1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Indigo World

Discussion in 'Fiction' started by brutal85, Sep 26, 2015.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. brutal85 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 30, 2008
    Messages:
    18
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +1 / -0
    Permisi numpang nulis Cerita fiksi buatan ane



    Prologue : Indigo World

    "akh..." kepalaku terasa sangat berat , aku tak bisa mengingat apa yang baru saja terjadi, sepertinya aku baru saja tersadar dari pingsan dan sekarang berada di tengah hutan yang tidak terlalu lebat , dan lebih parahnya lagi saa ini aku sedang tidak mengenakan apa2 , tak sehelai benangpun menempel ditubuhku.

    "dimana aku sekarang" sebuah pertanyaan retorik yang tak akan dijawab oleh siapapun, akhirnya kuputuskan untuk berjalan ke sekeliling tempatku bangun untuk mencari tahu apa yang terjadi padaku/

    setelah berjalan lebih dari 6 jam tampaknya hari sudah sore sejak aku terbangun aku berhasil mengumpulkan beberapa buah berry dan membuat pakaian sederhana menggunakan daun2 kering yang kutemukan di pinggir jalan , terutama dari daun2 kering yang lebar dan mempunyai serat tebal, walaupun sejak tadi aku makan berry yang kutemukan tetap saja aku merasa kehausan dan kelaparan dan tak satupun sumber air kutemukan hingga saat ini, rasa haus serta kelelahan berjalan selama berjam-jam membuatku kehilangan tenaga dan tanpa kusadari aku mulai kehilangan tenaga di kaki dan tanganku dan pandanganku mulai gelap dan kepalaku terasa sangat berat dan seperti berputar "ukh.." aku mulai kehilangan kesadaran.


    aku mendengar seperti suara orang sedang berbicara dikejauhan, perlahan aku mencoba membuka mataku dan menyadari bahwa saat ini aku sedang berada disebuah tempat tidur , apakah hal yang barusan aku alami hanya sebuah mimpi , tapi tunggu dulu , langit2 ruangan ini terasa sangat asing bagiku , ini bukanlah langit2 kamarku, akhirnya aku putuskan untuk bangun , dan saat ini aku mengenakan pakaian dari kain sederhana , tanpa warna ataupun corak sama sekali namun terlihat bersih walau tanpa aroma parfum layaknya pakaian bersih yang biasa aku pakai dirumah yang dicuci menggunakan deterjen,

    "oh kau sudah bangun ternyata"

    tampak seseorang masuk melalui pintu dikamar yang saat ini aku berada

    "bagaimana kabarmu apakah kamu sudah merasa baikan"

    hah.. sepertinya dia berbicara padaku , tapi aku tak mengerti apa yang ia katakan padaku dia sepertinya kebingungan melihatku hanya diam saja

    "mungkin kau belum sepenuhnya pulih"

    dan benar seperti yang kukira , aku bukan salah mendengar , tapi aku benar-benar tak mengerti apa yang ia katakan , ia berbicara menggunakan bahasa yang aku tak kenal sama sekali

    "dimana aku sekarang?" tanyaku

    dia sepertinya kebingungan melihatku berbicara menggunakan bahasa yang berbeda.

    gadis yang menggunakan pakaian dengan simbol cahaya yang digambar secara kasar di bajunya tersebut sepertinya baru menyadari kalau aku tidak mengerti apa yang ia ucapkan.

    "kau sepertinya tidak dari sini , lebih baik aku memanggil tuan Fordwin kemari"

    aku masih tak mengerti apa yang gadis itu katakan, dan perlahan dia meninggalkan ruangan itu

    tak lama kemudia dian datang dengan seseorang yang menggunakan jubah agak kelabu,

    "tuan fordwin sepertinya dia orang asing , dia tidak dapat mengerti satu kata pun yang saya ucapkan kepadanya"

    "terima kasih hilda, sekarang kau boleh pergi"

    didepanku saat ini seorang pria berumur sekitar 50an

    "darimana asalmu"

    "darimana asalmu"

    "kau tak mengerti bahasa Vermundan juga ternyata"

    "baiklah untuk sementara kau bisa tinggal disini aku akan memutuskan lebih lanjut saa kau sudah pulih"

    dan tak lama orang tua itu pergi , aku yang tak mengerti satu patah katapun darinya hanya bisa diam saja , tak kusadari tubuhku ternyata masih lemas dan tak dapat bergerak banyak tanpa rasa letih yang sangat , dimeja sampingku ternyata telah disediakan semangkuk sup menggunakan mangkuk dari tanah liat dan sepoong roti yang sudah agak keras, rasa lapar yang kualami membuatku menghabiskan makanan tersebut , roti dan supnya terasa sangat hambar hanya terasa wortel dan kol rebus, dan rotinya sama sekali tidak mengembang lebih terasa seperti biskuit keras.

    rasa letih yang sangat membuatku melanjutkan tidurku , walaupun ribuan pertanyaan muncul di pikiranku saat ini , dimana aku sekarang, siapa mereka, apa yang terjadi.

    ........................................................................... ................

    sinar matahari mulai membus jendela kamar ini dan mendara di tempat tidurku berada , membuatku terbangun dari tidurku barusan...

    "sudah pagi ternyata"

    aku yang merasa lebih baik mencoba bangun dan keluar ruangan, sepertinya saat ini aku berada dibangunan yang agak luas , dengan beberapa ruangan lainnya diantara tempat yang menjadi kamarku saat ini , saat ku berjalan diantara koridor, aku bertemu dengan gadis yang kemarin mencoba berbicara padaku , dia langung menghampiriku

    "apa kau sudah baikan"

    "ah aku lupa kalau kau tidak mengerti apa yang kuucapkan"

    "aku hilda" sambil gadis itu menunjuk2an jarinya kedadanya

    "hilda" sambil terus menunjukan jarinya kedadanya

    sepertinya dia mencoba memberitahukan namanya kepadaku

    "hil... hilda" jawabaku

    "benar ha..ha.. , ya namaku hilda" sambil masih menunjukan jarinya ke dirinya sendiri

    "kalau kamu siapa?" dia mulai menunjukan jarinya kearahku

    sepertinya ia menanyakan namaku

    "indigo" aku melakukan hal yang sama menunjukan jariku kedadaku

    "In di go" ulangku

    "indigo? .. owh namamu indigo, salam kenal indigo"

    "indigo" aku masih menunjuk2an jariku kedadaku

    "kau mau kemana?"

    aku tak mengerti apa yang ia katakan

    "kemana?" dia menunjuk kearah luar bangunan

    keluar? atau ... dia ingin aku keluar? tak lama dia menarik tanganku

    "sini aku tunjukan sekitar biara ini"

    ................


    tak lama setelah berkeliling bersama hilda , aku menyadari aku sedang berada disebuah monastery atau biara sejak tadi aku meliha ada beberapa gadis yang bekerja membersihkan lantai , menyapu ruangan dan membawa air dari luar , semuanya berpakaian seperi hilda dengan simbol cahaya yang digambar secara kasar. serta beberapa orang yang datang dari luar baik pria maupun wanita yang membawa hasil pertanian dan menaruhnya dipinggir sebuah meja yang tampak seperti sebuah altar dan melakukan doa didepannya, dan sepertinya ini adalah sebuah tempa keagamaan namun bukan salah satu agama yang aku ketahui. mungkin sebuah agama asli daerah ini.

    setelah mengetahui semua yang ada dibiara ini ,hilda mencoba mengajariku bahasa asli daerah ini , dia menunjukan beberapa objek dan menyebutkan namanya dengan bahasanya

    "pohon" sambil hilda menunjuk kearah pohon

    "yang disana ,batu , jendela , pintu , lantai " sambil menunjuk beberapa objek

    hari itu kuhabiskan menerima pelajaran bahasa dari hilda

    ................................


    hampir seminggu lebih sejak aku berada di biara ini , dan selama seminggu ini aku mempelajari berbagai hal dari hilda tentang daerah ini , termasuk bahasa , kebiasaan , sejarah , kepercayaan dan hal-hal lainnya , aku mulai bisa berbicara dengan hilda secara lancar walau masih mengalami kesulitan memahami beberapa hal seperti ungkapan , kata serapan , ataupun kata-kata sulit lainnya

    "selama pagi hilda" aku yang baru saja bangun bertemu dengan hilda dikoridor , seminggu ini aku membantu hilda mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibiara ini seperti mengambil air , membersihkan ruangan dan membantu para peziarah yang datang untuk berdoa kepada dewa cahaya Aldhem

    "selamat pagi indigo" aku dengar hari ini kau dipanggil tuan Fordwin"

    "iya benar hilda, darimana kau tahu"

    "aku mendengar dari yang lain bahwa tuan fordwin tidak merasa nyaman menerima tamu pria terlalu lama di biara ini"

    ah tentu saja , aku sudah terlalu lama menjadi tamu dibiara ini , walaupun aku tidak mempunyai tempat tinggal lain , dan entah kenapa aku terdampar di daerah ini dan tempat ini merupakan tempat pemujaan dewa cahaya Aldhem serta para pelayannya , para perawan yang dipilih dari beberapa desa yang bertugas melayani Aldhem. tentu saja hal ini bukan hal yang baik untuk membiarkan seorang pria asing tinggal ditempat ini.

    "ah tentu saja, terima kasih telah mengingatkanku hilda"

    "tapi untuk saat ini aku membutuhkan bantuanmu indigo, kami baru saja mendapatkan kirimin hasil panen dari desa yang cukup banyak , tampaknya panen musim ini didesa arnis cukup banyak hasilnya, kami memerlukan tenaga untuk memindahkannya kegudang"

    "tentu saja hilda aku sangat senang bisa membantu"

    ........................

    siang itu aku membantu hilda memindahkan hasil panen dari gerobak salah satu penduduk desa ke gudang penyimpanan biara ini

    ada satu hal yang agak aneh bagiku , tapi mungkin perasaanku saja , tapi sepertinya dengan kondisiku yang sudah lebih baik dan sehat , aku mampu mengangkat barang lebih banyak dari pada biasanya , sepertinya karung gandum ini terasa jauh lebih ringan dari yang kuduga , dan badanku terasa jauh lebih ringan dibanding yang pernah kuingat sebelumnya.

    "hei hati-hati anak muda , karung tersebut sangat berat , kamu tidak mungkin bisa mengangkatnya sendirian" pria itu coba memberitahuku

    "baiklah terimakasih telah memberitahuku" aku masih ragu , walau terlihat berat tapi karung ini terasa cukup ringan bagiku

    hap.. aku mencoba mengangkat karung gandum tersebut dan menaruhnya dipundakku , dan benar saja aku mampu mengangkatnya tanpa masalah , dan sepertinya aku bisa membawa satu lagi agar lebih cepat , dan hap.. aku berhasil menaruh satu karung gandum lagi dipundakku

    "HAHHH... hei anak muda , apa kau tidak apa2 , kau yakin mau membawa 2 karung sekaligus , hati2 tulangmu bisa patah" pria itu tampknya panik

    "tidak apa2 kalau hanya segini tidak masalah , aku mampu mengangkatnya" jawabku

    aku melanjutkan membawa karung gandum tersebut ke gudang , namun sepanjang perjalanan , semua orang yang melihatku membawa 2 karung gandum yang cukup besar itu kaget dan berbisik-bisik diantara mereka

    "wah liat ..."

    "bagaimana bisa dia membawa sebanyak itu"

    "hei indigo kau baik2 saja"

    .banyak teriakan yang aku terima dari sekelilingku , aku merasa agak senang , sepertinya mereka memujiku hanya karena aku membawa beban yang tidak terlalu berat ini

    "uwaah.. indigo" hilda terlihat kaget

    "cepat taruh disana.." lanjut hilda

    aku dengan tergesa-gesa menaruh 2 karung gandum tersebut karena hilda berkata demikian

    "apa kau baik-baik saja"?"

    "aku baik-baik saja, tapi kenapa semua orang bertanya hal tersebu kepadaku?"

    "kenapa? apa kamu gila? melihat tubuhmu yang kurus dan kecil tersebut mana mungkin kau kuat membawa dua karung gandum yang sangat berat tersebut!" hilda berkata dengan nada heran namun cemas

    "hei.. aku tidak kurus dan kecil , lihat aku lebih tinggi darimu" sambil aku mencoba membandingan tinggiku dengan hilda
    aku memang sedikit lebih tinggi dibanding hilda , walau tidak terlalu tinggi dibandingkan teman-teman kuliahku lainnya , tinggiku sekitar 167cm terakhir kali aku ukur

    "tapi kenapa kau mampu membawa dua karung gandum tersebu dengan mudah , apa kau sebenarnya sangat kuat indigo?"

    "karung gandum itu tidak terlalu berat koq , coba saja kamu coba angkat"

    "yang benar?"

    "coba saja..."

    hilda coba mengankat karung gandum yang baru saja aku taruh

    "ughhh..." hilda terliha bersusah payah mengangkat karung gandum tersebut namun hanya bergerak sedikit saja

    "kau bohong , karung gandum ini sangat berat mungkin hampir 250 Rab beratnya" hilda mencoba menjelaskan

    250 Rab ? berapa berat itu ,

    "Rab? maksudmu kilo?" tanyaku

    "ah aku lupa kau tidak mengerti hitung2an dan satuan, lupakan saja" ucap hilda singkat

    tunggu dulu , aku saat ini sedang melanjutkan studiku untuk mendapakan gelar Master ku tentu saja aku mengerti hitung2an dan satuan

    "indigo, kau dipanggil oleh Tuan Fordwin ke ruangannya" teriak salah satu biarawati dari kejauhan

    "Terima kasi Anne"

    "hilda aku menghadap Tuan fordwin dulu"

    "ya baiklah, semoba berkah Aldhem bersamamu"

    "terima kasih hilda"


    tak lama ku sampai dirungan tuan fordwin , dia adalah kepala biara ini dan yang bertanggung jawab atas pengobatan yang dilakukan dibiara ini beberapa orang mengatakan Tuan fordwin memiliki kemampuan memnyebuhkan orang yang cukup hebat , dan penduduk desa sekitar sangat menghormati beliau

    "Tuan fordwin, sebelumya saya ingin berterima kasih karena telah membiarkan saya tinggal dibiara ini"

    "Indigo , mungkin kamu sudah cukup mengetahui bahwa tempat ini adalah kediaman suci dewa Aldhem dan para pelayannya, dan dewa Aldhem sangat berbelas asih kepada yang membutuhkan, namun tempat ini bukanlah tempat tinggal bagi orang asing , dan melihatmu sudah cukup sehat dan mampu , kami merasa kau sudah wakunya kembali ke tempatmu dan meninggalkan biara ini , tentu saja kau diperbolehkan untuk mengunjungi biara ini , dan aku lihat kau sudah cukup dekat dengan beberapa orang disini , tapi perlu aku ingatkan kepadamu mereka adalah para perawan yang bertugas melayani dewa cahaya Aldhem dan mereka sudah mengambil sumpah suci untuk tidak menikah sama sekali aku harap kau mengerti hal tersebut"

    "Tentu Tuan fordwin , dan saya merasa sangat berterima kasih telah menerima saya disini , saya akan pergi sekarang"

    "tidak perlu terburu-buru indigo , kau boleh tinggal disini sampai kau memiliki cukup bekal , tentu saja kami akan mempersiapakan bekal untukmu diperjalanan, mungkin perlu dua hari lagi , sampai saat tersebut kau boleh tinggal disini"

    "Terima kasih banyak Tuan fordwin"


    ...........................

    sehari lagi sebelum aku harus meninggalkan tempat ini, aku sudah mengetahui beberapa hal tentang daerah ini , dan mampu berbicara cukup lancar menggunakan bahasa Elstani.

    Tampaknya daerah ini merupakan salah satu wilayah dinegara Elstan dan memiliki negara tetangga bernama vermund diarah utara, saat ini adalah musim gugur sehingga cuaca tidak terlalu panasa namun juga tidak terlalu dingin , entah bagaimana aku bisa berada diwilayah ini dan sejauh yang aku ingat dibumi tidak ada negara yang bernama Elstan ataupun vermund , dan sejauh yang aku lihat daerah ini memiliki teknologi yang setara dengan jaman pertengahan, walaupun sedikit berbeda. teapi wilayah ini seperinya menganut sistem feodal dengan Raja sebagai kepala negara dan memiliki kekuasaan penuh dan wilayah-wilayah disekitarnya dikuasai oleh para bangsawan.

    satu penjelasan yang masuk akal adalah entah bagaimana aku bisa terdampar di dunia lain yang memiliki peradaban seperti Eropa abad pertengahan. dan sejauh yang aku ketahui abad pertengahan bukanlah waktu yang menyenangkan untuk tinggal , melihat dari sejarah angka harapan hidup abad pertengahan hanya sekitar 30 tahun maksimal yang artinya banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang bisa meninggal , seperti penyakit , serangan hewan buas, Bangsawan yang kejam , Serangan Bandit , ataupun wabah , seperti blackdeath yang menyerang eropa pada abad pertengahan dan perang antar bangsawan ataupun invasi bangsa lain.
    dan ditengah hal tersebut aku harus mencoba bertahan hidup sendirian setelah meninggalkan biara ini. tanpa perlindungan apapun aku bisa saja menjadi korban para bandit , ataupun serangan hewan buas , atau diangkap oleh pemburu budak untuk dijual kepada para bangsawan ataupun orang-orang kaya.

    begitu banyak hal yang harus aku persiapkan untuk bisa bertahan hidup , aghh.. apa yang harus aku lakukan..
    lebih baik aku mencari informasi lebih banyak lagi tentang wilayah ini tentu saja semua hal yang kuketahui saat ini hanya melalui hilda , namun sejak ia menjadi biarawati disini ia tidak mengetahui banyak hal yang terjadi diluar sana, namun jika soal kebiasaan , budaya dan adat istiadat hilda cukup banyak tahu, dan tentu saja hal tersebu sangat penting , aku tidak ingin jika tanpa sengaja aku menghina seseorang tanpa sengaja yang dapat menyebabkan diriku menjadi incaran orang untuk dibunuh.

    dan ada beberapa hal lain yang aku sadari , nampaknya disini aku mampu mengangkat beban lebih banyak dibanding di duniaku sebelumnya .. dan entah bagaimana aku mampu meloncat lebih tinggi dari yang aku ingat , mungkin penyababnya adalah perbedaan gravitasi yang lebih ringan disini dibanding dibumi , hal tersebut sangatlah mungkin karena , perbedaan gravitasi didunia yang berbeda sangatlah wajar , karena graviasi dipengaruhi oleh massa dari suatu planet , conohnya jika dibandingan bumi , dibulan hanya memiliki gravitasi sebesar 16% dibanding bumi , dan mars hanya memiliki gravitasi sebesar 38% dibanding bumi . tentu dengan gravitasi yg lebih kecil sangat masuk akal bagiku untuk bisa mengangka beban lebih banyak dibanding dibumi mungkiin mengetahui berapa besar gravitasi disini bisa menjadi hal berguna bagiku disuatu saat.

    ........................................................................... .....................................
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. brutal85 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 30, 2008
    Messages:
    18
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +1 / -0
    Chapter 1

    Ini adalah hari terakhir aku berada di biara ini , sesuai dengan janji Tuan Fordwin aku harus meninggalkan biara ini dengan bekal yang diberikan olenya.

    "selamat pagi hilda , anne"
    "selamat pagi indigo, aku dengar kau harus pergi hari ini ya?" tanya anne kepadaku
    "anne, sepagi ini kau sudah menanyakan hal yang sensitif ke indigo?" sela hilda
    "haha kenapa kau harus marah hilda, apa kau tidak ingin kalau indigo pergi ya?" goda anne ke hilda
    sebelum ada salah paham aku segera menyela anne
    "sepertinya begitu , hari ini aku harus pergi karena aku sudah berjanji pada tuan fordwin" kataku cepat
    "sayang sekali kau harus pergi , padahal lumayan jika ada pria yang membantu pekerjaan disekiar sini , terlebih setelah mengetahui kau cukup kuat untuk mengangkat beban sebesar 500 Rab sendirian, kami bisa menggunakan tenagamu untuk menarik kereta dan gerobak haha.." canda anne riang

    "anne kamu ini tidak sopan , indigo adalah tamu disini" hilda coba memarahi anne yang masih sedikit tertawa

    anne memang terlihat lebih muda dibanding hilda , dan kelihatannya mereka cukup dekat,

    "oh iya sebelum aku pergi ada yang bisa aku bantu?"

    "aku dan anne ingin mengambil air dari sumur didekat mata air , jaraknya cukup jauh... , kami membutuhkan cukup banyak air untuk persiapan perayaan minggu depan, akan sangat membantu kalau mengumpulkan dari sekarang"

    mengingat teknologi disini masih merupakan jaman pertengahan aku yakin tidak ada sumber air buatan yang cukup dekat selain dari sumber air natural , dan belum lagi untuk menyimpan air membutuhkan kendi air yang terbuat dari tanah liat yang cukup berat jika dibandingkan menggunakan dengan Jerigen plastik yang biasa digunakan diduniaku sebelumnya

    "bagaimana kalau aku ikut untuk membantu kalian"

    "apa kau yakin? jaraknya cukup jauh lho"

    "iya tidak apa-apa anggap saja sebagai terima kasih ku telah mengajariku, oh iya sekaligus kau bisa mengajariku tentang dunia luar disekitar kita disana nanti , dan juga soal membaca dan menulis"

    "membaca dan menulis?, indigo , kau ingin belajar menulis? hilda dan aku tidak tahu cara menulis sama sekali , hanya para bangsawan dan orang yang memiliki harta belerbih yang mampu pergi ke pusat studi di kota Arnar untuk belajar menulis , bahkan biaya untuk belajar menulis di akademi Arnar jauh lebih mahal dibandingkan biaya perjalanannya saja ditambah dengan izin bepergian dari bangsawan yang berkuasa"
    "tapi mungkin tuan fordwin bisa mengajarimu" sela hilda

    "tidak mungkin hilda , walaupun tuan fordwin bisa menulis namun waktu tuan fordwin tidak bisa disia2kan untuk mengajari orang asing , aku bukan bermaksud tidak sopan , tapi tuan fordwin cukup sibuk melayani para peziarah yang memintah berkah dan melayani pengobatan dibiara ini"

    aku tentu saja bisa menulis dan membaca namun menggunakan bahasa asliku , namun akan sangat merugikan bagiku jika aku tidak bisa membaca dan menulis bahasa dunia ini.
    "aku mengerti kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi mengambil air sekarang?"

    ........................

    jarak dari biara kesumber air hampir 2 jam lebih menggunakan gerobak yang ditarik oleh seekor sapi , tentu saja aku hilda dan anne berjalan disamping sapi tersebut dan tidak mengendarainya

    "hei indigo kau berjalan teralu cepat.. tunggu kami" teriak anne

    mungkin karena tingkat gravitasi yang cukup kecil dibanding dibumi tubuhku terasa sangat ringan dan aku bisa berjalan lebih cepat dari biasanya

    "maaf2 mungkin aku terlalu tergesa-gesa"

    setelah sampai disumber mata air ternyata aliran airnya tidak terlalu deras , sehingga butuh 1 jam untuk kami memenuhi 6 kendi air yang berukuran sedang, ah jika dibandingkan dirumahku yang dulu , kami cukup memutar keran dan akan keluar air sebanyak yang kami mau.

    setelah memenuhi semua kendi air tersebu kami bersiap untuk kembali

    "hei indigo , setelah pergi dari biara kau mau kemana?" tanya hilda
    "aku belum tahu , aku tidak memiliki tujuan dan belum tahu mau kemana?"
    "sayang sekali kau harus pergi dari biara"
    "walaupun tidak harus pergi aku akan tetap pergi dari biara , aku ingin lebih tahu tentang dunia ini jadi kau tidak harus merasa menyesal karena aku harus pergi"
    "kau tahu kau adalah pria pertama yang dapat berbicara bebas dengan sejak aku menjadi pelayan aldhem"
    "benarkah? ngomong-ngomong , bagaimana kau bisa menjadi pelayanan aldhem, apakah kau dipaksa untuk menjadi pelayanan aldhem , aku dengar kau tidak diperbolehkan untuk menikah"
    "dipaksa? haha tentu saja tidak , menjadi pelayan aldhem adalah suatu kebanggan bagi kami , hanya beberapa orang terpilih saja yang berhak untuk menjadi pelayan aldhem , dan kehidupan di biara tidaklah terlalu buruk , kami mendaptkan semua kebutuhkan kami dari desa disekitar yang mengunjungi biara , dan kami mendapatkan perlindungan khusus dari bangsawan Arnis , bangsawan penguasa daerah ini, salah satu biarawati disini adalah seorang keturunan bangsawan , walaupun dia hanya putri bangsawan kecil , namun hal tersebut sangatlah jarang terjadi karena biasanya para putri bangsawan akan dinikahkan dengan para putra bangsawan lainnya"
    "oh begitu..."
    tentu saja hal tersebut masuk akal , melihat sejarah kehidupan petani dijaman pertengahan sangatlah menyedihkan dibandingkan mereka yang terlibat dalam penyelenggaran keagamaan

    "ayo kita kembali ke biara"
    .................................................

    sekitar satu kilometer dari biara aku bisa melihat asap dari arah biara

    "anne hilda? apakah dibiara ada upacara yang melibakan pembakaran sesuatu hingga menimbulkan asap?"
    jika aku ingat lagi ritual pengorbanan hidup bukanlah merupakan hal yang jarang diabad pertengahan , terlebih lagi dari sebuah kepercayaan yang aku tidak pahami

    mendadak hilda dan anne menunjukan wajah cemas
    "ti.. tidak ada..." jawab hilda ketakutan
    "hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya, iya kan anne"
    "betul , indigo pasti terjadi sesuatu dibiara , kita harus berhati-hati" tambah anne

    aku yang merasa sedikit lega karena tahu tidak ada ritual pengorbanan namun jadi cemas jika hal buruk lainnya terjadi , walaupun aku harus pergi dari biara tersebu , aku merasa tempa tersebut seperti rumah bagiku , paling tidak selama seminggu belakangan ini

    "anne hilda , kalian tunggu disini , biar aku yang memeriksanya"
    "kau tidak boleh pergi kesana sendirian indigo, bagaimana jika bandit menyerang biara"

    "anne itu tidak mungkin , dua penjaga bangsawan arnis ada disekitar sini , mereka pasti akan membantu jika biara diserang oleh bandit , dan para bandit tersebu pasti tahu untuk tidak menyerang biara , karena mereka akan pasti membuat murka bangsawan arnis dan dewa Aldhem , dan bangsawan arnis akan menyewa para pemburu bayaran untuk menangkap mereka"

    "aku mengerti , tapi aku ingin kalian tetap disini"
    "hati-hati indigo , semoga berkah Aldhem bersamamu"
    aku menganggukkan kepalaku

    aku saat ini tidak membawa senjata apapun , dan jika terjadi suatu bahaya aku memerlukan sesuatu untuk melindungin diriku , namun digerobak atau disekitarku aku tak dapat menemukan satupun benda yang terbuat dari besi , ataupun pohon yang memiliki batang cukup besar untuk kujadikan senjata , akhirnya kuambil sebuah kantung dan mengisinya dengan batu dan kerikil berukuran sedang dari pinggir jalan tanah tempatku berada, dengan kantung berisi batu tersebut aku dapat menggunakannya sebagai senjata tumpul untuk bertahan

    ..................................................
     
  4. brutal85 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 30, 2008
    Messages:
    18
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +1 / -0
    sesampainya di gerbang biara , aku tak bisa menemukan seseorang pun , semua tampaknya kosong , namun aku bisa melihat beberapa tubuh biarawati yang tergeletak tak bergerak , hal tersebut terlihat sangat menyeramkan bagiku, aku belum pernah liat seseorang tewas sekalipun selama aku hidup , hal tersebut membuatku mual dan ingin muntah, benar-benar kejam para bandit tersebut , tapi aku khawatir mereka masih ada disekitar sini. dengan menguatkan hati aku putuskan utuk masuk dan keruangan pusat biara tempa para peziarah berdoa

    "Bos kami sudah mengumpulkan semua para biarawati disini, namun sepertinya ada dua orang yang sedang pergi keluar menurut salah satu dari mereka , dan dua orang lagi tewas terbunuh karena melakukan perlawanan.."
    "bagus.. bawa orang tua itu kemari..."
    tak lama salah satu anak buah bandit tersebut membawa tuan fordwin kedepan bos mereka
    "Kalian bandit biadab, kalian akan mendapatkan murka dewa Aldhem"
    "Diam tua bangka, dewa kalian bukanlah apa2 bagi kami"
    "Tuan Arnis pasti akan menghukum kalian karena telah menyerang biara ini"
    "Tuan Arnis cuih, apa kau tidak tahu tua bangka kalo Tentara Bangsawan arnis baru saja di hancurkan oleh tentara Kekaisaran di selatan Elstan, jangankan untuk melindungimu tidak lama lagi Tentara kekaisaran akan menginvasi wilayah ini dan menghancurkan Kediaman bangsawan Arnis , akan lebih baik kalau kami yang lebih dahulu mengambil harta dan kekayaan bangsawan arnis sebelum di jarah oleh tentara kekaisaran..."

    "HAHAHA... melingundi biara ini dia bilang... melindungi dirinya sendiripun dia tak akan bisa ,hey tua bangka bodoh, tidak lama lagi kami akan menyerang kediaman Bangsawan arnis yang kekurangan penjaga , semua harta kekayaan mereka akan menjadi milik kami.. HAHAHA.." tambah salah seorang bandit

    "DIAM BODOH!" si bos bandit menampar anak buahnya yang membocorkan rencananya
    "sudahlah itu tidak penting , sekarang tunjukan dimana harta dan relic berharga kau simpan tua bangka , atau nyawamu akan melayang"

    "lepaskan Tuan fordwin , kalau harta yang kalian incar , semua ada ada di altar kami tidak menyimpan apapun" teriak salah satu biarawati yg menjadi sandera

    "diamkan wanita berisik itu!" perintah bos keanak buahnya yang dilanjutkan dengan anakbuahnya menampar mulut Evelin
    "aku akan memberikan semua harta dibiara ini jika kalian berjanji segera pergi dari sini" pinta tuan fordwin ke bos bandit

    "HAHAHAHAHAHAMWAHAHAHAH tentu saja kami akan pergi dari sini setelah membawa semua wanita yang ada disini untuk dijual kepada para pemburu budak"

    "dasar kau biadab!!"

    "bunuh tua bangka itu ,tempat sekecil kita hanya perlu menggeledah tempat ini , tidak perlu terburu-buru"

    dan dengan kejamnya sibandit menusuk Tuan fordwin diperutnya berkali-kali dan melepaskannya hingga tuan fordwin tergeletak ditanah

    tangis histeris para biarawati pecah saat melihat tuan fordwin jatuh kelantai

    "DIAM ATAU KALIAN AKAN KUBUNUH JUGA!!"

    tiba-tiba dari belakangku sesosok tubuh melewati ku dengan cepat

    "dasar kau biadab , beraninya kau membunuh tuan fordwin diadalah orang suci " otak ku baru menyadari kalau yang berteriak tersebu adalah hilda di ikuti anne dari belakang

    otakku buntu aku tidak tahu harus berbuat apa , hilda dan anne tak seharusnya kemari , aku sudah bilang kemereka untuk menunggu diluar

    tak lama kemudian salah satu bandit yang berada dikoridor mengayunkan pedangnya kearah hilda

    "Hilda awass!" teriak ku reflek , namun entah waktu yang berjalan terlalu lambat bagiku atau mungkin adrenaline rush yang membuat semua serasa terhenti dan begitu aku menyadari yang terjadi hilda sudah jatuh dengan perutnya terburai oleh sabetan pedang para bandit
    melihat hal tersebut , segala sesuatu menjadi sangat nyata bagiku , saat ini bukanlah mimpi , dan saat ini didepanku orang yang pertama kali bertemu denganku , gadis yang pertama kali berbicara denganku didunia ini , mendjadi korban salah satu bandit yang ada didepanku
    "HIldaaa..." anne berteriak histeris , aku segera menangkap anne yang mencoba berlari mendekati tubuh hilda yang terjatuh

    "anne berhenti"

    "jangan diam saja bunuh pria itu " teriak si bos bandit

    ini bukanlah sebuah film ini fiksi , para bandit ini tidak akan mencoba menghabiskan waktu untuk berbicara denganku , mereka akan mencoba membunuhku secepat mungkin , bahkan jika aku lari aku yakin bandit2 ini akan mengejarkan dan coba membunuhku ,dan hilda dalam kondisi kriis aku harus menolongnya , tapi aku harus melawan para bandit ini , ada sembilan orang yang bersenjatakan pedang sedangkan aku hanya bersenjatakan kantung berisi batu,

    aku bukanlah seorang pahlawan , aku tidak bisa ilmu bela diri , aku bahkan tidak tahu cara berkelahi , aku bisa menarik tangan anne dan mencoba lari dari sini.
    swing..!!

    sebuah sabetan pedang meleset 1cm dari mukaku , sekali lagi aku disadarkan bahwa ini bukan film waktu tidak berheni saat kau berpikir , aku yang baru menyadari apa yang terjadi , mencoba menarik anne untuk kabur
    "Anne pergi dari sini"
    "Tapi hilda?!..." tangis anne

    aku yang tak mampu berpikir jelas , aku tidak tahu harus apa ..

    "INDIGO!" seakan ditabrak truk aku baru menyadari betapa bodohnya aku , bahkan disaat aku dibutuhkan aku tak mampu memutuskan pilihan secara cepat, jawabannya simpel , LAWAN! naluri untuk Melawan atau Lari ada untuk sebuah alasan , dan saat ini jawaban yang paling tepat adalah lawan mereka.

    sibandi mulai mengayunkan pedangnya lagi , aku yang panik memejamkan mataku disaat aku mencoba menghindar ,

    'that was supid of me' sudah jadi reflek kalo orang ketakukan pasti memejamkan mata , tapi dikondisi antara hidup dan mati memenjamkan mata selama sedetik bikin perbedaan antara hidup dan mati ,

    begitu si bandit kehilangan keseimbangan saat gagal menebasku, aku segera mengayunkan kantung berisik batu tersebu kearah kepala sibandit dan sibandit langsung terkapar
    aku tak pernah berharap satu pukulan bisa membuat seorang bandit pingsan , walaupun berisi batu , mungkin alasan utamanya adalah tingkat gravitasi yang rendah membuatku bisa mengayunkan batu tersebu lebih cepat dan bertenaga, dengan segera aku mengambil pedang milik sibandit
    sebuah pedang yang ditempa secara kasar yang masih ada darah hilda menempel, hal pertama yang kulakukan dengan pedang tersebut adalah menusukan ke sibandit yang jatuh pingsan tadi , aku tidak ingin ia bangun dan menyerangku dari belakang

    melihatku membunuh salah satu dari mereka , mereka semua mendadak murka
    salah satu diantara mereka mengayunkan pedangnya ke biarawati yang disandera, aku dengan siaga melemparkan kantung berisi batu tersebu kearah sibandit namun meleset
    dan ayunan pedang sibandit menebas leher belakang salah satu biarawati tersebut dan si biarawati terkapar seketika
    "saudari NIA!!!, tidaaakkkk" teriak anne

    'damn that was my fault for missing that shot' melihat tingkah biadab sibandit , dan merasa memiliki kemungkinan menang membuat amarahku meluap dan ingin membunuh mereka semua
    aku segera berlari dan meloncat kerah sibandit , dengan pedang menghunus kearahnya aku menerjang sibandit , dengan tingkat gravitasi yang rendah aku mampu berlari dan melompat lebih cepa dan lebih tinggi dari biasanya,
    tak lama sibandit barusan tumbang

    beberapa orang bandit lainnya menerjang kearahku, ada satu hal yang aku sadari , bahwa para bandit ini cukup lambat dan lemah , mungkin tingkat gravitasi yang rendah membuat mereka memiliki massa otot yang lebih sedikit dibanding diriku dan manusia bumi lainya , setelah aku dapat mengendalikan diriku dengan kalem dan relax aku dapat menghindari serangan mereka dengan mudah , seakan aku dapat bergerak jauh lebih cepat dari mereka , dan aku mampu mengayunkan pedang lebih kuat dan lebih cepat dibanding mereka , aku merasa seperti seorang super human , dengan cepat aku mengayunkan pedangku kesalah satu bandit yang menerjang kearahku , aku tidak tahu cara bermain pedang , tapi aku tahu baseball atau kasti , dan kuayunkan pedangku seakan ingin memukul bola yang dilempar kearahku
    dan Crasshh.. , kepala si bandit melayang saat pedangku mengenai lehernya

    melihat hal tersebut bandit yang lain berhenti , seakan tak yakin apa yang mereka lihat

    "mustahil bagaimana bisa "
    "jangan diam bodoh , bunuh dia , dia hanya seorang diri"

    aku tak punya banyak waktu , hilda masih terkapar dilantai , aku perlu menolongnya segera ,
    aku mulai menerjang dan menghindar diantara serangan para bandit dan mulai merobohkan mereka satu-persatu secara cepat , memiliki kemampuan seperti superhuman benar-benar berguna dalam pertarungan , dan tak lama akhirnya aku berhadapan dengan si bos bandit

    dia seakan tak ingin membuang waktu dan segera menerjang kearahku dengan cepat , aku tak punya cukup waktu untuk menhindar , aku mencoba menangkisnya dengan pedangku, tanpa keahlian pedang yang cukup aku berhasil menangkis pedang sibos bandit namun aku mengalami luka sayat ditanganku yang cukup dalam , dengan reflek aku menendang kaki sibos bandit dan membuatnya terjatuh , tak lama kuhujamkan pedangku kearahnya.

    aku segera berlari kearah hilda

    "hilda..!"
    "hilda..!"
    anne yang histeris memanggil nama hilda berkali-kali

    "minggir sebentar anne"

    luka gores yang cukup dalam , namun tak ada organ dalam yang terkena , namu aku harus segera menghentikan pendarahan hilda , atau dia tak akan bertahan.
    aku segera merobek pakaianku , dan mencoba memerban luka hilda , namun pakaian kotor yang kugunakan bukanlah hal yang terbaik untuk menutup luka , kemungkinan infeksi pada luka akan sangat besar , namun jika aku tak menghentikan luka hilda sekarang dia tak akan bertahan
    aku bahkan tak yakin apa yang harus kulakukan , saat ini aku perlu menjahit luka hilda dan memberikan transfusi darah kehilda untuk mengganti darahnya yang hilang , namun aku tidak tahu apa golongan darah hilda , dan disekitar sini tidak ada yang bisa kugunakan.

    "anne , apa dsini ada yang bisa digunakan untuk berobat"
    anne yang masih histeris tak menjawabku
    seingatku hilda pernah bilang kalo tuan fordwin melakukan pengobatan diwilayah ini
    aku memerlukan , antibioik , alat jahit luka dan perban
    ..............................................

    setelah semua usai , hilda terbaring lemah disalah satu kasur dibiara , aku hanya bisa menghentikan pendarahan pada luka hilda , dan memerban luka hilda dengan kain yang kurebus di air mendidih untuk mensterilkannya , seperi yang kuduga , pengobatan yang dilakukan tuan fordwin hanyalah pengobatan berdasarkan kepercayaan dan efek placebo serta pengobatan ringan menggunakan tumbuh-tumbuhan sederhana, aku memerlukan antibiotik unuk mencegah infeksi dan jarum , aku akan mencoba menjahit luka hilda begitu ia lebih baik , dan aku juga memerlukan obat penenang untuk meringankan rasa sakit hilda,
    untuk jarum dan jahi aku yakin didunia ini mereka memilikinya , karena sudah ada teknologi pembuatan baju sederhana yang memerlukan jahitan , namun untuk antibiotik aku , harus menemukan jamur khusus yang memiliki efek antibiotik , atau penisilin lebih tepatnya.

    penduduk yang datang untuk berdoa , membantu membersihkan dan memindahkan mayat para bandit dan membantu menguburkan tuan fordwin dan 3 biarawati lainnya. sedangkan 7 lainnya tidak tahu harus kemana , tanpa perlindungan bangsawan Arnis tempat ini sangat rawan karena agak jauh dari desa manapun, dan tanpa tuan fordwin sebagai kepala biara yang meiliki pengetahuan khusus tentang dewa Aldhem mereka tidak yakin akan mampu menjalankan tempat ini seperti biasanya.
     
  5. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,819
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    halo, selamat datang di sf fiction :hi:

    sebelumnya, ceritanya silakan dirapikan pake spoiler dulu ya. kalo bingung, bisa quote post saya ini biar tau caranya :hmm:

    well, mengenai tatacara menulis saya gak mau komentar, tapi buat ceritanya sendiri sepertinya menjanjikan. yang saya suka disini adalah penggambaran suasana yang gak tau kenapa kerasa hidup. still, buat alur ceritanya, rasanya masih perlu beberapa perbaikan.

    saran saya, cobalah buat baca ulang lagi cerita yang selesai kamu tulis, nantinya kamu bakal ngerasa dimana letak gak enaknya.

    okelah lanjut :nikmat:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.