1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Lounge IDWS HEALTH CENTER 11th : Pityriasis Versicolor

Discussion in 'Intensive Health Unit' started by Iya_an, Sep 27, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Iya_an Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 24, 2012
    Messages:
    6,744
    Trophy Points:
    218
    Ratings:
    +38,104 / -89
    Welcome To IDWS Keep Up Your Health Lounge

    [​IMG]

    RULES




    Lounge = Ruang santai . So kalau mau ada yang OOT, ato mau diskusi santai It's Ok ~ It's Lounge

    Dilarang Dobel post, tri Post, dst dengan sengaja, Biasakan pake Multiquote

    Di harapkan tidak membawa/Menyinggung SARA dalam diskusi (Suku, Agama, Ras Dan Antar Golongan)

    Di harapkan Berbicara yang sopan dan santun

    No spam, no troll, no bot dan saling menghormati sesama member

    Reset setiap 100 page & TS berikutnya adalah member yang ngepost pada postingan yang ke #999

    Setiap TS diharapkan menyiapkan materi yang berhubungan dengan kesehatan untuk lounge selanjutnya,
    jadi ketika ada lounge baru, TS baru hanya perlu mengcopy dan begitu seterusnya
    Format penulisan loungenya = IDWS Health Center ( Part ) : Judul Materi


    NB : Rules bisa diubah kapan saja sesuai dengan kebutuhan thread dan perkembangan SF Intensive Health Unit





    Total Posts1,008 [h=2]Who Posted?[/h]

    Show Thread & Close Window

    Page generated in 0.2095 seconds with 8 queries.


     
    Last edited: Sep 27, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Iya_an Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 24, 2012
    Messages:
    6,744
    Trophy Points:
    218
    Ratings:
    +38,104 / -89
    ARTIKEL 01



    Pityriasis Versicolor adalah penyakit yang menyerang bagian kulit. Penyakit ini bisa diderita oleh siapa saja, baik itu laki-laki maupun perempuan, baik itu anak-anak, mudah maupun orang tua. Timbulnya penyakit ini disebabkan oleh jamur Pityrosporum ovale. Panu adalah penyakit yang tidak begitu berbahaya namun jika dibiarkan akan sangat mengganggu. Bagi anda yang suka memperhatikan penampilan, penyakit ini mungkin akan menjadi musuh utama yang harus segera dihilangkan. Panu akan merusak penampilan karena kulit akan timbul bercak-bercak berwarna putih, kadang juga berwarna coklat maupun merah. Rasanya sangat gatal apalagi jika sedang berkeringat. Penyakit panu bisa menular dari satu orang ke orang yang lain.

    Gejala Penyakit Panu
    [​IMG]
    Penyakit panu sering muncul tanpa disadari oleh kita apalagi terletak disekitar punggung. Gejala yang sering timbul yaitu rasa gatal ketika berkeringat dan warna sebagian kulit berubah menjadi putih, coklat bahkan merah tergantung dari pikmen si penderita. Pada bagian kulit yang terserang panu biasanya terdapat sisik halus yang menutupinya. Bagian-bagian yang sering diserang panu yaitu:


    • Kulit kepala
    • Lipatan lengan
    • Leher
    • Wajah
    • Tangan
    • Punggung
    Cara mengobati panu secara tradisional
    Cara mengobati panu yaitu bisa menggunakan cara tradisional. Cara ini sangat mudah kita lakukan sendiri di rumah. Bahan-bahannya yaitu dari hasil perkebunan maupun pertanian. Walaupun cara tradisional namun cara ini sudah banyak terbukti bisa menyembuhkan penyakit panu. Beberapa pengobatan penyakit panu yaitu sebagai berikut.

    1. Lengkuas
    Lengkuas merupakan bahan yang juga sering digunakan untuk campuran masakan. Lengkuas juga dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit panu. Caranya yaitu siapkan beberapa lengkuas kemudian kupas hingga bersih dan basuh menggunakan air. Setelah itu, tumbuk hingga halus dan campur dengan minyak tanah. Oleskan ramuan ini secara rutin setiap pagi setelah madi dan malam hari sebelum tidur. Sebelum mengoleskan, usahakan kulit benar-benar kering dan bebas dari keringat. Lakukan hal ini secara rutin hingga panu hilang dan kulit anda menjadi normal lagi.

    2. Bawang Putih
    Bawang putih merupakan bahan yang sering ditemui di pasar. Bahan ini sering digunakan untuk campuran dalam memasak berbagai sayur. Walaupun demikian, bawang putih juga dapat digunakan untuk mengobati panu. Caranya yaitu mudah sekali, siapkan 1 siung bawah putih kemudian potong menjadi 2 menggunakan pisau. Setelah dipotong, oleskan potongan bawang putih pada bagian kulit yang terkena penyakit panu. Potongan bawang putih ini biasanya terdapat getah. Getah itulah yang dimanfaatkan untuk penyembuhan penyakit ini. Lakukan hal ini secara rutin setiap pagi setelah selesai mandi dan malam hari ketika mau tidur.

    3. Jeruk Nipis
    Jeruk nipis memiliki banyak manfaat untuk pengobatan secara alami maupun untuk perawatan kecantikan. Selain itu juga bidapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan kulit yang terkena panu. Caranya yaitu siapkan satu buah jeruk nipis kemudian potong menjadi 2 bagian. Siapkan juga belerang yang sudah ditumbuk secara halus. Ambil potongan jeruk nipis kemudian oleskan pada belerang dan oleskan pada kulit yang diserang penyakit panu. Lakukan ini secara rutin hingga panu berangsur-angsur hilang.

    4. Daun Pare
    Pare merupakan tanaman yang sering digunakan untuk campuran sayur dan rasanya pahit. Untuk mengobati panu bisa menggunakan daun pare. Caranya yaitu tumbuk secara halus beberapa daun pare kemudian campur dengan kapur sirih. Setelah itu gunakan untuk mengoleskan bagian kulit yang terdapat panu. Lakukan rutin setiap pagi dan malam ketika akan berajak tidur.

    Cara mencegah Penyakit Panu
    Penyakit panu memang sangat mengganggu penampilan, selain itu jika panu tumbuh pada daerah yang terlihat juga dapat mengurangi rasa percaya diri. Rasa gatal yang timbul juga menjadikan tidak nyaman oleh sebab itu, jika tidak ingin terserang penyakit ini jagalah kebersihan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit panu.

    1. Mandi secara teratur, minimal 3 kali satu hari
    2. Jagalah kebersihan pakaian
    3. Gunakan pakain dengan bahan yang dapat menyerap keringat
    4. Gunakan handuk yang bersih, handuk merupakan alat yang sering dipakai dan sering lembab dan biasanya juga kurang diperhatikan.
    Itulah tadi tentang penyakit panu, cara pencegahan, dan cara mengobati penyakit panu yang saya tulis secara lengkap untuk menambah wawasan kita bersama. Badan yang sehat adalah dambaan semua orang karena dengan memiliki badan yang sehat, jiwa kita juga akan semakin kuat dan sehat.
     
    Last edited: Sep 27, 2013
  4. Iya_an Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 24, 2012
    Messages:
    6,744
    Trophy Points:
    218
    Ratings:
    +38,104 / -89
    Ada yang tahu penyakit apa itu :garing:

    ARTIKEL 02


    [​IMG]

    [FONT=Tahoma, Arial, sans-serif] KESEHATAN [/FONT]

    [FONT=Bookman Old Style, Arial]Misteri Penyakit Panu yang Jarang Diketahui Manusia[/FONT]
    [FONT=Georgia, Times New Roman, Times, serif]Oleh : Dr. Dito Anurogo | 01-Aug-2008, 17:51:09 WIB[/FONT]

    [FONT=Bookman Old Style, Georgia, Times New Roman, Times, serif]KabarIndonesia - "Rahasia Penyakit Panu yang Tak Pernah Terungkap Kini Tersingkap" Di dalam artikel ini akan dibahas segala sesuatu tentang penyakit panu, yang meliputi:
    1. Pengantar
    2. Sinonim
    3. Definisi
    4. Penyebab
    5. Patofisiologi dan Patogenesis
    6. Epidemiologi
    7. Pemeriksaan Fisik
    8. Manifestasi Klinis
    9. Predileksi atau Distribusi
    10. Berbagai Bentuk Panu
    11. Pemeriksaan Laboratorium
    12. Penemuan Histologis
    13. Penatalaksanaan Panu
    14. Penyulit
    15. Prognosis
    16. Diagnosis Banding
    17. Tahukah Anda?
    18. Bacaan Lebih Lanjut
    19. Tentang Penulis


    Pengantar
    Panu merupakan infeksi jamur kulit superfisial yang umum, tidak berbahaya bagi kesehatan alias jinak (benign) biasanya ditandai oleh makula hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dan patches di dada dan punggung.

    Pada pasien dengan kecenderungan (predisposition), keadaan penyakit dapat berulang atau kambuh lagi. Penyakit infeksi jamur ini berlokasi di stratum korneum.

    Sinonim
    Di dalam berbagai literatur kedokteran ada beberapa istilah untuk menyebut penyakit panu, seperti:
    1. Tinea versicolor
    2. Tinea versikolor
    3. Pityriasis versicolor
    4. Pitiriasis versikolor
    5. Pitiriasis versikolor flava
    6. Tinea flava
    7. Chromophytosis
    8. Kromofitosis
    9. Dermatomycosis furfuracea
    10. Dermatomikosis
    11. Liver spots
    12. Aeromia parasitica
    13. Kleinenflechte
    14. Hodi-Potsy
    15. Cutaneous fungal infection

    Definisi
    1. Infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula
    di kulit, skuama halus, disertai rasa gatal.
    2. Infeksi jamur superfisialis yang kronis dan asimtomatis
    disebabkan oleh Malassezia furfur menyerang stratum
    korneum dari epidermis.
    3. A common chronic usually symptomless disorder, characterized
    only by multiple macular patches, of all sizes, and shapes,
    varying from white in pigmented skin to tan or brown in pale
    skin). Usually seen in hot, humid tropical regions, and caused
    by Malassezia furfur.
    4. A chronic symptomatic scaling epidermomycosis associated
    with the superficial overgrowth of the hyphal form of Malassezia
    furfur, characterized by well-demarcated scaling patches with
    variable pigmentation, occuring most commonly on the trunk.

    Penyebab (Etiologi)
    Malassezia furfur (dahulu dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu.

    Alasan mengapa organisme ini menyebabkan panu, pada beberapa orang sementara tetap sebagai flora normal pada beberapa orang lainnya, belumlah diketahui. Beberapa faktor, seperti kebutuhan nutrisi organisme dan respon kekebalan tubuh inang (host's immune response) terhadap organisme sangatlah signifikan.

    Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo.
    Lebih lanjut, tahap miselium dapat dirangsang in vitro dengan penambahan kolesterol dan ester kolesterol pada medium yang tepat. Karena organisme ini lebih cepat berkoloni/mendiami kulit manusia saat pubertas dimana lemak kulit meningkat lebih banyak dibandingkan pada masa remaja (adolescent) dan panu bermanifestasi di area yang "kaya minyak" atau sebum-rich areas (misalnya: di dada, punggung), variasi lemak di permukaan kulit individu dipercaya berperan utama dalam patogenesis penyakit.

    Bagaimanapun juga, penderita panu dan subjek kontrol tidak memperlihatkan perbedaan kuantitatif atau kualitatif pada lemak di permukaan kulit.

    Lemak di permukaan kulit penting untuk kelangsungan hidup M furfur pada kulit manusia normal, namun M furfur mungkin sedikit berperan pada perkembangan (pathogenesis) panu.

    Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa dibandingkan lemak, asam amino lebih berperan di dalam kondisi sakit (diseased state) atau dengan kata lain sedang terkena panu. Secara in vitro, asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan organisme, sedangkan asam amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa. Pada dua riset yang terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino meningkat pada kulit pasien yang tidak terkena panu.

    Faktor kausatif lainnya yang juga signifikan adalah sistem kekebalan tubuh/imun penderita. Meskipun sensitization melawan antigen M furfur biasa terlihat pada populasi umum (sebagaimana dibuktikan oleh studi/riset transformasi limfosit), fungsi limfosit pada stimulasi organisme terbukti lemah (impaired) pada penderita yang terserang panu. Hasil (outcome) ini sama dengan situasi sensitization dengan Candida albicans. Singkatnya, kekebalan tubuh yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immunity) berperan pada penyebab (timbulnya) penyakit.

    Patofisiologi dan Patogenesis

    Patofisiologi
    Panu disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, Malassezia furfur, yang hanya dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak berukuran C12- sampai C14. Malassezia furfur atau yang juga dikenal dengan nama singkat M furfur, merupakan salah satu anggota dari flora kulit manusia normal (normal human cutaneous flora) dan ditemukan pada bayi (infant) sebesar 18% sedangkan pada orang dewasa mencapai 90-100%.

    Pityrosporon orbiculare, Pityrosporon ovale, dan Malassezia ovalis merupakan nama lain (sinonim) dari Malassezia furfur.
    Sebelas spesies M furfur telah teridentifikasi, dan Malassezia globosa merupakan salah satu organisme yang biasa ditemukan pada penderita panu. Organisme ini dapat ditemukan pada kulit yang sehat dan pada area kulit yang terkena penyakit kulit (cutaneous disease). Pada penderita dengan penyakit klinis, organisme ini ditemukan baik pada tingkat spora/ragi (yeast/spore stage) dan bentuk filamentosa (hyphal).

    Sebagian besar kasus panu dialami oleh orang yang sehat tanpa disertai penurunan sistem kekebalan tubuh (immunologic deficiencies). Meskipun demikian, beberapa faktor dapat memengaruhi beberapa orang terkena panu sekaligus memicu berubahnya bentuk (conversion) dari ragi saprofit (saprophytic yeast) menjadi bentuk morfologis miselium, parasitik. Faktor-faktor tersebut antara lain:

    1. Kecenderungan (predisposition) genetik.
    2. Lingkungan yang lembab, hangat.
    3. Immunosuppression.
    4. Malnutrition.
    5. Cushing disease.

    Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan kulit melawan Malassezia globosa.

    Meskipun merupakan bagian dari flora normal, M furfur dapat juga menjadi patogen yang oportunistik. Organisme ini dipercaya juga berperan pada penyakit kulit lainnya, termasuk Pityrosporum folliculitis, confluent and reticulate papillomatosis, seborrheic dermatitis, dan beberapa bentuk dermatitis atopik.

    Sebagai tambahan, panu merupakan penyakit kulit yang tidak berbahaya (benign skin disease) yang menyebabkan papula atau makula bersisik pada kulit. Sebagaimana namanya, tinea versikolor, (versi berarti beberapa) kondisi yang ada dapat memicu terjadinya perubahan warna (discoloration) pada kulit, berkisar dari putih menjadi merah menjadi coklat. Keadaan ini tidak menular karena patogen jamur kausatif (causative fungal pathogen) merupakan penghuni normal pada kulit.

    Kulit penderita panu dapat mengalami hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Pada kasus hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase [hasil dari aksi/kerja inhibitor tyrosinase dari asam dicarboxylic yang terbentuk melalui oksidasi beberapa asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) pada lemak di permukaan kulit] secara kompetitif menghambat enzim yang diperlukan dari pembentukan pigmen melanocyte. Pada kasus panu dengan makula hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal epidermis.

    Patogenesis
    Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi enzimatis asam lemak pada lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat pada organisme (Malassezia).

    Epidemiologi

    Frekuensi

    Amerika Serikat
    Panu lebih sering terjadi di daerah dengan temperatur lebih tinggi dan kelembaban yang relatif lebih tinggi. Prevalensi nasional panu sekitar 2-8% dari populasi. Insiden yang pasti di Amerika Serikat sulit diperkirakan karena banyak orang yang terkena panu tidak berobat ke dokter.

    Internasional
    Panu terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi yang dilaporkan sebanyak 50% di lingkungan yang panas dan lembab di kepulauan Samoa Barat dan hanya 1,1% di temperatur yang lebih dingin di Swedia.

    Mortalitas/Morbiditas
    Belum ada laporan/data yang menyebutkan mortalitas/morbiditas pada penderita panu.

    Ras
    Insiden panu sama pada semua ras, meskipun perubahan pigmentasi kulit tampak lebih jelas pada orang yang berkulit lebih gelap.

    Jenis Kelamin
    Berdasarkan beberapa riset, disimpulakn bahwa tidak ada jenis kelamin yang lebih dominan pada penderita panu.

    Usia
    Di Amerika Serikat, panu sering dijumpai pada usia 15-24 tahun, saat kelenjar sebasea (sebaceous glands) bekerja aktif. Angka kejadian sebelum pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan.

    Di negara-negara tropis, frekuensi usia bervariasi. Sebagian besar kasus dijumpai pada usia 10-19 tahun di negara-negara yang lembab dan lebih hangat, seperti: Liberia dan India.
    Menurut Prof.Dr.R.S.Siregar, Sp.KK(K), panu dapat menyerang hampir semua umur, hampir di seluruh dunia.

    Lingkungan
    Keadaan basah atau berkeringat banyak, menyebabkan stratum korneum melunak sehingga mudah dimasuki Malassezia furfur.

    Kebersihan (hygiene)
    Kurangnya kebersihan memudahkan penyebaran panu.

    Pemeriksaan Fisik

    Efloresensi
    (Gambaran Ruam atau Lesi Kulit atau Ujud Kelainan Kulit)

    Makula, berbatas tegas (sharply marginated), berbentuk bundar atau oval, dan ukurannya bervariasi. Beberapa pasien disertai Malassezia folliculitis dan dermatitis seboroik. Pada kulit yang tidak berwarna coklat (untanned skin), lesi berwarna coklat terang. Pada kulit coklat (tanned skin), lesi berwarna putih. Pada orang yang berkulit gelap, terdapat makula coklat gelap. Beberapa lesi panu berwarna merah.

    Selain itu, panu merupakan makula yang dapat hipopigmentasi, kecoklatan, keabuan, atau kehitam-hitaman dalam berbagai ukuran, dengan skuama halus di atasnya.

    Manifestasi Klinis (Gejala, Keluhan)
    Biasanya timbul makula dalam berbagai ukuran dan warna, dengan kata lain terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, berbentuk tidak teratur sampai teratur, berbatas jelas sampai difus, ditutupi sisik halus dengan rasa gatal (ringan), atau asimtomatik (tanpa gejala atau tanpa keluhan), dan hanya gangguan kosmetik saja. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.

    Keluhan gatal, meskipun ringan, merupakan salah satu alasan penderita datang berobat.

    Predileksi atau Distribusi
    Panu dapat terjadi di mana saja di permukaan kulit manusia, seperti: tubuh bagian atas, lengan atas, leher, kulit kepala yang berambut, muka/wajah, punggung, dada, perut (abdomen), ketiak (axillae), tungkai atas, lipat paha, paha, alat kelamin (genitalia), dan bagian tubuh yang tak tertutup pakaian.

    Berbagai Bentuk Panu

    Bentuk 1
    Gambaran atau penampilan paling umum panu adalah banyak (numerous), berbatas jelas (well-marginated), bersisik "kecil/sempurna" (finely scaly), makula oval-bulat menyebar di batang tubuh (trunk) dan/atau di dada, dan sesekali ada juga di bagian bawah perut, leher, dan ekstremitas (anggota gerak) bagian proximal (dekat sumbu tubuh).

    Makula-makula cenderung bergabung/menyatu, membentuk perubahan pigmen (pigmentary alteration) patches yang tidak teratur. Sebagaimana arti istilah versicolor (versi=beberapa), maka panu memiliki karakteristik adanya variasi warna kulit. Area kulit yang terinfeksi panu dapat menjadi lebih gelap atau lebih terang dibandingkan dengan kulit di sekitarnya.

    Kondisi ini mudah dan jelas terlihat terutama saat bulan-bulan di musim panas.

    Metode light scraping kulit yang terinfeksi panu dengan alat scalpel blade akan menunjukkan banyak sekali keratin.

    Bentuk 2
    Bentuk kebalikan (inverse form) dari panu juga ada, dimana kondisi ini memiliki distribusi yang berbeda sepenuhnya, melibatkan daerah lipatan kulit (flexure), wajah, atau area ekstremitas (anggota gerak, yaitu tangan dan kaki) yang terpisah (isolated). Bentuk panu ini lebih sering terlihat pada hosts yang immunocompromised (mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh).

    Bentuk ini dapat dikacaukan dengan kandidiasis, seborrheic dermatitis, psoriasis, erythrasma, dan infeksi dermatofit.

    Bentuk 3
    Bentuk ketiga infeksi M furfur pada kulit melibatkan folikel rambut. Kondisi ini secara khas berlokasi di punggung, dada, dan extremities (anggota gerak tubuh, meliputi tangan dan kaki).
    Bentuk ini secara klinis sulit dibedakan dengan bacterial folliculitis. Gambaran Pityrosporum folliculitis adalah perifollicular, pustul atau papula eritematosa.

    Faktor predisposisi meliputi: diabetes, kelembaban yang tinggi, terapi antibiotik atau steroid, dan terapi immunosuppressant.
    Sebagai tambahan, beberapa riset melaporkan bahwa M furfur juga berperan di dalam seborrheic dermatitis.

    Pemeriksaan Laboratorium
    Presentasi klinis panu jelas, khas (distinctive), dan diagnosis seringkali dibuat tanpa pemeriksaan laboratorium.
    Sinar ultraviolet hitam (Wood) dapat digunakan untuk menunjukkan pendar (fluorescence) warna keemasan (coppery-orange) dari panu. Bagaimanapun juga, pada beberapa kasus, lesi panu terlihat lebih gelap daripada kulit yang tidak terkena panu di bawah sinar Wood, hanya saja tidak berpendar.

    Diagnosis biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan potassium hydroxide (KOH), yang menunjukkan gambaran hifa dengan cigar-butt yang pendek. Penemuan KOH tentang spora dengan miselium pendek telah dianggap serupa dengan gambaran spaghetti and meatballs atau bacon and eggs sebagai tanda khas panu. Untuk visualisasi yang lebih baik, gunakan pewarnaan dengan tinta biru, tinta Parker, methylene blue stain, atau Swartz-Medrik stain dapat ditambahkan pada persiapan atau preparat KOH.

    Dengan pemeriksaan darah, tidak ada defisiensi definitif dari antibodi normal atau komplemen yang tampak pada pasien panu, namun riset di area ini tetap berlanjut.

    Sebagai contoh, meskipun seseorang yang terkena panu ternyata tidak memiliki level antibodi spesifik diatas mereka dengan kontrol age-matched, antigen M furfur benar-benar memperoleh respon imunoglobulin G spesifik pada pasien dengan seborrheic dermatitis dan tinea versicolor. Ini terdeteksi oleh enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dan Western blotting assays.

    M furfur benar-benar menyebabkan munculnya antibodi immunoglobulin A, immunoglobulin G, dan immunoglobulin M, dan juga dapat mengaktifkan komplemen baik melalui jalur alternatif maupun jalur klasik.

    Berbagai riset telah menemukan defek produksi limfokin, sel-sel natural killer T, menurunkan phytohemagglutinin dan stimulasi concanavalin A interleukin 1, interleukin 10, serta produksi interferon gamma oleh limfosit pada pasien.

    Meskipun berbagai tes ini tidak menyarankan kelainan imunologis, namun tes ini benar-benar menyarankan pengurangan respon tubuh terhadap elemen jamur yang spesifik yang memproduksi panu.

    Jadi, ciri khas panu yang ditemukan pada pemeriksaan KOH adalah gambaran hifa filamentosa dan bentuk globose yeast, yang sering disebut: spaghetti dan meat balls, yaitu kelompok hifa pendek yang tebalnya 3-8 mikron, dikelilingi spora berkelompok yang berukuran 1-2 mikron.

    Sedangkan pada pemeriksaan dengan lampu Wood, tampak fluoresensi kuning keemasan atau blue-green fluorescence of scales.

    Penemuan Histologis
    Organisme yang menyebabkan panu berdiam/berlokasi di stratum corneum. M furfur dapat dideteksi dengan hematoxylin dan eosin (H&E) saja, meskipun pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS) atau methenamine silver lebih dapat menegakkan diagnosis.

    Pada kasus yang jarang, organisme dapat mencapai stratum granulosum, dan bahkan ditemukan di dalam keratinocytes. Epidermis menunjukkan akantosis dan hiperkeratosis ringan, dan suatu mild perivascular infiltrate tampak nyata di dermis.

    Suatu perubahan epidermis yang menyerupai acanthosis nigricans teramati pada keanekaragaman papula, dengan pembuluh darah yang berdilatasi yang terdapat pada lesi eritematosa.

    Penatalaksanaan Panu
    Ada beberapa penatalaksanaan panu yang akan dibahas disini, yaitu:
    1. Rekomendasi dari Craig G Burkhart, MD, MPH (2006)
    2. Rekomendasi dari Prof.Dr.R.S. Siregar, Sp.KK(K) (2005)
    3. Rekomendasi dari Unandar Budimulja (2005)
    4. Rekomendasi dari Klaus Wolff, dkk (2005)
    5. Rekomendasi dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya (1994)

    Rekomendasi dari Craig G Burkhart, MD, MPH (2006)

    Rekomendasi berikut ini berasal dari Craig G Burkhart, MD, MPH, seorang profesor klinis di Medical College of Ohio at Toledo, Ohio University School of Medicine.

    Pasien sebaiknya diberi informasi bahwa panu disebabkan oleh jamur yang secara normal sudah ada di permukaan kulit dan oleh karenanya tidak menular. Kondisi ini tidak meninggalkan bekas luka (scar) permanen apapun atau perubahan pigmen, dan perubahan warna kulit akan berakhir dalam waktu 1-2 bulan setelah perawatan dimulai. Kambuh (recurrence) biasa terjadi, dan terapi profilaksis dapat membantu mengurangi tingginya angka kekambuhan.

    Agen topikal yang efektif untuk mengobati panu misalnya:
    1. selenium sulfide lotion,
    Diberikan pada kulit yang terkena panu setiap hari selama
    2 minggu. Biarkan obat ini di kulit selama setidaknya 10 menit
    sebelum dicuci. Pada kasus yang resisten, pemberian malam
    hari dapat membantu.
    2. sodium sulfacetamide,
    3. ciclopiroxolamine,
    4. azole
    Topical azole antifungals dapat diaplikasikan setiap malam
    selama 2 minggu
    5. allylamine antifungals
    Topical allylamines
    efektif secara mikologis dan klinis.

    Terapi or*l yang juga efektif untuk panu:
    1. Ketoconazole
    Dosis: 200-mg setiap hari selama 10 hari
    dan sebagai dosis tunggal 400 mg.
    2. Fluconazole
    Dosis: dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu
    selama 2-4 minggu.
    3. Itraconazole
    Dosis: 200 mg/hari selama 7 hari.

    Profilaksis
    Regimen 1 tablet satu bulan ketoconazole, fluconazole, dan itraconazole telah sukses sebagai profilaksis yang mencegah kambuh lagi.

    Diet
    Perubahan diet belum terbukti berhasil mengobati panu.


    Kategori obat: antifungal (antijamur)

    1. Terbinafine (Lamisil)
    2. Clotrimazole (Mycelex, Lotrimin-AF)
    3. Ketoconazole (Nizoral)
    4. Ciclopirox (Loprox)
    5. Butenafine (Mentax)
    6. Naftifine (Naftin)
    7. Econazole (Spectazole)
    8. Oxiconazole (Oxistat)

    Panu berespon baik dengan terpi antimikotik or*l maupun topikal. Banyak pasien yang menyukai terapi or*l karena kenyamanannya.

    Kategori obat: antijamur (antifungals)

    Antijamur topikal membasmi panu secara temporer, meskipun perlu diulangi secara rutin dan teratur untuk mencegah kambuh lagi. Terapi or*l untuk panu nyaman dan efektif, namun tidak mencegah kekambuhan. Suatu alternatif yang populer adalah pemberian fluconazole sekali sebulan (selama 6 bulan) dosis or*l.

    1. Nama Obat: Terbinafine (Lamisil)

    Mekanisme Kerja
    Menghambat squalene epoxidase, yang menurunkan sintesis ergosterol, menyebabkan kematian sel jamur. Gunakan obat ini sampai gejala membaik secara signifikan.
    Durasi pengobatan sebaiknya lebih dari 1 minggu namun jangan lebih dari 4 minggu.

    Dosis Dewasa
    bid 1-4 minggu

    Dosis Anak
    <12 tahun: belum ditetapkan.
    >12 tahun: sama seperti dosis dewasa.

    Perhatian Khusus:
    Hindari kontak langsung dengan mata.

    2. Nama Obat: Clotrimazole (Mycelex, Lotrimin-AF)

    Mekanisme Kerja
    Agen antijamur berspektrum luas (broad-spectrum antifungal agent) yang menghambat pertumbuhan ragi dengan mengubah permeabilitas membran sel, menyebabkan kematian sel.
    Diagnosis dievaluasi kembali jika tidak ada perbaikan klinis
    setelah 4 minggu.

    Dosis Dewasa
    Pijatlah secara lembut dan perlahan kulit yang terinfeksi panu 2x sehari (bid) selama 2-6 minggu.

    Dosis Anak
    Children: belum ditetapkan.
    Adolescents: sama seperti dosis dewasa.

    Perhatian Khusus:
    Hanya untuk pemakaian luar, hindari terkena mata, jika timbul iritasi atau sensitif, hentikan penggunaan obat.

    3. Nama Obat: Ketoconazole (Nizoral)

    Mekanisme Kerja
    Obat ini merupakan agen sistemik dan topikal. Agen antijamur berspektrum luas, yang dapat menghambat sintesis ergosterol, menyebabkan kebocoran komponen seluler, sehingga menimbulkan kematian sel jamur

    Mencapai kadar yang maksimal di kulit dengan dosis or*l yang minimal. M furfur dapat dibasmi dengan pemberian ketoconazole di permukaan luar kulit. Panu sangat jarang dijumpai pada anak-anak, sehingga jangan memberikan terapi pada anak berusia kurang dari 10 tahun dengan ketoconazole or*l.

    Dosis Dewasa
    Topical: gosok dengan lembut pada daerah yang terserang panu
    qd/bid selama 2-4 minggu
    or*l: 400 mg PO sekali; sebagai alternatif, 200-mg dosis
    untuk 10 hari.

    Dosis Anak
    Topical: sama seperti dosis dewasa
    or*l: 3.3-6.6 mg/kg/hari per or*l

    Perhatian Khusus:
    Hepatotoksisitas dapat terjadi; mungkin menurunkan serum kortikosteroid secara reversibel (efek yang berat dicegah dengan dosis 200-400 mg/hari); resepkan antasid, antikolinergik, atau penghambat H2 (H2 blockers) setidaknya 2 jam setelah pemberian or*l ketoconazole; jika timbul sensitivitas atau iritasi pada resep topikal, maka hentikanlah penggunaan obat; bentuk topikal hanya untuk pemakaian luar; hindari kontak dengan mata; hati-hati pada achlorhydria (mengurangi penyerapan/absorption); tidak aman bagi penderita porfiria akut (adrenal suppression, gynecomastia, hypocholesterolemia, dan hypothyroidism muncul karena pemakaian ketoconazole)

    4. Nama Obat: Ciclopirox (Loprox)

    Mekanisme Kerja
    Berinteraksi (mengganggu) sintesis DNA, RNA, dan protein dengan menghambat transportasi elemen-elemen esensial pada sel-sel jamur.

    Dosis Dewasa
    Pijatlah area yang terkemna panu bid; evaluasi kembali diagnosis jika tidak ada perbaikan setelah 4 minggu.

    Dosis Anak
    <10 tahun: belum ditetapkan.
    >10 tahun: sama seperti dosis dewasa

    Perhatian Khusus
    Hindari kontak dengan mata.

    5. Nama Obat: Butenafine (Mentax)

    Mekanisme Kerja
    Merusak membran sel jamur sehingga menghentikan pertumbuhan sel jamur.

    Dosis Dewasa
    qd selama 4 minggu.

    Dosis Anak
    <12 tahun: belum ditetapkan
    >12 tahun: sama seperti dosis dewasa

    Perhatian Khusus
    Gunakan secara topikal (tidak untuk digunakan pada mata, v*gina, atau rute internal lainnya).

    6. Nama Obat: Naftifine (Naftin)

    Mekanisme Kerja
    Agen antijamur berspektrum luas dan derivat (turunan) allylamine sintetis dapat menurunkan sintesis ergosterol, sehingga juga menghambat pertumbuhan sel jamur. Jika tidak ada perbaikan klinis setelah 4 minggu, evaluasi kembali.

    Dosis Dewasa
    Pijatlah dengan lembut (dengan cream/gel) pada area yang terkena panu dan kulit disekitarnya qd selama 2-4 minggu.

    Dosis Anak
    sama seperti dosis dewasa.

    Perhatian Khusus
    Hentikan penggunaan jika terjadi sensitivitas atau iritasi kimiawi; hanya untuk penggunaan luar; hindari kontak dengan mata.

    7. Nama Obat: Econazole (Spectazole)

    Mekanisme Kerja
    Efektif untuk infeksi kulit. Berinteraksi (mengganggu) metabolisme dan sintesis RNA dan protein. Mengganggu permeabilitas membran dinding sel, menyebabkan kematian sel jamur.

    Dosis Dewasa
    Gunakan terpisah pada area yang terkena panu qd/bid.

    Dosis Anak
    sama seperti dosis dewasa.

    Perhatian Khusus
    Jika terjadi sensitivitas atau iritasi, hentikan penggunaan obat. Hanya untuk pemakaian luar. Hindari kontak dengan mata.

    8. Nama Obat: Oxiconazole (Oxistat)

    Mekanisme Kerja
    Merusak membran dinding sel jamur dengan menghambat biosintesis ergosterol. Permeabilitas membran meningkat, menyebabkan kebocoran nutrisi/makanan (nutrients), sehingga sel jamur mati.

    Dosis Dewasa
    Oleskan pada area yang terkena qid.

    Dosis Anak
    sama seperti dosis dewasa.

    Perhatian Khusus
    Jika terjadi sensitivitas atau iritasi, hentikan penggunaan obat. Hanya untuk pemakaian luar. Hindari kontak dengan mata.

    Rekomendasi dari Prof.Dr.R.S. Siregar, Sp.KK(K) (2005)
    a. Umum: menjaga higiene (kebersihan) perseorangan.
    b. Khusus (topikal)
    Bentuk makular: salep Whitfield atau larutan natrium tiosulfit 20% dioleskan setiap hari.
    Bentuk folikular: dapat dipakai tiosulfas natrikus 20-30%.
    Obat-obat antijamur golongan imidazol (ekonazol, mikonazol, klotrimazol, dan tolsiklat) dalam krim atau salep 1-2% juga berkhasiat.
    c. Ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari.
    d. Itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu.

    Rekomendasi dari Unandar Budimulja (2005)
    Pengobatan panu harus dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.

    Obat-obatan yang dapat dipakai misalnya:
    1. Suspensi selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai
    sampo 2-3 kali seminggu. Obat ini digosokkan pada lesi
    dan didiamkan 15-30 menit, sebelum mandi.
    2. Salisil spiritus 10%
    3. Derivat-derivat azol, misalnya: mikonazol, klotrimazol,
    isokonazol, dan ekonazol
    4. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
    5. Tolsiklat
    6. Tolnaftat
    7. Haloprogin
    8. Larutan tiosulfas natrikus 25% dapat juga digunakan,
    dioleskan sehari 2x setelah mandi selama 2 minggu.
    9. Jika sulit disembuhkan, ketokonazol dapat dipertimbangkan
    dengan dosis 1x200 mg sehari selama 10 hari.

    Rekomendasi dari Klaus Wolff, dkk (2005)
    A. Agen topikal
    1. Selenium sulfide (2,5%) lotion atau shampoo
    Dosis: setiap hari untuk daerah yang terinfeksi
    selama 10-15 menit diikuti mandi (shower), untuk satu minggu.
    2. Ketoconazole shampoo
    Dosis: sama dengan dosis untuk sampo selenium sulfide.
    3. Azole creams
    (ketoconazole, econazole, micronazole, clotrimazole)
    Dosis: qd atau bid selama 2 minggu.
    4. Terbinafine 1% solution
    Dosis: bid untuk 7 hari.

    B. Terapi sistemik
    (obat berikut ini tidak disetujui untuk digunakan sebagai
    terapi panu di Amerika Serikat)
    1. Ketoconazole
    Dosis: 400 mg stat (ambil 1 jam sebelum berolahraga)
    2. Fluconazole
    Dosis: 400 mg stat.
    3. Itraconazole
    Dosis: 400 mg stat.

    C. Profilaksis sekunder
    1. Ketoconazole shampoo sekali atau dua kali seminggu.
    2. Selenium sulfide (2,5%) lotion atau shampoo.
    3. Salicylic acid/sulfur bar.
    4. Pyrithione zinc (bar atau shampoo).
    5. Ketoconazole 400 mg PO setiap bulan.

    Rekomendasi dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya (1994)
    1. Obat topikal
    * Krim mikonazole nitrat 2% pagi sore untuk lesi di muka
    dan lesi di badan yang tidak luas.
    * Solusio Natrium thiosulfat 25% pagi sore.
    * Salep Whitfield (= salep AAV I) pagi-sore berisi
    asidum salisilikum 3% dan asidum benzoikum 6%.
    * Salep 2-4, pagi-sore, berisi asidum salisilikum 2%
    dan sulfur presipitatum 4%.
    * Lama pengobatan sampai beberapa minggu (3-4 minggu)
    atau sampai 2 minggu sesudah pemeriksaan KOH negatif,
    untuk mencegah kekambuhan.
    * Bila lesi luas sebaiknya obat dioleskan ke seluruh badan.

    2. Obat or*l
    * Dosis anak 3,3-6,6 mg/kgBB/hari.
    * Dosis dewasa 200 mg/hari.
    * Diminum sekali sesudah makan pagi.
    * Lamanya 10 hari.
    * Indikasi pada panu yang:
    - resisten pada pengobatan topikal.
    - sering kambuh-kambuh.
    - mengenai bagian badan yang luas.
    * Dapat diberikan bersama dengan obat topikal.

    3. Nasihat pencegahan kambuh
    Pakaian dalam dan luar, handuk haruslah sering diganti dan dicuci serta direndam air panas selama waktu pengobatan/berobat.

    Penyulit
    1. Sering kambuh
    2. Leukoderma (kulit berwarna putih) sesudah pengobatan.

    Prognosis
    Baik.

    Diagnosis Banding
    1. Erythrasma (Eritrasma)
    2. Pityriasis Alba
    3. Psoriasis, Guttate
    4. Seborrheic Dermatitis
    5. Tinea Corporis
    6. Vitiligo
    7. Pityriasis rosea (Pitiriasis rosea)
    8. Nummular eczema
    9. Tuberculoid leprosy
    10. Sifilis stadium II
    11. Akromia parasitik dari Pardo-Castello dan Dominiquez
    12. Postinflammatory hypopigmentation
    13. Confluent and reticulated papillomatosis of Gougerot and Carteaud

    Tahukah Anda?

    1. Superfisial atau superficial bersinonim dengan skin-deep, surface, dan trivial, yang berarti: di permukaan.

    2. Makula (bersinonim dengan: macula, macule, sunspot, yellow spot) adalah ruam kulit primer yang hanya berupa perubahan warna kulit tanpa perubahan bentuk.

    3. Papula adalah penonjolan padat di atas kulit, berbatas tegas, berukuran kurang dari 1 cm.

    4. Pustula adalah vesikel (= gelembung yang berisi cairan serosa dengan diameter kurang dari 1 cm) yang berisi nanah atau a small inflamed elevation of skin containing pus.

    5. Skuama adalah pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit, biasanya berupa sisik halus.

    6. Hipopigmentasi adalah kelainan yang menyebabkan kulit menjadi lebih putih dari sekitarnya.

    7. Hiperpigmentasi adalah penimbunan pigmen yang berlebihan sehingga kulit lebih hitam dari sekitarnya.

    8. Patches dalam terminologi panu, dapat diilustrasikan seperti noda.


    Bacaan Lebih Lanjut

    1. Budimulja U. Mikosis. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Djuanda, dkk (ed.). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2005:99-100.
    2. Burkhart CG. Tinea Versicolor. Cited from: http://www.emedicine.com/derm/topic423.htm
    3. Burkhart CG. Tinea versicolor. J Dermatol Allergy. 1983;6:8-12.
    4. Burkhart CG, Dvorak N, Stockard H. An unusual case of tinea versicolor in an immunosuppressed patient. Cutis.1981;27(1):56-8
    5. Carrillo-Muñoz AJ, Giusiano G, Ezkurra PA, Quindós G. Sertaconazole: updated review of a topical antifungal agent. Expert Rev Anti Infect Ther. Jun 2005;3(3):333-42.
    6. Crespo-Erchiga V, Florencio VD. Malassezia yeasts and pityriasis versicolor. Curr Opin Infect Dis. Apr 2006;19(2):139-47.
    7. Dorland's Illustrated Medical Dictionary 30th Ed. International Edition. Elsevier. 2003:1913-4.
    8. Faergemann J. Pityrosporum yeasts--what's new?. Mycoses. 1997;40 Suppl 1:29-32.
    9. Faergemann J, Gupta AK, Al Mofadi A, Abanami A, Shareaah AA, Marynissen G. Efficacy of itraconazole in the prophylactic treatment of pityriasis (tinea) versicolor. Arch Dermatol. Jan 2002;138(1):69-73.
    10. Fernandez-Nava HD, Laya-Cuadra B, Tianco EA. Comparison of single dose 400 mg versus 10-day 200 mg daily dose ketoconazole in the treatment of tinea versicolor. Int J Dermatol. Jan 1997;36(1):64-6.
    11. Gaitanis G, Velegraki A, Alexopoulos EC, Chasapi V, Tsigonia A, Katsambas A. Distribution of Malassezia species in pityriasis versicolor and seborrhoeic dermatitis in Greece. Typing of the major pityriasis versicolor isolate M. globosa. Br J Dermatol. May 2006;154(5):854-9.
    12. Güleç AT, Demirbilek M, Seçkin D, Can F, Saray Y, Sarifakioglu E, et al. Superficial fungal infections in 102 renal transplant recipients: a case-control study. J Am Acad Dermatol. Aug 2003;49(2):187-92.
    13. Gupta AK, Ryder JE, Nicol K, Cooper EA. Superficial fungal infections: an update on pityriasis versicolor, seborrheic dermatitis, tinea capitis, and onychomycosis. Clin Dermatol. Sep-Oct 2003;21(5):417-25.
    14. Gupta AK, Bluhm R, Summerbell R. Pityriasis versicolor. J Eur Acad Dermatol Venereol. Jan 2002;16(1):19-33.
    15. Gupta AK, Skinner AR. Ciclopirox for the treatment of superficial fungal infections: a review. Int J Dermatol. Sep 2003;42 Suppl 1:3-9.
    16. Gupta AK, Batra R, Bluhm R, Boekhout T, Dawson TL Jr. Skin diseases associated with Malassezia species. J Am Acad Dermatol. Nov 2004;51(5):785-98.
    17. Hickman JG. A double-blind, randomized, placebo-controlled evaluation of short-term treatment with or*l itraconazole in patients with tinea versicolor. J Am Acad Dermatol. May 1996;34(5 Pt 1):785-7.
    18. Hull CA, Johnson SM. A double-blind comparative study of sodium sulfacetamide lotion 10% versus selenium sulfide lotion 2.5% in the treatment of pityriasis (tinea) versicolor. Cutis. Jun 2004;73(6):425-9.
    19. Janaki C, Sentamilselvi G, Janaki VR, Boopalraj JM. Unusual observations in the histology of Pityriasis versicolor. Mycopathologia. 1997;139(2):71-4.
    20. Karakas M, Durdu M, Memisoglu HR. or*l fluconazole in the treatment of tinea versicolor. J Dermatol. Jan 2005;32(1):19-21.
    21. Leeming JP, Sansom JE, Burton JL. Susceptibility of Malassezia furfur subgroups to terbinafine. Br J Dermatol. Nov 1997;137(5):764-7.
    22. López-García B, Lee PH, Gallo RL. Expression and potential function of cathelicidin antimicrobial peptides in dermatophytosis and tinea versicolor. J Antimicrob Chemother. May 2006;57(5):877-82.
    23. Mellen LA, Vallee J, Feldman SR, Fleischer AB Jr. Treatment of pityriasis versicolor in the United States. J Dermatolog Treat. Jun 2004;15(3):189-92.
    24. Morishita N, Sei Y, Sugita T. Molecular analysis of malassezia microflora from patients with pityriasis versicolor. Mycopathologia. Feb 2006;161(2):61-5.
    25. Okuda C, Ito M, Naka W, Nishikawa T, Tanuma H, Kume H, et al. Pityriasis versicolor with a unique clinical appearance. Med Mycol. Oct 1998;36(5):331-4.
    26. Partap R, Kaur I, Chakrabarti A, Kumar B. Single-dose fluconazole versus itraconazole in pityriasis versicolor. Dermatology. 2004;208(1):55-9.
    27. Rincón S, Celis A, Sopó L, Motta A, Cepero de García MC. Malassezia yeast species isolated from patients with dermatologic lesions. Biomedica. Jun 2005;25(2):189-95.
    28. RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 1994.
    29. Schwartz RA. Superficial fungal infections. Lancet. Sep 25-Oct 1 2004;364(9440):1173-82.
    30. Silva H, Gibbs D, Arguedas J. A comparison of fluconazole with ketoconazole, itraconazole, and clotrimazole in the treatment of patients with pityriasis versicolor. Curr Ther Res. 1998;59:203-14.
    31. Silva V, Di Tilia C, Fischman O. Skin colonization by Malassezia furfur in healthy children up to 15 years old. Mycopathologia. 1995-1996;132(3):143-5.
    32. Silva V, Fischman O, de Camargo ZP. Humoral immune response to Malassezia furfur in patients with pityriasis versicolor and seborrheic dermatitis. Mycopathologia. 1997;139(2):79-85.
    33. Silva-Lizama E. Tinea versicolor. Int J Dermatol. Sep 1995;34(9):611-7.
    34. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC. Jakarta. 2005:10-12.
    35. Sohnle PG, Collins-Lech C. Activation of complement by Pityrosporum orbiculare. J Invest Dermatol. Feb 1983;80(2):93-7.
    36. Vander Straten MR, Hossain MA, Ghannoum MA. Cutaneous infections dermatophytosis, onychomycosis, and tinea versicolor. Infect Dis Clin North Am. Mar 2003;17(1):87-112.
    37. Vermeer BJ, Staats CC. The efficacy of a topical application of terbinafine 1% solution in subjects with pityriasis versicolor: a placebo-controlled study. Dermatology. 1997;194 Suppl 1:22-4.
    38. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D (ed.). Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 5th Edition. McGraw-Hill. USA. 2005: 729-730.

    Sumber Gambar:
    http://www.geocities.com/sampurnaroy2001/tv2.jpg[/FONT]

     
    Last edited: Sep 27, 2013
  5. udhienbong MODERATOR
    SENIOR GM

    Offline

    Si Paling IDWS

    Joined:
    Aug 15, 2012
    Messages:
    26,423
    Trophy Points:
    368
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +115,834 / -3
    abuse page one :bata:
     
  6. HartantoShine M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Aug 18, 2012
    Messages:
    7,794
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,997 / -0
    Mod baru jadi TS :lol:
     
  7. muchtarluthfi M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Sep 13, 2012
    Messages:
    9,761
    Trophy Points:
    222
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +15,410 / -1
    momod semua :gaswat:
     
  8. nugrozipho MODERATOR
    Trivia Mania

    Offline

    表裏一体

    Joined:
    Feb 18, 2013
    Messages:
    13,823
    Trophy Points:
    319
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +40,327 / -7
    klinik baryu :lalala:
     
  9. Rhiezaki M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 3, 2012
    Messages:
    3,558
    Trophy Points:
    187
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +6,460 / -2
    kok malah panu [​IMG]
     
  10. Iya_an Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 24, 2012
    Messages:
    6,744
    Trophy Points:
    218
    Ratings:
    +38,104 / -89
    mau dipajangi artikel semua :gatling:
     
  11. muchtarluthfi M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Sep 13, 2012
    Messages:
    9,761
    Trophy Points:
    222
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +15,410 / -1
    saya taunya cuma penyakit scabies aja :iii:
    kalau penyakit kulit yang ini saya gak dong :garing:
     
  12. wewe201002 M V U

    Offline

    U see ≠ U know

    Joined:
    Jul 24, 2012
    Messages:
    6,168
    Trophy Points:
    267
    Ratings:
    +7,053 / -82
    yah udah ganti page :swt:



    [​IMG]nyapnyap dulu
     
  13. udhienbong MODERATOR
    SENIOR GM

    Offline

    Si Paling IDWS

    Joined:
    Aug 15, 2012
    Messages:
    26,423
    Trophy Points:
    368
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +115,834 / -3
    heran deh sama klinik,
    lounge lain mah rebutan jadi TS lounge,
    ini malah pada kabur2an,

    :garing:
     
  14. Iya_an Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 24, 2012
    Messages:
    6,744
    Trophy Points:
    218
    Ratings:
    +38,104 / -89
    Saking dekatnya sampe gak tahu :lol:

    lengkeeeeeeeeet kaya perangko :cinta:
     
  15. hidayat246 M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Apr 2, 2012
    Messages:
    5,246
    Trophy Points:
    228
    Ratings:
    +15,854 / -34
    kataxa om udin off seharian :ngantuk:
     
  16. hidayat246 M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Apr 2, 2012
    Messages:
    5,246
    Trophy Points:
    228
    Ratings:
    +15,854 / -34
    aku mau2 aja, lah dirimu mauxa iya_an jadi TS :garing:
     
  17. udhienbong MODERATOR
    SENIOR GM

    Offline

    Si Paling IDWS

    Joined:
    Aug 15, 2012
    Messages:
    26,423
    Trophy Points:
    368
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +115,834 / -3
    rehat soljum :lol:
    daripada garing di ruang seminar, mending buka laptop di mimbar :lol:
     
  18. muchtarluthfi M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Sep 13, 2012
    Messages:
    9,761
    Trophy Points:
    222
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +15,410 / -1
    situ ya??? :garing:
    alibi :lalala:
     
  19. Iya_an Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 24, 2012
    Messages:
    6,744
    Trophy Points:
    218
    Ratings:
    +38,104 / -89
    pintar Alif Ba' ta' :lalala:
     
  20. hidayat246 M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Apr 2, 2012
    Messages:
    5,246
    Trophy Points:
    228
    Ratings:
    +15,854 / -34
    oh ternyata :pistol:

    seminar opo toh pak :???:????
    seminar MLM :puff:???

    EDIT soljum = sholat jumat :swt:, akronim anyar :swt:
     
    Last edited: Sep 27, 2013
  21. nugrozipho MODERATOR
    Trivia Mania

    Offline

    表裏一体

    Joined:
    Feb 18, 2013
    Messages:
    13,823
    Trophy Points:
    319
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +40,327 / -7
    mod barunya panuan :shock:

    _______________________

    ngacir Jumatan :ngacir:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.