1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Kapten & Queen Virtual Season 11

Discussion in 'Fiction' started by kaptenvirtual, May 19, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. kaptenvirtual Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 19, 2016
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Kapten Virtual Realitaz Ver. 1.1

    [​IMG]
    Sumber foto : http://www3.imperial.ac.uk/

    Biography :

    Aku mungkin ada dan tiada menerawang diantara impian-impian yang melambung tinggi. Ada dan tiada, realitanya aku seonggok tulisan yang terbaca mata. Banyak hal yang mereka impikan, namun kepada siapa mereka bercerita dan mengadu. Tak kan mereka mendapat jawaban yang pasti. Ini hanya bisa terjawab pada layar semu berlatar putih menuang inspirasi yang mungkin bisa meringankan galau hati mendambakan seorang penyelamat berhati murni tak tersentuh noda-noda zaman kini. Aku berada di Tahun 2025.
    Hingga waktu bergulir hingga kini, terciptalah Aku. Aku Sang Kapten Virtual Realitaz.

    Ketukan hatiku dimulai ketika semua menjadi tak jelas, seakan kilau air yang berwarna putih namun kini berlumpur tetap saja terlihat jernih. Aku ada untuk menerangkan kilaf. Ketika yang gelap menjadi seolah terang, begitu pula yang terang terbayangi warna hitam. Kisah ini berawal dari keadaan Moral yang telah tercela dengan mudah. Aku berkunjung ke suatu kota nan ramai. Langkahku perlahan menuju sebuah toko Emas. Kini kalimatku kan berganti, mudah dicerna. Sebentar, ku "klik" terlebih dahulu perangkat yang kubawa.

    Kisah mulai tertuang:

    Nuansa 1

    Dimulailah kisah awal sang Kapten Virtual. Tampaklah seorang penjaga/pemilik toko Emas sedang sibuk merapikan perhiasan emas yang siap ia jual. Kapten bertanya pada ia. "Permisi pak, saya mau tanya nieh, apa ada cincin yang cangkoknya dari Emas dan berhiaskan batu berlian murni?. Pemilik toko membalas dengan jawaban tegas. "Ada kow, tapi yaa lumayan loh harganya hehe, tapi mata berliannya mungkin nda begitu murni." Kapten melanjutkan bertanya. "Nda begitu murni gimana pak?. Apa bapak tidak punya koleksi berlian yang lengkapkah?" Pemilik toko agak gusar dan menjawab lebih cepat. "Kalo yang lengkapnya saya belum punya. Hanya ada 2 koleksi yang biasa dan 1 yang 90% berlian. Ehh sodara nyari yang itu buat sodara sendiri atau buat siapa?

    "Begini pak, saya membutuhkannya untuk saya koleksi dan bila bertambah banyak makin bagus. Anda bisa nebak sekarang untuk apa saya mengoleksi benda-benda mahal ini.", Kapten menjelaskan dengan simpel dan pemilik toko menjawabnya. "Owhh, iya iya sodara pasti kolektor perhiasan atau kolektor batu permata yahh? Ndak perlulah sodara cari di tempat laen lagi, toko saya ini yang terlengkap dan termurah. Nahh, ini yang cocok buat anda, ehm silakan dipake. Ini pas di jari manis anda..cobalah!"
    "Baik pak, ehhh iyaa loh pas. Ini sesuai selera saya, akan tetapi saya ragu. Pentingkah cincin berlian ini saya pake ya?" Owh maaf saya lupa pak, biar enak boleh saya tahu nama bapak?" Pemilik toko menjawab "Nama saya pak Ogah, tapi saya tidak ogah-ogahan orangnya, malahan saya suka yang lugas dan jelas. Adik ini mesti saya panggil siapa?"
    Panggil saya dengan sebutan Varel boleh Pak," sahut Kapten.
    "Nah tadi sodara ragu, kenapa anda bertanya lagi penting atau tidaknya? Saya malah bingung, maksud anda apa? Tujuan anda kesini pastilah melihat-lihat perhiasan dan bila cocok anda akan membelinya kan?
    "Saya berpikir bila saja saya tak jadi beli ini, maka banyak dari mereka yang menderita bisa tertolong. Begitulah yang terpikir di benak saya." sahut Kapten menjelaskan dengan lugas.
    "Sodara aneh loh, maksudnya apa tohh?. Mungkinkah sodara budgetnya lagi tekor ya, hehe, maaf saya becanda." Cincin bertahta 90% berlian ini saya jual seharga 200 juta rupiah. Saya mengerti, jarang ada yang sanggup membelinya, tapi mudah-mudahan andalah yang bakal jadi pembeli pertama di siang ini. Ya yaaa kalau anda berminatlah."

    Sang Kapten menyambung bicara, "Andai saja uang yang telah saya siapkan untuk membeli cincin berlian ini saya biarkan saja, saya akan merasa lebih senang dan bahagia ketimbang membeli cincin berlian ini. Agaknya rasa senang hanya bertahan beberapa saat saja Pak."
    Pak Ogah membalas kalimat sang Kapten Virtual, "Wahh, saya makin tak paham kenapa anda melontarkan kalimat-kalimat itu. "Anda bakal bahagia bila tak jadi membelinya, tentu sajaaa. Anda bakal bahagia karena saya tak jadi dapat jualan cincin ini, gituw toh? Anda yang senang dan saya yang murung hahaha !" Pak Ogah tertawa kecil.
    "Pak Ogah bisa ajaa, hahaahaaa!. Coba bapak bayangkan ya bila uang ini saya bayarkan semua sejumlah 200 juta rupiah langsung dah pada bapak. Nah setelahnya bapak mendadak tak bisa makan dan minum. Misalnya penyebab sakit itu akibat pengaruh cincin ini, apa yang bapak lakukan kira-kira?"
    "Tentu saya lepaskan saja langsung cincin ini agar pengaruhnya tak bereaksi. Apa enaknya tak bisa makan dan minum, saya bisa tewas donk nak.", terang Pak Ogah.
    "Saya sependapat dengan bapak kalau begitu. Jadi kan hidup lebih penting dari semua ini."
    Pak Ogah berkata, "Bila membelinya juga tak bakal merugikan nak Varel, anda jadi senang saya juga senang. Bukankah lebih baek sama-sama senang Nak?
    Sang Kapten seraya menginterogasi Pak Ogah, "Ehh memangnya ada apa ya Pak, kok ngebet nih bapak. Saya lihat dalam sinar mata Bapak seolah memendam sesuatu keinginan. Ada apa sihh Pak?"
     
    Last edited: May 22, 2016
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. kaptenvirtual Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 19, 2016
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Nuansa 2

    "Tidak ada apa-apa Nak Varel, tentu saya menginginkan agar dagangan saya laris terjual. Begitu Nak.", Pak Ogah menjawab sambil menggaruk-garuk kepala tandanya ada yang disembunyikan.

    "Terus terang saja Pak Ogah, hal ini tak akan saya sampaikan pada orang laen. Rahasia terjamin, he he he."

    "Nak Varel, sebenarnya bila saja cincin ini terjual maka cita-cita saya selama ini akan tercapai. Sudah lama saya bermimpi untuk membeli mobil yang saya dambakan."

    "Ehh. Kayak mendambakan kekasih saja Pak Ogah ini. Saya tidak percaya Bapak punya toko perhiasan yang megah ini, tapi belum memiliki mobil. Benarkah?"

    Pak Ogah menambah curhatnya lagi, "Ada sih salah satu merek keluaran "*O***." Tapi itu biasa aja saya rasa. Kali ini saya pengen beli mobil yang namanya "M******." Baguss lohh, mobil yang bentuknya ramping dan trendi.

    "Owhh begitu pengennya Bapak sama mobil itu. Nah, mending saya nda jadi beli ini sekarang, mungkin nanti Bapak bakal dapet pembeli cincin ini. Demi kebaikan Bapak, rezeki Bapak sekarang saya tunda ya."

    "Weiii jangan gitu donk nak Varel, kan sodara tak bermasalah dengan budgetnya, kow diurungkan?"

    "Bapak jangan risau atau galaulah istilah zaman sekarang, memang sepertinya saya orang yang telah mengecewakan Bapak. Namun sebaliknya saya berniat menolong, memperluas rezeki anda. Anda cukup mendoakan saya saja agar berhasil tanpa kendala. Maukah Pak Ogah mendoakan saya?"

    "Apaa? Mendoakan bagaimana Varel? Mendoakan agar sampean berumur panjang? Iyaa saya doakan. Anggap saja Varel ber-Ultah sekarang."

    "Mendoakan begini maksud saya. Sesungguhya uang ini saya bawa kesini untuk membuka pikiran Bapak. Ohh iya, sejak bertemu tadi saya telah mengetahui apa yang bapak inginkan, perangkat digital 1 Tera-bit (penyempurnaan dari teknologi 64-128 bit) ini menyatakan Pak Ogah sebenarnya udah mapan atau sangat berkecukupan. Di satu sisi anda lupa memperhatikan sudut yang lain sejenak.

    Pak Ogah bertanya dengan hati galau, "Jadi saya mesti bagaimana sekarang, tampaknya saya sudah mulai paham..ini tentang Keyakinan?" Tolong Varel perjelas lagi dengan "doa" yang anda bilang!"

    Kapten Virtual Realitaz (Varel) dengan gamblang menuturkan Keyakinannya, "Doakanlah saya agar bisa menggunakan uang ini secara baik, bukan semata-mata untuk memuaskan keinginan. Saya memang suka perhiasan cincin berlian, kali ini saya tunda saja demi saya dan demi Pak Ogah. Mari kita lihat perangkat yang saya bawa, anda cukup melihat layarnya saja. Anda perhatikan fenomena yang terjadi di beberapa belahan dunia, khususnya Indonesia. Simaklah sekarang Pak!", Kapten Virtual memperlihatkan suatu momen mengharukan pada perangkat dengan layar(screen) beresolusi di atas 4K.
     
    Last edited: May 22, 2016
  4. kaptenvirtual Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 19, 2016
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Nuansa 3

    "Anda lihat kan Pak ?" Saya atur agar layarnya tampil vertikal di atas perangkat dengan menggunakan layar cahaya proyektor" Kapten mendekatkan lagi perangkat modern itu pada pak Ogah agar layar cahaya transparan terlihat lebih jelas.
    "Itu kan anak-anak di suatu desa yang tertinggal. Dan..betapa memprihatinkan sekali situasi ini. Nah, itu ada Ibu dan seorang anak perempuannya yang lemas. Yaah, mereka hidup dalam kemiskinan, mereka banyak yang kelaparan. Saya rasa tidak ada yang memperhatikan mereka, tempat tinggalnya jauh dari akses jalan raya umum. Hanya ada sebuah jalan setapak buat mereka lalui, tutur Pak Ogah dengan mata berkaca-kaca.
    "Mereka sangat membutuhkan bantuan kita. Disinilah keseimbangan ekonomi belum tercapai. Lebih tepatnya ada kesenjangan ekonomi dalam masyarakat. Daerah yang saya perlihatkan itu adalah suatu desa di Bali di daerah *u**. Tanah yang tandus menyebabkan mereka tak bisa mendayugunakan lahan mereka untuk bertani. Jangankan bertani, air pun sangat sulit mereka dapatkan. Jika ada sumber air paling dekat jaraknya 5 atau 10 KM dari tempat mereka berada. Tak bisa saya bayangkan menjalani hidup seperti itu. Mereka tetap tabah walaupun dengan keadaan tak berdaya.", ujar Kapten Virtual. *Kasus ini nyata, bukan fiktif, namun dijabarkan dalam cerita fiktif ini*

    "Nak Varel, dengan melihat keadaan ini saya harus bagaimana sekarang? Saya sebenarnya ingin membantu mereka, tapi situasi saya sekarang rasanya belum mampu menolong mereka langsung. Saya sama seperti mereka punya keluarga dan memiliki tuntutan ekonomi untuk menghidupi keluarga saya.

    "Pak Ogah janganlah khawatir, anda tetep bisa jadi pengusaha tanpa meninggalkan pekerjaannya. Maka dari itu saya berniat mengurungkan keinginan saya membeli cincin berlian Bapak. Uang dua ratus juta rupiah rencananya akan saya pake memfasilitasi mereka yang hidup dalam kemiskinan di daerah itu. Diawali dengan pembuatan sumur bor, membuat rumah-rumah sederhana disertai memberikan sandang dan pangan juga nantinya.", Kapten memberi rincian visinya.
    "Kenapa harus bikin sumur bor terlebih dahulu nak Varel? Kan bisa kita langsung memberikan mereka kebutuhan pangan, sandang dan papan. Setelah hal itu mulai berjalan jadinya mereka bisa mulai bekerja bertani." tutur Pak Ogah.
    "Sangat penting loh pak, sumur dibikin terlebih dahulu. Mereka kan sulit hidup dengan keterbatasan air. Nantinya selain untuk minum dan MCK, air ini bisa mereka gunakan untuk mengairi sawah atau ladang mereka. Untuk tanah yang sangat tandus, bijaknya diolah menjadi ladang saja. Bisa ditanami salak, jeruk (agribisnis) dan sebagainya. Maka taraf hidup mereka akan menjadi meningkat dengan menjual hasil ladang mereka. Kuncinya yaa air, Pak, " papar Kapten.
    "Ah..bener kata nak Varel. Menimbang hal ini saya merasa sangat kurang perhatian akan nasib mereka yang menderita kemiskinan. Untung nak Varel datang ke Toko saya ini, untuk hal-hal seperti itu kenapa luput dari perhatian saya .", jawab Pak Ogah merasa menyesal.
    "Saya akan melaksanakan program ini secepatnya Pak. Bagaimana dengan Bapak sendiri?", tanya Kapten.
    "Saya sangat terketuk untuk membantu, ehh akan tetapi biaya sebesar itu tentu saya tak punya. Motor Harley saya masih nyicil lho. Gimana donk Nak?"

    Kapten Virtual memberi solusi sederhana, "Pak Ogahhhh, ini saya sebut bersedekah. Besar kecilnya sedekah itu sesuaikan dengan kemampuan Bapak. Asalkan memberi sedekah dengan hati iklas. Jangan berpikir untuk menunggu terlebih dahulu agar memiliki penghasilan ratusan juta rupiah, barulah kita bersedekah. Tidaklah seperti itu. Dan ingat satu hal. Agar amal kita berjalan dengan optimal, tak usahlah mengharapkan imbalan setelahnya. Apapun nanti hasil derma/pahala yang akan kita dapatkan nanti kita pasrahkan saja pada TYME. Keikhlasan yang menyertai pemberian sedekah/donasi adalah pintu menuju sorga loh Pak Raden, eh maaf, maksud saya Pak Ogah."
    "Ini ide yang baik sekali. Boleh saya minta tolong nak Varel? Beberapa dari penghasilan saya akan saya donasikan pada beberapa orang yang tak mampu yang anda perlihatkan tadi. Saya titipkan sama nak Varel."
    "Boleh pak, itu tak masalah. Donasi dari pak Ogah akan saya gabungkan dengan donasi yang akan saya persembahkan bagi mereka itu", papar Kapten. Untuk menghindari kecurigaan dan sebagai langkah antisipasi terhadap penipuan, saya perlihatkan kartu identitas Saya beserta foto copynya saya kasi Bapak langsung. Bapak bisa lihat kartu identitas saya, bila ada keraguan atau apa bisa dicek di situs Kepolisian RI", ujar Kapten sambil memperlihatkan KTP-nya pada pak Ogah. Pak Ogah membaca identitas Kapten dan merasa yakin atas hal ini. *KTP dalam cerita hanyalah fiktif*


    Pak Ogah berjalan ke ruang yang ada di belakang toko emas itu. Beberapa saat kemudian Pak Ogah kembali ke depan menghampiri Kapten Virtual dengan menyodorinya amplop sumbangan untuk fakir miskin yang diperlihatkan di layar Kapten tadi.
    "Bapak sangat terpuji, ini mesti bapak serahkan dengan hati ikhlas. Saya juga mendoakan Bapak agar usaha anda makin maju dan sukses. Jangan anda risau, karena saya membatalkan niat saya membeli cincin berlian yang Bapak jual ini. Yang bakal anda dapat nanti malah kebahagian sejati melebihi nilai 100 cincin berlian sekalipun.", terang Kapten pada Pak Ogah.
    "Nak Varel, saya doakan visi dan misi anda untuk selalu membantu kaum tak mampu selalu tercapai. Saya dan anda sama-sama bersedekah, semoga tak ada halangan yang merintangi jalan nak Varel. Terima Kasih Nak Varel, kini saya paham apa yang ada maksud.", papar pak Ogah.
    "Terimakasih kembali Pak Ogah, tetaplah anda bersedekah secara berkala seikhlasnya. Jangan hanya sekali, tapi sesering-sering mungkin bersedekah bila anda bisa. Selagi anda berusaha, pastilah akan bisa.", sahut Kapten.
     
    Last edited: May 24, 2016
  5. kaptenvirtual Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 19, 2016
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Nuansa 4

    Setelah banyak berbincang dengan Pak Ogah, Kapten Virtual meninggalkan toko emas. Seolah ada kesan dan sensasi yang lain di hari itu. Sudah 10tahun dia menggeluti usaha toko perhiasan khususnya menjual cincin dengan aneka batu mulia, namun baru kali ini ia kedatangan orang asing dan bergelagat tak seperti biasanya.

    Pak Ogah masih memikirkan perbincangannya tadi dengan Varel (Kapten Vritual). Masih ada sedikit rasa bimbang dalam hatinya. Baru kali ini ia merasa sangat terketuk untuk bersedekah dengan hati 80% ikhlas. Sebelumnya hanya berdonasi beberapa kali saja, itupun dua tahun yang lalu.

    Pak Ogah melamun di siang bolong, seraya berpikir mempertimbangkan sesuatu. "Tadi anak muda itu bilang kalau dengan bersedekah intinya akan membawa kebaikan bagi bersama dan membuka pintu rezeki. Dulu beberapa kali aku sempat berdonasi, ehh biasa aja tak terjadi perubahan yang signifikan dalam perkembangan usahaku. Ahh, mungkin saja waktu itu hatiku kurang begitu ikhlas memberikan suatu sedekah."

    "Anehya dia kesini awalnya berniat membeli cincin bertahta berlian ini, tapi batal. Padahal budgetnya ada. Lebih tak masuk akalnya lagi, uang 200 juta rupiah ia relakan untuk disumbangkan pada kaum tak mampu yang tak terjamah uluran tangan para dermawan. Memang beberapa tempat yang daerahnya tergolong desa/dusun tertinggal mendapat hibah dari Yayasan Kesejahteraan Sosial atau dari PEMDA setempat, sedangkan lokasi yang ia tunjukkan jauh di daerah pedalaman yang tak memiliki akses jalan yang layak.", begitu pikir Pak Ogah.

    "Segitu banyaknya yang disumbangkan, aku jadi tak tega ngeluarin duit sebanyak itu untuk berderma. Ogahh ahhh !"

    Sembari melamun, ada 4 orang yang datang menghampiri toko emas Pak Ogah. Tampaknya salah satu dari mereka berminat pada cincin bertahta berlian yang barusan mau dibeli Kapten Vitual. Dia melakukan penawaran pada Pak Ogah, sebut saja namanya Victor.

    Victor berkata, "Pak, harga yang Bapak kasi terlalu mahal. Di toko sebelah yang jenis ini dijual cuma 100 juta rupiah dan masi bisa nego. Bapak gimana sihhh, banyak banget nyari keuntungan ya, ahhh gilee!"

    Pak Ogah menampik pendapatnya, "Ketahuilah nak, ini berliannya 90% asli dan ini sudah murah. Coba saja Bapak beli yang 99% asli harganya lebih jauh lagi kisaran 500 juta rupiah."

    Teman Victor bernama Hendrik juga berkomentar, "Wihhh, model ginian banyak ada Pak. Paling ini yang masakan/imitasi kan? Kasi kami harga yang bersahabat aja pak.!"

    Victor melakukan penawaran terakhir," Bener loh pak, yang tipe ini 2 juta aja dapet."

    "Ahh nak, kenapa nawarnya jadi serendah itu? Bukan saya mempermainkan anda, cincin ini bertahta berlian asli, terus terang ini bagian dari koleksi saya bertahun-tahun dan baru minggu ini saya mulai menjualnya." jelas Pak Ogah.

    1 pemuda lainnya datang mendekat dengan posisi tangan kanan masuk ke dalam wadah kecil dari kain berwarna hitam dan mendekatkannya ke arah dada Pak Ogah. Dia menodongkan pistol ke dada Pak Ogah. Sementara 1 pemuda lagi berdiri di depan toko menghadap ke jalan raya.

    Pak Ogah terkejut dan panik,"Kalian ngapaen? Maksud kalian apa? Itu sudah harga yang pantas saya berikan. Apa-apaan ini? Apa yang kalian lakukan?"

    Victor dan Hendrik dengan santai masuk ke dalam toko emas Pak Ogah. Victor membuka laci-laci Pak Ogah dan mengobrak-abrik isinya dan mendapati uang puluhan juta. Uang itu langsung dimasukkan tas ransel. Hendrik juga melakukan aksi tak terpuji dengan menjarah perhiasan yang dipajang di bagian samping agar tak terlihat dari depan. Entah kenapa saat itu tak ada orang yang lewat di depan toko emas Pak Ogah.

    "Yaaa Tuhannn, kenapa iniii? Apa yang telah menimpa saya sekarang?, Pak Ogah bingung, panik bercampur sedih. Ia tak berani melawan karena ditodongkan senjata ke dadanya.

    Tak pikir panjang lagi, Pak Ogah berteriak, "Tolooonngggg adaa rampokkk!! Tolongggg Tolonnngg !"

    Victor membentak Pak Ogah, "Diemm kau!!, heii friend tembak ja kalau dia minta tolong lagi!", ujar Victor memberi aba-aba pada temannya yang menodongkan pistol ke arah Pak Ogah.
     
    Last edited: May 26, 2016
  6. kaptenvirtual Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 19, 2016
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Nuansa 5

    "Duhhh..kenapa ini terjadi,...aduhhhh, Pak Ogah hanya bisa memandangi semua perhiasan yang terpanjang dijarah habis empat pemuda jahat itu.

    Kejadian itu terjadi sekira 10 menit sejak Kapten Virtual meninggalkan toko emas. Suara minta tolong ternyata terdengar dari jarak sekian meter. Kapten masih berada tak jauh dari tempat itu.

    Kapten tersentak, "Ah, rasanya ada suara minta tolong samar-samar antara riuh kendaraan. Coba aku perkuat gelombang suara ini."

    Kapten Virtual membuka perangkat kecil pemindai gelombang, dan berpikir," Lohh dalam perangkat ini menunjukkan lokasinya di toko emas Pak Ogah! Hahh, ada apakah yang terjadi? Aku segera kesana!"

    Kapten Virtual mengeluarkan sesuatu dari ranselnya yang berwarna hitam, terlihat perangkat berdiamater sekitar 70 cm, ia taruh di atas jalan. Perangkat itu otomatis terbuka dan baling-baling di sebelah bawah berputar kencang namun halus. Kapten secepatnya menaiki pesawat kecil berwarna merah dan putih itu kemudian melaju dengan kecepatan penuh ke arah toko emas Pak Ogah.

    4 Sekawanan perampok telah selesai menjarah toko emas. Kini mereka berempat hendak kabur secepatnya.Terlihat wajah Pak Ogah yang ketakutan bercampur panik tanpa daya.Beberapa orang terlihat akan menolong tapi apa daya, mereka berempat bersenjata pistol mengancam orang-orang yang berniat menolong Pak Ogah.

    Ada 1 orang yang nekat berusaha menolong Pak Ogah dengan memaksakan diri masuk ke dalam toko emas. Lihatlah apa yang terjadi!"

    Hendrik (salah satu komplotan perampok) menghalangi orang tsb, "Eihhh, apa yang kau cari? Nihh kau liat apa yang nempel di jidatmu? Mau tahu rasanya kau? Sok Pahlawan Loee !"

    Hendrik tak kuasa menahan emosi liarnya. Ia merasa orang itu jadi penghalang besar aksi kejahatannya. Pelatuk pistol ia tarik dan siap "mentransfer" hujaman timah panas ke kepala pemuda yang malang tersebut.

    Kapten Virtual akhirnya datang pada saat-saat yang kritis dan melancarkan serangan menggunakan senjata mirip piringan (cakram) terbuat dari baja dengan bundaran sisinya yang setajam pisau.

    "Happpp.........hahhhh.", cakram berdesing dan berputar gesit melaju ke depan mengenai pistol Hendrik yang hendak meletus menerpa kepala pemuda yang berusaha menyelamatkan Pak ogah. Pistol terbelah menjadi dua, sempat menggores tangan Hendrik hingga terluka. Victor dan 2 kawannya lagi tak tinggal diam, dari tas dikeluarkanlah senjata laras panjang dan diarahkan ke arah Kapten Virtual.

    Victor melayangkan umpatan pada Kapten,"Eh ada pahlawan kesiangan lagi nih yang datang. Woww sayangi nasibmu nak, kalau kau mau ke neraka nikmati sajian makan sore ini!", Victor dan 2 temannya menghujani Kapten dengan tembakan senapan laras panjang mirip dengan yang dipakai pada perang di Bosnia.

    Dengan sigap sang Kapten melambung tinggi menggunakan pesawat kecilnya menghindari hujanan peluru dari sekawanan perampok beringas dan tak kenal ampun.

    Salah satu kawanan berkata,"Ayooo tembakan berikut kita arahkan ke atas, lihatlah ia terbang ke atas atap Toko. Ayooo serangg!"

    Kapten muncul lagi dari arah atas menghindari tembakan yang bertubi-tubi. Pesawat kecil membawa Kapten perlahan mengarah turun dengan kecepatan tinggi. Sang kapten lompat dari pesawat dengan melakukan gerakan salto. Sang Kapten mendarat dengan selamat sambil berguling-guling menuju arah toko emas. Pesawat kecil mirip Drone mendarat di tanah otomatis menutup dan terlipat. Selanjutnya dimasukkan ke dalam ransel. Kini Kapten berlindung di balik dinding samping toko emas.

    "Benar-benar pemuda yang keji, dimana ia dapatkan senjata-senjata itu? Aku harus segera mengakhiri kebejatan perampok ini.", Kapten melangkah dari balik dinding dan berniat masuk ke toko emas. Namun sayang ia dihujani tembakan lagi secara mendadak. Dengan cepat ia berguling ke samping belakang mengambil perisai bundar sebagai pelindung dari tembakan. Perisai ini terbuat dari parabola bekas (satellite dish) kebetulan ada di dekat kotak pembuangan sampah di sebelah barat toko emas.

    Varel (Kapten Virtual) berguling lagi ke depan kemudian berdiri berjalan cepat ke arah toko emas dengan menggunakan perisai tadi. Ia melangkah maju sambil menyerang 2 pemuda rekan Victor dengan mengibaskan perisai, menghantam keduanya hingga terjungkal di lantai. Langkah berikutnya menyerang Victor dan Hendrik dengan hantaman/pukulan tangan kosong. Victor terkapar begitu juga Hendrik. Hendrik berusaha bangkit dari lantai dan mengambil sepucuk granat dari kantong hitam di bawah meja. Ia cabut sumbu granat, berikutnya dilemparkan ke arah Kapten. Sebelum granat tiba mengenai sasaran, Kapten terkejut, tak menyangka ada beberapa granat yang mereka siapkan juga sebagai bekal merampok, "Hehh, sudah gila kau! Bawa bekal banyak-banyak.", ujar Kapten.
     
    Last edited: May 29, 2016
  7. kaptenvirtual Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 19, 2016
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Nuansa 6

    Kapten virtual dengan cepat menepis lemparan granat kiriman Hendrik dengan perisai dadakan. Perisai memantulkan granat ke arah luar toko emas dan meledak di Udara.

    "Sudahlah menyerah saja kau, temen-temenmu udah terkapar. Masih mau bertarung lagi?", ujar Kapten. Kapten Virtual sudah terlatih dalam keadaan terdesak sekalipun selalu siap menghadapi serangan tak terduga. Kapten menyusul keluar toko meladeni ajakan Hendrik bertarung.

    Hendrik melayangkan tantangan pada Kapten, "Behhhh....ayo hadapi aku diluar, ruangan ini cukup panas buat tarung." Hendrik jengkel, "Mau maen lagi?. Heahh!. Hendrik berniat kembali melancarkan serangan tapi dengan cara diam-diam. Ia membawa 10 granat besar dengan sumbu yang sudah tercabut dan siap diarahkan ke tubuh Kapten Virtual.

    Ada hal yang aneh saat Kapten keluar dari toko emas. Kapten Virtual (Varel) tidak langsung menghadapi tantangan Hendrik. Ia keluar toko dengan gerakan cepat menuju ke jalan raya sebelah. Apa yang ia lakukan?

    Hendrik tertawa, "Haahahaha, kau takut dengan granat-granatku ya? Sana pulanglah ke pangkuan Ibumu, nangis sana. Hahahahhahhahahha." Sementara itu orang-orang di sekitar toko emas berkerumun melihat kejadian ini. Beberapa saksi mata bahkan telah menelepon polisi.

    Hendrik tertawa terpingkal-pingkal mengira Kapten melarikan diri. Dari gayanya berlari, memang mirip orang mau kabur. Tidaklah demikian, Kapten Virtual berusaha menyelamatkan orang tua buta/tunanetra yang terjerembab di lubang galian C. Ia memapah orang tua itu keluar dari lubang galian C yang tergenang air. Pak tua itu selamat dan berterimakasih atas bantuan yang diberikan Kapten.

    Hendrik berkata, "Weihh orang tua malas gituan ia tolong, biarin aja ia terjerembab di galian C. Toh entar ia keluar sendiri dari lubang itu..pihhh...cari perhatian gaya si pitung!"

    Varel/Kapten bergegas kembali ke arena pertarungan yang tertunda tadi. Kapten kembali menyeberang jalan menuju toko emas yang ada di depannya. Belum begitu siap dan tanpa aba-aba, Hendrik melemparkan 10 granat tadi ke arah Varel.

    "Lagi-lagi dia nyerangku mendadak, baiklahhh! Aku akhiri saja sekarang...hepppp!" Kapten melompat tinggi dan melakukan salto gaya miring, sebelum kakinya menginjak tanah ia meluruskan tangannya ke depan dengan gerakan gesit mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah granat-granat kiriman Hendrik.

    [​IMG]
    Sumber foto: pixxel-blog.de


    Granat-granat terbelah bagai buah apel yang tertebas samurai sekaligus. Senjata laser yang terikat di telapak tangan Kapten dalam hitungan satu detik telah menggilas habis hujaman granat-granat ilegal itu. Hingga akhirnya sang Kapten menginjakkan kakinya di tanah sambil berdiri tegap memandangi Hendrik.

    Hendrik belum kapok juga. Sebuah batu besar berdiameter sekitar 50 cm ia lemparkan lagi ke arah Kapten. Melihat ulah ini, sang Kapten menggeleng-gelengkan kepala .

    "Hendrikkk, cukup sudah. Kali ini aku akhiri, yaaa aku akhiri! Tak ada lagi kesempatan nyerang aku lagi ." Varel mengeluarkan tali panjang berbahan serat fiber optik dari ranselnya. Ia melakukan gerakan cepat sambil memutar-mutar tali yang ia bawa. Selanjutnya sebuah perangkat cerdas menjepit tali itu. Tali langsung berkelebat ke depan bak ular kobra bergulung dengan ujung tali menjulur menghampiri Hendrik. Tali berputar mengelilingi tubuh Hendrik dan mengikatnya dengan erat. Hendrik jatuh tersungkur dengan tubuh terikat.

    Kapten berjalan menghampiri Hendrik, berkata dengan tenang disertai senyuman kecil, "Sudah aku bilang tadi kan, menyerahlah. Sekarang apa daya tenaga habis, usaha ngerampokmu gagal. Ada bonus lagi buat kau. Lihatlah polisi-polisi udah datang menjemputmu."

    Nantikan kelanjutannya !
     
    Last edited: May 29, 2016
  8. kaptenvirtual Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 19, 2016
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Nuansa 7

    Empat sekawanan perampok tak berdaya melawan Kapten, polisi akhirnya tiba di lokasi kejadian. Empat perampok-pun diringkus polisi. Banyak saksi mata yang melihat kejadian ini. Kapten hanya menjelaskan beberapa patah kata pada polisi, beberapa saat kemudian Kapten meninggalkan tempat itu dengan pesawat kecilnya.

    Seorang polisi bernama Septa tidak menyangka dengan apa yang terjadi tadi dan berkata,"Aneh, ada orang yang bisa mengalahkan penjahat-penjahat ini, padahal mereka sudah lama buron. Dia tak main hakim sendiri, perampok semua dalam keadaan duduk di lantai dan terikat tali. Hanya satu yang tangannya terluka, tapi cuma tergores sedikit.

    Rekannya bernama Arman juga terpana karena sempat melihat babak akhir pertarungan tadi walaupun hanya sekejap mata, "Dia juga gesit menghadapi perampok-perampok ini. Untung saja penjahat ini cepat tertangkap. Sudah 6 toko emas mereka jarah. Pihak kita sudah menyebarkan foto-foto mereka kemana-mana karena sudah termasuk dalam daftar buron penjahat kelas kakap.

    Pak Ogah datang dan menghampiri para polisi itu dan berujar, "Aduhh pak, saya tak percaya ini terjadi, tadinya saya kira mereka bermaksud baik, ternyata mereka cuma berpura-pura mau belanja. Awalnya mereka menawar cincin saya dengan harga gila, eh malah salah satu dari mereka menodong saya dengan pistol dan terjadilah penjarahan tadi. Ini dia orang yang telah menodong saya."

    Septa bertanya pada Hendrik, "Ehh kau namamu siapa?

    Hendrik menjawab, "Eh..eh, saya Hendrik, " Hendrik menjawab dengan tertunduk.

    Septa mulai mengarahkan beberapa pertanyaan, "Hendrik, kenapa kau lakukan semua ini, tidakkah kau kasian pada mereka yang tak bersalah ini. Carilah kerja yang halal, bukan dengan memilih jalan jahat seperti ini !"

    "Ini terpaksa pak, saya kesulitan ekonomi. Saya banyak punya hutang, banyak yang belum lunas lagi.", jawab Hendrik singkat.

    Septa masih menanyakan Hendrik perihal aksi kejahatannya. Arman, rekan Septa juga menanyakan Victor, Bos para geng jahat ini.

    "Kau berbuat ini sejak kapan, berkali-kali toko emas di kota ini kau jarah. Kini akhirnya kau tertangkap, hahaha," Arman menertawakan Victor.

    Victor menjawab, "Jangan penjarakan saya pak, saya tobat, tobat seriuss pak. Apa jadinya keluarga saya dirumah, istri juga lagi sakit."

    Arman membalas jawaban Victor, "Salahmu sendiri, banyak peluang kerja yang bisa kamu cari. Kau telah mengambil cara yang salah. Bukan hanya mereka yang kau rugikan, kau sakiti, kau juga rugi total, engkau bakal masuk Rutan lohh. Engkau bilang tentang keluargamu tadi, kasian sama mereka? Nah, sama orang-orang yang kau jarah kau tak kasian? Demi kepentinganmu sendiri kau merugikan orang dengan cara keji. Terbuat dari apa otakmu itu ? Coba deh kau introspeksi diri nanti di Rutan. Itu bukan saja tempat penghukumanmu, tapi juga tempat buat introspeksi diri.

    Victor menyahut, "Pakk, tolong jangan bawa saya kesanaa. Aduhh, hancurlah hidup saya!"

    Septa juga memberi pengarahan singkat pada 2 orang teman mereka yang ikut melakukan aksi ini, "Apapun yang kalian sampaikan, apapun alasan kalian, kalian jelaskan saja di kantor kami. Ayoo ikut kami ke kantor sekarang."

    "Pak Ogah, kami permisi yaa. Kami akan bawa empat buronan ini ke kantor polisi agar bisa diproses lebih lanjut.", terang Septa pada Pak Ogah.

    Pak Ogah menjawab, "Trimakasih Pak telah menangkap para pengacau ini. Saya mesti tetap waspada menghadapi segala kemungkinan ke depan. Mungkin ini memang hari yang kurang beruntung untuk saya."

    Septa menjelaskan pada Pak Ogah, "Pak Ogah tetaplah tenang. Bapak mesti berhati-hati lagi ke depannya. Ohh, barang-barang bapak yang dijarah tadi sudah dikumpulkan di bawah meja toko bapak. Tolong jangan diapa-apakan dulu, biarkan selama seminggu buat kami jadikan bukti di kepolisian. Jadi setiap hari pihak kami akan mengecek bukti-bukti yang ada di toko bapak. Ini penting sekali pak, demi keamanan bapak juga. Nanti pihak kami bakal memasang police line mengitari toko Bapak.

    Pak Ogah membalasnya,"Ehm, iya pak semoga bisa lekas diproses. Ajak mereka keliling kota ini dulu pak, biar masyarakat tahu wajah penjahat yang telah meresahkan kita selama ini."

    Pak Ogah dalam hatinya berkata, "Ahh. Seminggu aku ndak bisa jualan. Huwhh!"

    Septa tak berkata panjang lebar lagi dengan Hendrik, begitu juga Arman hanya menginterogasi Victor beberapa saat. Selanjutnya, polisi itu menahan 4 sekawanan penjahat itu dengan borgol. Mereka dinaikkan mobil pick up polisi dan duduk di atas mobil terbuka itu. Mereka dibawa ke kantor polisi untuk diproses lebih lanjut.
     
    Last edited: Jun 7, 2016
  9. kaptenvirtual Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 19, 2016
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Nuansa 8

    Cerita berlanjut ke tempat Kapten Virtual berada. Kini ia sedang minum teh di sebuah kedai khusus teh hijau di kota bernama Extrado. Setelah hari yang melelahkan melawan komplotan penjahat, Varel duduk santai di dalam kedai sambil memikirkan angan-angannya untuk memulai program sosial yang akan segera kerjakan di desa tertinggal di Kabupaten K****G****.

    Varel memikirkan sesuatu, "Mudah-mudahan mulai besok aku bisa mulai mengerjakan tugasku untuk membantu orang-orang tak mampu di desa A****." (selanjutnya disebut saja desa Kerta. Aku harus mempersiapkan dengan matang agar program berjalan dengan lancar. Akses jalan disana sangat terbatas, penuh jalan setapak dan kondisinya sudah tak layak untuk dilalui kendaraan umum. Pesawat kecil ini sangat membantuku agar bisa sampai di desa itu. Yaa, aku harus segera memulai program ini besok karena.. , tiba-tiba ada seorang wanita yang juga memesan teh hijau duduk di sampingnya.

    Wanita itu duduk dengan senyum simpul dan berkata, "Permisi, saya duduk disini yaa, di beberapa meja sudah terisi tamu dan biasanya di meja ini saya duduk pesan teh. Tak apa kan Mas..ee. Varel menjawabnya, "Ee yap, bisa bisa. Nama saya Varel, ee nama mbak siapa? "Nama saya Vanessa, ehm bener saya boleh duduk disini. Ehh saya jadi ganggu lamunannya tadi hehe. "Tidak apa-apa, nyantai ajha Vanessa, saya lagi memikirkan program saya nie hehe.", sahut Varel. Vanessa agaknya tertarik dengan kata "program" yang diucapkan Varel, ia menanyakan Varel maksud "program" itu, "Ahh program apa sih Varel? Penting ya? Jangan-jangan program Keluarga Berencana haha!" Varel menampiknya,"Ahh apaa? Program KB, ehh bukanlahhh. Program KB udah ditangani pemerintah lohh hehe. Saya berniat memulai program sosial besok ke suatu desa yang tertinggal, namanya desa Kerta. Vanessa berujar, "Ahh program sosial gimana Varel? Apa ikut yayasan ya? Apa aja isi programnya?" Varel menjawab, "Program ini khusus membantu orang-orang yang ekonominya lemah dan mereka bertempat tinggal jauh dari kota yang maju. Tempatnya di desa terpencil. Akses transportasi sulit masuk kesana, akibat akses jalan yang kondisinya tak layak. Dulu saya beberapa kali pernah ikut suatu yayasan untuk berdonasi ke kaum orang tak mampu, nah kini pelaksanaan program ini mungkin saya kerjakan dengan salah satu teman saya saja kesana. Vanessa menambahkan, "Oww begitu yaa, jarang banget ada orang yang peduli sama mereka yang terlantar disana. Beberapa kali, saya pernah juga berdonasi membantu orang yang mengalami keterbatasan atau yang menyandang disabilitas. Saya sangat senang beberapa kali bisa membantu mereka." Varel pun menyarankan sesuatu, "Bagus , bagus Vaness. Bersedekah itu yaa dilakukan berkala saja biar optimal. Artinya dengan melakukan secara berkala, otomatis kita tak lupa menyisihkan beberapa dari penghasilan kita. Orang yang sudah cukup sandang, pangan, papan dan sudah bekerja jadi pegawai atau jadi pengusaha pasti donk punya penghasilan. Bila dilaksanakan hanya beberapa kali saja rasanya kurang optimal. Tapii jangan sampai terpaksa lohh bersedekah, seikhlasnyalah. Vanessa menjawab, "Bener loh Varel, tapi kalau penghasilan pas-pasan gimana ya ? Trus pengen juga bersedekah, jadinya kan terpaksa donk?" Varel melanjutkan, "Siapa sih yang penghasilannya sangat cukup, bisa dihitung dengan jari hehe. Bisa kok sedekah berkala walaupun penghasilan kecil. Kemungkinan penyebabnya tak bisa ngatur keuangan saja terus ditambah ada "kejutan dadakan." Vanessa menyahut, "Kejutan dadakan apa? Kejutan listrik 2000 Volt?. Varel menjawab, "Bukan itu Vanes, bukan kejutan listrik buat orang kena sakit jantung. Kejutan dadakan yaa dana persiapan kalau ada apa-apa, misalnya bagi yang sudah berkeluarga kan harus siap dana ekstra buat anak-anaknya untuk kepentingan sekolah atau bila mereka sakit. Banyak sih jenis dana dadakan lainnya bukan itu saja. Nah, ini biasanya menjadi hambatan orang bersedekah. Penyebab lainnya yang tak disadari karena ambisi kita yang terlalu tinggi, misalnya sudah dapat ini pengen ini pengen itu. Selalu merasa kurang dan terus mengejar materi hingga setinggi langit. Bahkan bila sudah berada di atas pun, masih juga merasa kurang. Andaikan dikasih sampai langit ketujuhpun mungkin masih belum puas. Vanessa berujar, "Gimana donk bagusnya? Tergantung golongan ekonomi ya kuantitas yang perlu kita sumbangkan pada fakir miskin?

    Varel menjawab, "Kenapa sih perlu ribet dengan sedekah hehe. Atur saja setiap hari sisihkan beberapa persen dari penghasilan kita. Bisa 5 persen, 10 persen, yang paling penting niat dan rasa ikhlasnya. Belum tentu orang kaya selalu nyumbang banyak loh, bukan berarti mereka pelit seperti tafsiran beberapa orang. Ada juga orang kaya bersedekah dalam kuantitas banyak bahkan mencapai 50% dari penghasilan disumbangkan ke Yayasan atau langung ke tempat tujuan donasi. Sementara orang yang ekonomi menengah ke bawah jangan juga diremehkan, ada beberapa dari mereka dengan ikhlas berdonasi dengan kuantitas yang lumayan besar juga. Ada beberapa sumber media yang saya baca menganjurkan sebaiknya sekian persen atau bahkan 70 persen dari penghasilan. Fleksibel ajha, sisihkan beberapa rupiah saja dalam sehari bisa kok. Ngga harus nunggu terkumpul sejuta baru disumbangkan. Berapapun yang terkumpul dalam waktu seminggu, 2 minggu atau sebulan, itu yang didonasikan. Vanessa menjawab sambil menyilangkan kakinya, "Iya iya, ini lebih baik daripada dipaksakan dengan persen hehe, maklum saya jadi pegawai dengan penghasilan yang paslah buat biaya hidup sehari-hari. Mulai hari ini saya berusaha menyisihkan beberapa rupiah seikhlas saya.

    Varel menambahkan info lagi, "Ohh iyaa, selain kita ikut bersedekah, ingat juga lohh kita harus peduli dengan lingkungan juga. Singkatnya, ikut berpartisipasi menjaga alam dari kerusakan. Kan udah sering kita dengar salah satu usaha itu dari hal yang paling kecil tapi efeknya besar, misalnya pengurangan pemakaian plastik. Dengan mengurangi kebiasaan menggunakan kantong plastik setiap hari untuk satu orang saja akan berpengaruh pada kelestarian lingkungan. Intinya selain kita peduli pada sesama, kita juga peduli lingkungan." Vanessa menjawab, "Ternyata kita mesti peduli juga dengan lingkungan, tak hanya fokus pada pemberian donasi pada sesama manusia, ehmm banyak yang kelupaan dengan yang satu ini. Mulai dari kebiasaan kita sehari-hari sangat mempengaruhi lingkungan kita. Tuhh, orang yang buang puntung rokok sembarangan juga termasuk kategori pencemar lingkungan. Pas udah selesai merokok, yaa padamkan dulu apinya, trus buang pada tempatnya. Sering ada kejadian kebakaran ternyata juga penyebabnya puntung rokok yang apinya belum dipadamkan. Satu puntung rokok bisa melenyapkan banyak rumah sekali terjang hehe."

    Varel menjelaskan lagi programnya, "Saya mesti cepat memulai program ini, besok saya akan berkunjung ke desa Kerta. Saya akan datang menemui kerabat saya yang kebetulan tinggal di dekat sana. Melalui dia saya akan membahas program awal yang akan saya lakukan disana, misalnya mengadakan pertemuan dengan kepala desa terlebih dahulu. Kerabat saya kenal dengan baik dengan kepala desa disana. Ini bakal memudahkan menerapkan program yang saya susun, ndak langsung bekerja tanpa sepengetahuan perangkat desa, tidak boleh seperti ini.

    Nantikan lanjutannya !
     
  10. kaptenvirtual Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 19, 2016
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Nuansa 9

    "Wow, cepet banget? Harus besok ya Varel?, ujar Vanessa.

    "Begitulah, misalkan ditunda malahan bakal lambat program ini berjalan, banyak loh yang pernah mau membantu mereka, tapi tertunda karena kesibukan masing-masing, tutur Varel.

    "Ehm tentu saja kamu bisa Varel, mungkin kamu tak sesibuk orang lain, banyak aktifitas. Sementara kamu punya banyak waktu luang, begitu kan?, tanya Vanessa.

    "Tidak juga, kesibukanku juga banyak, ada beberapa perusahaan yang aku punya, ya harus di-manage secara online seperti sekarang ini udah beberapa hari aku belum sempat ke rumah. Aku harus menolong orang lain dari kesusahan walaupun ada banyak kesibukan dirumahku atau di tempat perusahaanku, jawab Varel.

    "Ohh sibuk juga yaa? Perusahaan itu di bidang apa yang kamu jalani sekarang, Varel?", tanya Vanessa.

    "Aku menggeluti usaha di bidang E-commerce, yahh berkaitan dengan IT, bertempat di District 99 daerah Khusus Kota V-Tech. Kamu pasti tau tempatnya, udah ndak asing lagi, ujar Varel dengan singkat.

    "Loh, bukannya itu perusahaan lagi bangkrut? Pernah kok masuk TV. Selain itu para pegawainya selalu terlambat dapat gaji. Bahkan yang lebih memprihatinkan banyak yang tak tahan dengan sistem kerjanya. Beberapa orang yang tak kuat menahan derita menjadi gila. Begitu aku denger.", ujar Vanessa.

    "Ahh, kamu salah denger kale, yang kamu bilang itu bukan di District 99 punyaku. Itu ada di District 96, sama sekali berbeda. Perusahaan itu bergerak dalam sektor jasa rehabilitasi orang-orang yang jiwanya terganggu akibat kena radiasi serangan makhluk luar angkasa atau "Allien", jelas Varel dengan serius.

    "Ehh maaf, kirain itu punyamu Varel, hehe, maaf, jawab Vanessa sambil tersenyum simpul.

    "Ohh, bagaimana kalau aku ikut besok ? Aku mau kesana juga, membantu orang-orang yang tak mampu. Boleh kan, Varel?

    "Begini Vanes, daerah disana cukup jauh, lagian aku ketemu temenku di daerah sana langsung. Kemungkinan aku berangkatnya sendiri dari sini.", jelas Varel pada Vanessa.

    "Alahh, bilang aja aku tak boleh ikut, yaa kan?, ujar Vanessa dengan nada sedikit kesal.

    Varel berniat menjawab keluhan Vanessa, akan tetapi terdengar suara gemuruh mendekati kedai teh dimana Varel dan Vanessa sedang berbincang-bincang.

    Vanessa terkejut dan berkata,"Suara apaan itu Varel, bergemuruh makin keras. Dibilang angin kayaknya bukan.

    Belum sempat menjawab kalimat Vanessa, tiba-tiba ada sinar laser menembus kaca kedai dan mengenai cangkir teh Vanessa. Cangkir terbelah menjadi dua bagian dan tehnya pun tumpah membasahi taplak meja.

    "Awass Vanes, ..tiarap., itu sinar laser berbahaya!", Varel dengan cepat memberitahu Vanessa.

    Vanessa pun tiarap dan berjalan jongkok di bawah meja dan mendekat ke arah Varel.

    Pemilik Kedai pun bingung dan ikut tiarap dibawah meja agar tak jadi sasaran senjata laser makhluk asing itu. Pelanggan yang lain juga panik dan menunduk dibawah meja. Suasana jadi riuh penuh ketakutan.

    "Duhh, kenapa sedang asyik minum teh ada pengacau datang, perbuatan siapa ini Varel?", tanya Vanessa dengan gugup.

    "Kemungkinan ini makhluk-makhluk yang kubicarakan tadi, mereka kadang datang bergerombol menggunakan piring terbang melesat entah kemana. Rupanya beberapa orang yang direhabilitasi di District 96 pasti karena ulah mereka. Sama halnya seperti manusia, mereka ada yang baik dan ada juga yang jahat.", jelas Varel.

    Vanessa menjawab, "Gimana ini , aku harus pulang sekarang. Hari udah semakin siang, aku harus cepet pulang. Apa mereka sudah pergi ya?

    "Ehh, jangan sekarang, mereka masih berputar-putar di atas atap kedai ini menggunakan pesawat mereka. Jangan ambil resiko, bahaya!", terang Varel pada Vanessa.

    Bukannya Vanessa mengikuti perkataan Varel, tapi ia bangkit dari bawah meja dan melangkah pergi keluar kedai teh, berniat untuk pulang.

    "Ahh, Vanes, jangan keluar, awass !", ujar Varel . Varel pun menyusul Vanessa dari belakang berniat mengamankan ia dari serangan Allien.


    Berlanjut
     
  11. kaptenvirtual Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 19, 2016
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Nuansa 10

    Varel berlari keluar kedai teh, tampaklah ada 3 piring terbang sedang menghujani beberapa rumah dengan senjata laser . Beberapa rumah tampak mulai terbakar, penghuninya sibuk memadamkan api, sambil menunggu Helikopter Damkar datang.

    Varel menarik berusaha menarik tangan Vanessa namun terlepas. Vanessa kebingungan dan ia sedang berlindung di balik mobil boks berwarna putih. Senjata laser mulai menembakkan laser ke arah Vanessa. Permukaan mobil jadi penyok dan berlubang. Vanessa masih berusaha melindungi diri dengan cara bersembunyi di belakang mobil itu.

    Varel memancing Allien itu dengan mengalihkan perhatian . Ia melambaikan tangan pada piring terbang itu. Varel berteriak, "Heiii hadapi aku, heiii!". Varel seraya berlari berlindung di balik tembok, di samping kedai teh di bagian depan. Ia juga menembakkan laser ke arah piring terbang yang masih berputar-putar di atas kedai. Tembakan Varel berhasil mengenai salah satu piring terbang dan berikutnya juga mengenai 2 piring terbang lainnya. Tapi tak ada pengaruhnya, materi pesawat terbuat dari campuran baja dan galvanize, pesawat tetap kokoh bahkan kini mulai mendekat ke arah Varel menembakkan laser dengan jarak dekat. Varel tetap menyerang mereka dengan senjata laser yang ia pakai pada telapak tangannya. Tembok depan tempat Varel berlindung retak dan hancur berkeping-keping kena serangan Allien, Varel dengan cepat berguling ke arah depan sambil menaiki pesawat kecil andalannya. Varel melaju kenjang melesat ke atas menghindari arah serangan mereka.

    Varel memberi aba-aba pada Vanessa sebelum ia melesat ke udara, "Vanes.. tetaplah kau berlindung, hati-hati, aku coba hadapi mereka!"

    Vanessa menjawab, "Aduhh gimana nie, aku terperangkap disini, entar mereka bisa menyerangku lagi!"

    Varel melesat ke atas menjauhi piring-piring terbang , bermaksud melakukan serangan dari atas. Varel mengeluarkan senjata baru dari dalam ranselnya, lebih besar dan bertenaga. Senjata ini bisa menembus body pesawat yang terbuat dari baja, dengan toleransi kegagalan 2%.

    "Nihh kalian terima ini, hiaaaahhhh!", Varel menembakkan senjata ke arah piring terbang yang berada di tengah-tengah. Laser mengenai body pesawat, beberapa detik kemudian pesawat terbelah menjadi dua . Salah satu piring terbangpun meledak di udara, puing puing pesawat jatuh mengenai atap kedai teh dan beberapa rumah disampingnya. Allien yang mengemudikan pesawat itu selamat karena telah menggunakan kursi pelontar sebelum pesawat meledak. Kini ia terjun ke bawah menggunakan sayap dari kain parasut merah yang telah terisi gas khusus. Ia tiba dengan selamat di tanah.

    Varel masih melakukan serangan pada 2 piring terbang yang tersisa. Tak luput dia dari serangan bertubi-tubi Allien itu. Serangannya makin cepat menuju Varel, Varel kini merasa dalam posisi terjepit. Ia melihat Vanessa disandera oleh salah satu makhluk yang tadi selamat dari musibah piring terbang yang meledak di udara.

    Makhluk itu berusaha berkomunikasi dengan Varel dengan menggunakan bahasa Asing, bila diterjemahkan berarti : "Heii, aku habisi temanmu ini ya, sebagai ganti kau hancurkan pesawatku, hampir aku tewas akibat ulahmu!"

    Seraya ia mendengarkan kalimat itu, mendadak dari salah satu piring terbang menembakkan jaring ke arah Varel. Varel pun kena perangkap jaring. Varel jatuh menggelinding ke tanah. Pesawat kecilnya otomatis berhenti berputar. Varel berada dalam jaring dan susah bergerak. Varel berusaha bangkit dan menyerang lagi dengan senjata barunya itu. Jaring-jaring ia putuskan dengan pisau lipat buatan jepang dengan sekejap. Jaring-jaring ia lepaskan dari tubuhnya, dengan cepat ia tembakkan lagi ke arah satu piring terbang lagi. Piring terbangpun retak, belum sempat terbelah, pesawat langsung meledak hancur di udara. Pilot pesawat itupun selamat berkat bantuan kursi pelontar, ia terjun ke tanah menggunakan kain parasut khusus.

    Vanessa dalam keadaan tersandera, berteriak, "Cepet Varel, dia mau membunuhku, pisaunya sudah menggores leherku sekarang!" Varel berkata, "Appaaa?, kalian sungguh kejam, apa maksud kalian melakukan ini? "

    Para Allien tertawa menggunakan bahasanya sediri, mirip suara makhluk kecoak yang ada di film Men in Black. Varel maju ke arah belakang mobil boks tempat Vanessa tersandera, namun kaki Varel terkena serangan rantai rahasia milik Allien yang baru saja mendarat. Varel terjatuh tersungkur. Kakinya dengan cepat terikat rantai dan tak bisa bergerak.

    Namun senjata anti baja masih dalam genggamannya, kini ia mengarahkan senjata ke arah Allien yang menyandera Vanessa. Saatnya menekan pelatuk senjata digital, tapi seketika senjatanya terkena libasan senjata Allien itu. Senjata Varel remuk berkeping-keping terkena senjata tipis berbentuk tombak.

    Satu piring terbang yang selamat dari serangan Varel turun dan mendarat di depan Varel. Makhluk yang mengoperasikan pesawat itu turun ke tanah dan menghampiri varel. Ia adalah pemimpin dari penyerangan tadi. Tubuhnya kecil, tak begitu tinggi, bermata besar sama besarnya dengan Allien yang menyandera Vanessa.

    Matanya berkedip-kedip di depan Varel tanpa menyerukan beberapa patah katapun. Sesaat kemudian ia mendaratkan pukulan ke muka Varel yang dalam keadaan kaki terikat rantai. Pukulan cukup keras hingga mengakibatkan Varel terseret ke belakang. Varel dengan sekuat tenaga merangkak dengan tangan kemudian berguling mendekati Bos Allien itu membalas pukulan Allien tadi. Saking cepatnya gerakan Varel, wajah Allienpun juga terkena pukulan dari Varel. Makhluk itu tersungkur dan punggungnya mengenai mobil boks yang ada disana. Para Allien kini murka. Varel terkena lagi belitan rantai, hingga tubuhnya terbungkus rantai. Varel tak bisa bergerak, sementara Vanessa makin panik. Pisau yang telah menggores lehernya makin erat, tak ada harapan lagi. Varel kini terikat rantai berusaha melepaskan dan meremukkan rantai itu dengan pisau digitalnya.

    Pimpinan Allien ini menyerukan untuk menyudahi aksi ini, ia memberikan aba-aba pada temannya yang sedang menyandera Vanessa. Komando telah dilontarkan. Ini berarti, Vanessa harus dikorbankan sekarang.

    Pisau yang berada di leher Vanessa kini siap ia hujamkan, namun Varel belum bisa melepaskan diri dari belenggu rantai yang mengikat tubuhnya itu. Rantai sangat kokoh terbuat dari bahan yang berbeda dan bukan dari logam yang berasal dari bumi.

    Vanessa gemetar, ketakutan, menangis, menjeritt sambil berteriak, "Tolongggg Varellllll, tolongggg!", beberapa saat lagi mata pisau mendarat di leher Vanessa. Tapi rantai yang mengikat tubuh Varel belum bisa dilepaskan.

    Berlanjut ke Page 2 : Kapten & Queen
     
    Last edited: Jul 10, 2016
  12. kaptenvirtual Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 19, 2016
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Nuansa 11

    Varel tak bisa lagi berbuat apa, rantai-rantai yang telah mengikat tubuhnya masih belum bisa terlepas. Ia berusaha dengan cepat melepaskan rantai tsb, ia bisa melakukannya dengan mudah, tapi rantai ini sangat berbeda, berbahan logam asing yang tidak bisa ditemukan di bumi. Varel hanya bisa berteriak sambil memandangi Vanessa yang akan dihujam dengan pisau dari Allien itu, "Vanessa awass !".

    Vanessa berusaha berkelit dan melawan, namun mukanya ditampar oleh Allien yang menyanderanya. Tak ada kesempatan lagi untuk menghindar, kini pisau di arahkan ke tubuh Vanessa secara cepat. Vanessa menjerit histeris,"Ahhh, Varelll toloonngg!"

    Seper-sekian detik sebelum mata pisau mengenai tubuh Vanessa, terasa kibasan angin tapi bertiup keras mengenai pisau yang akan menikam Vanessa. Pisau itu terlepas dengan cepat dan menancap di tembok di depan kedai teh. Mirip seberkas sinar putih halus mengenai ujung pisau penyandera Vanessa, itu adalah senjata yang tak asing lagi bagi Varel, ia tahu siapa yang melakukannya.

    Vanessa menjadi tenang, pisau yang hampir mengenainya terlepas dari genggaman penyandera itu. Saat itupun juga ia langsung mendorong tubuh penyandera dan berlari menuju ke dalam kedai lagi untuk berlindung.

    Para Allien terkejut akan serangan tiba-tiba ini, tapi tak tampak oleh mereka siapa pelakunya. Mereka dengan cepat menembakkan senjata laser ke arah samping kedai dimana serangan tadi berasal. Atap bagian samping kedai jadi hancur berantakan. Tembok-tembok jadi banyak yang berlubang kena sinar laser. Serangan tak membuahkan hasil.

    Berikutnya muncul lagi serangan lanjutan buat mereka, kini serangan berupa bulir-bulir kristal bercahaya melesat bak serangan peluru senjata laras panjang menghujani mereka. Mereka membalas dengan serangan senjata gelombang ultra sonik ke arah serangan itu. Allien yang menyandera Vanessa terkena serangan bulir-bulir kristal beracun itu. Dia menggelepar, terjatuh dan rebah di tanah dalam posisi tertelungkup.

    Dengan rasa murka luar biasa melihat temannya terkapar, 2 Allien yang tersisa tak tinggal diam. Serangan gelombang ultra sonik kembali diarahkan ke arah bulir-bulir kristal bercahaya merah muda. Namun kristal-kristal itu bertambah banyak menjadi bulatan cahaya besar bundar, berkelebat menyerang 2 Allien itu. Mereka langsung terjatuh di atas tanah seraya berusaha bangkit. Selanjutnya cahaya meredup kecil dan berguguran di atas tanah. Tampaklah sosok wanita berambut panjang lurus memakai mahkota ungu, berada di atas pesawat kecil mirip drone, mirip dengan yang dipakai Varel namun berwarna Pink. Dia adalah Queen Virtual Reality.

    [​IMG]

    Foto :clker.com

    Varel telah berhasil melepaskan rantai yang mengikat tubuhnya, ia heran kenapa baru kali ini ia bisa bertemu wanita ini. Sudah 5 tahun ia tak jumpa, entah apa yang terjadi.

    Varel berujar dengan lega dan heran, "Ehh kamu datang juga, setelah sekian lama kita tak bertemu. Bertahun-tahun tak ada kabar, ada apa yang terjadi?

    Queen Virtual menjawab dengan tenang, "Aku sedang banyak mengerjakan tugas kemanusiaan di Negara Virtual Twilight Q, jadi baru kali ini aku ada kesempatan meluncur kesini. Pendeteksi sinyalku menangkap ada masalah di daerah ini."

    Varel menanggapi Queen, "Iyahh mungkin karena rantai tadi menjepit perangkat digital yang ada di pergelangan tanganku, secara terenkripsi menerjemahkan keadaan ini sebagai tanda bahaya dan sampailah tanda bahaya ini ke perangkatmu Queen."

    Selanjutnya Queen Virtual disingkat Q-Rely. Menanggapi jawaban Varel yang terkesan dingin, Q-Rely memalingkan muka dan berniat kembali lagi ke Negaranya. Varel mencegatnya.

    Varel bergumam, "Ehh, mau kemana Q-Rely ? Kenapa cepet-cepet balik? Aku belum sempet bilang terima kasih atas pertolonganmu. Aku juga mau bicara sedikit tentang program yang akan aku laksanakan besok. Sebentar aja, ada kan waktu dikit?"

    Q-Rely membalas dengan nafas tak teratur, "Sudahlah, mau bicarain apa lagi Varel, aku harus cepat balik. Ada yang menungguku di negaraku sekarang, aku mesti cepet balik.", okey??!"

    Varel terdiam sesaat, dalam hati ia bergumam, "Duhh, selalu saja ia kayak gitu, nanti, besok, mau gini, mau gitu..uhh."

    Karena keadaan telah aman, Vanessa keluar dari kedai dan menghampiri Varel. Tampak wajah Q-Rely berubah tak seperti tadi.

    Vanessa menghampiri Varel dan beberapa saat kemudian berkata pada Q-Rely, "Untung mbak belum pergi, saya sangat berhutang budi pada Mbak telah menyelamatkan saya dari Allien-allien ini. Tak tahu, saya harus berbuat apa untuk membalas semua ini. Demikian juga Varel tadi telah berupaya menyelamatkan saya dari serangan-serangan makkhluk ini. Saya Vanessa tinggal tak jauh dari sini mbak, saya sangat berterima kasih atas pertolongannya, katakanlah saya harus membalas kebaikan anda dengan cara apa?!"

    Q-Rely menjawabnya,"Panggil saja saya dengan nama Q-Rely, maaf Vanessa..saya mengerti anda mau mengungkapkan rasa terima kasih dengan memberi sesuatu atau apa, tapi ini memang tugas saya membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Semua ini saya lakukan dengan ikhlas. Jadi saya tak mengharapkan balasannya, ee bukannya saya tak terima rasa terima kasihnya. Vanessa nda usah membalasnya, yang penting kamu udah selamat, itu saja sudah melegakan hati saya.

    Vanessa merasa tak enak hati, "Tapi Mbak, Saya ngerasa ndak enak, bukannya anda menolong saja dari kejadian ini tapi telah menyelamatkan nyawa saya. Tak tau saya harus berbuat apa untuk membalasnya.

    "Tenanglah Vanessa, ngapaen itu dipikirkan. Harapan saya, Vanessa lebih banyak membantu orang-orang yang kesusahan baik dengan materi atau memberi jasanya sekali waktu dan secara berkala. Itu harapan saya, itu juga saya anggap hadiah bagi saya. Tak usahlah kamu ngasi saya apa-apa, "ujar Vanessa.

    "Baiklah mbak Q-Rely, semua ini akan saya ingat seumur hidup saya, pesan-pesan yang mbak bilang akan saya laksanakan. Tapi suatu saat nanti mudah-mudahan saya bisa membalas kebaikan mbak secara langsung, tak akan saya lupakan.

    Varel iseng nyeletuk pembicaraan Vanessa dengan Q-Rely, "Ehmm untung juga detektor S.O.S dari perangkatku terpencet tadi, so dia cepet-cepet datang kesini, gituu Vanessa."

    Q-Rely berujar agak kesal, "Varel, bukan karena itu sihh aku kesini, bukan karena kamu aku kesini jangan ke GR-an lohh, sinyal yang tertangkap di perangkatku mendeteksi adanya serangan besar dari Allien dan ternyata tempatnya disini. Jangan nyimpulin sendiri, kayak peramal aja." Q-Rely langsung mengalihkan pembicaraan, "Ohh, Allien-Allien ini harus aku ikat dulu, harus diserahkan pada yang berwajib, habis itu aku harus cepet-cepet pergi.

    Varel menjawab dengan agak kesal juga, "Eh.eh tunggu apa sebentar, aku mau omong dikit ahh. Presiden ja nda sesibuk ini, sempat kok ngomong langsung ma rakyatnya. Emm.., ntaran dulu ya Queen !"

    Berlanjut di lain kesempatan.
    Terima Kasih atas Atensinya.
     
    Last edited: Jul 22, 2016
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.