1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic GIANDE's Stories Collection ~ [Cerpen][OneShot]

Discussion in 'Fiction' started by Giande, Mar 28, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Big Guy and Apple c6

    35 menit kemudian

    Suasana jauh lebih ramai dibanding sebelumnya, padahal ini sudah lewat tengah malam. Semua menantikan pertarunganku dengan Viper. Dia berdiri di hadapanku, ekspresinya tertutup topeng besi berukiran burung.

    “Topeng itu akan kulumat bersama dengan wajah jelekmu.” Kataku lantang
    “Ha…ha…ha ha hahaha. Lelucon yang sangat menarik Big Guy, apa kau lupa? Aku hampir mengirimmu ke dunia lain” Suara seraknya tidak bisa kulupakan.
    “Sayangnya itu hanya HAMPIR.”

    “BIG GUY…VIPER SEMUA SUDAH PANAS. JANGAN DITUNDA LAGI…. PERTARUNGAN ABAD INI…..”Mc itu berhenti sejenak menunggu reaksi penonton yang ikut senyap

    “GLORY AND BLOOD.. FIGHT!!”

    Sorak penonton kembali menggema, aku juga tidak membuang waktu. Sebuah tendangan kuarahkan ke leher Viper, tapi dia bisa menghindar dengan mudah . Ia menggeser tubuhnya. Aku tidak berhenti dan terus melancarkan serangan beruntun, tendangan ke atas dan bawah hampir bersamaan. Viper berhasil menghindarinya bahkan melakukan serangan balasan dengan kedua cakar besinya.

    Cakar besinya jauh lebih panjang dari perkiraanku, pakaianku robek dan dadaku terluka.

    “SERANGAN LEMAH BEGINI TIDAK BISA MENGHENTIKANKU !!” Aku berteriak semangat dan kembali melancarkan pukulan lurus kecepatan tinggi tepat ke arah wajahnya. Dia diam tidak bergerak..

    BRAKKK!!

    “He..he.hehe kamu lupa? Aku seorang Cryers, Big Guy.” Bongkahan batu menghalangi tinjuku menyentuh wajahnya, Disaat aku masih kaget, Viper bergerak melewatiku sambil mengayunkan kedua cakar besinya ke arah punggungku. Darah segar kembali mengalir dari tubuhku.

    “Akan aku bereskan kamu secara perlahan…mengiris kulitmu…ahhh suara itu memnbuatku bernafsu…”Napas Viper terdengar memburu, aku tau kalau dia seorang maniak pertarungan seperti Judan, bahkan lebih parah. Ia senang menyiksa lawannya itu reputasinya.

    “Kamu akan menyesalinya..VIPERRR !”

    Kukejar dia, kemana dia bergerak kuikuti, seranganku selalu berhasil ia patahkan. Pukulanku mampu menghancurkan batu yang ia gunakan tapi itu tidak menolong sama sekali. Sesaat setelah hancur batu itu kembali membentuk bongkahan baru dan ia selalu berhasil memanfaatkan jeda waktu yang singkat setelah pukulanku berhasil diredam untuk menghindari pukulanku bahkan melakukan serangan balasan. Viper masih belum melakukan serangan mematikan, ia ingin mempermainkanku.

    Aku berlari mendekatinya, Viper tampak tenang dan menggerakan tangannya membuat beberapa kepingan batu seperti piring. Piringan batu itu bergerak memotong udara membuatku tidak bisa mendekatinya, serangan dari berbagai arah membuatku harus bertahan.

    “LUAR BIASA….BIG GUY MAMPU menghancurkan semua serangan dari VIPER !!”

    Aku harus melakukan terobosan, tidak bisa begini terus. 2 buah piring mengarah ke perutku, kuhindari dengan memutar tubuhku dan menggunakan momentum putaran itu dan menghentak maju ke arah Viper. Segera aku melancarkan tendangan ke arah Viper, tapi sia – sia kembali pertahanan batu membuat tendanganku tidak menemui target, Viper menghindar dan kembali membuat luka di sekujur tubuhku. Aku tidak berhenti disitu kulancarkan kembali pukulan kombinasi ke arah perutnya…Viper kembali berhasil menahan dengan gumpalan batu. Sesuai rencana itu hanya gerakan tipuan agar ia membuat pertahanan disana, akut idak menyia – nyiakan perhatiannya itu dan menggunakan kepalakuk untuk menyundulnya…

    “BODOH!!” Viper mengetahui pola seranganku, ia sudah menebaknya. Kepalaku hanya menghantam batu. Viper langsung melompat ke belakangku. Kepalaku pening tapi tubuhku bergerak sendiri mengikuti gerakan Viper dan melancarkan sebuah pukulan lurus keras ke arahnya

    “ARGHHH!!” Seranganku gagal, dan Viper kembali berhasil membuat luka baru di tubuhku, ia kembali mundur tidak menghabisiku.

    “ROCK WIZARD, VIPER….SELAMA INI TIDAK ADA YANG BERHASIL MENEMBUS PERTAHANANNYA, NAH BAGAIMANA BIG GUY? TUBUHNYA SUDAH PENUH DENGAN LUKA, CEPAT ATAU LAMBAT IA BAKAL KEKURANGAN DARAH.”

    “SIALLL!!” Aku benci mengakuinya, tapi apa yang dikatakan mc itu benar. Kalau terus begini aku bakal kehabisan darah yang terus mengucur.

    “Penonton mulai bosan Big Guy, ayo tunjukan kemampuanmu…”
    Aku harus bersabar, harus menunggu momen yang tepat, momen dimana dia sama sekali tidak siap untuk mengelak seranganku. Saat dia lengah

    “ARGHHH !!”
    “SERANGAN YANG SANGAT … TAJAMMM, 1 2 3 …ada 5 PAKU BATU YANG MENANCAP DI TUBUH BIG GUY.”

    Sial saat aku masih berpikir, dia telah menggunakan crystalnya lagi. Viper menggerakan tangannya ke kanan dan kiri sebuah gerakan melingkar…lantai sekelilingnya pecah berantakan dia gerakan. Sekitar 10 buah batu berujung tajam berputar – putar mengeliling masing – masing tangan Viper. Jika piringan masih cukup besar untuk kuhindari dengan baik…tapi sekarang? Viper merubah serangannya menjadi lebih kecil dan lebih tajam…dan langsung berhasil menembus ototku yang besar.

    “SUNGGHU PERTANDINGAN BERAT SEBELAH…. BIG GUY TIDAK BISA BERBUAT APA – APA. INI BUKAN PERTARUNGAN TAPI PENYIKSAAN !!”

    Aku berusaha menggerakan tubuhku, berdiri...Viper langsuung melompat ke jeruji besi kandang menggunakan kedua kakinya untuk menahan tubuhnya. Saat itu mengayunkan kedua tangannya, saat bersamaan batu – batu yang berujung lancip itu mengarah ke diriku. Aku memukul, menghancurkan sebisaku. Kanan , kiri…di wajah… tubuhku, tidak semua berhasil kuhancurkan beberapa berhasil menancap ke tubuhku. Saat aku masih menggeram kesakitan akibat serangan pertama, Viper sudah melompat turun, tepat berlutut dihadapanku. Ini kesempatanku, tubuhku merespon pikiranku, aku harus melancarkan sebuah serangan balasan tanpa memperdulikan rasa sakit yang kuderita. Kedua tangan aku satukan, walaupaun tangan kiriku terluka parah tapi modal semangat membuatnya bisa bergerak. Seperti palu godan huhantamkan tepat ke arah kepalanya.

    CROAKKK!!

    Crystal batu kembali beraksi, lantai Arena berubah bentuk keruncut tajam seperti mata bor besar masuk diantara kedua lenganku. Seranganku berhasil kembali ia patahkan

    “TERBANGLAH SAYAP MERAHKU !!”

    Suara sorakan terdengar lagi…apa yang terjadi?

    “BIG TERJATUH… SERANGAN CAKAR BESI BERHASILMEMBUAT DADA BIG GUY TERKOYAK MEMBENTUK SEPASANG SAYAP MERAH DARAH !!

    “Apa…??”

    Aku jatuh terjerembab, kudengar Viper menjauh dariku. Dadaku, punggungku… semuanya panas….darah panas mengalir…Kepalaku mulai terasa berat tidak…aku merasa seperti sedang melayang….Viper? dia menjadi banyak…..kenapa terasa senyap? Padahal tadi sangat ribut…kemana perginya suara? Kemana Elva? Betapa bodohnya diriku…kenapa aku mau ikut turut keinginan seorang gadis kecil, kenapa? Elva? Kamu di mana?

    “Bangun!!”
    Suara? Darimana?
    “Bangun!!”
    Tubuhku terasa berat…
    “Phing kuo!!”
    Phing kuo? Hentikan…siapa itu…
    “Phing!!”
    Berhenti…
    “Phing!!”
    Berhenti…jangan lagi
    “Phing kuo bangun..!”
    Tidak hentikan itu…
    “Phing, kamu jangan menyerah…”
    Aku capek tapi tolong hentikan panggilan itu….
    “PHING KUO BANGUNNN, JANGAN MENYERAHHH !!”
    Hentikan..
    “PHINGGGG KUOOOO BANGUNN !!”
    Hentikan..
    “PHING…”

    “AKU BILANG JANGAN MEMANGGILKU DENGAN NAMA ITU !!”

    Aku bangkit, amarah menyeliputi diriku…Napasku memburu, tubuhku masih terasa sakit.

    “Elva?”

    Elva berdiri disamping arena, beberapa petugas berusaha menarik mundur dia, tapi aneh mereka tidak berhasil.

    Aku kembali berusaha berdiri, dengan tubuh penuh luka.Aku berusaha mengatur napasku, mengingat apa yang barusan terjadi, momen sesaat aku terluka parah, sial rasa sakitnya membuatku tidak ingin memikirkannya tapi momen itu… momen yang bisa kugunakan, kalau saat itu crystal milik Viper tidak bekerja maka…

    “Bersiaplah Elva !!”kataku

    “He…serangan yang lemah. Tidak berguna bagiku….KAMU LEMAH VIPERRR..COBA LAGI.. AKU MASIH BERDIRI..”

    Darah mengalir di mulutku setelah berteriak demikian.

    “BIG GUY BIG GUY.. SUNGGUH KAMU BENAR- BENAR PETARUNG SEJATI. TIDAK NENYERAH, ITU YANG JIWA SEROANG PETARUNG SEJATI….MARI KITA BERI SEMANGAT PADA BIG GUY!!”

    Sorak penonton kembali menggema, untuk pertama kalinya aku mendapat dukungan. Tampaknya itu membuat Viper tidak senang, ia menyerang penonton yang berada tepat di belakangnya, untuk membungkam yang lain.

    “KALIAN HARUSNYA HANYA MENDUKUNG PEMENANG!!! BUKAN PECUNDANG!!” Teriak Viper
    “LAWANMU DISINI VIPER !!AYO SERANG LAGI AKU ..SERANGAN LEMAHMU ITU SAMA SEKALI TIDAK BERARTI !!”
    “SUNGGUH BERANI BIG GUY, SERANGAN SAYAP MERAH VIPER, SERANGAN INDAH ITU DIKATAKAN TIDAK BERGUNA UNTUK KEDUA KALINYA… VIPER KAMU HARUS BUKTIKAN SERANGAN SAYAP MERAHMU ITU BISA MENUNTASKAN PERTARUNGAN INI !” MC ikut memanasi pertarungan kami,, dan itu tepat seperti yang aku butuhkan

    Tanpa menunggu lama Viper menyerang MC itu, tapi dia diluar jangkauan serangan Viper. Viper menggeram kesal, dan langsung mengayunkan kedua tangannya lagi membentuk batu – batu tajam seperti sebelumnya. Ia melompat ke jeruji di belakangnya dan serangan yang sama, batu – batu itu meluncur ke arahku.

    Tubuhku yang sudah terluka parah, kupaksa bergerak. Sama seperti sebelumnya beberapa serangan berhasil aku gagalkan, tapi sebagian berhasil menancap di beberapa bagian tubuhku, aku berusaha menahan rasa sakit itu dengan semangatku, dengan ototku. Setelah yakin batu terakhir yang dia lempar menancap di pundakku, aku yakin kalau sekaranglah waktunya.

    “ELVA!!”

    Saat yang sama Viper kembali meloncat ke hadapanku..berlutut tepat di hadapanku.

    “Itu kata terakhirmu, TERBANGLAH SAYAP MERAHKU!!”

    Aku percaya pada Elva, tidak ada tanda kalau anti crystal telah diaktifkan. Tapi aku percaya, ini pertaruhanku…menang atau mati semua dalam serangan ini. Momen yang sama saat ini terasa begitu lambat, kusatukan kedua tanganku…dengan seluruh tenaga dan kelenturan tubuhku kutarik kuayunkan seperti palu godam raksasa. Viper tampak tidak bergeming, ia tampak percaya diri karena yakin kalau serangannya bakal berhasil seperti tadi, tapi …

    “ORGHAAAA!!”

    Topeng viper rusak, hancur terkoyak, tanganku jauh lebih keras dari palu godam. Lantai arena sampai membentuk cekungan karena besarnya tekanan yang kuhasilkan pada Viper. Anti crystal Elva bekerja. Viper mengerang kesakitan, heran, kaget, semua bercampur. Aku bisa melihat wajahnya yang jelek penuh dengan kerutan dengan bentuk tulang dagu yang miring. Wajahnya sungguh jelek, apa karena habis kuhajar?

    “Wajahmu jelek sekali Viper!!”

    Viper sempoyongan akibat satu pukulan keras yang mendarat dimukanya. Ia bukanlah tipe berotot seperti Crusher atau aku yang tahan pukul.

    “Kenapa? Argh..ap ohok…apa yang..grrr terjadi…” Viper menggeram tubuhnya masih menempel di arena karena hantaman keras yang kuberikan.. ia berusaha berdiri…

    “APA YANG TERJADI? VIPER KENA PUKULAN BIG GUY? INI PERKEMBANGAN DILUAR DUGAAN..AW…TENDANGAN YANG KERAS DARI BIG GUY, TUBUH VIPER TERHEMPAS SEPERTI KERTAS YANG DITIUP ANGIN…JAUH DAN SEBUAH PUKULAN YANG KERAS …VIPER MENGERANG KESAKITAN…AH LAGI – LAGI ARENA MENJADI KORBAN, JERUJI HANCUR….VIPER TERJATUH…IA TIDAK BERGERAK. “ Mc diam sejenak melihat situas
    “VIPER MASIH TIDAK BERGERAK…SEPERTI KEHILANGAN ROH…INI”
    Kembalil mc diam sejenak menunggu. Aku sendiri bersandar dipinggir arena, tubuhku sudah tidak kuat lagi, kepalaku terasa kembali pusing…entah berapa banyak darah yang sudah mengalir dari tubuhku, daging yang terkoyak dan tertusuk. Kurasa aku harus menginap beberapa waktu lagi di tempat dokter Alf, Sial!

    “VIPER MASIH TIDAK BERGERAK…INI ARTINYA… KITA SUDAH PUNYA PEMENANG. PRIA BESAR TANPA PERNAH MENYERAH, JATUH BANGUN MENGHADAPI SERANGAN VIPER…BIGGGGGG GUY!! LAGI – LAGI KAMU MENUNJUKAN KEMAMPUAN YANG DILUAR DUGAAN. TUBUH YANG PENUH LUKA, SEMANGAT TIDAK ADA HABISNYA TENAGA BESAR AH KAMU LEBIH COCOK DISEBUT TANK TEMPUR DARIPADA CRUSHER . SELAMAT BIG GUY SELAMAT !!OOH INI PERTANDINGAN LUAR BIASA SEBUAH HASIL YANG TIDAK BISA DIDUGA… BIG GUY!!”

    Kandang besi yang menutup arena dibuka, saat ini aku hanya bisa berdiri karena modal semangat, tubuhku sudah lama ingin menyerah, ingin beristirahat. Beberapa orang masuk langsung membawa Viper pergi, dan aku juga mendapat perawatan oleh tim yang sama, hanya perawatan sementara. Mereka membalut semua luka ditubuhku.

    Itu cukup membantuku agar tidak kehilangan darah lebih banyak lagi. Salah seorang dari tim berkata kalau ini hanya untuk sementara, dan aku butuh perawatan lebih lanjut karena menurut kedokteran aku ini seharusnya sudah masuk ke ruang perawatan intensif karena seluruh luka ditubuhku. Aku masih tidak boleh pergi, aku masih harus memastikan apel eden kuterima dari Judan. Tim dokter tidak memaksaku.

    Sorak penonton masih riuh memenuhi ruangan, Elva ingin masuk ke arena mendampingiku tapi dia dihalangi oleh beberapa petugas. Ia menunggu tepat di samping arena. Sebuah perpanjangan balkon menjulur keluar. Judan berdiri di ujungnya dan berhenti tepat di atas arena.

    “SELAMAT BIG GUY…Kamu memberi tontonan yang luar biasa !!” Kata Judan, kemudian ia mengeluarkan benda yang Elva cari – cari, apel eden. Ia mengangkatnya memperlihatkan itu pada penonton.

    “Pemenang adalah yang kuat!! Pemenang mendapat apa yang ia inginkan!! Pemenang berhak mendapat penghargaan!! DAN INI HAK UNTUK PEMENANG KALI INI!! APEL EDEN !!!”

    Judan melihat ke arahku

    “TERIMALAH HAK MU BIG GUY !!” Kata Judan langsung melepas apel eden dari tangannya. Apel itu jatuh dan untung saja aku bisa menangkapnya

    “Hei..apakah begini caramu menyerahkan hadiah?” Aku langsung protes, tapi tidak direspon oleh Judan. Ya sudahlah yang penting aku sudah mendapatkannya. Apel eden ini…sangat indah warnanya yang kemilau membuatku terpesona. Aku jadi kepikiran untuk memilikinya sendiri, ah tidak – tidak aku bukanlah orang seperti itu….tapi tunggu dulu kan aku yang telah bertarung… ah tidak ini adalah janjiku… Sial, aku menjadi bingugn

    “Terima kasih penonton !! Cage fight hari ini sudah selesai, silakan pulang dan datang kembali dilain waktu untuk menyaksikan pertarungan yang lebih mendebarkan!!” Kata Judan Garco lagi, kemudian MC juga mengatakan hal yang sama, beberapa petugas langsung menggiring penonton untuk keluar dari ruangan ini.

    Elva ingin menghampiriku tapi lagi – lagi ia masih dihalangi. Saat aku hendak berjalan keluar arena menghampirnya..

    “Tunggu dulu Big Guy.”Kata Judan tiba – tiba
    “Apa maumu?” Sial tubuhku semakin berat, rasanya aku sudah di ambang batas semangatku
    “Tidak banyak….jadilah pengawalku pengganti Viper. Kamu kuat, aku suka gaya tarungmu. Tidak menyerah selalui berusaha ahh itulah seorang petarung tahan banting tahan pukul. Kamu punya ketahanan, kekuatan, dan kemampuan yang bisa berkembang. Tidak seperti Viper….Jadilah orang kepercayaanku Big Guy.”Judan menawarkan posisi yang sangat diidam- idamkan petarung selama ini, ah tidak hampir semua orang di Kingswell ingin menjadi orang kepercayaan Judan Garco. Tapi aku? Aku tidak begitu, aku merasa itu tidak menarik
    “Tawaran yang sangat menarik, tapi tidak…aku lebih suka bekerja sesuka hatiku daripada ikut kamu.”
    “Hah!Kamu mau jadi buruh kasar seumur hidupmu Big Guy?”
    “Sementara iya, tapi tidak selamanya. Entahlah yang pasti aku tidak ingin berada dibawahmu!”Kataku tegas menolak, dan berbalik ingin turun arena. Kulihat ruangan ini sudah mulai kosong, sebagian besar penonton sudah keluar. Elva masih menungguku di samping arena. Aku tersenyum menghampirinya…

    “TUNGGU!!”
    “Hah? Apalagi sekarang Judan?”
    “KAMU MENOLAK?”
    “Ya” Jawabku singkat, sial berapa lama lagi dia mau menahanku disini? Sakit disekujur tubuhku makin terasa, pegal, serasa tertekan, rasa lemas menyerangku.
    “TIDAK ADA YANG BOLEH MENOLAK SEORANG GARCO, JUDAN GARCO. Kuberi satu kesempatan lagi Bigu Guy. IKUTLAH DENGANKU KERJA PADAKU…”
    “Kukatakan lagi… TIDAK!!”
    “He…he..hehehe….HAHAHAHA …KAMU BODOH..ITU BUKAN PILIHAN ITU PERINTAH DAN PERINTAH HARUS DIIKUTI!!.” Judan mengangkat tangannya

    Puluhan orang langsung bersiap mengelilingi ruangan ini, semua anak buah dari Judan…ditambah lagi para petarung cage fight juga berdiri mengelilingi arena.

    “JUDANN!! Kamu….!!”
    “Aku seorang pemenang sejati Big Guy, semua yang aku inginkan…harus kumiliki…kalau tidak bisa…. Itu artinya HARUS DIMUSNAHKAN!!”
    “BRENGSEK KAMU JUDAN !! ELVA !!” Aku langsung turun ke arena dan menghajar anak buah Judan yang ingin menangkapnya, untungnya masih sempat. Mereka tidak berhasil menangkap Elva. Ehmm rasanya ada yang aneh.. tapi ah sudahlah yang terpenting sekarang bagaimana caranya lolos darisini? Tubuhku sudah mau ambruk, dan semua jalur lari ditutup. Anah buah Judan berjalan perlahan mendekati arena, mereka ingin memastikan kalau tidak ada celah kabur untukku.

    “SIAL SIAL SIAL!!Aghhh”Kepalaku tiba – tiba goyang…sial sampai disini sajakah? Aku tiba – tiba merasa lemas…

    “Harusnya kamu lebih sadar diri Big Guy, TUBUHMU ITU SUDAH RUSAK KARENA PERTARUNUGAN TADI. Kamu bisa berdiri sekarang hanya karena semangat , sedang tubuhmu itu sudah ingin beristirahat….apalagi kamu memaksa untuk menghajar pengawalku tadi…kamu sudah diambang batas…HA HA HAHAHAHA. SEMUA YANG MENOLAKKU H ARUS MUSNAH !!”

    “Kemarikan apel edennya Phing” Kata Elva, tidak ada rasa kuatir bahkan peduli. Jadi untuk apa selama ini aku berusaha? Sial dia hanya peduli dengan apel itu. Aku ingin menghajarnya juga tapi tubuhku sudah tidak mau menurut padaku. Bahkan tenaga untuk menggerakan mulutku saja sudah tidak ada. Apa aku akan mati disini?

    “Mana? Kamu taruh dimana apel eden itu?”

    ***
     
    • Thanks Thanks x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    "Wajahmu jelek sekali Viper" :lol:

    Intinya ini pertarungan bener2 menegangkan jadi ingat pas pertama kali maen Fate / Stay Night dimana Protagonist na sempoyongan molo pas battle dan akhirnya menang secara epic. Scene battle na juga lumayan variatif meskipun masih tipikal khas manga Shounen, kalo buat nulis adegan battle memang situ patut diacung jempol deh, seru buat dibaca dari awal ampe akhir :top:

    Anyway adegan battle na meskipun udah bagus kedepan na mungkin bisa di develop lebih jauh lagi, mungkin di fict2 berikutna, jadi bukan cuman adu otot aja, tapi juga adu strategi, magic, ama maen licik2 kan ala Hiruma Yoichi gitu lah :hehe:

    Buat twist na yang ini kerasa banget, suspense na juga kebangun baik, apakah ini pertanda bahwa masih ada beberapa jalan lagi sebelum menuju ending? Entahlah, ga bisa ngomong banyak soalnya udah cukup mengena :top:

    Paling gak yang mau wa tambahin itu kayak'e buat author supaya bisa ngedevelop chara2 samping selain Protagonist dan Villiain, tapi itu ntar aja deh. Anyway si Elva na sekarang udah serasa lebih standout peran na dalam cerita ini bukan cuman Big Guy na doang, good job om :haha:
     
    Last edited: Oct 5, 2012
  4. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    :maaf: komen e yang sangat membangun banget

    adu strategi dan licik-licik2an e lagi dalam development untuk cerpen lain ( Sandro and wolf > judul sementara )...tapi ya ga licik2 banget sih ahahaha...paling sedikit adu strategi soalnya berkisar tentang perang...(dunia yang sama tapi timeline jauhhhhh lebih awal dari dunia snowdrop,go go adventure, big guy and apple....soale jaman sebelum crystal dipakai :ngacir:) ....semoga bisa nemu strategi yang tepat :hehe:

    untuk chara development nahh ini masih dalam pengembangan...soalnya dalam cerpen (mini fic )agak susah didevelop jauh - jauh soalnya muncul e pada bentar doank hahaha slain tokoh utama...soal e lebih fokus jalan esi tokoh utama sih :oghoho: well tapi berusaha dikembangkan lagi ntar dalam : Invasion - The Island (orific panjang yang sedang hiatus karena bingung lanjutan plot e)

    Peran elva? nantikan di chapter selanjutnya ...:cerutu:
     
    Last edited: Oct 24, 2012
  5. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Iya maksud fokus chara development na sih pas ntar aja kalo situ mau bikin Longfict :unyil:

    Okelah ditunggu gan :haha:
     
  6. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Big Guy and Apple LAST CHAPTER aka c7

    Tidak jauh dari tempat Big Guy bertarung, di sebuah bar. Seorang pria berpakaian casual masuk, dan langsung duduk di counter bartender.

    “Hei Dokter Alf. Lama aku tidak melihatmu minum.”Kata seorang pria tersenyum komersil
    “Cordell, kamu juga sudah lama tidak mampir ke tempat prakteku.”
    “Hahaha aku selalu menjauh dari masalah, jadi mungkin aku tidak akan ke tempatmu dalam beberapa waktu ini.”
    “Berikan aku salty dog.”Alf memesan minumannya pada bartender bertubuh kecil , tapi kemampuannya untuk membuat koktail tidak diragukan lagi.
    “Hari ini aku sungguh sial, Big guy mampir ketempatku membuat pelangganku ketakutan. Sial” Kata Cordell setelah menenggak minumannya “Tambah lagi buatku”
    “Big Guy? Hahaha kita senasib, seperti biasa dia tidak punya uang untuk membayar pengobatanku.”
    “Big Guy terluka? Wow kali ini apa yang diperbuatnya?”
    “Bukan dia yang luka, tapi cewek yang bersamanya.”
    “Salty dog!”Kata Bartender menaruh minuman yang dipesan Dokter Alf
    “Ah ya ya, dia tadi juga datang bersama gadis kecil itu ke tempatku. Cantik…tapi masih kecil sayang sekali. Kurasa dia bukan dari daerah sini.”
    “Gadis itu…ada yang membuatku penasaran… rasanya dulu aku pernah mendengar seseuatu yang berhubungan dengan nama Milo…ouranos…dan apel eden…aghh terlalu banyak memori di otakku.”Dokter meneguk minumanya
    “Hmm?Milo? Ouranos? Apa itu?”
    “Sei Ouranos maksudmu?”Tiba – tiba bartender ikut masuk dalam pembicaraan mereka

    Dokter Alf mengangguk

    “Aku juga berasal dari sana. Dulu berupa kerajaan kecil tapi sekarang hanya menjadi propinsi republik Holy Grand Feuer. Tempat yang indah, produk khasnya adalah apel.”Kata Bartender itu lagi.
    “Kamu asli sana?” Tanya dokter Alf untuk memastikan

    Bartender itu mengangguk lagi

    “Apa kamu tahu hubungan Milo, sei ouranos dan apel eden..errr atau apel emas? Aku hanya bisa ingat kalau ada hubungan disana, dari sebuah dongeng? Err atau lagu? Atau mitos?”
    “Milo, sei ouranos dan apel eden? Tentu aku tahu. Itu adalah dongeng yang sering diceritakan orang tua. Tapi menurut kakekku itu bukan dongeng tapi sejarah masa lalu Sei Ouranos. Lirik lagu yang mengiringi dongeng itu masih terngiang jelas di telingaku.”Kata bartender itu lagi, ia mengocok minuman yang dipesan oleh Cordell
    “Hei hei kalian sedang ngomong apa?”Cordell bertanya kebingungan” Ini ada hubungannya dengan Big Guy? Atau cewek yang bersama Big Guy?”
    “Tidak…hanya mengingat sebuah dongeng “Balas Dokter Alf singkat.”Jadi bagaimana liriknya?”
    “Apel emas memancarkan sinarnya….hijau berubah menjadi merah….jalan terbuka menuju langit….yang tegak dipatahkan…yang berdiri ditundukan…ooo Sei ouranos…terbanglah ke langit biru.” Bartender itu menyanyi dengan suara baritonnya, terdengar menenangkan tapi ada unsur mencekam dalam lagu itu.
    “Lagu yang menarik, tapi apa hubungannya dengan dongeng yang kamu maksud?”Dokter Alf bertanya lagi
    “Err aku lupa bagaiamana jelasnya dongeng itu…yang kuingat hanya kalau dongeng itu menceritakan kepahlawanan Raja Sei Ouranos bersama ksatria yang mendampinginya…ksatria itu bernama Milo. Ya cerita mengenai bagaimana mereka menahan gempuran dari Republik Holy Grand Feuer.”Kata bartender lagi.
    “Hahaha Sei ouranos jatuh ditangan Republik baru sekitar 100 tahunan… kurasa itu bukan sekedar dongeng, mungkin orang – orang republik yang membuatnya seakan – akan itu adalah dongeng. Ya kamu tahu biar Sei ouranos tidak mendapat sebuah kepercayaan dan merasa mampu untuk memerdekakan diri lagi.” Kata Dokter Alf, dengan tegukan kedua ia habisin minuman yang dipesannya.
    “Tambah lagi…”Pesannya
    “Apelnya Phing…Tenanglah ini tidak seperti yang kamu duga.”Kata Elva

    Aku sudah tidak bisa berpikir lagi, tubuhku semakin lemas…capek ingin beristirahat. Kuserahkan apel itu padanya, dan aku langsung jatuh terlungkup, kehabisan tenaga…napasku memburu….

    “Terima kasih….sekarang biarkan aku yang menolongmu.” Aku melihat Elva mengangkat apel eden itu… tidak apel itu melayang di atas tangan Elva.

    “Wahai penjaga apel eden…aku Elva Milo keturunan keluarga Milo…Sumpah setia kami pada Sei Ouranos…dengan ini kugenapkan ….dengan menyatukan kembali dirimu wahai apel eden…dengan ini keluarga Milo telah menggenapkan sumpah kami…LEPASKANLAH KAMI DARI RANTAI SUMPAH KAMI !!!”

    Cahaya kemilau berwarna emas dipancarkan oleh apel eden…silau sangat terang….apa mataku sudah menipuku? Aku melihat bayangan rantai yang mengikat tubuh Elva…rantai itu mengendor..dan akhirnya pecah berkeping – keping…..tiba – tiba hembusan angin kencang tibul berpusat dari apel eden dan menyibak ke seluruh ruangan.

    Aku tidak tahu apa yang telah terjadi…aku mulai mengkhayal? Mata Elva…warnanya berubah menjadi merah….pasti ada yang salah dengan mataku…perlahan rasa lemas tubuhku membuat mataku tertutup…sayup –sayup terdengar…

    “Apel emas memancarkan sinarnya…”

    Suara pukulan dan teriakan terdengar memekik

    “Hijau berubah menjadi merah….”

    Terdengar suara barang hancur berantakan..

    “jalan terbuka menuju langit….”

    Suara teriakan orang – orang terdengar kesakitan

    “Yang tegak dipatahkan…yang berdiri ditundukan…”

    Semakin banyak suara barang hancur…dan teriakan orang - orang

    “ooo Sei ouranos…terbanglah ke langit biru.”

    Aku kehilangan kesadaran…

    ***

    Dimana aku? Suara tawa terdengar kencang, aku berusaha menggerakan tubuhku tapi sia – sia. Aku terikat oleh rantai besi.

    “Siapa kamu!”
    “Sudah kukatakan Big Guy…Apa yang tidak bisa kumiliki akan kumusnahkan!!”
    “JUDAN!!”

    Crusher muncul di depan begitu juga dengan Viper… mereka tertawa dan tanpa menunggu lama langsung menyerang diriku.

    “TIDAK!!!”
    “Kecilkan suaramu!Apanya yang tidak?”
    “Dokter Alf?”
    “Ya satu – satunya dokter yang bersedia merawatmu tanpa dibayar.”Katanya kemudian mengambil alat periksanya dan memeriksa beberapa bagian tubuhku.
    “Hmm hmmm… Tubuhmu memang aneh seakan diciptakan untuk bertarung. Untuk orang biasa mungkin sudah mati 3 kali dengan luka sepertimu kemarin, tapi kamu masih bertahan.. Hahhh kenapa kamu tidak mati saja? biar aku tidak perlu capek – capek merawatmu.”Dokter Alf mengeluh
    “Kalau orang lain mungkin sudah kuhajar dok” Kataku sambil menahan sakit saat mencoba bergerak.

    Aku melihat meja di sebelah kasurku, sebuah koran tergeletak disana. Aku bisa melihat headline menceritakan kejadian di tempat JUDAN.

    “ANGIN TOPAN MENYERANG MARKAS MAFIA JUDAN GARCO”​

    Apa maksudnya? Aku melihat foto besar yang dimuat…tercengan tidak percaya apa yang kulihat.

    “Apa kamu yang melakukannya itu Big Guy?”
    “Eh apa?”
    “Ya pasti kamu, tidak mungkin cewek itu yang melakukannya. Ajaibnya semua selamat. Menurut jurnalis yang menulis berita itu, mereka hanya mengalami patah tulang dan beberapa bagian tubuh hancur berantakan. Sekarat, iya tapi tidak sampai tewas.” Dokter Alf menyalakan rokoknya

    “Dok…ada pasien disini.”Aku langsung protes, aku tidak pernah suka asap rokok
    “Ahhh kamu ini …sudah tidak bayar tapi permintaannya sangat banyak.” Kata dokter Alf mengkerut wajahnya tampak kesal.

    Foto di koran itu…sangat berantakan, semua orang selain yang berpakaian polisi di foto itu terkapar pasrah di berbagai tempat, barang – barang hancur, kursi penonton berhamburan, benar - benar seperti diserang angin topan. Apa Elva yang melakukannya?

    “Dimana Elva?” Tanyaku
    “Dia…”
    “Kamu sudah sadar?”Suara itu milik Elva
    “Elva? Sudah kukatakan kalau jangan memanggilku dengan nama itu.”Aku melihat dirinya, Elva yang sama tapi kesannya berbeda. Rambutnya digeraikan menimbulkan kesan dewasa. Matanya…berwarna hijau seperti ingatanku. Tidak merah..kurasa aku h anya mengkhayal saat itu.

    “Aghhh… baiklah aku tinggal kalian saja. Kamu masih butuh istirahat beberapa hari mungkin minggu. Jangan banyak bergerak, lebih baik kamu tidur saja daripada menambah kerjaanku Big Guy!”Dokter Alf pamit keluar dari ruangan.

    Aku masih menatap ke wajah Elva, tepat ke arah bola matanya. Begitu intens sampai Elva langsung sadar apa yang aku pikirkan
    “Matamu…”
    “Kenapa dengan mataku?”
    “Warnanya hijau? Errr maksudku benaran hijau?”Tanyaku sedikit ragu –ragu.
    “Hahaha aku mengerti. Bola mata keluarga Milo memang spesial. Saat semangat tarung kami meluap mata kami berubah menjadi merah. Semacam genetik.” Kata Elva tertawa kecil

    Suasana menjadi hening.Padahal hiruk – pikuk di luar tedengar sampai ke kamar periksa, tapi suasana yang kurasakan berbeda terasa hening. Elva hanya menatap diriku.

    “Berapa hari aku tidak sadar?”Tanyaku memecah keheningan
    “2 hari.”Jawab Elva.

    Aku mengangkat koran di tanganku…

    “Itu koran kemarin…Errrr kapten polisi sempat datang ke sini untuk mencarimu. Tapi dokter Alf membelamu, katanya tidak mungkin orang sekarat sepertimu melakukan hal itu.”
    “Terus dia percaya begitu saja?”
    “Tidak… tapi dia tidak bisa menemukan alasan untuk membantahnya, jadi dia pergi. Ah iya dia meninggalkan pesan kalau kamu masuk dalam pengawasannya, dan dia berterima kasih karena bantuanmu di tempat Gervog.”
    “Kapten sialan, entah apa maksudnya. Terima kasih sekaligus memberi ancaman… Sialan.”
    “Terima kasih Phing..”
    “Lagi – lagi.. kamu…”
    “Itu nama yang bagus, kenapa kamu harus marah saat mendengarnya?”
    “Aku….Ah terserahlah…”Biasanya amarah langsung memuncak…tapi kali ini? Tidak demikian saat dipanggil Phing Kuo, entah ini karena Elva? Atau karena aku hampir mati. Ahhh terlalu banyak dalam pikiranku.

    “Jadi…kamu yang melakukan hal ini? Dan menolongku?” Aku kembali pada topik kejadian di tempat Judan.
    “Jadi kamu pikir siapa lagi yang membantumu keluar dari sarang bawah tanah itu?” Kata Elva lagi. Ia sekarang terkesan lebih ceria… jauh lebih spontan dibanding saat pertama aku ketemu.
    “Itu artinya aku tidak menginggau saat mendengar teriakan orang – orang itu…”
    “Ya aku yang menghajar mereka…tapi tidak sampai mati, hanya sekarat. Kurasa mereka semua pasti bertahan.”

    Aku tahu, itu tertulis di koran. Aku melihat lagi foto di koran, sangat luar biasa. Orang yang bisa melakukan ini…pasti sangat kuat sangat hebat mungkin jauh lebih kuat dariku ataupun Viper. Viper mungkin mengerikan dalam pertarungan 1 lawan 1 tapi kalau dikepung seperti ini?

    “Huh….kamu sangat kuat. Kenapa kamu tidak pernah menunjukannya? Dan memanfaatkan diriku?” Kataku keras

    Elva menatapku, ia mendekatkan dirinya.

    “Aku tidak menipumu kalau aku membutuhkanmu Phing. Kami keluarga Milo terikat sumpah kami…kami tidak bisa menggunakan kemampuan kami untuk melukai orang lain karena rantai itu akan menahan kami. Tapi sekarang, sumpah itu telah digenapkan. Semua berkatmu, terima kasih.Kini keluarga Milo bisa bertindak dan menggunakannya untuk mencari pemasukan.”Katanya tersenyum manis
    ‘Jadi apa rencanamu sekarang?Kembali ke kampung halamanmu? Sei Ouranos di republik Holy Grand Feuer?”
    “Iya.”

    Aku terdiam, jadi hanya sampai disini peranku? Aku tersenyum getir

    “Ikutlah denganku Phing.”
    “Eh…apa?”
    “Aku akan kembali ke kampung halamanku, dan kemudian mungkin…rencana selanjutnya aku akan bertualang untuk mencari tujuan hidupku. Kamu tidak cocok berada di sini. Kamu itu seperti singa padang rumput yang bebas dan lepas. Sayang sekali kalau diam saja di tempat ini.”

    Aku menggaruk kepalaku..aghjj badanku masih terasa sakit bahkan untuk gerakan seperti ini. Bertualang ya? Itu tidak buruk, lagian aku merasa cocok dengan Elva walaupun hanya satu haru bersamanya aku merasa ada kecocokan diantara kami. Itu yang kuraskaan selama seharian ikut keinginannya mencari apel eden.

    “Ayolah, siapa tau dalam perjalanan kamu bisa tau kenapa kamu hilang ingatan dan menemukan kembali masa lalumu.”

    Aku terdiam…masa lalu ya? Aku sama sekali tidak pernah memikirkannya…Ini sudah kedua kalinya aku hampir mati. Mati tanpa mengetahui masa lalu? Walaupun aku biasa tidak peduli tapi nyatanya aku ingin mengetahuinya aku ingin tahu apa yang kulakukan dimasa lalu? Kenapa aku bisa hilang ingatan? Siapa sebenarnya diriku. Sudah kuputuskan, kusambut tangan Elva.

    “Kelihatannya bersamamu bakal menyenangkan. Ah iya syaratnya aku ikut denganmu…. nyanyikan lagi lagu yang kamu dengungkan saat kamu menghajar anak buah Judan itu. Aku yakin kamu menyanyi saat itu. Ayolah..aku ingin mendengarnya lagi..”

    “Eh…”Elva tersentak…ia tertunduk…

    “Itu syaratnya agar aku ikut.”Kataku tegas

    Elva menjauh dariku, berjalan memutari kasur dimana aku berbaring. Ia berdiri di dekat jendela…

    Apel emas memancarkan sinarnya
    Hijau berubah menjadi merah
    Jalan terbuka menuju langit
    Yang tegak dipatahkan
    Yang berdiri ditundukan
    Ooo Sei ouranos
    Terbanglah ke langit biru...”

    Sei Ouranos
    Biru langitmu, membentang di atas rumahku
    Apel Ranum
    Kupanggil namamu, apel wahai ksatriaku
    Cahaya Emas
    Menggores ingatan gelap agar Terang

    Apel emas memancarkan sinarnya
    Kering berubah menjadi basah
    Jalan sempit menjadi lebar
    Yang menghadang di enyahkan
    Yang melawan di tiadakan
    Ooo Sei Ouranos
    Langit biru adalah sarangmu

    Big Guy… tidak …Phing Kuo dan Elva Milo kedengaran cocok bukan.
    pada nebak arti nama setiap karakter utama?

    yap
    MILO bahasa yunani adalah apel
    dan
    Phing Kuo adalah pelafalan APEL dalam bahasa mandarin

    :siul:
     
    • Thanks Thanks x 1
  7. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Trivia na :lol:

    Anyway buat ending sih memang rada khas tulisan mu ini, kayak yang ada di Chocolate dolo itu. Tidak berlebihan dan tidak kekurangan, intinya pas lah :top:

    Jadi ingat kalo wa sendiri bikin ending masih acak adul :swt:

    Selamat buat tamat na mini seri ini, moga2 buat fict kedepan na bisa lebih mantap lagi :top:
     
    • Thanks Thanks x 1
  8. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Malin KUndang - Untold Story

    Suara tangisan terdengar pelan dari sudut ruangan. Bocah itu terduduk lemas memandangi tumpahan lauk di lantai. Ia membekap mulutnya dengan kedua tangannya, suara tangis itu teredam karena itu. Mata bocah itu terus bergerak melihat ke arah pintu, napasnya memburu perlahan ia berusaha menarik napas sedalam mungkin kemudian menghembuskannya lagi. Dalam hatinya, ia menguatkan dirinya sendiri, tidak boleh diam.

    Tapi saat ia baru saja akan menggerakan kedua kakinya, suara derap langkah memburu terdengar mendekat. Jantungnya langsung berdegup kencang, ia terlambat.

    “MALIN KUNDANG!”

    Sesosok wanita tua muncul, rambutnya tampak berantakan dan matanya terlihat merah menusuk menatap bocah yang bernama malin.

    “Ma...maaf Bu.”

    Kata maaf itu seakan tidak pernah masuk dalam telinga Ibu Malin. Ibu Malin melihat apa yang baru diperbuat Malin, panas tubuhnya langsung meningkat tajam. Ia langsung melayangkan tamparan ke muka Malin.

    Tamparan pertama

    Malin memejamkan matanya sambil menggeretakan giginya, menguatkan rahangnya.

    Tamparan kedua

    “Kamu selalu saja ceroboh, SELALU!”

    Malin tidak membuka matanya. Semua ia lakukan agar kengerian saat menerima tamparan itu berkurang. Ibu Malin tidak berhenti pada tamparan kedua, dan kata – kata makian terus diucapkan bersamaan tamparan dilayangkan.

    “Dasar Bodoh!”
    “Tidak Berguna!”

    Kata – kata itu terus muncul dari mulut Ibu Malin. Malin sudah tahu kebiasaan ibunya kalau sedang marah, ia tidak bisa melawan.

    “Semua gara–gara kamu.”

    Tamparan kembali dilayangkan

    “Ayahmu pergi pasti gara–gara kamu yang bodoh.”

    Kata–kata makian Ibu Malin kini ditujukan kepada Ayah Malin, tamparan berubah menjadi ayunan rotan. Walaupun wajah dan tubuh Malin sudah penuh lebam bahkan mengeluarkan darah di beberapa tempat, Ibu Malin masih belum puas. Ia malah merasa tambah kesal karena Malin tidak berteriak kesakitan seperti yang ia harapkan.

    “Jadi kamu sudah merasa kuat, Malin? Kamu meremehkan Ibu? Seperti Ayahmu yang meninggalkan Ibu?”

    “Ti…dak Bu” Jawab Malin pelan

    “BOHONG!”

    Ibu Malin mencari – cari sesuatu dalam ruangan itu, sesuatu yang bisa membuatnya puas. Ia melihat kayu bakar, dan mengambilnya. Kayu itu tadinya digunakan Malin untuk memasak. Ibu Malin mengambilnya dari tungku.

    Mata Malin membesar, ia bisa menduga apa yang akan dilakukan Ibunya

    “Jangan…”Katanya lemah
    “Kamu harus tahu rasanya sakit Ibu...Kayu ini…panas ini akan memberitahumu.”Balas Ibu Malin menatap penuh kebencian ke arah Malin.

    Bara api panas kayu itu perlahan di arahkan ke wajah Malin. Malin secara reflek melindungi wajahnya. Panas api itu langsung membakar kulit tangan Malin. Malin berteriak kesakitan, tapi Ibu Malin tampaknya tidak mendengar malah tersenyum puas, ia tidak berhenti.

    “AMPUN!”

    ***

    Seorang pria terbangun dari tidurnya. Napasnya memburu, keringat membasahi tubuhnya. Ia melihat sekelilingnya, seorang wanita tertidur pulas di sampingnya. Perlahan ia memperhatikan sekitarnya, berusaha mengatur napasnya. Akhirnya ia bisa memastikan ia berada dimana.

    “Mimpi.” Gumamnya pelan.
    “Mimpi yang sama lagi?”Suara wanita berasal dari samping pria itu.

    Pria itu hanya mengangguk pelan
    “Aku tidak apa–apa,”Jawabnya

    Tapi wanita yang tidur disebelahnya tidak percaya begitu saja.

    “Malin, suamiku. Sejak kita melakukan perjalanan ini, setiap malam kamu memimpikan masa kecilmu.”

    Malin hanya menelan ludah, ia tidak mengatakan apa–apa.

    “Sekarang kamu sudah kaya, bahkan menikahi aku seorang bangsawan. Apalagi yang kamu kuatirkan? Aku yakin Ibumu akan senang juga.”

    Malin tidak menjawab, kepalanya penuh dengan hal lain.

    “Apa kamu membenci Ibumu?”
    “Tentu saja tidak!”Jawab malin setengah berteriak, “Maaf”

    Malin beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ke jendela. Ia melihat keluar jendela, angin laut yang sejuk, cahaya bulan yang redup dan debur ombak, perlahan membuatnya lebih tenang. Ia tahu kalau dirinya kini berada dalam kapal, dan saat ini ia dalam perjalanan menuju kembali ke kampung halamannya. Sudah hampir 10 tahun ia pergi berkelana.

    “Istriku, aku tidak pernah marah pada Ibuku, sebaliknya aku bahkan sangat sayang padanya…tapi.” Malin melihat kedua tangannya. Luka bakar akibat ibunya meninggalkan bekas permanen.
    “Tapi apa?”
    “Sudah 10 tahun aku pergi meninggalkan rumah. Sekalipun aku tidak pernah memberi kabar pada Ibuku. Aku bersalah pada Ibu. Bahkan saat kita menikah…Ibuku tidak hadir,”Kata Malin menghadap istrinya.
    “Aku tahu, aku tahu semuanya. Aku percaya padamu Malin,”Istri Malin tersenyum, itu membuat perasaan Malin jauh lebih tenang.
    “Saat ini pun…kalau bisa aku tidak ingin kembali ke kampung halamanku.”
    “Karena kamu merasa punya banyak musuh?”Tanya Istri Malin memastikan

    Malin berjalan kembali ke kasurnya mendekati Istrinya.
    “Itu bukan hanya perasaan, tapi sebuah kenyataan. Bangsawan Tanah Barat, ia mengincarku.”

    ***

    Beberapa minggu sebelumnya.

    Di sebuah aula besar.

    “Hahaha…Kalau saja tidak ada Malin, mungkin aku beserta kekayaanku sudah hilang ditangan para perampok,” Kata seorang pria tua, perutnya buncit, menggunakan baju berwarna putih kekuningan.
    “Kamu pantas menikah dengan anakku Malin. Selamat!”Kata pria itu lagi

    Pria di sebelah Malin juga memberi selamat. Ia berperawakan tinggi, ceking, matanya sipit dan sebuah pedang berhias permata disandingkan di pinggangnya.

    “Hari ini hari bahagia, Malin…Malin karirmu sungguh cepat melejit. Dari seorang buruh kasar , sekarang? Lihat dirimu, Baju indah terbuat dari tenunan terbaik, istri yang cantik, dan sebuah perusahaan dagang besar kini kamu pegang. Sungguh luar biasa, semua itu hanya karena kamu berhasil mengusir para perompak. Sungguh Tuan Pedagang Besar sangat murah hati menghadiahi semua ini padamu,” Kata pria ceking itu.

    “Semua ini berasal dari kemurahan hati ayah mertua, Tuan Pedagang Besar. Kamu terlalu menyanjungku Bangsawan Tanah Barat.”

    Bangsawan Tanah Barat menggelengkan kepalanya

    “Tidak – tidak…kamu sungguh luar biasa. Dan kurasa ini saat yang tepat bagi kalian untuk mengekspansi perdagangan kalian. Wilayah tenggara merupakan daerah yang tepat.”

    Malin sedikit terkejut, tapi berusaha menyembunyikannya. Hubungannya dengan Bangsawan Tanah Barat tidaklah baik, semua itu karena dia yang berhasil menikah dengan anak dari Tuan Pedagang Besar.

    “Menurut kabar yang kudapat, Malin kamu berasal dari wilayah tenggara, Bukan?”

    Malin hanya mengangguk pelan, ia tidak bisa berbohong.

    “Kamu orang yang tepat untuk melakukan perjalanan dagang ini. Kamu tentu akrab sekali dengan daerah itu, dan tahu seluk–beluknya dengan baik. Itu sangat membantu dalam membuat perjanjian dagang baru. Ah Tuan Pedagang Besar, aku bisa melihat kekayaan melimpah di depan sana.”

    Tuan Pedagang Besar diam sejenak. Ia menatap pada Malin.Sementara Malin ingin menolak, tapi ia belum menemukan alasan yang tepat.

    “Baiklah Malin, aku harap kamu tidak mengecewakanku. Aku akan memberi kapal terbaik, dan pelaut terbaik bersamamu.”
    “Tapi…Ayah…”
    “Apa yang kamu kuatirkan Malin? Kita harus bergerak cepat kalau urusan dagang. Daerah tenggara kini sedang dibanjiri panen rempah – rempah. Ini kesempatan yang sangat baik. Kalau kita lepaskan entah kapan lagi kesempatan ini akan datang,” Kata Bangsawan Tanah Barat senyum kecil menghias di bibirnya
    “Dia benar Malin. Ini kesempatan yang jarang. Dan kamu orang yang tepat.”

    ***



    “Sial, kalau saja aku lebih berusaha keras menolak hal ini.”
    “Tenangkan dirimu Malin,”Kata istri Malin.
    “Kamu tidak mengerti istriku. Aku mendapat info kalau sebenarnya perampokan yang dulu berhasil aku cegah itu, semua adalah pemikiran dari Bangsawan Tanah Barat.”
    “Tapi kamu berhasil mengatasinya. Apa kamu takut kalau dia menyandera ibumu? Kamu takut kalau dia memanfaatkan ibumu? Atau kamu takut mengakui kalau ibumu adalah dari kaum miskin?”
    “Aku tidak takut!”
    Malin berjalan menuju jendela lagi. Bukan rasa takut yang mengisi hati Malin, melainkan kekuatiran. Ia kuatir akan semua yang dikatakan istrinya, Bagaimana kalau semua itu terjadi? Ia tidak ingin Ibunya celaka, tapi bagaimana? Malin memutar otaknya. Ia terus berpikir apa yang harus ia lakukan. Dua hari lagi, mereka akan sampai di kampung halamannya, dan sekarang ia mulai kuatir, apakah Ibunya masih hidup? Apakah Ibu hidupnya tercukupi? Semua kejahatan, semua tindakan kasar Ibunya tidak pernah membuat Malin membenci ibunya, sebaliknya hal itu malah membuat Malin semakin sayang pada Ibunya. Kepergiannya 10 tahun lalupun demi Ibunya, agar ia kaya dan bisa membuat Ibunya bahagia. Tapi sekarang? Kekayaan membuatnya susah. Ada yang iri padanya, iri pada mertuanya, ada yang ingin merebut harta mereka. Malin bingung bagaimana cara menghadapinya.

    “Ibu…”
    “Lebih baik kamu menyangkal Ibumu saja,”Kata Istri Malin tiba – tiba.
    “Apa maksudmu?”Malin tersentak setelah mendengar ucapan dari istrinya.”Kamu ingin menjadikan aku anak durhaka?”
    “Tidak, bukan begitu. Percayalah padaku. Kamu hanya perlu menyangkal saat di depan umum. Kamu sendiri yakin kalau ada mata – mata dari Bangsawan Tanah Barat di kapal ini, atau mungkin sudah berada di kampung halamanmu,” Istri Malin berhenti sejenak, ia melihat ekspresi suaminya yang memintanya terus mengatakan maksudnya.
    “Kalau kamu menyangkal, mereka pasti tidak akan bertindak macam – macam pada ibumu. Setelah kita pergi, dan membuat perjanjian dagang, kita utus orang untuk memberi sedikit harta benda serta surat untuk Ibumu. Dalam surat itu, katakan semua maksudmu, kenapa kamu menyangkal. Aku yakin Ibumu mau mengerti.”
    “Tapi…apakah mereka mau percaya penyangkalanku?Apa mungkin akan berjalan seperti keinginan kita?”Kata Malin sedikit ragu.
    “Reputasimu Malin. Kamu terkenal sebagai orang yang baik hati, dan berintegritas tinggi. Semua pasti percaya kata – katamu. Mereka tidak akan percaya kalau kamu bisa menyangkal Ibu kandungmu. Yakinlah ini akan berhasil,” Kata istri Malin, ia berjalan memeluk Malin yang tetap berdiri di dekat jendela
    “Percayalah Malin.”

    ***
    Beberapa waktu lalu sebelum Tuan Pedagang Besar memustuskan agar Malin melakukan perjalanan.

    “Kutukan terkuat? Tentu adalah kutukan dari seorang Ibu, khu khu khu,”Suara tawa licik ini milik seorang berpakaian hitam, ia bertubuh pendek.
    “Kamu yakin?”Tanya pria ceking yang berbicara padanya? Pria ceking itu menyipitkan matanya.
    “Kamu tidak percaya aku Bangsawan Tanah Barat? Kutuk–mengutuk adalah bidangku. Tidak ada seorang pun yang lebih baik dariku untuk hal ini“
    “Tapi apa mungkin? Hanya kutukan seorang yang tidak punya kemampuan sihir seperti ahli sihir bisa mengutuk orang?”Tanya Bangsawan Tanah Barat mengeryitkan keningnya, ia masih ragu.
    “Khu khu khu…kutukan itu sangat sederhana Tuan. Kebencian…kebencianlah sumber kekuatan kutukan. Hanya dengan kebencian semua bisa mengutuk, bahkan Tuan. Tapi tingkat keberhasilan itu bergantung darah. Darah yang menghubungkan kedua orang itu. Ahli kutuk memerlukan darah orang yang dikutuk untuk melakukannya, itupun tidak pasti berhasil. Bahkan dengan kemampuanku, butuh waktu panjang untuk membuat kutukan itu berhasil. Tapi…jika yang mengutuk adalah orang sedarah, terutama darah dari ibu yang mengandungnya. Darah yang sama mengalir di orang yang di kutuk…kutukan itu akan menjadi sangat luar biasa,.”

    ***

    Satu hari sebelum Malin sampai ke kampung halamannya.

    Seorang pria berjalan menuju sebuah gubuk kecil di mulut hutan yang berseberangan dengan pantai. Gubuk itu tampak kusam, kayu–kayunya lapuk dimakan angin laut. Tapi gubuk itu masih berpenghuni. Penghuninya seorang wanita tua dengan baju sudah compang–camping, Ibu Malin. Dalam 10 tahun ini ia hidup kekurangan. Ia makan buah–buah hasil hutan, dan sisa tangkapan nelayan. Sifatnya yang kasar membuatnya terasing dari penduduk desa.

    Pria itu mengetuk pintu yang sudah hancur sebagian. Ia berpikir betapa kusamnya gubuk ini.

    “PERGI!”

    Pria itu kaget, ia tidak menduga akan diusir sebelum melakukan apa–apa.

    “Aku mencari Ibu Malin, Benar Ibu Malin tinggal di sini?”

    Suara langkah tergesa – gesa mendekat.

    “Malin...Malin? Kamu pulang? “ Ibu Malin keluar mencari–cari sosok Malin.
    “Kamu bukan Malin, siapa kamu?Apa maumu?” Ibu Malin berkata kasar, tubuhnya sangat kurus, dan wajahnya sama sekali tidak terawat.
    “Malin akan kembali, mungkin besok ia akan sampai…”Belum sempat pria itu menyelesaikan kata – katanya, ibu Malin langsung memotong,
    “Benarkah? Ia sudah kaya kan? Aku tahu dia sudah kaya. Ia akan membawaku dalam kekayaankan?”

    Pria itu menggelengkan kepalanya, ia memasang muka sedih.

    “Kenapa diam? Kenapa dengan Malin?Jangan bilang kalau dia kembali dalam keadaan miskin? Aku tidak butuh orang miskin… hidupku sudah susah jangan menambah kesusahanku,” Ibu Malin hendak bergegas masuk kembali ke dalam gubuknya,
    “Tunggu dulu Bu, Malin tetap kaya. Tapi…”
    “Tapi apa?”
    “Tapi dia tidak akan membagi kekayaannya pada Ibu.”
    “Tidak mungkin…itu tidak mungkin.”Ibu Malin melihat menggerak- gerakan matanya ke kanan dan kiri bergumam pelan “Tidak mungkin…itu tidak mungkin.”
    “Malin sayang padaku, ia berjanji padaku… ya benar sebelum dia pergi dia telah berjanji padaku. Kamu bohong. Siapa kamu? Kenapa kamu berbohong?”Suara Ibu Malin mengeras, ia tidak bisa menerima kata–kata pria itu.
    “Tapi itu adalah fakta, Apa ibu pernah menyanyangi Malin? Luka di tangan Malin? Apa Ibu ingat?”
    “Itu…itu semua karena aku sayang Malin…Kamu bohong. Malin sayang padaku,” Protes Ibu Malin menunjuk pria di depannya berkata bohong.
    “Kamu boleh tidak percaya padaku, tapi apa yang kusampaikan adalah benar adanya. Kukatakan kepadamu…”
    “Tidak…aku tidak ingin dengar, kamu berbohong.PERGI!” Ibu Malin berusaha menampar pria iut, tapi gagal, tubuhnya terlalu lemah ayunan tamparannya sangat pelan. Pria itu berhasil menghindarinya dengan mudah.
    “Dengar! Malin sangat jahat, ia ingin balas dendam pada ibunya. Dan kami adalah orang baik. Ibu harus percaya pada kami,”Kata Pria itu lagi
    “Tidakkk, kamu bohong. Malin…Malin… dia bocah nakal, tidak berguna…tapi dia sayang Ibu. Dia tidak mungkin…”Ibu Malin tertunduk lemas, Logikanya mulai berjalan.
    “Katamu kamu orang baik? Kamu harus tolong aku!Bagaimana caranya aku bisa terhindar dari kemarahan Malin?“ Ibu Malin panik dan mulai memohon, tapi tiba – tiba dia menjauh dari pria itu.
    “Tidak–tidak, kamu bohong. Malin tidak mungkin mau balas dendam padaku. Ia sayang aku.Tapi…ya ya tidak ada salahnya aku mendengar saranmu.”

    Pria itu menghela napas panjang, ia sama sekali tidak mengerti apa yang ada di pikiran wanita tua yang berdiri di hadapannya. Ia merasa wanita itu sudah gila. Tapi tugas tetap harus dilakukan.Tugas dari Bangsawan Tanah Barat harus dikerjakan.

    “Kamu berkata aku bohong? Baiklah sekarang Malin adalah orang terhormat. Dia tidak akan membunuh depan umum. Jadi kamu harus memanggilnya duluan. Kamu harus mengakui kalau kamu adalah ibunya.”
    “Kamu benar, Kalau aku langsung berteriak memanggilnya di dermaga, menunggu kedatangannya semua pasti berjalan baik. Pasti Malni mau membawaku menikmati kekayaannya juga.”
    “Tapi ada kemungkinan Malin akan menyangkal kamu. Kurasa itu yang akan dia lakukan.”

    Mata Ibu Malin langsung melotot, kerut diwajahnya menegang

    “Apa maksudmu menyangkal?APA?”
    “Tentu saja ia akan menyangkalmu, karena dia ingin balas dendam. Tentu dia tidak ingin semua tahu kalau kamu adalah ibunya. Dan setelah itu dia akan menyuruh orang untuk menghabisimu.”
    “Semua orang disini tahu kalau Malin adalah anakku. Dia tidak bisa menyangkal!”
    “10 tahun adalah waktu yang sangat lama Bu, wajah orang berubah. Dan dia bisa saja mengaku sebagai orang lain yang bernama sama. Semua pasti percaya, apalagi dia sekarang sangat kaya dan sukses memimpin sebuah kapal dagang.”
    “Itu tidak menolongku… kamu tidak menolong sama sekali. Tidak.. tidak…TIDAK!”

    Ibu Malin meratap dengan suara pilu. Pria itu hanya diam dengan pandangan kosong. Setelah Ibu Malin agak tenang.

    “Tenang saja Bu, kalau ibu ingin selamat, yang perlu ibu lakukan hanyalah membunuh Malin. Malin mati, maka tidak ada yang membunuh ibu. Ibu hanya perlu mengutuk Malin mati.”

    Ibu Malin melotot. Kerut di wajahnya membuatnya tampak mengerikan. Pria itu menelan ludah. Sampai saat ini, semua masih sejalan dengan pemikiran atasannya, Bangsawan Tanah Barat.

    “Kamu benar, dia anak tidak berguna. Anak yang tidak berguna harusnya mati saja. Kamu benar. Dia persis seperti ayahnya, TIDAK BERGUNA. MEREKA HARUS MATI…. Tapi aku bukan orang jahat. Malin kamu kuberi kesempatan terakhir. Kamu harus membawaku menikmati kekayaan bersamamu, kalau tidak jangan salahkan aku. Amarah kutuk akan menimpamu…Ha..ha..hahaha.”

    Pria itu tidak berlama – lama lagi. Semua sesuai dengan perkiraan atasannya. Langkah terakhir yang ia perlu lakukan adalah memastikan Malin tahu kehadirannya di kampung ini, dan itu akan membuat Malin berpikir dan kemungkinan besar menyangkal Ibunya karena tidak ingin Ibunya terlibat permasalahan dia dan Bangsawan Tanah Barat.

    ***
    Keesokan harinya di dermaga. Ibu Malin sudah menunggu kedatangan Malin. Saat sebuah kapal besar bersandar, Ibu Malin langsung bersemangat, ia ingin merasakan kekayaan. Malin dan Istrinya turun setelah kapal bersandar. Mereka berdua tidak sadar kalau Ibu Malin sudah menunggu mereka.

    “MALIN! MALIN!”

    Malin baru saja menjejakan kakinya di dermaga, ia mendengar suara itu, suara yang akrab. Sudah lama dia tidak mendengar suara ini, yang terbiasa terdengar penuh amarah, kali ini terdengar penuh keakraban. Mata Malin langsung mendapati sosok ibunya. Ibunya yang sudah tua berpakaian compang–camping. Mata Malin langsung mengeluarkan air mata, ia ingin langsung menghampiri Ibunya. Tapi Istri Malin menegur Malin

    “Malin lihat, orang itu…dia adalah bawahan langsung Bangsawan Tanah Barat.Kurasa dia ingin memastikan Ibumu,”Kata Istri Malin, ia menggunakan lirikan matanya untuk memberitahu posisi bawahan Bangsawan Tanah Barat
    “Tapi…”
    “Malin, kamu harus kuat. Ingat ini semua demi Ibumu juga.”

    Malin menghirup napas dalam – dalam, ia menghembuskan dan diiringi langkah mantap.

    “MALIN…INI IBU!”

    Orang – orang di dermaga mulai memperhatikan panggilan Ibu Malin. Ibu Malin bergerak mendekati Malin, tapi ia dihalangi oleh bawahan Malin.

    “Tahan dirimu ibu.”
    “Enyah dari hadapanku, itu adalah anakku, MALIN INI IBU!” Ibu Malin berusaha memberontak melewati penjaga Malin.

    Bawahan Malin menunggu perintah Malin. Malin tidak berani menatap mata ibunya.

    “Malin, semua demi Ibumu dan juga masa depan kita,”Bisik Istri Malin.

    Malin menarik napasnya dalam–dalam. Ia menyiapkan dirinya.

    “Aku tidak mengenalinya, dia bukan Ibuku,”Kata Malin tegas, ia bahkan tidak memandang Ibunya. Hatinya sakit karena harus menyangkal Ibunya, tapi semua harus ia lakukan demi keselamatan Ibunya.

    Demi Ibunya

    “Bohong, aku ini Ibumu Nak, Malin kamu jangan bohong.”
    “Kamu dengar itu ibu tua? Atasanku tidak mengenalimu, enyah dari sini.”Bawahan Malin langsung mendorong jatuh Ibu Malin.

    Malin berjalan menjauh ibunya. Hatinya tersayat – sayat, dadanya bergetar karena tidak kuat menahan emosi dirinya yang memberontak ingin menghampiri Ibunya. Malin berhenti sejenak, ingin membalik badannya, tapi saat itu Istrinya menahan keinginan Malin. Dengan genggaman penuh pengertian Istri Malin berusaha menyampaikan perasaannya, bahwa ia harus menahan diri. Akhirnya Malin kembali menguatkan dirinya untuk berjalan menjauh, ia berusaha memasang senyum diwajahnya, seuah senyum kecut untuk menipu orang lain.

    Ibu Malin terus berteriak, ia terus meminta Malin mengakuinya, ia mengatakan kalau Malin harus membawa dirinya menikmati kekayaan miliknya., ia punya hak atas kekayaan Malin. Tapi Malin terus berjalan menjauhi Ibunya.

    Ibu Malin diam, ia mulai memikirkan kebenaran kata–kata pria yang menghampirinya kemarin. Dia akan dibunuh oleh Malin. Pikirannya kusut,

    “Malin…Malin...dia membenciku? Dia ingin membunuhku? Tidak, aku ini Ibunya,” Gumam Ibu Malin lirih. Ia mencari kejelasan, mencari jalan kelular. Satu–satunya cahaya terang yang dia temui adalah kata – kata pria itu yang mengatakan kalau dia hanya perlu mengutuk Malin. Malin mati, maka dia selamat.

    “Malin mati, maka aku selamat. Dia haris mati… aku tidak pantas mati, aku ini Ibu yang baik, Malin durhaka, dia tidak mengingat Ibunya. Dia pantas mati… ya benar dia pantas mati,” Pikir Ibu Malin

    Ibu Malin memantapkan hatinya, ia menatap Malin dan Istrinya dengan tajam, matanya memancarkan kebencian.

    "Tuhan! Jika benar ia Malin Kundang anakku, KUKUTUK DIA JADI BATU!"

    Awan gelap tiba – tiba berkumpul. Perlahan angin bertiup, semakin lama – semakin kencang. Pasir berterbangan, kapal terangkat. Semua panik. Angin itu menjadi sebuah angin puyuh dan mengarah ke arah Malin dan istrinya.

    “TIDAK!”

    Angin itu hanya mengangkat Malin. Menerbangkan mereka ke arah tebing batu, dan menjatuhkan mereka. Tapi yang terjadi bukanlah manusia daging, melainkan sebuah batu. Tubuh Malin Kundang berubah menjadi batu menyatu di ujung tebing batu.

    ***

    Beberapa waktu kemudian. Seorang laki-laki datang membawa surat, surat yang ditulis Malin, dan uang yang disiapkan Malin untuk ibunya. Ibu Malin mengomel karena tidak bisa membaca, maka laki-laki itu yang membacakan surat itu. Isi surat itu mengatakan seluruh rangkaian peristiwa kenapa Malin tidak mau mengakui ibunya, kenapa ia menyangkal Ibunya. Dan dalam surat itu juga berisi kata–kata Malin yang sayang kepada Ibunya. Betapa ingin Malin mengajak Ibunya hidup dalam kekayaan tapi untuk saat ini, hanya segenggam uang yang ia berikan karena alasan keamanan. Berkali–kali Malin menyinggung kalau dirinya sangat sayang pada Ibu, dan tidak pernah mendendam tentang apa yang pernah Ibunya lakukan.

    Ibu Malin tersentak kaget, air matanya terburai. Suara tangisan terdengar pilu hari itu…

    “MALIN KUNDANG….. ANAKKU YANG TERCINTA!”

    Saat yang sama, tubuh Ibu Malin mengalir darah. Sebuah tusukan pedang menembus perutnya. Ibu Malin jatuh terjerembab. Pemandangan terakhir yang dia lihat hanyalah seorang laki-laki yang membersihkan pedangnya dengan kain.
    “Itu Hadiah dari Bangsawan Tanah Barat. Berterima kasihlah, sekarang kamu bisa bereuni dengan anakmu, Malin di neraka…”
    [/spoiler]
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Mar 3, 2014
  9. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    his mom should die a horrible death actually, fuk justice :cambuk:

    well gimana yah, gw udah enjoy banget dengan karya2 om yang dolo cuman buat yang ini, maaf, gw gak suka terutama pada konklusinya. dari segi penulisan cerita ama pembangunan konflik sih udah pas, tapi inti ceritanya bikin gw ga simpatik.

    Also gw ngeliat banyak plothole, mungkin kalo ceritanya dibikin jauh lebih simpel dan tepat sasaran kayak Chocolate ini bisa menang loh, ciyus

    Oke ini bagian yang bener2 bikin gw naik darah, jadi gw spoiler aja

    jadi mentang2 anak sendiri si ibu itu bebas mukulin anaknya gitu, sampe berdarah? kalo gw jadi dia mah udah gw pukulin balik. habis itu si Malin yang sebenernya gw bilang gak salah apa2 malah dikutuk jadi batu, dan sebenernya gw udah menanti-nanti si 'ibu' nya di matiin di akhir-akhir karena gw udah kesel banget dengan karakterisasinya.

    habis itu endingnya well....agak ngegantung sih sebenernya, cuman meskipun begitu sih gw udah lumayan ilang rasa simpati ama para karakter nya, terutama si Malin yang asal nerima aja.

    mohon maaf apabila komen nya tidak berkenan yah :maaf:
     
    Last edited: Jan 20, 2013
  10. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Keren, saya sampai terpesona sama ide ceritanya... Kesel ma si Malin bodoh banget, trus si Penguasa Tanah Barat pinter banget. Hahaha.

    Cuman yang saya sesalkan endingnya kurang dramatis. Terlalu cepat, ga sesuai dengan pace awalnya. Dan di cerita ini entah kenapa ga ada tokoh yang bener-bener loveable, tapi juga villainnya nanggung. Klo istilahnya Mad Dog, kurang greget. Hehe.
     
  11. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    :haha:
    sayang ga sempet liat komen yang belum di edit
    :hehe:

    well diakui banget kalau banyak plothole, soalnya kebiasaan buat cerita panjang terus buat cerita pendek jadi e banyak yang di cut

    anyway kesalahne di gw karena ga bisa mengatasi tantangan batasan page e :sedih:

    masalah ending : gw mencoba untuk membuat ending yang sama seperti cerita asli jadi e begini...kurang bisa meng cut adegan ga penting e kali ya :iii:

    rencana e ada tambahan bagian ending dan bagian saat malin di negeri seberang e .. tapi gw cut
    yaaaa salah e gw bikin fic y ang plot e terlalu panjang :swt:

    ---
    karakterisasi e : bisa dibilang lagi mencoba buikin karakter yang pure evil tapi kekna gagal di si ibu malah kelihatan jadi kek psycho ga jelas, dan musuhnya ga kegali karakter e

    ditambah karakter si malin jadi eagak lemah seperti katamu.
    thanks banget komen e :maaf:

    anyway sesama penghuni lama dah lama interaksi dan berbagi ide ora usah malu - malu kalau menyampaikan kritik pedas :elegan:

    tengah ke akhir pacenya gw cepetkan karena... well kesalahan fatal dalam membuat plot awal yang kepanjangan jadi e seperti itu deh.

    dan untuk endingnya : yap kuakui disini kekurangan adegan saat si Malin dan Ibunya clash, terlalu singkat....gw sampe skarang juga masih mikir mestinya kudu ditambaha adegan seperti apa baru rasanya PAS

    epilognya jadi tidak nendang karena adegan sebelumbnya

    Yhanks masukannya :sembah:

    ---
    ---

    kekna karena gw buat seperti ini jadi ga berasa unsur cerita rakyatnya :bloon:
     
    Last edited: Jan 20, 2013
  12. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    ^
    well sebenernya udah nyaris menang di Nuslit loh dengan yang kek gini, cuman yah seengaknya dapat pengalaman berharga lah dengan partisipasi :XD:

    gw ga ada tambahan lagi soalnya segala yang gw pertanyakan udah situ jawab :haha:

    anyway keep on writing ya gan :beer:
     
  13. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    let's see.. udah lama ga baca cerita Giande. Kalau diliat dari idenya, cerpen situ bisa jadi bagus banget. Cuma sayangnya masih ada beberapa hal yang rasanya kurang menurut saya.

    dari segi penulisan.. well.. masih agak kurang, kalimat repetitif, sama tanda baca salah, dan spasi yang suka mendadak nggak ada(ini masuknya typo sih).

    dari segi cerita, mungkin karena ini cerpen, jadi ada batasan halaman yang bikin ceritanya kurang tergali. Baik dari segi plot, maupun karakterisasi. Ni saya coba jabarin satu-satu tokoh yang berhasil saya tangkep karakterisasinya sekalian sama komen soal alur, plot, dll.

    Ibu Malin: karakter dia dibuat jadi psikopat jahat setelah Ayah Malin pergi. Hobi mukulin anaknya sendiri, egois, dan juga gila. Tapi dari kata-kata yang sekilas Malin ucapkan, dia juga pernah jadi seorang Ibu yang ramah, dan penyayang. Sayangnya... ucapan itu cuma sekilas. Lewat. Kalau karakter ibunya dibilang pure evil dari awal, justru itu berhasil. Tapi kalau tiba-tiba dia berubah jadi gila, psikopat, cuma peduli sama dirinya sendiri.. itu yang gagal. Karena kesan yang didapat pembaca, ibunya itu evil. Jahat. Patut dibenci. Anehnya? jadi ada di bagian Malin.

    Malin: Anak penurut yang baik. Sayang sama ibunya, meskipun dia sering diperlakukan tidak baik atau malah disiksa oleh ibunya sendiri. Anehnya? Dia masih bisa tetep sayang sama ibunya itu. Padahal kelakuan ibunya sama dia waktu masih kecil nyampe jadi mimpi buruk dia pas udah gede. Dia emang bilang.. dulu ibunya nggak begitu. Tapi sayangnya pembaca nggak pernah liat ibunya dengan karakter lain selain itu. IMO, part awal lebih bagus kalau ada selipan adegan sebelum ibunya berubah jadi jahat, trus karena negara api menyerang#ditabok# si Ibu berubah dan adegan langsung berganti ke saat Malin mulai disiksa. Ini part pas di adegan setelahnya diceritain adalah mimpi kan. Jadi nggak masalah dibuat perubahan yang sedrastis apa juga. Nggak usah pake penjelasan ayahnya pergi juga nggak masalah. Cukup bikin adegan ibunya baik>>transform>>evil witch. Kayak mimpi yang suka seenaknya sendiri berubah alur, setting, dll.

    Bangsawan Tanah Barat: Dia tokoh antagonis yang lain selain ibunya. Personality yang saya tangkep, dia orangnya sirik-an dan licik. Iri sama kekayaan yang Malin dapat, dan ingin membuat Malin.. er... hancur? mati? sengsara? yah sejenis itulah. Sayangnya.. seperti yang Grande bilang.. kurang berkesan. Dia tokoh jahat kedua. Tapi berkesan juga sebagai tokoh sampingan kalau dibandingin sama ibunya. Mungkin emang gitu. Tapi jadinya ya kurang. Kurang karakterisasi. Kurang wah. But.. well... it's good enough kalau buat cerpen.

    Tuan Pedagang Besar--semoga aja saya nggak salah nginget nama: Ayah mertua Malin Kundang. Sama sekali nggak ada karakterisasi. Kesan yang didapet cuma.. dia kaya, dan cukup baik buat ngasih reward ke seseorang yang udah nolongin dia. IMO lagi.. sebetulnya adegan pas Malin disuruh ke tenggara itu nggak usah ada. Mungkin emang itu perlu buat nampilin tokoh ini dan si Bangsawan. Tapi masalahnya.. cuma segitu nggak akan cukup juga buat bikin kesan untuk ni dua. Kalaupun perlu.. adegannya nggak usah sepanjang itu. Ngabisin tempat kalau inget ini cerpen.

    Istri Malin: ...I don't have anything to say about her, actually. ._.

    Tapi selain yang udah saya sebutin di atas. Ini cerpen bagus. Ceritanya bagus. Adegan pertama pas Malin disiksa cukup bikin pembaca ngerasa kasihan, dan kesel sama si Ibu, I think. Plotnya juga oke, masih ada bagian dari cerita original, tapi dengan tokoh antagonis dan protagonis yang ditukar(kek judul sinetron#plak). Endingnya juga bagus. Nyeritain adegan dimana Ibunya menyesal udah ngutuk anaknya sendiri. Cuma ngerasa terlalu pendek aja sih. Pengennya lebih tega lagi itu ending. Misalnya si Ibu jadi makin gila, dan tiap hari ke tempat anaknya jadi batu, ngeratapin. Tapi ini juga udah bagus kok. Kalau inget soal keterbatasan halaman mah.

    Terakhir, good job. Karena saya sendiri nggak bisa nulis yang kayak gini(lagi kena WB:dead:):top:
     
  14. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    :sembah:

    review yang menohok banget buatku , tapi makasih banget

    sedikit bela diri :boong: : benere kalimat mengenai masa lalu ibunya yang baik itu tambahan baru untuk ini (awalnya gw mau buat panjang sih perubahannya tapi yaaa seperti dikata keterbatasan dan kesalahan fatal buat plot terlalu panjang ). Versi yang asli gw submit ga ada sih tentang si malin ngomong ibunya dulu baik dan berubah karena buapak e. (satu kalimat tambahan :lalala:)

    ok bagian dimana malin tetep menyayangi ibunya ini banyak diprotes orang (walaupun disiksa) : aku ngambil sudut pandang berbeda > sudut umum biasanya ortu tetep sayang anak walaupun si anak jahat pada si ortu. Seorang anak yang tetep sayang seseorang aka ibunya, cinta "walaupun". Kalau ngomong logis2an yang namanya cinta mah banyak ga logisnya :ngacir: jadi kuharap penjelasan mengenai kenapa si Malin tetep sayang ibunya ini justru gw ingin tunjukan bagian cinta "walaupun".

    karakterisasi si bangsawan dan tuan pedagang besarnya : ok sebenarnya plot asli e lebih licik cuman gw skip. kenapa si bangsawan iri sama si Malin? benere karena si malin merusak rencana besar awal si bangsawan untuk merebut harta si pedagang. Dalam cerita kan aku menulis kalau si Malin berhasil menolong si pedagang dari serbuan perampok

    plot asli dalam pikiranku : perampok itu buanyakk... malin saat itu adalah hamba dari pedagang besar yang kemudian memimpin temen - temennya untuk melawan perampok (hero style normal)...yang jadi masalah sebenarnya perampok itu kiriman dari si bangsawan tanah Barat. Rencananya si perampok rampok abis, terus si bangsawan kejar perampok dan rebut kembali, dan si pedagang besar berterima kasih dan sukarela memberikan hartanya dan anak cewek e, tujuannya adalah memperoleh kekayaan dengan cara menjadi penolong jadi reputasinya tambah besar danhartapun dia dapet (ooo tentu saja perampok e dibantai semua pasti e biar ga ada saksi ), tapi rencananya berantakan karena si MAlin yangmalah menjadi "si penolong"

    karakter sampingan emang si mertua

    Ok adegan yang dimaksud disuruh ke tenggara menurutku cukup penting. Karena menurutku pembaca butuh alasan kenapa si malin balik kampung? kenapa si malin mau menyangkal? karena dia disuruh oleh mertua yang dihasut oleh bangsawan tanah barat. Karena itu timbulah kecurigaan Malin ini adalah plot dari si bangsawan. Dia menjadi waspada dan akhirnya malah melakukan kesalahan menyangkal si Ibu(karena takut ibunya diapa2in ma bangasawan tanah barat)... cuman si bangsawan tanah barat selangkah di depan membuat strategi, karena dia bisa mengetahui apa yang akan dilakukan si Malin(well ahli strategi yang hebat berkata bisa mengetahui langkah2 musuhnya) jadi aku ingin menunjukan kalau seperti itu.

    :ngacir:

    btw itu semua cuman alibi gw sih :boong: biar ga terasa terlalu fail :boong:

    anyway makasih banget ama Sis Merpati reviewnya . Sangat membantu untuk mengetahui sudut pandang pembacar dan apa yang ditangkap oleh pembaca dari pihak cewek :hehe:
     
  15. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Memori - Valentine Challenge sebelah

    Pria tua itu duduk sambil memainkan pemantiknya. Dia menatap ke langit – langit sambil mengingat perjalanan hidup yang telah ia lalui. Ia menutup matanya, suasana sunyi membuat gelembung – gelembung ingatan menari di hadapannya. Gelembung ingatan yang sudah lama mendekatinya, ingatan 26 tahun lalu.

    26 tahun lalu.
    “Baaah!” Seorang pria muda mencoba membuat bayi dipelukannya tersenyum. “Dia cantik sekali, untunglah dia mirip denganmu Yeni.”
    “Kamu sudah memutuskan namanya?”Tanya sang istri bernama Yeni yang terbaring di kasur.
    Pria muda itu tampak kebingungan, dia sudah memikirkan beberapa nama selama beberapa bulan. Tapi sampai saat ini dia masih belum bisa memutuskannya
    “Bagaimana kalau kamu saja yang memberi nama?”Tawar pria itu pada istrinya.
    “Andy!”
    “Baiklah…kuputuskan namanya…Silvia? Tidak..Caren lebih baik … tunggu dulu mungkin Elisa?” Pria itu menatap istrinya yang melototin dirinya.
    Andy diam sejenak kemudian berkata,”Luna, Ya benar namanya Luna. Dia akan tumbuh menjadi wanita cantik seperti bulan.”
    “Aku suka nama itu.”kata Yeni sambil melihat Luna. “Selamat datang di dunia Luna.”

    23 tahun lalu.
    DI sebuah kamar berwarna putih lembut, Yeni terbaring lemah. Andy duduk di sebelahnya, menggenggam tangannya.
    “Maafkan aku Ndy,”kata Yeni lemah
    “Jangan bicara lagi, istirahatlah.”
    “Aku takut….aku takut kalau tidur…maka aku tidak dapat berbicara lagi…selamanya…”
    “Positif Yeni, positif.”
    Yeni tersenyum dalam kelemahannya, getar di bibirnya terlihat jelas oleh Andy. Dia tahu tidak bisa menipu dirinya sendiri ataupun Yeni.
    “Maafkan aku…aku tidak bisa mendampingimu lagi, juga Luna.”
    “Yeni, sudahlah pikirkan kamu dahulu. Luna baik – baik saja, aku juga demikian,”Kata Andy memperat genggaman tangannya.
    “Kalaupun…kalaupun kamu menikah lagi…tidak apa – apa…tapi Luna aku mohon kamu tetap menyanyanginya dan menjaganya. Itu harapanku yang terakhir Ndy.”suara Yeni semakin lemah, napasnya tersenggal – senggal.
    “Dasar bodoh, mana mungkin aku menikah lagi…bodoh,”Suara Andy bergetar, perlahan bulir – bulir air mata mengalir di pipinya. “Kamu tenang saja, Luna …pasti aku jaga, Kalian berdua adalah cinta dalam hidupku. Aku berjanji..aku janji Yeni.”
    Yeni tersenyum, wajahnya pucat. Ia tahu waktunya sudah tidak lama lagi. Suara sudah tidak bisa ia keluarkan. Ia melihat di kursi sebelah Andy, Luna tertidur karena capek. Ia berusaha menggerakan tangannya untuk menyentuh Luna, tapi tangannya terasa berat, Andy segera mengerti maksud istrinya dan membantunya. Senyum masih menghiasi wajah Yeni “Terima ka…sih.” Kata itu tidak dapat ia ucapkan hanya bisa ia dengungkan dalam hatinya.

    21 tahun lalu.
    Andy berdiri di depan sebuah TK swasta. Suasana tampak ramai karena waktu sudah menunjukan pukul 10 siang. Waktunya anak – anak pulang. Andy sudah lama bekerja pada bosnya saat ini. Bosnya cukup pengertian dan memberi waktu untuk Andy cuti menjelang siang setiap hari untuk menjemput anaknya, asalkan tidak ada proyek yang mendesak.
    Luna keluar dari kelas dengan cemberut, wajahnya digembungkan. Andy mengenal gelagat ini.
    “Ada apa Luna? Apa si Alex mengganggumu lagi?” Alex adalah teman sekelas Luna yang paling nakal, menurut Luna.
    Luna tidak menjawab, dia hanya mengikuti ayahnya. Sepanjang perjalanan dia cemberut. Andy tidak bertanya lebih lanjut. Sesampai di rumah Luna langsung bertanya,
    “Ayah, kenapa Aku tidak ada ibu? “
    Andy tersentak, ia tidak langsung menjawab, tetapi menyuruh pembantunya agar menyiapkan makan siang untuk Luna.
    “Kenapa Ayah?Alex berkata ibuku tidak menyanyangiku…makanya dia tidak berada di sampingku.”Wajahnya kini berubah dari cemberut menjadi sedih.
    Andy berlutut agar wajahnya berhadapan langsung dengan putrinya.
    “Ibumu sudah mendahului kita ke surga. Tapi dia mencintaimu seperti ayah juga mencintaimu.
    “Aku ingin Ibu!”Teriak Luna
    Andy berusaha tenang,”Apa Ayah tidak cukup untuk Luna?”
    Luna menatap ayahnya, dan berkata,”Tapi aku juga ingin seorang ibu,”Katanya tegas.
    Luna kemudian berlari menuju kamarnya dan mengunci pintu,”Aku ingin Ibu!”
    “Luna…kamu sudah ada Ibu, tapi dia tidak berada disini,”Kata Andy mengetok pintu kamar putrinya.
    “Aku mau ibu disini, pokoknya aku mau ibu disini.”
    Andy menghela napas, ia melhat jam dinding, waktu sudah menunjukan pukul 10.26, ia harus kembali ke kantor. Ia berpikir cepat untuk mengatasi putrinya yang sedang ngambek.
    “Ayah janji…nanti malam, ayah akan membawa Ibu untuk Luna.Tapi sekarang Luna harus keluar dan menjadi anak baik.”
    Tidak butuh waktu lama, Luna langsung membuka pintu kamarnya dan memeluk Ayahnya,”Ayah janji?”
    Andy mengangguk.

    Malam hari, Andy agak telat pulang karena menyusun rencana untuk membawa “Ibu” pulang. Luna menunggu tidak sabar, saat ia mendengar suara mobil berderum memasuki rumah ia langsung berlari menyambut Ayahnya.
    “Ibu mana Yah?”
    Andy turun dari mobil langsung berkata,”Kamu bisa memanggilku Ibu!” Sebagian muka Andy dirias seperti wanita, bahkan ia berpakaian separuh pakaian wanita.
    Luna mengeryitkan matanya, ia tampak ketakutan.
    “Kenapa Luna? Ayah juga bisa jadi seorang Ibu, lihat.”Andy menunjukan sosok wanitanya, kemudian menggunakan suara agak di tinggi-tinggikan “Aku Ibu Luna” Da kemudian berbalik menunjukan sosoknya yang biasa “Aku Ayah Luna.”
    Luna yang tadi ketakutan, mulai mendapati hal itu cukup menggelikan dan ia akhirnya tertawa kecil.
    “Ayah adalah Ayah sekaligus Ibu untukmu sayang.”Andy melebarkan tangannya untuk memeluk Luna. Dan Luna berlari memeluk Ayahnya.
    “Ayah adalah Ayah dan Ibu terbaik buat Luna,”Ungkapnya dengan gembira
    “Kamu juga adalah anakku yang terbaik dan satu – satunya.”

    20 tahun lalu
    Hari minggu cerah, Andy dan putrinya Luna sedang bermain di taman. Luna hari ini ulang tahun, ia mendapat hadiah sepeda. Sebuah sepeda kecil yang sudah ia idam - idamkan. Ia langsung meminta ayahnya untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Suara canda tawa menghiasi mereka. Walaupun terjatuh beberapa kali, Luna masih terus tersenyum,
    “Luna Cinta Ayah, apakah Ayah mencitai Luna?”
    “Tentu saja, Bahkan cinta Ayah lebih besar dari cinta Luna pada Ayah.”
    “Cinta Luna lebih besar!”Balas Luna tidak mau kalah
    “Tidak cinta ayahlah lebih besar,”kata Andy tidak mau kalah juga.

    17 tahun lalu
    Pantai, hawa hangat, desiran angin sepoi – sepoi, dan deburan ombak adalah kombinasi pengantar tidur yang sangat berkhasiat. Itulah yang dirasakan Andy. Ia langsung terlelap begitu selesai menggelar karpetnya. Ia sudah lupa tujuannya ke pantai untuk apa.
    Beberapa waktu kemudian, hari sudah sore. Andy terbangun dari tidurnya. Matanya masih setengah terbuka, ia bangkit dan mengucek – ucek matanya. Setelah beberapa kali menguap, akhirnya pikirannya tersadarkan.
    “LUNA!”
    Andy menyebar pandangannya kesekitarnya, mencari sosok putrinya. Tapi yang ia dapati hanyalah pemandangan pantai yang penuh sampah, ia tidak menemukan sosok Luna. Ia bangkit berdiri dan mulai berteriak sekuat yang ia bisa, “LUNA!”
    Tidak ada jawaban, Andy berlari – lari kecil sambil terus berteriak, tapi masih tidak ada jawaban. Rasa tertekan di hatinya makin terasa ia mulai memikirkan hal – hal buruk, mengingat berita kriminal yang sering ditayangkan. Setelah menarik napas dalam – dalam ia mulai mengontrol dirinya dan mulai berteriak lagi.
    “LUNA!”
    Masih tidak ada jawaban. Ia berpikir kemungkinan dimana Luna berada, mungkinkah di depot – depot pinggir pantai? Mustahil Luna tidak membawa uang, karena dompetnya masih berada di saku celana. Tapi Andy tidak bisa memikirkan kemungkinan lai, dia bergegas berlari menuju depot – depot di pinggir pantai yang jaraknya kurang lebih 35 meter dari garis bibir pantai.
    “LUNA! Kamu di mana !?”
    Napas Andy memburu, keringat bercucuran. Ia berhenti sejenak di depan salah satu depot, tiba – tiba punggungnya di tepuk dari belakang
    “Ayah sudah bangun” Suara itu milik Luna
    Rasa gembira langsung menyelimuti Andy, dia langsung memeluk putrinya.
    “Kamu kemana saja? Ayah sudah bilang jangan pergi jauh – jauh tanpa ijin ayah. Kamu membuat ayah Kuatir.”Andy ingin terus menasihati, tapi ia mengurungkan niatnya saat melihat tatapan Luna.
    “Aku..aku b ertemu teman…dan diajak mereka.”
    Andy baru menyadari di belakang Luna adasosok lain, teman Luna dan orang tuanya.
    “Maafkan kami Pak..Ini kesalahan kami tidak ijin terlebih dahulu. Tadinya kami ingin membantungkan Bapak, tapi Luna menghalangi kami karena katanya Ayahnya sangat capek setelah kerja keras, biarkan ia istirahat. Dia anak yang baik dan pengertian. Maafkanlah dia Pak.”Kata seorang pria di belakang Luna, dia adalah ayah dari teman Luna.
    “Maafkan Ayah Luna…padahal ini liburan yang sudah lama kamu nantikan…tapi Ayah malah tertidur.”
    “Maafkan Luna juga Yah.”
    Sebuah pelukan membuat keduanya terasa hangat, dan semangat Andy menjadi meluap.
    “Baiklah hari masih sore ayo kita berenang di laut. Luna sekarang Ayah akan ajarkan cara berenang di Laut.”

    14 tahun lalu
    Di sebuah restoran mewah. Andy dan putrinya sedang merayakan pesta kelulusan. Hari ini Luna menyelesaikan jenjang sekolah dasarnya. Mereka berdua tampak bahagia menikmati makanan yang tersaji. Canda tawa berkeliaran di sekeliling mereka.
    “Ayah, makanan ini sangat lezat.Aku ingin setiap hari memakannya.”
    “Baiklah, kalau begitu Ayah akan kurus masak sama kokinya kemudian memasak khusus untuk Luna.”
    “Beneran Yah?”
    “Ya daripada setiap hari kita kesini, bisa – bisa rumah kita jual,”Sahut Andy sambil menenggak air minumnya.
    “Asal Ayah makan bersama Luna setiap malam…itu sudah cukup,” Balas Luna

    12 Tahun lalu
    Krisis ekonomi menerjang, dan perusahaan tempat Andy bekerja juga kena imbasnya. Dipecat dari pekerjaannya membuat Andy tidak bisa membayar cicilan rumahnya, akhirnya terpaksa ia harus menjualnya. Andy dan putrinya mengontrak rumah yang lebih kecil hanya memiliki 2 kamar tanpa taman, sebuah rumah susun. Luna mengerti kesulitan ekonomi yang di alami Ayahnya jadi tidak banyak memprotes.
    “Maafkan Ayah Luna, kalau saja Ayah lebih pandai…mungkin Ayah lebih cepat mendapat kerjaan baru, dan kita tidak perlu tinggal disini. Tapi kamu tenang saja dari hasil over kredit rumah kita akhirnya punya cukup uang untuk kehidupan sehari – hari. Dan kamu tidak perlu kuatir akan sekolahmu. Ayah sudah menyiapkan dana khusus untuk sekolahmu. Ayah ingin segala yang terbaik untukmu.”
    “Tidak perlu memaksa Ayah. Lagian sekolah itu terlalu elit dan syarat masuknya sangat berat. Lebih baik Luna sekolah di sekolah lain yang lebih murah,”Tolak Luna
    Andy menggeleng- gelengkan kepalanya, “Tidak perlu kuatir, Ayah sudah ada dana khusus untuk sekolahmu.”
    “Tidak Ayah, uang itu bisa kita gunakan untuk hal lain.”
    “Tidak, kamu harus tetap sekolah disana. Itu sudah keputusanku. Sekolah itu terbukti meluluskan banyak siswa pintar. Dan Ayah ingin kamu menjadi pintar, tidak bodoh seperti Ayah.”
    “Tapi…”
    “Tidak ada tapi, tenang saja Luna. Kamu tidak perlu mengkuatirkan masalah biaya. Tugasmu adalah belajar.”Kata Andy tegas.
    “Tapi…”
    “Tidak ada tapi.”
    “Tapi aku tidak mau sekolah disana!”Luna setengah berteriak.Andy menjadi kaget
    “Apa maksudmu? Kamu tidak mau sekolah disana? Itu kan sekolah impianmu sejak SD?”Tanya Andy
    “Aku tidak mampu, Puas!? Aku tidak sepintar yang Ayah kira. Aku pasti tidak sanggup bersekolah disana. Percuma saja memasukan aku kesana. Aku pasti dikeluarkan karena terlalu bodoh. Aku ini bodoh , BODOH SEPERTI AYAH!” Luna langsung berlari menuju kamarnya, mengunci pintunya. Walaupun ia berusaha menyembunyikan tangisannya tapi suara itu terdengar jelas di telinga Andy. Rumah yang saat ini mereka tinggalin sungguh kecil dan bahan – bahannya juga bahan murahan jadi suara antar ruangan dapat terdengar jelas.
    Andy terduduk lemas, ia memikirkan apakah memasukan ke sekolah elit itu adalah hal terbaik untuk Luna? Atau hanya gengsinya? Apakah benar dia berusaha karena impian Luna? Atau hanya impiannya untuk membanggakan Luna yang sekolah di sekolah elit?Andy terus berpikir and dia teringat kembali akan Istrinya, Yeni. Masa –masa dimana mereka masih berdua. Mereka tidak pernah memikirkan status sosial, sekolah dimana? Kerja apa? Yang penting mereka bahagia. Ia menjadi sadar dan mengetuk pelan pintu kamar Luna
    “Luna…maafkan Ayah.Ayah …terlalu memaksakan kehendak Ayah. Aku tahu kalau nilaimu akhir – akhir ini cenderung turun,tapi aku berusaha menutup mata. Karena maslaah ekonomi yang melanda kita, membuat aku tidak ingin berpikir tidak mau melihat apa keinginanmu sekarang? Apa yang terbaik untukmu sekarang.” Andy berhenti sejenak, ia menarik napasnya dalam – dalam
    “Tidak perlu menuruti keegoisanku, aku tahu kamu anak baik. Kamu mengerti Ayah dan kesusahan Ayah. Bagaimana kalau kamu masuk ke almamater Ayah dan Ibumu? Disana biayanya tidak mahal. Jaraknya cukup dekat dari sini. Dan yang terpenting suasana sekolahnya sangat menyenangkan. Ya kurasa itu tepat untukmu. Bagaimana Luna?
    “Memang sekolah itu yang ingin Luna masuk,”jawaban pelan dari balik pintu. Luna dan Ayahnya mempunyai satu keputusan dan keinginan yang sama walaupun mereka tidak menyadarinya.

    10 Tahun lalu

    Perekonomian sudah membaik. Andy juga sudah mendapat pekerjaan tetap walaupun penghasilannya lebih kecil dibanding saat dahulu tapi Andy cukup menikmati pekerjaannya. Satu – satunya hal yang dia kuatirkan sekarang adalah bahwa putri tunggalnya, Luna sekarang jarang pulang tepat waktu. Selalu saja ada alasan kegiatan sekolah, atau pergi jalan – jalan bersama temannya. Andy bersyukur karena Luna tetap jujur padanya, masih melaporkan segala kegiatannya, tapi rasa kuatir sebagai seorang Ayah tetap menyelimutinya. Dia kuatir jika terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya. Setiap ia menunggu Luna pulang, hatinya selalu kuatir, ia tidak bisa menghindari untuk berpikiran negatif. Memang dia bisa saja melarang Luna untuk keluar malam, tapi menurutnya itu tidak tepat.
    “Aku haru percaya Luna,”Kalimat itu yang terus disuarakan dalam hatinya.
    Walaupun begitu kekuatiran dan kepercayaan itu terus terkikis oleh waktu yang terus berjalan. Ini adalah masa dimana psikologi anak muda meninggi, masa pemberontakan. Andy tahu hal itu karena dulu dia pernah merasakan hal yang sama.
    “Ayah masih belum tidur?”Sapa Luna tanpa merasa bersalah, waktu sudah menunjukan pukul 23.00. Belum tengah malam tapi bagi Andy itu sudah sangat malam untuk seorang yang berusia 16 tahun, apalagi seorang wanita.
    “Kemana saja kamu? Kenapa sampai semalam ini?Bersama siapa saja?Apa kamu tidak tahu kalau Ayah kuatir?”Berbagai pertanyaan dilontarkan Andy. Putrinya, Luna berusaha cuek dan dengan tenang menatap Ayahnya.
    “Ayah, percayalah padaku. Aku pasti baik – baik saja. Apalagi si Ramon selalu mengantarku pulang.”
    “APA!? Siapa itu Ramon!? Pacarmu!? Sejak kapan kamu pacaran !?”
    Luna baru sadar kalau dia telah melakukan salah langkah. Dia buru – buru berlari ke kamarnya sebelum Ayahnya menangkap dan meninterogasinya lebih jauh.
    “Tunggu LUNA!” Teriak Andy
    “Siapa itu Ramon!? Kamu sudah berapa lama pacaran!? Kamu masih terlalu mudah untuk PACARAN !!”Emosi tinggi masih menyelimuti Andy.
    “Luna sudah cukup besar, sudah 16 tahun Yah. Sudah sewajarnya Luna ada pacar,”Kata Luna jujur, dari kecil ia terbiasa menghadapi Ayahnya dengan apa adanya.
    “AYAH TIDAK SETUJU!! Sebelum Ayah melihat Ramon, tapi melihat tingkahnya yang tidak pernah mampir dan memberi salam, AKU YAKIN dia bukan anak baik – baik!”Teriak Andy.
    “Aduh Ayah, karena ayah seperti itu, makanya Luna menyuruhnya pulang dan tidak memberi salam.”Kata Luna membela diri.
    “Apanya yang seperti itu !?”
    “Sudahlah Ayah percayalah pada Luna. Luna tahu kalau Ramon itu orang baik.”
    “KAMU TAHU APA!?Kamu masih kecil.”
    “Ayah kecilkan suara Ayah, ini sudah jam 11 malam, tetangga sudah pada tidur.”
    “HAH!? Kamu memanfaatkan tetangga untuk membukamku !?”Emosi Andy semakin menjadi – jadi tapi pada saat yang sama suara protes dari tetangga kiri dan kanan mulai mengomel dan meminta Andy tenang. Gedoran di pintu membuat Andy bingung, dan setelah meminta maaf pada para tetangga dia kembali menghampiri kamar Luna. Pikirannya mulai tenang, ia mulai bisa berpikiran jernih.
    “Luna…paling tidak kamu menceritakan hubunganmu dengan Ramon. Ayah tidak sejahat itu melarang kamu pacaran.” Andy sadar, ia kembali mengingat masa mudanya dulu. Tidak ada yang bisa menghalangi seorang anak muda berpacaran, jadi satu – satunya yang bisa dia lakukan adalah lebih mempercayainya dan lebih sering berkomunikasi dengan putrinya itu.
    “Aku mengerti Ayah…maafkan Luna karena telah merahasiakannya.”
    “Jadi benar kamu sudah pacaran dengan RAMON!?”Andy kembali berteriak, dan diikuti dengan teriakan dari tetangga.
    “Ayah! Sudahlah percaya saja pada Luna.”
    Andy ingin terus protes, tapi akhirnya dia memutuskan untuk percaya dan berharap yang terbaik
    “Selamat tidur Luna!”
    “Selamat malam Ayah!”

    9 tahun lalu
    Hari ini ulang tahun ke – 17 Luna, Andy ingin merayakan bersama, tapi kenyataan yang dia dapat adalah Luna ingin menghabiskan pesat perayaannya bersama Ramon, pacarnya dan teman – temannya. Pesta khusus anak muda kata Luna. Andy berjalan gontai saat memasuki rumah, ia langsung mengganti pakaiannya degan piyama. Ia mengambil minuman di lemari es, sembari menyalakan tv. Dihadapannya sebuah kue ulang tahun utuh. Andy memandanginya sambil merenung akan putrinya. Ia baru merasakan kalau putrinya sudah besar, sudah 17 tahun. Tiba - tiba telepon berbunyi. Mungkinkah dari Luna? Dia ingin mengajak ikut pesta? Andy langsung mengangkat, tapi
    “Ayah…Tolong !”
    “Luna?Ada apa?Kenapa?”Mata Andy terbelalak saat mendengar suara tolong dari Luna, suara yang terdengar memelas.
    “Kamu dimana? Apa yang terjadi?”Andy terus memberondongi pertanyaan
    Tapi Luna tidak segera menjawab, suara yang di dengar adalah suara jeritan dan barang – barang pecah.
    “Luna! LUNA!!”Andy terus memanggil dengan gemetar, dia mulai mengutuki dirinya karena tidak bisa menjaga Luna.
    “Ayah…tolong aku…di rumah Ramon… tolong…tuttttt”
    “Luna!, LUNA!!”
    Andy mencoba menghubungi hp milik Luna, tapi nada mati, begitu juga telepon milik Ramon, tidak ada jawaban.Kutukan demi kutukan Andy ucapkan, ia mengutuki dirinya, dan juga Ramon. Berbekal info terakhir yang dia dapat, rumah Ramon. Andy tidak bisa berpikir panjang lagi. Dia langsung berlari keluar, bahkan tidak sempat terpikirkan olehnya untuk menelepon polisi.
    Andy terus berlari , mengeluarkan motor miliknya, dan langsung memacunya menuju rumah Ramon, pacar putrinya. Dia sedikit bersyukur karena putrinya cukup terbuka padanya, jadi dia tahu alamat Ramon.
    “Yen, lindungilah putri kita!” Dalam hati dia terus berdoa.
    Jarak rumah Ramon dari rumah Andy tidak terlalu jauh, hanya butuh perjalanan 10-15 menit tergantung kecepatan si pengemudi. Andy langsung membanting motornya dan menggedor pagar rumah Ramon. Memanggil Luna. Pagar tidak terkunci, tanpa pikir panjang Andy langsung masuk dan menuju pintu utama. Rumah itu terlihat gelap, tidak ada suara. Pikiran Andy terisi oleh pikiran negatif, dia langsung menendang pintu dengan panik, dan
    “SURPRISEEE!!”
    “Tamu kehormatannya sudah datang!”
    Lampu – lampu menyala, Andy bisa melihat teman – teman Luna, Ramon dan Luna sendiri, ia memegang kue ulang tahun dengan lilin 17 tahun diatasnya. Andy bingung, sebenarnya apa yang terjadi? Pikirannya masih belum bisa mencerna.
    “Maafkan aku Ayah, mana mungkin Luna melupakan Ayah di ulang tahun ke-17. YA ampun Ayah, jadi Ayah berlari kesini memakai Piyama?”
    Andy melihat dirinya, dan akhirnya bersuara “Apa ini Luna?”
    “Kejutan, Ayah adalah tamu spesial di hari ulang tahunku.”
    Perasaan gembira, campur jengkel juga malu karena masih berpiyama campur aduk dalam diri Andy. Perubahan suasana yang begitu cepat dia sampai tidak bisa berpikir mau mengucapkan selamat pada putrinya, satu – satunya yang terpikirkan ,”Jadi tadi itu? Hanya candaan? Bagaimana kalau aku melapor polisi?”
    Semua saling berpandangan, sepertinya Luna dan teman – temannya juga tidak menyangka bakal ada skenario Ayah Luna bakal melapor polisi terlebih dahulu.

    8 Tahun lalu
    Isak tangis terdengar dari kamar Luna. Andy hanya bisa menunggu diluar. Hari ini kejadian besar terjadi. Ini adalah patah hati pertama Luna. Ia mendapati Ramon memiliki wanita lain, dan memutuskan Luna saat Luna memergokinya. Luna sedih, karena selama ini ia mengira Ramon adalah laki – laki yang baik, yang mau mengerti dia, yang mencintai dia, tapi hal itu ternyata hanya dalam pemikiran Luna, kenyataannya Ramon hanyalah seorang laki – laki playboy yang punya banyak cewek.
    “Luna, jangan sedih, yang harusnya sedih itu Ramon. Dia sudah kehilangan wanita terbaik yang bisa dia dapatkan.”Kata Andy berusaha menghibur
    Tapi kata – kata itu malah membuat Luna semakin sedih. Ia merasa dirinya tidak pernah berbuat salah, ia mencinta sepenuh hati, tapi apa balasan yang ia dapat? Sebuah pengkhianatan.
    “Semua laki – laki itu penipu!”Erang Luna
    “Tidak semua, paling tidak Ayah akan selalu mencintaimu. Ayah tidak pernah akan meninggalkanmu Luna. Keluarlah, ceritakan pada Ayah apa yang terjadi.”
    Luna membuka pintunya, matanya merah, hidungnya penuh dengan ingus, Andy tersenyum melihat putrinya
    “Walaupun kamu seperti apapun, kamu tetap putri kesayangan Ayah. Kamu wanita tercantik di dunia. Ramon itu hanya pria bodoh. Dia bodoh karena telah menolakmu.
    “Ayah…”
    Andy memeluk Luna
    “Jangan sedih Luna, masih ada Ayah yang mencintaimu.”
    Isak tangis Luna meledak. Ia menangis di dada Ayahnya, ayah yang ia cintai. Ini patah hati pertamanya, juga tangis cinta pertamanya. Andy mengelus punggung Luna, berusaha memberi kehangatan seorang Ayah, agar putrinya menjadi tenang dan mampu melalui kesedihan ini.

    5 Tahun lalu
    Setelah beberapa tahun mulai merintis usaha baru, akhirnya usaha Andy mendapatkan pekerjaan besar. Andy ingin merayakan hal ini bersama putrinya. Tapi kesibukan kuliah membuat putrinya, Luna melewatkan perayaan keberhasilannya.
    Pulang dari pesta, Andy duduk termenung di rumah barunya. Jam sudah menunjukan pukul 23.15. Andy duduk sambil memandang foto istrinya, Yeni. Menuangkan segelas minuman berakohol, dan menyalakan rokok. Dulu Andy tidak merokok, tapi stress pekerjaannya membuat dirinya kecanduan rokok. Itu memberi sedikit perasaan lega, walaupun ia tahu merokok itu buruk dan Luna sering menaihatinya. Ia memandang foto istrinya yang sedang tersenyum. Ia bercerita mengenai kesusahan yang ia hadapi dalam pekerjaan, teman – teman kerjanya dan akhirnya dia sampai pada cerita mengenai putri mereka, Luna.
    “Luna sudah besar, sebentar lagi dia lulus, dan kemudian kerja, dan… ahhh aku tidak ingin memikirkannya.” Andy menenggak gelasnya
    “Putri kita sekarang sudah tidak mau bersama – sama dengan Ayahnya lagi. Dia bahkan tidak hadir di hari gembira karena keberhasilan kerjaku. Apa yang harus aku lakukan Yeni? Apa!?”Kembali Andy menenggak gelasnya.
    Sudah beberapa botol minuman beralkohol yang masuk dalam perutnya, kepalanya semakin lama semakin berat, dan akhirnya dia jatuh tertidur .
    Pagi harinya, kepala Andy terasa sangat pusing. Di punggungnya ada mantel yang menyelimuti dirinya.
    “Luna?”
    Andy melihat bungkusan kecil di hadapannya, sebuah kado. Ada sebuah kertas yang dijepit kado itu bertulis

    Untuk Ayah,
    Selamat atas pekerjaan Ayah.
    Maafkan Luna karena tidak bisa ikut dalam pesta
    Saat ini kuliah Luna memasuki masa sibuknya kuharap Ayah mau mengerti
    Aku Sayang Ayah



    Luna
    Andy langsung membuka bungkusan kado itu, sebuah pemantik api. Andy kembali menemukan kertas kecil di balik kotak pembungkus pemantik api itu. Bertuliskan

    Bukan berarti aku menyetujui Ayah terus merokok​

    Andy tersenyum, ia merasa sangat bahagia. Walaupun putrinya tidak bersama - sama dengannya merayakan tapi bungkusan kecil ini dan mantel yang menyelimutinya membuat dia merasakan keberadaan putrinya, Luna
    “Terima Kasih Luna.”

    3 Tahun lalu
    Rumah andy, minggu siang hari. Di hadapan Andy duduk Luna, bersama seorang pria. Pria yang tampangnya biasa, perawakan biasa, pastinya dia orang yang biasa – biasa saja. Itulah yang ada dalam pikiran Andy
    “Jadi? Siapa dia?”
    Luna tampak semangat, tapi tidak demikian dengan pria itu, keringat mengalir di pelipisnya walaupun mereka dududk di ruangan ber-ac.
    “Ayah kenalkan dia pacarku,Roi. Roi dia Ayahku, namanya Andy,”Kata Luna
    “Apa!? Pacar!? Kamu!?KOK BISA!? “Suara Andy menggelegar
    “Ayah! Ayah sudah berjanji akan tenang.”Luna melototin Ayahnya
    Andy mencetak lidahnya, tampak tidak puas
    “Salam kenal Ayah… eh “
    “Ayah? Siapa AYAHMU!?”
    “Paman…”Roi tampak gugup, tapi Andy bisa melihat kalau pria dihadapannya adalah orang jujur, dan menunjukan kesan baik hati. Tapi dia tidak mau mengakui begitu saja.
    “Jadi kenapa kamu menyukai putriku? Dan kenapa putriku bisa menyukaimu?”Andy berusaha menyelidiki
    “AYAH!”Luna langsung protes
    “Baiklah – baiklah…”Andy menyerah untuk mengkoreksi pertanyaan lebih lanjut.
    “Kuingatkan anak muda, kalau sampai kamu membuatnya sedih, kamu akan berhadapan denganku.”Andy menakankan dengan pada kata terakhir dan matanya menatap tajam ke mata Roi
    “Aku akan menjaga kebahagiaan Luna Paman…Aku berjanji,”Kata Roi
    “Hah? Kebahagiaan? Kamu melamarnya? Akulah yang menjaga kebahagiaan Luna.”

    Andy berdiri dan melangkah ke arah Roi, tapi Luna langsung menariknya kesamping.
    “Ayah, jangan begitu. Dia pria baik, jangan menakut-nakutinya,”Pinta Luna
    “Apa? Aku hanya ingin memastikan dia serius sama kamu, lagian apa si yang membuatmu suka sama dia?Lihat dia begitu polos.”
    “Polos seperti Ayah, dia mirip Ayah.”
    “Ayah lebih ganteng.”

    Beberapa bulan lalu, gelembung ingatan yang terakhir menghampiri Andy.

    “Terimalah lamaranku pada Luna Paman!”
    “Lamaran? Tidak mau.”Andy langsung menolak, “Tunjukan padaku kenapa akuk harus menerimamu sebagai menantuku?”
    “Ayah!”Luna protes
    “Ayah tidak setuju.”Andy beranjak dari kursinya dan pergi.
    Luna hendak mengejar Ayahnya tapi Roi menahannya, dan berkata kalau dia yang akan pergi. Andy berjalan menuju taman belakang rumah, menyirami tanaman seolah tidak ada apapun yang terjadi.
    “Paman, aku akan membahagiakan Luna. Aku berjanji. Aku mencintainya. Restuilah hubungan kami,”Kata Roi langsung, sifat gugupnya saat pertama kali sudah hilang. Kini dia sudah menjadi lelaki pemberani, karirnya juga berjalan baik.
    “Bocah, 3 tahun lalu kamu diperkenalkan ke aku…aku sudah menduga hal ini akan terjadi.”Andy tidak mau mengakui hal ini, tapi dia mempunya firasat kalau Roi adalah calon suami putrinya. Dia berjalan menyirami bunga tanpa memandangi Roi.
    “Aku tahu kamu sudah banyak berubah dibanding 3 tahun lalu, tapi tetap saja…”
    “Percayalah padaku Paman, Luna pasti kubahagiakan.”
    Andy mencengkram baju Roi, “Kamu tahu dia sudah kehilangan ibunya saat masih umur 3 tahun, dan kamu baru mengenalnya 3 tahun… dan kamu berkata akan membahagiakannya? BUKTIKAN!? Bisa kamu buktikan?”Tantang Andy
    Roi terdiam, dia tidak tahu bagaimana membutikan cinta tulusnya pada Luna, tapi dari lubuk hatinya yang terdalam dia yakin kalau cintanya itu tulus dan besar.
    “Aku…aku tidak tahu caranya…tapi…hanya janji kalau Luna akan kubahagiakan yang bisa kukatakan sekarang. Karirku berjalan cukup baik, dan secara ekonomi aku sanggup memenuhi kebutuhan Luna.”
    Andy menatap mata Roi , dan Roi tidak melepas pandangannya mata menatap mata,”Hah kamu benar – benar polos, bahkan tidak berusaha membuktikan dengan tindakan seperti berlutut atau apapun itu. Kamu hanya bicara. Tapi aku suka itu. Matamu itu jujur,”Lata Andy sembari melepas cengkramannya.
    “Tapi kuingin kamu berjanji satu hal lagi.”
    “Aku akan berusaha!”
    “Aku ingin kamu hidup lebih lama daripada aku, dan terus menjaga Luna sampai tua sampai kalian mempunyai cucu atau bahkan cicit. Ibu Luna meninggal saat dia berusia 3 tahun. Aku tidak ingin dia mengalami hal sama seperti aku…KAMU BISA BERJANJI ITU!?”
    “A..aku…aku berjanji. Aku akan menjaga dan membahagiakan Luna sampai akhir hayatku. Aku berjanji Paman.“
    “Kenapa masih memanggil Paman?”

    ***
    Andy kembali tersadar, dia berhenti memainkan pemantik apinya. Pintu disampingnya terbuka.Luna mengenakan gaun pengantin warna putih sangat indah, Andy terharu saat melihat putrinya melangkah mendekatinya. Ini akan menjadi perjalanan terakhir, Andy menggandeng Luna. Hari ini dia akan menyerahkan anaknya masuk ke kelularga lain, kepada laki – laki pilihan putrinya.
    “Kamu sangat cantik, tapi Ibumu masih lebih cantik.”
    “Ayah…”Luna sedikit menahan suaranya, ada sedikit kesedihan
    “Kenapa kamu malah menangis? Ini kan hari bahagiamu? Apa si Roi berbuat kurang ajar?”
    Luna menahan tangan Ayahnya, “Maaf Ayah, aku bahkan belum bisa membahagiakan Ayah, malah menikah terlebih dahulu. Aku…ingin Ayah ….”
    “Luna, kehadiranmu adalah anugerah terbesar dalam hidupku. Kamu bahagia, itu merupakan hadiah terbesar bagiku. Ibumu yang di sorga juga pasti akan mengatakan hal yang sama…”Andy mengeluarkan foto istrinya dari saku jasnya.
    “Ibu….Ayah…”
    “Lihatkan foto Ibu tersenyum, dan aku? Kamu bisa lihat aku tersenyum kan? Aku bahagia Luna. Kamu sudah membahagiakanku 26 tahun dan masih akan terus berlanjut. “
    Luna terdiam, iaberusaha menghapus airmatanya yang mulai menetes. Perlahan mereka berjalan menuju pelaminan, dimana calon suaminya menunggu.
    “Ayah…”
    Kini mereka berdua sudah berada di depan altar. Luna masih enggan melepas tangan Ayahnya. Andy mengerti dan menatap Luna, memberikan senyuman terhangat, senyum yang mengatakan. Aku bahagia Luna dan kini saatnya kamu memulai kebahagiaanmu.
    “Berbahagialah putriku…”

    Ini adalah versi yang sudah di edit beberapa typo, dan penggunaan caps yang berlebihan sudah aku edit :peace:
     
  16. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    spacing yang disini rada acak adul, kalo yang dipost disono imo masih jauh lebih enak dibaca deh.

    anyway, buat review copas yang dari sono aja ah :ngacir:

    I really cried while reading this one from the start to finish. damn...ngeliat fict2 situ yang sebelumnya gw beneran gak nyangka situ ternyata bikin suatu cerita tearjerking kayak gini. meskipun ada beberapa bagian yang terasa kayak sinetron dan juga banyaknya penggunaan all caps yang sedikit membuat kurang nyaman, emosinya mengalir secara natural banget.

    kalo mengenai tema Power of Love, ini fict bisa dibilang sebagai salah satu representasi dari tema tersebut, dari awal aja udah kentara banget feel dari temanya. gw juga suka banget ama alur cerita dan terutama interaksi antar karakter nya itu yang bener2 hidup.

    also, dat conclusion, it's really powerful in a way that couldn't really be described with words alone...err...what can I say? I'm really glad that I'm able to take my time on reading this story

    keep on writing awesome stories
     
  17. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Little Galena

    Little Galena, kota kecil ini menjadi tempat petualangan empat anak – anak umur delapan tahun yang sedang berdiri di bukit kecil. Keempat anak itu, sedang menatap sebuah rumah tua yang menjadi incaran tempat petualangan mereka hari ini.

    Herbert Kearney Sturlock, anak kecil berambut merah itu berdiri paling depan, ia merasa menjadi pemimpin geng mereka. Ia punya jiwa mempimpin, tapi sayangnya jiwa pemimpin ini lebih banyak dia gunakan untuk memimpin teman – temannya melakukan kenakalan anak – anak. Di sebelahnya ada Jamond Ronbell, seorang anak petugas keamanan kota yang telah bersahabat dengan Herbert sejak masih balita. Satu hal yang Jamond banggakan adalah rambut keriting alaminya

    Orang ketiga adalah Yunus Yvesignorgan, orang baru di kota ini. Ia ikut pindah ke kota ini karena pekerjaan ayahnya, tubuh tinggi dan kekar tapi otaknya agak lambat dalam bertindak. Ia di ajak Herbert untuk menjadi pengikutnya sebagai asisten utama.

    Satu – satunya anak perempuan yang turut serta adalah Meriel Noreen, ia memakai gaun panjang dengan rambut dikuncir belakang.

    “Kenapa dia ada di sini ?” Protes Herbert pada Jamond

    “Eh? Siapa? Ooo… maksudmu Meriel ?” Jawab Jamond tanpa merasa bersalah.


    “Petualangan ini untuk anak cowok, cewek itu cocoknya main boneka, “ Kata Herbert.
    “Habis dia memaksa.”

    Meriel melotot ke arah Herbert, “aku mau ikut berpetualang. Anak perempuan itu juga berani, bahkan mungkin lebih berani !”
    Herbert memandang remeh pernyataan Meriel

    “Ingat Herb, seorang petualang besar pasti ada seorang wanita yang mendampinginya. Semua buku komik yang kita baca bercerita seperti itu, “ Kata Jamond memberi alasan
    Herbet berpikir sejenak, tak lama ia mengangguk – angguk setuju, berterimah kasih pada Jamond yang telah mengajak Meriel.

    “Rumah tua ini sudah lama tidak berpenghuni, Kita akan menyesal kalau belum menjelajahinya. Kak Verg memberi kabar kalau rumah tua ini tidak lama lagi akan dirubuhkan. Harta besar menanti kita menunggu kita di lantai 2 rumah ini, menurut Kak Verg, “ Koar Herbert bersemangat

    “Siapa Kak Verg? Kenapa kita harus percaya omongannya? “ Tanya Meriel heran

    Herbert menghela napas panjang, “Lihat Jamond? Dia tidak mengenal Kak Verg? Vergus Lombart Sturlock, kakak sepupuku. Dia panutanku, seorang petualang…calon petualang. Dia…. Dia … pokoknya dia hebat, “ Jawab Herbert

    Meriel tidak berdebat lebih lanjut, ia memutuskan diam, daripada nantinya Herbert mengusirnya.

    Rumah di hadapan mereka sudah berumur kurang lebih 50 tahun, dan sudah tidak dihuni lebih dari 30 tahun. Kabarnya yang tinggal di sana adalah bekas kapten kapal penjelajah, yang pensiun untuk menjadi guru di sekolah kota ini. Rumah itu terdiri dari 2 tingkat, sekelilingnya sudah ditumbuhi rerumputan liar karena tidak ada mengurusnya.
    Keempat anak itu dipimpin oleh Herbert berjalan mendekati rumah, semakin dekat, rumah itu tampak lebih besar, dan lebih menakutkan, ditambah hembusan angin di atas bukit membuat lebih menggigil.

    Herbert memimpin mereka memutari rumah itu menuju bagian belakang, karena menurut informasi yang dia dapat dari Kak Verg ada lubang kecil di bagian belakang, walaupun tertutup plang kayu, tapi dapat dibuka dengan mudah. Hanya dengan tenaga anak – anak bisa menarik plang kayu itu.

    “Nah sekarang, kalau kamu berani seperti laki – laki, silakan duluan masuk, “ Tawar Herbert

    “Apa? Masuk lewat lubang kecil kotor itu?” Meriel mencoba mengintip lubang itu, penuh dengan debu kotoran, “Ka..kamu kan ketuanya… kamu duluan saja.”

    “Eh…aku? Jamond kamu saja duluan,” Kata Herbert mengalihkan tugas itu ke Jamond

    “Kok aku? Kan kamu ketuanya,” Tolak Jamond dengan tegas
    “Iya katanya pemberani, tapi nyatanya….”

    “Tentu saja aku berani, tapi…kan aku ingin memberi kalian kesempatan pada kalian,” Kata Herbert ragu – ragu, ia melihat Meriel memasang wajah meremehkan, dan Jamond pura – pura bersiul menghadap tempat lain.

    “Yunus, kamu duluan! Sebagai asisten utama, aku beri kamu kesempatan menjadi yang pertama masuk,”

    Yunus yang sedari tadi diam mengikuti langsung menjawab dengan tegas, “Ah… oke.”

    Yunus tidak menolak, ia langsung bergerak masuk lewat lubang. Lubang itu tidak terlalu besar, tapi untuk anak – anak seusia mereka, lubang itu lebih dari cukup untuk melewatkan mereka ke dalam rumah.

    “Yunus !! bagaimana keadaan di dalam?” Tanya Herbert

    “Hah?”

    “Apa di dalam baik – baik saja?”

    “Baik… aku baik – baik saja, “ Jawab Yunus melongokan kepalanya ke arah lubang.

    “Baiklah sekarang giliranku, sang pemimpin,”Kata Herbert.

    Herbert merangkak masuk, disusul Meriel, dan Jamond paling terakhir dengan alasan menjaga Meriel, tapi yang dia lakukan adalah menatap bokong Meriel saat merangkak masuk. Jamond mendekatkan kepalanya untuk melihat lebih jelas, tapi Meriel yang sadar sedang dilihat oleh Jamond memanjangkan kakinya untuk menendang muka Jamond

    “Maaf, kakiku agak kesemutan, “Kata Meriel tanpa merasa bersalah.

    Mereka kini berada di dalam rumah, tepatnya di belakang rumah. Pemandangan yang mereka dapati adalah sebuah dapur, dapur tua yang sudah penuh debu. Beberapa perkakas tua terlihat bergelantungan di lemari piring, tapi tidak banyak hanya sisa. Sebagian besar isi rumah ini sudah disumbangkan saat pemiliknya meninggal.
    Ruangan itu tidak segelap perkiraan mereka, cahaya matahari masih dapat menembus masuk melewati celah kain tua yang menutupi jendela. Herbert mengeluarkan senter kecil dan menyinari bagian yang gelap.

    “Huh…tempat ini tidak ada yang istimewa, seperti rumah biasa hanya KOTOR,” Protes meriel

    “Sstt jangan ribut, kalau kamu tidak suka, silakan pulang,” Balas Herbert menunjuk lubang.

    “Petualangan baru saja dimulai, tujuan kita adalah ruang kerja di lantai 2….menurut kak Verg ada harta menunggu kita disana, Kita bagi 3 tentu saja… Meriel kan mau pulang,” Kata herbert semangat

    “jangan pulang dulu Meriel !” Tahan Jamond

    “Siapa bilang aku mau pulang? Aku ikuti sampai permainanmu ini berakhir Herbert !”

    “Cih !”

    Herbert melihat lorong di depan, itu pasti menuju ke ruang keluarga di depan rumah. Dan tangga menuju lantai 2 pasti terletak di sana. Herbert langsung mengendap dan bersandar di dinding lorong. Ia meminta yang lain untuk mengikuti gerakannya.

    “Kenapa harus bersandar di dinding?” Tanya Jamond, sebelum Meriel sempat protes

    “Kalian ini memang petualang amatir, di mana – mana namanya jalan tengah itu pasti banyak jebakan, jadi untuk menghindari jebakan kita harus besandar di dinding ini agar tidak berjalan masuk jebakan,” Kata Herbert tanpa menoleh, ia terus melihat arah ujung lorong dengan senter kecilnya.

    “Dasar anak – anak, “ Keluh Meriel, tapi dia tidak menolak untuk mengikuti tindakan herbert, begitu juga Jamond dan Yunus yang paling penurut.

    Berempat berjalan sambil bersandar di dinding. Herbert memimpin dengan pelan, ia tampak hati – hati melangkahkan kakinya. Ia menikmati situasi mereka saat ini, dalam imajinasinya mereka sedang dalam sebuah kastil kosong penuh jebakan, dan dia memimpin di depan.

    “Hati – hati, kita tidak tahu jebakan datang dari ara…AHHHH,” Herbert berteriak, tubuhnya terdorong masuk ke dalam dinding.

    Hal itu terjadi karena Herbert terlalu menekankan tubuhnya ke arah dinding, jadinya saat ia melewati sebuah pintu yang tidak tertutup sempurna, tubuhnya langsung jatuh mengikuti arah pintu terbuka. Herbert berteriak kencang, tangannya cukup sigap menarik Meriel yang berjalan tepat di belakangnya. Jamond yang melihat hal itu juga secara reflek berusaha menahan Meriel yang ditarik oleh Herbert, tapi tubuhnya tidak cukup kuat untuk menahan 2 tubuh, akhirnya ia ikut tertarik.

    Ketiga jatuh ke arah dalam ruangan di balik pintu, Hanya Yunus yang tidak terjatuh.

    “Bantu aku berdiri Yunus !” Teriak herbert

    “Auh.. jangan pegang – pegang !” Teriak Meriel sambil melayangkan tamparannya ke arah bagian tubuhnya yang di pegang oleh Herbert

    Ruangan itu hanya dsusupi sedikit cahaya matahari dan cahaya senter, jadi Herbert tidak sengaja memegang bagian dada Meriel. Sebuah tamparan keras membuat herbert berteriak kesakitan, di susul Jamond yang tidak terima, dia langsung berdiri dan membantu Meriel berdiri.

    “Siapa juga yang mau menyentuhmu? Itu hanya kecelakaan…. Ke ce la ka an dasar cewek !”

    Meriel membuang muka, Jamond berusaha memberi perhatian pada Meriel, tapi hal itu malah membuat Meriel jengkel, dan ia menendang kaki Jamond. Jamond meloncat – loncat kesakitan ke arah samping dan menabrak sebuah kotak pipih . Ia terjatuh dan menghantam sebuah tiang besi seperti gantungan yang tertancap di kotak pipih itu. Hal itu membuatnya kembali kesakitan dan berteriak kesakitan. Saat ia berusaha berdiri, rambut keriting kebanggaannya tersangkut di bagian gantungan itu sehingga membuat rambutnya tertarik putus beberapa helai

    “Tidak !!! rambutku “

    “Hentikan Jamond, jangan seperti anak kecil !”

    “Tapi.. kita kan memang anak kecil, “ Kilah Jamond

    Herbert tidak berdebat lebih jauh, ia menyinari bagian kotak yang di tabrak Jamond karena penasaran.

    “Ruangan apa ini? Tidak seperti kamar? “Meriel bertanya – tanya.

    “Entahlah, “Jawab herbert singkat, ia melihat kotak itu sudah tua ada tulisan di sana, tapi sudah terhapus beberapa bagian.

    “S…una. .ula.g m..usia? Apa maksudnya? “ Herbert tidak mau berpikir lebih jauh, ia menyinari ruangan itu dengan senternya. Ruangan itu penuh dengan debu seperti dapur sebelumnya, dan hampir kosong, yang terlihat hanya beberapa meja panjang dan beberapa gelas uukur yang sudah pecah beberapa bagian.

    Mereka saling berpandangan tidak mengerti ruang apa itu.

    “Ah ini tidak penting, sekarang lebih baik kita lanjutkan petualangan kita.”

    Tidak ada yang membantah, mereka keluar dari ruangan dan kembali mengendap – endap bersandar pada dinding. Meriel yang protes tetap tidak di gubris oleh Herbert. Jamond masih sibuk mengatur rambut keritingnya, sementara Yunus seperti biasa dengan nurut mengikuti semua yang Herbert perintahkan.

    Cahaya yang menyinari ruang depan jauh lebih banyak, sehingga mereka dapat melihat dengan jelas ruangan itu. Hampir kosong dan dipenuhi debu, hanya ada beberapa pigura tapi tidak ada foto yang tertinggal. Ada susunan sofa yang terbungkus kain, tapi mereka tidak berani untuk membukanya

    “Apa benar ada harta yang menunggu kita di atas? Daritadi aku lihat rumah ini sudah hampir kosong…. Isinya hanya rongsokan, “ Tanya Meriel

    “Aku percaya kalau Kak Verg tidak berbohong, aku akan pergi ke atas, kalau kalian tidak ingin ikut, silakan pulang !” Kata Herber menyilakan

    “Kak Verg juga dikenal suka mempermainkan kita Herb, apa kamu yakin in bukan salah satu leluconnya ?”

    Herbert berpikir sejenak, dan ia terus menggeleng kepalanya dan memantapkan dirinya

    “Kalau kamu naik, akupun naik,” Meriel ikut memantapkan dirinya.

    Tangga itu kotor penuh debu, tapi masih tampak cukup kuat. Beberapa bagian memang terlihat terkelupas. Herbert ingin menyuruh Yunus untuk mencoba dahulu apakah tangga itu aman, tapi pandangan meremehkan Meriel membuatnya batal melakukan itu.

    Perlahan ia menjejakan kakinya di atas anak tangga pertama. Ia menarik napas, dan mengangkat kakinya menginjak anak tangga kedua. Suara derit kayyu tua terdengar membuatnya tegang, tapi jejakan kakinya terlihat kuat. Herbert menjadi sedikit yakin kalau tangg rumah ini masih kuat.

    Perlahan tapi pasti ia menaiki tangga itu. Disusul Meriel, Jamond, dan Yunus dari belakang. Mereka semua ikut tegang dan tidak bersuara karena terpengaruh ketegangan Herbert.
    Di atas lebih terang, cahaya dapat menerobos masuk dari jendela yang mana tidak tertutup oleh kain seperti halnya di bawah. Saat langkah kaki Herbert menginjak anak tangga terakhir dia langsung berteriak,

    “SAMPAI !” teriaknya bangga

    “Jadi dimana ruang kerja yang katanya ada harta itu? “Tanya Meriel langsung saat yang sama, dia memutuskan untuk tidak memperdulikan teriakan Herbert.
    Jamond dan Yunus menyusul terakhir. Jamond sudah selesai mengurus rambutnya yang tertarik, kini ia kembali melirik ke arah Meriel. Sedang Yunus seperti biasa paling tenang di antara mereka.

    Dari tempat mereka berdiri hanya terlihat sebuah pintu di ujung lorong lantai 2. Herbert yakin disanalah tempat tujuan mereka. Ia kembali melakukan tindakannya seperti saat di lantai dasar, mengendap – endap di dekat dinding yang berjendela. Belajar dari pengalaman di bawah, ia tidak terlalu bersandar ke arah dinding, dan kali ini ia agak menunduk agar tidak terkena cahaya, alasannya

    “Kita sedang berada di misi rahasia, jangan sampai terlihat keluar,” Alasannya

    Meriel hanya mengehela napas mengikuti Herbert, walaupun mengeluh dia tetap ikut melakukan hal itu. Dalam hatinya ia merasa menarik mengikuti permainan imajinasi Herbert.
    Jamond, dan Yunus tidak protes jadilah mereka berempat mengendap – endap menuju tempat tujuan mereka. Sampai di ambang pintu, Herbert menarik napas panjang, ia sudah tidak sabar untuk melihat apa yang ada di balik pintu. Harta seperti apa yang dikatakan oleh kakak sepupunya, Verg.

    “Ini adalah momen bersejarah, tujuan akhir petualangan pertama kita sebentar lagi tercapai. Kalian bersiaplah untuk terpesona !”

    “ Ya ya, cepat buka pintu itu, “ Balas Meriel

    Suara derit pintu bergeser karena sudah karatan terdengar sebentar, kemudian Herbert yang tidak sabaran langsung mendorong pintu itu kencang – kencang sehingga menimbulkan suara tabrakan daun pintu cukup keras

    “Aha !”

    Herbert berteriak kecil dengan bangga. Ruangan itu tidak seperti ruangan lain di rumah itu. Lebih berisi. Debu tetap menutupi perabotan di ruangan. Cahaya dari ventilasi membuat ruangan itu terlihat jelas. Sebuah meja besar dengan beberapa peralatan tulis masih berdiam disana tertutup debu, sebuah topi lebar tergantung di tiang gantungan yang terletak di sebelah pintu. 2 buah pedang yang tergantung di sisi lain terlihat tua, sebuah bendera bergambar burung elang mencengkram teropong berkibar di baliknya. Kursi tua yang menghadap terbalik berada tepat di balik meja besar, kursi putar. Dari semuanya itu hal yang paling menarik perhatian mereka adalah sebuah peta besar di gantung di belakang meja, seakan – akan kursi itu sedang menatap peta besar itu. Peta benua yang tidak pernah keempat anak itu lihat.

    “Wow ini luar biasa !” Kata Jamond terkesima

    “Benar kan, ini harta karun. Kak Verg tidak berbohong,” Kata herbert sedikit lega

    Meriel dan Yunus juga terpesona oleh peta besar itu. Herbert mengambil inisiatif berjalan ke arah peta untuk mengklaim harta yang baru saja mereka temui. Saat ia melewati meja besar, dan melihat ke arah kursi ,

    “AAAAAHHHH!!”

    Teriaknya sambil melompat ke belakang

    “Ada apa Herb?”

    “Teng…teng…teng….,” Herbert tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, ia hanya isa menunjuk ke arah kursi.

    Jamond, Meriel, dan Yunus mendekat ke arah Herbert dan melihat ke arah yang di tunjuk Herbert,

    “TENGKORAK !!” Teriak Herbert, Jamond, dan Meriel bersamaan.

    Jamond, dan meriel menyusul Herbert yang terduduk lemas, hanya Yunus yang tetap tenang melihat ke arah tengkotak itu. Ia berpikir sejenak, kemudian mendekat ke arah tengkorak itu.

    “Ini hanya model plastik tulang,” Katanya tenang.

    “Model ?” Tanya Herbert.

    “Plastik ?” Tanya Meriel.

    “Tulang !!” teriak Jamond.

    “Alat peraga, biasanya untuk bahan pelajaran di sekolah. Hmmm tapi di sekolah kota ini aku tidak melihat alat peraga tulang ini,” Katanya lagi

    Herbert, Jamond, dan Meriel berpandangan. Yunus memang agak lambat dalam bertindak, tapi secara pengalaman ia jauh sudah bersekolah di beberapa tempat sebelum tiba di kota mereka sekarang. Mereka akhirnya sadar, kalau ini adalah salah satu “harta karun” , lelucon yang kerjakan oleh Kak Verg saat dulu dia menjelajah rumah ini.

    Ketiganya tertawa, tinggal yunus kebingungan,

    “Apa aku ketinggalan lelucon?” tanyanya polos

    Herbert mendorong kuris itu ke pojok, walaupun itu hanya model plastik, dia tetap tidak mau dekat – dekat dengan yang namanya tengkorak. Ia berdiri di atas meja besar menghadap ke peta besar.
    Aruna – Vesna

    Tulisan itu walaupun sudah tua tapi masih terbaca jelas. Itu adalah nama benua dunia mereka.

    “Terus dimana letak kota kita? “ Tanya Meriel

    “Di situ,” tunjuk Jamond yang melihat sebuah lingkaran kecil di pojok peta, sebuah pulau berbentuk palang daan tulisan cetak miring yang dibaca P.Shirae dan di tengah pulau itu ada tulisan kecil lagi L.Galena, nama kota mereka.

    “Dibandingkan dunia ini, kita terlihat sangat kecil sudah begitu di pojok lagi,” Keluh Meriel

    “Tapi Meriel itu artinya masih banyak tempat untuk petualangan kita,” Balas Herbert puas

    “Ya ya, tapi umur kita sekarang masih 8 tahun. Butuh 10 tahun lagi baru bisa mendapatkan ijin resmi masuk ke negara lain, “ Kata Meriel memberi kritikan

    “Tidak masalah, untuk sementara kita berpetualang di pulau ini dahulu, “ Senyum besar tersungging di wajah Herbert.

    Meriel menghela napas.

    “Untuk itu, kita perlu sebuah markas, dan kuputuskan rumah ini akan menjadi markas pertamaku, Dan siapa yang mau mengikuti aku? “ Tanya Herbert semangat

    Yunus langsung mengangkat tangannya, Jamond melirik ke arah Meriel, dan ia ikut mengangkat tangannya setelah melihat Meriel melakukannya juga. Setelah itu herbert, langsung melepas Peta besar itu dari gantungannya.

    “Ini adalah harta pertama kita, tidak boleh kita tinggalkan tanpa pengawasan. Sebagai ketua aku akan menyimpannya,” Kata Herbert

    Tidak ada yang protes, Herbertmelipat peta besar. Kemudian dia kembali berdiri kembali di atas meja besar

    “Dengan ini kunyatakan, petualangan pertama kita resmi berakhir, dan hasilnya sangat sukses !!”

    ***
    Keesokan harinya, Herbert berlari menuju ke bukit, ia tidak sabar menuju markas pertamanya. Di sana sudah menunggu Meriel, dan Jamond. Sementara itu Yunus seperti biasa ikut di belakang Herbert.

    Pemandangan yang ia dapatkan diluar dugaannya. Sekumpulan orang dewasa membawa peralatan penghancur mengelilingi markasnya, berkata kalau rumah itu akan di rubuhkan karena sudah tua. Dewan kota memberi tugas penghancuran itu kepada mereka.

    Herbert dan teman – temannya disuruh menjauh, tapi Herbert tidak terima, ia protes kepada mereka. Protes anak usia 8 tahun hanya terdengar seperti dengung anak nakal di telinga petugas itu. Setelah beberapa lama berjuang dengan protesnya dibantu Meriel, Jamond bahkan Yunus yang pendiam akhirnya mereka sadar kalau tidak ada yang mereka bisa lakukan selain melihat markas pertama mereka dirubuhkan.

    Meriel Menepuk pundak Herbert, berusaha menenangkannya,

    “Jangan bersedih, itu hanya…”

    “Siapa yang bersedih? Sekarang aku sangat bersemangat, ini artinya petualangan kedua kita harus segera dilakukan. Petualangan kita untuk mencari markas kedua kita !!”

    Ini karya yang kuikutkan dalam event sebelah dengan tema "perjalanan"

    sekedar alibi : awalnya tema yang mereka taruh bukan perjalanan sih, tapi katanya sebuah cerita yang bisa dinikmati selama dalam suatu perjalanan sehingga menikmati perjalanan itu sendiri.

    hal yang gw di kritik(menurut gw setelah membaca penilaian jurinya)

    1. Salah tema : masuk akal, karena cerita ini lebih ke petualangan :lalala:

    2. Fantasy e kurang terasa padahal fantasy , ganti saja dengan pulau di indonesia sama juga hasilnya : ok ini juga masuk akal pendapat si juri, tidak ada sesuatu yang fantasy selain nama kota yang imajinatif :hehe: tapiiii alibi gw sendiri : cerita ini sengaja gw setting dunia fantasi karena ke empat tokoh dalam cerita ini nantinya.. yap nantinya bakal berperan besar dalam cerita utama Teppo'gift shop. Dunia fantasi dengan benua utama Aruna - Vesna

    errr ga besar - besar amat si perannyam tapi

    Kenapa aku menulis cerita anak - anak? dan sifat anak2nya terasa ga anak-anak "polos" banget? karena aku ingin menunjukan, kalau anak - anak pun sebenarnya tidak sepolos itu :haha:, ingat sinchan, dan sumber inspirasi cerita ini gw ingin membuat sebuah kisah anak - anak(rencananya sih gw mau membuat beberapa cerita lagi dari little galena)) "little spirou" dan "Cedric" komik eropa. disana aku melihat anak - anak juga bisa dibuat kepolosan anak - anak tapi ceritanya tidak untuk anak - anak ... 13+ bahkan little spirou yang bandel itu rating umurnya 15+ :mesum:

    jadi ya, ini cerita maunya kubuat anak - anak di dunia fantasi, tapi toh cerita dunia fantasi tidak perlu terlalu fantasi semua ya pengen mencoba seperti itu maksudku. Membuat sebuah cerita slice of life anak - anak di dunia fantasi tapi dengan tipikal cerita yang "tidak terlalu fantasi"

    3. Tidak unik > yaaaa diliat garis besarnya ceritaku jelas tidak unik, cerita sangat simpel dan bahkan telah ditulis buanyak versi, plot dasarnya adalah, petualangan anak - anak di rumah tua. Sangat umum. Jadi saya maklum. Walaupun saya mencoba membuat sesuatu yang unik menyisipkan beberapa hal unik sedikit saja.... di peta doank :haha:. tapi kekna tidak cukup untuk membuat para juri terpesona

    4. karakter > ok saya masih mendapat nilai baik disini dan saya puas akan hal ini

    5. pembawaan cerita dan jalan cerita : nilai standard, dann gw penasaran sekarang yang dapat nilaii tinggi banget dari para juri itu seperti apa ya? dan gw jadi sadar, ternyata kemampuan gw kok lom meningkat2 juga ya masih saja tidak bisa membuat cerita plot jalan cerita, dan pembawaan cerita(penulisan) yang istimewa seperti sepuh disini maupun disana


    Ajarin dunk carai nulis yang baik
     
  18. venysilvia M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 28, 2012
    Messages:
    268
    Trophy Points:
    77
    Ratings:
    +333 / -0
    keren, numpang mampir obrak-abrik tempat orang lain :ngacir:

    1. omong2 temanya apa? terus ini cerpen di juriin ke siapa ya? kalo temanya fantasy emang sih.. gak ada fantasynya. tetapi bagus kok petualangannya, :bloon:

    2. ini cerpen jelas bukan fantasy, karena ceritanya terbatas, tapi kalo dijadikan novel jelas fantasy. udah terbayang nih petualangannya di dunia itu, entah mau di lanjutin jadi novel atau kaga.
    dan jurinya idup di dunia mana yah? secara anak-anak sekarang emang sudah kek gitu kok. malah ane dapat kasus pelecehan seksual dari anak sd.
    mungkin maksudnya harus add char polos anak-anak banget. soalnya anak orang kaya biasanya kek gitu, polos dan belum pernah di hajar pengalaman dunia. karena tidak semua juga anak-anak zaman sekarang tidak polos.
    btw ane kurang mengerti fantasi yang tidak terlalu fantasi itu gimana :ngacir:

    3 tidak unik sih benar, tetapi kalau dipake sebagai salam pembuka, bahwa peta yang ditemukannya adalah peta blue screen senjata pluto yang dapat menghancurkan dunia, jelas unik :hehe: menurut ane wajar kok soalnya ceritanya ane yakin belum selese tuh sampai disana.

    4. yup mantap.

    5. cerita yang kek ane bikin :boong:
    canda aja kok. mungkin yang penuh dengan pengkhianatan kek game of throne kali yah, kan rating imdbnya tinggi tuh :facepalm: malah gak jadi cerita buat anak-anak dong :swt:
    menurut ane pembawaan ceritanya uda bagus kok. dibandingkan karya orang-orang lain yah :top: tetapi dari segi plot memang kurang waw kalau ceritanya cuman berhenti disitu saja.

    :lalala:
     
    Last edited: Jul 31, 2013
  19. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    hmm...cerita petualangan semacam Tom Sawyer. pencarian harta dsb.

    sebenernya lumayan menarik sih ceritanya. cuman yang beneran disayangin itu pembawaannya yang ngebosenin secara keseluruhan. gw paling baru 'bangun' pas ngeliat si Meriel nya di 'ehem-ehem' :mesum: dan mulai pas mereka udah ketemu tengkorak. deskripsinya juga kayak'e gak terlalu enak sih buat gw, meski sebenernya bisa dibilang udah lumayan. overall gw suka ceritanya, ditutup dengan ending yang manis. :hmm:

    kalo misalnya pembawaan dari awal2 udah bisa dibikin menarik, gw yakin ini cerita bisa masuk 8 besar :top:
     
  20. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    temanya itu yang gw nangkap

    awalnya tema yang mereka taruh bukan perjalanan sih, tapi katanya sebuah cerita yang bisa dinikmati selama dalam suatu perjalanan sehingga menikmati perjalanan itu sendiri.
    tapi akhirnya ditekankan kalau temanya adlah perjalanan, atau cerita yang bisa membuat kita dapat kesan perjalanan (baru gw baca lagi pas udah pengumuman tentang temanya :haha:)

    ini cerita sama sekali ga fantasy, bener, lebih ke slice of life anak2 :peace: tapi setting e gw taruh di dunia fantasi (dunia bukan real, dunia buatan dan dunia buatan itu dengan budaya imajiner (lom disebut dan cerita), teknologi fantasi(lom diceritakan juga),dll yang fantasi. )

    3. :lol: ga sampe seperti itu petanya :oghoho:, peta itu... ntar spoiler cerita utamanya... gampangnya hanya sebuah item memori "ga lebih" :tampan:

    benere lilttle galena (yang bakal jadi judul besarnya kalau nantinya kubuat cerita lanjutan) akan kubuat tipe cerpen model donal bebek, atau lupus, atau little spirou. Dimana setiap cerpen mengisahakn kehidupan mereka, yang biasa , tapi dibuat menarik. Membuat plot biasa menjadi menarik luar biasa... caranya gimana ya :aghh:



    5. masih perlu belajar :sedih:


    hooo i see, pembawaan yang membosankan ya :iii:

    terlalu polos step by step :???: cerita perkenalan, cerita rumah, yang kesannya informatif begitu :???: hmmm

    eee to itu tengkorak kan udah bagian akhir :haha: jadi menarike pas diakhir doank donk :sedih:
     
  21. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    yang rada bikin bosen lebih pada penceritaan yang rada datar dan deskripsi yang rada kurang sreg sih, bukan masalah di plot yang rada standar :iii: gw sih gpp ama plot yang standar asal pembawaan menarik aja

    well, 'kan udah gw bilang juga ada bagian menarik saat si Mariel nya di 'ehem-ehem' :mesum:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.