1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen JAGA RUMAH

Discussion in 'Fiction' started by shani, Aug 19, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Jaga Rumah


    Kamis sore ketika bersantai di kamar kost aku kedatangan tiga orang temanku, Doni dan Ardi yang tetangga kost serta Bayu yang dari lahir sudah tinggal di Sidoarjo. Kami berempat kuliah di fakultas yang sama di sebuah kampus perguruan tinggi swasta di kota Sidoarjo. Sore itu Bayu mempunyai kepentingan dengan diriku, Doni dan Ardi, "rek, besok Jumat, Sabtu, Minggu aku dan keluargaku harus ke Magelang jadi aku minta tolong sama kalian untuk tinggal selama tiga hari di rumahku, ya itung-itung tolong bantuin menjaga rumahku gitu, hari Minggu sore aku sudah pulang kok, gimana mau nggak?" tanya Bayu, kami bertiga setuju untuk menolong Bayu menjaga rumahnya selama tiga hari, gak ada rasa berat di hati karena kami sering main dan sesekali menginap di rumah Bayu kalau ada tugas kuliah, orang tuanya juga sangat baik dan sudah akrab dengan kami, terutama bapaknya.

    Doni, Ardi dan diriku datang ke rumah Bayu jam setengah tujuh pagi, disana kami disambut bapaknya Bayu, "wah bagus kalian sudah datang, terima kasih ya sudah mau dimintai tolong, di kulkas sudah disiapkan segala kebutuhan untuk makan kalian selama tiga hari, tivi dan komputer di ruang santai kalian pakai saja untuk hiburan ya, itu pohon yang berbuah boleh kok kalian petik buat rujakan hehehe" kata bapaknya Bayu ramah. Lalu ketika keluarga Bayu sudah siap semua untuk berangkat ke Magelang, Bayu berpesan pada kami "sebelum maghrib lampu-lampu teras dan kebun kalian nyalakan ya, terus matikan kalau hari sudah terang, lampu kamar mandi nyalakan terus kalau malam, kalau sudah sore di sekitar pohon mangga gede itu tolong disapu yah daun-daun yang jatuh terus dikumpulkan saja di bawah mangganya gausah dibakar" pesannya, dan kami pun menyanggupi. Maka berangkatlah Bayu sekeluarga ke Magelang, kami betrtiga lalu masuk ke dalam rumah dan mulai membagi tugas, aku memilih untuk membersihkan rumah dan halaman, Ardi memasak makanan dan Doni mencuci baju dan piring serta menyalakan lampu-lampu.

    Jumat petang selepas jam 7 malam aku dan Doni bersantai nonton tivi di ruang santai sedangkan Ardi asik memasak karena kami ditinggali dengan bahan makanan yang termasuk mewah di kulkas rumah Bayu. Sejenak aku pun kebelet pipis dan menuju ke toilet di dekat dapur, sewaktu pipis dari dalam toilet aku mendengar suara anak ayam ber-cipcip ria, setelah selesai pipis aq keluar dan menuju ke Ardi yang masih memasak, "Di, tadi ada suara anak ayam rame banget, kamu juga dengar gak?" tanyaku, "oh itu suara udah dari tadi selepas maghrib, biarin aja deh Bayu kan gak melihara ayam, paling punya tetangganya yang kabur dikejar luwak " jawab Ardi sambil guyon. Kumelangkah kembali ke ruang santai untuk nonton tivi bersama Doni, "rumahnya Bayu ini bagus ya, sekomplek dengan rumah pejabat-pejabat daerah pula, di lingkungan yang lumayan banyak pejaganya kok kita dimintai tolong jaga rumah ya Ji? (namaku Aji)" ucap Doni mengawali pecakapan, "iya lingkungan disini kan aman Don, mungkin dia pingin kita week end secara layak, gak nongkrong di kost mulu hahaha" balasku, GLODHAAAK.....sebuah suara keras tiba-tiba terdengar dari arah pintu depan, Doni langsung kearah pintu dan aku mengikutinya, pintu dibuka namun tidak ada apa-apa di depan pintu atau halaman depan, Doni dan diriku hanya saling menatap keheranan.

    Tak lama kemudian Ardi memanggil kami berdua untuk makan malam, kami bertiga duduk mengitari meja makan sambil menatapi hidangan yang dimasak oleh Ardi, capcay, nasi goreng ayam dan sosis goreng aromanya sungguh sangat menggoda nafsu makan kami malam itu. Dengan lahap kami menyantap hidangan "mewah" itu sampai habis, selesai makan giliran Doni untuk mencuci piring. Sementara Doni mencuci piring aku bersantai lagi di depan tivi kali ini ditemani Ardi, "hoi kalian kesini sebentar deh" teriak Doni dari arah dapur, kami yang mulanya menonton tivi bergegas menemui Doni, "ada apa Don" tanya Ardi, "itu loh barusan ada suara anak ayam, makin lama kok makin rame terus tiba-tiba ngilang lenyap begitu saja, abis itu ada suara di pintu belakang kayak lagi mencakar-cakar pintunya dari luar" gak banyak tanya aku langsung mendekati pintu belakang dan membukanya, ternyata tidak ada apa-apa di halaman belakang, lalu datanglah semerbak aroma biji kopi sedang digoreng "wah siapa yang menggoreng kopi malam-malam begini?" tanyaku, lalu pintu kututup lagi, "kalian barusan juga mengendus bau tadi kan?" tanyaku yang langsung dijawab dengan anggukan kepala Doni dan Ardi, "sudahlah yuk nonton tivi lagi" ajak Ardi, kami pun menuju ruang santai.

    Sudah jam setengah satu malam, Doni dan Ardi sudah tidur duluan di dalam kamar sedangkan aku masih setia duduk manis di depan tivi menunggu acara sepak bola, semua lampu di dalam rumah kecuali lampu kamar mandi dan toilet kami matikan, jadi diriku menonton tivi dalam suasana ruang gelap. Mataku jadi awas ketika telingaku mendengar suara kresek-kresek dari arah dapur, kepalaku menoleh ke kanan arah dapur, entah ini hanya lamunan atau mataku sudah mengantuk sekali daria rah dapur ada seperti bayangan orang sedang meraba dan meraih-raih ke atas lemari dapur seperti sedang mencari sesuatu, paling si Ardi tuh dia kan doyan ngemil, "hei nyalain aja lampunya kalo mau ngambil makanan, entar kalo ada barang yang jatuh kan gak enak sama Bayu" teriakku ringan, lalu bayangan tadi sepertinya sudah mendapatkan yang dia cari kemudian terlihat duduk di meja makan di sebelah dapur, dalam hatiku berkata sedang apa Ardi makan di tempat gelap begitu, kan bisa kesini aja tuh anak. Krauk krauk grosak suara berisik orang yang sedang makan terdengar di telingaku, lalu kutolehkan lagi pandanganku kearah meja makan, dengan mata kepalaku aku melihat bayangan yang kukira Ardi tadi makan dengan rakus, lali dia berdiri dan berjalan pelan kearahku, kumelihat badannya semakin hitam pekat kemudian dia berhenti untuk merangkak kearahku, ngapain lagi dia-pikirku, lalu kumelihat ada yang menjulur dari badannya, menjulur dan semakin mendekatiku sebuah kepala hitam pekat bertaring dengan leher yang sangat panjang, matanya merah melotot dengan taringnya yang panjang dan suara berdesis, sontak aku kaget dan meloncat kebalik kursi lalu berlari sekuat tenaga ke kamar. "Doniiiiii...Doooon bukain pintunya Doooon, Doniiiiii bukain pintunya" teriakku keras pada Doni. Dengan mata masih mengantuk Doni membuka pintu kamar, JLEBUUUK langsung aku masuk sampai menabrak Doni dan langsung meringkuk di kasur, Doni yang ikutan kaget langsung menutup pintu dan jadi ikut ketakutan melihat tingkahku malam itu, dia lalu ikutan meringkuk sambil bertanya kepadaku "ada apaan sih ji, kamu melihat apa, aku jadi takut juga nih" kata Doni, Ardi yang ternyata ada di sbelahku juga ikut terbangun karena tingkah kami bikin berisik, "dah nyebut sana istighfar dan berdoa dengan tenang" ujarnya sambil setengah merem. Dan malam pun semakin larut, kami tidur bertiga dengan hati deg-degan menunggu pagi.

    Sabtu paginya kami bangun jam 6 pas, pagi itu tanpa berkata-kata tentang kejadian semalam kami melakukan tugas masing-masing, aku bersih-bersih, Doni mencuci baju dan mematikan lampu-lampu, Ardi menyiapkan sarapan. Pada waktu sarapan kuceritakan semua tentang semalam, Ardi dan Doni jadi ikut prihatin sambil berpikir menggunakan logika, "kamu nonton acara jorok kali Ji sampai pikiranmu ngeres, diganggu deh ama penunggu rumahnya Bayu" ucap Ardi, "enggak ah, aku kan menuggu acara bola, eh tiba-tiba ada yang gerak-gerak di dapur berisik banget, tak kirain itu kamu lagi nyari cemilan" jawabku sambil diiringi si Doni yang cekikikan, "mulai sekarang kita harus lebih santun ya, kan kita dimintai tolong dengan baik-baik sama Bayu, ini juga biar yang ikutan "menjaga" rumahnya gak marah sama kita" ucap Doni.

    Siangnya kami bertiga mengadakan acara rujakan, sementara Ardi menyiapkan petisnya Doni dan diriku memetik beberapa buah dari pohon-pohon yang ada di kebun samping, mangga, kedondong dan belimbing sudah pas untuk jadi penyegar. Kupanjat pohon belimbing yang buahnya ranum dan kuambil beberapa, Doni sedah mengambil mangga muda dari pohonnya yang sudah tua dan rindang, kemudian dia menuju pohon kedondong, datanglah angin secara tiba-tiba berhembus dengan hawa dinginnya melewati badan kami, tidak ada firasat apa-apa waktu itu, lalu kudekati Doni yang akan mengambil kedondong, kudapati dia sedang membungkukkan punggungnya tak bergerak, "kenapa Don, rematik attau kram?" tanyaku, "aduduh Ji punggungku linu keselo nih gak bisa balik lagi" balasnya, kupapah dia menuju teras rumah tempat kami menyiapkan rujakan "BLUUK!!" sebuah suara seperti benda jatuh kami dengar dari arah pohon kedondong, kutoleh namun tidak kujumpai benda apa pun yang jatuh disana, di teras kududukkan Doni sambil perlahan mengurutnya, "yang jatuh tadi apaan Ji, suaranya keras banget" tanya Doni penasaran, "gak ada apa-apa Don paling cuma kucing loncat-loncatan dari pohon" jawabku, entah kenapa tiba-tiba punggung Doni kembali sembuh, "kamu tadi memetik buah gak pake permisi ya Don, ditegur penunggunya deh kamu" celetukku, "kan sudah diizinkan sama bapaknya Bayu, ya aku langsung petik aja Ji" balas Doni. Selepas rujakan entah kenapa aku jadi sangat mengantuk, akhirnya aku menuju kamar tidur dan tidur pulas tanpa beban.

    Hari sudah petang ketika aku bangun tidur, jam menunjukkan pukul 6.25 sore, kumenoleh ke kiri dan kanan dan kudapati Doni sama Ardi masih tidur, sedikit berpikir lalu aku bangunkan mereka seperti orang yang sedang panik, "hoi ayo bangun ini sudah hampir jam 7 malam, lampu belum dinyalakan semua Don, Di ayo bangun mandi dan siapkan makan malam, aku belum bersih-bersih rumah ini" terbangun pada kaget lalu mereka melaksanakan tugas masing-masing. Jam 8 malam selesai makan kami mengobrol "haduuh koq bisa kita ketiduran semua sih, tak kirain aku sendiri tadi yang ngantuk banget, halaman sama kebun belum kusapu pula" ujarku, "besok aja Ji, ini tadi juga aku telat nyalain lampu-lampu" kata Doni, "yang penting kita gak telat makan malam" sambung Ardi bercanda. Setelah itu aku memabntu Doni mencuci piring karena tadi Ardi membuat hidangan agak banyak sekalian untuk nanti malam karena kami bertiga akan menonton acara sepak bola jam 12 malam. Tiba-tiba terdengar suara anak-anak ayam seperti kemarin malam dari arah pintu belakang, kami anggap biasa saja karena kemarin sudah terjadi, lalu mendadak kami berdua dibuat kaget dengan suara wanita menangis tersedu-sedu, merinding bulu kuduk kami, "yuk Don agak cepat, kita mulai digodain nih" kataku ke Doni, kami pun buru-buru mencuci piring lalu kembali ke ruang santai menemani Ardi nonton tivi.

    Malam itu kami asik menonton sepak bola di tivi dan lampu ruang santai sengaja kami nyalakan (gara-gara kejadian kemarin malam), Doni yang baru kembali dari toilet lalu berkata "dari petang tadi aku lupa menyalakan lampu toilet dan kamar mandi" ujarnya, "lalu barusan sudah kamu nyalain Don?" tanyaku balik dan Doni mengangguk mengiyakan. Sekitar lima belas menit kemudian perhatian kami mendadak tertuju pada kamar mandi, mulanya samar-samar terdengar suara sesorang sedaang mandi, lalu suara itu menjadi semakin jelas ditambah dengan aroma shampo yang wanginya memenuhi seisi rumah, lalu disusul dengan suara beberapa wanita sepertinya sedang bernyanyi entah dalam bahasa apa, gema dari nyanyian itu bergaung di seluruh rumah hingga kami jadi ketakutan, sesekali diantara suara nyanyian itu terdengar suara cekikikan kuntilanak. Lalu godaan lain datang dari arah pintu depan, pintu itu diketuk-ketuk dari luar dan suara ketukan itu semakin besar diiringi tawa berat seperti laki-laki tua, kami yang masih berada di ruang santai sekarang benar-benar ketakutan, sambil berpelukan erat tiba-tiba entah darimana datangnya dari arah kamar kami keluar seoarng wanita berpakainan kuning panjang hingga menyentuh lantai, rambutnya terurai sebahu, dia tertawa keras layaknya kuntilanak dan menyeringai dengan taring panjang di mulutnya, matanya melotot ke arah kami, "ayo kesini, temani mbak keramas malam ini, ayo bocah-bocah ganteng", Doni pingsan melihat itu, diriku dan Ardi mencoba untuk membangunkannya tapi tidak berhasil.

    Lalu terdengar lagi suara lainnya yang tak kalah seram "tidur kok sampai bablas maghrib, hayo bersihkan rumahku sekarang, daun-daunnya mengotori rumahku", suara itu berasal dari arah dapur dan tanpa kusadari kepalaku mengok kesana dan kumelihat sosok tinggi besar berbulu hitam lebat dengan mulut mengeluarkan taring dan mata merah menyala, makin lama badan sosok hitam itu semakin besar hingga hanya terlihat kaki sebatas lututnya menembus langit-langit dapur, hiiiiii gendruwo -gumamku dalam hati. Ardi tiba-tiba menarik tanganku "Ji ayo kita pendah ke kamar, nekat saja Ji sama kuntilanak itu" ujarnya ketakutan, kami pun nekat menggotong Doni yang pingsan menuju kamar, kuntilanak yang ada di dekat pintu kamar kami seraya menyambut "ayo sini, sini keramas sama mbak" tanpa kami hiraukan dia kusuruh Ardi langsung terobos saja masuk ke kamar. Kami pun berhasil masuk ke dalam kamar, kukunci pintunya lalu berkumpul berhimpita bersama Ardi dan si Doni yang masih pingsan. Diluar pintu masih terdengar suara cekikikan dan tangan yang mencakar-cakar pintu..............

    Kami bertiga terbangun di siang hari tanpa bisa mengingat bagaimana kejadian tadi malam itu berakhir. Hampir jam 12 siang, kami bertiga memberanikan diri untuk keluar kamar, di dalam rumah seperti tidak terjadi apa-apa, tivi pun masih menyala karena kami tinggalkan begitu saja semalam. Karena hari ini adalah hari terakhir kami di rumah ini maka kami membereskan sisa-sisa kami begadang di depan tivi semalam, setelah itu kami bertiga menuju keluar rumah, kusapu sebentar daun-daun yang jatuh di kebun (terutama di bawah pohon mangga) lalu kami duduk di teras rumah sambil menunggu Bayu dan keluarganya pulang.

    Bayu dan keluarganya kembali sekitar jam 4 sore, kami menyambutnya di teras sambil berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Sebenarnya kami diajak untuk makan malam juga tapi kami menolak dengan alasan palsu, akhirnya kami bertiga berpamitan pulang. Keesokan harinya di kampus Bayu mengumpulkan aku, Doni dan Ardi, dia lalu memberikan ke masing-masing kami sebuah amplop, "ini dari bapakku untuk kalian, kapan-kapan nanti tolongin jaga rumahku lagi yah" kata Bayu, kami bertiga saling pandang dan kompak berkata "enggak mauuuu!!!!".


    -TAMAT-

    sumber: http://tak-begitu-indah.blogspot.co.id/
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.