Jatuh, Bangun, Ditikam dan Bangun

Hampir setiap hari ada saja yang mengeluh di depanku. Mengenai tugas-tugasnya, masalah personalnya sampai dengan kondisi kesehatannya yang akhir-akhir ini menurun. Ada apa dengan kantor ini? Bukankah saat awal berdiri kita mempunyai visi yang sama? Berjuang membuat kantor ini dan brand yang kita miliki menjadi besar?

Aku masih teringat saat mendapat panggilan dari perusahaan ini. Rasanya seperti mendapat durian runtuh di kepala. Setelah sekian lama menganggur, akhirnya panggilan datang juga. Persis dengan jurusanku waktu kuliah pula. Tak henti-hentinya aku bersyukur dan berdoa agar bisa diterima dengan langkah yang mulus.

Ternyata doaku terjawab. Inilah rejeki pertamaku setelah lulus dari kuliah. Orangtuaku pun ikut bangga dan tak lupa berpesan agar selalu menjaga diri baik-baik karena aku telah masuk ke dalam lingkungan kerja yang sesungguhnya. Walau gaji tak sesuai dengan job description yang tertera, aku tetap berharap ada kenaikan bila hasil kerjaku baik.

Aku pun membuktikannya. Setiap pekerjaan yang kulakukan mendapat tanggapan positif dari bos besar. Wah, senangnya. Teman-teman baruku juga terlihat antusias di kantor fresh from the oven ini. Kami sama-sama bekerja penuh ambisi dan target mencapai sukses. Namun itu hanya berlangsung beberapa bulan saja. Tiba di bulan kelima, perusahaan beralih kepemilikan. Ini dia awal petaka melanda.

Semua menjadi dikendalikan. Kreativitas seluas-luasnya yang diberikan oleh bos terdahulu menjadi musnah seketika. Ingin bergerak kesana-kemari, harus ada pengawasan yang ketat. Kami seperti tawanan dalam penjara. Dicurigai gerak-geriknya, dipatahkan semangatnya dan disetir keinginannya. Jelas kami tak bisa bergerak dengan keadaan ini. Semua ide tertahan dan akhirnya mati suri. Namun tak ada yang berani membantah, termasuk aku, karena aku tak tau lagi harus bekerja dimana. Cari kerja susah sekali, harus menghargai apa yang ada.

Lucunya (dan ingin marah!), masih ada saja temanku yang memanfaatkan kesempatan ini untuk membuatnya naik pangkat. Semua kemarahan kami pada empunya perusahaan, sukses dibocorkannya. Ia menjadi mata-mata sekaligus musuh dalam selimut. Seketika ia menjadi atasan kami pula. Huh, mau mengutuknya percuma. Ia akan semakin menginjak-injak.

Hingga saat itu tiba. Aku pun difitnah dengan keji. Aku dituduh telah menyebarkan isu bahwa perusahaan ini bangkrut. Aku pun segera dipanggil oleh dua atasan sekaligus. Disudutkan, dituding yang tidak-tidak. Intinya perusahaan memintaku keluar, padahal tanggung bulan, gaji terakhirku tak dibayarkan.

Apa boleh buat. AKu pun melangkah gontai dengan air mata dan dada yang sesak tertahan. Ya sudahlah jika jalanMU begini, Tuhan. Tetapi aku masih percaya bahwa rejeki dariMU bertebaran sebanyak usahaku mencari kerja.

Alhamdulillah, ya Allah. Kini aku kembali bekerja. Walau gaji yang kuterima lebih minim dari tempatku terdahulu. Setidaknya di tempat yang baru ini aku bisa lebih baik. Insya Allah.

 

Hai, IDWS Mania! Mohon bantuannya supaya IDWS berkembang dengan ikuti sosial media kami di:
Discord Forum IDWS - Facebook IDWS - Instagram IDWS - Twitter IDWS