How Vin Walk Away on Everything

UnHidden Content Hide H:

07.07.2018​ A big day for the big guy! Penulisan buku volume satu akhirnya berakhir jua. Setelah bertahun-tahun menulis chapter demi chapter, pada tanggal itu selesai sudah menulis chapter terakhir. Sebentar mari coba kita tuliskan ringkasan chapter dan judulnya. Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Chapter 6 Chapter 7 Chapter 8 Chapter 9 Chapter 10 : Baby and His Bed : Kids and His Yard : The First Obstacle : Church and Faith : Teenager Full of Sport : Sitting for the Game : The Vodka : A Videographer : Affection : A Big Day for the Big Guy Diniati pada 1 Mei 2017. Dilandasi dengan doa selama 431 hari. Didukung berbagai pihak. Ajaibnya seluruh proses sungguh begitu lancar. Ya perdebatan itu biasa karena diperlukan untuk mencari solusi. Tapi semuanya solutif dan tidak buntu. Sungguh nikmat mana yang bisa kudustakan. Sungguhpun demikian, ujian untuk rencana besar ini bukan pada administratifnya atau pada tetek bengeknya. Akan tetapi pada mental dan psikis kami. Bagaimana tidak, 15 hari sebelum acara itu Bapak saya meninggal dunia, 6 hari sebelum acara itu Nenek camer saya meninggal dunia. Bukan main. Pikiran ini terasa hampa. Hati ini sungguh remuk. Jiwa mana yang bisa bertahan dengan pemberian seperti itu. Ada! Jiwa yang besar dan kuat. Jiwa yang tidak sendirian. Jiwa yang positif. Puji Tuhan kami kami masih diberi jiwa seperti itu. Ada seseorang berkata kepada kami,”Dengan cobaan sebesar ini, setelah acara kalian akan diberkati dengan kebahagiaan melimpah.” Tentu saja AMIN. Dan sungguh. Rencana kami berjalan lancar. Tepat waktu. Meriah. Ceria. Haru. Membanggakan. Membanggakan? Iya, membanggakan. Pada saat di gereja, tak dinyana ada satu rombongan kelas KPP yang menonton kami. Kami menjadi contoh pengucapan janji. Kami mengucapkan janji dengan lancar, hafal, saling menatap dan sungguh dengan tulus hati. Eh, beberapa hari kemudian pun dari rekanan rias bersaksi mereka terharu pada acara itu. Bukan main. Sungguh saya berlimpah kebahagiaan sekarang. -vin ​

 

UnHidden Content Hide H:

BOOK 2 CHAPTER 1​ Sickness. Unwillingly Fatigue. And of course an Eternal Love. Hari-hari bahagia telah berlalu. Musim cerah dan ceria telah diperdengarkan. Sekarang ketika beralih dari atap satu ke atap yang lain, hujan pun datang. Tidak deras, tapi tak henti. Ini hanyalah terjalan pertama. Benar. Terjalan pertama. Seberat ini? -vin ​

 

UnHidden Content Hide H:

a B2 C2

BOOK 2 CHAPTER 2 Rollercoaster Lama ya. Tiga tahun lho. Tinggal di rumah ini kadang terasa seperti autopilot yang tahu-tahu udah 2 tahun, lalu tahu-tahu mau 3 tahun. Apa ya yang membuat seperti itu? Bukankah hari-hari itu ya dijalani dengan sepenuh hati, benar-benar dilakukan per detik. Kan bukan film. Pikiran emang suka loncat-loncat. Tapi timeline kita kan nggak gitu. Hih deg-degan lho, itu tempat barunya bakal gimana. Persiapannya bakal secapek apa. Masih bakal sering main enggak. Kayanya emang nggak bisa deh kalau keseringan. Ini baru kali kedua aja udah rollercoaster banget. Ya Tuhan, please ini yang terakhir. Please banget kami nggak kecewa nantinya. - - -​ Barusan baca tulisannya victunee, bener juga kalau di sini ini sudah seperti save house. Tempat sembunyi dari dunia nyata, yang...tidak selalu menyenangkan. Pasti sedih banget kalau forum kenapa-napa. Untung masih ada 2 tukik yang mau nemenin, dan paling awet lagi dari yg kemarin-kemarin. Ah nyenengin deh. Tapi nyonyah udah 4 bulan nggak pernah nongol, udah setahun enggak ngobrol, terakhir 26 Januari enggak direspon. Apa aku ada salah ngomong ya? -vin

​

 

UnHidden Content Hide H:

a B2 C3

BOOK 2 CHAPTER 3 The River's Flow Udah selesai jadi ke situ. Selama beberapa waktu ini memang masih banyak adaptasi sih. Ya tidak sulit juga, tapi tidak mudah juga. Sekarang harus mulai habitus baru banget. Beda banget sama yang kemarin. Posisi di situ juga kan mestinya selamanya ya. Orang-orangnya banyak cueknya, malah bagus sih kalau gt. Jadi ya nggak merepotkan. Introvert ala ala kan males ya kalau sering-sering keluar. Pingiiin banget gitu sehari-hari di rumah aja main game. Tapi sekarang udah nggak bisa, butuh pelatihan besar sih kalau mau jadi yg bener sesuai kondisi saat ini. Butuh hati yang besar buat bisa menerima semua ini. Mana sekarang rodanya lagi di bawah banget lagi. Pas kena taik kucing. Banyak banget yang harus dibeli tapi kondisi lagi kaya gini. Keinginan terbesar juga masih abu-abu. Benernya aku pingin nggak sih. Mungkin juga itu alasan belum dikasih karena belum mantap bener hatinya. Kalau di mulut sih udah banget. Tapi ya perasaan hati mana bisa dikendalikan karena itu datangnya dari sang ilahi. Sensi sama pertanyaan orang sih enggak, lebih ke penerimaan diri yang belum sepenuhnya. Padahal juga udah dikasih yang lain. Ah entahlah. - - - Ikut main game yang lama banget selesainya. Mungkin besok-besok gak ikut lagi. Susah waktunya. Kalau sekarang seperti kata nyonyah, "Hidup segan Mati ogah ya" dan "sad but true". -vin

​