1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

La pazienza è la virtù dei forti

Discussion in 'Dear Diary' started by ___Renata___, Dec 1, 2017.

  1. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Pada dasarnya, aku nggak terlalu suka berbelanja secara online, karena aku nggak bisa memeriksa dan memastikan,
    seperti apa gerangan kualitas benda-benda yang dijual di dunia maya tersebut? Pihak penjual atau seller, umumnya cuma menampilkan
    foto-foto barang dagangannya disertai deskripsi singkat yang sering tidak akurat dan tidak sesuai dengan kenyataan.


    :yareyare:
    Banyak konsumen yang dengan naifnya langsung percaya begitu aja pada foto-foto yang ditampilkan oleh si penjual.

    Ketika foto-foto produk yang dijual tersebut terlihat meyakinkan, maka kita akan menyangka bahwa si penjual itu nggak mungkin ngibul.

    :voodoo:
    Padahal, kenyataannya justru sering kali bertolak belakang. Foto produk bagus, begitu kita beli, kualitasnya jahanam.




    Aku pernah terjerumus membeli sebuah CD album langka dan out of print (rilisan label Aksara Records), dari sebuah

    lapak di dunia maya. Foto CD album yang ditampilkan oleh si seller tersebut terlihat bening dan sangat meyakinkan. Ditambah dengan
    deskripsi bahwa album itu masih dalam kondisi baru dan tersegel rapi. Karena CD langka, harganya pun nggak murah.

    :malu1:
    Dulu, si Handsome Bastard pernah memberikan gratifikasi menghadiahi aku, paket lengkap CD rilisan Aksara Records.

    Niatnya sangat mulia, demi menjauhkan aku, sang kekasih tercintanya (saat itu), dari dunia clubbing dan cengkeraman musik ajeb-ajeb.

    :facepalm:
    Sayangnya, ada satu album yang dengan polosnya, aku pinjamkan ke salah seorang temanku, dan sampai sekarang,
    nggak dikembalikan, "hilang tak tentu rimbanya". Padahal, CD album itu statusnya kini sudah out of print, nggak bakal pernah dirilis lagi.




    :oii::boong:
    Nah, CD album itulah yang aku beli dari lapak si penjual yang aku ceritakan di atas tadi. Penjual yang nggak amanah,

    tukang ngibul, dan nggak bisa dipercaya. Ketika paket CD album tersebut aku terima, ternyata, kondisinya berbeda jauh dengan yang
    terlihat di foto. Memang masih tersegel, tapi segelnya adalah segel plastik biasa, bukan dalam bentuk factory sealed.

    :tega:
    Tambah nyesek lagi, saat aku memeriksa kepingan CD-nya. Ada goresan halus di sana sini yang menandakan bahwa

    CD tersebut (kelihatannya) sudah pernah beberapa kali diputar. Jadi, bisa disimpulkan, si penjual itu jelas-jelas telah memperdaya aku.

    :lempar:
    Karena harga CD album itu tidaklah murah, maka aku pun langsung mengajukan complaint kepada yang bersangkutan.

    Eh, dia nggak merespons sama sekali, dan belakangan, akun lapaknya juga dihapus. Tapi aku tau persis, dia cuma berganti akun aja.
    Akun du-may bisa aja berganti, tapi bodohnya... si penjual itu tetap memajang foto-foto produk dari akun sebelumnya.



    :blink:
    Setelah sekian lama berlalu, pada hari Rabu kemarin, aku menemukan lapak lain yang juga menjual CD album tersebut.


    Meski terus terang aja, aku sempat agak skeptis, tapi si seller itu memberikan deskripsi yang cukup mendetail di setiap dagangannya.
    Kalau kondisi produknya sudah tidak baru lagi, maka disebutkan secara apa adanya, dan sama sekali nggak manipulatif.

    Kemudian, saat aku perhatikan secara saksama, pada CD incaranku itu masih melekat label harga dari Aksara Records.

    Berdasarkan fakta itu, paling tidak, aku bisa berasumsi secara objektif bahwa CD album tersebut masih dalam kondisi factory sealed.

    Meski kini, harga yang ditetapkan oleh si penjual, sudah naik beberapa kali lipat karena faktor kelangkaan CD album itu.




    :muntah:
    Aku udah nggak akan sudi lagi untuk membeli produk apa pun dari si penjual pertama yang dulu pernah memperdayaku.
    Ibaratnya, ketika aku membeli produk dari lapaknya, "bagai bertransaksi dengan kucing garong" yang terbukti sangat merugikanku.

    Tukang ngibul, nggak amanah, nggak mau merespons keluhan konsumen, pokoknya, sama sekali nggak beriktikad baik.

    :???:
    Sedangkan, kalau aku membeli produk dari si penjual kedua ini, "bagaikan membeli kucing dalam karung". Masih tersisa
    rasa jengkelku karena diperdaya oleh si penjual pertama. Namun, hati kecilku dan instingku mengatakan, agaknya, si seller baru ini

    boleh dibilang cukup rasional dalam mendeskripsikan setiap produk yang dijual di lapaknya. Tidak terindikasi manipulatif.

    :yahoo:
    Ya udah, akhirnya sambil mengucap: "Bismillah, mudah-mudahan nggak ketipu lagi", aku memutuskan untuk membeli

    CD album tersebut. Setelah pada hari Rabu siang, aku mentransfer sejumlah uang, tadi pagi, paket dari si penjual pun aku terima.
    Alhamdulillah, dalam kondisi tersegel, factory sealed. Aku periksa keping CD-nya, mulusss, sama sekali tanpa goresan.

    Kini, koleksi CD album rilisan Aksara Records milikku, telah berhasil aku lengkapi kembali. Tinggal vinyl-nya yang belum.



     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Dec 8, 2018
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    "Teman sejati dan sehati" itu hebat. Ketika yang lain lupa dan melupakan, dia tetap ingat dan mengingat.

    Kala yang lain mengabaikan, dia justru peduli. Sewaktu yang lain enggan terlibat dan terbelit dalam masalah yang aku alami,

    dia bersedia datang menghampiriku, membentengiku, dan menebas akar permasalahan itu hingga tuntas.

    Pada saat yang lain terlihat berupaya "mengambil keuntungan dariku", dia malah melimpahkan banyak hal

    untuk aku nikmati, tanpa sedikit pun mengharapkan imbal balik. Selagi yang lain ingin mengotoriku, dia menjagaku tetap suci.

    Ketika yang lain bertepuk tangan atau tertawa sinis, karena melihat aku melakukan suatu kesalahan bodoh,
    dia hadir untuk mengoreksi, agar kesalahan itu tidak pernah terulang lagi. Manakala yang lain mencela, dia mengejek mesra,

    yang menjadikanku tersenyum dibuatnya. Tatkala yang lain "melemahkanku", dia konsisten menguatkanku.

    Selagi yang lain cuma mau memacariku tapi tidak pernah mau mengajak aku untuk mendekat kepada-Nya,
    dia justru mendefinisikan arti "berpacaran" ke dalam bentuk yang sangat elegan, tidak klise, tidak picisan, dan tidak murahan.

    Tidak sekadar "memacariku", tapi juga mengajariku, "mengindoktrinasiku", tanpa berpretensi mengguruiku.




    Kamu, adalah sosok pria yang telah membuktikan semua hal di atas itu, semasa kebersamaan kita dahulu.

    Semestinya, frasa "teman sejati dan sehati" itu bisa lebih kita perluas lagi menjadi "teman sejalan, seranjang-sepembaringan,
    'dalam panas maupun hujan', dalam suka-dan-duka-dan-suka, dengan naungan ridha dan perkenan-Nya".


    Semua buku yang memuat kisah masa laluku, telah aku tutup rapat, takkan pernah sudi aku buka kembali.

    Terkecuali, hanya buku tentang dirimu sajalah yang hingga kini, lembar demi lembar halamannya masih aku biarkan terbuka.

    Sudah tentu, ada risiko yang tidak ringan, yang mesti aku terima terkait dengan sikap serta pendirianku itu.

    They probably think I'm some kind of "a girl with severe obsessive–compulsive problems walking by your house all the time".

     
  4. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :facepalm:
    Seperti biasa, dia selalu penuh kejutan. Tiba-tiba, ada aliran uang dengan jumlah yang "lumayan gede", masuk ke rekening pribadiku.

    Rekening yang aku maksudkan adalah rekeningku yang sifatnya sangat privat. Rekening untuk "hal-hal di luar urusan pekerjaan dan kedinasan".
    Hingga saat ini, hanya orang-orang tertentu aja yang mengetahui no-rek itu. Salah seorang di antaranya adalah si Handsome Bastard.



    Meskipun aku ini "Anak Teknik", bukan "Anak Hukum", tapi aku relatif nggak terlalu awam dengan urusan hukum pidana atau perdata.

    :kuning:
    Aku selalu ingat, ada Pasal 1360 di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang menyebutkan: "Barang siapa secara khilaf atau dengan

    mengetahuinya, telah menerima sesuatu yang tidak harus dibayarkan kepadanya, diwajibkan mengembalikan barang yang tak harus
    dibayarkan itu kepada orang dari siapa ia telah menerimanya." Hal itu membuat kita wajib berhati-hati jikalau menerima "uang yang misterius".

    Andaikata ada uang dalam jumlah besar, eh, tiba-tiba masuk ke rekening kita tanpa kita duga sama sekali, maka jangan senang dulu,
    dan jangan langsung seenaknya aja kita gunakan. Kalau pihak bank bisa membuktikan bahwa uang tersebut sama sekali tidak diperuntukkan

    bagi kita, maka mereka akan menuntut kita untuk mengembalikannya, dan secara hukum perdata, kita pun wajib mengembalikannya.



    :piso:
    Namun, untuk hal yang tadi aku alami, aku tau persis, siapa "Hamba Allah" yang telah mentransfer uang sebanyak itu ke rekeningku.

    Tak lain adalah "sang insan rupawan, yang sampai detik ini, masih aja membuatku terperangkap dalam sebuah melodrama yang meletihkan".

    :hot:
    Bukan hanya kali ini aja, dia secara tiba-tiba dan sangat mengezutkan "membasahi rekeningku" dengan uang yang nilainya lumayan.

    Padahal, dia bukan suamiku (atau mungkin, "belum"). Dia sama sekali tak punya kewajiban menafkahiku. Kita tidak sedang bercinta lagi, kan?

    Aku sangat tau diri untuk tidak akan pernah sekali pun meminta dia mengirimiku uang. Tidak secara eksplisit, tidak pula secara implisit.


    :awas:
    Statusku 'kan bukanlah perempuan yang menjanda karena dia ceraikan. Sehingga, aku tak punya hak seujung kuku pun untuk mengharapkan
    pemberian darinya. Hal itu nggak masalah buatku. Insya Allah, aku masih sanggup mendapatkan rezeki halal, tanpa perlu secara hina

    merendahkan harga diri dan kehormatanku di hadapan orang lain. Tanpa harus menipu, tanpa mesti mengemis, tanpa perlu menjadi penjilat.



    :yareyare:
    "Non, kamu tau dari mana sih, bahwa dia itulah yang telah mentransfer ke rekeningmu?" Ya, aku mengetahuinya dari nilai nominalnya.
    Jumlahnya selalu unik. Ada deretan angka tertentu yang kerap dia gunakan tiap kali dia berbaik hati mentransfer sejumlah uang ke rekeningku.

    Hal tersebut menjadi kode petunjuk yang secara objektif membuatku haqqul yaqin 100%, bahwa memang dia itulah "sang pengirim".


    :hihi:
    Mengapa aku mau menerima pemberiannya, meski dia bukan siapa-siapa lagi bagiku? Karena sejak dulu, dia punya reputasi yang sangat baik.

    Kalau udah memberikan sesuatu padaku, dia nggak akan pernah mengungkit-ungkit pemberian itu sampai kapan pun. Apa pun terjadi.

    :muntah:
    Berbeda dengan kebanyakan pria lain, yang (aku nggak sekadar asal nuduh) rata-rata punya motif terselubung di balik pemberiannya.
    Pria lain itu jika merasa udah pernah memberi suatu hal yang berharga padaku, lantas dia berpikir bahwa dia punya hak untuk "menyentuhku".



    :XD:
    Eh, barusan, Bu Fitri bercerita bahwa dia pun mendapat kiriman yang sama dari si Handsome. Berarti, bukan hanya aku yang dikirimi.


    Kalau menurut kesaksian Bu Fitri, si Handsome sering bermurah hati berbagi rezeki kepada siapa pun yang dia kehendaki. Dengan ketentuan,

    sepanjang si perempuan itu tidak berstatus istri orang lain (atau tak sedang terlibat hubungan khusus dengan pria lain), dan asalkan
    dia mengetahui no-rek dari yang bersangkutan. Si Handsome mengenal Hilda dengan sangat baik, tapi karena Hilda udah punya tambatan hati,
    maka dia nggak mengirimi apa pun pada Hilda, demi menjaga harga diri pasangan Hilda. Agar tak sampai melanggar code of conduct.


    Bu Fitri menegaskan kepadaku, dia bisa ikut "kecipratan rezeki", karena ternyata, si Handsome mengetahui no-rek yang dimiliki Bu Fitri.

    Jika si Handsome sama sekali nggak mengetahui no-rek Bu Fitri, tentu aja Bu Fitri takkan pernah dikirimi apa pun, seperti yang diterimanya tadi.

    :bloon:
    Oh begitu, ya? Tadinya, kupikir, si Handsome mau menciprati.. eh, maksudku, mau berbagi rezeki pada Bu Fitri, semata-mata karena

    Bu Fitri mampu berperan sebagai perempuan yang menghadirkan keteduhan dan kedamaian yang dia cari dalam pengembaraannya selama ini.



    :makasih-g:
    Betapa pun aku masih belum sanggup juga memahami dirimu sepenuhnya, tapi aku ucapkan, "jazakallah khairan atas pemberianmu".
    Semoga, aku diberi ketabahan oleh-Nya, sehingga esok hari, aku bisa bersikap bijak, tidak akan tergoda untuk menghambur-hamburkannya.


     
    Last edited: Dec 11, 2018
  5. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2




    :onegai:
    Uang yang dia transfer pada Selasa kemarin, sepenuhnya menjadi milikku. Aku punya hak untuk menggunakannya sesukaku.

    Nah, pertanyaannya: "Bagaimanakah metode yang paling sophisticated untuk membelanjakan uang sebanyak itu?"



    Skenario pertama adalah "skenario hedonisme". Kalau aku mau, sangat mungkin bagiku berhura-hura dengan uang tersebut.

    Tipikal kaum hedonis yang impulsif, bisa semaunya membeli apa pun, tanpa peduli dengan keterbatasan anggaran.

    :hihi:
    "Uang ini adalah uang saya. Jadi, suka-suka saya dong, mau saya pakai untuk membeli barang apa pun yang saya kehendaki.
    Selama uangnya ada dan produknya pun ada, maka saatnya memuaskan nafsu berbelanja yang berkobar di hati."

    Kaum hedonis, rata-rata selalu berpedoman: "Nikmatilah hidupmu saat ini, bersenang-senanglah selagi kamu mampu, puaskan
    dan lakukan apa pun yang kamu inginkan, persetan dengan masa depan, tak usah sok peduli dengan orang lain."

    :XD:
    Namun, bukan hanya kaum hedonis aja sih, yang berprinsip seperti itu. Para social climbers juga sering berpendapat demikian.

    Perbedaannya, para social climbers sering kali nggak realistis. Memaksakan diri. "Budget Pas-pasan, Jiwa Sosialita".



    Sedangkan, skenario kedua adalah "skenario akal sehat", yang baru aku pahami setelah aku mendapat pencerahan dari Mila.

    Dia memberi saran yang sangat berkelas, perihal "cara yang paling elegan dalam menggunakan uang yang telah

    si Handsome hibahkan untukku". Mila adalah rekan kerjaku, seorang perempuan konservatif-religius dan menurutku, kualitas
    keislamannya udah berkali-kali lipat lebih baik dibandingkan kualitas keislamanku yang "masih sangat ala kadarnya".

    Meski aku, Hilda, dan Mila, Insya Allah memiliki aqidah dan pemahaman yang sama, tapi tampaknya dari segi implementasi,

    di antara kami bertiga, Mila itulah yang jauh lebih mampu istiqamah. Aku dan Hilda, masih ada bandel-bandelnya.

    Mila berpendapat, ada cara elegan supaya uangku tersebut nggak sekadar dibelanjakan, tetapi juga sekaligus diberdayakan.


    "Gini ya, Non. Jika uang pemberian si Handsome-mu, seluruhnya cuma kamu belanja'in, maka kamu seolah menutup mata,

    seolah nggak mau peduli pada kesusahan yang sedang dialami saudara-saudarimu. Coba deh, kalau kamu amati
    di du-may, ada sejumlah dedek bayi dan balita yang kini tengah menanti penanganan medis lebih lanjut,, karena mereka itu
    mengalami gangguan kesehatan yang sangat serius. Tidak semua dari mereka bisa ter-cover oleh jaminan sosial
    dan keluarga mereka pun nggak punya uang untuk penyembuhan mereka." (Mila kemudian memperlihatkan sejumlah link)

    :terharu:
    "Setiap detik, para dedek bayi dan balita itu berpacu dengan waktu untuk selekas mungkin mendapatkan tindakan
    medis lanjutan. Sayangnya, tindakan medis itu tidaklah gratis... mungkin ada sebagian yang ditanggung oleh jaminan sosial,
    tapi ada pula yang benar-benar sangat berharap pada belas kasih manusia lainnya. Kalau kamu bisa membantu,

    kenapa kamu hanya berdiam diri? Andai kamu mau menyisihkan sebanyak sepertiga aja dari uangmu, udah cukup lumayan
    untuk sekurang-kurangnya ikut andil meringankan beban para keluarga yang sedang mengalami kesusahan itu."


    "Mereka akan sangat terbantu dengan donasi yang kamu berikan. Insya Allah, kamu mendapatkan reward dari Allah SWT

    karena mau mendonasikan sebagian uang yang kamu miliki. Si Handsome-mu itu juga ikut memperoleh reward
    dari Allah SWT, karena melalui perantaraan kebaikan dia itulah, sehingga akhirnya kamu bisa berdonasi.. Uang yang kamu
    keluarkan di Jalan-Nya tersebut, kelak akan menjadi bekal akhiratmu, dan juga bekal akhirat si Handsome-mu."


    "Aku sih nggak tau apa yang sebenarnya terjadi antara kalian berdua saat ini ya, Non. Tapi andaikata, motivasi

    si Handsome-mu saat dia berbaik hati memberi uang padamu adalah karena dia masih menyimpan sepercik rasa sayang
    terhadap dirimu, maka kamu bisa membalas kebaikan itu, dengan membelanjakan uang tersebut di Jalan-Nya."



    :makasih-g:
    Masya Allah. Keren banget, ya... "saran berkelas" dari temanku itu. Insya Allah, Mila juga ikut mendapat reward dari-Nya,
    karena dia udah memberikan pencerahan padaku. Sejak kemarin malam, aku terus merenungkan perkataannya.
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Dec 13, 2018
  6. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2




    Seberapa gereget aku? Kamu mentransfer uang padaku sebagai "bekal duniawiku",
    aku menyedekahkan sebagian uang itu yang pahalanya juga aku niatkan sebagai bekal akhiratmu.
     
    Last edited: Jan 26, 2023
  7. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :hoho:
    Гульжан Накипова atau Gulzhan Nakipova adalah seorang atlet bela diri perempuan dari Kazakhstan.

    Sepintas, sosoknya mengingatkanku dengan sosok Mbak Suci pada beberapa tahun lalu, sebelum dia berhijab.

    Sama-sama berambut panjang nan lebat, berparas cantik manis dengan aura wajah yang ramah, dan
    juga bukan tipe perempuan halus manja yang terlalu lemah gemulai. Pokoknya, jauh dari kesan menye-menye.
    Berpostur atletis, sangat giat berlatih jasmani, sehingga memiliki body yang sekseh dan tidak lembek.


    :malu1:
    Aku pun bukan tipe perempuan yang klemar-klemer. Hanya saja, aura wajahku itu cenderung judes.

    Meski bukan berarti aku suka berkonflik, tapi perihal keramahtamahan, aku jelas kalah dibandingkan Mbak Suci.

    Pun demikian halnya dalam soal menutup aurat. Mbak Suci telah istiqamah mematuhi perintah-Nya.

    Tak merasa "sayang" saat memutuskan untuk menutup rapat pesona daya tarik fisik yang terlihat pada dirinya.



    :nangis:
    Sedangkan aku, hingga saat ini, masih aja bandel. Seolah "masih belum sepenuhya rela" jika pesona
    yang ada pada diriku, tiba-tiba aja, aku tutup rapat dari pandangan pria di sekitarku. Masih belum siap untuk itu.


    :hot:
    Dalam benakku masih bersemayam pola pikir jahiliyah, bahwa jika pada kenyataannya aku memiliki

    suatu bentuk keunggulan, maka seakan-akan, aku ingin seluruh dunia memperhatikan dan juga mengaguminya.

    Ah, sungguh sesat nian pemahaman yang seperti itu, ya? Kenapa juga mesti meminta pengakuan?




    :suram:
    Aku mengerti bahwa bagi Muslimah, berhijab itu adalah kewajiban. Satu-satunya pria yang punya hak
    untuk melihat dan menikmati auratku, ya cuma suamiku aja seorang. Walau kini, cara berbusanaku udah nggak
    lagi seterbuka dan se-jahiliyah masa silam (euuggh) , tapi aku tetap merasa belum menjadi Muslimah
    yang ideal. Muslimah yang dengan ikhlas, mau tunduk dan patuh pada segala hal yang Allah SWT perintahkan.


    :yahoo:
    Semoga aja, akan datang momen yang menjadikan aku mau mengubah diri untuk menjadi lebih baik.

    *Link YouTube-nya sudah aku ganti dengan link yang masih berfungsi.

     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Aug 15, 2023
  8. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Hal yang cukup "menggembirakanku" pada malam ini adalah ketika aku baru aja mengetahui
    bahwa ternyata, ada juga perempuan lain yang nggak mengerti bagaimana cara mempertahankan dirimu.


    Kalau dia pinter, mestinya sih, "tinggal selangkah lagi" baginya untuk "menjatuhkan dirimu ke
    dalam pelukannya". Bu Fitri bilang padaku (aaah, kenapa lagi-lagi justru dia yang lebih tau tentang kamu?),

    tampak jelas ketertarikanmu pada si perempuan itu. Tapi nggak disangka, si perempuan itu
    juga "sama bodohnya" denganku. Nggak mengerti cara memperlakukan a precious diamond seperti kamu.
     
  9. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :yahoo:
    "Selamat Hari Ibu" untuk Mama-ku tercinta, untuk kedua Kakak Perempuanku yang telah menjadi para ibu,

    untuk Kakak-Kakak Perempuanku lainnya yang akan menikah dan yang belum menikah, dan juga untuk aku sendiri
    yang Insya Allah (jika suatu saat nanti Dia izinkan), akan menyandang status sebagai "Ibu", "Mama", atau

    apa pun sebutannya kelak. Walaupun hingga detik ini, "hari depanku masih gelap gulita", tapi aku wajib optimistis.



    :onegai:
    Logikanya, agar aku bisa berstatus sebagai "Ibu", maka aku membutuhkan seorang laki-laki yang mampu

    berperan sebagai suamiku. Suami yang berkualitas baik, tentunya. Sehat jasmani dan rohani. Memiliki kecerdasan
    spiritual, kecerdasan intelektual, kecerdasan finansial, serta kecerdasan emosional. "Lah, memangnya ada,
    pria yang kayak 'gitu, Non? Kamu lagi nyari calon pendamping hidup, atau nyari sosok pria sempurna tanpa cela?"

    :oii::gaswat:
    Pasti ada, dong. Semua pria dewasa yang sehat dan normal, mestinya sih, memiliki 4 jenis kecerdasan itu.


    :hihi:
    Dalam level berbeda. Ada yang IQ-nya tinggi, tetapi EQ-nya sangat rendah, perilakunya pun kasar dan pemarah.

    Ada yang "duitnya seolah nggak berseri", tapi agak-agak telmi dan nggak nyambung kalau diajak ngomong.

    :matabelo:
    Atau ada yang pinter, berperilaku baik, serta religius, tetapi level karier dan kondisi finansialnya berada di bawahku.

    Sehingga, dia malah udah minder duluan tiap kali berada di dekatku. Manusiawi banget, sih. Bagaimanapun,
    kita hidup di dalam suatu sistem yang seolah menyatakan bahwa "adalah aib jikalau pria sampai kalah oleh wanita".



    :mesyum:
    Setiap saat, radarku bekerja, mengobservasi dan "menyaring" pria-pria single yang berada di sekelilingku.


    :garing:
    Tapi sayangnya, hingga kini, belum ada satu pun pria yang skornya bisa mengungguli skor "si Komodo Berbisa" itu.
    Ah, kenapa selalu begini, sih? I'm seriously starting to think he has been the bane of my very existence!


    :yareyare:
    "Ya udah.. kalau begitu... sudah saatnya, kamu harus mencoba berpikir realistis. Kembalilah ke realitas kehidupan!

    Lupakan si Handsome-mu yang tak jelas juntrungannya itu. Terimalah pria lain yang tulus mencintaimu."

    :voodoo:
    Idiiihh... enak ajah! Aku nggak mau menjadi "korban kawin paksa', dan aku juga nggak akan sudi "terpaksa kawin".
    Aku tak akan merelakan diriku seranjang-sepembaringan bersama pria yang sama sekali tak aku kasihi.


     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Dec 22, 2018
  10. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Tiba-tiba aja, aku teringat pada alasan favorit si "Komodo Berbisa" itu, setiap aku berusaha menghubunginya.

    :boong:
    Sejak beberapa bulan lalu, dia sering mengatakan padaku, "Maaf, sedang ada kerjaan di Bali". Oh, 'gitu? Nggak apa-apa.

    Aku pasti akan tahu diri, nggak mengusiknya, andai memang dia sedang disibukkan dengan urusan kedinasan.




    Meski dia sama sekali bukan keturunan etnis Bali, tapi dia punya banyak sanak saudara yang bermukim di Bali.


    Ketika badai rumah tangga belum meluluhlantakkan bahtera asmara kami berdua... huueiisshh.. apaan sih... maksudku,

    saat kami sedang sangat harmonis (kalau kata Bu Fitri, "bagaikan Wolverine dan Mariko Yashida Melita Garner"),
    aku beserta Kakak Perempuanku dan sepupuku pernah bepergian ke Bali bersamanya. Kami menginap di sebuah resort

    yang dimiliki oleh sanak saudaranya itu. Karena aku, Kakakku, dan sepupuku itu adalah tamu-tamu kehormatan
    dari si "Komodo Berbisa", maka kami sama sekali nggak dikenai tarif apa pun selama menginap di sana. Gratis..tiss..tiss.

    :makasih-g:
    Nah, itulah enaknya, jika kita punya kedekatan personal dengannya. Kita akan dengan serta merta diperlakukan
    istimewa oleh para sanak saudaranya. Walaupun pada hakikatnya, aku nggak punya ikatan kekerabatan dengan mereka,
    tetapi karena aku (ketika itu) adalah gadis tercinta dia, maka mereka langsung menganggap aku sebagai bagian
    tak terpisahkan dari keluarga mereka. Siapa pun kelak perempuan yang akan menjadi istrinya, pasti akan merasakan itu.




    Ada momen tak terlupakan yang terjadi di tempat tersebut. Selepas shalat Subuh (sendiri-sendiri), aku dan dia

    berjalan-jalan pagi hari di sekitar resort. Hanya kami berdua aja. Kakak Perempuanku dan sepupuku nggak mau ikutan.

    Tapi sayang, suasana yang mestinya romantis, dirusak oleh keceriwisanku sendiri. Aku banyak bertanya ini-itu,

    sehingga membuat dia merasa tak ubahnya seperti "sedang berjalan-jalan dengan seorang polwan sambil diinterogasi".

    :oii::malu1:
    Mungkin saking keselnya karena aku tak henti bertubi-tubi menghunjaminya dengan aneka pertanyaan, akhirnya,
    dia pun misuh-misuh sambil berujar padaku, "Knock it off, will you? Diam, ya. Bajang Jegeg." Aku bisa menerima ucapan

    "knock it off" tersebut, karena menunjukkan dia masih mampu bersikap elegan sebagai pria, meski kesel padaku.

    Ya, daripada dia membentakku dengan frasa "shut the hell up!", tentu, "knock it off" masih terdengar lebih halus
    di telingaku. Tapi untuk ungkapan "Bajang Jegeg", aku sama sekali nggak tau apa artinya dan nggak paham maksudnya.

    :tega:
    Hanya saja ketika aku tanyakan padanya, dia menolak untuk menjelaskan arti "Bajang Jegeg". Meski aku paksa,
    dia sama sekali nggak mau menjawab. Membuat aku tiba-tiba syedih. Ah, apakah frasa itu merupakan hinaan untukku?

    :aghh:
    Karena aku merasa jengkel dengan situasi tersebut, aku pun memutuskan untuk meninggalkannya, kembali lagi

    menuju resort. Tapi sebelum aku pergi... aku sempat melayangkan kepalan tanganku ke perutnya, untuk menyalurkan
    kejengkelanku. Eits, jangan berpikiran kalau aku adalah seorang kekasih yang abusive, ya? Otot-otot abdominal
    dia itu sangat kuat dan terlatih. Perutnya rata, kering, nggak berlemak, dan nggak lembek. Jadi, kalau cuma menerima
    hantaman dariku sih, dijamin nggak akan klenger atau semaput. Mungkin dia malah merasa sedang aku kelitikin.

    :mesyum:
    Mmm, mengapa banyak pria akan merasa bangga jika perut mereka memiliki otot abdominal kuat dan terlatih?

    Dia bilang, pria dengan kondisi perut yang kuat, Insya Allah akan lebih tahan, manakala perutnya dipukul oleh pihak lain.

    Bahkan, jika seandainya aku iseng menduduki perutnya dengan bokongku, ataupun aku berdiri di atas perutnya,
    dia akan baik-baik aja, tak merasa sakit. Namun, hal-hal itu cuma bisa aku lakukan jika dia berstatus sebagai suamiku.




    :sepi:
    Sesampainya di resort, kukabarkan semua, kepada karang, kepada ombak, kepada matahari.. heiyah.. kenapa
    malah jadi bersenandung? Maksudku, sesampainya di resort, aku bertanya kepada Kakak Perempuanku dan sepupuku

    perihal apa sih, arti frasa "Bajang Jegeg"? Ternyata, mereka itu pun sama aja denganku, nggak ngerti artinya.

    Untungnya, di dekat kami, ada ibu-ibu yang dengan ramah membantu menjelaskan arti frasa "Bajang Jegeg".

    Menurut si Ibu itu, frasa tersebut bermakna positif, maka nggak ada alasan bagiku untuk merasa sedih mendengarnya.
    Ah elah, kalau artinya seperti itu, kenapa si "Komodo Berbisa" itu nggak langsung menjelaskan kepadaku, sih?



    :suram:
    BTW, pada beberapa hari terakhir ini, kalau kita ngomongin soal penginapan, mungkin juga akan tertuju pada

    sejumlah penginapan di Anyer dan sekitarnya yang hancur karena bencana tsunami. Dari pemberitaan, ada sejumlah
    keluarga yang menjadi korban pada saat mereka sedang beristirahat di dalam penginapan. Ya Allah, Ya Rabb.
     
    Last edited: Dec 27, 2018
  11. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Walau dia masih bersikap baik padaku, tapi dia pun tetap konsisten untuk jual mahal, nggak mau aku ajak berkomunikasi.
    Aku udah ngirim 5 email yang panjang-panjang, ujung-ujungnya cuma dicuekin, sama sekali nggak ada satu pun yang direspons.

    Tapi tiba-tiba aja, siang ini, ada sebaris pesan singkat aneh darinya, "Salah potong rambut, jadi mirip artis tahun '80-an."


    :glek:
    Aku sama sekali nggak ngerti, maksudnya apa? Siapa yang "salah potong rambut"? Males banget berteka-teki kayak 'gini.

    Supaya nggak makin berlarut-larut, aku tanyakan pada Mbak Yuniar, emangnya si "Komodo Berbisa" itu salah potong rambut, ya?

    Kalau berdasarkan keseksian.. hueiiiss, maksudku, berdasarkan kesaksian si Mbak yang molek itu, "Dia baik-baik aja, Non.
    Sama sekali tiada yang aneh dengan rambutnya. Tetap elegan memesona. Rambut atas keren, begitu pula rambut yang bawah."

    :lempar:
    Heeiiiyyahh... apa-apaan sih kamu itu, Buk... Ngasih statement yang tidak senonoh. Benar-benar di luar batas kepatutan.

    :XD:
    "Lah, kok dibilang 'tidak senonoh'? 'Ntar aku kirimin foto dia, deh... Rambut bagian atas, tetap menawan seperti biasanya.

    Sedangkan, facial hair-nya pun tetap menggemaskan seperti yang udah-udah. Facial hair adanya di bawah hidung dan dagu, 'kan?
    Aku sih, bikin statement secara apa adanya. Nggak mungkin 'kan, facial hair bisa tumbuh membelukar di bagian kening?"

    :keringat:
    Cara ngeles yang super canggih dari Mbak Yuniarto Yuniar tersebut menunjukkan bahwa si "Komodo Berbisa" itu memang
    benar-benar sanggup mengubah secara drastis siapa pun yang bergaul akrab dengannya. Dulu, aku cuma melihat si Mbak Yuniar

    sebagai sosok yang penampilannya enak dilihat, tapi cenderung garing kalau aku ajak ngobrol. Jokes-nya pun sangat klise.

    :garing:
    Eh, sekarang, dia udah bisa bikin statement yang sophisticated kayak gitu. Udah pasti ada aktor intelektual di belakang dia.




    Aku pernah membaca artikel dalam jurnal psikologi, perihal "ikatan batin yang terjalin antara orang-orang yang saling mengasihi".

    Seorang ibu sanggup merasakan sesuatu hal sedang terjadi pada anaknya, meski mereka sedang dalam keadaan terpisah.

    Demikian pula, seorang pria yang menjalin hubungan spesial dengan seorang gadis, bisa aja merasakan apa yang akan dilakukan

    kekasihnya itu, meski sang kekasih sama sekali nggak menginformasikan apa pun kepadanya. Semacam telepati 'gitu deh.

    Atau bahkan saat mereka telah bubar jalan, ikatan batin dan telepati itu tetap ada, nggak pernah benar-benar hilang sepenuhnya.

    :piso:
    Beberapa hari lalu, aku memang sempat berniat "ingin mengakhiri riwayat rambut panjangku yang hampir sepunggung ini".
    Mau aku kurangi panjangnya hingga hanya sebahu aja. Sebagai perempuan lajang yang merdeka dan mandiri, aku bebas memilih
    apa pun yang kuanggap baik untuk diriku, 'kan? Jadwal potong rambut udah aku tetapkan, hairstylist juga telah siap sedia.


    :aghh:
    Hingga kini, aku nggak bisa memastikan, apa makna di balik pesan singkat yang dia kirimkan tersebut? Kode terselubung?

    Tapi yang jelas, pesan singkat dari si "Komodo Berbisa" itu, akhirnya membuyarkan niat potong rambut yang telah aku jadwalkan.


     
    Last edited: Dec 29, 2018
  12. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    "Menutupi kebodohan" itu jelas-jelas adalah suatu hal yang sungguh menyusahkan dan menggelikan.
    Tapi yang justru lebih gebleg lagi, kok ya ada pihak-pihak yang mau bersusah payah untuk menutupi kebodohan.

    :yareyare:
    Di mana-mana itu, orang bodoh yang mestinya tunduk pada orang yang pinter, 'kan? Lah, ini malah

    terbalik. Mereka yang dianggap "pinter", eh, kok malah mau-maunya dijadikan "keset kaki" bagi si orang bodoh.

    :keringat:
    Aku dan rekan-rekan kerja yang lain udah berusaha menahan diri, karena biar bagaimanapun, kami

    semua ini 'kan ibaratnya "sedang bertamu ke wilayah orang". Tapi makin lama, situasinya makin nggak karuan.

    :oii::hehe:
    Kami udah coba ajak ngomong serius, tapi si belegug itu cuma bisa celingak-celinguk cengengesan.

    Tiap kali dia ditanya, jawabannya sering nggak nyambung dengan apa yang ditanyakan. Bikin pingin nabok aja.



    Selama aku berkarier di dunia konstruksi, aku udah sering sih, nemuin orang yang nggak kooperatif.

    Tapi baru kali ini mesti berhadapan dengan sosok yang bener-bener ngeselin dan bloon-nya nggak ketulungan.

    :glek:
    Saking juengkelnya, Pak Alex sempat curiga, jangan-jangan si oknum itu adalah seorang drug user.


    :XD:
    Kalau aku berpendapat, ah, dia nggak ada ciri-ciri sebagai pemakai. Bloon dan nggak becus sih, iya.

    Yang bikin aku nggak habis pikir, kok bisa-bisanya sih, orang yang kayak gitu sampai menduduki posisi penting?

    :facepalm:
    Ngeheknya, malah kami yang dicari-cari kesalahannya oleh para anak buahnya (merangkap penjilat).
    Antara pingin ngamuk, sekaligus merasa lucu bercampur kasihan. Sampai segitunya nutupin kebodohan si boss.

    :yahoo:
    Untunglah, sebelum situasi semakin tidak kondusif, Ibu General Construction Superintendent ternyata
    "berani mati" dengan sigap mengambil keputusan yang super tegas, dan sungguh di luar dugaan kami semua.
    Semoga Allah melindungi beliau sehingga beliau nggak terkena masalah karena berani bersikap tegas.



    :hihi:
    Sebenarnya, "kebodohan" adalah kondisi yang manusiawi, ya? Aku nggak bisa main biola, berarti aku "bodoh"
    perihal "bermain biola". Dengan sendirinya, aku pun akan langsung tahu diri untuk nggak nekat masuk
    ke dalam suatu kelompok orkestra. Kalau aku memaksakan diri, tentu akan membuat kekacauan yang besar.

    Jika suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka cepat atau lambat, pastilah akan terjadi kerusakan.
    Untuk itulah diperlukan sikap tahu diri. Manusia yang sehat akalnya, mestinya akan bisa mengukur diri.

    Karena aku pada kenyataannya sama sekali nggak memiliki kapabilitas dan kompetensi bermain biola,

    maka sangat gemblung jika aku nekat memaksakan diri bermain di suatu orkestra. Pasti berantakan jadinya.

     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jan 7, 2019
  13. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2




    :bloon:
    Mungkin akan ada yang bertanya padaku, "Bagaimana sikapmu andai kamu dihadapkan pada situasi

    seperti postinganmu di atas? Bagaimana kalau kamu punya boss bloon yang sungguh sangat malu-malu'in dari segala sisi?

    Kalau menurut aku, keliatannya kamu pun akan terpaksa mati-matian menutupi kebodohan boss-mu.
    Situasi yang kayak 'gitu pasti nggak akan terhindarkan. Mau nggak mau, kamu akan terpaksa menjaga citra boss-mu itu."

    :hoho:
    Sayangnya, pengandaian yang seperti itu, bertentangan dengan fakta yang aku alami di kehidupanku.
    Hingga kini, Alhamdulillah, aku belum pernah "ketiban sial" memiliki boss yang culun dan bloon. Semoga aja nggak pernah.




    :glek:
    Tetapi, kalaupun suatu saat, tiba-tiba aku dipimpin oleh seorang boss yang berkualitas sangat jeblok,

    berarti hal tersebut mengindikasikan bahwa "ada sesuatu yang tidak beres" tengah terjadi di perusahaan tempatku bekerja.

    :yareyare:
    Logikanya 'gini: sebelumnya, para boss-ku adalah sosok-sosok yang pinter dan berkualitas tinggi. Eh,

    tiba-tiba aja, kok digantikan oleh sosok boss yang culun, bloon, dan nggak ngerti apa-apa. Tentu aja hal itu akan membuat
    aku merasa nggak nyaman. Di mana-mana, "atasan" itu seharusnya sosok yang highly qualified, 'kan?


    :hot:
    Apabila situasinya terus-terusan kayak 'gitu, ya udah, lebih baik aku segera hengkang dari perusahaan.


    Aku jelas nggak akan sudi jika disuruh untuk menutupi kebodohan atasanku yang bloon. Awal-awalnya sih, mungkin cuma

    disuruh untuk menutupi kebodohan. Tapi nanti, aku pun akan diperintahkan untuk menutupi kesalahan.

    :oii::boong:
    Kalau kapabilitas dan kompetensi si boss itu terbukti jeblok, pastilah dia rentan berbuat kesalahan, 'kan?


    Yang mengerikan itu, jika dia bukan sekadar melakukan "kesalahan" tapi udah melakukan bentuk-bentuk "penyimpangan"

    atau "pelanggaran hukum". Bisa-bisa aku akan dikorbankan, agar dia terhindar dari konsekuensi hukum.

     
    • Thanks Thanks x 1
  14. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    "Berambut pendek" atau "berambut panjang", jelas adalah preferensi masing-masing individu.

    Hanya saja, yang sering kali menjadi masalah itu adalah ketika si perempuan lebih nyaman untuk berambut pendek,
    eh... si pria pasangannya/suaminya justru lebih suka melihat si perempuan berambut panjang.




    Saat hang out semalam, ada yang bercerita perihal seorang pria yang baru setahun menikah,

    tapi si suami itu terang-terangan bilang bahwa dia sudah nggak lagi memiliki rasa ketertarikan visual pada sang istri.

    Mereka adalah tipe pasangan yang memutuskan menikah, walaupun baru saling kenal selama

    tiga bulan aja. Entah karena tekanan sosial, atau karena memang didasarkan atas ketertarikan, aku nggak tau lah.

    :hot:
    Nah, si suami lama-kelamaan merasa sangat bosan, jenuh, dan "nggak berselera" setiap kali

    dia melihat penampilan istrinya yang terus-terusan berambut pendek. Saat baru menikah, si istri masih "lumayan"
    dengan potongan rambut pixie-nya. Masih ada helai rambut yang bisa dibelai oleh si suami.

    Setelah sebulan berumah tangga, rambut pixie si istri itu pun dipendekin lagi hingga menjadi

    sangat-sangat-sangat pendek bahkan menjurus ke cepak, hingga si suami "merasa kehilangan selera" pada si istri.
    Karena si suami adalah tipe introvert, dia nggak sanggup mengungkapkan langsung ke si istri.



    Setelah mendengar cerita itu, aku dan teman-temanku saling berbeda sikap satu sama lain.


    :yareyare:
    Ada temanku yang langsung mencela si suami tersebut, "Kalau udah mutusin untuk menikah,

    ya mesti mau menerima pasangan secara apa adanya dong. Masak, cuma karena potongan rambut si istri pendek,
    si suami langsung curhat ke temennya bahwa dia mulai kehilangan selera terhadap sang istri?"



    Sedangkan, teman-temanku yang lain berpendapat, "Kaum pria sudah dari sononya tercipta

    sebagai makhluk visual. Suasana hati mereka sering kali akan sangat dipengaruhi dengan tampilan yang mereka lihat.
    Mestinya, si istri janganlah memilih gaya rambut yang bikin si suami merasa nggak nyaman."

    :centil:
    Jujur aja, aku lebih condong pada pendapat yang barusan. "Jangan sepelekan penampilan."


    Semasa aku masih bersama si Komodo Handsome, ada sejumlah hal kontroversial pada diriku yang nggak dia sukai.
    Jika dia lihat ada sesuatu yang tampak jelek di dalam diriku, pasti dia ungkapkan terus terang.

    :yahoo:
    Tetapi, kenyataannya, dia sama sekali tidak pernah berkomentar jelek perihal penampilanku.

    Dia menyenangi rambutku yang panjang, dia menyukai bentuk tubuhku, meski tak pernah lancang "menikmatinya".

    Aku boleh berlega hati karena tiada yang terlihat "salah" atau "aneh" dari penampilan fisikku.


    :makasih-g:

    Penilaian yang tulus, jujur, dan bisa dipercaya adalah penilaian dari orang yang mau mengoreksi kita saat ada suatu

    hal yang tidak elok terlihat dari diri kita. Penilaian yang objektif, bebas dari tendensi "menjilat".


    :oii::malu1:
    Satu-satunya komentar pedas dia adalah ketika aku tergoda mengenakan "busana jahiliyyah
    yang cukup provokatif". Reaksinya sangat keras. Tanpa ampun, aku langsung diperintahkan untuk berganti busana.
    Insya Allah, seiring proses pendewasaan diriku, aku tidak akan pernah mau mengulangi hal itu.



    Aku setuju dengan pendapat temanku yang mengatakan, "Kaum pria adalah makhluk visual".

    Banyak pria yang sering sesumbar bahwa inner beauty lebih penting daripada outer beauty.

    Tapi diam-diam dalam hati kecil sih, mereka justru akan menyatakan yang sebaliknya. Kodrat pria normal, ya 'gitu.

    :sayangku::demam:
    Sejumlah pria, kadang tega ngibulin pasangannya dengan bilang, "Kamu cantik apa adanya".



    :aghh:
    :hoho:
    Padahal, setelah si perempuan terbius dengan ucapan itu dan kemudian tampil apa adanya, eh, si pria malah akan
    ngomel-ngomel nggak keruan, "Lah, bini gue kenapa penampilannya jadi ancur kayak 'gini?!"




    Karena itu aku berpendapat, tidak selayaknya kaum perempuan mengabaikan penampilan.


    Apalagi jika udah berkomitmen nikah, ya penampilannya jangan sampai bikin suami kecewa dan kehilangan selera.

    Inner beauty wajib diutamakan, tapi bukan berarti outer beauty lantas bisa dikesampingkan.

    :hihi:
    Dan sebaliknya, para suami juga nggak boleh egoistis. Kalau pingin bininya terlihat syantik

    memesona, tentu aja konsekuensinya si suami harus ikhlas menyisihkan uang supaya si bini bisa mempercantik diri.

    Jangan pula menjerumuskan istri dengan rayuan seperti "aku menyukai kamu apa adanya".
    Karena si istri mungkin akan menelan mentah-mentah ucapan itu lalu bersikap masa bodoh dengan penampilannya.

     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: May 9, 2020
  15. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Sekarang ini, aku dan "si Komodo Berbisa" itu, kembali sedang berkegiatan di kota yang sama.
    Bahkan, kalau dilihat dari segi domisili dan ruang lingkup pergaulan, kami juga sama-sama berstatus Anak Selatan.

    Tapi sayang, segala kesamaan itu tidak berarti, karena tiada lagi rasa kebersamaan antara kami.

    :suram:
    Jikalau ada pihak yang mesti disalahkan atas hal itu, tentulah aku, sang perempuan bodoh yang nggak mengerti

    bagaimana strategi mempertahankan dia untuk selamanya tetap berada di dalam genggamanku.

    :XD:
    Meskipun, aku nggak terlalu berkecil hati... karena ternyata, ada juga lho, perempuan lain yang

    "sama bodohnya denganku". Si perempuan tersebut nggak mengerti teknik menjinakkan "si Komodo Berbisa" itu.

    :garing:
    Padahal, Bu Fitri bilang, "si Komodo Berbisa" jelas-jelas menunjukkan gelagat terpesona kepada

    si perempuan itu. Mungkin, kita bisa aja mengatakan, "Ah, kalau kayak gitu sih, berarti mereka nggak berjodoh".



    Namun, aku pernah menyimak kajian dari seorang ustadzah yang bilang, tidak tertutup kemungkinan bagi Allah

    untuk menciptakan banyak sekali "skenario jodoh" untuk para hamba-Nya dalam kehidupan ini.

    Hal tersebut menjelaskan, kenapa ada sejumlah orang yang ternyata menikah lebih dari sekali.

    Tapi "menikah lebih dari sekali" yang si ustadzah itu maksudkan bukan dalam konteks kehidupan berpoligami, ya.

    Misalnya, di dunia ini, kita bisa temukan ada banyak sekali orang yang menikah, tapi sayangnya,

    mereka kemudian mengalami masalah di pernikahannya dan akhirnya, terpaksalah memutuskan untuk bercerai.

    Andaikan "skenario jodoh" cuma kita maknai "secara tunggal', berarti bagi mereka yang bercerai
    pasti merasa nyesek banget, 'kan? Karena seolah-olah, udah nggak akan ada lagi jodoh dari-Nya untuk mereka.


    :hihi:
    Ternyata... eh.. ternyata... ada sejumlah duda ataupun janda yang kemudian bertemu dengan

    jodoh mereka yang baru. Bahkan, setelah menikah, mereka akhirnya bisa merasakan pernikahan nan bahagia.



    Contoh real-nya begini: si A dan si B menikah. Beberapa bulan kemudian, si C dan si D menikah.


    Jika "skenario jodoh" cuma ditafsirkan secara tunggal, kita pun akan mengatakan bahwa si A adalah jodoh si B,

    si C adalah jodoh si D. Tetapi, setelah 5 tahun, si A dan si B bercerai. Begitu pula si C dan si D.

    :tampan:
    Secara tidak terduga, si duda A menikah dengan si janda D. Lalu yang mengejutkan, si janda B
    dinikahi oleh si duda C. Nah, kalau berdasarkan contoh dari kisah nyata tersebut, tentu kita bisa melihat bahwa
    "skenario jodoh" yang ditetapkan Allah itu ternyata tidak selalu bisa kita tafsirkan secara tunggal.



    Memang betul, "jodoh nggak akan pernah tertukar". Apabila Allah telah menetapkan sesuatu,

    takkan ada seorang pun yang sanggup untuk menukar ketetapan itu. Tapi, tidak jarang, justru manusia sendiri
    yang secara bodoh melakukan hal-hal buruk yang akhirnya "merusak" ketetapan dari-Nya itu.

    Ketika suatu ketetapan-Nya ternyata tidak dihargai secara layak, maka sangat masuk akal jika

    kemudian Dia memutuskan untuk mengalihkan nikmat tersebut pada pihak lain yang lebih pintar mensyukurinya.

    :tega:
    Betapa seringnya manusia (termasuk aku sendiri) tak berterima kasih dan tak pula bersyukur

    atas begitu banyak kebaikan yang Dia hadirkan. Ditetapkan kebaikan atas diri kita, tapi kita malah merusaknya.

    Boleh jadi, Allah sebenarnya telah berkenan menetapkan seseorang untuk menjadi jodoh kita.


    :keringat:
    Kalau kita pinter, kita tinggal menjalani fase-fase atau prosedur duniawinya aja. Tapi anehnya, kita justru seolah
    menyia-nyiakan ketetapan-Nya. Permata berharga, kita perlakukan bagai beling/pecahan kaca.


    Lebih aneh lagi, setelah kita melakukan kebodohan seperti itu, eh, kita pun meratap tiada henti,
    seolah-olah Dia melupakan kita. Padahal, Dia jelas-jelas telah memberi, tapi dengan bodohnya tidak kita syukuri.

     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jan 15, 2019
  16. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :yareyare:
    Sekalinya mau aku ajak untuk berinteraksi, eh... yang dia bicarakan malah soal "mekanika fluida".

    :piso:
    Tapi aku paham, jikalau dia mengajukan subjek yang terkesan serius, pasti deh, ujung-ujungnya akan bermain metafora.

    Begitulah. Untuk preliminary, dia bikin metafora terkait "koefisien Chezy" dan "koefisien Strickler".

    :malu1:
    Kemudian, metafora "kemiringan tertentu" - "kekasaran tertentu" - "aliran kritis dalam kontraksi".
    Melompat ke "parameter basah minimum". Diselingi "koefisien gesek". Dan kembali lagi ke "koefisien kekasaran Strickler".

    (Kalian yang kuliah di Teknik Sipil, pastilah nggak akan merasa asing dengan terminologi di atas)

    Setelah perbincangan "mulai menghangat", iseng-iseng aku tanyakan padanya tentang suatu hal.
    Meski aku bukan psikolog, tapi aku bisa menebak reaksinya. Nah, bener aja. Dia bilang, "Let us never speak of that again."


    :XD:
    Aku bisa merasakan kemarahannya. Ya bagus deh, kalau begitu. Memang aku ingin dia marah.

    Perbincangan pun terhenti seketika. Tapi kemudian, secara tak disangka-sangka, dia yang justru berinisiatif menghubungiku.
    Kami lantas berbincang selama hampir 2,5 jam. Seakan, itu adalah perbincangan terakhir kami.
     
  17. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Sebentuk kemewahan hakiki yang bisa aku dapatkan di dalam sisa hidup ini
    adalah ketika aku masih diberi-Nya kesempatan untuk mampu merenungi, menyesali, serta memperbaiki

    segala bentuk kekeliruan, kebodohan, atau kekhilafan yang pernah terjadi.

    #RegretMayNotAlwaysBeABadThing #WhenILookBackAtMyPastMistakes #SelagiDiaMasihMemberikuWaktu
     
    • Thanks Thanks x 1
  18. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :hot:
    Dia:
    "Si Mbak *** itu, gesture-nya memang sungguh-sungguh menggetarkan."

    :garing:

    Aku:
    Maksud kamu? Gesture si Mbak *** membangkitkan hawa nafsu insting lahiriahmu, 'gitu, ya?
    Aneh. Bisa-bisanya kamu sampai terbius perempuan berbahaya macam itu.


    :oii::malu1:

    Dia:
    "Nggak ada bedanya dengan kamu!! Kalian berdua sama-sama sealiran!!!"

    :hoho:

    Aku:
    Nggak ada bedanya? Berarti, dengan kata lain, gesture-ku pun masih membangkitkan insting lahiriahmu?



    :piso:
    Pernyataan bahwa "aku sealiran dengan si Mbak *** itu", akan aku jabarkan dengan logika matematika.


    Implikasi: p ⇒ q

    Jika aku sealiran dengan si Mbak *** itu, maka gesture-ku membangkitkan insting lahiriahmu.


    Konvers: q ⇒ p

    Jika gesture-ku membangkitkan insting lahiriahmu, maka aku sealiran dengan si Mbak *** itu.


    Invers-nya: ~p ⇒ ~q

    Jika aku tidak sealiran dengan si Mbak *** itu, maka gesture-ku tidak membangkitkan insting lahiriahmu.


    Kontraposisi: ~q ⇒ ~p

    Jika gesture-ku tak membangkitkan insting lahiriahmu, maka aku tidak sealiran dengan si Mbak *** itu.


    :hihi:
    Kalimatmu menyiratkan bahwa gesture dari si Mbak *** itu membangkitkan insting lahiriahmu.

    Sejurus kemudian, (mungkin keceplosan) kamu menyatakan bahwa aku sealiran dengan si Mbak *** itu.
    Dari rangkaian pernyataanmu tersebut, terkandung makna yang langsung menceriakan hatiku.



    :lempar:

    Dia:
    "Nggak deh. Sebenarnya, kamu tidak sealiran dengan si Mbak *** itu. Kalian punya banyak perbedaan."

    :angel3:

    Aku:
    Katakanlah, aku tak sealiran dengan si Mbak *** itu. Ada perbedaan fundamental antara kami.
    Tapi aku tau pasti, hingga kini, gesture-ku masih sanggup membangkitkan insting lahiriahmu. Ya, 'kan?

    Nggak usah memakai "dalih parapraxis". Kamu bukanlah tipe boneka pinokio yang doyan ngibul.



    Karena si "Komodo Berbisa" itu terlalu angkuh untuk mengakui, maka percakapan pun terhenti.

     
    Last edited: Jan 23, 2019
  19. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Si Nyo'i berteori, "Cara sederhana untuk menguji apakah dia benar-benar udah ikhlas melepaskanmu
    dan bahkan mungkin telah melupakanmu, adalah dengan memakai trik, seolah kamu akan segera 'menikah' dengan pria lain.

    :yareyare:

    Kalau reaksi dari si Handsome-mu itu ternyata datar-datar aja... ya udah, berarti... kalian memang

    udah nggak akan pernah bersama lagi. Apalagi, jika dia malah langsung mengucapkan 'selamat' atas rencana pernikahanmu.

    Ketika seorang pria bersikap seperti itu pada ex GF-nya, berarti bisa disimpulkan, dia udah mati rasa,
    udah kehilangan minat, dan hampir pasti tidak akan pernah lagi mengharapkan si ex GF itu untuk menjadi teman hidupnya."




    :hihi:

    "Namun, andaikan respons dia ternyata nggak seperti itu... nah, sekurang-kurangnya, kamu masih

    boleh berasumsi bahwa si Handsome-mu itu belum sepenuhnya bisa melepaskan kamu. Meski dia keliatannya nggak mau
    'mengikatmu', tapi di sisi lain, dia juga merasa berat jika kamu ingin mengikat diri dengan pria lain."



    Karena penasaran, akhirnya, aku coba ikuti perkataan si Nyo'i tersebut. Aku membuat cerita fiktif

    bahwa (pura-puranya) secara mendadak, aku telah dilamar oleh seseorang yang akan menikahiku pada bulan Rajab nanti.

    :makasih-g:
    Kemudian, aku mengajak si "Komodo Berbisa" itu "bertemu untuk terakhir kalinya", supaya tiada

    kesalahpahaman atas hal-hal apa pun yang mungkin bisa menyesakkan rongga dada jika tak diungkapkan secara terbuka.

    :bye:

    "Aku tunggu kamu di **** ******* *****. Terserah deh, kamu mau sekalian fine dining ataukah
    hanya memperbincangkan soal rencanaku itu. Yang penting, kita berdua berbicara dari hati ke hati untuk terakhir kalinya."




    :facepalm:
    Eh, ternyata... dia sama sekali nggak merespons. Tidak berkomentar sedikit pun soal "lamaranku",
    tidak juga menanggapi ajakanku. Selama aku melakukan video call dengannya, ekspresi wajahnya terlihat sangat dingin.

    Dia hanya diam. Tidak menyanggupi untuk datang, tapi nggak juga menyatakan menolak datang.

    :oii:
    Ajakan itu pun terpaksa aku ubah menjadi ultimatum, "Ya udah... pokoknya nanti (Sabtu malam),

    kita ketemuan di **** ******* *****. Kamu datang sendirian, ya. Jangan ajak siapa pun yang tidak berkepentingan."


    :malu1:
    Padahal, aku datang ke tempat itu berdua dengan kakakku. Tapi aku menyuruh kakakku berada
    di posisi yang nggak terlalu jauh (dan nggak terlihat) dari lokasi pertemuan aku dengan si "Komodo Berbisa" tersebut.


    :sepi:
    Aku udah siap mental jika dia datang dan mengucapkan "selamat" atas "rencana pernikahanku"

    seperti dalam teori si Nyo'i itu. Kalau dia bersedia datang... yah, berarti dia memang udah melepaskanku sepenuhnya.

    Namun, hingga pukul setengah dua belas malam, tiada tanda-tanda kehadirannya di tempat itu.

    Aku coba meneleponnya, tidak dia jawab. Kakakku pun mulai merasa nggak sabar dan langsung mengajakku pulang.



    :angel3:
    Ada sejumlah kemungkinan, mengapa dia tidak mau datang. Mungkin, "rencana pernikahanku"

    yang terkesan mendadak itu (walau sebenarnya fiktif) terasa sangat mengejutkan baginya. Boleh jadi, ada perasaan
    "tidak rela" dalam hatinya jika ada seseorang yang ingin mengikatku dalam institusi pernikahan.


    :tampan:
    Atau, tidak tertutup kemungkinan, dia tau bahwa "rencana pernikahanku" itu cuma fiktif belaka.
    Karena aku mengerjainya dengan cerita fiktif, maka dia pun membalasnya dengan membiarkan aku lama menunggu.

     
    Last edited: Jan 28, 2019
  20. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :muntah:
    Bagi sejumlah (oknum) pria yang telah berstatus sebagai suami,
    aku adalah sesosok perempuan yang sangat "menantang" untuk mereka taklukkan.


    :blink::centil:
    Ketika keberadaan sang istri mulai terasa membosankan di hati,

    aku terlihat bagaikan "buah menyegarkan" yang ranum dan membuat mereka tergiur
    untuk "memetik", "mengupas", dan "menikmati" kesegarannya.

    :yahoo:
    Alhamdulillah, aku berada di dalam "suatu kebun" yang dipagari

    secara rapat sehingga akan sangat menyulitkan bagi para bandot untuk "memetikku".



    :malu1:
    Sedangkan, di sisi lain, bagi sejumlah pria lajang di sekelilingku,

    perempuan seperti aku ini adalah sebentuk harapan yang ingin mereka perjuangkan.

    :merah::stress:
    Tetapi sayang, aku selalu tega memadamkan api asmara yang
    berusaha mereka kobarkan. Aku padamkan, hingga tiada tersisa sepercik bara pun.

    :hihi:
    Sebagian dari mereka yang aku kecewakan itu, menganggap aku
    sebagai perempuan yang "kejam dan jahat". Sebagian lainnya bersumpah serapah,

    berharap semoga aku menyesal karena pernah menolak mereka.



    :piso:
    Padahal, sebenarnya aku hanya bersikap pragmatis dan realistis.

    Syarat utama hubungan yang sehat adalah "terpenuhinya rasa nyaman dan aman".

    :kuning::pusing:
    Adalah mustahiiiil bagiku untuk hidup berbahagia bersama orang

    yang tak bisa menghadirkan rasa nyaman dan aman, baik secara lahir maupun batin.



    :lulus:
    Akan tiba waktunya... kedatangan seseorang untuk "memetikku

    secara elegan dan beradab". Insya Allah, "sang pemetik yang beruntung itu" adalah
    insan yang mampu membuatku ikhlas-rela takluk di hadapannya.

    Saat dia tidak lagi terombang-ambing di dalam kebimbangannya.
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jan 29, 2019
  21. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Teramat banyak nikmat dalam hidup ini yang sering kali terlupakan atau kita lupakan, terabaikan atau kita abaikan.
    Sejatinya, jika kita renungkan, nikmat-nikmat tersebut memiliki nilai yang sungguh tidak terhingga.




    Analoginya begini, misalnya, kita memiliki sebuah kolam ikan yang dipenuhi berbagai macam ikan koi yang bagus.


    Tapi, keberadaan kolam itu malah tidak kita syukuri karena kita sibuk memikirkan kupu-kupu yang

    beterbangan di udara. Kupu-kupu yang terlihat indah itu membuat kita begitu terpesona dan ingin menangkapnya.

    Saking sibuknya memikirkan bagaimana cara untuk menangkap kupu-kupu, kita sampai melupakan
    atau mengabaikan ikan-ikan koi yang kita pelihara di kolam. Padahal, nilai ekonomis kupu-kupu itu jauh lebih rendah
    dibandingkan dengan nilai ekonomis ikan koi. Bagaikan sedang "memimpikan segenggam beling",

    sampai-sampai dengan begitu bodohnya mengabaikan sepeti permata berharga yang secara nyata telah kita miliki.
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jan 31, 2019

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.