1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

La pazienza è la virtù dei forti

Discussion in 'Dear Diary' started by ___Renata___, Dec 1, 2017.

  1. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :terharu:
    That place was our little slice of paradise. A place where we used to share many things with each other.

    Those sweet, unforgettable moments would never have happened if I hadn't gotten involved with you, Handsome Bastard.

    :malu1:
    Honestly, I didn't quite catch what you said at first, but then I knew exactly what you were trying to do.


    You made me familiar with the meaning sorrow for a closed chapter in life. You told me to let my thoughts naturally flow

    at their own pace. Your words reminded me of my past, when my life was as easy as it would ever be.



    :dingin:
    :haha:
    I still remember when I had to overcome my fear. You laughed at how insane what I just pulled off was.
    That was one of the most dangerous things I've ever done. One of the most important parts of the lesson I had to learn.

    So insanely memorable.
    If it hadn't been for you, I wouldn't have experienced those wildly thrilling things.



    :mandi:
    We didn't know what we'd really been through but obviously, things went better than we expected. One of my sisters said
    I owed you. She was right. It's very important to pay my debts. No matter how distasteful it might be.


    Nowadays, our little slice of paradise looks mostly the same as it did the last time we were there. Nothing has changed.

     
    • Like Like x 1
    Last edited: Jan 16, 2023
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Nggak biasa-biasanya, si Revi bertanya kepadaku perihal Filipino music. Setahu aku, dia itu 'kan
    "anak Trip Hop", yaitu tipe orang yang cenderung hanya menyukai genre musik Trip Hop (bukan genre
    Hip Hop ya, tapi Trip Hop) dan band-band macam Massive Attack atau Sneaker Pimps 'gitu lah.

    Eh, tiba-tiba dia bertanya soal Kamikazee, band yang secara genre sangat berbeda 180 derajat.




    :matabelo:
    Hingga saat ini, aku merasakan, sepertinya nggak banyak orang Indonesia yang familiar dengan

    para penyanyi ataupun band dari negeri leluhur Mama-ku. Kalau ngomongin Filipino music, lagu-lagu dan
    artis-artisnya, paling juga nggak akan jauh-jauh dari Jose Mari Chan ataupun Regine Velasquez.

    Pada masa lalu, generasi Oma-Opa kita mungkin sering mendengarkan lagu dari Freddie Aguilar

    yang berjudul "Anak", yang pernah sangat populer di Indonesia saat itu. Sedangkan, generasi Om-Tante
    dekade '90-an di Indonesia, mungkin pernah mendengar "Ang Huling El Bimbo" dari Eraserheads.


    Ketika itu, ANTEVE (yang masih bekerja sama dengan MTV) sering menyiarkan video clip lagu

    tersebut, di sela-sela musik Barat dan musik Indonesia. Sayangnya, sangatlah susah untuk mendapatkan
    album-album Filipino di sini. Termasuk album band Kamikazee yang ditanyakan si Revi itu padaku.

    Si Revi bilang, dia tertarik pada Kamikazee, band alternative dari Filipina itu, setelah dia menonton

    music video berjudul "Halik". Track pertama dari album Romantico, yang merupakan album ke-4 mereka.
    Sebetulnya, video itu bagian dari trilogi, masih ada lanjutannya, "Tagpuan" dan "Huling Sayaw".


    Karena Kamikazee adalah band beraliran keras, tentu nggak semua orang akan bisa menikmati musiknya.


    :blink::malu1:
    Si Revi bertanya padaku, "Kamu tau nggak, siapa perempuan yang menjadi model video klip itu?

    Menurutku, dia mirip banget dengan kakakmu." Heeiiiyyaahh... ternyata eh ternyata, ketertarikan si Revi

    sebenarnya sih, bukanlah pada band tersebut, melainkan lebih kepada si model video clip-nya.



    Karena dia penasaran, dan juga karena kebetulan aku mengetahui jawaban dari pertanyaannya,

    maka aku pun tak keberatan menjawabnya. Si Mbak dalam ketiga music video itu adalah Katherine Abad,
    atau lebih populer dengan panggilan Kaye Abad. Dia adalah aktris film serta "sinetron" di Filipina.


    Nama "Kaye" jangan dilafalkan letterlijk atau secara harfiah, ya. Nama "Kaye" atau "Kay" adalah

    diminutive name atau panggilan sayang dari nama "Katherine". Sebagaimana "Steven" menjadi "Stevie",
    "Marjorie" menjadi "Peggy", "Pieter" menjadi "Piet", "Suzanna" menjadi "Suzie", dan sebagainya.


    Kembali lagi ke Kaye Abad. Ada hal yang menarik dari ketiga video clips tersebut. Jay Contreras,

    vokalis Kamikazee, adalah suami dari Sarah Jane Abad. Dan Si Mbak Sarah itu adalah adik kandung dari
    Kaye Abad. Dalam ketiga video Kamikazee itu, ada pula Guji Lorenzana, seorang aktor Filipina.

    Nah, Pemirsa, si Guji Lorenzana pada beberapa tahun lalu, pernah menjalin kisah kasih dengan

    Mbak Kaye Abad. Namun, cerita cinta mereka, dengan terpaksa harus terhenti di tengah jalan. Hal itu
    ditengarai sampai "menorehkan sejumlah luka di hati yang amat mendalam" bagi Guji Lorenzana.


    :hihi:
    Selain dengan Lorenzana, Kaye Abad pun pernah berkasih rames mesra dengan Alfonso Miranda,

    atau lebih dikenal sebagai Chito Miranda, vokalis Parokya ni Edgar, sebuah band alternative yang sangat
    populer di Filipina. Bagaimanakah kisah mereka? Nah, nantikanlah di program kesayangan anda ini.



    :ehem:
    Terkait komentar Revi yang bilang bahwa sang model video klip Kamikazee tersebut (Kaye Abad)

    secara fisik memiliki sejumlah kemiripan dengan kakak perempuanku (tepatnya, kakakku yang ke-3), aku
    tak akan membantahnya. Dari dulu, si Bloody Handsome juga sudah pernah berkomentar senada.

    Aku bilang sih, nggak aneh jika perempuan Filipina punya kemiripan dengan perempuan Indonesia.

    Pada dasarnya, orang Indonesia masih serumpun dengan orang Filipina. Kosakata dari bahasa Tagalog
    banyak yang terasa mirip dengan kosakata bahasa Indonesia dan bahkan, kosakata bahasa Jawa.

    :piso:
    BTW, kakakku itu 'dah ada yang punya. Insya Allah, dia akan segera menikah. Sehingga, tertutup

    segala peluang bagi Revi, andaikata dia berminat untuk berkenalan lebih lanjut dengan kakakku tersebut.



    :yahoo:
    Bagaimanapun, sekadar "mirip secara fisik", bukanlah berarti akan mirip pula dalam hal-hal lainnya.

    Kaye Abad pastilah mempunyai pola pikir, keyakinan, jalan hidup, garis takdir, nasib, jodoh, dan sejumlah
    hal fundamental yang tentunya akan sangat-sangat-sangat berbeda dengan kakak perempuanku.


     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jul 18, 2019
  4. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Sebagian orang yang belum begitu mengenalku (terutama, mereka yang mempunyai religiositas dan moralitas tinggi),
    pada awalnya, cenderung mengira bahwa aku adalah perempuan dari golongan "the so-called liberals".


    :hihi:
    Tapi kemudian, lambat laun, orang-orang tersebut melihat sejumlah kenyataan yang ada dalam diriku.

    I have never drunk alcohol. I have never tried smoking. I have never done drugs. And I abstain from premarital séx.

    Kalau di sejumlah negara asing, "total abstinence principle" seperti itu cenderung hanya akan dimaknai

    dari "perspektif kesehatan" aja. Lain halnya di Indonesia tercinta. Ketika mereka tahu bahwa aku memegang prinsip
    tersebut, maka secara naluriah, mereka pun mulai berpikir bahwa aku adalah "perempuan konservatif".



    :XD:
    Eh, ironisnya, teman-temanku yang "konservatif beneran", justru menganggap aku masih terlihat liberal.

    Ditambah lagi, mereka yang mengetahui rekam jejak kehidupanku. Aku udah mulai kenal "pacaran" sejak masih SMP.

    Namun, pola pacaran yang pernah kujalani bukan pola pacaran yang bikin pasanganku "menang banyak".

    :yahoo:
    As God is my witness, tak pernah ada aktivitas sesat dalam bentuk apa pun yang telah membuat kesucianku ternoda.
    Insya Allah, pria yang beruntung menikahiku kelak, tak akan mendapati aku sebagai "produk bekas pakai".

    Kakak-kakakku, semuanya perempuan dan mereka sering bilang, "Menjadi perempuan 'tuh, mesti 'pinter'

    dan nggak murahan. Satu-satunya pria yang bisa 'menyentuh' kamu, hanyalah pria yang bersedia mengikuti prosedur
    resmi. Melamar secara baik-baik, melakukan akad nikah... dan bertanggung jawab penuh sebagai suami."


    :keringat:
    Terus terang aja, kadang, aku merasa sebel banget dengan segala macam kecerewetan yang tiada henti
    dipertunjukkan oleh kakak-kakakku tercinta itu. Sebagai anak bungsu, aku sempat beranggapan bahwa ruang gerakku

    sangat dibatasi oleh mereka. Aku nggak boleh ini-lah, nggak boleh itu-lah. Aku 'kan bukan anak kecil lagi?

    :terharu:
    Tetapi, secara objektif, aku juga melihat, mereka semua adalah kakak-kakak yang baik. Mereka protektif,

    semata-mata karena mereka menyayangiku dan tak ingin jika aku mengalami "tragedi" apa pun di dalam kehidupanku.
    Oleh sebab itulah, perlahan, aku pun berusa-ha-ha-ha memahami kecerewetan mereka dan mematuhinya.



    I have never considered myself "a shalihah woman" nor have I ever been considered "a shalihah woman".

    :lulus:
    But no matter how imperfect my appearance is, I'm still a Muslimah. Never in my life have I been against my religion.
    And I'm not against "the concept of decency". I totally agree that we should dress properly with dignity.


    Hari Kamis kemarin, aku ditugaskan untuk mendampingi si Mila ke sebuah proyek, dan sekaligus mengurus

    segala sesuatunya, sebelum dia secara resmi "memegang" proyek tersebut. Kesempatan itu pun aku gunakan untuk
    mencoba belajar berhijab. Selama ini, caraku berbusana masih belum mencerminkan Muslimah yang ideal.


    :yareyare:
    Lah, kalau sekadar untuk belajar berhijab, kenapa juga baru aku lakukan ketika ditugaskan bersama Mila?


    Sebetulnya, nggak ada alasan yang spesifik. Aku cuma cenderung merasa lebih nyaman aja jika aku belajar
    berhijab di lingkungan yang 100% baru bagiku. Proyek konstruksi tersebut bukan proyek yang kupegang selama ini.


    Di sana (setahuku), tiada seorang pun yang mengenaliku. Jadi, dalam pikiranku, Insya Allah, tak akan ada

    yang bereaksi atau berkomentar aneh-aneh, hanya karena melihat aku berhijab. Bukannya aku nggak percaya diri,
    tetapi akan lebih baik apabila aku "melakukan proses pembelajaran dan perbaikan diri, di dalam kesunyian".



    Seperti biasanya, si Mila sangat-sangat-sangat bersyukur melihatku berhijab, betapa pun berhijabnya aku,

    masihlah dalam taraf belajar aja. Dia adalah teman yang baik bagiku. Meskipun kadar religiositasnya jauh lebih tinggi
    dibandingkan diriku, tapi dia memaklumi jikalau aku belum sepenuhnya sanggup konsisten di dalam berhijab.

    :nangis:
    Ada para hamba-Nya yang langsung mampu mendatangi-Nya dengan "berlari", tapi ada pula hamba-Nya

    seperti aku ini yang baru bisa mendatangi-Nya dengan "berjalan perlahan". Kemampuan tiap hamba tidaklah sama.



    Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar, tak terkendala apa pun. Kecuali, ada "insiden kecil" di ruang briefing
    ketika Pak X (seorang pria yang usianya ± pertengahan 30-an, senior di proyek konstruksi tersebut, dan sama sekali
    belum pernah kukenal sebelumnya), entah kenapa, memperlihatkan gelagat yang kuanggap mencurigakan.

    Meminta nomor teleponku, menanyakan alamat rumahku, dan bahkan menawarkan diri untuk menyopiriku.

    Walaupun semua itu dia lakukan secara sangat elegan, tetapi... kok ya, aku merasa enggan memenuhi keinginannya.

    :oii:
    Untungnya, Mila langsung bilang, "Dia 'tangan kanan' Bu Hasnah, Pak. Kalau ada perlu, hubungi beliau aja."


    :pusing:
    :hoho:
    Eh, taktik Mila yang membawa-bawa nama Bu Hasnah, mampu menetralisasi situasi yang membuatku nggak nyaman.
    Si Pak X itu jadi kelihatan agak-agak salah tingkah 'gimana 'gitu. Ternyata, nama Bu Hasnah "sakti" juga, ya?

     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jul 20, 2019
  5. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Beberapa waktu lalu, aku mengisahkan perihal si makhluk Bloody Handsome-ku tersay... (heeeiiisshhh)
    yang ternyata mempunyai kemampuan dan kemahiran mengemudikan bus segede Tyrannosaurus rex. Aksi belagunya
    tersebut, kebetulan direkam Mbak Yuyun yang ketika itu mengambil posisi duduk di seat bagian depan.


    Selain sebagai rekan kerja dari si Bloody Handsome, si Mbak Yuyun itu sejak beberapa tahun lalu, juga

    merupakan teman sepergaulan dari salah seorang kakakku. Karena dia sering berkunjung ke rumahku, lama-kelamaan,
    aku ikut berteman dengannya. Pertemanan aku dengan si Mbak, pernah pula mengalami pasang surut.


    :XD:
    Setelah aku merasa cukup akrab dan tak berjarak, kadang, aku iseng memanggilnya "Mbak NyunNyun".
    Eh, dia ternyata sangat-sangat nggak suka jika kupanggil dengan nama itu. Dia pun sampai marah beneran kepadaku.


    Kemarahannya mereda, setelah dia mengetahui skandal asmaraku yang bergelimang romantika dengan

    si Bloody Handsome. Secara tulus, si Mbak menunjukkan simpatinya padaku. Dia termasuk bagian dari orang-orang
    yang sangat menyayangkan andai akhirnya, aku dan si Bloody Handsome nggak berlanjut ke pelaminan.

    :hihi:

    "Kalian berdua itu sangat sebanding.. Nggak njomplang dan nggak akan ada salah satu yang 'kebanting'.
    Sangat mengherankan dan mungkin bisa dibilang sebagai 'tragedi anak manusia', jika kalian sampai batal bertanding."

    :garing:
    Lah, kok "bertanding"? Maksud situ, "bersanding" kali ah. Ini lagi ngomongin tentang "pernikahan", 'kan?


    :mesyum:
    Dia menjawab, "Apa guna sekadar bersanding jika pada akhirnya kalian berdua malah tak 'bertanding'? Iya apa iya?"




    :tega:
    Ah, daripada aku terseret ke suasana melankolis yang nggak keruan... mendingan aku bercerita perihal

    efek dari video yang dikirimkan Mbak Yuyun. Video si Bloody Handsome saat mengemudikan bus gede, bukan hanya
    membuatku terpesona, tapi juga menjadikan kakak-kakakku terkesemek, heeiih... maksudku, terkesima.

    Mereka sungguh-sungguh tidak habis pikir. Kok, dia bisa nyetir bus? Kapan belajarnya? Belajar di mana?

    Belajar dengan siapa? Semalam berbuat apa? (Eh, nggak ding, pertanyaan yang terakhir itu cuma bentuk imajinasiku.)



    Di antara para pria yang pernah menjadi korbanku BF-ku, nggak tau kenapa, hanya si Bloody Handsome
    itulah yang sejak awal bisa menghadirkan citra positif di keluargaku. Mama-Papa yang biasanya sangat galak dan sinis

    terhadap pria mana pun yang memacariku, tiba-tiba aja, seakan melunak pada si makhluk rupawan itu.

    Bahkan, meski mereka semua tahu bahwa kini, "terbentang barikade kawat berduri di antara dua hati",

    tetaplah tidak menghilangkan kesan positif yang telah si Bloody Handsome hadirkan selama dia bersamaku. Karena itu,
    tak mengherankan jika kakakku dengan ringan dan tanpa beban, memintanya untuk memfasilitasi kami.


    Begini ceritanya. Setelah berulang kali menyaksikan video tersebut, aku jadi terpikir untuk meng-upgrade

    SIM A ke SIM B. Yang paling realistis, ya upgrade dari SIM A ke SIM B1 dulu. Hidup di dunia nggak boleh statis, 'kan?
    Kalau kita masih bisa naik level, ah, kenapa nggak kita coba? Kakak-kakakku pun sependapat denganku.



    :yareyare:
    Nah, yang menjadi persuwalan... aku ulangi, persoalan (karena kata si Mila, "suwal" itu artinya "celana"),
    keluarga besarku nggak mempunyai kendaraan berbobot di atas 3.500 kg yang bisa kami gunakan untuk beruji coba,

    sampai sejauh mana sih, keterampilan kami di dalam mengemudikan mobil yang membutuhkan SIM B1?

    Misalnya, microbus seperti Toyota Hiace atau Isuzu Elf. Untuk bisa secara legal mengemudikan microbus
    seperti itu di jalan raya (di Indonesia), sang pengemudi diwajibkan memiliki SIM B1. Sedangkan, untuk bisa memiliki

    SIM B1, kita mesti mempunyai keterampilan mengemudi yang levelnya jauh lebih tinggi dari level SIM A.



    Pekan lalu, Bu Fitri menginformasikan padaku bahwa calon mertu... maksud aku, Papa-nya si Handsome

    punya 3 unit Isuzu Elf yang sengaja disiapkan untuk keperluan keluarga besar mereka. Ah, kenapa justru si Tante
    yang bisa lebih tau segalanya terkait dirimu, Nyong? Jangan-jangan... "jangan asem, jangan lodeh", ya?

    Berdasarkan info julid valid A1 itulah, salah seorang kakakku berinisiatif menelepon si Bloody Handsome.


    Bila tak merepotkan, sudilah kiranya dia menyewakan salah satu microbus Isuzu Elf tersebut untuk kami pakai dalam

    rangkaian test drive, sebelum kelak, aku dan kakak-kakakku menjalani proses upgrade SIM A ke SIM B1.

    Untunglah, yang melakukan negosiasi adalah kakakku, bukan aku. Jadi, si Bloody Handsome pun dengan

    tak berlama-lama, langsung bersedia memfasilitasi test drive kami. Bahkan, digratiskan, tak usah bayar sepeser pun.

    :facepalm:
    Jika aku yang bernegosiasi dengannya, pasti dia akan mengeluarkan kalimat-kalimat aneh dan multitafsir

    seperti, "Kalau aku sih, terserah Yanti aja..." Siapa pula "Yanti" yang dia maksud, tak tahulah aku. Ujung-ujungnya,
    mungkin aja aku akan terpancing dan negosiasi pun akan berubah menjadi... yah... kalian tau sendiri lah.



    Sabtu sore, dia meneleponku (tumben banget!), sekadar memberitahu bahwa kalau berminat test drive,

    maka bisa dilakukan pada Minggu pagi hingga jelang siang. Kemudian, dia pun memberikan alamat yang mesti dituju.
    Suatu wilayah pinggiran Jakarta, yang kalau menurut dia, sangat ideal untuk test drive kendaraan besar.

    :oii::malu1:
    "Ya udah, kalau 'gitu. Kamu jemput aku, ya?" Test the water. Dia merespons, "Dalam klausul perjanjian,

    sama sekali tak tercantum point kewajiban antar-jemput." Tentu aja aku bereaksi, "Tapi..." Eh, dia menjawab tegas,
    memakai sebuah idiom yang "keminggris", "No buts! Just do as I tell you!! Beggars can't be choosers!!"


    :nangis:
    I hope the situation will be reversed in the future. One day, it'll be my turn to say, "Just do as I tell you!"




    Akhirulkalam, pada hari Minggu, pagi-pagi sekali, aku beserta dua orang kakakku pergi ke tempat tersebut.

    :onegai:
    Di sana, aku langsung melihat sesuatu miliknya yang panjang, berukuran jumbo, dan sungguh menggetarkan hatiku.

    Isuzu Elf NLR 55 BLX, keluaran tahun 2018. Microbus berkapasitas 20 penumpang, ber-chasis panjang,

    berwarna putih, transmisi model MSB5M, kecepatan maksimum sekitar 100 km/jam. Terlihat gede dan menantang.
    Yang mengejutkan, harganya justru lebih rendah dibandingkan harga mobil yang kukendarai sehari-hari.

    Kemudian, si Bloody Handsome pun mempersilakan aku dan kedua kakakku untuk melakukan test drive

    secara bergantian. Karena sekadar test drive dan baru tahap awal, maka kami hanya mengendarai microbus Elf itu
    di jalan-jalan sejumlah kompleks permukiman. Alhamdulillah, kami tidak mengalami kesulitan sama sekali.

    Microbus Elf sangat mudah dikendarai. Kami pun tak kesusahan saat dia meminta kami berlatih memarkir.



    Selepas shalat Dzuhur dan makan siang, aku dan kedua kakakku bersiap pulang. Ada yang aneh bagiku. Meski dia

    tetap menunjukkan sikap konfrontatif padaku, tapi ada suatu momen yang membuatku bertanya-tanya.

    Ketika dua orang kakakku udah berada di mobilku, aku masih terlibat perbincangan basa-basi dengannya.

    Eh, ada temannya menghampiri kami dan berkata, "Weits, punya temen kayak gini 'napa nggak dikenalin ke gua?"

    :merah:
    :hoho:
    His response was both surprising and touching, "Ati-ati, dia bini orang. Awas, 'ntar lu didatengin lakinya."




    :mandi:
    Di satu sisi, dia "menampakkan permusuhan" denganku. Di sisi lain, dia seakan nggak rela jika pria lain mendekatiku.

     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jul 24, 2019
  6. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :keringat:
    I have been thinking about this for the last several months. I should always be improving,

    and sometimes that means letting things go. But my lovely sister said I should not use my past to justify my current decision-making.

    :suram:
    If I allow myself to be honest... I am the kind of woman who knows rationally that I cannot

    disown his existence. How can I let go of someone I've built a deep connection with? He's the man who changed me in a drastic way.

    :mesyum::malu1:
    He taught me to see the world differently. I wouldn't be the person I am today without him.
    That Handsome Bastard has taught me to be wise and sensible. He's a man who always inspires me to be the best version of myself.

    :oii::gaswat:
    He's always telling me to follow my dream, and he will be by my side every step of the way.


    :aghh:
    :hoho:
    He showed me what life was like. He's the kind of man who gave me the fresh breath of air that my lungs were longing to be filled with.
    Ya Allah, please forgive me for my weakness, I just can't let him go, no matter how hard I try.

     
    • Like Like x 1
  7. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Hal apakah yang aku rasakan sangat-sangat-sangat menjengkelkan dari status single-ku saat ini?

    :hihi:
    Kesepian? Ah, nggak 'tuh. Alhamdulillah, teman-temanku tersebar di mana-mana. Termasuk yang

    masih lajang seperti aku. Tiap weekend, selalu tersedia pilihan acara bersosialisasi yang konstruktif dan menyegarkan.



    Apa mungkin, "tak ada teman untuk mencurahkan kegundahan?" Aku beruntung punya kakak-kakak

    yang akan menampung segala macam keluh kesahku. Kapan pun aku merasa perlu bercerita, mereka siap mendengar.
    Kalaupun ada permasalahan "yang lebih serius dan kompleks", aku bisa bercerita pada Mama-Papa.



    :bloon:
    Ehem, ataukah pertanyaan klise sekaligus intimidatif, "Kapan nikah?" Berhubung aku masih berada di

    pertengahan 20-an, maka aku masih bisa woles-woles aja menyikapi pertanyaan itu. Undangan nikah udah aku siapkan.
    Tinggal distempel aja, nama si calon suamiku. Ah, undangan macam apa itu? Ya, suka-suka aku lah.



    Apa jangan-jangan... aku memendam rasa rindu pada si Bloody Handsome? Puuiihh... amits-amits.

    Tanpa ada dia di sisiku, aku tetap baik-baik aja. Bisa nyari duit sendiri, Insya Allah, prospek karierku tak mengecewakan.

    Keseharianku selalu dijejali dengan kesibukan kerja yang menguras konsentrasi dan juga staminaku.

    Beneran kerja keras lho, bukan hanya jargon gombal nggak bermakna. Ada banyak orang bergantung pada kehadiranku.
    Andaikata, aku iseng bolos kerja sehari aja, maka bisa dipastikan akan terjadi kekacauan di sana-sini.


    :facepalm:
    Dulu, ketika ada insiden kesalahan pemasangan aluminium composite panel di proyek, aku pula yang mesti turun tangan.


    Lagi pula, buat apa sih, aku repot-repot merindukan atau bahkan "meratapi" si Bloody Handsome-ku?
    Nggak tertutup kemungkinan, justru dialah yang selama ini, selalu memendam gairah panas membara kerinduan padaku.


    :malu1:
    Buktinya, aku bisa merasakan ketidakrelaannya, setiap kali ada pria lain yang mencoba mendekatiku.


    It has been proven beyond any doubt! Pake logika yang paling primitif aja lah. Jika memang dia 100% udah nggak peduli
    denganku, maka bisa dipastikan, dia nggak akan menghalangi pria mana pun yang berminat padaku.




    Kalau 'gitu, hal apakah yang kurasakan paling menjengkelkan terkait dengan status single-ku saat ini?


    :hot:
    Tak lain dan tak bukan adalah... "ketidaknyamanan manakala aku mesti menghadapi 'serangan' dari

    para pria yang menaruh hati padaku". Bagi mereka, perempuan lajang seperti aku sangat menarik sebagai "objek invasi".

    Begitu mereka mengetahui bahwa "Renata is technically single", maka mereka menjadi termotivasi

    untuk berusaha keras menaklukkan diriku. Please do understand that my statement is solely based on my observation.



    Pernahkah kalian mendengarkan lagu berjudul "Christine Sixteen" dari band lawas Kiss? Itu lho, band

    yang para anggotanya bertopeng seperti pemain teater Kabuki Jepang. Coba simak lirik lagu "Christine Sixteen" tersebut:

    "She drives me crazy / I want to give her all I've got / and she's hot every day and night
    there is no doubt about it / She's been around, but she's young and clean / I've got to have her, can't live without her."


    Bagi mereka, perempuan lajang seperti aku, terlihat sangat menggoda untuk ditaklukkan. Mereka pun
    meyakini bahwa aku: "young and clean". Muda, bersih, sehat, polos, dan gampang aja "diajak berbuat yang tidak-tidak".

    Note: "Mereka" yang aku maksudkan di sini jelas bukanlah om-om para personil band Kiss itu lho, ya.

    Melainkan "sejumlah oknum di lingkungan keseharianku" yang selalu aja mencoba melakukan invasi terencana kepadaku.

    :yahoo:
    Kalau soal "muda, bersih, belum ternoda, dan sehat", ya memang demikianlah adanya. Alhamdulillah.

    Namun, salah besar jika mereka pikir bahwa aku adalah "perempuan polos" yang mau mengikuti pola permainan mereka.

    :muntah:
    Sebandel-bandelnya aku, tetap aja aku takkan mau sehina seperti yang mungkin mereka bayangkan.
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jul 30, 2019
  8. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :piso:
    Dalam 4 tahun terakhir ini, setiap kali aku mendapatkan bonus, ataupun rezeki tak terduga,

    atau dari hasil mengumpulkan "recehan yang tersisa", maka ujung-ujungnya akan aku belikan emas batangan.
    Mulai dari emas batangan seberat 5 gram, 10 gram, hingga sesekali, pernah juga 25 gram.


    :hihi:
    Tentu emas asli serta bersertifikat resmi. Bukan yang abal-abal dan bukan pula yang imitasi.

    Semula, motivasiku hanyalah agar aku memiliki simpanan jangka panjang selain tabungan dalam bentuk USD.

    Tabungan yang cenderung tak akan berkurang nilainya, yang relatif tak akan tergerus inflasi.


    :yahoo:
    Hari berganti hari, waktu berlalu. Alhamdulillah, ungkapan "a penny saved is a penny earned"

    memang benar adanya. Benar-benar nggak terasa, dari sekadar "recehan" yang rutin aku sisihkan dan konversi
    ke dalam bentuk emas batangan tersebut, eh, tau-tau jumlahnya udah mencapai 470 gram.
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
  9. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    (Rangkaian adegan dramatis dari film "Ali Topan Anak Jalanan", beredar pada tahun 1977)

    :ngupil:
    Papa: "Coba buka kalung murahan itu! Ayo buka! Besok, Papa belikan kalung permata bermata intan."


    :nangis:
    Anna Karenina: (Mencoba untuk bertahan) "Biarlah, Pa.. Anna pakai kalung yang ini saja."

    ("Kalung murahan" yang dikenakan Anna itu adalah pemberian Ali Topan, tanda mereka sudah jadian.)

    :gaswat:
    Om Boy (yang diam-diam ngebet banget sama Anna): "Anak Gila itu datang lagi kemari!"


    :facepalm:
    Ali Topan: (Dalam hati merasa sangat jengkel, "Jabang bayik! Masa' aku dibilang gila...")

    "Selamat malam, Om."'(Berusaha menerapkan sopan santun sebagai makhluk yang adil dan beradab.)

    :dandy:
    Papa: (Sama sekali tak memedulikan sapaan sopan dari Ali Topan itu) "Mau apa kamuh?!"


    :elegan:
    Ali Topan: "Saya ingin ketemu Anna." (Aku berpendapat, jawaban itu menunjukkan kenaifan Ali Topan.

    Si Papa jelas-jelas menampakkan permusuhan di hadapannya, eh, dia malah nggak taktis.)

    :oii:
    Papa: "Anna, saya larang bergaul dengan orang semacam kau. Mulai detik ini, jangan ganggu dia lagi!

    Bawa kalung itu dan pergi! Pergi!" (Seraya membanting kalung dari Ali Topan untuk Anna.)

    :sepi:
    Ali Topan: (Merasa sangat terhina dengan pengusiran seperti itu) "Saya.. bukan binatang.."




    Uniknya, kurang lebih setahun kemudian, si pemeran Anna Karenina tersebut membintangi

    film yang berjudul "Berkelana", dibagi atas dua bagian. Dalam kedua film itu, nama karakternya berubah
    menjadi "Ani" (atau "Annie"?) dan menurutku, premisnya sedikit mirip dengan film Ali Topan.

    Ani dan Kak Rhoma saling mencintai. Sayang, terkendala restu dari sang Papa. Hanya saja,

    Kak Rhoma bisa dibilang lebih cerdik ketimbang Ali Topan. Kak Rhoma menyamar menjadi guru les piano,
    dan penyamarannya pun sukses, sehingga bisa masuk ke "kandang macan" dengan leluasa.



    Yang nggak kalah unik, jikalau pada film "Ali Topan Anak Jalanan" terdapat karakter seorang

    teman Ali Topan yang bernama Bobby, maka pada sequel-nya yang berjudul "Ali Topan Detektif Partikelir
    Turun ke Jalan", si pemeran Bobby itu justru berperan sebagai Ali Topan. Aneh tapi nyata.

     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Sep 5, 2019
  10. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Beberapa pekan lalu, "si X" pernah secara straight to the point menyatakan, "Kita jadian aja, yuk..."
    Dalam hal nyali mengungkapkan isi hati, si pria tersebut aku beri nilai 90. Nggak muter-muter, tegas, apa adanya.

    :hihi:
    Tapi, cinta itu soal hati. Kalau aku sama sekali nggak sreg dengannya, tentu aku mesti bilang "tidak".




    :hot:
    :hoho:
    Untunglah, yang bersangkutan bukan tipe "pria bocah". Kami masih bisa berkomunikasi meskipun aku
    bisa dikatakan telah menghancurkan angan-angannya. Eh, tadi pagi, dia mengirim DM kepadaku. Terkait dengan
    sejumlah foto yang terpampang di akun IG-ku. Foto-foto yang aku unggah pada sekitar 3 tahun lalu.


    "Teman kamu yang nomor dua dari kanan itu cantik, enak dilihat. Tolong kenalin dong, ya... please."
    Setelah aku perhatikan dengan saksama... lah, ternyata si perempuan yang dia maksudkan itu adalah Mbak Suci.

    Bagaimanapun, supaya pasti dan nggak salah orang, aku konfirmasikan pada si pria itu perihal siapa

    perempuan yang dia maksud. Ternyata memang Mbak Suci. "Si X" minta agar aku membantu memperkenalkan.

    :merah::pusing:
    Ya udah, aku pun langsung tegas merespons, "Wah, kalau dia itu udah ada yang punya, udah nikah,

    malah sebentar lagi junior-juniornya akan lahir." Setelah jawaban tersebut kukirimkan kepadanya, si pria tersebut
    tidak membalas pesanku. Pas jam makan siang tadi, barulah dia mengirim balasan bernada kecewa.

    Sebetulnya sih, dulu, pernah pula terjadi insiden serupa. Ada seorang rekan kerjaku yang terindikasi

    tertarik pada si Mbak, juga setelah melihat unggahan foto di akun IG-ku. Hanya saja, si orang itu nggak meminta
    aku memperkenalkan si Mbak kepadanya. Dia pun nggak bereaksi begitu tahu si Mbak udah menikah.




    Ketika aku ceritakan kejadian tersebut kepada Hilda, komentarnya mak-jleb, "Mendingan foto-foto itu

    dihapus aja. Lagi pula, si Mbak-nya 'kan sekarang ini udah berhijab. Sebagai teman yang baik, ya mestinya kamu
    dukung dia, nggak lagi membiarkan foto-foto si Mbak 'pada masa lalunya' terpajang di akun IG-mu."

    :matabelo:
    Pernyataan Hilda itu memang benar. Tak terbantahkan. Akhirnya, aku menghapus foto-foto tersebut.

    Foto-foto sewaktu komunitas kami mengadakan rangkaian acara buk-ber ifthar dan silaturrahim pada tahun 2016.
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Aug 31, 2019
  11. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Meskipun hingga sekarang ini, karier dan pekerjaanku adalah di bidang konstruksi,
    aku juga memiliki "keterampilan sampingan" yang mungkin tak terbayangkan bagi sebagian orang.

    Sejak masa perkuliahan dulu sampai aku mulai berstatus sebagai pekerja kantoran,
    aku pernah beberapa kali menjadi pembawa acara atau MC. Mulai dari acara di keluarga besarku,
    di kampusku, di sejumlah acara komunitas, dan juga acara di tempat aku bekerja.


    :toa:
    Aku pernah didaulat menjadi MC pada momen lamaran, pernikahan, anniversary,

    ulang tahun pernikahan perak Om dan Tanteku, serta saat gathering komunitas dan perusahaan.

    Tak cuma "cuap-cuap menguarkan kata", aku juga bisa sedikit-sedikit bernyanyi.




    :mesyum::malu1:
    Dulu, si Bloody Handsome itu pernah pula menggunakan jasaku sewaktu perayaan
    dan syukuran 10 tahun komunitasnya. Keliatannya, dia sangat-sangat puas dengan pelayananku,
    sehingga dia pun sama sekali nggak merasa keberatan untuk membayarku mahal.


    Walaupun ketika itu, hubungan kami berdua masih sepanas kisah Wade Wilson dan
    Vanessa Carlysle, tetap aja dia merasa perlu memberi imbalan uang atas service yang kuberikan.

    :facepalm:
    Heiiisshh.. kalimat yang aku gunakan di atas, kok malah terasa agak multitafsir, ya?



    :oii:
    Maksudku 'gini deh, si Bloody Handsome merasa begitu terkesan dengan kinerjaku
    ketika menjadi MC dalam perhelatan tersebut. Keberadaanku di sana, bisa mencairkan suasana,

    bisa membuat acara berlangsung seru, tak terasa garing ataupun membosankan.

    Pada waktu itu, aku sempat pula ikut menyumbangkan 3 buah lagu. Karena yang

    bikin acara adalah anak-anak Selatan, dengan sendirinya, lagu-lagunya pun bukanlah "lagu-lagu
    kekinian", melainkan sejumlah lagu lawas yang kini, mungkin aja sudah terlupakan.



    Yaitu, lagu The Real Thing berjudul "You to Me Are Everything" (dirilis tahun 1976),
    kemudian lagu dari Lake (band lawas Jerman) berjudul "Celebrate" (dirilis pada 1980), dan juga

    lagu "I Wanna Be With You" milik band glam, Pretty Boy Floyd (rilisan tahun 1989).




    Pada Sabtu pagi, secara tak disangka-sangka, si Bloody Handsome menyambangi

    kediamanku. Apel malam Minggu yang kepagian? Ah, sayangnya bukan. "Barikade kawat berduri
    antara dua hati" sepertinya masih jua terpasang. Tapi dia adalah sosok yang aneh.

    :yareyare:
    Aneh? Ya iyalah... meski tetap "memperlihatkan sikap permusuhan denganku", dia

    berbaik hati menawarkan job akhir pekan untukku, menjadi MC pada ulang tahun anak Mbak Uke.

    Eh, cara dia menawarkannya pun nggak seperti lazimnya orang yang menawarkan.

    Tetapi, ya begitulah dia. Bukan pria seperti Mas Boy, bukan Rangga, bukan Dilan,

    bukan Ali Topan, bukan pula Kak Rhoma. Aku merasakan, si Bloody Handsome itu tak ubahnya
    my sworn enemy and bane of my existence, yang anehnya, tak ingin kulepaskan.



    :hihi:
    Karena job tersebut bukanlah sejenis job "Operation Thank You (tanpa bayaran)",
    ada imbalan untukku yang nilainya lumayan besar, maka tanpa pikir panjang, aku menerimanya.

    Aku hanya meminta info darinya ihwal audience macam apa yang mesti kuhadapi.



    :yahoo:
    Singkat cerita, Alhamdulillah, acara pada hari Minggu itu pun sukses terselenggara.


    Untunglah, di balik sejumlah perilaku kontroversial yang ada di dalam diriku, aku masihlah memiliki

    naluri keibuan. Penampilanku sama sekali tak menakutkan di mata anak-anak kecil.

    Sewaktu aku menjadi MC dalam acara tersebut, tiada insiden memalukan apa pun.

    Dedek-dedek kecil yang hadir, semua mau mengikuti jalannya acara dengan semestinya. Sebagai
    MC dan juga sebagai pengatur acara, aku sama sekali tidak dicuekin oleh mereka.




    Jelang Maghrib, acara ul-tah anak Mbak Uke itu pun selesai. Setelah berbasa-basi,

    aku menerima honor serta ucapan terima kasih dari panitia. Seharusnya, si Bloody Handsome itu
    mendapat bagian dariku. Namun, dia terlalu belagu untuk menerima pemberianku.

    :suram:
    Apalah arti "recehan" yang kuberikan jika dibandingkan dengan kemapanan dia kini?

    :makasih-g:
    Anyway, thanks to him, aku bisa menambah simpanan emas milikku yang hingga

    bulan lalu sudah mencapai 470 gram. Hasil jerih payahku mengumpulkan selama 4 tahun terakhir.

    Esoknya, uang dari menjadi MC itu pun kubelikan emas batangan seberat 5 gram.


    :ehem:
    Nggak boleh aku pakai foya-foya. Situasi perekonomian kelihatannya makin terasa

    mengkhawatirkan. Selagi aku masih mampu mengumpulkan aset secara halal, mesti dioptimalkan.

     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Sep 4, 2019
  12. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :hihi:
    Pada beberapa waktu yang lalu, aku pernah sekilas menulis perihal betapa sophisticated-nya selera

    yang dimiliki si Bloody Handsome-ku tersay... heeiiisssh... apaan sih... https://forum.idws.id/posts/33713713/

    Kalau kita perbandingkan dengan "orang-orang kebanyakan di Indonesia saat ini", dia mempunyai

    selera yang sungguh-sungguh sangat tidak biasa. Nggak percaya? Coba deh kalian perhatikan, berapa banyak
    orang di sekeliling kalian yang suka, atau setidaknya pernah membaca karya Fyodor Dostoyevsky?


    Si Bloody Handsome nggak hanya suka membaca literatur klasik seperti The Brothers Karamazov,

    atau Crime and Punishment, atau buku-buku sastra yang lebih populer, seperti karya Gabriel Garcia Marquez.

    Adalah sungguh aneh bin ajaib, dia juga sanggup menceritakan ulang kepadaku, isi dari buku-buku

    yang telah khatam dia baca tersebut dengan gaya bahasa sederhana tetapi memikat dan mudah aku pahami.

    Padahal, buku The Brothers Karamazov itu hingga sekarang belum ada versi terjemahannya dalam

    bahasa Indonesia. Cuma ada versi terjemahan dalam bahasa Inggris, dan tebal bukunya pun nggak kira-kira.

    :onegai:
    Yang lebih ajaib lagi bagiku, penampilan si Bloody Handsome sangat-sangat-sangat jauh dari kesan

    kutu buku dan jauh pula dari stereotipe pria nerdy atau geek. Sampai detik ini, dia tak berkacamata, berpostur
    tinggi-tegap-laki banget, mirip-mirip dengan Mas-Mas para anggota Menwa di almamaterku dulu.




    Tak aku ingkari, aku selalu terpesona padanya. Dia pernah membasahiku menghadiahiku buku-buku

    karya Mario Salvadori (insinyur teknik sipil dari Italia) yang berjudul Why Buildings Fall Down: How Structures Fail
    dan Why Buildings Stand Up: The Strength of Architecture. Huah, sungguh menggelorakan gairahku.

    Tak hanya memberi, beberapa pekan setelah momen itu, dia pun menginterogasiku, seperti apa sih,
    pemahamanku terkait buku-buku tersebut? Sudah sejauh mana aku memahami perihal up and down? Heiiisssh.
    Untunglah, aku bukan orang yang suka menyia-nyiakan pemberian, terlebih lagi, pemberian darinya.


    Pada momen lain, dia berbaik hati membelikanku buku-buku keislaman yang sangat mencerahkan.


    Ar Rahiq Al Makhtum atau Sirah Nabawiyah tulisan Shafiyurrahman Al Mubarakfuri, dan juga buku-buku yang

    punya judul unik: Aku Beriman, Maka Aku Bertanya, serta Aku Menggugat, Maka Aku Kian Beriman.

    Kedua buku itu ditulis oleh Dr. Jeffrey Lang, seorang Profesor Matematika dari University of Kansas.

    Si Handsome memberikan buku-buku tersebut padaku supaya kualitas keislamanku nggak cuma ala kadarnya.
    Karena dia mengasihiku, maka dia pun berkepentingan menjadikan aku "satu frekuensi dengannya".

    Zaman dahulu kala, sewaktu aku pernah nyaris tersesat di dunia gemerlap dan juga musik ajeb-ajeb,
    aku cenderung nggak terlalu peduli dengan ibadah-ibadah sunnah, seperti puasa Tasu'a serta Puasa 'Asyura

    pada bulan Muharram, sebagaimana yang kita lakukan pada hari Senin sekarang ini dan Selasa esok.

    :yahoo:
    Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, sejak aku mengenal dia, secara perlahan, aku pun belajar banyak hal.




    Pada pekan lalu, serial TV Mayans M.C. mulai memasuki season ke-2. Dalam episode pertama, ada

    sebuah adegan yang mengingatkanku kepada si Bloody Handsome. Ketika Linc Potter (seorang Assistant U.S.
    Attorney) datang ke toko daging milik Felipe Reyes (Papa dari Angel Reyes dan Ezekiel "EZ" Reyes).

    Ada scene saat Linc Potter bilang, "Not many butcher shops with a classic literature section", setelah

    dia melihat sebuah rak yang berisi jejeran buku-buku klasik di toko daging tersebut. Sungguh sukar dipercaya,

    masa' iya, seorang "tukang daging biasa" bisa menyukai "bacaan-bacaan yang berat dan berkelas"?

    Kalau kita sudah mengikuti Mayans M.C. season pertama, kita tentu sudah tahu bahwa Felipe Reyes

    sebetulnya adalah seorang bekas polisi Mexico dari Satuan Elit Anti-Narkotika, yang juga pernah terlibat bisnis

    dengan kartel narkoba Galindo. Opa Felipe Reyes itu mempunyai masa silam yang brutal dan kelam.

    Bagi yang sudah menonton season pertama, mungkin masih bisa mengingat salah satu ucapannya,
    "My partner and I, we did some very bad things to some very bad people." Sejauh ini sih, aku berkesimpulan,
    kalau kita lihat dari gesture dan kata-katanya, si Opa Felipe Reyes adalah sosok tangguh dan pintar.

    Meskipun kini sudah menua, pada masa mudanya dulu, dia itu adalah tipe pria keras-kasar-sangar.


    :XD:
    Bisa jadi ya, karakternya nggak jauh berbeda, 11-12 dengan si Bloody Handsome di dunia nyata. Hanya saja,
    si Bloody Handsome sama sekali nggak pernah terlibat di dalam perbuatan yang melanggar hukum.




    Nah, terkait dengan "classic literature section" yang terdapat di toko daging milik Opa Felipe Reyes,

    salah seorang kakakku mengatakan, sebetulnya bukanlah suatu hal yang aneh jika pria-pria berkarakter keras
    (yang ritme kehidupannya pun keras), diam-diam sangat suka membaca berbagai literature klasik.

    Kebiasaan membaca ragam literature yang berkualitas, sangat berguna sebagai penyeimbang bagi

    mereka. Para pria yang kehidupan sehari-harinya keras, atau orang lapangan seperti si Bloody Handsome itu,
    butuh "hal positif untuk menetralisasi ketegangan". Nggak bagus 'kan, kalau tegang terus-terusan?

    Maksudku, jiwa yang keras perlulah diimbangi dengan kelembutan. Jikalau tidak, maka akan rusak.




    Sebagai perempuan straight, aku pun pasti memerlukan kekerasan dari pria straight seperti si Bloody
    Handsome, atau siapa pun yang kelak ditakdirkan menjadi teman hidupku. "Kekerasan" dalam konteks positif.


    :malu1:
    Artinya... "kekerasan" yang bisa membuatku menjadi positif. Lah, kok malah semangkin asosiatif?


    :oii:
    'Gini aja deh, maksudnya, "kekerasan" yang dimaknai sebagai ketangguhan, ketegasan, kegigihan, kejantanan
    yang jika seluruhnya diakumulasikan akan membuatku merasa betah dan kerasan bersama dirinya.



    By the way, banyak perempuan straight yang suka dengan tokoh EZ Reyes di serial Mayans M.C.

    Ya iyalah, perempuan normal mana yang nggak meleleh melihat pria seperti itu? Namun, aku sih berpendapat,
    pesona dan karisma si Bloody Handsome-ku itu jauuuuh lebih memabukkanku ketimbang EZ Reyes.

    Mengapa aku berpendapat demikian? Pertama, sejak season I Mayans M.C. hingga season II kini,

    style EZ Reyes masih 'gitu-'gitu aja, nggak pernah berubah. Rambut pendek, facial hair tipis. Mungkin aja, si EZ
    akan berkurang pesonanya jika rambutnya dipanjangin dikit. Atau jika facial hairnya dipangkas habis.

    :mesyum:
    Sedangkan, aku sudah pernah melihat si Bloody Handsome itu dalam beragam style penampilan.

    Aku pernah melihat dia sewaktu dirinya berambut agak panjang, berambut pendek, ber-facial hair membelukar,
    atau ketika facial hair-nya baru aja dipangkas sehingga pipinya seolah terlihat seperti parutan kelapa.

    Dalam penilaian objektifku, as God Almighty is my witness, pesona si Bloody Handsome selalu stabil.



    Kedua, betapa pun tampannya si EZ Reyes, dia 'kan di Hollywood sana, berada di luar jangkauanku.

    Dia hidup di dimensi yang berbeda denganku. Lain halnya dengan si Bloody Handsome. Aku bisa tidak berjarak
    dengannya. Kami pernah jalan-jalan berdua, semobil berdua, berbincang berdua, berantem berdua.


    Meski kini, dia sedang memosisikan diri sebagai musuhku, dia adalah sosok real dalam kehidupanku.




    Postingan Selasa dini hari: Insya Allah, hari ini melanjutkan puasa Muharram. Iseng-iseng menelepon
    si Bloody Handsome, eh, tumben-tumbenan direspons. Kutanyakan padanya, "Nyong, kamu puasa nggak?"

    Dijawabnya, "Buat apa puasa?" Lah, kenapa jawabanmu jadi seperti itu? Apa kamu mulai berubah?

    :oii::malu1:
    Syukurlah, ternyata masih ada sambungannya, "Buat apa puasa jam segini?" (jam 03:30 dini hari)

    Bener juga, ya. Aku yang salah bikin pertanyaan. Mungkin karena chemistry kami sudah tak seperti dulu lagi.
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Sep 10, 2019
  13. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Si Mila itu nggak bosan-bosannya mengingatkanku supaya aku sebaiknya jangan lagi
    menggunakan istilah "Handsome Bastard" dalam postinganku, setiap kali aku membicarakan si Handsome.

    :yareyare:
    Kenapa? Karena menurut dia, frasa "Handsome Bastard" sangat berisiko menimbulkan
    salah penafsiran bagi orang-orang yang nggak begitu memahami bahasa Inggris dengan baik. Boleh jadi,

    dengan polosnya, mereka akan mengartikan frasa itu secara literal dan kata per kata.

    "Handsome" diartikan sebagai "tampan", sedangkan "Bastard" akan diartikan sebagai

    "bazingan" atau yang lebih parah lagi "anak haram". Meskipun si Mila tahu pasti bahwa aku menggunakan
    frasa "Handsome Bastard" sebagai idiom, yang enggak boleh diartikan secara harfiah.

    Karena Mila punya kemampuan berbahasa Inggris yang bisa dibilang sudah mencapai

    level fasih (nggak kalah dengan anak-anak Selatan yang selalu keminggris) maka dia pun sangat paham
    bahwa arti "Handsome Bastard" adalah "si Handsome yang lain daripada yang lain".

    Seorang pria handsome yang unik, sangat-sangat nggak biasa, bukan sekadar pria handsome yang klise.


    Aku menggunakan frasa itu sebagai compliment kepadanya, didasari atas rasa gemes
    bercampur jengkel, sekaligus juga marah bercampur bergairah, terkesima bercampur kagum-terpesona.


    Dalam konteks idiom bahasa Inggris, "bastard" juga punya arti lain yang tidak literal.

    Mungkin kita pernah mendengar ungkapan "lucky bastard". Maksud dari ungkapan tersebut bukan berarti
    "bazingan/anak haram yang beruntung", tetapi, "seseorang yang sangat beruntung".




    :onegai:
    Aku menyebut si Makhluk Kesayanganku tersebut dengan frasa "Handsome Bastard",
    karena memang dia sangat-sangat-sangat layak disebut seperti itu. Good-looking, enak dilihat, dan juga

    "tak henti-hentinya memabukkanku" (meski dia sama sekali tak mengandung alkohol).

    Dilihat dari raut wajahnya, dia adalah pria yang sejak dulu selalu terlihat "laki banget".


    Maksudnya? Dia 'kan bukan tipe pria yang berwajah pretty boy, poster boy, cover boy,
    atau apa pun yang akan dikaitkan dengan pria-pria berwajah manis. Oleh sebab itulah, sangat tidak pas

    jika aku menyebutnya "Sweet Handsome". Gantengnya dia adalah "ganteng maskulin".

    :mesyum:
    Jadi, adalah logis apabila frasa "Handsome Bastard" tersebut aku lekatkan pada dirinya.

    Secara kasatmata dan secara lahir batin, dia itu memang sangat-sangat-sangat memesonaku luar-dalam.

    :suram:
    Makanya, banyak yang tak habis pikir, kok bisa-bisanya dia terlepas dari genggamanku.

    :hot:
    Sayangnya kata Mila, hingga kini, belum semua orang di Indonesia punya kemampuan

    berbahasa Inggris yang cukup baik. Jangankan rakyat biasa, para petinggi dan orang-orang penting pun
    banyak yang akan belepotan nggak keruan saat harus berbicara dalam bahasa Inggris.

    Umumnya sih, orang-orang cenderung memaknai kata "bastard" dalam konteks buruk.

    :facepalm:
    Nggak tertutup kemungkinan, akan ada orang-orang yang salah paham, berprasangka

    bahwa aku adalah spesies "toxic woman" yang gemar mengumbar makian dan kata-kata kotor. Nah, lho!

    Padahal, cara kita berbahasa adalah cerminan nyata dari "seperti apa kualitas diri kita".



    :hihi:
    Kesalahpahaman itu mungkin agak mirip ketika aku menggunakan kata sapaan "Nyong"
    untuk menyebut dirinya (seperti pada postinganku kemarin). Di beberapa wilayah bagian Timur Indonesia,
    sapaan "Nyong" adalah sapaan yang lazim ditujukan kepada laki-laki yang masih muda.


    Jikalau seorang pria disapa dengan sebutan "Nyong", itu berarti "maskulinitasnya diakui",
    dan dia pun dianggap masih muda. Di Sulawesi sana, selalu diadakan ajang pemilihan "Nyong dan Nona",

    untuk memilih pria tertampan dan gadis tersyantik. Tentunya, hanya yang masih muda.

    Namun, di Pulau Jawa, kata sapaan "Nyong" justru bisa disalahartikan sebagai hinaan,

    dianggap sebagai abreviasi dari kata "monyong". Tidak semua orang akan nyaman menerima sapaan itu.



    :mandi:
    Ya udah, kalau 'gitu, aku akan berusaha-ha-ha untuk mengurangi frekuensi penggunaan

    frasa "Handsome Bastard" di postinganku. Kuganti dengan yang lebih lunak, tapi masih cukup "hardcore",
    yaitu "Bloody Handsome". Eh, si Mila masih jua merasa kurang sreg dengan sebutan itu.

    Padahal, dalam British English, kata "bloody" biasa digunakan untuk memberi penekanan

    makna pada suatu kata. Artinya sama aja dengan "very" atau "extremely", tapi terdengar lebih eksotis.

    :makasih-g:

    "Kenapa dia nggak dipanggil 'si Handsome' aja, sih?! Paling enggak 'kan, masih ada nilai
    ibadahnya. Tiap kali menyebutnya dengan sebutan itu berarti kita mengakui Kebesaran Allah SWT, Sang
    Maha Pencipta. Bisa aja, sebutan tersebut kelak, Allah 'kembalikan' ke anak-anak kita."


    :piso:
    Apa yang Mila katakan itu benar, tapi aku merasakan ada yang lucu. "Kayaknya, mulai

    ada percikan api simpati di hatimu pada dirinya, wahai, Jeng Mila." Dia pun langsung terlihat salah tingkah.

    :tega:

    :keringat:


    :hoho:
    "Bukan 'gitu maksudku, tapi.. blablabla..." Senang juga melihat dia gelisah nggak keruan.



     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Sep 11, 2019
  14. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Rasa-rasanya, ada banyak perempuan yang dalam hidupnya pernah "dinasihati",
    atau sekurang-kurangnya pernah mendengar "nasihat" seperti ini, "Tak usah memperlihatkan dirimu

    sebagai 'perempuan pinter', karena laki-laki akan minder dan takut mendekatimu."

    :XD:
    Ajaibnya, yang sering memberikan "nasihat menyesatkan" seperti itu, mayoritas

    justru adalah kaum perempuan. Entahlah, kenapa begitu. Padahal, yang namanya "nasihat" itu 'kan,
    semestinya bertujuan untuk menghindarkan diri dari potensi terkena keburukan.

    :lulus:
    Aku cenderung berpendapat, kita sebagai perempuan, malah seharusnya selalu

    berusaha "menampilkan versi terbaik diri kita" (pastinya bukan dalam konotasi vulgar). Kenapa takut
    memperlihatkan diri sebagai "perempuan terdidik dan (Insya Allah) tidak bodoh?"

    Kalaupun ada pria yang, katakanlah, menjadi minder atau tidak cukup percaya diri
    untuk mendekati kita, maka hal itu justru menjadi sebuah keuntungan yang seharusnya kita syukuri.
    Berarti kita akan terhindar dari pria yang kualitasnya tak sebanding dengan diri kita.



    :yareyare:
    "Yah... kamu sekarang bisa enak aja ngomong 'gitu. Mentang-mentang kamu itu
    masih mid-twenties, belum ngerasain 'terdesak nikah karena udah dikejar umur'. Coba aja deh nanti,
    pas udah seumuran aku, kamu pun bakal terpaksa berkompromi dengan situasi."


    :bloon:
    "Terpaksa berkompromi dengan situasi" itu maksudnya apa? Terpaksa menikah
    karena tekanan sosial, karena orang-orang seumuranmu udah pada nikah, sedangkan kamu belum?
    Apa enaknya sih, terpaksa nikah hanya karena ingin terlepas dari tekanan sosial?

    Jika pernikahan yang penuh keterpaksaan pada akhirnya berubah jadi penderitaan,
    itu 'kan artinya kamu mendapatkan tekanan batin yang justru jauh lebih berat daripada tekanan sosial.
    Pasanganmu mungkin aja bisa bergairah padamu, tetapi kamu tak bisa menikmati.

    :hot::tega:
    Kalau udah 'gitu, dia pun marah, karena kamu terlihat "nggak berselera padanya".


    'Ntar yang ada, kamu pasti menderita, harus melalui hari demi hari yang terasa
    tidak menyenangkan, lebih berat, lebih meletihkan secara mental ketimbang suasana masa lajangmu.

    :hiks:
    Kamu pun menjalani sisa hidup dengan melamun, "Kenapa aku mesti seperti ini?"




    :yahoo:
    Secara personal, aku adalah perempuan normal yang memiliki visi untuk menikah.

    Bukan sekadar "asal nikah", tapi "nikah yang tak asal-asalan". Naluriku pun mengatakan, Insya Allah,
    aku tidak akan terus-terusan melajang seumur hidupku. Aamiin Allahumma Aamiin.

    :piso:
    Undangan pernikahan udah ada, tinggal di-stempel aja nama si calon pasanganku.


    :merah::pusing::stress::facepalm:
    Yang berminat padaku tak sedikit, sayangnya, rata-rata dari mereka telah gagal di babak penyisihan.
    Ada pula yang mesti aku diskualifikasi karena tidak bisa memenuhi persyaratanku.

    :hoho:
    Secara objektif, hingga kini, skor tertinggi dari para kandidat potensial pendamping

    hidupku, masih dipegang oleh si Bloody Handsome. Makhluk itu jelas-jelas memenuhi semua kriteria
    yang aku inginkan. Ditambah lagi, "dia pernah menjalani kebersamaan denganku".

    Sayangnya, episode kehidupanku sekarang ini, tidak ubahnya seperti tragikomedi.

    :blink::gigit:
    Ada yang ngebet denganku, padahal mataku malah terasa sepet banget tiap kali melihat si oknum itu.
    Sekali waktu, ada pula yang punya nyali melamar tapi aku menendangnya ke luar.


    :oii:
    Mereka yang coba-coba mengejar, selalu kutanggapi dengan menghindar. Rasa
    kesal di hati pun makin menjadi, "Get the hell out of my life! Tiada satu pun dari kalian yang kunanti!"

    :voodoo:
    Eh, dia yang takkan pernah jemu kutunggu, justru membuat diriku tertunduk lesu.



    Pada intinya, aku nggak akan pernah sudi menjalani pernikahan yang didasarkan

    atas keterpaksaan. Baik itu keterpaksaan yang kurasakan ataupun yang dirasakan calon pasanganku.
    Sesuatu yang dipaksa, bisa berujung luka. Lain halnya jika didasari atas rasa suka.


     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Sep 14, 2019
  15. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Pada akhir September lalu, aku sempat juga berpikir untuk segera "mengakhiri
    segala bentuk penantianku" yang dari hari ke hari makin terasa nggak jelas dan seolah nggak berujung.

    Apa gunanya bagiku, terus-terusan mengharapkan kembalinya seseorang yang
    (mungkin aja) udah nggak akan pernah lagi berharap untuk "berlabuh kembali ke dalam dekapanku"?

    Didasarkan atas hal tersebut, aku pun perlahan mencoba membuka hatiku serta
    memberi kesempatan pada "seseorang lainnya" untuk mengisi hari-hariku. Setelah dua minggu berlalu,

    sepertinya sih, aku mulai merasakan hadirnya suasana baru yang menyegarkan.

    Ah, kenapa nggak dari dulu-dulu aja, ya? Mestinya 'kan, aku nggak perlu sampai

    terlihat begitu menyedihkan, whining pathetically, "my world is nothing without you..", meratapi dirinya.

    Meratapi seorang pria angkuh yang justru nggak akan peduli dengan ratapanku.




    Eh, pada Sabtu malam pekan ke-2 bulan Oktober yang lalu, sang pria angkuh itu,

    entah bagaimana caranya, memergoki aku dan "calon special someone-ku yang baru" di suatu tempat.

    "Si calon kekasih baruku" sama sekali nggak melihatnya, tapi si Bloody Handsome
    menyaksikan dengan jelas keberadaan kami berdua. Ya jelas aja lah, aku pun shocked sejadi-jadinya

    sewaktu "kekasih lamaku" memergokiku sedang bersama "calon kekasih baruku".

    Aku yakin seyakin-yakinnya-haqqul yaqin 100%, hal itu bukanlah suatu kebetulan.

    Bagi makhluk yang punya skill intelijen 24 karat seperti dia, sangatlah mudah untuk mengamati target

    mana pun secara saksama, tanpa menjadikan si target merasa sedang diamati.

    Agak mirip dengan peristiwa yang dulu pernah dialami Bu Fitri, pada saat Bu Fitri
    sama sekali tidak menyadari bahwa si Bloody Handsome ternyata berada cuma 10 meter di dekatnya.
    Begitu tekun mengobservasi situasi, sampai akhirnya, dia pun menampakkan diri.


    Kekagetan Bu Fitri pada waktu itu, mungkin hampir sama dengan keterkejutanku.

    Yang membedakan, kalau Bu Fitri sih, kayak-kayaknya nggak sampai mengalami

    the feeling of guilt seperti yang aku rasakan. Setelah momen tersebut, tiba-tiba aja, aku jadi merasa
    seperti baru aja melakukan suatu pengkhianatan terhadap si Bloody Handsome.

    Aduhai, sungguh berengsek nian. Saat aku sedang berusaha mencoba mengawali
    langkah baru, eh, "bagian termanis dari masa laluku" tiba-tiba aja muncul dan langsung membuatku

    merasa berdosa luar biasa, seakan-akan, aku udah begitu tega mengkhianatinya.



    Di sisi lain, aku pun seakan merasa bersalah pada si X, "calon special someone-ku
    yang baru". Si X itu udah secara tulus menunjukkan niat baiknya, tapi... ada bagian dalam diriku yang
    dengan jujur aku akui, masih aja belum sanggup melupakan si Bloody Handsome.

    Ya udah, terpaksalah aku mengakhiri sesuatu yang sama sekali belum aku mulai.

    Setelah itu, banyak temanku yang mengatakan bahwa aku kembali membuat suatu kesalahan besar.
    Bahkan, mungkin bukan lagi sekadar kesalahan besar, melainkan juga kebodohan.

    Si X itu jelas bukan pria kelas recehan. Kalau mau dibandingkan, nggak kalah kelas
    dengan si Bloody Handsome dalam banyak hal. Ah, kenapa aku malah mau mundur ke belakang lagi?

    Apabila dianalogikan, ibaratnya ada burung yang jelas-jelas bisa kugenggam, eh...
    aku malah memikirkan burung lain yang hinggap di atas pohon. Padahal, burung yang hinggap di atas
    pohon itu mungkin takkan pernah mau terbang ke arahku untuk bisa kugenggam.




    Pada 17 Oktober 2019, pagi hari, saat aku sedang ngebut berkendara ke proyek,

    Bu Fitri mengabarkan bahwa si Bloody Handsome mengalami kecelakaan dan luka-lukanya pun parah.
    Karena tau aku sedang menyetir, maka Bu Fitri pun cuma berbicara secukupnya.


    Untuk pertama kalinya dalam kehidupanku, aku mengalami yang namanya "nyetir
    sambil nangis". Masih sanggup berkonsentrasi di balik kemudi, meski sambil diiringi linangan air mata.


    Ya Allah, separah apakah? Sesampainya di proyek pun aku masih juga menangis.

    Terus terang, susah banget fokus pada pekerjaanku. Malah teringat sebuah lagu

    balada dari Mbah Alice Cooper, "Something to Remember Me By" yang pernah dia nyanyikan seraya
    genjrang-genjreng memainkan gitar tua Oma Irama gitarnya secara bagus sekali.


    Tidak lekang oleh waktu, video rekaman itu masih selalu tersimpan di laptop-ku.


    Lah, ketika aku bezoek, ternyata kondisinya nggak segawat yang aku bayangkan.
    Luka-lukanya memang parah, tetapi, si Bloody Handsome itu nggak terbaring di antara hidup dan mati.
    Dia malah masih memiliki energi melimpah untuk melakukan provokasi kepadaku.


    *Link YouTube-nya yang lama/mati telah aku ganti dengan yang masih berfungsi.
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Jan 3, 2024
  16. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :apa:
    Pada Jumat siang yang lalu, tiba-tiba aja, si Hesti meneleponku secara langsung.
    Cukup mengejutkanku, karena dalam beberapa tahun terakhir ini, bisa dikatakan, kami nggak pernah berkomunikasi.

    Hesti bilang, Kamis kemarin, dia baru datang dari Jogjakarta, ingin berlibur beberapa

    pekan di Jakarta. Sekalian mau bersilaturahim ke rumah Mbak Suci yang baru aja melahirkan sepasang anak kembar.
    Dua anak laki-laki kembar, sehat wal afiat, dan juga membahagiakan banyak orang.

    Dilanjutkan dengan menjenguk si Bloody Handsome. Iyalah, udah terlambat banget,
    tapi, daripada nggak sama sekali? Apalagi, Hesti seolah merasa "berutang nyawa" pada si Bloody Handsome, karena

    makhluk satu itulah yang telah memuluskan langkah Hesti sewaktu pengerjaan tesis.

    Tetapi... akibat dari kegiatan mulus-memuluskan si Hesti itu... heiiiyyah... maksudku,
    sebagai konsekuensi logis dari aktivitas tersebut, banyak yang curiga telah terjadi "cinta lokasi" antara mereka berdua.

    :oii::voodoo:
    Bahkan, sempat terjadi "perang dingin yang luar biasa panas" antara aku dan Hesti.




    "Eyang Mami" Mariana sampai mati-matian meyakinkanku bahwa apa yang terjadi

    di antara 2 oknum itu bukanlah "mutualistic romantic relationship" melainkan semata-mata "cooperation in goodness".

    Si Hesti membutuhkan bantuan si Bloody Handsome yang memang suka menggauli
    banyak orang. Ih, kalimatku ngawur banget, sih.. yang kumaksud adalah si Bloody Handsome punya pergaulan yang
    sangat-sangat-sangat luas dan lingkar pertemanannya pun tersebar di mana-mana.


    :pusing:
    Tema tesis si Hesti itu "agak-agak sensitif", bersinggungan dengan para narasumber
    VVIP yang rasa-rasanya takkan bisa dijangkau oleh orang biasa seperti aku dan kalian. Namun, si Bloody Handsome,
    ajaibnya, punya link khusus dan privilege untuk bisa menemui beliau-beliau tersebut.


    Ya udahlah. Let bygones be bygones. Aku justru bersyukur karena ternyata si Hesti

    masih menganggapku sebagai temannya. Kami pun janjian untuk pergi ke rumah Mbak Suci dan suaminya pada hari
    Sabtu dan sekaligus ke rumah si Bloody Handsome yang letaknya tak jauh dari situ.



    Ketika si Bloody Handsome diopname di rumah sakit akibat kecelakaan, aku sempat
    menanyakan padanya, "Kamu minta aku bawakan apa?" Eh, jawabannya sederhana tapi sekaligus menyusahkanku.

    Dia minta dibeli'in "malkist Syahrini". Padahal, setahuku, dia bukan penyuka si 'Inces.

    :keringat:
    Tambah bingung lagi, setelah aku cari-cari di sejumlah tempat, lah kok, sama sekali

    nggak ada malkist dari merek apa pun yang bergambar Syahrini. Akhirnya nanya Bu Fitri, kali-kali aja dia tau, apa sih,
    makna terselubung dari permintaan si Bloody Handsome? Eh, Bu Fitri malah ketawa.


    :haha:

    "Lagian kamu juga, sok-sokan nawarin minta dibawain apa. Akhirnya klenger, 'kan?"

    :yareyare:
    Jangan sok tau lah, Buk. Yang namanya "klenger" itu, bila udah terjadi pertarungan. Salah satu atau keduanya yang

    exhausted dan ambruk. 'Gimana bisa klenger, jika nggak ada pertarungan apa pun?



    Untuk menebus ketidakmampuanku dalam memenuhi permintaannya pada saat itu,

    aku berniat memasakkan sesuatu untuknya. Kalaupun disebut sebagai "cari muka", ya sutralah, bodo amat. Dia 'kan,
    sampai detik ini, belum berstatus sebagai suami tercinta dari perempuan mana pun.


    :tampan:
    Artinya, sah-sah aja dong, bila aku ingin memberikan hal-hal istimewa untuk dirinya.


    Belajar dari pengalaman para senior perempuan yang udah nikah, konon ya, pria se-belagu apa pun bisa luluh hatinya
    manakala ada perempuan yang membuatkan dia masakan tertentu yang disukainya.



    Karena aku diajak Hesti berkunjung ke rumah si Bloody Handsome pada Sabtu pagi,

    maka waktu yang tersedia bagiku tidak terlalu banyak. Ya udah, bikin masakan yang nggak terlalu lama memasaknya,
    gulai cincang khas Minang (resepnya kudapat dari Hilda) dan ayam goreng kremes.


    Sepulang kerja, aku pun langsung berbelanja semua bahan yang dibutuhkan. Proses
    memasaknya baru dimulai pada pukul setengah tiga pagi dan 100% aku kerjakan sendiri tanpa dibantu oleh siapa pun.

    :piso:
    Apabila si Bloody Handsome nggak percaya, aku bersedia memasak di hadapannya.


    Pukul 9 pagi, semua sudah siap. Aku langsung menjemput Hesti di rumah tantenya.

    Karena aku membawa sepanci gulai daging cincang dan sepanci ayam kampung goreng kremes yang masih hangat,
    aku putuskan untuk ke rumah si Bloody Handsome dulu, baru ke rumah Mbak Suci.

    Sesampainya di sana, langsung aja kuserahkan padanya, 2 panci hasil jerih payahku
    memasak. Si pria belagu itu terkesima, sama sekali tidak menduga akan mendapatkan blitzkrieg (serangan kilat) dariku.

    :malu2:
    Alhamdulillah ya, aku sanggup menghadirkan sebentuk element of surprise baginya.




    Hesti dan aku pun sangat terkesan dengan rumah si Bloody Handsome. Luas, rapi,

    adem, bersih, dan rasanya akan bikin kerasan siapa pun yang berada di dalamnya. Sayangnya, di rumah segede itu
    belum "dilengkapi" oleh seorang ratu rumah tangga yang bisa menenangkan dirinya.

    Selanjutnya, aku dan Hesti melihat-lihat sejumlah koleksi motor retro kepunyaannya.

    Tak hanya punya 1, 2, atau 3, melainkan sampai 9 unit. Suatu saat nanti, bolehlah kami mencoba menungganginya.
    Nggak berapa lama, Hesti pun menuju ke SUV kenangan milik si Bloody Handsome.


    :onegai:
    Malah berdelusi macam-macam soal lipstik dan swimsuit-nya yang ketinggalan di situ.

    :facepalm:
    Ya jelas... bohong banget lah. Aku tau persis, SUV itu terkadang digunakan Mama-nya si Handsome untuk sejumlah
    keperluan. Kalau sampai ada benda-benda mencurigakan, pasti beliau akan ngamuk.



    Di mana-mana, laki-laki normal selalu memiliki ketertarikan pada perempuan syantik,

    berbagai kendaraan yang syerem, karier yang bagus, aktivitas berbahaya, dan juga myuzik-myuzik keras beringas.

    Nah, kalau dia udah bertemu perempuan yang cocok, barulah memikirkan soal anak.



    Setelah shalat Dzuhur, kami pun makan siang dengan hidangan yang telah kumasak.
    Aku baru mengetahui sisi gelap dari si Hesti. Nafsunya gila-gilaan (nafsu makannya). Porsi makannya banyak banget.

    :glek:
    Padahal, kalau diperhatikan sekilas, dia sama sekali bukan tipe cewek tukang makan.

    Selain itu, postur tubuhnya pun langsing, nggak 'ndut dan nggak chubby. Tapi, di sisi lain, aku sangat senang melihat
    fakta objektif bahwa masakanku bisa dinikmati, khususnya oleh si Bloody Handsome.

    Aku dan Hesti, lama banget berada di rumah itu. Sampai-sampai, kami pun sempat

    numpang mandi (mandinya sendiri-sendiri!) karena hari berganti senja. Selepas shalat Maghrib, langsung bersiap-siap
    pergi ke rumah Mbak Suci dan suaminya. Jaraknya dekat, kami hanya berjalan kaki.



    :matabelo:
    Melihat 2 bayi kembar laki-laki yang sehat dan lucu, membuat kami semua terharu.

    Insting keibuanku pun langsung muncul dan berkecamuk di dalam hati. Kurasa, demikian pula yang dialami oleh Hesti.
    Sebagai perempuan normal, tentulah wajar apabila kami ingin pula menimang bayi.


    :mesyum:
    Yang menjadi persoalan, untuk bisa punya bayi, mesti ada suami yang menghamili.
    Tak sekadar itu, si pria yang menjadi suami pun harus mampu berperan sebagai Papa, partner, pemimpin, pelindung,
    dan tentunya, pencari nafkah. Yang bikin gemes, orangnya ada, tapi belagu banget.

     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Dec 10, 2019
  17. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2



    (In continuation of my previous post) Ketika aku dan Hesti berbincang dengan si Bloody Handsome,
    materi percakapan yang diomongin si Bloody Handsome itu cukup berat tapi (anehnya) sekaligus juga sangat menghibur.

    :hihi:
    Bayangin aja deh, dia menggiring aku dan Hesti dalam percakapan filosofis perihal "dialektika antara

    budak dan majikan", lalu dikaitkan dengan pengalaman pribadinya sewaktu berburu piringan hitam di Shinjuku, "dibumbui"
    dengan contoh ekstrem saat dia terlibat konflik dengan Mbak Pangesti di River Hill Tawangmangu.


    :terharu:
    Mengenai momen di Shinjuku, aku udah pernah mendengar cerita tersebut sebelumnya, termasuk

    versi lainnya ("versi yang jauh lebih eksplisit") yang diceritakan secara menggebu-gebu oleh Bu Fitri dan dilengkapi pula
    dengan foto-foto. Tapi aku masih aja terpesona saat si Bloody Handsome menceritakannya ulang.

    Hesti yang juga udah pernah bertualang di Shinjuku, sampai menggigit-gigit kuku, saking asyiknya

    menyimak cerita tersebut. Kami berdua yang secara lahiriah cenderung bertipe ekstrovert, seolah hanya bisa terdiam,
    bahkan sampai tersipu, saat mendengar bagian tertentu dari ceritanya. "Lima Charlie, Lima Bravo".



    :malu1:
    Aku dan si Hesti, seakan-akan seperti 2 orang gadis belia polos dan lugu, yang diajari hal-hal baru

    nan menakjubkan oleh "a highly experienced man" yang sudah sering melakukan petualangan ke segala penjuru dunia.

    Setelah berjam-jam tenggelam di dalam diskusi yang mencerdaskan, "kepolosan" kami pun hilang.
     
    • Like Like x 1
  18. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Aku, kakak-kakak perempuanku, dan seorang sepupu, tergabung dalam band
    yang sering kali meng-cover bermacam-macam lagu. Band keluarga tersebut terbentuk setelah kami
    semua merasa terprovokasi terinspirasi oleh band keluarga dari teman Papa.


    Pada dasarnya, Mama-Papa relatif mendukung, bahkan sampai menyediakan

    peranti bermusik yang dibutuhkan. Daripada anak-anak gadisnya kelayapan nggak jelas, mendingan
    nge-band di rumah. (Meski sesekali, "hobi kelayapan" itu tetap aja aku jalani).



    Secara objektif, skill bermusik band kami tidaklah sehebat skill band mereka.


    Namun, biar bagaimanapun, lumayanlah, nggak jelek-jelek banget. Masih bisa dinikmati, sama sekali
    nggak terdengar sebagai "polusi suara" atau kebisingan yang menjengkelkan.


    :keringat:
    Kekurangannya mungkin hanya satu. Band keluarga kami sering terkendala

    dengan ketiadaan drummer. Kalau perihal main gitar, sedikit-sedikit, aku dan kakak-kakakku sanggup
    memainkannya secara layak, baik gitar rhythm, melodi, maupun gitar akustik.

    Biasanya, posisi drummer akan diisi oleh salah seorang sepupuku. Tetapi, dia

    nggak selalu bisa hadir ketika sedang kami butuhkan. Terpaksalah, kakakku mengajak salah seorang
    teman kuliahnya (namanya Mbak Winnie) untuk menjadi "drummer cabutan".

    Lagu-lagu yang sering kami bawakan sangat variatif. Salah seorang kakakku

    menyukai Silverchair. Kakakku lainnya menyukai Weezer. Untuk memupus kerinduan Mama kepada
    tanah kelahiran beliau, kami pun mulai belajar membawakan lagu-lagu Filipino.



    Belakangan, entah 'gimana awal mulanya, salah seorang kakakku "keracunan"
    repertoar melodic punk dari band-band seperti Pennywise, Good Riddance, dan No Use for a Name.


    Mungkin, karena terpengaruh oleh selera musik pacarnya (sekarang sih, udah

    resmi menjadi suaminya). Konsekuensinya, kami pun seolah "dipaksa" untuk memainkan lagu-lagu
    itu. Tetapi, tentu sajalah, nggak semua dari kami bisa menerima hal tersebut.

    Sebagai kompromi, akhirnya, kami bersepakat untuk melakukan seperti yang

    dilakukan band Me First and the Gimme Gimmes. Membawakan lagu-lagu yang nggak terasa asing
    bagi kami, tetapi dengan "tempo yang dipercepat" seperti genre melodic punk.



    Ketika si Bloody Handsome masuk ke dalam kehidupanku, eh, nggak disangka,

    dia pun suka mendengarkan lagu-lagu dari No Use for a Name. Sebetulnya sih, nggak aneh. Kalian
    yang pernah mengalami masa SMP circa 2003/2005 mungkin bisa memahami.


    Salah satu lagu yang sering kali diputarnya sewaktu kami sedang berkendara

    adalah "Part Two". Kadang-kadang, aku iseng menggodanya, dengan memelesetkan judul lagu itu.

    :oii::hihi:
    "Idih, judul lagunya kok, Parto?". Kalau udah 'gitu, dia pun "menghajarku balik",

    gantian memelesetkan judul-judul sejumlah lagu kesukaanku dengan pelesetan yang nggak karuan.

    Huuhh. Quando finisce la partita il re ed il pedone finiscono nella stessa scatola.


    Kalian yang udah berjumpa face to face dengan si Bloody Handsome, tentunya
    mengetahui bahwa warna suaranya tergolong "berat". Dia bisa dengan sangat bagus menyanyikan

    lagu "Flesh and Blood" dari Johnny Cash, tetapi pasti keteteran di lagu tertentu.

    Contohnya, aku yakin, dia takkan bisa menyanyikan lagu "Part Two" tersebut.

    Karakter suaranya sama sekali nggak sesuai untuk menyanyikan lagu itu. Lain soal kalau untuk lagu
    No Use for a Name berjudul "For Fiona". Dia akan sanggup menyanyikannya.




    Suatu saat, lagu "Part Two" itu pun dicoba dibawakan oleh band keluarga kami.

    Di antara kami semua, kebetulan, karakter suaraku-lah yang dianggap paling sesuai untuk mengisi
    sektor vokal. Setelah berulang kali memainkannya, hasilnya cukup memuaskan.

    Bahkan, Mama tercinta, yang notabene cenderung tak menyukai musik keras,

    menganggap lagu yang kami bawakan tersebut sangat ear-catching. Selain itu, beliau pun menilai
    lirik lagunya puitis, sangat-sangat berbeda dengan lirik lagu band-band lainnya.



    Begitu band keluarga kami merasa udah percaya diri memainkan lagu tersebut,

    salah seorang kakakku berinisiatif untuk memvideokannya sebagai arsip keluarga. Tapi, sayangnya,
    penampilanku dalam video itu mengundang kecaman dari si Bloody Handsome.


    :malu1::voodoo:
    Bukan karena vokalku, melainkan karena penampilanku yang dinilainya seronok.

    Ya 'kan, kami merekamnya di rumah kami sendiri, wajar aja dong bila aku berpakaian ala kadarnya.
    Tetapi, dia merasa keberatan jika video itu sampai dilihat oleh pria-pria lainnya.

    Bahkan, pada hakikatnya, dia sendiri pun merasa sama sekali tidak punya hak

    melihat penampilanku dalam video tersebut. Ya, masuk akal juga, sih. Bagi pria "pandangan hidup"
    seperti dia, tentu merepotkan jika ada reaksi tertentu setelah melihat sesuatu.

     
    • Like Like x 1
    Last edited: Dec 17, 2019
  19. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    Pada beberapa pekan lalu, yang aku ketahui, kedatangan si Hesti ke Jakarta adalah
    semata-mata untuk berlibur dan sekaligus juga bersilaturahim ke sejumlah teman di lingkar pergaulannya.

    Eh, ternyata ada hal lain yang jauh lebih esensial daripada itu semua. Aku baru aja

    mendapatkan info julid valid bahwa tujuan kedatangan Hesti yang sebenarnya adalah karena dia diterima
    bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Tapi, bukan hal itu yang mengejutkan.

    Si Hesti rupanya telah memutuskan untuk... indekos di kos-kosan pertalite premium

    yang dimiliki oleh si Bloody Handsome. Nah, lho... ada konspirasi apakah gerangan antara mereka berdua?

    :glek:
    Nggak tau kenapa, tiba-tiba aja, aku jadi merasa benci pada kedua oknum tersebut.

    Ketika aku dan Hesti ke rumah si Handsome, kami berada di sana dari pagi hingga

    malam hari. Sempat makan siang bersama, numpang shalat, bahkan sempat juga numpang mandi sore.

    Berbincang panjang lebar pula. Lah, kenapa mereka tak mau cerita hal itu padaku?




    Kos-kosan pertalite premium miliknya tersebut dibangun circa Mei 2016, menjelang

    Ramadhan, kalau aku nggak salah ingat. Yang ngasih tau juga Bu Fitri, karena saat itu, udah pecah konflik
    antara aku dan si Bloody Handsome. Konflik yang telah merusak komunikasi kami.


    :oii::malu1:
    Dia nggak pernah mau lagi bercerita apa pun padaku perihal progres kehidupannya,

    and vice versa. Meskipun aku dan dia menetap di kota yang sama, eh, yang lebih tau ihwal kehidupannya
    dari A-Z justru Bu Fitri yang bermukim nun jauh di sana. Ih, ngeselin banget, 'kan?

    Belakangan, aku mendapat info lagi dari Mbak Suci dan (waktu itu) calon suaminya.

    Pembangunan kos-kosan premium itu terinspirasi dari usaha kos-kosan yang dimiliki orangtua Mbak Suci.

    :onegai:
    Ya iyalah, kalau keuntungannya gurih banget, siapa pula yang nggak akan tergiur?


    "Kos-kosan premium", istilah lainnya adalah "kos-kosan eksklusif". Lokasinya elite,

    di kawasan yang strategis, tetapi sekaligus juga asri dan tenang. Bukan terletak di wilayah permukiman
    padat penduduk. Harga sewanya jelas lebih mahal daripada kos-kosan yang biasa.



    Semula, status kepemilikan kos-kosan premium itu masih berwujud joint venture di

    antara si Bloody Handsome dan para sepupunya. Namun kemudian, pada akhir Februari 2019, diakuisisi
    secara legal, tanpa pemaksaan, oleh si Bloody Handsome. #JiwaMiskinkuBergetar

    :suram:
    Begitu aku mengetahui semua itu, sempat juga tebersit penyesalan, kalau aja aku

    nggak bodoh (dan childish) menciptakan konflik, mungkin kini aku bisa ikut berkongsi dengannya dalam hal
    menjalankan usaha kos-kosan premium demi mendapatkan penghasilan tambahan.

    Jauh lebih real dan minim risiko ketimbang main saham, forex, ataupun reksa dana.



    Kemarin, didorong oleh rasa penasaran, aku menyempatkan diri mampir ke sana.

    Yang menemuiku adalah Mas Abid (saudara sepupu si Bloody Handsome dari pihak Mama-nya). Dia itu
    adalah pihak yang diamanahkan perihal pengelolaan kos-kosan premium tersebut.

    Setelah berbasa-basi, aku menanyakan, apakah ada penghuni baru yang bernama

    Hesti, berasal dari Jogja? Sebenarnya, Mas Abid itu kelihatan agak keberatan menjawab pertanyaanku.
    Bagaimanapun, dia mesti menjaga privacy dan kenyamanan para penghuni, 'kan?

    :bloon:
    Secara diplomatis, dia 'gantian bertanya, "Hesti? Yang seperti apa ya, orangnya?"


    :hot:
    Tadinya, aku sempat mau bilang, "Yang mirip Nenek Gayung..." tetapi aku sadar, yah, biar 'gimana juga,

    aku harus adil sejak dalam pikiran. Hati boleh panas, tapi kepala mesti tetap dingin.

    Untungnya, aku masih menyimpan foto-foto sewaktu aku dan Hesti selfa-selfie di

    rumah si Bloody Handsome beberapa pekan lalu. Aku memperlihatkan foto-foto di dalam hape-ku tersebut,
    dan mengatakan, "Si Hesti itu teman saya". #AntaraIkhlasNggakIkhlasBilangBegitu


    Karena melihat foto-foto sexy itu, Mas Abid bisa menjadi agak kooperatif, sehingga

    dia pun kemudian membenarkan bahwa si Hesti memang sudah sejak beberapa hari lalu, resmi indekos di
    tempat tersebut. "Tapi kalau si Mbak mau ketemu, saya mesti bilang dulu ke dia."

    Ternyata, Hesti pas lagi nggak ada. Ya udahlah. Kalaupun dia ada di kos-kosan itu,

    aku mungkin justru akan malas banget bertemu dan apalagi berbincang dengannya. Lantas, aku tanyakan
    pada Mas Abid, "Kemarin, waktu Hesti baru pindahan ke sini, dianterin Stevie, ya?"


    Eh, jawabannya cukup bikin aku merasa sedikit lega, "Enggak kok, dianterin sama

    dua orang ibu-ibu berhijab." Kemungkinan besar, yang dimaksud Mas Abid itu adalah tante-tantenya Hesti.



    :mandi:
    Tahun Masehi akan segera berganti. Seharusnya, aku bisa bersikap rasional seperti

    para korban para ex-GF si Bloody Handsome (yang entahlah, siapa aja orangnya). Banyak dari mereka
    yang mungkin udah realistis, menutup lembaran lama dan membuka lembaran baru.

    Aku sendiri bukannya sama sekali nggak pernah mencoba untuk mengenyahkan dia
    dari hidupku. Sayangnya, aku tidaklah setangguh mereka yang udah berhasil melupakan makhluk satu itu.
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Dec 25, 2019
  20. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :terharu:
    Seperti yang dulu pernah aku nyatakan dalam postinganku beberapa waktu silam,
    thread diary ini mungkin lebih tepat disebut sebagai sebuah memoar yang menceritakan ulang
    beraneka ragam kisah nyata yang memang pernah terjadi antara aku dan dirinya.

    Sebagaimana yang terjadi pada waktu itu, peristiwanya juga kebetulan pas jelang

    akhir tahun, ketika kami berdua menguji stamina masing-masing, dengan berlari mengelilingi
    stadion GBK. Salah satu momen indah saat bersamanya, yang mustahil kulupakan.

    Nggak ada seorang pun dari para korbanku ex BF-ku (sebelum dia), yang bernyali

    untuk mengajakku berolahraga bersama. Mereka hanya mampu memacariku dengan aktivitas
    gombal, dangkal, dan banal. Bahkan, termasuk seorang ex BF-ku yang terdahulu.


    Padahal, ex BF-ku yang dulu itu udah terkenal sebagai "anak basket". Tapi, selama
    dia memacariku, nggak pernah sekali pun mengajakku berolahraga bersama. Yang ada dalam

    pikirannya hanyalah: 'gimana menjalani masa pacaran dengan seromantis mungkin.

    Romantisme dalam dosis tertentu mungkin akan menyenangkan, ya? Namun, lain

    halnya jika dipaksakan terus menerus. Ujung-ujungnya malah terasa gombal dan memuakkan.



    Pada sore itu, si Bloody Handsome menjemputku selepas waktu ashar. Kebetulan,

    jarak antara stadion GBK dan rumahku, relatif dekat. Kami berdua tiba di sana, sekitar pukul
    setengah empat sore dan kemudian langsung mengadakan persiapan untuk berlari.

    Jikalau kita berlari mengelilingi lingkar luar stadion GBK, total jaraknya kurang lebih

    sekitar 1 km. Jadi, bila kita penasaran banget ingin menguji setangguh apa stamina kita ketika
    berlari 5 km, maka kita pun mesti berlari mengelilingi GBK sebanyak 5 kali putaran.

    :malu1:
    Alhamdulillah ya pemirsa, saat itu, kami berdua bisa melakukannya. Tetapi, setelah

    recovery sejenak, eh... rupanya si dia masih jua merasa belum puas. Dia pun melakukannya
    lagi sebanyak 5 ronde. Aku hanya diam terpana menyadari betapa perkasanya dia.

    :apa:

    "Heeeiiiisssssh... kamu ini lagi nyeritain soal aktivitas berlari mengelilingi GBK, 'kan?"

    :voodoo:
    Ya, iyalah, Mpok! Soal lari di GBK. Memangnya situ pikir, saya lagi ngomongin apa?
    Jelas-jelas, saya sedang berkisah ihwal kenangan masa lalu saat kami berdua lari sore di GBK.


    Dia memang perkasa lho, sanggup berlari 10 kali putaran mengelilingi stadion GBK.

    Tanpa bantuan doping apa pun. Artinya, secara fisik, dia bisa dikatakan sangat-sangat bugar.
    Jika tidak bugar, jangankan berlari 10 kali putaran, 1 kali putaran aja bakalan loyo.



    Kira-kira pukul setengah enam sore, kami pun bergegas meninggalkan tempat itu.


    Mampir dulu ke Masjid Agung Al Azhar untuk shalat Maghrib. Setelah itu, berniat ke Gandaria,
    lagi kepingin makan gulai sapi, dalam rangka pemulihan energi pasca-berolahraga.


    Eh, nggak disangka, tiba-tiba, di area masjid, kami bertemu dengan salah seorang

    seniornya, yang ternyata telah berstatus sebagai "orang PemProv". Si senior itu mengajak
    kami makan di Gul-Tik Mahakam. Ya udah, mau tidak mau, rencana pun berubah.

    Kata si Bloody Handsome, pertemanan yang positif, wajib untuk kita pertahankan.

    Manusia adalah makhluk sosial, membutuhkan teman. Takkan bisa terus-terusan menyendiri.
    Siapa pun yang layak kita jadikan teman, ya nggak boleh kita sia-siakan begitu aja.


    Yang dia katakan, sejalan dengan kenyataan. Teman-temannya buanyak banget.

    Termasuk pula sejumlah oknum perempuan yang dimabukkan oleh pesona lahiriahnya. Puiih.
    Aneh juga, ya? Padahal, dia itu jelas-jelas sama sekali nggak mengandung alkohol.



    "Gul-Tik" adalah akronim dari Gule Tikungan. Kalian yang ngaku Anak Selatan, pasti
    udah tau tentang hal itu. Dulu, pernah ada orang jahat tega mengartikan akronim "Gul-Tik"

    menjadi "gule tikus". Karena banyak orang heran, kok, nasi gule harganya murah?

    :glek:
    Padahal, "Gul-Tik" 100% terbuat dari daging+jeroan sapi, bukan dari daging tikus.

    Kalian yang pernah makan di situ, pastilah memahami, mengapa harga seporsi nasi gule bisa
    semurah itu. Ya, jelas aja murah, wajar banget, karena porsinya tergolong sedikit.

    Biasanya sih, seporsi nasi Gul-Tik tak akan terasa mengenyangkan. Mesti nambah.




    Berhubung pada saat itu, aku dan dia lagi kepingin banget mengganyang gulai sapi
    di Gandaria, maka kami sengaja cuma makan seporsi nasi Gul-Tik. Demi menghormati ajakan

    sang senior tersebut. Setelah setengah jam, tuntas pula perbincangan dengannya.

    :hihi:
    Langsung deh, kami berdua "melakukan hal yang sejak awal kami idam-idamkan".

    Pergi ke daerah Gandaria untuk makan gulai daging sapi di sana. Pada intinya sih, gulai sapi di
    sana itu bisa dikatakan tidak terlalu jauh berbeda dengan nasi Gul-Tik di Mahakam.

    Tapi, kami berdua cenderung berpendapat, kualitas rasa gulai sapi di Gandaria itu,

    relatif jauh lebih nendang daripada Gul-Tik di Mahakam (yang kualitas rasanya lebih "ringan").

    Selain itu, potongan daging sapinya jauh lebih banyak. Dilengkapi jeruk nipis pula.

    Seporsi nasi Gul-Tik di Mahakam, sering kali lebih dominan jeroannya ketimbang dagingnya.
    Aku nggak suka mengonsumsi jeroan, meskipun aku bukan penderita asam urat.

    Bagaimanapun, aku nggak sedang mempromosikan gulai sapi di Gandaria, lho ya!

    Soal selera makan, sifatnya akan selalu subjektif. Tidak bijak jika kita mempertentangkannya.



    :yahoo:
    Salah satu "pencapaian duniawiku" pada tahun 2019 ini adalah mulai seringnya aku

    memasakkan sejumlah hidangan yang menurutku akan dia sukai (Padahal, dulu nggak pernah).

    Seluruh prosesnya aku kerjakan sendiri, mulai dari berbelanja seluruh bahan yang

    diperlukan. Eh, terkadang, minta tolong ART-ku untuk membelikannya, sih. Tapi perihal proses
    meramu bumbu berikut proses pengolahannya, aku lakukan sendiri, tanpa dibantu.

    Setelah rampung, aku mendatangi rumahnya untuk memberikan persembahanku.


    :piso:
    Apa tujuan aku melakukan itu semua? Untuk memikat hatinya? Untuk "cari muka"?

    Ya, terserah aja lah kalau dibilang begitu. Yang jelas, daripada aku mengiriminya

    foto-fotoku atau video-videoku yang tidak senonoh, 'kan lebih baik kalau aku memberinya hasil
    jerih payahku memasak. Masakan yang (aku tau) dia tak akan bisa memasaknya.



    Sabtu pagi, selagi libur, aku berniat memasakkannya gulai sapi, seperti yang dulu

    kami nikmati di Gandaria. Bikinnya gampang-gampang susah. Karena aku bukan orang Jawa,
    dulu aku sampai bolak-balik belajar berkali-kali ke Mbak Suci agar bisa membuatnya.

    Di du-may, kita bisa menemukan beraneka resep "gulai daging sapi a la Gandaria"

    atau "a la Gul-Tik di Mahakam". Sayangnya, resep-resep dari internet itu sering kali meleset
    dari yang diinginkan. Penampilan masakannya lumayan, tapi soal rasa, kurang pas.

    :keringat:
    Ternyata, setelah belajar langsung dari pakarnya, ada buanyak banget teknik yang

    nggak diungkapkan di internet. Terasa sekali perbedaan antara belajar dengan pembimbing,
    dan belajar tanpa pembimbing. Mirip seperti ketika Mama dulu baru belajar mengaji.



    Alhamdulillah, berkat rangkaian teknik rahasia memasak yang diberikan Mbak Suci,

    aku pun bisa membuat gulai daging sapi yang cita rasanya autentik seperti yang dulu pernah
    si Bloody Handsome dan aku nikmati bersama. Benar-benar persis dengan aslinya!

    Untuk makanan pendamping, aku juga membuat empal. Tapi, bukan empal daging
    melainkan empal lidah sapi. Setelah semua proses memasak selesai, langsung deh, aku pergi

    ke rumah si Bloody Handsome untuk mempersembahkan masakanku kepadanya.

    Hujan gerimis mengiringi keberangkatanku. Sesampainya aku di sana, eh, terlihatlah
    ada banyak saudara sepupu dan temannya (temanku juga) yang sedang bertamu. Ada Yusi,

    Ajeng, Iyut, Fritz, Ratih, "Kanjeng Romo" Haryanto Mangku Wanito, dan Mas Heri.

    Untunglah, "si Nenek Gayung" nggak ikut berada di situ. Si Ajeng yang menyambut

    kedatanganku langsung berteriak, "Steviiiie.. ini bini lo dateng.. bawa makanan!" Surprised juga
    mendengar spontanitas Ajeng yang benar-benar nggak aku perkirakan sebelumnya.



    Lah, reaksi si Bloody Handsome justru terlihat datar, dingin, sangat nggak ramah.

    Bukannya mempersilakan aku masuk, dia malah bertanya, "Ada yang bisa saya bantu?" Heh,
    pertanyaan macam apa itu??!!! Bagaimanapun, aku masih mencoba menahan diri.


    :makasih-g:

    "Nih, Bang... aye bawa'in makanan hasil masakan aye sendiri. Habisin ya, Bang?"

    :oii::suram:
    Responsnya ngeselin banget, "Habis "sin" itu "syin", "shad", "dhad", "tha", "zha".

    Masa 'gitu aja nggak ingat... ***** **** *** *** ****** ***** Udah, cepat pulang sana."

    :patahhati:
    Kalimat yang aku sensor itu, langsung bikin semua orang terbahak, tetapi sekaligus
    juga membuatku merasa marah dan gemes banget. Ya udah, jika kedatanganku sama sekali
    nggak kamu inginkan, aku akan tau diri untuk nggak memaksa kamu menerimaku.


    Hujan deras mengiringi kepulanganku. Nyetirnya pun jadi gila-gilaan. Untungnya sih,
    nggak sampai nabrak apotek atau tempat-tempat lainnya. Udah susah-susah dimasakin, eh,

    balesannya kayak 'gitu. Awas, kalau "si Nenek Gayung" yang jadi biang semua ini!!



    Sabtu malamnya, aku bepergian ke sejumlah tempat bersama dua orang kakakku.
    Kira-kira pukul setengah sebelas, si Ajeng menghubungiku sambil mengirimkan foto-foto yang

    terkait pertemuan di rumah si Bloody Handsome. Masakanku ludes, nggak tersisa.

    :yareyare:
    Si Ajeng bilang, "Kamu itu kalau dia lagi bikin psychological warfare, ya nggak usah

    baperan lah... mestinya, tadi kamu nggak perlu ngambek. Dia doyan banget masakan kamu.
    Semua juga bilang enak. Kalau pingin ikut acara kita, dateng deh hari Senin pagi..."


    :tampan:
    Ajeng menyebutkan satu lokasi, guest house kepunyaan mertua Mbak Suci (alias

    milik Papa dari kakak sepupu si Bloody Handsome). Ada acara gathering akhir tahun mulai dari
    (Insya Allah) hari Senin hingga Rabu sore. Sayang banget ah, kalau aku nggak ikut.
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Dec 30, 2019
  21. ___Renata___ M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 4, 2014
    Messages:
    878
    Trophy Points:
    152
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +605 / -2
    :yahoo:
    Insya Allah, Bulan Suci Ramadhan tinggal 4 bulan lagi. Mesti siap-siap bayar utang puasa.
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Apr 2, 2024

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.