1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriPoem Kemarau Angan

Discussion in 'Fiction' started by fadillah46, Oct 31, 2014.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. fadillah46 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 11, 2009
    Messages:
    41
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +2 / -0
    Thread ini saya buat untuk seseorang yang nun jauh di sana.
    A silent tribute that she doesnt need to know.
    Tapi harus saya tulis karena itu berat untuk disimpan sendiri.


    A piece(s) of poem(s) about my muse
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. fadillah46 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 11, 2009
    Messages:
    41
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +2 / -0
    Kadang kita terpangku dengan kenyataan menyenangkan yang datang sejenak
    Serasa imaji, padahal tersentuh.. Jika kau percaya bahwa sentuhan itu nyata saja
    Itu timbul tenggelam nan riuh, memori yang mengangkasa
    Sungguh aku menyadari bahwa ragaku ini fana untuk hanya sekedar mengingatnya

    Sajak ini entah sucikah, tuluskah, gelapkah, perihkah, tetapi aku yakin ini asli
    Remah rindu terhadapmu, memburuku di tiap sisa hari
    Menjejakku dalam dalam
    Kiranya aku ini badut yang tak bernama
    Hanya aku ini senang saja jika menatap ronamu
    Membekaslah sedikit, yang kujaga agar tetap luka

    Kontradiksi
    Memang.. Itulah rerupa tokohku di dunia
    Pun, tak akan pernah kalah pada gelombang
    Hanya di satu titik aku perlu menurunkan jangkar dan mengamati kembali
    Sudah sampai mana aku berlayar
    Mengapa?
    Bahkan lazuardi pun tidak bisa memuaskan keingintahuanku terhadapmu

    Jikalau fungsi mega senja adalah bercermin pada pagi,
    Pertanyaan timbul, tersia siakah hari ini?
    Aku yakin tidak
    Toh ini selalu sama

    Di dalam bait bait ini pun, harapan dan keputusasaan berbarengan menjadi kekuatanku
    Sebuah keindahan kemarau angan
     
  4. fadillah46 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 11, 2009
    Messages:
    41
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +2 / -0
    Aku Suka Senyummu

    Sungguh aku tidak mengetahui sajak tentang ketidakberadaan
    Hikayat yang menipu

    Aku suka senyummu, sungguh aku
    Tepis lirih bisik angin, mengingkari jarak kita sementara
    Toh inilah titik ikatku padamu
    Aku tidak merepih, tidak sedikitpun

    Noda pada rongga dada ini menyeruak bau lavender
    Seperti saat mimpi itu menyapa di usia kanak kanakku

    "Aku menatap pada sosok wanita yang menari di tengah padang lavender
    Dia terantuk gembira, hingga tak mampu berhenti tersenyum
    Tubuh nan gemulai laksana angin adalah sobat lamanya
    Di belakangnya, kincir angin besar berdeham gagah tak bersuara
    Hanya, kulitnya aku sangat asing, berwarna gading
    Rambutnya apalagi, apakah emas baru saja tumpah di atasnya?
    Satu pun aku tak mengerti kata kata yang terucap
    Meski begitu, kenapa aku juga ikut tersenyum terhadap tindak tanduknya?"


    Dan aku pun terbangun
    Hanya mimpi biasa
    Hingga 12 tahun kemudian

    Aku suka senyummu, betul aku
    Ilahiah, mereka bilang
    Bagaimana tidak, jika itu mampu menggerakkanku, menjernihkan langkah kakiku
    Membingkai semangatku pada satu titik pasti; Mjollnir yang belum ditemukan pemilknya
    Dan itu hanya senyuman

    Aku suka senyummu, rindu aku
     
    Last edited: Oct 31, 2014
  5. fadillah46 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 11, 2009
    Messages:
    41
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +2 / -0
    Online

    Melantur aku pelan pelan
    Ini sidik jari Tuhan kah?
    Peringatan untukku kah?
    Aroma kejujuran masa depan kah?
    Kupukul jidatku sendiri sekali
    Memang bukan

    Nahas nian laman Facebook-ku
    Namanya terangkat di ujung chat list; Friends
    Online, offline, namanya hampir selalu ada di sana
    Nurani hinggap ubah setiap kali Facebook terbuka
    Perlukah aku berbicara, bertegur sapa, mengurai kerumitan yang ada
    Ah, sial. . .

    Termediasi tidak lagi ada gunanya
    Lebih baik sekalian saja tak ada, aku nyaman memperhatikan dunia
    Kini malah berhadapan pada sudut pandang globalisasi yang terpersonifikasi
    Rajin jempol menjelajah news feed sekarang menjadi beda
    Sejak ulas senyumnya menyapaku di Indonesia
    Termediasi oleh udara dan cahaya mata
    Online tak lagi sama

    Kaku

    Terhelat ribuan kata yang ingin kujejakkan melalui keyboard
    Sekalian saja mungkin, aku offline, bahkan deactivate account?
    Paranoid ini karena aku sadar dia begitu halus
    Aku tak ingin ada apa pun bagian dariku yang menyakitinya
    Tak peduli itu realitas maya

    Beginilah aku, meraba sisi lain
    Di pojok forum Indowebster menjabar kata kata ringan
    Perlu berapa kali aku menekan backspace agar ini pasti
    Sajak yang sudah jelas tak mampu terulang kembali
    Pernahkah dia membaca ini? Hanya aku benar benar tak peduli
     
  6. fadillah46 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 11, 2009
    Messages:
    41
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +2 / -0
    Perjalanan

    Merasa lusuh itu, ketika tangan yang terikat didera norma
    Mengikuti gerak langkah ini semestinya tidak terlalu baru
    Haruslah aku akui ini sudah beberapa tahun terlambat
    Benakku berasap sedikit untuk jujur seperti ini, riskan
    Olahan kata itu dibaca nadi yang berdenyut
    Sekalipun hanya termediasi, sudah menjadi pelontar perubahan

    Tatkala fajar tersenyum terbalik di pagi hari
    Terdapat nafas yang tidak seorangpun memahami
    Raguku ini hal yang wajar, seharusnya
    Hanya, terlalu banyak yang memberikan tanda bahwa aku harus tetap berjalan
    Aku tidak bisa kembali ke masa lalu, bukan untuk memfiksikan fisika kuantum sekalipun
    Keberanian yang ternadir menjadikan keambiguan kata "mimpi" menjadi sirna

    Lompatan memori dalam rongga rongga spiritual yang bisa saja abadi
    Merenungkannya saja menjerit nyeri di kuduk
    Terbentuk sebilah elemen yang nyaris aku mencari tahu
    Meski akhirnya, "Ya sudahlah, ini memang Dia yang berbicara."

    Aku merasa malu pada setiap doa pada-Nya
    Aku menafikan diriku sendiri tanpa ingin dia berubah
    Aku percaya bahwa setiap aksi adalah reaksi, dan aku berdoa yang sebaliknya
    Maafkan aku, Bos.
    Perkara perenungan ini menandakan aku masih manusia, bukan?
    Hanya serial Kemarau Angan yang bisa aku wujudkan sembari aku menunggu takdirmu
    "Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, Tuhan yang menentukan"
    “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”
    Aku menerimanya, hulu dan hilirnya
    Kewajibanku hanya merenangi arus itu sesanggupnya​
     
  7. kuncung1212 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 31, 2008
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +2 / -0
    pahit bangt hidup lu bro
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.