1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Magnoriate Ratatta

Discussion in 'Fiction' started by sherlock1524, Jan 6, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    [​IMG]
    Magnoriate Ratatta
    Genre: Fantasi.
    Summary: -


    [​IMG]

    Hailey
    Gadis yang memasuki tahun pertama di sekolah besar Ragwort, memiliki sifat penasaran, dan bercita-cita menjadi alkemis terkenal seperti kakeknya.

    Rose
    Siswa tahun kedua sekolah besar Ragwort, penghuni asrama perempuan yang dihuni Hailey juga.​

    [​IMG]
    Disclaimer: penulis tidak memiliki ini gambar
     
    Last edited: Jan 23, 2016
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    Last edited: Feb 27, 2016
  4. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    Prolog

    Hari itu berjalan seperti biasa. Aku mandi, berpakaian rapi, menyisir rambutku, sarapan dengan kakek dan kemudian meninggalkan rumah. Semua berjalan seperti biasa, hingga jam ke tiga saat ibu Mavi mengajar.

    Kelas yang awalnya sunyi karena kelas sedang sibuk mengerjakan tes tiba-tiba dikejutkan oleh suara dentuman yang keras. Semua mata teralihkan dari kertas tes ke jendela kelas yang berada di samping kiri kami.

    Terlihat gumpalan asap hitam yang berada di pusat kota di hadapan kami. Degup jantungku berat. Panik, aku panik. Apa yang terjadi?

    Ibu Mavi yang juga tidak lagi peduli dengan tesnya segera meminta kami untuk tetap duduk di tempat dan tenang. Dia segera keluar dari kelas dan sepertinya mencoba mencari tahu apa yang terjadi di luar.

    Suara berisik dan bisik mulai terdengar dari seluruh kelas. Bahkan ada siswa yang mengeluarkan binokular dari tasnya dan mencoba melihat ke kota yang diisi oleh kabut asap itu.

    "Bom. Itu bom," salah satu cewek di kelas mulai histeris dan berteriak keras.

    Kalimat itu menyadarkanku. Itu bom, dan kakek mungkin ada disitu, oh tuhan, tidak. Degup jantungku makin menaik, suhu di kelas mulai terasa panas. Aku ingin segera berlari pulang ke rumah dan memastikan kakek tidak apa-apa.

    Tanpa mempedulikan perintah bu Mavi, aku segera membuka pintu kelas dan berlari keluar. Siswa lain juga mengikutiku, namun dikoridor terlihat bu Mavi.

    "Harap tenang semua. Tenang. Kembali ke kelas," suaranya yang biasanya lembut kini menjadi tegas. Semua siswa terdiam dan mau tidak mau kembali kembali ke kelas. Meskipun begitu, mereka tetap melihat ke kabut hitam di samping kiri mereka, terlihat wajah khawatir mereka memikirkan keluarga.

    Bu Mavi kemudian menutup jendela tersebut.

    "Kalian harap tenang. Sekolah hari ini dibubarkan, dan kalian harus pulang ke rumah masing-masing sekarang," kata bu Mavi.

    "Ibu apa yang terjadi?" tanyaku. Suaraku terdengar berteriak. Aku tidak menyangka.

    Ibu Mavi menarik nafasnya dalam-dalam seperti ingin menyiapkan kami dalam menerima jawaban. "Pasar kota di bom," jawabnya singkat.

    ===​

    Pikiranku melayang untuk beberapa detik. Pasar. Pasar. Aku seperti pernah mendengar kata itu sebelumnya hari ini. Aku mengulang lagi ingatanku. Ya, kakek bilang saat sarapan tentang pasar. Aku tidak bisa mengingat detailnya. Perhatianku teralihkan oleh buku pelajaran yang kubaca saat sarapan karena tes sehingga aku tidak mendengar apa yang kakek bicarakan.

    Tanpa memikirkan dua kali, aku segera menarik tasku dan berlari keluar kelas. Saat ini, bu Mavi tidak menghentikanku. Koridor dipenuhi oleh siswa dari kelas lain yang berdesakan keluar juga membuatku semakin pasrah.

    Sepuluh menit kemudian, aku telah keluar dari sekolah. Terengah-engah kukumpulkan seluruh tenagaku untuk menggerakkan kakiku untuk satu detik lebih cepat mencapai rumahku.

    Aku membuka pintu rumahku. Seperti orang gila, aku meneriakkan nama kakekku. Tidak ada sahutan. Aku membuka seluruh kamar di rumah itu. Seluruh kamar telah ku lihat, tidak ada tanda-tanda kakekku.

    Air mataku mulai jatuh, namun kutahan. Jangan menangis dulu, jangan menyerah dulu, aku meyakinkan diriku. Pikiranku kini melayang ke Pasar kota. Ya, kesana. Aku menutup pintu rumah dan berlari lari ke pasar kota yang sekarang kabut hitamnya mulai hilang.

    ===
    Mayat kakek tidak ditemukan. Lebih tepatnya tidak teridentifikasikan. Yang tersisa di TKP kebanyakan potongan tangan atau potongan kaki yang melayang akibat impak bom, sehingga tidak diketahui kaki ini punya siapa atau siapa.

    Karena itu, kuburannya hanya diisi oleh peti kosong. Aku terpaku berdiri di depan kuburan kosong ini. Setelah selesai menangis, aku segera keluar dari daerah perkuburan yang kini diisi oleh 50 kuburan baru itu.

    ===
    Kejadian tersebut membekas di seluruh kota. Suasana kota menjadi suram dan ketakukan. Belum ada kabar yang meyakinkan dari Mayor kota tentang pelaku pembunuhan massal tersebut. Lima hari kemudian, rumor mulai bertebaran tentang Nighter yang menyebabkan teror ini.

    Di kelasku, ada 3 siswa lain yang kehilangan seseorang di kejadian itu. Bu Mavi kadang-kadang memanggilku ke ruangannya untuk mengecek keadaan mentalku. Aku bilang tidak apa-apa, meskipun dia terlihat tidak percaya kepadaku. Saat aku bilang aku tidak bohong, dia membalas, "Aku lebih percaya dengan kata tubuhmu yang kurus dan rambutmu yang acak-acakan."

    Malamnya, bu Mavi datang bersama suaminya, sang Mayor kota ke rumah. Mayor sering datang ke rumah saat kakek masih hidup. Mereka adalah teman sepermainan sejak kecil dan hingga kadang-kadang aku melihat mereka sering bermain hingga minum bersama.

    Belasungkawa Mayor singkat. Setelah itu, dia memintaku untuk menjadi anak angkatnya karena dia telah berjanji kepada mendiang kakek untuk menjagaku. Aku menolaknya. Karena itu, Mayor mengusulkan paling tidak untuk menerima uang tiap bulan hingga biaya pendidikan yang telah disediakannya. Aku menerimanya. Kalimat terakhirnya masih kuingat, "Datanglah kepadaku jika butuh apa-apa."

    Setelah satu bulan sejak kejadian itu aku mulai tenang. Kehidupan sehari-hariku mulai terasa biasa tanpa kehadiran kakek. Bu Mavi juga sudah puas dengan bentuk tubuhku dan rambutku yang tidak acak-acakan lagi.

    ===
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jan 6, 2016
  5. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    hmm....prolognya cuman segitu doang nih :bloon: gw masih blom ngeh ini cerita arahnya mau gimana. ini mau ngebahas tentag apa dsb :???: klo soal prolog, ini bukan prolog yg solid sih buat gw.

    gw mikirnya ini ada sesuatu yg mau disebutin cuman kepotong di tengah2. penulisan'e rada patah2 juga sih, gw gk terlalu nyaman bacanya. pas di oneshot situ yg tikus kawin kemaren justru penulisan'e mayan lancar dan itu maksud ceritanya jelas.

    oh well, moga2 buat kedepan bisa dibenahi lagi :top: good work aja deh.
     
    • Like Like x 1
  6. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    Soalnya emang blum masuk ke plotnya sih emg :haha:
    Yg pingin saya tulis itu di bab 1. Ini prolog hnya apa namanya kek ngeset cerita untk bab 1 nnti. Jadi ya emang patah2 karena sya id males nulis di pertengahn cerita dan pingin lgsg ke hasilnya emg :swt:
    Mgkin diperbaiki lg nnti.
    Thanks udh baca modsan :lalala:

    -The Roci was a good ship. State of the art.
     
    • For The Win For The Win x 1
  7. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    ini kelas apaan boleh bawa binokular :lol:

    banyak repetisi kata "ku" ato "aku" yang bikin kurang enak. Sisanya sih masi belum tau ini ceritanya dibawa kemana. so far menarik, kalo dibuat ternyata pelaku bom itu adalah vampir dan di ujung2nya muncul adegan bacok2an antara manusia vs vampir :blink:

    okelah lanjut :top:
     
    • Like Like x 1
  8. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    banyak ya emang :lol::lol: emang sih. blum di edit :swt:
    ya ada rencana pingin ada makhlk2 vampir gitu :lol:
     
  9. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    BAB I : Vial of Magic?

    Satu tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Aku yang telah lulus kini mulai memasuki sekolah SMA yang baru. Meskipun perasaanku telah membaik, namun tetap saja rumah yang hanya diisi oleh diriku seorang terlihat asing dan terasa hampa. Kadang-kadang juga aku masih teringat kakek atau membuat makanan dua porsi saat makan malam. Parahnya lagi, jika tengah malam aku sering melihat kakek yang duduk di sofa kesayangannya.

    Karena itu, saat tahun pertama, aku mendaftar di asrama SMA di kota Ragwort ini. Meskipun asrama itu hanya diperuntukkan untuk siswa yang dari luar kota Ragwort, namun atas bantuan Mayor, aku berhasil masuk ke asrama itu juga.

    Malamnya aku mulai mengemas apa yang aku butuhkan. Pakaian oke, segala macam akhirnya beres. Barang dan perabotan rumah tetap aku tinggalkan di rumah. Saat itulah terlintas dalam pikiranku untuk melihat kamar kakek untuk terakhir kalinya. Sejak kakek meninggal, aku tidak pernah memasuki kamar itu lagi.

    Aku membuka kamar itu perlahan. Tidak dikunci ternyata. Ruang kamar kakek kebanyakan diisi oleh buku-buku tebal sesuai profesi pekerjaannya. Aku melihat ke deretan buku tersebut. Kebanyakan buku ramuan tingkat tinggi yang aku belum mengerti dan berpotensi tinggi gagalnya.

    Akhirnya aku menyerah dan memeriksa tempat lain. Selain deretan rak-rak buku, terdapat juga meja kerja kakek. Aku sering melihat kakek duduk di situ. Kadang-kadang dia tertawa sendiri, atau mengetuk kepalanya di meja, hingga tidur disitu. Aku tersenyum sendiri mengenang mendiang.

    Anehnya, di meja kakek sekarang tidak terdapat buku sama sekali. Tidak, ada satu buku. Hanya ada satu buku. Selain satu buku tersebut, tidak ada satu barangpun di meja kakek. Insting penasaranku pun muncul.

    Segera aku mengambil buku tersebut dan mengunci kamar kakek tersebut sambil memikirkan rahasia apa yang tertulis di buku tersebut.

    ===​

    Hari berikutnya, aku telah pindah ke kamar di asrama yang khusus untuk kaum perempuan saja ini. Kamarku lumayan besar, terdapat jendela yang menghadap keluar. Di balik tirai tersembunyi pohon sakura yang bunganya tertiup angin jatuh di lantai kamarku.

    Setelah membereskan semua barang, aku keluar kamar untuk menyapa penghuni asrama lain dan berkenalan diri. Tidak ada siapapun yang aku temui sayangnya. Karena bosan, aku duduk sendiri di ruang tamu asrama tersebut.

    Tidak ada siapapun. Aku sendirian lagi. Hah, aku menarik nafas lagi. Aku baru ingat bahwa tidak ada penjaga asrama katanya. Atau jangan-jangan hanya aku saja yang menempati asrama ini.

    Tidak mungkin. Aku membuang pikiran itu. Ah ya, karena ini masih liburan, maka kebanyakan siswa luar kota sedang pulang. Tentu saja. Aku meyakinkan diriku. Setelah sekolah mulai, pasti asrama ini bakalan ramai tentu saja.

    Saat itu, aku teringat buku peninggalan kakek kemarin. Setelah kembali ke kamar dan mencari-cari lagi buku itu tersebut, akhirnya ketemu juga. Aku kembali ke ruang tamu dan meneliti buku tersebut.

    Magnoriate Ratatta.

    Terdapat ukiran huruf di depan cover buku. Selain itu, tidak ada tulisan lain lagi. Aku membaca sekali lagi judul buku tersebut. Seperti sebuah mantra sihir.

    Selain judul, ukuran bukunya tidak terlalu besar, namun lumayan tebal. Cover bukunya yang lumayan rusak membuatku berpikir buku ini sering dibawa oleh kakek. Satu lagi, buku ini tidak terlihat seperti buku pengetahuan biasa. Jadi kemungkinan buku ini adalah kumpulan diari penelitian kakek, kesimpulanku.

    Setelah puas meneliti tiap inci buku tersebut, akhirnya tibalah saatnya untuk melihat isi dari buku diari kakek ini.

    Perlahan aku membuka buku tersebut, dan disaat yang bersamaan jatuh satu buah kunci dari buku yang aku buka.

    Kunci misterius dalam buku misterius, hah?

    ===​
     
    • Like Like x 1
    • Setuju Setuju x 1
    Last edited: Jan 7, 2016
  10. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    humm, humm, masih belum jelas ceritanya :???:

    kirain mau dibikin horror kalo si mc nya liat kakenya di ruang tamu, dan kakeknya itu vampire :lol:

    magic? pindah ke asrama kosong? teroris? vampire?

    ah okelah lanjut dulu aja :nikmat:
     
    • Like Like x 1
  11. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,168 / -58
    Hmm, blum jelas ceritanya mau kemana :bloon:

    Nyimak dulu deh :bloon:

    Simpan dulu amunisi buat summon merp :nikmat:
     
    • Like Like x 1
  12. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Pace prolog e cepet , nuansa tegang terasa

    Chapter 1
    Pendek.....

    Scara umum
    Ya bgitulah msih asal. Membangun tensi dilakukan dgn baik.
     
    • Like Like x 1
  13. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    thanks giandesan :sembah:
    chapter 1 baru part 1 it, masih ada part2nya. asal emang sih, blum di edit :swt:
     
  14. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    hmm....ceritanya udah mayan tau gw arahnya kemana, pembawaannya jadi menarik juga :bloon:

    looking forward to the next part.

    btw ini gw kena mindfuck berapa kali, pertama gara2 ini sama2 ragwort, trus ini mc nya cewek toh :???:
     
  15. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    Vial of Magic?
    Hailey hanya memikirkan satu tempat saat melihat kunci tersebut. Tempat tersebut adalah gudang kerja kakeknya yang berada di balik bukit kecil kota Ragwort. Tidak banyak orang yang tahu tentang tempat tersebut karena jauh dari kota, dan biasanya pelanggan kakek mengunjungi rumahnya jika meminta pesanan. Kakeknya pernah membawanya sekali kesana, seingatnya. Namun Hailey tidak mengingatnya dengan jelas lagi.

    Terdorong oleh perasaan nostalgia atau hanya sebuah rasa penasaran saja, Hailey berniat untuk mengunjungi gudang kakeknya. Mungkin saja disana ada stok bahan atau ramuan yang berguna untuk dirinya, pikir Hailey.

    Untuk menemukan lokasi tempat tersebut, Hailey bertamu ke rumah Mayor malamnya. Dia disambut oleh senyuman manis ibu Mavi dan langsung mengantarnya ke ruang kerja suaminya.

    Hailey yang berada di depan pintu tersebut mulai deg-degan gugup. Setelah mengucap satu hingga tiga dia membuka pintu tersebut. Mayor yang terlihat terperangkap dalam tumpukan buku dan kertas di atas mejanya tidak terlihat wajahnya. Setelah Hailey menyapanya, barulah keliatan sebuah sosok hidup disana.

    "Oh, Hailey. Masuk, masuk," katanya dengan ramah. Wajahnya terlihat lebih tua dari saat sebelumnya mereka bertemu. Rambutnya mulai lebih banyak putih ketimbang hitamnya hingga wajah lesunya Hailey tidak bisa deskripsikan dengan baik akibat penerangan yang suram di ruangan tersebut.

    "Gudang kakekmu ya? Ah, yang itu ya? Saya ingat. Tidak bisa dipercaya loh itu bangunan. Jauh, sungguh jauh. Saatku tanya kenapa kau kerja ditempat sejauh ini, dia bilang, kamu tidak mau ada ledakan di kota kan, katanya."

    Meskipun terlihat tua, namun memorinya masih kuat. Dan kemampuan menggambarnya juga lihai, pikir Hailey sambil melihat peta yang digambar oleh Mayor.

    Setelah mengobrol sebentar tentang sekolah atau asramanya, Hailey mengucapkan terimakasih dan menyelipkan peta tersebut ke buku tua kakeknya yang terus dia bawa kemana saja sekarang.

    Saat tiba di asrama, Hailey menemukan penghuni asrama lain yang terlihat baru pulang. Ada satu yang dengan terengah-engah mengangkat koper besarnya menaiki tangga, ada yang sedang duduk santai di ruang tamu dan satu lagi yang melihatnya saat membuka pintu besar asrama.

    "Anak baru?" tanyanya. "Ah tentu saja. Tentu saja. Pintu asrama yang tidak terkunci. Noda merah di lantai ruang tamu yang terlihat baru. Gorden yang tidak tertutup, seingatku aku menutupnya saat pulang. Selanjutnya bau, ya bau yang tidakku kenal ini. Semuanya terjelaskan oleh identitas dirimu. Kamulah pelakunya," katanya sambil mengangguk-angguk bangga seperti mengagumi kata-katanya sendiri.

    Saat Hailey ingin buka bicara, perempuan tersebut segera berlalu pergi dan mengaggapnya seperti angin lalu.

    "Namanya Relik. Aku Weeks. Dan yang sedang mengangkat koper itu Jiangshi," sambung suara perempuan satu lagi yang sedang santai duduk di ruang tamu. "Salam kenal."

    Hailey kemudian menyapanya dan memperkenalkan dirinya juga sambil duduk di ruang tamu juga tersebut. Agendanya yang ingin berkenalan dengan penghuni asrama tersebutpun kita terpenuhi.

    "Hai-Lei ya? Oke. Aku susah mengingat nama seseorang. Perlu seminggu atau sebulan biasanya jadi jika kau ketemu aku jangan tersinggung kalau aku lupa ya? Ah, si Relik itu jangan dihiraukan juga. Dia memang seperti itu. Seperti waktu atau gelombang hidupnya tidak sama dengan dirimu. Katanya waktu di pikirannya berjalan lebih cepat. Aku sih tidak mempercayainya. Karena itu susah untuk mengajaknya berbicara dua arah seperti ini. Aku juga ada masalah namun masih belum kritis. Btw, kamu darimana?" tanya Weeks.

    Nice, selain punya masalah dengan ingatannya, dia juga salah mengeja namaku, pikir Hailey.


    "Dari Ragwort sendiri. Aku punya masalah pribadi sehingga diperbolehkan menginap disini," kataku menjelaskan kepada Weeks.

    "Hoh, aku terkejut. Aku sudah yakin kamu berasal dari Berlium, mereka punya rambut perak yang luar biasa sepertimu juga. Katanya dulu mereka masih berambut hitam, tapi karena, ah aku lupa, Jiangshi pernah menceritakanku itu cerita. Btw, aku dari Kota Veratrum. Kamu pernah kesana?"

    Aku belum pernah kemanapun selain Ragwort, jawab Hailey.

    "Ah, membosankan. Kamu naik kereta selama 12 jam dan tibalah ke kota itu. Nanti aku ajak jika kamu mau. Oh iya, lupa. Ini sebagai buah mata. Abangku seorang alkemis yang lumayan handal dalam membuat ini. Ini gratis, jika kamu mau lagi, harus bayar tapi," katanya sambil menyelipkan sebuah botol ramuan kecil di sakuku saat dia berdiri.

    "Selamat malam. Besok debut sekolahmu bukan? Semangat," katanya sambil meninggalkan Hailey.

    Hailey segera menuju ke kamarnya juga sepuluh menit kemudian. Jiangshi dan Relik tidak terlihat keluar dari kamar mereka, mungkin mereka terlalu lelah akibat perjalanan pulang.

    Di dalam kamarnya, Hailey mengambil ramuan yang diberikan Weeks kepadanya. Tidak ada label dibotolnya meskipun jika dilihat dari warna hingga kekentalannya, Hailey bisa menebak itu adalah hasil destilasi darah goblin.

    Barang favorit kelimanya.

    Dia menyiapkan lilin besar dan menaruh panci kecil diatas api. Setelah menuangkan sedikit cairan hijau kental tersebut ke panci, muncul asap dari cairan tersebut. Seperti kata Weeks, kakaknya sepertinya handal membuat ramuan seperti ini. Waktu menguapnya cairan tersebut tidak lama, suhu yang diperlukan untuk menguapkan cairan juga tidak tinggi, dan yang lebih pentingnya lagi asap yang diproduksi dari sedikit cairan tersebut sangat banyak. Hailey masih belum selevel dalam membuat ramuan seperti ini. Dan sejauh yang Hailey tahu, tidak banyak yang bisa membuat ramuan seefektif ini.

    Tiba-tiba matanya kehilangan fokus, otaknya tidak bisa berpikir. Damn, dia lupa menutup hidungnya. Asap yang kini telah menggenangi seluruh kamarnya mulai terlihat seperti kabut yang membawanya ke tanah entah kemana. Dan lima detik kemudian, Hailey hilang kesadaran dan ambruk. Dia berharap kepalanya atau bagian tubuhnya yang mendarat ke lantai tidak mengalami patah apapun.
     
    • Setuju Setuju x 1
  16. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    hmm...perkembangannya...ada mayan banyak konsep baru di cerita fantasy macam gini

    rada ngegantung juga sih di partnya. moga2 yg bolong2 bisa dikelarin di part2 selanjutnya.
     
    • Like Like x 1
  17. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    Vial of Magic?
    "Kerja bagus, Hailey. Terlambat 1 jam lebih di hari pertamamu," ketus seorang perempuan saat Hailey membuka pintu menuju ruangan yang menjadi kelasnya. Ruangan tersebut lumayan besar dan menyerupai aula dengan meja panjang melingkar dan makin ke belakang menumpuk keatas. Meja tersebut berisi limapuluhan teman kelasnya yang menatapnya dengan tatapan 'kamu telah mampus'.

    Hailey tidak mendengar kata satir yang dilemparkan oleh si perempuan. Bukan secara metafor, secara literal sungguh. Tidak mendengar karena dia merasa masuk ke film bisu dimana suara telah lenyap dari dunianya. Dan seperti menggantikan suara perempuan itu, terdapat kata-kata yang mengampung diatas kepala perempuan tersebut seperti gelembung sabun. Dan kata tersebut adalah ucapan dari perempuan yang diasumsikan oleh Hailey adalah gurunya.

    Dan kemudian kata-kata tersebut meletus seperti gelembung sabun yang tidak bertahan lama dan digantikan oleh kalimat 'Cepat duduk'.

    Hailey bergerak duduk paling belakang karena hanya disana yang kosong. Matanya menatap kosong tumpukan kata-kata gurunya. Pikirannya masih belum fokus dikarenakan efek dari obat yang tidak sengaja dia gunakan masih berada di dalam sistem tubuhnya.

    "Haaa, kamu memakainya malam tadi?" teriak Weeks kepadanya saat jam istirahat telah tiba. Hailey tidak menyangka bertemu mereka di kantin saat dia ingin membeli roti. Disamping Weeks ada Relik, Jiangshi duduk disampingnya. Ternyata mereka tetap dalam grup ini juga di sekolah, pikir Hailey.

    "Hmm, pantas saja sosok dirimu tidak muncul pagi tadi saat sarapan. Jiangshi sudah khawatir dirimu terlambat dan berniat mendobrak pintu kamarmu loh. Tapi aku bilang kamu telah duluan berangkat. Tidak kusangka tebakanku salah," kata Relik menyambung. Entahkenapa kalimatnya lebih kepada analisis dirinya yang salah menebak daripada mengkhawatirkan Hailey.

    Jiangshi yang berada disampingnya hanya mengangguk. Dari kemarin Hailey tidak pernah mendengar suaranya. Dia mulai menduga Jiangshi bisu.

    "Minum ini," kata Weeks sambil mengambil satu gelas air yang berada di depan Relik. Sambil mengorek tasnya, dia mengeluarkan satu bungkus serbuk putih. Garam, katanya sambil mencampurkan ke air tersebut.

    "Melancarkan peredaran darahmu dan membuat sisa ramuannya keluar," sambungnya. Setelah beberapa menit Hailey meminum air tersebut, dia segera berlari menuju ke toilet.

    Saat dia kembali ke Weeks, suara berisik kantin mulai terdengar di telinganya. Untuk beberapa detik, dia merindukan dunia bisunya.

    "Bagaimana?" suara Weeks mulai terdengar oleh Hailey.

    "Membaik," jawabnya. "Weeks, terimakasih," dia memanggil Weeks dengan biasa meskipun mereka adalah kakak kelasnya karena Weeks menyuruhnya begitu.

    "No problem," katanya.

    "Oh iya, kamu punya waktu setelah pulang sekolah? Kita mau kesuatu tempat, mau ikut?" sambung Relik.

    Hailey menolak dengan halus. Dia telah berencana untuk pergi ke gudang kakeknya setelah pulang sekolah. Dan jam istirahatpun selesai.

    Setelah pulang sekolah, Hailey langsung menuju ke gudang kakeknya. Secarik kertas berada di tangan kanannya sebagai panduan. Setelah tersesat beberapa lama, akhirnya dia berada di jalan yang benar juga. Gudang kakeknya, atau bisa dibilang tempat kerja kakeknya seperti yang diduganya jauh dari perkotaan dan berada di tempat terpencil dibalik bukit. Hailey sendiri tidak bisa melihat atap atau rumah orangpun saat dia memandang ke arah kota.

    Dia sekarang berdiri di depan pintu gubuk tersebut. Jika dideskripsikan rumah tersebut terdiri dari satu pintu dan satu jendela. Pintunya terbuat dari kayu yang tebal. Di depan rumah terdapat satu buah pohon yang tidak memiliki daun sama sekali.

    Hailey mengambil kunci dari buku kakeknya. Dengan deg-degan dia memasukkan kunci tersebut ke lubang kunci yang ada di depan pintunya.

    Lumayan pas. Pertanda baik.

    Dan dengan hati-hati dia memutar kunci tersebut ke kiri.

    Klik. Klik.

    Pintu di depan mata Hailey terbuka. Dia memasukinya segera karena dingin telah menggigitnya dari tadi.

    Benda pertama yang dilihat oleh Hailey adalah jas panjang putih kakeknya. Dia sering melihat kakeknya memakai pakaian tersebut. Setelah kepergian kakeknya, Hailey selalu bertanya kemana perginya pakaian tersebut. Tidak dia sangka berada disini.

    Aku coba, pikir Hailey sambil memasukkan tangan kanannya ke lengan baju tersebut. Lumayan pas. Setelah memakainya, dia jadi merasa tidak ingin melepaskan.

    Gubuk tersebut dibagi atas dua ruang. Ruang kerja yang berisi alat membuat ramuan. Hailey memastikan semuanya masih berfungsi karena dia kemungkinan besar akan memakainya. Dan ruang penyimpanan bahan ramuan, tempat diman kaki kodok, akar mistletoe, hingga sisa slime.

    Tidak ada yang berharga, pikir Hailey hingga membentur satu rak yang hanya berisi satu botol vial besar.

    Dia mengambilnya dan membawanya ke ruang kerja karena pencahayaan di ruang bahan parah dan tidak bisa diandalkan.

    Dia meneliti botol besar tersebut. Termasuk besar dan aneh ukurannya karena terlalu besar dan sejauh matanya melihat dia tidak melihat apapun yang berada di dalam botol tersebut.

    Kosong. Kosong melompong. Mungkin adalah kata yang tepat.

    Dia melihat lagi ke botol tersebut dengan lebih teliti. Ada tanda pengingat yang tertempel di botol tersebut.

    Contagion.

    Apapun yang ada di dalam botol ini, pasti tidak bagus, pikir Hailey.
    [​IMG]

    --

    selesai jg bab 1nya :swt:
     
    • Setuju Setuju x 1
  18. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    pretty nice closing, sekarang penasaran juga apa yg bakal ada di bab2 berikutnya.

    tapi gw ngerasa pattern ceritanya lebih ke tiap sub bab ngereveal misteri tapi gw gk terlalu ngeliat penyelesaiannya gimana. kayak pas sebelumnya ada mention magnoriate ratata trus di part berikutnya seperti diignore, trus cairan darah goblin nya juga gk dikasih penjelasan lebih lanjut itu buat apa dan kenapa itu temennya ngasih begituan ke dia :???:

    just my two cents though, klo kebanyakan reveal gitu mungkin bakal kelabakan pas mau ngerantai semua loose ends nya.
     
    • Like Like x 1
  19. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    thanks dah baca modsan :sayangku:
    untuk pertanyaannya, sbnarnya buat ngebangun dunia, ee kek lbh ke bkin ramuannya ketimbang magic biasanya. klo soal ngga dijellasin bukunya mw ditahap2in sih sbnarnya tentang isinya, jd ttg kunci ini dulu terus yg lain supaya berurutan. buat darah goblinna mgkn ngga dijelasin dicerita kyknya. :swt: sbnarnya efeknya kek magic kokain, cairin yg bsa bikin melayang2 hal sbnrnya. efeknya tergantung tiap penggunanya. temennya ngasih begituan buat jualan :lol:

    thanks :lalala:
     
    • Setuju Setuju x 1
  20. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    damn ternyata temen'e pengedar, thug lyfe sekali ini :lol: :top:
     
  21. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    Bab 2: Sleeping Rosa.
    Hailey kembali ke ruang kerja kakeknya. Botol yang menahan ketertarikannya untuk beberapa menit kini bertengger di sudut kiri meja besar di ruangan tersebut.

    "Hmm, petualangan kita akhiri disini dulu sepertinya," katanya sambil memasukkan botol kosong tersebut ke tasnya dan kemudian berjalan keluar menuju pintu.

    Untuk sekali lagi dia melemparkan pandangan ke seluruh ruangan seakan tidak ingin melewatkan sesuatu yang penting dan kemudian mengunci pintu gubuk tersebut.

    Setelah berada diluar, Hailey baru menyadari langit telah berubah menjadi orange menandakan hari telah sore dan malam menjelang tanpa dia sadari.

    Deretan pepohonan hijau rindang yang dilewatinya tadi kini terlihat mengintimidasi dengan kegelapan diantara celah pohonnya.

    Sesampainya di kota, Hailey baru menyadari kakinya lecet, nafasnya terburu-buru, dan wajahnya telah berpeluh keringat. Sepertinya dia sekuat tenaga lari dari gubuk sana karena ketakutan. Paling tidak, dia telah tiba di kota. Langit telah gelap dan penduduk kota menyalakan cahaya.

    'Hah, aku ingin mandi,' pikirnya setiap langkah mendekati asrama.

    Tiba di asrama, dia tidak menemukan siapa-siapa.

    'Tiga sepatu sekolah tidak ada di tempat sepatu' membuat Hailey berpikir kakak kelasnya belum kembali ke asrama dari sekolah tadi.

    'Ah, kalau tidak salah mereka pergi ke suatu tempat dan mengundangku tadi,' pikir Hailey. Dalam hatinya, dia penasaran kemana hilang kakak kelasnya.

    Paling tidak, kamar mandi untuknya sendiri.

    Setelah puas mandi, Hailey melempar tubuhnya ke ranjang dan tidak cukup satu menit matanya telah tertutup rapat menuju ke dunia mimpi.

    ===
    Paginya, Hailey membuka mata dan menyadari dia terlambat bangun untuk kedua kalinya. Hasrat untuk ke sekolah pun hilang saat dia menyadari dia telah terlambat hampir 3 jam. Saat dia keluar kamar, asrama pun terlihat kosong. Dalam pikirannya, bolos pun telah masuk akal.

    Hailey merebahkan badannya lagi ke ranjang.

    'Hah, apa yang diriku lakukan sebenarnya?'
    Untuk apa dia repot-repot mengunjungi gubuk kakeknya, untuk apa dia repot-repot penasaran dengan buku kakeknya, untuk apa sebenarnya?

    Apa aku ingin percaya bahwa kematian kakek adalah hal yang aneh? Tentu saja aneh. Kejadian satu tahun yang lalu dan tidak ada satu orangpun tersangka yang ditemukan?

    Dalam hatinya sendiri, dia malah mengakui bahwa kakeknya adalah salah satu dari sekian orang yang bisa membuat ramuan ledakan sebesar itu. Apalagi mayat kakeknya tidak pernah ditemukan? Hal aneh lagi. Paling tidak, dia akan percaya jika kepala kakeknya tertinggal disana. Nyatanya tidak.

    Mungkin begitu. Ya, jika kakek adalah pelakunya mungkin dia masih hidup diluar sana, entah dimana. Dan petunjuk termungkin untuk menemukan kebenaran adalah buku dan botol yang dia temukan.


    'Hah...., baiklah. Daripada tidak ada yang dikerjakan," kata Hailey sambil mengambil buku kakeknya.

    Dia membolak-balik buku tersebut. Kertas demi kertas. Dia mulai mengingat satu per satu langkah sesuai urutan.

    Malam itu, saat dia membuka buku tersebut, kunci keluar dari buku ini. Dan kemudian, saat dia menyadarinya, buku tersebut hanyalah berisi kertas kosong tanpa tulisan.

    Jika ini adalah buku jurnal penelitian kakeknya dan sejenisnya, semuanya masuk akal. Hailey pernah mendengar bahwa agar penelitian yang dilakukan seorang alkemis tidak bocor, biasanya mereka menggunakan teknis koding atau menghilangkan tulisan dari buku. Sayangnya, trik ini bisa dilakukan dengan berbagai cara dan tidak ada gunanya mencoba satu-satu tanpa arah.

    Karena itu, perhatian Hailey terarah pada kunci. Jika kunci tersebut keluar dari buku, maka 'kunci' untuk membaca buku 'kosong' ini adalah dari kunci ini sendiri.

    Kunci yang dia temukan adalah kunci gubuk kakeknya. Dan apa yang dia temukan disana? Tidak ada yang mengganjal pikirannya, kecuali....

    'Botol kosong'.

    Buku kosong dan botol kosong. Kebetulan?

    Kunci untuk membaca buku kakeknya pun berakhir pada botol kosong yang dia temui. Bukti yang dia kumpulkan tidak pasti, paling tidak dia percaya teorinya benar.

    Oke, botol kosong.

    Atau mungkin botol yang 'terlihat' kosong.

    Hailey belum berani untuk membuka tutup botol tersebut. Mungkin saja, dalam botol ini gas berbahaya (karena tulisan contagion) bisa celaka dia.

    'Haaaah~,' Hailey menarik nafasnya.

    Dipikirkan juga tidak akan selesai karena pengetahuannya masih kurang.

    Mungkin dia bisa pergi ke perpustakaan atau ke toko ramuan untuk bertanya tentang ini.

    Pikirnya sambil mengambil tasnya dan keluar dari asrama.

    ===​

    637 kata.

    weh, satu bulan baru update :lol:
     
    • Like Like x 1
    • Setuju Setuju x 1
    Last edited: Feb 27, 2016
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.