1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Fauna Merak Hijau (Pavo muticus)

Discussion in 'Flora dan Fauna' started by nugrozipho, Jul 27, 2014.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. nugrozipho MODERATOR
    Trivia Mania

    Offline

    表裏一体

    Joined:
    Feb 18, 2013
    Messages:
    13,823
    Trophy Points:
    319
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +40,327 / -7
    Merak Hijau (Pavo muticus)


















    Merak Hijau
    [​IMG]
    Status konservasi
    Klasifikasi ilmiah






















    Kerajaan: Animalia
    Filum: Chordata
    Kelas: Aves
    Ordo: Galliformes
    Famili: Phasianidae
    Genus: Pavo
    Spesies: P. muticus
    Nama binomial
    Pavo muticus
    Linnaeus, 1766​
    Merak Hijau atau kerap disebut Merak Jawa, nama ilmiahnya Pavo muticus adalah salah satu burung dari tiga spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae, Merak Hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor.

    Populasi Merak Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di Republik Rakyat Tiongkok, Indocina dan Jawa, Indonesia. Sebelumnya Merak Hijau ditemukan juga di India, Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang telah punah di sana. Walaupun berukuran sangat besar, Merak Hijau adalah burung yang pandai terbang.

    Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina. Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung betina menetaskan tiga sampai enam telur.

    Pakan burung Merak Hijau terdiri dari aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing dan kadal kecil.

    Namun karena banyaknya habitat hutan yang hilang dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terpencar, Merak Hijau dievaluasikan sebagai rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix II.

    [​IMG]
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. nugrozipho MODERATOR
    Trivia Mania

    Offline

    表裏一体

    Joined:
    Feb 18, 2013
    Messages:
    13,823
    Trophy Points:
    319
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +40,327 / -7
    Penangkaran Merak Satu-satunya di Indonesia

    Jangan kaget. Di Indonesia, hanya ada satu penangkaran merak yang terbukti sukses. Itu pun bukan instansi pemerintah yang melakukannya. Penangkaran merak ini dilakukan oleh Surat Wiyoto, seorang petani tradisional yang tinggal di Dusun Suko, Desa Tawangrejo, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun.

    Dari berbagai literatur, belum ada cerita kisah sukses seorang penangkar merak. Adapun, merak yang biasanya ditangkarkan di kebun raya atau taman wisata hanya dijadikan wahana hiburan pengunjung. Mengacu beberapa fakta itu, tidak mengherankan upaya Surat menangkar merak hijau (pavo muticus) layak diapresiasi.

    Tempat tinggal Surat di sebuah dataran tinggi di kawasan hutan jati yang jauh dari kebisingan. Belum lama ini Republika berkunjung ke sana. Dari Kota Madiun, dibutuhkan waktu 1,5 jam untuk mencapai wilayah perbukitan itu dengan menggunakan sepeda motor. Rumah Surat sangat sederhana karena sebagian masih berdinding kayu dengan beralaskan tanah.

    Menangkar merak sebenarnya merupakan sebuah kebetulan yang tidak direncanakan sama sekali oleh pria berusia 55 tahun ini. Awalnya, seperti kesehariannya, ia mencari rumput di alas (hutan) yang masuk wilayah Sampung. Jarak hutan dari rumahnya sejauh lima kilometer. Di kawasan itu, akunya, memang beberapa warga pernah berjumpa dengan merak liar yang menjadi penghuni hutan.

    Sebagaimana karakter binatang unggas ini, biasanya selalu menjauh atau kabur kalau bertemu dengan manusia. Sehingga, keberadaannya sulit dideteksi.
    Namun tanpa di sangka, dalam perjalanannya mencari rumput pada 1999, ia menemukan empat telur merak yang tergeletak di dalam hutan.

    Karena merasa tidak ada yang memilikinya, Surat membawanya pulang. Karena tahu yang dibawanya itu telur merak yang memiliki ukuran sebesar telur angsa, ia tidak memasaknya. Dia memiliki firasat baik terhadap keberadaan telur tersebut.

    Karena memiliki kandang ayam, Surat memilih untuk menaruh empat telur itu untuk dierami ayam. Berselang 15 hari, telur itu menetas dan empat merak kecil lahir dengan jenis kelamin masing-masing dua jantan dan betina (F-0). Setelah berusia dua bulan, ia memisahkan merak itu dari induk ayam.

    Penangkaran merak dengan menggunakan induk ayam berulang dilakukannya. Hal itu lantaran setiap merak yang sudah dewasa enggan untuk mengerami telur. Ia pernah memaksakan merak yang bertelur untuk mengerami telur itu, namun hasilnya nihil. Alhasil, ketika merak sudah bertelur, ia segera meletakkannya di kandang ayam. Yang mengherankan, ayam itu selalu sukses mengerami telur itu hingga menetas.

    Merawat merak, diakui Surat gampang-gampang susah. Ia memilih cara tradisional dalam menangkar merak dengan menyamakannya seperti memelihara ayam. Karena menganggapnya mirip dengan ayam, ia memberi makan merak berupa jagung, sayuran, poor atau pelet. Untuk memberi makan itu, ia mengeluarkan uang sebesar Rp 450 ribu per bulan hanya untuk membeli pelet saja.

    Karena tidak pernah mendapat bantuan dari instansi terkait atau pemerintah daerah, ia tidak bisa setiap hari memberi makanan layak kepada binatang unggasnya. Kalau sedang punya uang, ia pasti memberi makan merak dengan beras merah, yang memiliki khasiat bagus bagi stamina binatang unggas.
    Cobaan sempat datang menghampirinya pada awal 2011. Ketika itu, petugas dari Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) melakukan operasi untuk membawa seluruh merak di kandangnya. Hal itu lantaran merak hijau termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi.

    Namun ia tidak kalah akal. Dengan meminta bantuan dokter hewan yang biasanya datang ke kampungnya, ia meminta diuruskan ijin agar bisa terus memelihara merak. Singkat cerita, petugas tidak jadi menyita meraknya, dan hanya melakukan kontrol setiap sebulan sekali ke rumahnya.

    Ketika wabah H5N1 (flu burung) menyerang unggasnya pada pertengahan 2011, ia sangat terpukul. Sedikitnya enam ekor merak generasi kedua (F-1) tiba-tiba menggelepar bersamaan, dan mati akibat penyakit ganas itu. Karena takut menular ke merak lainnya, ia menguburkan binatang yang dilindungi negara itu. “Saya sampai menangis saat mengetahui merak peliharaan saya mati,” kenangnya.

    Beruntung, pada tahun lalu lahir sembilan ekor merak generasi ketiga (F-2) yang sekarang berusia antara enam hingga sembilan bulan. Kalau biasanya setahun hanya bertelur sekali, tahun lalu merak bertelur dua kali, dan itu membuatnya terkejut. “Ini baru pertama terjadi selama saya memelihara merak.” Ditambah dua ekor merak generasi kedua berusia 1 tahun lebih, Surat kini memiliki 14 ekor merak.

    Dari 14 ekor, ia menempatkannya ke dalam enam sangkar di dua tempat terpisah. Ia memiliki kandang sederhana seluas 5×4 meter yang disekat menjadi tiga bagian. Bagian tengah dan memakan tempat terbesar diisi tiga merak, satu jantan dua betina dari generasi kedua. Satu tempat lagi dihuni sepasang merak berjenis jantan dan betina, yang disiapkan untuk disatukan ketika musim kawin pada September hingga November.

    Enam merak berusia sekitar sembilan bulan dikandangkan bersamaan, dan tiga lainnya ditaruh di kandang yang diibuat dari kayu, dan ditaruh di halaman rumah. Dua merak sepasang dimasukkan dalam satu kandang, dan satu merak berusia enam bulan yang terlihat jinak dipisahkan. Luas kandangnya cukup sempit, sekitar 1×2 meter.

    Surat sangat senang dengan merak yang satu ini, karena sangat penurut dengannya. Karena sudah 14 tahun menggeluti penangkaran Merak, Surat paham dengan kelakuan binatang piaraannya. Pada bulan Februari hingga November, kecuali sedang bertelur, semua merak itu lebih senang nangkring di atas daripada berjalan di tanah. Mereka turun hanya ketika makan saja.

    Karena baru memiliki satu merak jantan berusia dewasa, hanya satu saja yang terlihat memiliki ekor panjang berwarna-warni. Pada musim kawin, bulu di ekor itu semuanya rontok untuk berganti baru. “Sekali rontok, ada sekitar 200 bulu yang berganti,” kata Surat.

    Mengingat bulunya sangat indah dan khas, ada orang yang biasanya datang ke rumahnya untuk membelinya. Ia menghargai satu bulu seharga Rp 1.000. Biasanya, kata dia, bulu-bulu itu digunakan oleh sang pembeli untuk hiasan rumah atau hiasan reog Ponorogo.

    Kalau sudah terdesak tidak memiliki uang, ia menjual sepasang merak yang baru berusia setahun. Surat mengaku, karena sudah merupakan keturunan ketiga, petugas BKSDA membolehkannya. Ia sebenarnya menyesal menjual meraknya. Namun karena belum memasuki masa panen dan butuh uang agar bisa membelikan makanan merak lainnya, ia melepaskan begitu saja.

    Apalagi sudah sejak lama banyak orang mengincar merak miliknya, dan ingin sekalian berbagi dengan orang yang menginginkannya. Ia mengaku sudah menjual beberapa ekor merak ke wakil bupati Ponorogo seharga Rp 4 juta sampai Rp 5 juta per ekor.

    Kasus flu burung juga mengajarinya untuk lebih waspada dalam merawat merak. Kalau dulunya hanya memperlakukan sekadarnya, sekarang atas saran dokter hewan upaya antisipatif dilakukannya. Merak disemprot air agar badannya segar dengan frekuensi tiga hari sekali. Pun dengan kandang yang dibersihkan dua hari sekali.

    Dia juga menyiapkan alat suntik dan bermacam-macam obat, seperti rivanol, medoxy LA, trimezyn, vaksin, dan vita chick yang sebenarnya diperuntukkan bagi ayam. “Ini hanya bentuk pengobatan sederhana atas saran mantri lembu di desa,” jelasnya.

    Surat memiliki kisah menarik terkait merak yang dipeliharanya. Setiap kedatangan orang yang memiliki niat tidak baik ke rumahnya, merak-merak ini biasanya tampak gelisah dan tidak bisa berdiam diri. Merak itu juga akan mengeluarkan suara seolah mengirimkan kode kepadanya.

    Kalau sudah begitu, ia selalu was-was dengan tamu yang datang. Sehingga, saat sang tamu melontarkan keinginan untuk membeli merak, seketika ia menolaknya. “Merak-merak ini yang memberi tahu saya,” katanya.

    Saat ini, burung merak hijau atau sering disebut merak Jawa dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 termasuk satwa yang dilindungi. Menurut Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan, populasi jumlahnya terbatas.

    Merak hijau tersebar di hutan terbuka yang terdapat padang rumput, antara lain di Cina, Indocina, dan Jawa. Di Indonesia, merak hijau cuma ada di Pulau Jawa. Habitatnya bisa didapati di taman nasional alas Purwo dan kawasan hutan di Jawa Timur. Jumlah populasinya tinggal 800 ekor.

    Pegiat budaya Madiun, Bernadi S Dangin mengatakan, merak yang dipelihara Pak Surat memiliki keunikan tertentu. Pasalnya, penangkaran dilakukan secara tradisional, namun malah bisa berkembang biak dengan baik. Hal itu jelas mengagetkannya lantaran sangat jarang terjadi orang biasa dapat sukses memelihara merak.

    Apalagi, cara pemeliharaannya dilakukan secara sangat sederhana dan alami. “Bisa jadi, itu bakat alam Pak Surat, dan tempatnya yang berada di kawasan perbukitan yang jauh dari kebisingan membuat merak tidak merasa stres,” katanya.

    Berdasarkan penelusurannya, kata Bernadi, hampir dipastikan setiap orang yang mencoba memelihara merak, gagal mewujudkan keinginannya. Kebanyakan merak itu mati lantaran mengalami tekanan stres. Jika pun tetap hidup, merak itu tidak bisa berkembang biak.

    Alhasil, banyak orang, khususnya pejabat hanya menjadikan merak sebagai binatang peliharaan yang sifatnya untuk hiasan. “Cara pendekatan dan penanganan oleh Pak Surat, adalah di luar kebiasaan karena berhasil menangkar merak.”

    Atas dasar itu, ia sangat kagum dengan kemauan dan ketulusan Pak Surat dalam melestarikan burung merak hijau. Dia mengimbau, pemerintah daerah setidaknya mau memperhatikan masalah itu.

    Itu karena sepengetahuannya, Pak Surat tidak pernah mendapat bantuan dari instansi mana pun. Diharapkan, dengan adanya perhatian maka upaya melestarikan merak dapat terus dilakukan.

     
  4. nugrozipho MODERATOR
    Trivia Mania

    Offline

    表裏一体

    Joined:
    Feb 18, 2013
    Messages:
    13,823
    Trophy Points:
    319
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +40,327 / -7
    Tingkah Laku Makan Merak Hijau

    Tingkah laku makan yang dimunculkan oleh burung merak hijau di Taman Rekreasi sengkaling:

    (1) Bila makanan berasal dari tempat makan maka tingkah laku yang dimunculkan yaitu menjulurkan leher, mengaduk dengan paruh, kemudian mematuknya.

    (2) Jika tanaman ada di dalam kandang maka tingkah laku yang dimunculkan yaitu menjulurkan leher, melompat sambil mematuk daun apabila letak daun tinggi.

    (3) Jika tanaman ada di luar kandang maka tingkah laku yang dimunculkan yaitu menjulurkan leher memiringkan kepala, menempelkan paruh pada daun rumput, mematuknya dengan menggunakan paruh, menarik leher kemudian memakannya.

    (4) Jika dilempari tanaman meniran maka tingkah laku yang dimunculkan yaitu menjulurkan leher, mematuknya sedikit, kemudian berjalan menjauhinya. Tingkah laku ini hanya dimunculkan oleh merak hijau jantan (M1). Tingkah laku ini beda dengan kondisi alami.

    (5) Jika dilempari daun rumput maka tingkah laku yang dimunculkan oleh M1 yaitu berlari menuju daun rumput yang dilempar, menjulurkan leher kemudian mematuk dan memakannya. Sedangkan M2 berlari menuju daun rumput, menjulurkan leher, kemudian berjalan menjauh. M3 tidak merespon daun rumput yang dilemparkan oleh peneliti.

    (6) Jika ada serangga yang masuk ke dalam kandang maka tingkah laku yang dimunculkan yaitu mengejar, melompat sambil mematuknya.

    (7) Memakan kotorannya sendiri dengan cara menjulurkan leher, mematuk, dan mengaisnya menggunakan kaki kanan dan kiri secara bergantian. Tingkah laku ini hanya dimunculkan oleh merak hijau betina ke-1 (M2).

     
  5. ALFAN52 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 29, 2011
    Messages:
    49
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +2 / -0
    ane pernah gan waktu kecil liat merak hijau itu, tepatnya di KBS Surabaya
    sekarang udah abis keknya
     
    • Like Like x 1
  6. damn22 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 17, 2012
    Messages:
    1,007
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +12 / -0
    baru tau ada merek hijau

    setau ane warna warni :D
     
  7. SPIRITOFCOROLASO M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 1, 2013
    Messages:
    4,090
    Trophy Points:
    162
    Ratings:
    +1,059 / -0
    sepertinya merak jenis ini sudah langka bahkan hampir punah..
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.