1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic GIANDE's Stories Collection ~ [Cerpen][OneShot]

Discussion in 'Fiction' started by Giande, Mar 28, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    ini dia yang mau diperdalam ilmunya, membuat plot standard tapi dieksekusi dengan superb :elegan:

    rada bingung nulis tipe narasi yang baik tidak datar, tapi tidak menghadirkan kesan narator unik layaknya 1 pov
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    kalo soal itu sih yang penting dibikin asik dan fun aja dulu :iii: sisanya mungkin bakal ngalir sendiri :yahoo:
     
  4. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    ini yang saya sebut: adventure without journey. Salah tema, jelas. Btw, dari awal saya liat emang temanya perjalanan--di sebelah. Tapi penjelasan "yang kamu nikmati di perjalanan" itu bikin misleading. Coba bilangnya "tema: perjalanan", beres, ga usah pake penjelasan macem-macem mungkin lebih bisa dimengerti sama peserta. Ohkay. Lupain soal temanya. Ini cerita adventure dengan setting dunia lain. Fantasynya emang ga begitu kerasa. Tapi saya juga nggak merasa fantasynya perlu kerasa banget buat cerita jenis begini >_<

    Trus, soal tokohnya yang masih anak-anak, saya kira nggak ada masalah dengan karakterisasi mereka. Cukup terkesan sebagai anak kecil, I think. Tapi... kalau dibilang dialognya itu luwes banget ya emang nggak. Ini masalahnya ada di penulisan, bukan di penokohan. Saya tau sih situ selesainya pas deadline. Tapi sekali-kali coba baca ulang cerita yang situ bikin, edit kalimatnya. Seriously, dari dulu miss yang biasanya ada di cerita situ masih sama: misstypo banyak, penggunaan kata yang kurang tepat, kesalahan penaruhan kata, kalimat nggak enak, dst.

    sementara pembawaan cerita... well.. standar sih emang. Infodump di awal(introduction karakter satu-satu), trus plot berlanjut maju dengan narasi biasa. Nggak salah sebenernya.. tapi nggak bikin yang baca jadi muntahin pelangi(?) juga. Kalau dibilang sih.. kek baca buku cerita anak-anak terjemahan. Kalau buat saya dulu, mungkin ini udah menarik. Tapi buat saya yang sekarang, jadinya yah... standar. Trus ini dikurangin dengan yang penulisan yang agak berantakan... jadinya... :v

    Karakterisasinya bagus. Herbert, Jamond, Meriel, ma Yunusnya bisa dengan mudah dibedain sifatnya. Kalau misalnya di pelajaran Bahasa Indonesia suruh nulis penokohan yang didapet dari ni cerpen, pasti gampang banget selesainya. Dan nggak perlu pake jawaban dodol: baik, baik, baik(semua tokohnya aja baik#lempar).

    Overall sih... karena ceritanya biasa. Cuma adventure anak-anak kecil di sebuah rumah tua. Trus penulisannya yang... standar(dan sedikit kurang kalau buat saya), fic ini masuknya emang paling lumayan. Not bad, but not good enough.
     
    Last edited: Aug 1, 2013
  5. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Ijin komen sekalian angkat trit :hihi:
    Bagus juga :malu:
    Tapi, kok bisa si itu ngelamar ya waktu kecil padahal dia kan nggak tau klo si dia cewek? :lol:
    Apa dia suka sesama jenis waktu kecil :lol:
     
  6. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    huahahaha makjlebbbbbbb inkonsistensi e

    :maaf:

    ngeles alibi dolo: lupa sebagian besar ingatan kali :ngacir:

    pride krena ga trima dikalahkan cewek jdi dia memanipulasi ingatane pas agak gede wkwkwkkw

    anyway ga , asli itu gw ga kepikir ksana pas nulis dolo

    trimakasih telah menunjukannya :sembah:
     
  7. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Orang bilang bercita – citalah yang tinggi, jadi kalaupun meleset, tetap tinggi jadinya. Pepatah itu dianut oleh Budi Suherman. Kalau meminta bukti, dia bisa memberikannya. Contoh pertama yang selalu dia katakan adalah teman baiknya, Gatot Aji. Sejak kecil, Gatot bercita - cita menjadi bintang film terkenal, lebih spesifik dia ingin menjadi bintang laga seperti Jet Li atau Bruce Willis. Sekarang? Saat dia telah dewasa, ya sedikit meleset, tapi tidak jauh – jauh amat.Gatot selalu muncul di TV, walaupun tidak menjadi bintang film, tapi dia tetap selalu menjadi berita utama.

    “Gatot Aji alias Superman lolos dari sergapan polisi. 2 Polisi dilaporkan terluka akibat serangan balasan yang dilakukan oleh Superman.“
    Selalu muncul di TV, dan aksinya persis seperti Bruce Willis dalam adegan Die Hard. Tapi tidak hanya itu, Budi bisa memberi contoh lain. Masih seputar teman kecilnya, Suti. Suti saat kecil sangat menyanyangi Ayahnya, dan dia bercita – cita untuk membahagiakan ayahnya. Sekarang? Saat sudah besar Suti berganti nama menjadi Franzizka, ingat pakai ‘z’, katanya biar keren. Dia tidak sepenuhnya bisa membahagiakan ayahnya sih, tapi hampir mirip. Franzizka alias Suti bekerja menjadi PSK elite, dan langganannya selalu pria paruh baya, yang selalu dia panggil ‘papa sayang’. Yang terpenting saat dia bekerja, dia selalu mengklaim bisa membahagiakan ‘papanya’.

    Bagaimana dengan Budi ? inilah bukti kongkrit kalau pepatah yang dia akui itu benar. Budi saat kecil bercita – cita tinggi bahkan 2 pekerjaan menjadi cita – citanya.Pertama adalah menjadi tentara, melindungi negara, kemudian saat setelah pensiun dia ingin menjadi penulis terkenal, menulis pengalamannya sebagai tentara. Budi memang sedikit serakah, tapi dia punya alasan kuat memimpikan 2 cita – cita, katanya,

    “untung cadangan, kalau bisa terwujud keduanya lebih baik sih.”

    Saat ini Budi sudah dewasa, keserakahan dia bercita – cita banyak tidak mengecewakannya. Dia mendapat pekerjaan melindungi sekolah, sebagai satpam, dan saat ini untuk mengejar cita – cita keduanya sebagai penulis, dia sudah memulai dengan menulis diari seorang satpam.

    Budi bekerja sebagai satpam di SMA Maju. Setiap pagi dia selalu membuka pintu gerbang, dan sore hari kembali menguncinya. Dia tinggal di dalam lingkungan sekolah. Dan malam harinya dia menulis diari.

    Diari Budi sebagai satpam sebagian besar isinya mengenai pengalaman sehari – harinya. Untuk lebih jelas mari kita simak isi diarinya, mumpung Budi berbaik hati memperbolehkan kita melihat.
    Diari 15 Juli

    15 Juli

    Hari ini, cuaca cerah. Tidak ada hal berarti. Pagi membuka gerbang, dan sore menutup gerbang.

    Menu makan pagi hari : Roti
    Menu makan siang hari : Nasi bungkus
    Menu makan malam hari : Mie indomie 4 bungkus plus telur

    Satu – satunya yang membuatku puas hari ini adalah bisa memakan 3 bungkus indomie. Rasanya tetap lezat, tapi efek negatifnya sekarang aku mual, dan aku mau pergi wc dulu….


    Namanya juga satpam, Jadi jangan berharap terlalu banyak dengan isi diarinya. Tapi Budi tidak menyerah, dia juga mulai belajar menulis lebih baik. Hasilnya,

    Diari 23 Juli

    23 Juli

    Dear diari, bukannya saya mau menyombongkan diri, tapi hari ini aku dipuji oleh 3 siswi cantik kelas X.

    Kejadian bermula saat Eka, Rini dan Anggi telat datang. Sebagai satpam yang baik aku dengan tegas menolak mereka yang memohon mitna dibukakan gerbang.

    “Ayolah Pak, kan cuman telat 3 menit,” Rayu Eka
    “Tidak bisa, peraturan tetap peraturan,” Balasku tegas
    “Bapak Ganteng deh, itu kumisnya seksi banget,”Rayu Rini
    “Ah masa? Tapi emang bener sih, kumisku memang seksi.”
    “Iya Pak, kalau Bapak mau memebiarkan kami masuk, pasti tambah seksi,” Gantian kini Anggi merayu

    Aku mengeluarkan cermin dan sisir di balik saku celana. Itu adalah rahasia gantengku juga seksi.

    “Pak Budi yang seksi…. Kumisnya, bukain gerbang ya.”
    “Hmmm, kumisku agak miring sedikit, sebentarnya.”
    “Waduh Pak, itu sudah seksi sekali, tapi yang penting buka gerbang dulu.”
    “Bener nih?”

    Ketiga siswi itu mengangguk pasti

    “Ayo donk Pak, sudah 5 menit nih, pasti pelajaran sudah mau mulai, pleaseee!”
    “Kalian beruntung, hatiku sedang senang, tapi bener ini posisi kumisku sudah seksi kan?”

    Ketiga gadis itu berlari masuk sambil berteriak “Seksi seperti ulat bulu !”


    Itu adalah salatu tulisan terbaik Budi. Dan pengalaman sebagai satpam seksi juga membuatnya semakin percaya diri untuk menulis lebih banyak. Tapi sayangnya SMA Maju, termasuk sekolah teladan, tidak ada kasus berarti. Alhasil Budi tidak bisa unjuk gigi sebagai pelindung sekolah. Pernah ia kepikiran untuk membuat suatu kasus agar profesinya sebagai satpam lebih dihargai, dengan menelepon teror bom. Untung saja Budi membatalkan niatnya, karena menurutnya teror Bom terlalu umum, jadi dia mencari alternatif teror lain

    Diari 30 Juli

    30 Juli

    Sudah 4 hari aku melakukan kegiatan teror di sekolah, tapi sampai sekarang belum ada respon berarti. Aku tetap kebosanan di pos satpam. Padahal setiap wc sudah kuberi bom. Dari bom kucing sampai anjing. Tapi hasilnya? Hanya petugas kebersihan bergosip kalau para murid sekarang jorok, alhasil sepanjang hari, para siswa – siswi saling melirk satu dengan lain dengan tatapan curiga dan jijik. Mungkin teror ini cukup sukses menimbulkan kebencian, tapi untukku? Aku tidak bisa ambil bagian untuk menjadi pahlawan disini. Sial !

    Walaupun kadang berbuat kejahatan kecil, Budi tetap melakukan tugasnya sebagai satpam teladan.Dia selalu memperhatikan semua orang yang melewati pos satpam, baik itu guru, staf sekolah, murid, ataupun para penjemput.


    Diari 03 Agustus

    03 Agustus

    Hari terakhir sekolah, besok libur panjang dimulai. Semua wajah yang melintas di depan pos satpamku tersenyum.
    Rudi anak kelas X, tersenyum riang
    Amey anak kelas XI, tersenyum riang
    Pak Tohir guru Matematika, bibirnya tersenyum juga. Padahal biasanya selalul pasang wajah galak.
    Bu Made guru Biologi, tersenyum riang. Walaupun beberapa hari lalu dia baru saja marah besar sama murid kelasnya yang ketahuan bermain judi kartu saat pelajaran. Dan alhasil dia kena omel kepala sekolah. Tapi hari ini senyum sudah mengisi wajahnya.
    Bahkan
    Santoso anak kelas XII, biasanya selalu memasang tampang serius memegang buku pelajaran juga kini memasang tampang penuh kemenangan.

    Sayangnya senyum mereka tetap tidak bisa mempengaruhiku. Aku memasang tampang paling memelas, dan paling menyedihkan

    “Kenapa Pak Budi? Kok tampangnya sedih benar? Padahal kan besok mulai libur panjang,” Tanya Pak Ari, guru olahraga saat lewat di depan pos satpam.

    “Liat semua memasang senyum di wajah, masa kamu sendiri yang cemberut,” Tambahnya lagi

    “Pak Ari, kalau Bapak jadi saya Bapak pasti juga tidak akan tersenyum. Terlebih lagi pada saat seperti ini,” Jawabku.

    “Kenapa?”

    “Karena aku tetap harus menjaga sekolah sementara kalian semua libur panjang !!!”



    Sekarang sudah malam, sampai sini dulu kita diperbolehkan mengintip isi diari Budi. Sekarang Budi sudah bersiap untuk tidur, jadi buku diarinya juga harus ditutup. Mungkin dilain kesempatan kita bisa membacanya lagi.
     
  8. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    ini lagi tren2nya pake nama Budi ya? :lol:
     
  9. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Kembalikan identitas bangsa indonesia dengan menggunakannama budi :elegan:

    Btw ini cerpen fikbul sebelah yg bulan juli
     
  10. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Sebuah Pesan Untukmu

    Pohon Epistle, dunia dulu lebih mengenalnya sebagai ‘pembawa pesan’. Seperti layaknya sihir, pohon ini mampu mengantarkan pesan dari satu kota menuju kota lain dalam waktu singkat. Akar pohon menyatu dengan tanah, dan tanah seluruh dunia adalah satu kesatuan. Dengan itu pohon Epistle mengirim pesan itu menuju pohon lain dekat dengan alamat tujuannya. Hanya pohon ini yang mampu mengolah pesan dan mengirimnya ke pohon lain sesama Epistle maupun pohon biasa. Bahkan si penerima pesan bisa langsung membalas pesan itu selama masih ada kehadiran ‘Epistle’. Setelah pengiriman pesan berhasil, maka pohon Epistle membutuhkan waktu istirahat agar bisa berfungsi kembali.

    Saat itu semua memuja pohon Epistle di berbagai belahan dunia. Perannya sebagai pembawa pesan dibutuhkan oleh seluruh kalangan dari rakyat biasa sampai pemerintahan. Namun era itu berlalu saat ditemukan alat komunikasi lain yang lebih efisien. Kemampuan pohon Epistle pun mulai dilupakan. Pohon Epistle kini hanya sebagai lambang sejarah sebuah teknologi komunikasi.

    Pohon Epistle ini sudah berumur lebih dari 150 tahun. Kini ia hanya sebagai pohon rindang yang berdiri di bukit belakang sekolah dasar. Pohon itu masih berdiri tegak, daunnya masih lebat sebagai tempat berteduh. Saat angin bertiup, pohon itu masih menyambutnya dengan melambaikan dedaunanya, memberi kesan sejuk sama seperti pohon lainnya.

    “Anak–anak, ini adalah Pohon Epistle. Dulu sebelum telepon ditemukan, pohon ini menjadi alat komunikasi yang paling penting,” Ucap seorang wanita dewasa yang berdiri membelakangi pohon. Pohon Epistle mengenali wanita itu, ia adalah guru dari sekolah dasar di bawah bukit. Ia menyambutnya dengan melambaikan daun–daunnya agar memberikan hembusan angin ringan.

    “Pohon jelek ini? Dia tidak terlihat hebat Bu!” Ejek salah satu murid wanita itu, seorang anak yang bersemangat tinggi.

    “Dean, kamu jangan mengejeknya. Mungkin penampilan pohon ini tidak semenarik pohon cemara, tapi kemampuan pohon ini nyata,” Bela Guru wanita.

    Kerutan di batang pohon Epistle bertambah saat mendengar pembelaan guru wanita itu. Sebuah pembelaan, tapi juga mengandung ejekan.

    “Tuh, Bu Merida sendiri mengakui kalau pohon ini jelek, tidak menarik,” Kata Dean tersenyum lebar

    “Eh, tapi …” Muka Bu Merida memerah malu.

    Suara tawa murid-muridnya meledak, bukan tawa ejekan, tapi tawa kelucuan.

    “Ya, bagaimanapun juga,” Kata Bu Merida berusaha tenang, “Pohon ini sudah berperan besar dalam sejarah komunikasi. Kalian bisa menanyakan pada kakek dan nenek kalian. Saat mereka muda, pohon ini pasti pernah berjasa untuk mereka dalam membawa pesan.”

    Salah satu keseharian Pohon Epistle adalah menyambut murid-murid sekolah dasar yang sedang belajar diluar. Mereka kadang mendengarkan kisah sihir pohon Epistle dalam membawa pesan, kadang mereka hanya bermain di sekeliling pohon itu.

    “Mungkin saat ini, Pohon Epistle masih lebih berguna untuk membawa pesan ke daerah yang masih belum terjamah kabel telepon.” Kata Bu Merida sambil meletakan tangannya ke batang pohon.

    Pohon Epistle merasakan denyut nadi dari Bu Merida, Dua buah denyut. Wanita ini hamil.

    “Kalau bisa, aku ingin menyampaikan pesan pada suamiku yang sedang bekerja di tambang Grosslon.”

    Suara Bu Merida terdengar hangat, Pohon Epistle bisa merasakan keinginannya, tapi apakah ia harus menyampaikannya? Pada suaminya? Tidak saat ini kemampuan itu sudah tidak dibutuhkan. Begitulah yang dipikirkan Pohon Epistle.

    Saat Bu Merida melamun, semua muridnya merunduk mengelilinginya. Butuh waktu sekitar 5 menit akhirnya Bu Merida baru sadar kalau dirinya melamun. Dan saat ia sadar, suara tawa mengiringinya.

    “Kalian ini!!”

    Suara tawa yang hangat, membuat Pohon Epistle senang. Tanpa sadar ia mengugurkan dedaunanya yang melambai turun mengikuti aliran angin.

    Kehadiran anak-anak selalu membuat pohon Epistle senang, tapi tidak hanya mereka yang mengunjunginya. Terkadang hewan hutan datang beramai-ramai berteduh di dedaunannya. Cengkerama burung di dahannya juga membuatnya senang.

    Hari – hari berlalu, Pohon Epistle masih berdiri tegak. Sering juga ada pasangan orang tua yang datang mengunjunginya, bernostalgia.

    “Kamu ingat dulu cinta kita bersemi di bawah pohon ini?” tanya seorang kakek
    “Tentu saja,” Jawab sang nenek tersenyum, ia menidurkan kepalanya di dada si kakek.

    Pohon Epistle sudah tidak bisa mengingat berapa banyak orang yang memanfaatkannya sebagai tempat menyatukan cinta dua muda-mudi. Salah satunya pasti pasangan ini.

    “Dan aku juga ingat kamu dulu sempat berduaan dengan cewek, teman kerjamu di bawah pohon ini. Kalian sedang apa saat itu?” Tanya si Nenek
    “Eh… itu aku sudah lupa. Kenapa juga kamu mengingat hal tidak penting itu. Kamu merusak suasana nostalgia kita saja,” Jawab si Kakek gugup.

    Mata si Nenek memandang si Kakek, tatapan matanya lurus membuat si Kakek tidak bisa berbicara. Pohon Epistle juga ikut menantikan apa yang akan dikatakan si Nenek selanjutnya.

    “Aku sendiri juga sudah lupa, ya sudahlah. Sekarang kita nikmati saja suasana ini.”

    Kekecewaan dirasakan pohon Epistle, dan kembali daun-daunnya berguguran. Daun gugur itu membuat suasana musim gugur terasa hangat, dan hal itu juga membuat suasana hati pasangan Kakek-Nenek itu bahagia.

    Hari berlalu, Pohon Epistle masih berdiri tegak. Sehari-hari ia menunggu sinar mentari pagi yang menguatkan tubuhnya, dan hembusan angin membuat dirinya segar. Tetes air hujan membuatnya kenyang, tapi hal yang paling dia sukai adalah sentuhan dan perasaan hangat dari pengunjungnya.

    Ia menunggu Bu Merida. Beberapa bulan terakhir ini Bu Merida sering sekali mampir mengunjungi Pohon Epistle. Setiap kedatangannya, perut Bu Merida semakin besar. Yang dia lakukan kadang sekedar makan siang, terkadang berceloteh mengenai dirinya, atau mengomel tentang kenakalan muridnya. Tapi yang terbanyak adalah cerita tentang suaminya dan percakapannya dirinya kepada janin bayinya.

    Ia merasa nyaman jika mengungkapkan hal-hal itu pada Pohon Epistle. Dan Pohon Epistle membalasnya dengan memberi suasana sejuk di bawah perlindungan tubuhnya yang tinggi dan daun-daunnya yang lebat.

    Pohon Epistle sering berpikir apakah ini sebuah pesan? Haruskah ia menyampaikannya? Ia sendiri sudah mulai melupakan bagaimana bentuk sebuah pesan yang harus ia sampaikan? Sudah lama ia tidak menjalankan tugasnya sebagai pembawa pesan.

    Hari ini Bu Merida datang lagi. Perutnya sudah sebesar gumpalan selimut musim dingin. Ia berjalan kesusahan, langkahnya tertatih-tatih, tapi wajahnya tidak tampak kesusahan melainkan menunjukan keceriaan.

    “Suamiku, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang Ayah,” Katanya lembut,”Mungkin kamu akan terkejut saat pulang nanti sudah ada orang lain yang menyambutmu selain aku….”

    Bu Merida terdiam, begitu juga Pohon Epistle menangkap situasi itu, ia juga berhenti bergerak. Waktu terasa berhenti saat itu, dan

    “Aku senang bisa melahirkan anakmu,” Ucapan itu terdengar penuh kehangatan tapi air mata menetes di pipi Bu Merida.

    Pohon Epistle tidak tau hatus bagaimana bersikap. Haruskan ia senang ataukah sedih karena air mata dialirkan. Tapi tubuhnya menjawab pikirannya. Sebuah hentakan dahan dan daun-daunnya membuat suasana sekitar seperti ledakan kecil kembang api.

    Hari terus berganti, Pohon Epistle masih berdiri tegak.

    Cuaca hari ini tidak disukainya, Angin berhembus kencang, diikuti oleh hentakan halilintar. Badai tidak pernah menyenangkan dirinya. Daun-daunnya banyak yang rontok karena hembusan angin yang kencang, belum gemuruh halilintar membuatnya takut jika tersambar.

    Pohon Epistle berusaha berdiri tegak menantang hembusan angin, ini menjadi pertarungan dirinya dengan angin untuk kesekian kalinya. Selama ini ia selalu menang, dan kali inipun ia tidak mau mengaku kalah dengan hembusan angin kencang ini.

    Waktu berlalu, hembusan angin membuat tubuh Pohon Epistle terkikis. Tapi ia tidak menyerah begitu saja selama batang utamanya masih berdiri tegak. Perlahan angin mulai mengakui keunggulan Pohon Epistle, dan saat kemenangan tiba disertai turunnya hujan kemenangan yang membuatnya segar.

    Pohon Epistle merasa lega, pertarungan kali ini juga masih bisa dia menangkan. Hujan turun masih disertai hembusan angin, tapi sudah tidak sebesar saat awal. Ia menggunakan air dan angin kecil ini untuk membersihkan tubuhnya dari kotoran-kotoran yang menempel di tubuhnya saat angin kencang bertiup. Di kejauhan ia tidak menyangka akan ada sosok manusia datang menuju ke dirinya saat cuaca buruk seperti ini.

    Sosok yang tidak ia sangka, sosok kecil yang biasa mengejeknya saat diajak Bu Merida mengunjungi dirinya.

    “Pohon Epistle kumohon!” Teriak bocah itu, dia adalah Dean, “Kumohon, sampaikan pesan pada suami Bu Merdia di tambang Grosslon, aku mohon!”

    Pohon Epistle bergeming, ia tidak mengerti apa yang terjadi.

    “Aku menyukai Bu Merida, dan saat ini ia sedang berjuang untuk melahirkan anaknya. Tapi suatu hal terjadi, aku tidak mengerti apa itu,” Isak tangis Dean menembus hujan terdengar jernih oleh Pohon Epistle.

    “Yang kutahu saat ini ia butuh dukungan dari suaminya, Pak Erik yang sedang berada di tambang Grosslon, di negeri Kieslov. Kumohon Pohon Epistle!” Dean terus berteriak memohon.

    Inikah pesan? Pesan pada Erik, suami Bu Merida? Di negeri Kieslov? Sudah lama Pohon Epistle tidak nama negeri itu disebut di hadapannya. Tapi benarkah ini pesan?

    Dean masih terus berteriak memohon, saat itu datang sosok lain menghampiri Dean, seorang kakek. Kakek yang biasa bercengkerama bersama istrinya.

    “Dean sedang apa kamu? Semua mengkuatirkanmu !” Seru Kakek itu
    “Mengirim pesan ke Pak Erik. Bukankah semua mengatakan kalau saja ada Pak Erik memberikan dukungan mungkin Bu Merida bisa lebih baik kondisinya?”

    Si Kakek diam melihat anak kecil itu, ia mengerti maksud dari Dean. Dan ia menatap Pohon Epistle.

    “Sudah lama aku tidak mengirim pesan dengan pohon Epistle,” Kata si Kakek, kemudian ia menatap Dean” Kamu benar Dean, saat ini Merida butuh erik.”

    Si kakek kembali menghadap ke arah Pohon Epistle. Si kakek menyiapkan diri dengan mengatur nafasnya kemudian ia berkata, “Pesan kepada Erik, di tambang Grosslon, negeri Kieslov. Laki-laki berumur ….kalau tidak salah 33 tahun, ciri khasnya berambut dan bola mata berwarna coklat. Pesannya adalah, Istrimu sedang melahirkan, ia membutuhkanmu !”

    Pohon Epistle mendengarkan pesan itu. Format pesan yang sudah lama ia tidak dengar. Ia menggetarkan tubuhnya mengumpulkan tenaga untuk mengolah pesan dan mengirimnya.

    “Kumohon Pohon Epistle!” Teriak Dean lagi.

    Hembusan angin hangat keluar dari Pohon Epistle mengeluarkan suara seperti teko mendidih. Perlahan bola-bola berwarna hijau muncul, seperti gelembung air begerak menuju puncak Pohon Epistle. Bola–bola hijau itu saling berputar, dan terus berputar kencang akhirnya menyatu di puncak, menjadi sebuah bolah besar. Bola besar itu kemudian bergerak turun menuju tanah, tempat akar Pohon Epistle berada.

    Bola hijau besar itu adalah kumpulan kata–kata, pesan yang diucapkan oleh si Kakek, dan Dean. Bola itu diam sejenak menunggu arah yang ditunjuk oleh Pohon Epistle, arah menuju tambang Grosslonm di negeri Kieslov. Pohon Epistle bertanya pada tanah dimana tambang itu, dan jawaban diberi oleh tanah kepada Pohon Epistle.

    Jawaban itu membentuk seperti garis kuning yang menghubungkan Pohon Epistle ini dan pohon kecil yang terletak di depan tambang Grosslon. Bola hijau bergerak, perlahan dan semakin cepat melewati kecepatan suara.

    Jauh di utara, Negeri Kieslov, tambang Grosslon berada. Para penambang sedang beristirahat diluar tambang menikmati makan siang mereka. Tiba-tiba pohon sekitar tambang itu bergetar, cahaya kehijauan muncul dari salah satu pohon itu. Bola hijau itu muncul perlahan membentuk sosok si Kakek dan bocah Dean. Sosok itu mencari – cari Erik, yang kebetulan langsung mengenali sosok si Kakek.

    “Paman?”

    “Istrimu sedang melahirkan, ia membutuhkanmu !” Jawab sosok hijau yang menyerupai si Kakek dan bocah Dean.

    Erik kebingungan, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi.

    “Ini….pesan pohon Epistle? Aku sudah lama tidak melihatnya,”Suara itu berasal dari mandor tambang yang setua si kakek.
    “Erik, ini berarti istrimu sedang butuh dukunganmu, kamu harus menjawabnya selama sosok ini masih berwujud,” Sahut Mandor itu cepat.
    “Apa? Apa yang terjadi? Pohon Epistle… aku pernah mendengarnya…itu…”
    “Satu hal yang pasti, istrimu sedang melahirkan, Erik!” Teriak si Mandor

    Suara pesan kembali diulang sosok si kakek

    “Istrimu sedang melahirkan, ia membutuhkanmu !”

    “Apa? Merida melahirkan?”Teriak Erik sedikit panik

    Si Mandor, tidak membuang waktu. Ia menghampiri Erik dan memukul punggungnya agar cepat sadar dari kepanikannya.

    “Sekarang bukan saatnya panik, kamu harus segeraa membalas pesan ini, agar pesan dukunganmu bisa sampai ke istrimu. Aku yakin dia sedang berjuang untuk melahirkan anakmu, Erik.”

    Erik menjadi lebih tenang, dan ia kini sudah bisa menangkap apa yang sedang terjadi,

    “Katakan pesan pada Merida, kota tempatnya berada… negara, umur dan …ah ya cirikhas istrimu sebagai alamatnya, kemudian diikut pesan yang ingin kamu sampaikan,” Jelas si Mandor.

    “Pesan pada Merida, kota Gelen, negara Luxem, umur 27 tahun. Cirikhasnya…rambut keriting berwarna merah sedang melahirkan…Pesannya adalah Berjuanglah Merida, aku yakin kamu bisa melahirkan anak yang kita nantikan. Aku selalu bersamamu.”

    Sosok hijau itu kembali mengeluarkan suara seperti teko mendidih dan berubah menjadi bola hijau besar kembali. Perlahan menuju tanah. Jalur kembali sudah terbentuk seiring Erik menyampaikan tujuannya. Perlahan bola hijau itu bergerak, dan semakin cepat lebih cepat dari kecepatan suara menuju rumah tempat Merida berada.

    Kembali di kota Gelen, tempat dimana Pohon Epistle dan Merida berada. Di sebuah rumah, tampak seorang wanita berambut keriting sedang berteriak keras berusaha mendorong anaknya agar bisa keluar dari janinnya. Sosoknya bermandi keringat. Di sampingnya berdiri bidan, dan si Nenek yang mendukungnya.

    Pohon yang berada di luar rumah Merida bergetar tanda bola pesan itu telah tiba, dan seperti halnya tadi, Bola hijau itu berubah menjadi sosko si pemberi pesan. Sosok Erik perlahan melayang menuju dimana Merida sedang berusaha.

    “Dorong Merida, lebih kuat!”

    Nafas memburu Merida berusaha mengikuti saran dari Bidan itu. Dan saat itu sosok Erik berdiri di hadapannya melayang.

    “Erik?”
    “Ini? Pesan dari pohon Epistle !” Sahut si Nenek, ia mengenali wujud pesan epistle, warna hijau yang membawa pesan memberikan kehangatan di ruangan.

    “Berjuanglah Merida, aku yakin kamu bisa melahirkan anak yang kita nantikan. Aku selalu bersamamu!”

    Merida tersenyum saat mendengar pesan dari Epistle. Suara yang dikenalnya, suara orang yang dicintainya, ayah dari anak yang hendak ia lahirkan. Kehadiran pesan itu membuat darah Merida menjadi terpacu. Dia sedang berjuang untuk dirinya juga untuk orang yang dia cintai. Anak ini adalah harta mereka.

    Si bidan yang melihat sosok hijau itu kaget, tapi setelah mendengar penjelasan si nenek mengenai pesan pohon Epistle, dia langsung sadar kalau itu adalah sebuah pesan. Ia menggunakan momen ini untuk kembali menyemangati Merida, bersama-sama mereka mengatur waktu mereka untuk kembali mendorong bayi yang masih tertahan. Tapi masih belum berhasil. Merida tidak menyerah, ia kembail mengatur nafasnya. Perlahan membentuk tempo memburu.

    “Berjuanglah Merida, aku yakin kamu bisa melahirkan anak yang kita nantikan. Aku selalu bersamamu!”

    Sosok Erik kembali mengucapkan pesan, Kembali Merida berusaha, bayinya mulai terdorong tapi belum sepenuhnya berhasil. Merida beristirahat sejenak mengatur nafas. Keringat membanjiri dirinya.

    “Berjuanglah Merida, aku yakin kamu bisa melahirkan anak yang kita nantikan. Aku selalu bersamamu!”

    “Iya aku tahu ERIK! Aku sedang berusaha!” Teriak Merida diiringi dengan dorongan lebih kuat.

    Tidak lama kemudian,

    “Oeee oeeee”

    Suara tangisan bayi menyelimuti ruangan, mengalahkan suara hujan diluar. Sosok Erik juga menghilang saat itu, meninggalkan kehangatan di tengah rintik hujan.

    Waktu berlalu, Pohon Epistle masih berdiri tegak.

    Cuaca hari ini cerah, saat yang tepat untuk piknik. Saat ini keluarga baru Merida, bersama Erik dan anaknya duduk menggelar tikar di bawah pohon Epistle. Mereka ingin menyampaikan pesan pada seluruh kota kalau hari ini mereka bahagia. Dan Pohon Epistle kembali berdiri menggoyangkan daun-daunnya yang besar memberi hembusan angin kebahagiaan pada keluarga kecil itu.

    Pohon Epistle berdiri tegak, ia sedang beristirahat, dan mungkin suatu saat ia dibutuhkan kembali untuk sebagai pembawa pesan.
     
    Last edited: Jan 10, 2014
  11. Ii_chan M V U

    Offline

    Minagiru ai

    Joined:
    Jun 27, 2013
    Messages:
    4,958
    Trophy Points:
    187
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,180 / -55
    ceritanya, hmm, lumayan :top:

    fantasy campur drama,

    klo di realita mah, udh ditebang nih pohon gajes.

    ----------------------------------------------------

    untuk cerita, aku suka.


    itu aja.


    --------------------------

    ini mau diikutin ke fikbul sebelah ya kak? :matabelo:
     
  12. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,819
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    numpang komen :iii:

    I don't know for sure where to start :iii:

    mungkin dari sini :iii:

    berambut? err, aku kurang nangkep apa maksudnya. apakah kk Giande disini mau menyebutkan bahwa erik memiliki rambut dan tidak botak? atau memiliki rambut berwarna coklat?

    terus, apalagi ya? oh, ya. dari dialognya aku kurang begitu suka. ato dari plotnya ya :iii:

    kay kalo dialog, beberapa part yang aku ga suka mungkin disebabkan karena terlalu rapatnya jeda antar dialog, jadinya yaa, begitulah.

    take a look at this :
    imo mungkin lebih bagus kalo gini :
    imo sih :iii:

    kay skip aja ah :lalala:

    dari cerita :

    hmm konsep n intinya sih bagus, hanya saja yaa itu tadi, eksekusinya yang kurang dramatis membuat ceritanya terkesan agak 'pettan' 'flat' :maaf:

    btw, kalo menurut kepercayaan salah satu suku di afrika n sebagian suku indian, pohon pembawa pesan emang ada kan ya :matabelo:
     
  13. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Awww jdi lebih menyentuh setelah dipoles lalat-san

    Tpi agak berlebihan, anyway gw nangkap maksudnya dan thanks a lot diingatkan lgi dan menunjukan flaw dan pettan e hehehe

    Ntar gw edit2 lgi biar lebih terasa nuansa e

    Thanks buanyakkkk :maaf:
     
  14. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,819
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    reopen by TS request :gadissiul:
     
  15. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Rintik hujan mulai membasahi pipi besi dia. Tatapannya kosong, walaupun di dalam dirinya ditanam sebuah chip termutakhir dalam bidang artificial intelligent atau biasa disebut AI. Chip itu seharusnya bisa membuatnya berpikir “nyaris” seperti manusia. Ia bisa tertawa saat mendengar lelucon garing, sedih saat melihat film drama, membenci kucing yang tampak sombong di otak elektroniknya, bahkan ia bisa cemberut saat kondisi tidak berjalan seperti keinginannya.

    Kini ia hanya bisa menatap kosong ke “Ayah”, penciptanya. Otak elektroniknya terus memutar algoritma logika yang sudah ditanam dalam dirinya. Kenapa harus begini? Apakah dia harus melakukannya? Otak elektroniknya yang sudah berkembang membuatnya berpikir kalau hal itu tidaklah baik, dan ia pun membenci hal itu, tapi ini perintah dari “Ayah”.

    “Untuk inikah aku dicipta?”



    Ia bertanya pada seorang pria berumur sekitar 50an. Tubuhnya kekar, memakai jubah berwarna coklat yang menutupi sebagian besar tubuhnya. Pria itu tersenyum dingin saat mendengar pertanyaan itu, seolah sudah menjawabnya. Dan ia pun tahu walaupun pria berjubah itu hanya tersenyum. Ia seorang robot, apa yang dia dengar terekam dengan baik dalam memorinya yang berkapasitas tinggi. Tapi AI nya membuatnya menolak untuk menerima apa yang dia dengar.



    “Lebih baik aku mati, daripada melakukannya,” Katanya datar.



    Pria berjubah itu masih tersenyum, seakan sudah menduga bahwa dia bakal menjawab demikian, tapi jawaban itu tidak akan merubah hasil apapun. Pria berjubah itu yakin, karena dialah penciptanya. Dia mencipta dia sesuai dengan tujuan itu.



    “Kamu ciptaanku, sehebat apapun kamu, sepintar apapun kamu. Tujuan kamu diciptakan dengan kepintaran itu hanya untuk melakukan hal itu,” Balas Pria berjubah itu.

    “Tapi…”

    “Kursi diciptakan untuk diduduki, walaupun bisa berubah fungsi menjadi senjata, tapi tujuan dasar diciptakannya adalah sebagai tempat duduk. Kursi sejati itu sudah mencapai kesempurnaan bila menjalankan tugasnya sesuai tujuan si penciptanya. Demikian juga sebuah senjata yang diciptakan.”



    Dia tetap diam. Matanya melirik ke belakangnya. Tugas yang menantinya, tujuannya diciptakan. Ia harus membasmi seluruh penduduk kota yang telah bersahabat dengannya selama 3 bulan. AI nya ingin berontak, tapi tidak bisa. Sebuah perintah dasar yang merasuk dalam dirinya adalah patuh dan taat pada penciptanya, dan melakukan tujuannya tuk diciptakan. Samar-samar dia sudah merasakan sejak pertama matanya terbuka di lapangan kosong.



    Dia tidak mengerti kenapa bisa berada di dunia ini. Ia tidak meminta untuk diciptakan, tapi dia telah ada dan harus melakukan keinginan penciptanya.



    “Kenapa kamu membiarkan aku bergaul 3 bulan? Menumbuhkan rasa ini dalam otak elektornikku? Padahal… padahal…”

    “Karena menarik,” Jawab pria berjubah itu tersenyum sinis.

    “Hanya itu alasanmu?”

    “Kenapa? Kamu butuh alasan lain? Baiklah, karena aku seorang jahat.”



    Sebenarnya dia tidak butuh alasan itu. Bagaimanapun juga dia tidak bisa menolak perintah dasar, tujuannya diciptakan. Yang hanya dia bisa lakukan hanyalah mengutuk keberadaan dirinya. Tangannya bergerak walaupun tidak ingin, dan mulai mengeluarkan senjata mutakhir yang mampu memusnahkan sebuah kota dengan mudah.



    Dirinya menjerit, tapi tidak bisa membantah. Karena ia diciptakan untuk itu. Ia tidak bisa melawan tujuan kenapa dia dicipta. Jeritan itu menggema bersamaan dengan ledakan besar memusnahkan semua kenangan,kebaikan,emosi yang ia dapat selama 3 bulan hidup bersama penduduk kota itu.



    “kenapa aku harus ada?!”

    :keringat:

    setelah sekian lama ga nulis, malah nulis cerita tema begini :madesu:
     
    • Thanks Thanks x 1
  16. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,819
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    uuh, okay. setelah sekian lama, giande nulis lagi. but, hey, what's up with this dark theme?

    nuansa dark nya kerasa, tapi ceritanya seolah gak ngasih ending yang jelas. dibikin blur gitu aja. kalo menurutku sih bagusnya dibikin close ending aja. maksudnya, apakah nantinya robotnya berontak dan bunuh sih ayah, ato nurut perintah si ayah, mungkin bakal lebih menarik kalo dibikin kek gitu :iii:

    kalo diksi dll rasanya masih belum banyak berubah sih. yah, kerasa sedikit kaku karena udah lama gak nulis, tapi masi bisa dimengerti kok :hmm:
     
    • Thanks Thanks x 1
  17. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Selamat malam pendengar setia! Kembali acara "Ah... masa muda" mengudara di ruang dengar kalian," Seru pembawa acara radio dengan semangat, "Saya, Enom akan menemani anda sekalian selama 30 menit ke depan."

    "Ah...masa muda"adalah acara radio kesukaan Terry, seorang mahasiswa tingkat 2 jurusan elektro di universitas ANDA. Acara ini sebenarnya berasal dari siaran radio lokal di kampus Terry. Sebagian besar acara ini dikelola oleh mahasiswa jurusan komunikasi.

    Kring!

    "Telepon pertama sudah masuk, Helo "Ah...masa muda" ?" Sapa Enom si pembawa acara radio.

    "Eh.. selamat malam," Balas suara di ujung yang lain, suaranya terdengar kecil.

    "Rupanya penelepon kita masih malu-malu. Ayo jangan malu-malu. Disini rahasia anda terjamin, kecuali latar belakang anda yang pastinya kuliah di Universitas ANDA."

    "Eh..."

    "Biar kutebak,pasti masalah cewek kan? Hayo ngaku? Di "Ah...masa muda" anda bisa mengeluarkan semua uneg-uneg yang mengganjal di hatimu. Dan bonus siapa tahu saya bisa membantu....semoga."

    "Kok kamu tahu? Kalau saya lagi jatuh cinta sama seorang cewek?" Tanya si penelepon.

    "Enom gitu loh.Semua perkara masa muda sudah menjadi santapan saya. Ayo jangan malu-malu silakan," Kata Enom mempersilakan si penelepon, "Tapi sebelum itu, dengan siapa saya berbicara?"

    "Andre..." Jawabsi penelepon langsung

    "Silakan menggunakannama alias....err yaa saudara Andre... atau kita panggil bisa kita panggil ?"

    ...hening

    "Goku, ya karakter utama dari anime kesukaan saya."

    "Ok Goku, silakan!"

    "Sebenarnya saya lagi jatuh cinta sama seorang cewek... dia sangat manis, dan kurasa dia juga menyukaiku..."

    "Tembak saja,Ok! Andr... maksudku Goku setelah menyatakan perasaan kamu, silakan hubungin kami lagi,"

    "Tapi?"

    "Ok untuk memberi semangat buat Gok..Andre eh maksud saya Goku, kami putarkan lagu bertema cinta berikut ini.

    Terry tersenyum sendiri mendengar tingkah si pembawa acara, alias Enom. Memang dia terkenal suka seenaknya sendiri dalam menjawab atau menyimpulkan masalah penelepon.

    Tapi nama Andre?Terry berpikir, apakah yang penelepon itu adalah Andre, teman seangkatannya? Suaranya memang mirip, dan Goku juga meruupakan nama karakter favorit dari anime yang telah menemani Andre dari kecil yaitu dragon ball.

    "Masa sih?"

    "Ok kembali kita akan menerima telepon selanjutnya."

    Kring!

    "Hallo,"Ah..masa muda"."

    "Biar kutegaskan kalau cewek itu bukan lagi senang sama Andre, ehm maksudku Goku. Sebenarnya cewek itu lagi naksir aku. Kebetulan saja Andre, maksudku Goku selalu jalan bersamaku. Dia hanya salah mengartikan tatapan cewek itu yang sebenarnya diarahkan kepadaku."

    "Hooo. Tenang sahabatku,jangan terburu-buru. Dengan siapa saya berbicara?"

    "Hermes, eh bukan... maksudku itu bukan nama sebenarku...Maksudku hermes dalam artian salah satu dewa Yunani. Ya itu."

    ...hening.

    "Ok Hermes,silakan masa mudamu,"Kata Enom mempersilakan.

    "Ya itu tadi.Maksudku itu cewek yang Goku suka, sebenarnya suka sama aku."

    "Dan kamu bagaimana Hermes? Apa kamu juga menyukai cewek itu?"

    "Ya gimana...aku tidak menolak pastinya dengan cewek itu."

    Terdengar suara kecil yang memanggil Hermes dari ujung telepon.

    "Halo Hermes? Lagi sibuk?"

    "Apa Ndre ? Ah ga maksudku ga ga sibuk, hanya sedikit masalah. Ini saya lagi mau meluruskan masalah dengan teman saya...sudah dulu ya."

    Tut...tut...tut

    "Ok itu barusan telepon dari salah satu dewa Yunani yang ikutan acara kita. Ok Hermes semoga sukses dengan Goku. Ngomong-ngomong kalau dewa Hermes bertarung dengan Goku siapa yang bakal menang? Hmm.. menurutku sih pastinya Goku. Ok sahabat muda,kita tidak usah memikirkan pertarungan Goku dengan Hermes, mari kita dengarkan lagu pembangkit semangat. Kami persembahkan khusus untuk Goku dan Hermes."

    Alunan lagu terdengar di radio milik Terry.

    Terry kembaliberpikir, jangan-jangan ini memang benar tentang Andre dan Hermes? Dan mereka kemungkinan besar masih berada di lab untuk mengerjakan tugas. Terry bingung sendiri, apakah perlu ke kampus untuk mengecek keadaan mereka atau tidak usah? Saat masih bingung kembali lagu yang diputar berhenti.

    "Sudah kita dengarkan lagu-lagu penyemangat, ya semoga iringan lagu itu memberi semangat pada Goku ataupun Hermes dalam menyelesaikan masalah mereka. Ok kita sambut penelepon terakhir kita, Ya Haloo "Ah...masa muda" ?"

    "Ha..halo."

    "Akhirnya penelepon cewek... tunggu dulu, jangan-jangan kamu cewek yang dimaksud oleh Gokudan Hermes? Ha ha ha ga mungkin sekebetulan itu kan mereka sama-sama mendengar acara radio ini."

    "Iya..."Balas cewek itu.

    "EH! Jadi... bisa kupanggil siapa ini? Hmm tunggu dulu, biar aku yang beri kamu nama alias. Kamu adalah Diao chan. Si cantik yang diperebutkan oleh Lu Bu dan Dong zhuo. Sedikit info buat pendengar, kalau Enom ini penggemar cerita samkok. Kalau kalian ingin berdiskusi soal samkok bisa juga lewat acara ini."

    TIT

    Terdengar suara sensor.

    "Ok, maaf terputus sejenak acara kita, sedikit masalah teknis. Ok saudari Diao chan,halo? Kamu maih tersambung?"

    "Iya."

    "Silakan Diao Chan, menyampaikan masa mudamu, "ah...masa muda"."

    "Ah iya...sebenarnya mereka berdua salah paham."

    "Maksudnya?"

    "Iya, aku tidak punya perasaan apa-apa sama mereka, selain sebagai teman. Selain itu aku sudah punya pacar yang lebih cakep, lebih pinter, juga lebih kaya yang sedang kuliah di luar negeri. Jadi maafkan aku ya Andre, dan Hermes."

    "Maksudmu Goku,dan dewa yunani Hermes kan Diao chan?"

    "Eh iya,maksudku itu.Sudah dulu ya, aku mau teleponan sama pacarku, terima kasih."

    Tut...tut...tut

    "Terima kasih saudari Diao Chan. Jadi untuk Goku dan Hermes, semoga kalian belum melakukan tindakan saling menonjok karena pengaruh lagu penyemangat tadi ya."

    ...hening

    "Ok sampai disini dulu acara :Ah..masa muda" Moral dari sharing pengalaman masa muda hari ini adalah 'Sebelum mengambil keputusan atau bertindak lebih baik menunggu acara radio sampai selesai'. Sampai ketemu lagi di lain kesempatan Bye bye. "
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
  18. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    wah lol wut sekali ini acara radionya :lol:

    gw jadi inget pas denger itu ada siaran radio pon pas baca fic ala jepun, rusuh nya mirip2 gini :XD:
     
    • Like Like x 1
  19. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    Hha lucu :haha:
    Dasar cowo emng klo diliatin dikit aja ama cewe pasti mkir suka :haha:
    Anehny malah berantem d radio lg. :haha:

    -The Roci was a good ship. State of the art.
     
  20. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Salah satu kekurangan dari jurusan sepi peminat seperti elektro ini adalah jadwal kuliah yang tidak fleksibel. Karena mahasiswanya sedikit, jadilah kelas yang ada juga terbatas. Alhasil jadwal kuliah juga tidak optimal. Contoh paling gampang adalah saat ini Terry sedang bengong menunggu kuliah selanjutnya. Jam 9 pagi ada kuliah Kalkulus selama 2 jam, kemudian kosong sampai jam 3 sore baru ada kuliah selanjutnya tuk mata kuliah Fisika.


    Beberapa teman Terry, memilih pulang, ada yang asik nongkrong di kos, atau bahkan pergi jalan-jalan ke mall. Tapi kali ini Terry yang sedang sekarat urusan uang sangu tidak punya banyak pilihan. Biasanya dia merengek untuk mampir di kos temannya, tapi


    “Sorry Ter, aku ada keperluan sama Andre,” Tolak Yosep, sang pemilik kamar kos tempat imigrasi Terry.

    “Aku ikutan deh kalau begitu,” Pinta Terry

    “Boleh saja, tapi bawa kendaraan sendiri ya. Aku boncengan sama Yosep,” Kata Andre cepat.

    “Eh… gimana kalau boncengan bertiga aja?”

    “Wah Ter, kalau urusan mu ditilang polisi jangan ajak-ajak aku,” Tolak Yosep tegas.

    “Ya gimana donk?pinjem kuncimu deh Sep? boleh ya, aku janji bakal duduk manis di kosmu tanpa bikin kacau.”

    “Gak!”

    “Ya kenapa?”

    “Soalnya terakhir kali kamu kuktinggal sendiri, hasilnya kamarku berantakan. Ditambah lagi aku dimarahin ibu kos karena kamu nyetel film kenceng banget suaranya. Pokoknya tanpa pengawasan kamu sementara gw ban dari markas.”



    Jadilah sekarang Terry bengong sendiri. Setelah berlama-lama di kantin untuk menghabisi waktu sampai akhirnya diusir secara halus, Terry sekarang merantau ke gedung Umum kampus ANDA. Sedikit info universitas ANDA terbagi-bagi menjadi beberapa gedung. Tempat kuliah Terry biasanya berada di Gedung Barat. Dan sekarang terry berada di gedung umum, dimana aula, perpustakaan, ruang dekan,administrasi berada.



    Terry segera duduk di slah satu kursi yang kosong di lantai dasar gedung umum. Lantai dasar memang diperuntuhkan untuk mahasiswa bersantai atau nongkrong. Meja-meja lain banyak yang sudah terisi mahasiswa dari berbagai jurusan.



    Terry menghela napas, sambil mencari-cari posisi agar bisa tidur sejenak, tapi cuaca yang panas membuatnya ga nyaman.



    “Kita ke perpus aja yuk! Disana kan ada ac, jadi adem,”Kata salah satu mahasiswi yang duduk di dekat Terry.



    Perpustakaan? Selama kuliah Terry, belum pernah mampir keperpustakaan kampusnya. Menurutnya perpustakaan itu identik dengan belajar, dan belajar itu tidak identik dengan dia. Pastilah perpustakan dan dia tidak akan sepaham. Apalagi saat dia SMA, perpustakaanya juga non-ac, dan tidak populer di kalangan jomblo seperti Terry. Perpustakaan di SMA Terry lebih banyak dipakai anak-anak pacaran bermesraan saat jam istirahat atau pulang sekolah. Setiap kali terry lewat selalu bawaannya kesal, apalagi saat melihat gebetannya bermesraan degan pacarnya. Pengalaman buruk itulah yang membuat Terry alergi dengan perpustakaan.



    Tapi setelah mendengar ucapan tadi, terry berpikir ulang tentang alerginya. Mungkin saat ini waktunya untuk menyembuhkan alergi perpustakaan itu.



    “Ac, di ruangan sepi…. Pastinya cocok untuk tidur,” Pikir Terry.



    Terry memutuskan langsung beranjak dari tempat duduknya, mengikuti mahasiswi sebelahnya untuk naik lift. Dia hanya tahu kalau perpustakaan ada di gedung ini, tapi entah di lantai berapa. Memang sih saat dulu briefin gperkenalan kampus sebelum kuliah dimulai ada diberitahukan tentang fasilitas-fasilitas kampus, termasuk perpustakaan. Tapi otak Terry menganggap info itu tidak perlu diingat, jadi dilupakan sesaat setelah mendengar.



    “Kita perlu memori untuk hal penting, jadi info-info ga berguna harus segera dihapus jika dirasa tidak penting.”



    Begitu alasannya, jika ditanya tentang hal dilupakannya walaupun baru saja diberitahu. Alhasil pernyataannya itu sering sekali berhadiah sebuah makian, maupun teguran.
     
    • Thanks Thanks x 1
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.