1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Mariana……..

Discussion in 'Fiction' started by shani, Aug 19, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Mariana……..


    Sudah tiga minggu ini diriku mempersiapkan sebuah pentas untuk merayakan puncak hari kemerdekaan Indonesia di kampusku, aku dipilih menjadi sebagai sutradara dengan cara voting sesuai tradisi UKM teater di kampusku. Tahun ini teater kami memilih untuk mementaskan sebuah kisah nyata yang terjadi pada masa perjuangan dan kisah ini terjadi di salah satu gedung di kampusku, tepatnya di gedung perpustakaan kampus, salah satu bangunan tertua yang masih berdiri di dalam area kampusku ini. Skenarionya bercerita tentang kisah percintaan seorang pejuang lokal dengan seorang gadis Belanda bernama Marryane, percintaan mereka berjalan secara rahasia karena ayah si gadis menentangnya dengan keras dan kisahnya berakhir dengan tragis, gadis belanda itu bunuh diri dengan cara meloncat dari jendela kamarnya yang berada di lantai 2, gadis itu tewas dengan tubuh tertancap pada pagar.

    Sebetulnya semua persiapan sudah matang, dari para aktor dan aktrisnya hingga perlengkapan panggung, cahaya dan musik pengiring. Namun sebuah bencana terjadi pada saat kelompok teater kami menjalani gladi kotor, Dania sang aktris utama yang memerankan "Maryanne" mendapat kecelakaan dalam perjalanan ke kampus, kami terpaksa putar otak untuk mencari penggantinya karena secara fisik dan logatnya Dania ini paling pas untuk peran Maryanne, sebenarnya aku pribadi dan Rangga temanku si penulis naskah dan skenario sudah melakukan audisi singkat namun tidak menemukan aktris yang cocok.

    Tiga hari menjelang hari "H" diriku sama sekali belum mendapatkan pengganti Dania untuk mengisi pemeran utama wanita, dalam hatiku terus mengatakan kalau pentas ini harus berjalan. Malam itu juga aku memutuskan untuk menginap di gedung UKM teater kampus, sambil membaca data diri tiap anggota teater dan sesekali aku membaca ulang naskah untuk tokoh Maryanne, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu UKM, aku beranjak dari kursiku dan menuju pintu untuk melihat siapa yang mengetuk pintu itu. Dalam hati aku bertanya siapa yang datang kemari jam 10 malam, jalanan kampus juga gelap tiap malam, akhirnya pintu kubuka dan di depanku berdiri seorang gadis berambut panjang kecoklatan yang dibiarkan terurai sampai ke pinggang. "Selamat malam, apa betul kamu Arya, sutradara untuk pentas tanggal 17 Agustus besok?", "i...i..iya betul saya Arya, kamu siapa ya, ada perlu apa malam-malam kemari?" tanyaku kepada gadis itu, "saya Mariana, sepupu saya Dania mengatakan bahwa ada posisi terbuka untuk peran utama di pentas yang kamu sutradarai besok". Tanpa basa-basi kuajak dia masuk dan kupersilahkan duduk, “duduklah dulu aku mau menelpon temanku untuk kesini, dia kost di dekat kampus kok”, “baiklah saya kan tunggu” jawabnya. Aku segera menelepon Rangga dan Meta (adiknya Rangga yang sekampus dengan kami, sengaja aku suruh ajak kesini supaya Mariana tidak canggung) untuk datang kesini mengaudisi dan menemani diriku dan Mariana.

    Malam itu aku dan Rangga mengaudisi Mariana di gedung UKM teater kampus, semua dialog yang dia ucapkan lancar sekali, termasuk dialog-dialog dengan bahasa Belanda yang dia ucapkan, sangat fasih sekali si Mariana ini, gerakan teatrikalnya juga sangat luwes termasuk pada saat skenario yang mengharuskan dia untuk menari balet, sungguh takjub diriku dan Rangga melihatnya. Akhirnya kami memutuskan memberikan peran utama Maryanne si gadis Belanda itu pada Mariana, Rangga sekaligus mengatakan pada gadis itu untuk datang besok malam untuk gladi resik jam 19.00 di gedung teater kampus, setelah itu Mariana berpamitan untuk pulang karena sudah terlalu malam, dia menyalami kami bertiga sambil berucap kepadaku “saya tidak akan mengecewakanmu, sampai besok malam Arya” tanpa ditemani dia keluar sendiri dan pintu ditutup. “Gila dingin banget tangan tuh cewek, tapi jujur deh dia pas banget untuk peran Maryanne, kamu kenal dia darimana bro?” celetuk rangga, “Dia tiba-tiba datang sendiri kesini, dia mengaku sepupunya Dania sih” jawabku. Tak lama kemudian Meta yang dari tadi hanya main HP merengek mengajak Rangga pulang, dan aku harus melanjutkan menginap di gedung UKM untuk mengedit beberapa dokumen untuk pentas. Sepulangnya Rangga dan Meta tak sengaja mataku menatap jam dinding, jarumnya menunjukkan pukul 02.15 malam, cepat sekali waktu berlalu mala mini, perasaanku mengatakan kalau tadi sekilas hanya dua jam saja mengaudisi Mariana, mungkin aku terlalu senang hingga lupa akan waktu, entahlah yang penting peran utama sudah kembali terisi dan besok malam adalah gladi resik untuk pentas lusa.

    Siang hari menjelang gladi resik malam nanti kusempatkan diriku untuk menghubungi Dania, dengan perasaan senang dan lega aku ingin berterima kasih padanya karena telah memberitahukan kekosongan peran utama wanita pada sepupunya, sayang sekali berkali-kali kuhubungi ke nomernya namun sambungan ke Dania selalu terputus, akhirnya kucoba mengirim pesan saja walau pun mungkin akan terkirim agak lama. Aku berangkat menuju gedung teater pada sore hari untuk membantu persiapan gladi resik nanti, di perjalanan di pikiranku selalu muncul bayangan Mariana, bagaimana tidak Mariana adalah gadis yang berparas sangat cantik dan berkulit putih serta memiliki bakat akting yang bagus untuk ukuran pentas teater, ada juga terselip pertanyaan kenapa si Dania gak pernah cerita ya tentang Mariana, ah sudahlah yang penting show must go on.

    Sudah pukul 8 malam, kami memulai gladi resik sesuai urutan dalam scenario, semua lancar dan tuntutan naskah terpenuhi. Mariana tampak lancar berinteraksi dengan pemain-pemain yang sama sekali belum dia kenal, malah pemain-pemain tadi pada terpukau melihat Mariana dengan alaminya berakting sebagai “noni Belanda” Maryanne. Yang menarik perhatianku dan Rangga adalah pada beberapa adegan dalam scenario Mariana mengatakan padaku bahwa “kejadian” yang sebenarnya tidak terjadi seperti ini, kemudian dia menceritakan pada aku dan Rangga “kejadian-kejadian” sesuai versinya. Rangga mengatakan kepadaku “kenapa itu tidak terpikirkan olehku ya, itu plot yang jauh lebih bagus dan menarik daripada yang aku tulis bro” sebagai sutradara aku bengong sambil mengiyakan saja, lalu kemudian Rangga bergegas mengambil laptopnya untuk menulis ulang beberapa skenarionya untuk diubah sesuai dengan apa yang diceritakan oleh Mariana tadi.

    Pada waktu istirahat dari gladi resik kumelihat Mariana duduk di belakang panggung, entah mengapa dia seperti terlihat sedih, sebagai sutradara aku tidak ingin aktrisku kehilangan moodnya, maka kudekati dia dan kutanyakan apa yang membuatnya murung saat ini. Dengan tatapan kosong kebawah Mariana menceritakan kisah asmaranya yang sedih, percintaan yang ditentang oleh keluarganya, karena itulah dia sangat mendalami perannya di drama ini. Tangannya tiba-tiba menyentuh tanganku, dingin sekali sentuhannya serasa sebuah es, “kamu benar-benar mirip dengan Anwar yang pernah saya cintai Arya” otakku jadi sedikit berpikir “Anwar, darimana aku mendengar nama itu sebelumnya yah” pikirku, mendadak Mariana mengajakku keluar dari gedung teater dan kami pun berdiri di luar sambil menatap gedung perpustakaan kampus yang letaknya tidak jauh dari gedung teater ini. Kudengarkan Mariana bersenandung, indah namun terdengar sedih, lalu dilanjutkannya dengan bernyanyi dalam bahasa Belanda, diriku merasa seperti terbawa ke masa lalu saat mendengarkan nyanyian itu, masa lalu yang kelam kelabu dimataku terlihat sorang gadis berlari ketakutan sperti sedang dikejar-kejar oleh sesuatu, aku mendengarnya berteriak “niet laat me met rust, ik ben niet van plan om met je trouwen, ga weg van mij nee nee neeeeeee” entah apa artinya itu tapi dia sungguh sangat ketakutan, gadis itu lalu berlari kearahku, “tolong saya Anwar” dia mendekat dan betapa kagetnya aku melihat wajahnya....mengerikan sekali wajah gadis itu seperti mayat kering, tangannya yang berkuku panjang mencengkeram bahuku, diriku sangat ketakutan........

    “Mas Arya, Woi mas” aku kaget mendengar suara di belakangku, “Kenapa bengong sendirian diluar mas, entar kesambet setan lewat loh melamun malam-malam, waktu istirahat sudah habis nih, sekarang persiapan untuk adegan utama pentas drama kita, tuh Mariana udah siap loncat dari jendela, hehehe” Ternyata dia si Meta adiknya Rangga, sambil berjalan masuk aku berpikir apa yang barusan aku alami ya, perasaan tadi aku keluar bersama Mariana....tapi sudahlah mungkin benar juga si Meta, aku terbengong kesambet setan lewat kali, gumamku dalam hati sambil merinding.

    Gladi resik sudah memasuki adegan utama yaitu tragedi matinya Maryanne, waktu menunjukkan pukul 11.45 malam, dan entah kenapa hawa di dalam gedung teater menjadi sangat dingin serasa ada angin kutub yang berhembus. Aku memberi aba-aba pada semua pemain untuk bersiap di panggung, setting untuk adegan utama ini dibuat semirip mungkin dengan lokasi tewasnya Maryanne, “ACTION!!” teriakku, semua lancar hingga pada adegan yang mengharuskan Mariana untuk terjun dari jendela, kami semua yangada di dalam teater merinding mendengar teriakan yang memilukan, teriakan ini menggema keras di dalam ruangan teater “niet laat me met rust, ik ben niet van plan om met je trouwen, ga weg van mij nee nee neeeeeee” disertai beberapa suara tembakan, darimana suara tembakan itu? Kami tidak merencanakan yang seperti itu. Akhirnya kumelihat mariana sudah berada di posisi dibalik jendela, tapi ada yang aneh, ada seorang pria berperawakan tinggi seperti orang Belanda, tiba-tiba pria itu memukulkan popor senjatanya ke kepala Mariana dan mendorong gadis itu dari balik jendela, dengan mata kepala sendiri aku melihat Mariana dipukul dan sengaja didorong dari ketinggian 8 meter, dia terjatuh dan....tubuh Mariana tertancap pecahan kaca dan kayu daun jendela, darahnya mengalir ke panggung teater, sebagian dari kami yang melihat ada teriak-teriak histeris, sebagian lagi berlari ke panggung untuk menolong Mariana, dan sebagian lainnya menuju belakang panggung untuk mengejar pria Belanda tadi. PETT!!! Listrik gedung teater mendadak mati, tanpa penerangan lampu semua menjadi gelap gulita.
    Tak lama listrik kembali menyala, dan kami terkejut melihat keadaan set panggung masih baik-baik saja, tak ada tubuh mariana, jendela juga masih utuh.......Banyak dari kami yang terdiam tak percaya melihat apa yag baru saja kami lihat dan terjadi, sebagian anggota teater ada yang pingsan, menangis dan duduk lemas, malam itu sungguh sangat menguras emosi jiwa kami. Pertunjukan ini kami batalkan setelah kejadian malam itu, banyak dari anggota teater yang jiwanya terguncang melihat kejadian misterius semalam. Siang itu di kampus handphoneku berbunyi, kuangkat dan kudengar suara Dania, “kak Arya, aku dengar dari Meta kalau pentasnya dibatalkan, kenapa? Eh maaf ya ini nomerku yang baru, HP-ku abis ilang nih kak” dan kujawab pertanyaan Dania itu dengan lengkap, sedetail mungkin dari awal aku ceritakan pada Dania.

    “Kak Arya, aku gak punya sepupu bernama Mariana, terus itu cewek siapa sebenarnya, moso hantunya si Maryanne sih?” diriku menjadi makin lunglai mendengar Dania nyerocos tanpa di rem. Sore hari aku membuka kembali naskah baru yang ditulis oleh Rangga, aku baca dari awal sampai pada bagian mataku mendapati sebuah nama, “Anwar” itu adalah nama pejuang lokal yang menjadi tambatan hati Maryanne, semakin lelah diriku berpikirhingga akhirnya aku tertidur di kamarku.

    “Arya, Arya?” terdengar suara Mariana, “terima kasih untuk waktumu beberapa hari ini menemani saya, saya takut sekali dengan Pieter, tapi kamu selalu ada di sisiku Arya, terima kasih” aku terbangun dari mimpi dan keringat dingin mengucur deras........


    -Tamat-

    sumber: http://tak-begitu-indah.blogspot.co.id/
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.