1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Mengakhiri Kebejoan

Discussion in 'Fiction' started by mabdulkarim, Jan 18, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Di awal semester ke empat ini, Ajiz, siswa kelas VIII-II setelah pulang sekolah pergi ke kantor pos mencoba mengirimkan surat ke kantor pos. Surat ini bukan surat biasa karena suara ini merupakan surat berisi beberapa bungkus kopi sebagai iseng-iseng ikut undian kopi. “Kali saja dapat lumayan,” pikirnya lalu menyerahkan surat tersebut kepada tukang pos sehabis menempelkan prangko kilat.

    Di tempat lain teman sebangkunya Ajiz, Jono, yang masih ada di sekolah itu tak sengaja bertabrakan dengan Nila di koridor lantai 2. Anak kelas VIII-2 marah-marah kepada Jono tak jelas dan meninggalkan anak belum puber tersebut dengan tersipu-sipu. “Sebenarnya apa yang terjadi?” bingung Jono yang tak mengerti kenapa ia bisa menabrak padahal ia sudah memperhatikan jalan. Ia kembali berjalan menuju ruangan perpustakan untuk mengembalikan buku dan di tengah jalan, ia dihampiri Tita, kakak kelasnya. Siswi kelas IX-III itu mengajaknya mengobrol selama hampir sepertiga jam lebih.

    “Kak, saya ada perlu di perpustakan. Nanti saja kalau mau mengobroal lagi,” ujar Jono.

    “K-Kalau begitu saya ikut!” sahut Tita yang menikmati pembicaraannya.

    “Boleh saja,” kata Jono datar lalu melanjutkan perjalanannya. Tita mengikutinya dari belakang dan terus mengikutinya sampai Jono keluar area sekolah.

    Di depan gerbang sekolah di mana ratusan anak sekolahnya Jono bubaran, Abdul yang berlari menyerbang ditabrak mobil pertamina yang membawa ribuan liter bensin. Peristiwa tersebut mengejutkan siswa-siswi dan warga-warga sekitar termasuk sang supir. Sang supir langsung turun dan dengan kekhawatiran kelas tinggi itu menghampiri Jono yang terkapar di pinggir jalan.

    Aneh, tapi nyata! Abdul masih hidup! Orang yang duduk di belakang Jono-Ajiz itu tak terluka sedikit pun baik luar maupun dalam. Ini sebuah keajaiban! Sang supir sangat bersyukur karena ia tak akan dimasukan ke penjara dan dipecat. Setelah kejadian itu, Abdul kembali pulang ke rumah dan menghiraukan saran orang-orang untuk pergi ke rumah sakti karena ia tak merasa sakit.

    “Beruntung ya aku,” gumam Abdul sembari berjalan pulang.
    ***
    2 bulan kemudian...

    Undian yang diikuti Ajiz berhasil dimenangkannya dengan mendapatkan mobil mercedes, hadiah utama undian tersebut. Ajiz tak percaya ia bisa mendapatkan hadiah tersebut padahal ia awalnya iseng. Kali saja dapat batang emas, pikirnya. Hadiah tersebut membuatnya bingung harus diapakan. Akhirnya ia menyerahkannya kepada bapaknya yang sudah ngiler dengan hadiah tersebut. Selain undian tersebut, Ajiz juga sukses mendapatkan hadiah mobil dari provider-nya karena iseng dan mobil tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada ibu yang tak mempercayai kemujuran anak tunggalnya tersebut. Gara-gara sukses mendapatkan dua hadiah tersebut, Ajiz mendadak terkenal seantero sekolah dan ia dijuluki sebagai “orang Bejo hadiah”. Kalau mau mujur, dekat-dekatlah dengan Ajiz, kata orang-orang yang cukup mengusik Ajiz. Ajiz mencoba mengelak, tapi apa dayanya ia tak bisa berbuat apa-apa. Setiap undian yang ia ikuti, selalu ia bisa menangkan hadiah utamanya. Hal ini juga terjadi saat ia mengikuti ulangan. Kalau ia belum belajar dan banyak tak tahu, selalu lolos dari remedial dengan mendapatkan nilai satu poin di atas angka KKM. Hal ini tentu membingungkan Ajiz yang tak pintar-pintar amat. Kalau ia tendang bola ke gawang selalu masuk walaupun dari jarak manapun bahkan situasi apapun.

    Selain Ajiz, Jono juga mengalami hal yang sama dengan julukan ‘lucky bastard’. Semua perempuan yang ada didekatnya terpikat padanya. Mulai dari Tita yang jatuh pada pandangan pertama, Nila yang awalnya tidak menyukainya berubah total ketika dibantu Jono menghadapi lomba, dan tiga wanita lainnya yang berbeda-beda karakteristiknya. Parahnya lagi, tiap dua minggu selalu nambah satu orang yang suka dengan Jono gara-gara dibantu Jono. Akibatnya semua pria jomblo iri total dengan Jono yang tampangnya pas-pasan tapi dikelilingi banyak wanita. Jono tak menyadari rasa suka mereka karena ia belum ada rasa ketertarikan dengan lawan jenis. Kalau dikasih bekal dari mereka pasti Jono bagi-bagi ke Abdul dan Ajiz karena ia tak sanggup memakan semua bekal yang beragam tersebut.

    Beda lagi dengan Abdul. Ia tak tahu apakah ia orang beruntung seperti Ajiz atau malah dikutuk karena ia sering mengalami peristiwa antara hidup dan mati seperti kemarin malam ketika ia naik sepeda ke supermarket. Waktu itu ia lagi enak-enaknya bawa snack-snack yang dibelinya. Tiba-tiba ada lima polisi mengejar perampok dan melesatkan tembakan yang tak sengaja mengarah ke Abdul. Sepeda Abdul tak sengaja terperosok ke lubang got dan nyawanya Abdul terselamatkan. Ada lagi kejadian seperti itu waktu Abdul berjalan di bawah tiang listrik. Mendadak kabel listrik terputus dan mengarah ke Abdul. Abdul mendadak terpeleset gara-gara ada kulit pisang di depannya sehingga ia terhindar dari maut.

    “Apa yang sebenarnya terjadi padaku?” curhat Abdul kepada teman-teman.

    “Ah, itu kebetulan!” sahut Ajiz menenangkan temannya..

    “Tidak. Kata orang Arab 3x kali lebih bukan kebetulan!” seru Abdul yang memang keturanan Arab. “Apa yang menimpa Ajiz bukan juga kebetulan!”

    “Benar juga,” balas Ajiz. “Dan itulah kenapa orang menyebut kita geng bejo.”

    “Memangnya aku termasuk ya?” tanya Jono yang tak menyadari kondisinya.

    “Jono, kau akan paham kalau waktunya sudah tiba,” seloroh Ajiz disambut tawa kecil Abdul.

    “Pasti yang menimpa kita adalah kutukan!” cetus Abdul setelah tertawa.

    “Untukmu iya, tapi kalau aku ini adalah anugrah!” kata Ajiz. “Terlebih Jono,” sambungnya disertai lirikan ke Jono.

    “Memangnya aku bejo seperti kalian?” bingung Jono.

    “Ah, sudahlah!” Abdul mulai menghiraukan Jono. “Begini saja, kalau apa yang menimpa kita terus terjadi sampai pertengahan April, kita simpulkan ada sesuaut yang membuat kita begin! Entah kutukan atau anugrah!!”

    “O-Oke!” Ajiz dan Jono menimpali.

    ***
    2 Bulan kemudian....

    Ajiz terus mendapatkan keberuntungan. Ia yang iseng mengirimkan TTS ke koran selalu masuk dan mendapatkan hadiah. Begitu juga ketika ia mengirimkan cerpen ke rubik-rubik koran, pasti masuk. Hal ini membuatnya sedikit tak enak karena membuat orang-orang di sekitarnya mendekatinya untuk ketiban keberuntungan. Seperti apa yang dilakukan bapaknya ketika membawa Ajiz saat meeting. Proyek miliaran selalu ia dapatkan kalau membawa Ajiz. Ibunya juga membawa Ajiz ke arisan sehingga nama yang pertama dikocok selalu keluar namanya.

    Ajiz mulai khawatir melihat kondisi seperti ini. Ia takut kalau ia mendadak diculik orang-orang berkepentingan seperti orang yang berjudi atau mencalonkan diri menjadi Caleg mengingat Pileg akan berlangsung tahun depan. Hal ini mulai terjadi ketika teman nakalnya mengiring paksanya saat memasang judi togel dan seperti yang sudah diduga, nomer temannya keluar sehingga julukan Ajiz mulai naik pangkat menjadi dewa keberuntungan.

    Kondisi Ajiz juga dialami Jono. Saat ini orang yang menyukainya sudah mencapai 10 orang yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan usia bahkan guru sekalipun sehingga membuat semua pria satu sekolahnya geram padanya. Jono tetap tak menyadari hal ini karena belum kunjung tumbuh menjadi remaja padahal anggota-anggota haremnya mulai sedikit agresif.

    Beda lagi dengan Abdul. Ia tak tahu apa yang menimpanya ini apakah kutukan atau anugrah. Hampir setiap minggu, nyawanya terancam. Ia pernah mau kejatuhan crane dari lantai 20 dan nyawanya selamat setelah ia berjalan dua langkah dari tempat jatuhnya crane.

    “Aku sudah mulai muak dengan kondisi ini! Kita harus menghentikan kutukan ini!” ujar Abdul.

    “Aku juga. Aku mulai merasa apa yang menimpaku adalah bencana,” sahut Ajiz.

    “Aku iri dengan kalian,” kata Jono.

    “Kami lebih iri dengan kau!!”

    Akhirnya Abdul menuturkan rencana yang ia rasa bisa menghentikan hal ini: mereka bertiga harus berpisah. Abdul merasa seluruh keberuntungan terjadi karena mereka bertiga selalu berdekatkan dan menyalurkan energi keberuntungan semenjak semester empat ini. Sebelumnya ini tak pernah terjadi karena mereka bertiga pisah barisan pas awal kelas VIII.


    Ajiz setuju dengan idenya Abdul sedangkan Jono yang tak mengerti itu mengikuti arah teman-teman mereka. Mereka mulai berpisah esok hari tapi apa yang terjadi tak seperti apa yang mereka harapkan. Selama 2 minggu tak berinteraksi, mereka tak mengalami perubahan apapun sehingga Ajiz menyerukan untuk membawa kasus ini ke orang pintar yang dikenalnya, Ghani.

    Ghani bukanlah dukun ataupun ustad. Ia adalah anak ingusan kelas IX-I yang memiliki kemampuan cenayang tinggi sehingga menjadi tempat konsultasi teman-temannya jika memiliki masalah gaib. Namun karena usianya yang masih cukup muda dan pengalaman yang sedikit, ia hanya bisa memberikan saran dan tak bisa bertindak karena keterbatasan kemampuan.
    “Sepertinya kalian dikutuk seseorang. Apakah kalian pernah bermasalah dengan seseorang sebelumnya?” tanya Ghani kepada Abdul dan kedua temannya.

    Ajiz dan yang lain menggeleng tak tahu. Ghani menghela nafas kecewa. “Apakah kalian pernah mengutuk diri sendiri?”

    Kembali mereka menggeleng tak tahu. “Ah, sepertinya aku tak bisa membantu kalian dalam masalah ini,” ujar Ghani. “Ada dua hal yang bisa kalian lakukan: nikmati kutukan kalian ini atau cari penyebab masalah ini walaupun akan menguras tenaga kalian!”

    “Ghani, apakah kau bisa merujuk kami ke seseorang yang bisa saja membantu kami?” tanya Ajiz sedikit cemas.

    “Mungkin kalian harus konsultasi masalah ini ke pak Nazir, wali kelasku yang juga guru bahasa Jawa kalian. Diam-diam dia orang pintar dan punya kemampuan sepertiku, tapi ia menyembunyikannya. Ia tak akan membantu seseorang kecuali diminta untuk membantu!” papar Ghani.

    Tak mau buang waktu, langsung saja Abdul dan Ajiz –yang menarik Jono– pergi ke ruang guru. Di sana, Abdul dan yang lain menghampiri pak Nazir yang sedang makan siomay itu. “Ada yang bisa saya bantu?” tanya Nazir dengan ramah.

    “Pak apakah anda bisa membantu kami?” tanya Ajiz. “Kami merasa kami dikutuk!”

    “Dikutuk?! Ngomong ngelantur apa kau,” Nazir seraya tertawa.

    “Kami serius, Pak!” seru Abdul. “Ajiz semenjak 4 bulan lalu selalu beruntung dalam melakukan apa saja hingga ia terancam didewakan orang. Kalau Jono didekati banyak wanita dan disukai sedangkan saya tertimpa banyak bala yang beruntung nyawa saya selamat.”

    “Betul apa yang dikatakan Abdul. Karena keberuntungan ini kami terancam, Pak!” cetus Ajiz. “Hampir saya pengen diculik pengusaha hitam, tapi beruntung saya diselamatkan polisi!”

    Pak Nazir mukanya berubah menjadi raut serius. Ia menatap Abdul, Ajiz, dan Jono dan mencoba menerawang mereka.

    “Ah, ini hanyalah siklus!” seru Nazir setelah menerawang. “Apa yang menimpa kalian akan berakhir sendiri secepatnya. Keberuntungan manusia tak ada yang bisa ditebak dan apa yang kalian alami dikarenakan keberuntungan kalian mencapai 90%.

    “Buat Ajiz, kau pusatkan keberuntunganmu dengan hal-hal yang positif. Sedangkan kau Jono, kalau sudah tertarik sama wanita pilih salah satu agar menghentikan penambahan anggota haremmu. Untuk kau Abdul, berhati-hatilah!” tandas Nazir disambut terima kasih oleh para muridnya.

    ***
    Ketiga orang bejo tersebut mulai menerapkan nasehatnya pak Nazir. Ajiz yang selalu dipaksa ikut judi togel menolak dan ia memanfaatkan momen-moen keberuntungannya dengan melakukan hal yang tak bisa ia lakukan seperti mengikuti lomba memanah dan menembak. Untuk Jono, di awal Mei ia sudah puber dan sadar dengan kehadiran haremnya. Akhirnya untuk membubarkan haremnya, ia pilih salah satu dari mereka yaitu Nila. Beruntung haremnya yang sudah berjumlah 16 orang itu bubaran dengan aman, tanpa konflik berdarah.

    Untuk Abdul, nasib setengah untung setengah sialnya akhirnya berakhir sendirinya di hari Pancasila setelah ia menimpa sampah yang dijatuhkan dari lantai dua sekolahnya oleh temannya iseng.

    Setelah hari itu, kesialannya tingkat parah mulai stagan. Kadang terjadi kadang tidak, begitu pula dengan kemujuran Ajiz yang gagal ketika ia mencoba melemparkan pesawat kertas ke Jono di lapangan dari lantai 3 sekolahnya.

    “Terima kasih, pak,” kata ketiga orang kepada pak Nazir di ruangan guru.

    “Sama-sama.”

    Dalam hati, Nazir tertawa karena sebenarnya yang membuat mereka begitu adalah ia. Nazir mencoba mempraktekan kesaktiannya kepada mereka dan terbukti mujur. “Nanti akan kucoba kasih mereka kesialan selama satu semester!” pikirnya licik.
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Hmmm

    Belum ada perkembangan ya.

    Ide karakter e sih bagus, tpi plot cerita terlalu maksa, selain itu perpindahan adegan juga msih kaku.

    Beberapa kesalahan tulis seperti diawal, yg ketabrak abdul, yg dihampiri terkapar itu jono.

    Ide dasar e baik, tapi entah kenapa kamu kek memaksa komedi tanggung. Kek komedi, kek wejangan. Kemudian suasana yang dibangun ga intens... Gimana ya kurang ada greget serunya beruntung itu, trus suasana hareme g kerasa.... Kondisi slamat nyaris mati e yg dicuekin tp ketakutan

    Membingungkan jdie

    Saran untuk kamu juga untuk diri saya: banyak2 baca novel/ln, curi ilmu.
     
    • Like Like x 1
  4. mabdulkarim Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 4, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    41
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +49 / -0
    Oke... lagi coba baca LN hardcopy... kalau di komputer bisa kelupaan karena fokus buat game atau nonton anime :iii:
     
  5. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    setuju ama senpai giande :iii:

    plot'e menjanjikan, tapi masalah abdul hampir selalu di eksekusi yang lemah.

    perpindahan adegan terlalu kaku, setuju. tiba2 udah loncat sana sini entah gimana. plus, ga tau kenapa abdul kalo bikin sesuatu serasa kurang kena emosinya. kalo lagi horror, horrornya gak kena. kalo lagi humor, garing. lagi SoL kek gini, entah dimana dramanya.

    abdul berasa mencoba memaksakan banyak hal dalam satu bagian. berasa kek...masukin tomat ke dalam sedotan.

    coba banyak2 baca lagi aja seperti saran sepuh giande :iii:
     
  6. ryrien MODERATOR

    Online

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,169 / -58
    Ugh udh lama mau komen ini, tapi males panjang-panjang.

    Gini aja deh, aku cuman suka ide charnya aja :lalala:

    Good job :top:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.