5 juta-an.
    Sebagai perbandingan, ketika itu, Upah Minimum Regional di DKI Jakarta baru sekitar Rp2 juta something lah.

    :yahoo:
    Alhamdulillah, rezeki halal hasil jerih payahku itu tetap bisa aku syukuri. Cuma, kadang dalam hati aku bilang, "Duh, pas-pasan banget..."
    Padahal saat itu (dan hingga kini), aku masih nebeng tinggal di rumah ortu, dan nggak dibebani kewajiban finansial apa pun.
    Maunya aku sih, meski masih newbie, tapi aku bisa seperti si Handsome yang saat itu udah berpenghasilan di atas Rp10 jeti per bulan.

    :XD:
    Aku bener-bener nggak tau diri, ya? "Langsung berorientasi pada gaji gede, tapi nggak mau sabar menjalani proses untuk meraihnya."
    Baru juga lulus kuliah, fresh graduate, belum punya pengalaman kerja, eh, pingin mendapatkan gaji yang gede. Mikir, dong!

    :lulus:
    Syukurlah, setelah tahun demi tahun berganti, pendapatan bulananku pun, pelan tapi pasti, mulai terus beranjak naik.
    Tapi di sisi lain, penghasilan bulanan si Handsome juga terus meningkat, sehingga tetap aja, aku belum bisa menyamai level dirinya.



    :keringat:
    Kalau berdasarkan berita di media, seseorang dengan penghasilan Rp500 ribu/bulan, berarti "nggak dianggap sebagai orang miskin".
    Sebab yang "dianggap sebagai orang miskin" oleh negara, hanya yang pendapatannya di bawah Rp401.220 per bulan.

    :facepalm:
    Sulit sekali bagiku untuk memahami, bagaimana cara bertahan hidup di Jakarta dengan uang sebesar Rp500 ribu/bulan?
    Untuk beli makanan ala kadarnya, jumlah Rp500 ribu/bulan mungkin bisa dicukup-cukupin dah, yang penting nggak mati kelaparan.
    Tapi bagaimana pula dengan biaya-biaya pokok lainnya seperti biaya listrik, biaya air, LPG, transportasi/BBM, sewa rumah dll?



    Sebagai "anak eksakta", aku tau dan juga memahami bahwa data statistik memiliki landasan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.
    Data statistik itu dihitung dengan matematika. Bukan angka hasil simsalabim abrakadabra. Matematika adalah ilmu pasti.
    Jika publik mempersoalkan angka itu, maka pihak-pihak yang berkompeten merilis data statistik pasti mempunyai argumentasi kuat.

    :hihi:
    Cuma, aku juga tau bahwa "statistik itu nggak selalu akan seiring-sejalan dengan logika dan kenyataan yang terjadi di kehidupan ini".
    Aku berikan contoh yang ringan. Pada event World Cup kemarin, ada satu pertandingan yang membuktikan hal tersebut.

    Yaitu pertandingan antara Rusia versus Spanyol. Coba deh, perhatikan data statistik pertandingan antara kedua tim.
    "Ball possession" Spanyol 74% sedangkan Rusia hanya 26%. Lalu "shots on target" Spanyol sebanyak 9 sedangkan Rusia hanya 1.

    Jika kita berpedoman pada data statistik di atas, tim Spanyol jelas-jelas memegang kendali permainan dan jauh mengungguli tim Rusia.
    Secara logika, mestinya Spanyol akan memenangi pertandingan dan lolos ke perempat final. Tapi kenyataannya nggak gitu.

    Data statistik tinggal-lah statistik belaka. Hingga babak perpanjangan waktu usai, Spanyol tetap nggak bisa mengalahkan Rusia.
    Setelah adu penalti, justru Rusia itulah yang menang dan melaju ke perempat final. Nah, statistik nggak sejalan dengan kenyataan, kan?
    Menurut data statistik, Spanyol pegang kendali, sehingga mestinya Spanyol yang menang. Lah, kenapa malah Rusia yang menang?

     
    Last edited: Jul 18, 2018
  13. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    Tadi pagi, sebuah huru-hara sempat meletus di kantorku. Ada technical mistakes yang dilakukan anak-anak divisi lain.

    :hot:
    Meski demikian, hal itu berdampak langsung pada aku dan rekan-rekan kerjaku. Saking emosinya, ada yang nggak bisa menahan diri,
    sehingga terjadilah serangkaian perdebatan sengit yang tak terkendali, dan bahkan akhirnya menjurus pada ad hominem.

    :yahoo:
    Alhamdulillah, atasan kami adalah Paduka Boss. Seorang yang punya kapabilitas dan kredibilitas sebagai pimpinan.
    Dia mengerti bagaimana cara menangani kejadian tidak terduga dan memahami langkah apa yang mesti dia ambil sebagai solusinya.

    Kami terkesan dengan cara dia meng-handle masalah. Karena dia ngerti permasalahan, dia nggak bengong dan cengengesan.

    :oii:
    Orang-orang yang bikin kesalahan dan yang berdebat menjurus ad hominem, segera dia omelin secara proporsional.
    Sedangkan aku dan rekan kerja satu ruangan, tiada satu pun yang terkena sanksi. Ya iyalah. Kesalahan itu bukan dari pihak kami.

    :yareyare:
    Tapi mau nggak mau, kami terpaksa harus ikut terlibat aktif dalam serangkaian tindakan untuk penyelesaian masalah.

    Ada yang mesti berangkat ke Slipi, ada pula yang mesti meluncur ke Kebon Jeruk, dan ada juga yang ke Tebet.
    Sedangkan aku, Miss Kelly, Tantyo, beserta Bu Reti, dipercaya untuk menyelesaikan persoalan di "Pulo Gading dan Kelapa Gadung".

    :lol:
    "Pulo Gading dan Kelapa Gadung"? Maklum deh, Miss Kelly itu expat. Dia sering keliru menghafal nama-nama tempat di Jakarta.
    Itu masih mendingan. Dia pernah keliru menyebut sebuah tempat, yang akhirnya malah jadi terdengar "jorok".



    Biasanya sih, aku selalu berusaha untuk nggak ngomongin atasanku. Tapi kali ini, aku pingin mengungkapkan sesuatu tentang dia.
    Insya Allah, ungkapanku ini nggak ditujukan untuk menjilat dan juga nggak dimaksudkan untuk menghujat.

    :hihi:
    Selama dia jadi Boss-ku, dan sepanjang yang aku ketahui, Paduka Boss sama sekali bukan tipe pria yang rendah hati dan bersahaja.
    Dia adalah tipe pria yang selalu tampil perlente, gemerlap, flamboyan, dan sadar banget akan kemampuan yang dia miliki.

    Paduka Boss juga nggak pernah butuh drama pencitraan apa pun hanya demi terlihat seakan-akan adalah sosok yang humble.

    Pokoknya, dia adalah tipe Boss yang memang layak menyandang jabatan Boss. Dia pinter, intelek, nggak mata keranjang,
    nggak pernah flirting pada pegawai perempuan, peduli pada bawahannya, nggak pelit pujian, dan sangat objektif.
    Kehidupan rumah tangganya juga harmonis. Dia tipe family man yang setia pada istri dan anak-anaknya, bukan tipe pria bandot.

    :XD:
    Dia baik padaku. Tapi ketika suatu kali aku berbuat kesalahan, ya tetap aja, aku diomelin dan pernah juga terkena sanksi darinya.
    Meski kesel tiap kali mengenang hal itu, aku nggak sakit hati, karena omelannya tersebut masih bersifat proporsional.



    Aku cuma merasa nggak sreg pada satu hal, yaitu perihal religiositasnya. Kadang dia mau shalat, kadang nggak peduli sama sekali.
    Dia dengan suka rela total menghindari mengonsumsi pork, tapi di sisi lain menganggap minum wine "wajar-wajar aja".

    Iya sih, religiositas adalah soal pribadi. Jika status kita adalah orang luar, maka kita pun nggak punya hak untuk mencampuri hal itu.
    Aku cuma bisa berharap, kebaikan dirinya dari sisi duniawi, bisa pula dia imbangi dengan kebaikan dia dari sisi spiritual.

     
    Last edited: Jul 19, 2018
  14. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2




    :oii:
    Si Handsome: @#$%#$^+!@#@!*# ︻╦̵̵̿╤─ ҉ - - - - - - -

    :bloon:
    Kenapa, Nyong? Apakah ada percikan api cembulu di hatimu setelah membaca tulisan di atas?
    Jika memang penafsiranku nggak salah, untuk apa kamu cembulu? Kita tidak sedang bercinta lagi, kan?

    :hoho:
    Aku mah, cerita apa adanya, secara objektif, dan adil sejak dalam pikiran. Nggak ada maksud memprovokasi.
    Dan aku juga masih waras, postingan di atas nggak bertendensi untuk (amit-amit) merayu atasanku.
     
  15. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    :piso:
    Biasanya, sebagian perempuan akan menilai kualitas seorang pria dewasa, berdasarkan dari hal-hal yang melekat pada si pria itu.
    "Dia kerja di mana? Sebagai apa? Income bulanannya berapa? Udah punya rumah pribadi? Mobilnya merk apa? Keluaran tahun berapa?"

    :hihi:
    Ada perempuan yang tanpa basa-basi bertanya secara straight to the point, ada yang malu-malu kucing (muter-muter dulu ke sana kemari),
    dan ada juga perempuan yang bertanya dengan teknik yang lebih elegan, supaya nggak dicurigai sebagai perempuan materialistis.

    Pada bulan Juni yang lalu, si Handsome tepat berusia 29 tahun. Andaikan rangkaian pertanyaan di atas itu diarahkan kepada dirinya,
    maka kita bisa menyimpulkan bahwa dia punya kualitas kehidupan yang sangat lumayan jika dibandingkan para pria yang seusia dengannya.
    Biarpun dia belum semapan para "middle-aged wealthy men", tapi Insya Allah, bisa dibilang, dia udah memiliki "a worry-free financial life".



    :oii:
    Namun, menurut dia, rangkaian pertanyaan yang aku sebutkan di atas itu, belum bisa merefleksikan secara real kondisi finansial seseorang.

    Meski saat ini, seseorang sedang memiliki karier bagus, punya gaji bulanan gede, punya rumah pribadi, dan juga punya truk tanah mobil,
    tapi kalau nggak punya passive income yang memadai, maka sesungguhnya dia masih tergolong rentan untuk menjadi miskin.

    :kuning:
    Sekarang, pas masih kerja, bisa dibilang "horang kayah". Tapi jika sewaktu-waktu berhenti kerja, otomatis nggak dapat gaji lagi, kan?
    Jika seseorang cuma mengandalkan gaji bulanan, nggak punya passive income, maka kondisi finansialnya bisa dikatakan masih cukup rapuh.
    Gimana jika tiba-tiba jobless, dan dia nggak bisa melamar kerja lagi di mana pun? Tadinya sih, "kaya", tiba-tiba aja bisa jadi "miskin".

    Karena itu, memiliki passive income adalah "kunci". Jadi, kalau mau menilai kondisi finansial seorang pria yang akan dijadikan suami,
    nilailah juga dengan objektif, berapa besar penghasilan pasif yang dia peroleh secara rutin? Dan apakah passive income itu mengandung riba?



    :lol:
    Aku rasa, nggak banyak perempuan yang akan berpikir seperti yang kamu uraikan, Nyong. Kamu tau kan, sekarang ini zaman pencitraan?
    Rata-rata orang cenderung hanya akan melihat kemasan daripada meneliti substansi. Eh, tapi Insya Allah, aku nggak akan seperti itu.


     
    • Like Like x 1
    Last edited: Jul 20, 2018
  16. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    :malu2:
    Hari Jumat malam hingga Minggu siang, aku dan salah seorang kakak perempuanku menginap di salah satu hotel berbintangs di Jakarta.

    :gotdrink:
    Si Handsome bermurah hati menghibahkan fasilitas menginap yang semula akan dia berikan untuk tamu kantornya.
    Berhubung si tamu nggak jadi datang, ya udah, daripada mubazir, akhirnya dihibahkan tanpa syarat kepada aku dan kakak perempuanku.


    Eh, ketika aku sedang turun ke bawah untuk membeli sesuatu, nggak disangka, aku bertemu dengan seseorang.

    :garing:

    Karena saling kenal, kami pun saling menyapa dan berbincang sebentar. Tapi begitu dia tau bahwa aku sedang menginap di hotel tersebut,
    tiba-tiba aja reaksinya berubah menjadi aneh. Seakan, aku menginap dalam rangka berbuat yang enggak-enggak.

    :mesyum:

    "Yah, wajar dong kalau gue curiga. Cara berbusana kamu dan juga karakteristik kamu selama ini, mau nggak mau, membuat asumsi gue
    jadi berkembang ke arah yang enggak-enggak. Tapi sorry banget deh, kalau emang asumsi gue ternyata keliru."




    :hot:
    Sampai saat ini, aku memang belum bisa dikatakan sebagai Muslimah yang shalihah. Aku tetap memiliki rasa keterikatan pada agamaku,
    cuma, dari segi penampilan, bisa dibilang, aku masih berada di wilayah jahiliyah. Belum juga tergerak untuk berhijab.

    :yahoo:
    Tapi biar bagaimanapun, aku tetap berada satu barisan dengan mereka yang meyakini bahwa berhijab itu adalah wajib bagi para Muslimah.
    Belum berhijabnya aku, semata-mata karena kebandelanku aja, bukan karena aku mengingkari kewajiban tersebut.
     
  17. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    :makasih-g:
    Setelah aku membaca sekelumit cerita dan juga memerhatikan dengan saksama foto-foto masa silam yang diposting Mbak Rachel,
    maka tiada komentar yang pantas aku ucapkan selain "like grandfather, like grandson".

    :terharu:
    Sang Grandpa di masa muda memiliki penampilan yang good-looking, rahang kukuh, dan sorot mata yang tajam tapi meneduhkan.
    Masya Allah, memang benarlah itu peribahasa "the apple doesn't fall far from the tree".

    :lol:
    Dan ternyata ada juga kesamaan sejumlah sifat beliau dengan si Handsome. Aku sampai ketawa sendiri membaca cerita Mbak Rachel.
    Sungguh beruntung perempuan yang akan menjadi istrimu, Nyong. Siapa pun dia itu.

    #MySincereCompliment

     
  18. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    Pulang malam. Mandi dulu, shalat Isya, dan langsung membanting tubuhku ini ke atas ranjang. Terbaring lemas tanpa daya.
    Bukan rangkaian aktivitas yang luar biasa, ya? Sebagian besar dari kita akan beranggapan bahwa hal-hal tersebut adalah sangat biasa.
    Tapi ada banyak orang di luar sana, yang pada jam segini, masih harus bersusah payah, bahkan berkeringat mengais rezeki.
     
  19. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    :oii:
    Menurut Bu Neti (tepatnya, Bu Neti Zen), "Dasar kamu sok tegar, sok berjiwa besar, sok berbesar hati, sok bijak, sok nggak peduli, blablabla...
    Nggak mungkinlah seorang perempuan akan mau mengikhlaskan begitu aja pria yang disukainya, jatuh ke pelukan perempuan lain."

    :hoho:
    Ah, Ibu ini. Sok atuh, boleh-boleh ajah, jika Ibu nggak mau percaya dengan kata-kata saya tersebut. Curiga pun nggak apa-apa. Bodo amat.

    :unyil:
    Perkataan saya itu berlaku secara universal, berlaku untuk semua perempuan yang kelak akan menjadi pendamping si Handsome.
    Siapa pun perempuan yang dia anggap paling tepat menjadi istrinya. Entah itu si A, si B, si C, atau belum tertutup kemungkinan, ya saya sendiri.

    Saya bilang, "Sungguh beruntung perempuan yang akan menjadi istrinya", karena Insya Allah, dia punya modal untuk menjadi suami yang baik.
    Bukan hanya dari segi karakter, tapi juga dari segi kesanggupan untuk memberi "a worry-free financial life" kepada keluarganya.



    Iya sih, saya tau banget, perihal "beruntung atau tidaknya seseorang" itu sifatnya masih relatif, dan mungkin juga sangat subjektif.
    Tapi Insya Allah, omongan saya itu nggak akan meleset dari kenyataan. Biar bagaimanapun, saya pernah mengalami kebersamaan dengannya.

     
    Last edited: Jul 25, 2018
  20. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    :nangis:
    Nyong, tadi siang, hasilnya udah keluar. Alhamdulillah, aku dinyatakan "positif".

    :apa:

    Si Handsome: (shocked) Hahhh?!! Kamu "positif"? Kok bisa?

    :oii:
    Iya, aku "positif". Kenapa kamu nggak terlihat senang? Laki-laki macam apa itu?
    Mestinya kamu juga ikut bangga dan berbahagia, dong!


    :voodoo:

    Si Handsome: Kamu jangan mengada-adakan sesuatu yang tidak pernah terjadi!

    :malu1:
    Alhamdulillah, Paduka Boss bilang, "performance appraisal" aku hasilnya "positif".
    Jadi, nggak sia-sia kamu memberikan sesi indoktrinasi padaku.



    :lulus:
    Terima kasih, Ya Allah. Kinerjaku di kantor selama ini, dinilai bagus oleh pimpinan.
    Artinya, kompetensi dan kapabilitasku mendapat pengakuan objektif.



    (Dan malam ini, aku mesti lembur seperti kemarin. Demi "hari esok", nggak apalah)


     
    • Like Like x 1
    Last edited: Jul 25, 2018
  21. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +606 / -2
    :onegai:
    Setiap pimpinan yang pinter itu biasanya akan menginspirasi para bawahannya untuk ikutan menjadi pinter.
    Apalagi seperti Paduka Boss yang nggak pelit berbagi ilmu. Setiap saat, selalu ada hal-hal baru yang bisa aku pelajari.

    :keringat:
    Lain halnya dengan yang dialami seorang teman kuliahku. Punya Boss yang culun dan nggak ngerti apa-apa.
    Bukannya dapat ilmu baru, eh, si temanku itu justru mesti terpaksa menurunkan IQ tiap kali berurusan dengan si Boss.


    :yareyare:
    Aneh bin ajaib, sebagian rekan kerjanya justru seakan merasa senang banget dengan kondisi yang demikian.
    Karena dengan kualitas leadership si Boss yang se-culun itu, maka mereka bisa seenaknya ngadalin dia dalam banyak hal.

    :hot:
    Kok nggak pada ngeri, ya? Padahal, jika nanti perusahaan mereka sampai collapse, mereka sendiri yang rugi.
     

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.