1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic GIANDE's Stories Collection ~ [Cerpen][OneShot]

Discussion in 'Fiction' started by Giande, Mar 28, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    G isa gambar :madesu:

    cari pic juga males :lalala:

    Animon : emang sih masih standard .... sekarang lagi usaha improve :peace: semoga semakin bagus

    Rival : :haha:

    Chocolate : hmmm mungkin karena setting west yang paling tenar itu trigun jadi semua kepikiran trigun.... padahal itu dbuat karena aku denger insert song Chocolate eh panty and stocking :lol:

    Sang Peniup : :haha: cowok gendut sih image e senyum.... tragis... yaaaaa niru2 grims jaman dulu kali :lalala:

    Bodoh and Culas : maklum konsepnya memang untuk anak - anak ( genre dongeng anak-anak)

    Im Evil : dibuat saat lagi otak ngehang :cerutu:

    gw juga nubie soal nulis..... biar udah lama mulai nulis tetep kemampuan nubie :sedih:
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    banyak juga... baru baca yang Rival ma Bodoh, dkk...

    ceritanya bagus:top:

    walaupun alurnya udah ketebak sih:iii:tapi namanya juga cerpen, bukan novel panjang misteri penuh twist..:hihi:

    trus.. saran aja,

    kalau habis tanda kutip dua nggak usah dikasih spasi..:iii:
     
  4. giantskunk Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 11, 2010
    Messages:
    20
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +12 / -0
    aduuh, mau cari cerita yg lucu tp gaa ada label ny, harus scaning satu2 neeh

    he he, tp overall bagus2 smua
     
  5. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Aedi

    genre : fantasy

    Matanya terbuka, dia tersadar dari tidurnya. Matanya mencari tahu dimana dirinya berada, pemandangan yang ia dapatkan adalah sebuah ruangan yang luar biasa besar, dengan perabotan yang sedikit.Dia hanya bisa melihat ruangan kosong dengan sebuah lemari besar di pojok, dan tentunya kasur tempat ia berbaring. Langit – langit yang tinggi, tergantung lampu hias yang terisi dari belasan lilin di setiap rangkanya menerangi kamar itu.

    Dimana aku? Dia bergumam dalam hatinya, ingatannya seakan berkabut..

    Didalam kamarmu terdengar suara lain, yang tidak lain adalah suaranya juga.

    Ia memutuskan untuk bangun dan melihat – lihat sekitar kamar itu. Ia berjalan mendekati satu – satunya lemari yang berada dalam kamar itu. Saat itu juga terdengar suara ketokan dari balik pintu kamarnya.

    “Permisi !” Suara wanita terdengar, tanpa ada persetujuan, pemilik suara itu langsung masuk.

    “Yang mulia, anda sudah bangun? “ Wanita itu bertanya walaupun ia sudah melihat satu – satunya orang dalam kamar itu selain dia telah berdiri di hadapannya.

    Siapa?
    Telli


    Lagi – lagi pertanyaan dalam kepalanya dijawab oleh dirinya sendiri.

    “Eh tunggu dulu.. aku? Yang mulia? “

    Wanita itu tidak bereaksi banyak, hanya memainkan kacamatanya yang besar lensanya sekitar 3 – 4 kali besar matanya. Selain kacamata yang besar, ia juga menggunakan setelan gaun yang tampak kebesaran, sangat tidak cocok. Ia terlihat konyol.

    “Telli?”

    “Ya? “ Jawab Telli

    “Makan sudah tersedia yang mulia.” Telli langsung membalik tubuhnya untuk menuntun

    Siapa aku? Yang mulia? Aghhh siapa namaku?
    Aedi….atau biasa dipanggil raja Ed…saat ini.

    Kembali Ed mengalami hal yang sama, pertanyaan yang dijawab oleh dirinya sendiri secara tidak sadar. Ed memutuskan mengikuti Telli. Baru saja ia berjalan beberapa langkah, Telli jatuh tanpa ada sebab, kelihatannya dia salah langkah, ceroboh.

    “Kamu tidak apa – apa?”
    “Tentu aku ada apa – apa, tapi tidak masalah. Ini hal biasa saat ini.”Jawab telli langsung bangkit berdiri lagi.

    Ed berjalan melewati lorong cukup panjang, tidak ada hiasan apapun di lorong, hanya barisan tembok yang putih bersih. Setelah melewat sebuah sebuah tikungan mereka tiba di sebuah ruangan yang ukurannya lebih besar dari kamar. Sebuah meja dan sebuah kursi terletak di tengah ruangan itu. Sama seperti ruangan lain, ruangan ini jug aterlihat polos, tidak ada barang lain selain meja dan kursi.

    Tampak wanita lain berdiri di tepi meja. Wanita itu gemuk, dan menggunakan baju warna putih, dan topi khas koki.

    Siapa dia?
    Tacre


    “Selamat pagi yang mulia, makan sudah siap.” Kata Tacre,” Ah terima kasih penasehat Telli.Aku merepotkan kamu seperti biasa,”

    Telli tidak menjawab, dia hanya pamit untuk kembali ke tugasnya, tapi sebelum keluar dari ruangan ia kembali terjatuh.

    Makanan yang disajikan tampak lezat, tapi saat Ed mulai mengunyah ia langsung menyadari kalau makanan itu tidak seenak yang tampak dipermukaan. Dagingnya terasa hambar, sayurannya masih mentah, ditambah lagi sup yang luar biasa pahitnya.Ed tidak protes, karena ia merasa itu tidak berguna. Ia berusaha menghabisi makanan yang disajikan dengan susah payah. Setelah semua selesai tacre langsung meninggalkannya sendiri.

    Apa yang harus aku lakukan sekarang?


    Kali ini tidak ada jawaban dari dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk berjalan – jalan mencari tahu dimana sebenarnya dia berada. Ia telusuri lorong demi lorong. Tidak ada ruangan yang benar – benar menarik perhatiannya. Semua tampak polos dan minimalis. Ia menemukan ruang yang hanay berisi sebuah karpet warna merah dan sebuah kursi besar di ujungnya, kemudian di ruang lain ia mendapati kumpulan lemari tanpa ada isi.

    Ini seperti kastil tapi tidak ada isinya gumamnya

    Ia terus berjalan menelusuri lorong yang putih, menuju ke halaman. Tidak beda jauh, halaman itu tampak polos, tidak ada hiasan hanya lapisan batu hanya menutupi. Seorang wanita berdiri di tengah halaman itu mengangkat sebuah pedang kecil,, ah bukan pedang tapi sebua pisau. Wanita itu tampak lemah, tubuhnya kurus.

    Tiva

    Belum sempat Ed bertanya pada dirinya sendiri, jawaban sudah muncul di kepalanya.

    “Jendral Tiva melapor yang mulia!”
    “Apa yang sedang kamu lakukan?”Tanya Ed
    “Melihat pisau!”
    “Hanya itu?”
    “Hanya itu” Jawab Tiva berdiri tegak, walaupun terlihat agak malas.

    Ed tidak meneruskan pertanyaannya, dia merasa ini sudah biasa dan harus seperti ini. Ia kembali berjalan tanpa tujuan, dan kakinya mengantar dia pada sebuah ruang lain. Ruang yang hanya berisi meja kerja, Telli tampak duduk di atas meja itu.

    “Apa yang sedang kamu lakukan?”
    “tidak ada.”

    Ed diam, tidak melanjutkan pertanyaannya. Seakan dirinya sudah tahu kalau memang seperti ini keadaannya. Ed berjalan lagi, membiarkan kakinya membawanya ke ruangan lain. Kakinya membawa dirinya ke puncak menara. Sebuah ruangan kecil tidak ada isi, hanya sebuah jendela. Dari situ Ed hanya melihat jauhnya cakrawala. Dia merasa tenang, waktu berlalu tanpa ia sadari. Apa yang dia lakukan itu seakan hanyat itu tugasnya.

    Saat siang tiba, ia berjalan kembali ke ruang makan, setelah itu ia kembali ke puncak menara dan melihat cakrawala. Malam tiba , ia kembali ke ruang makan dan menyantap makanan yang tidak lezat lagi, dan kemudian kembali ke kamarnya untuk tidur.

    Hari berganti, tapi Ed masih melakukan kerjaan yang sama, demikian juga dengan ketiga orang yang dia temui. Telli yang hanya duduk di meja, Tacre yang menyajikan makanan tidak enak, Dan Tiva yang hanya melihat pisau di halaman. Dia merasa ada yang salah, banyak yang salah tapi apa itu? Ed belum bisa mendapat jawabannya. Dia adalah raja di kastil ini, ataukah dia terperangkap dalam kastil ini? Apa yang sebenarnya terjadi?

    Setiap hari ed menghabisi waktunya melihat cakrawala, mencari tahu apa yang salah, tidak … banyak yang salah tapi yang mana inti permasalahannya?

    Apa yang salah? Kenapa aku ada disini? Kenapa ?
    Kamu Aedi, kamu harus mendapatkan sendiri jawabannya


    Ed hanya mendapat pertanyaan sebagai sebagai jawaban.

    Kenapa ada suaraku yang menjawab?Apa aku bukan aku yang sekarang?


    Tidak ada jawaban, tapi Ed merasa ia mulai mendapat jawaban.

    Hari tersu berganti, Ed masih terkurung dalam “aku bukan aku yang sekarang”. Dia merasa masih ada yang kurang. Kastil yang besar, tidak ada hiasan, semua ruangan berbentuk pesergi yang sederhana. Tidak ada ukiran, tidak ada benda – benda berharga.

    Di suatu hari, ed mulai merasa tidak nyaman lagi. Ia ingin keluar dari kastil ini. Tapi kakinya tidak bisa membawanya keluar.

    Aku ingin keluar aku ingin keluar aku ingin keluar aku ingin keluar


    “Tidak bisa yang mulia” Itu suara milik Telli
    “Kamu masih belum mendapatkan jawabannya.” Tambah Tacre
    “Jawaban itu ada dalam dirimu” Kali ini suara milik Tiva yang berkata

    Tapi sosok mereka tidak terlihat, hanya terlihat bayangan putih seperti kabut asap. Walaupun demikian Ed melihat kalau ketiga sosok bayangan itu mempunyai penampilan yang berbeda. Tidak ada bayangan yang kurus seperti Tiva, gemuk seperti Tacre, ataupun bayangan dengan siluet kacamata besar.

    “Ka..kalian?” Ed masih tergagap.

    Mereka orang yang sama dengan yang kamu kira


    Kembali Ed mendapatkan jawaban melalui dirinya sendiri.

    Saat itu juga bayangan itu menghilang berubah menjadi kabut tipis. Ed masih terdiam di puncak menara yang kosong, jendela yang masih menampakan cakrawala. Perlahan dia mulai mendapatkan jawabannya. Jawaban itu ada pada dirinya

    Aku punya jawaban dan jalan keluarnya


    Ed yakin dengan hal itu.

    Yang perlu kulakukan sekarang adalah menggalinya dalam diriku


    Ed berusaha tidak tenggelam dalam kebengongan seperti hari – hari yang dia lalui. Ia berusaha berpikir, dan berpikir.

    Penasehat yang tampak konyol, koki yang masakan tidak enak, Seorang prajurit atau mungkin jendral yang malas berlatih. Kalau aku bukanlah aku yang sekarang, pasti mereka juga bukanlah mereka yang sekarang.

    Hari kembali berlalu

    Ed kembali terbangun melakukan rutinitasnya. Kembali ia mendapatkan kalau makanan si koki tidak enak, dan yang terparah makanan yang disajikan hanya itu – itu saja.

    “Kenapa kamu tidak memasak jenis lain? Harusnya koki mempunyai banyak kreasi masakan.” Protes Ed. Akhirnya ia mengatakan uneg – unegnya. Selama ini dia hanya bisa menerima dan mengurungkan niat untuk protes.

    Tecra tersenyum

    “Hampir.” Katanya sambil berlalu, ia tidak mengatakan apa – apa lagi.

    Ed berpikir dia semakin dekat dengan jawaban yang dia cari.

    Secara refleks kakinya kembali membawanya ke halaman menemui Tiva. Wanita kurus itu masih tetap melihat pisau yang dia punya tanpa berbuat apapun. Biasanya Ed membiarkannya, tapi tidak kali ini.

    “Kenapa kamu hanya melihat? Harusnya kamu melakukan sesuatu untuk dengan pisau itu. Carilah sesuatu alasan untuk menggunakan pisau itu.” Kata Ed protes.

    Tiva tersenyum sama seperti Tacre

    “Hampir.”

    Jawaban yang sama. Tiva meletakan pisaunya, dan berjalan menjauh, tidak seperti biasanya.

    Ed merasa ini sudah cukup untuk sementara, dan kakinya kini membawanya ke ruang penasehatnya. Dan kembali dia melihat penasehatnya duduk diatas meja. Penampilan yang konyol itu membuat pensehat seperti orang bodoh.

    “Sebagai penasehat harusnya memperlihatkan kemampuanmu, jangan hanya diam seperti itu.” Lagi – lagi Ed melakukan protes, suatu perubahan yang besar.

    Telli masih diam bengong di atas meja.

    “ Jangan diam seperti orang bodoh. Buktikan kamu itu adalah seorang penasehat.” Kata Ed tiba – tiba. Entah darimana dia mendapatkan kalimat seperti itu. Padahal dia sama sekali tidak berpikiran demikian, dia hanya merasa kalau harusnya seperti itu yang terjadi. Ia merasa dirinya yang dulu sebelum dia sadar beberapa waktu yang lalu akan melakukan hal seperti ini.

    Telli tersenyum.

    “Hampir. Kita ada untuk yang mulia, sama seperti yang mulia membutuhkan kita.”

    Telli kemudian turun dari atas meja dan untuk pertama kalinya ia duduk di kursi, dan mengeluarkan sebuah cacatan kecil. Ed merasa sudah cukup. Ia melangkahkan kakinya menuju menara. Dan kembali ia melihat cakrawala yang luas.

    Aku merasa hari ini jauh lebih bersemangat, aku merasa semakin dekat. Aku rasa jawabannya sudah mulai terlihat.


    Ed merasa jika ia menemukan jawabannya ia dapat menemukan jalan keluar dari kastil yang monoton seperti ini.

    “Siapa nama sejati mereka!” Suara ini, suara yang tidak pernah Ed dengar, suara yang berat dan berwibawa.

    Ed membalik badannya, tampak sosok besar seperti kabut tapi mempunyai warna – warni yang indah. Ia membawa tombak besar. Ah tidak kalau dilihat lebih jelas.

    “Itu kunci?”

    Tombak itu berbentuk seperti kunci.

    Sion

    Tubuhku memberitahu nama sosok itu. Dan dalam pikiranku dia juga penghini kastil ini, hanya tidak pernah kutemui. Ed merasa sosok didepannya ini adalah penentu jawabannya.

    “Apa kamu tahu nama sejati mereka?”
    “Maksudmu Telli, Tacre, dan Tiva bukanlah nama sejati mereka?”

    Sion hanya diam tidak menjawab, membiarkan Ed berpikir sendiri. Saat yang bersamaan muncul lagi ketiga bayangan yang kemarin dia lihat.

    “Hampir hampir hampir” Ketiganya mengeluarkan kata – kata yang sama.

    Ed berpikir dan berpikir, perlahan tapi pasti ingatannya yang tertutup terbuka. Ia mengingat semua kejadian yang dia alami. Semua kata – kata yang dia ucapkan semua yang membuat ketiganya mengatakan hampir, semua tindakan mereka. Nama sejati mereka tersimpan dibalik semuanya itu.

    “katakan katakan katakan!”

    “InTELLIgent, CREATivity, moTIVAtion !! “ Seru Ed

    Sinar terang terpancar dari ketiga bayangan itu. Bayangan itu terbentuk terlihat sosoknya lebih jelas. 3 wanita yang sama tapi berbeda. Wanita yang sama tapi tidak terlihat bodoh ataupun konyol, melainkan terlihat sangat pandai, matanya bulat besar tanpa kacamata memperlihatkan pandangan lurus yang penuh kepintaran. Wanita yang sama tapi tidak gendut sama sekali, rambutnya dikuncir kuda, terlihat banyak sekali alat masak yang di sandang di belakangnya seperti akan adanya kreatifitas tanpa batas. Wanita yang sama tapi tidak telrhat kurus, sangat tegap berotot, tidak ada aura malas dalam dirinya melainkan terpancar aura keinginan yang kuat untuk mengalahkan semua yang menghadang.

    “Dan kamu sang penjaga gerbang…sion atau kupanggil saja deciSION.”

    Sion tersenyum, tubuhnya pun berubah menampilkan sosok sejatinya. Tubuh pria yang besar dengan pakaian perang lengkap dan sebuah kunci besar menjadi tombaknya.

    “Kamu sudah sadar siapa kamu yang mulia Aedi?” Tanya Telli
    “Sebutkan sebutkan nama sejatimu “ Tambah Tacre penuh semangat
    “Atau perlu dorongan pisaku ini?” Tiva memberi saran

    Aedi atau Ed tersenyum kecil. Ia sudah kembali mendapatkan dirinya sendiri. Ia sudah mengetahui kembali kenapa dia berada di dalam kastil ini. Bukan karena dikurung, bukan karena terpaksa, tapi

    “Akulah IDEA , dan inilah kastil imajinasiku.” Seru idea penuh dengan semangat.

    Ini adalah kastil imajinasi idea, kastil ini adalah dia. Kastil ini akan selalu ada selama idea ada, dan idea tidak akan bisa meninggalkan kastil ini.

    Seluruh kastil berubah, kastil yang tampak monoton tidak terisi apa – apa mengeluarkan cahaya terang. Seluruh bagian yang dulunya berwarna putih polos diganti warna – warni cerah, hiasan – hiasan dinding menghiasi seluruh ruangan. Rak yang kosong terisi buku – buku imajinasi tertinggi. Lemari – lemari bertambah dan terisi bermacam – macam pakaian. Ruangan dapur yang penuh dengan berbagai bahan masakan. Lapisan batu dinding kastil pun ikut berubah, membentuk berbagai ukiran indah sesuai dengan imajinasi sang raja.

    Idea sadar dari semua kabut dalam pikirannya, setelah lama tidak menghasilkan perlahan ia melupakan dirinya. Kini dia merasa jauh lebih segar karena ia sudah beristirahat cukup waktu, dan sekarang saatnya ia kembali pada menjadi dirinya yang sejati.

    “Saatnya kita bekerja lagi, Telli berikan kepintaranmu untuku berpikir, Tiva berikan aku motivasi untuk bekerja, dan Tacre berikan aku kreatifitas dalam semuanya. Mari kita lahirkan seluruh buah ide yang akan kita sebarkan pada semua orang.”
    “Dan Sion siapkan kuncimu buka gerbang pengiriman, akan ada ribuan ide yang akan kita salurkan hari ini, langsung dari kastil imajinasi ini.”

    “Keinginanmu adalah perintah bagi kami yang mulia IDEA.”
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Mar 11, 2012
  6. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Pelabuhan Kingswell, nadi utama ekonomi kota Jan Kalis. Sama seperti pelabuhan lainnya, aktifitas pelabuhan ini sangat ramai. Berbagai kapal bersandar dan melakukan kegiatannya. Ekspor, impor, imigrasi, emigrasi, baik legal maupun ilegal, semuanya dapat kamu temui disini. Aktifitas pelabuhan bergerak dengan cepat, banyak orang menggantungkan hidupnya di sini, termasuk aku.

    Namaku? Panggil saja aku Big Guy. Semua orang di sekitar pelabuhan memanggilku demikian. Sesuai dengan panggilan itu, tubuhku memang tinggi besar. Tinggi kurang lebih 2.3 meter dan otot kekar menghiasi tubuhku membuatku tampak lebih garang.

    Hari ini, seperti biasa setelah melakukan pekerjaanku sebagai buruh angkut di pelabuhan, aku nongkrong di sekitar pasar. Aku menemukan lokasi ini sudah lama, Sebuah pojokan gudang milik salah seorang pengusaha ekspor/impor. Suasananya enak, hembusan angin laut terasa dibalik sela – sela bangungan, dan yang terpenting tidak ada yang mengusikku saat bersantai di tempat ini.

    “hari berbeda, rutinitas yang sama.” Gumamku pelan

    Saat aku merasa agak ngantuk karena hembusan angin laut, tiba – tiba sebuah benda jatuh di kepalaku.

    “Apel?” Aku bertanya pada diriku sendiri. Aku memperhatikan sekelilingku. Ya aku masih berada di tempat yang sama dikelilingi gudang barang. Sayup – sayup aku mendengar suara teriakan. Tidak berasal dari arah pasar, tapi dari atas gudang.

    “Awass !!”

    Seorang gadis jatuh menimpaku. Untung aku cukup tangkas, aku secara reflek menyambutnya. Kurasa ini bukan rutinitas yang sama seperti biasa.

    “Eh…terima kasih, bisakah kamu menurunkanku?” Tanya gadis itu. Aku tidak sadar melamun apa yang barusan terjadi.

    “Maaf”

    Gadis itu tingginya sedikit di bawah dadaku, mungkin 1.4 atau 1.5 meter. Ia mengenakan gaun berwarna hitam, motif renda warna putih terlihat di sekitar leher, lengan panjang menutupi lengannya. Tangannya dilindungi oleh sarung tangan berwarna gelap. Sarung tangan itu hanya menutupi telapak tangannya tidak jarinya, aku bisa melihat jari - jarinya secara jelas dan sebuah cincin berwarna keemasan melingkar di masing - masing jari tengah, kurasa itu bagian dari sarung tangan yang ia kenakan. Sabuk putih melingkar di pinggangnya, dan aku bisa melihat celana ketat keluar dibalik gaunnya menutupi kakinya sampai area lutut kering. Kulihat wajahnya tampak polos, seperti masih belasan tahun mungkin belum 17 tahun, terlihat 2 buah pita yang mengikat di rambutnya.

    “Si..”

    Tidak sempat aku bertanya, suara keras terdengar dari atas, ya atas gudang.

    “Berhenti ! Jangan lari”

    Tampak seseorang dibalik atap. Dari seragam yang dikenakannya aku bisa tahu kalau dia seorang polisi, dan wajah yang kukenal. Polisi yang biasa patroli di sekitar pelabuhan dan pasar ini.

    “Eh… Big Guy. “ Dia sedikit gugup. Panggilan Big Guy bukan sekedar hiasan semata, aku punya reputasi di daerah ini. Aku disegani, baik pihak polisi, pedagang, maupun pelaku kejahatan.

    “Halo pak polisi! Ada masalah?” Aku memperlihatkan tatapan menusuk, itu cukup sukses.

    “Tidak… tidak ada. Aku tidak tahu kalau dia kenalanmu Big Guy. “ Polisi itu terdiam sejenak, menelan ludah beberapa kali, kemudian ia memutuskan
    “Baiklah pencurian apel itu kali ini aku anggap tidak ada. Terima kasihlah pada Big Guy gadis kecil.”

    Polisi itu langsung berbalik dan menghilang dari pandanganku. Aku hanya tersenyum kecil, dia bahkan tidak berani menanyakan apakah aku mengenal gadis ini atau tidak. Ya itu tidak masalah buatku. Lagian hanya sebuah apel, bukan kejahatan besar. Aku mencari dimana apel itu jatuh, Kutemukan tepat di kakiku.

    “Ini gadis kecil.” Aku menyerahkan apel itu kembali padanya
    “Tolong bantu aku mencari apel eden!” Katanya lantang
    “Eh apa?”
    “Tolong bantu aku mencari apel eden.” Katanya lagi, dia serius. Aku bisa melihat dari bulatan hijau matanya.
    “Apel eden? Kamu?” Saat sedang bingung aku punya kebiasaan buruk, yaitu makan. Aku langsung makan apel yang kupegang.

    Apel eden? Itu sebutan lain dari obat terlarang, ganja. Gadis ini menyuruhku mencari ganja untuknya?


    ***
     
    Last edited: Sep 10, 2012
  7. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Twist yang menarik, pairing na juga unik nih. Ditunggu kelanjutan na :hehe:
     
  8. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    :malu:

    mungkin endinge isa ditebak sih....tapi mencoba buat sesuatu yang bisa ditebak tapi tetep wow :boong:
     
  9. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Aku tiba di Kingswell sekitar 5 tahun lalu. Sebelumnya? Aku lupa berasal darimana, aku mengalami amnesia. Aku ditemukan mengapung di laut dan beruntung aku di lihat oleh kru kapal yang sedang melintas, sebuah kapal penumpang menolongku. Dalam ingatanku hanya teringat kata “Phing Kuo”, dan menurut kru kapal mungkin itu adalah namaku, orang selatan menurut mereka. Entah kenapa aku tidak terlalu suka mendengar namaku. Tubuhku selalu bereaksi ingin menghajar orang yang memanggilku dengan nama itu, ah mungkin itu bukan sebuah nama tapi sebuah hinaan.

    Aku beruntung karena tubuhku yang besar, sehingga mudah untukku untuk mendapatkan pekerjaan kasar. Tidak butuh lama akhirnya aku dikenal dengan panggilan Big Guy. Aku suka panggilan itu, membuatku terasa kuat. Berbagai pekerjaan pernah aku lakukan, mulai dari tukang pukul, pengumpul kredit, host …ah walaupun aku suka menjadi host tapi kenyataannya banyak wanita yang lebih ketakutan saat melihatku jadi kuputuskan untuk berhenti. Aku sadar aku punya kemampuan bertarung, aku tidak terkalahkan di wilayah pelabuhan, sampai aku mengikuti cage fight dan dikalahkan oleh juara bertahan “kompetisi” ilegal itu.

    Viper, saat ingat namanya saja aku menjadi jengkel. Tidak …tidak aku tidak kalah kemampuan bertarung ataupun tenaga, tapi si brengsek Viper itu adalah seorang Cryers, pengguna crystal , sebuah batu jelek yang mempunyai kemampuan aneh. Sebelum aku bertarung dengan Viper, aku hanya tahu kalau crystal adalah sebuah batu energi untuk teknologi, tapi tidak kusangka batu itu bisa digunakan sebagai senjata. Sialnya tidak semua orang yang bisa menggunakannya, termasuk aku. Dua kali sial karena di cage fight tidak dilarang menggunakan crystal, karena itu membuat pertarungan lebih menarik dan penonton mau membayar mahal melihat seseorang dibajar oleh angin bergerak, ataupun batu yang melayang – layang di udara.

    Setelah kekalahan yang sangat tragis itu, aku akhirnya menjauhkan diri dari dunia pertarungan dan pekerjaan yang menggunakan kekerasan. Akhirnya aku hanya melakukan pekerjaan kasar seperti buruh angkut saat ini. Walaupun demikian, aku tetap adalah orang yang di takutin dan disegani di daerah sini. Semua segan padaku, bahkan polisi. Tapi gadis kecil itu, wajahnya terlihat polos, hidung kecil yang mancung, kulitnya cerah, dan yang paling menarik perhatianku adalah bola matanya yang berwarna hijau muda. Matanya bulat dan besar sungguh indah. Ia memperkenalkan diri sebagai Elva Milo, dan… sedari tadi bersihkeras mengikuti tanpa rasa takut maupun segan. Kini dia sedang duduk di hadapanku, di kamarku. Aku tidak tahu dia ini bodoh atau berani.

    “Apa maumu?”
    “Bantu aku. Aku punya firasat kalau hanya kamu yang dapat membantuku. Tolonglah ini penting. Aku butuh apel eden. Aku sudah bertanya di pasar sampai akhirnya di kejar oleh polisi. Padahal aku hanya bertanya tentang apel eden. Ini aneh.” Elva berkata tanpa henti.

    Gadis ini sangat banyak omong.

    “Oh ya aku belum tahu namamu?”
    “Panggil saja aku Big Guy” balasku malas
    “Hmm, itu hanya julukanmu. Namamu siapa?”
    “Aku tidak punya.”
    “Bohong! Smua pasti punya nama, termasuk kamu. Aku sudah mengenalkan diri padamu, namaku Elva Milo. Ayo sekarang giliranmu mengenalkan dirimu padaku. Aku tahu kamu pasti punya nama.”

    Dia cerewet, seperti burung yang terus berkicau setiap saat.
    “Phing Kuo…”Kataku dengan suara sekecil mungkin, lebih baik aku mengenalkan diriku daripada dia terus ribut.

    “Phing Kuo!?” Elva diam sejenak setelah mengulang namaku

    Beberapa saat kemudian, aku bisa melihat matanya tampak terkejut, tapi juga berbinar seperti anak kecil yang baru saja diberikan permen besar.

    “Salam kenal Phing Kuo” Ia menjulurkan tangannya, dan tersenyum manis.
    “Jangan panggil aku dengan nama itu, Aku tidak suka. Panggil saja aku Big Guy.” Beberapa tahun ini aku sudah bisa mengendalikan diriku saat dipanggil Phing Kuo, tidak seperti awal – awal aku datang di Kingswell, aku bisa menghancurkan beberapa meja saat orang memanggilku begitu pada saat moodku jelek seperti sekarang ini.
    “Kenapa tidak? Phing Kuo itu nama yang bagus. Kamu pasti orang dari selatan. Sudah kuduga, aku bisa melihat matamu yang agak sipit. Phing Kuo , Phing Kuo.”
    “Hentikan!” Aku tidak tahu kenapa dia mengulang – ngulang namaku sampai beberapa kali.
    “Kenapa Phing Kuo?”
    “Hentikan.”
    “Hmm ada apa Phing Kuo? Padahal ini nama yang bagus, kalau aku tidak salah Phing Kuo i…”

    Aku tidak bisa mengontrol tubuhku lagi, aku melancarkan sebuah tinju ke arah Elva. Tinju yang mampu menjebol tembok, kalau sampai kena dia mungkin kepalanya yang kecil bakal hancur. Aku berusaha mengontrol tubuhku, membelokan tinjuku sebisa mungkin tapi …

    BRAKKK!!

    Tembok di belakang Elva hancur berantakan, aku bersyukur ternyata tinjuku mampu kualihkan sedikit ke samping tepat di sebelah telinga Elva. Dia tampak terkejut, dan bola matanya membesar, aku bisa mengerti. Mungkin dia bakal takut setelah apa yang barusan terjadi. Itulah yang seharusnya terjadi sejak awal. Orang – orang harusnya takut atau segan padaku.

    “Maaf” Kataku sambil menarik kembali tunjuku
    “Eh… apa yang barusan terjadi? Telingaku terasa berdengung..”Katanya sedikit linglulng

    Mungkin tinjuku memberi efek walaupun tidak mengenainya. Dia tampak kebingungan tapi wajahnya tetap memasang tampang polos. Aku menghela napas, lega rasanya. Kalimat selanjutnya yang keluar dari mulutku tidak pernah kubayangkan sebelumnya,

    “Baiklah kamu akan aku bantu mencari apel eden, tapi tolong jangan panggil namaku lagi. Panggil aku Big Guy.”

    ***
    “Big guy! Senang kamu mau mampir ke tokoku yang sederhana ini.” Sapa pria memasang senyum komersilnya.

    Pria ini, Cordell Swyn adalah yang kubutuhkan sekarang. Ia membuka toko barang bekas “Swyn – Beli Mahal Jual Murah”. Tentu slogan itu hanya untuk menarik pengunjung masuk ke dalam tokonya. Letaknya strategis di ujung distrik hiburan paling dekat dengan pelabuhan dan pasar.

    Toko miliknya penuh barang bekas, berbagai senjata sampai barang antik dia jual-beli. Sayangnya dia bukan penggemar keteraturan, semua barangnya terletak tidak beraturan. Dalam sebuah rak aku bisa melihat sebuah gaun pesta berwarna coklat dipajang bersebelahan sebuah buku tebal dan panci tua. Sebenarnya toko ini hanya kamuflase, jadi wajar dia tidak memperdulikan keteraturan barang bekas yang ia jual-belikan. Cordell sebenarnya penadah barang terlarang, seperti obat – obat terlarang, bahkan wanita. Ia menyediakan semuanya dengan harga tidak murah tentunya.

    “Apa yang sedang kamu cari Big Guy? Pisau? Pakaian ? atau mungkin perhiasan emas ini? Untuk wanita di belakangmu! “ Cordell menawarkan barang – barangnya dengan penuh semangat.

    “Hentikan itu,aku mencari yang merah.” Merah adalah istilah untuk memulai transaksi ilegal, barang terlarang.

    “Merah? Ah Big guy, katakan saja apa yang kamu inginkan…apakah ce…tentu bukan , betapa bodohnya aku. Ada wanita secantik ini, kamu tentu tidak butuh lagi.” Senyumnya penuh dengan ejekan. Aku tidak meladeninya.

    Di luar dugaan, Elva tidak banyak bicara, ia hanya melihat dengan tatapan polos di belakangku. Aku tidak mengerti apa yang menjadi pikiran wanita, mereka tidak bisa ditebak.

    “Jadi apa?”
    “Apel eden.”

    Cordell menggeleng lemah, tetap dengan senyum komersilnya

    “Big guy, kamu sendiri tahu kalau 3 hari lalu polisi baru saja berhasil membongkar penyelundupan barang itu. Kamu sebagai orang pelabuhan mustahil tidak tahu.”
    “Yeah, aku tahu hal itu. Tapi mungkin kamu punya simpanan.”
    “Kalaupun ada, pasti sudah terjual mahal kemarin – kemarin. Aku tidak suka spekulasi harga, kamu tahu itu, aku penjual yang baik.” Masih dengan senyumnya yang mulai membuatku kesal.

    Aku mencibir ketika mendengar kalimat terakhirnya.

    “Tuan tahu dimana kami bisa mencarinya? Mungkin sebuah informasi mengenai apel eden?” Elva tiba – tiba membuka suara.
    “Hmmm…bukannya tidak ada, tapi mungkin berbeda dengan apel eden biasanya.”
    “Apa maksudmu Cordell?”
    “Hehehe, informasi itu mahal Big Guy…”
    “Oh ya? Berapa harganya?” Aku memainkan kepalanku, menakut – nakuti dia. Dengan reputasiku, itu tidak susah.
    “Eh… gratis…gratis…tentu saja gratis untuk teman sepertimu.” Balas Cordell, kali ini senyumnya berubah kecut.
    “Aku senang mendengarnya. Jadi informasi apa yang kamu punya?”

    Cordell memberi isyarat agar mengikutinya masuk ke kamar belakang. Kami mengikutinya, kurasa dia tidak ingin ada yang mencuri dengar informasi yang dia punya. Ruangan itu kecil, sebuah meja kerja terletak di sudut ruangan, dan sebuah kotak besar lengkap dengan gemboknya terletak di sudut lainnya. Beberapa kursi ditaruh berantakan di dekat meja.

    “Kalian beruntung. Informasi ini masih sangat baru.” Cordell mengambil kursi dan menyilakan kami duduk.
    “Aku mendapat informasi kalau tadi malam, Gervog baru saja membongkar barang miliknya di pelabuhan….”
    “Gervog?” Aku tidak suka mendengar nama itu.”Teruskan..”
    “Katanya dalam salah satu barang itu ada apel eden,…”
    “Gervog dan apel eden? Sejak kapan dia memperluas area bisnisnya?”Aku memotong lagi
    “Sabar Big Guy, biar kuselesaikan dulu ceritanya.”
    “Ah…”
    “Mungkin Gervog mau memperluas usahanya, tapi apel eden ini aneh.” Cordell diam sebentar, tampaknya dia mengira aku akan memotong lagi. Aku hanya mengecap lidah.

    “Apel eden itu di kemas dalam sebuah kotak jati yang indah. Kotak yang biasa digunakan untuk menyimpan perhiasan berharga. Makanya aku tidak yakin, apakah itu benar – benar apel eden? Atau dia hanya menggunakan istilah “apel eden”.”
    “Dimana aku dapat menemui Gervog?Dimana?”Kali ini Elva yang antusias, sepertinya informasi tadi adalah yang dia cari-cari.
    “Info ini….apa bisa dipercaya? Kita berbicara tentang Gervog, darimana kamu mendapatkan info ini Cordell?”
    “Itu rahasia perusahaan big guy.” Ia tertawa kecil “Kamu boleh memilih untuk percaya, atau tidak. Kamu tentu tahu aku tidak mau terlibat masalah denganmu. Hehehe.”

    Aku bisa mengerti, tidak ada untung baginya menipu. Dia tahu hal itu tidak menguntungkannya, hanya akan merusak toko miliknya kalau sampai informasi tadi hanya tipuannya belaka. Sementara Elva terus menarik tanganku, dia ingin segera mencari Gervog.

    “Terima kasih atas infonya Cordell, kurasa urusan kami disini sudah selesai.”Aku beranjak dari ruangan itu
    “Lebih cepat lebih baik. “ Cordell mengantar kami keluar.
    “Ah, big guy, tolong berbaik hatilah padaku. Aku akan beri banyak diskon untukmu, tapi jangan datang di saat aku sedang ramai pembeli.”
    “Pembeli?” Selama aku di dalam, kita hanya bertiga. Aku melihat keluar dan sekeliling toko. Bisa kulihat apa yang di maksud Cordell, beberapa orang menunggu diluar. Aku tergelak sedikit saat melihatnya, yaa… aku masih disegani juga ditakuti di daerah ini.
    “Tenang saja, aku akan ingat itu….semoga”Balasku melambai tangan.
     
  10. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Hmm suspense na jadi makin menarik sih, jadi ingat pas baca Chocolate punya om, ada sedikit kemiripan cuman dua duanya tetep enjoyable :haha:

    Jadi ingat cerita di game RPG aja pas habis baca, dengan misteri ini itu lah yang bikin penasaran pas maen :haha:
     
  11. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    kekna ada kesamaan karakteristik antara Big Guy ama choco e :malu:

    masih lom mampu ngembangin karakter lebih cariatif :sedih:
     
  12. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Wilayah pelabuhan Kingswell secara umum dibagi 4 distrik kecil. Bisa dibilang itu adalah tata kota yang diatur. Distrik pelabuhan/bongkar-muat, pasar tempat aku biasa beristirahat setelah bekerja, rumah tinggal tempat dimana aku menyewa kamar, dan terakhir adalah distrik hiburan, dimana segala hiburan tersedia termasuk berbagai toko kebutuhan lain seperti toko barang bekas Swyn.

    Sebagian besar isi distrik hiburan adalah hiburan malam seperti bar, dan tempat pelacuran. Jadi jika hari sudah gelap, sepanjang jalan yang sekarang kulalui ini penuh dengan wanita penggoda. Aku berusaha tidak melewatinya saat itu, karena aku pasti tergoda. Yang jadi masalah bukannya aku sok suci, tapi aku tidak punya uang cukup untuk bersenang – senang setiap hari.

    Hari masih sore, tapi beberapa bar dan pelacuran mulai siap membuka tempat mereka. Beberapa wanita dengan pakaian seksi menggoda diriku dan memanggil namaku dengan penuh godaan.

    “Big Guy, mampir …akan aku beri servis memuaskan.”
    “Jangan ke tempatnya, ketempatku saja big guy. Aku kangen tubuhmu yang kekar, dan …. Hihihi”
    “Ke sini saja Big Guy” wanita lain ikut menggoda sambil memamerkan pahanya yang mulus.
    “Aduh Big Guy, kamu tidak cocok dengan wanita kerdil seperti itu. Ayo sama aku saja”

    Kalau aku sedang berjalan sendiri, mungkin aku sudah masuk ke salah satu tempat itu, dan kemungkinan terburuk adalah aku keluar dengan kantong kosong, atau mungkin masuk penjara lagi karena berbuat ulah.

    Aku beruntung, imanku lebih kuat karena ada Elva di sampingku

    “Kamu populer disini.”Kata Elva dengan tatapan terpesona, tapi juga terlihat seperti menyindir.

    Aku hanya tertawa ringan. Tidak banyak yang kuketahui dari Elva, tapi entah kenapa aku bisa menurut apa yang diinginkannya. Apa karena aku merasa bersalah? Atau karena dia begitu akrab denganku yang tidak pernah orang lain lakukan.”

    “Kamu tahu tentang Gervog? Seperti sih begitu. Aku bisa melihat reaksimu tadi. Apa kalian sudah lama kenal? Maksudku dengan Cordel juga Gervog.” Elva tiba – tiba banyak bertanya seperti saat berada di rumahku.

    “Kamu… kadang banyak bicara, tapi kadang bisa diam seperti saat dengan Cordell, aku jadi tidak tahu mana kamu yang sebenarnya.”

    Elva menaruh jarinya di bawah mulut, posenya itu terlihat manis. Dia sedang berpikir dengan manis. Ah apa yang aku pikirkan, mungkin dia masih dibawah umur. Tidak apa yang barusan aku pikirkan, libidoku meningkat jika berada di distrik hiburan. Aku menggeleng kepalaku agar lebih menahan diri.

    “Saat aku merasa perlu bertanya dan berbicara aku akan melakukannya, tapi saat tidak diperlukan aku akan diam. Tidak ada yang aneh. “ Ia menatapku tersenyum. Langkah kakinya terlihat ringan.

    “Jadi siapa Gervog?”
    “Gervog Julis, seorang pemilik bar, dan pelacuran. Tapi tidak hanya itu, dia juga melakuan penyelundupan wanita, jual beli wanita. Tapi tidak obat - obat terlarang. Dia belum pernah, mungkin sekarang dia sudah memutuskan untuk bersaing dalam bidang itu.”
    “Jadi dimana kita bisa menemuinya?”
    “Mudah saja, dia selalu bersantai di bar miliknya pada waktu ini. Mengontrol.”

    Aku menghela napas, sebenarnya aku enggan menemui Gervog. Aku pernah berbuat ulah di tempat pelacuran miliknya, gara – gara itu aku masuk penjara selama beberapa minggu. Aku kesal sekaligus sungkan. Aku tahu aku salah, untungnya aku masih bisa menahan diri untuk membalas dia karena telah menjebloskan aku ke penjara. Tapi aku tidak tahu bisa melakukan itu kalau sedang berhadapan dengan dia nanti.

    “Tunggu sebentar Big Guy.” Sosok pria bertubuh sedang menghadangku. Ia menggunakan mantel berwarna coklat, dan topi lebar. Kumis tipis terlihat menghiasi wajahnya. Tidak banyak orang yang berani bertindak bodoh seperti ini, menghadang aku jalan. Salah satunya,
    “Kapten, ada angin apa kamu datang ke distrik hiburan? Ingin bersenang – senang?” Sapaku pada pria itu. Dia adalah Kapten polisi yang mengontrol daerah pelabuhan. Peristiwa 3 hari lalu di pelabuhan juga dibawah pimpinannya.
    “Mauku begitu, tapi tidak untuk hari ini.”
    “Langsung saja, apa maumu?”
    “Hmm…”Ia melihatku dan Elva. “Apa kamu tidak salah jalan Big Guy? Membawa seorang gadis kecil kesini?”
    “Apa urusannya denganmu?Aku boleh pergi kemana saja aku mau.”Aku berkeras.
    “Hahaha, tentu tentu saja kamu boleh, tapi gadis dibawah 17 tahun tidak boleh bermain di tempat hiburan malam. Apalagi kalau untuk dijual.” Suaranya terdengar berat.
    “APA MAKSUDMU?” Aku langsung emosi
    “Aku sudah berumur 21 tahun.” Sahut Elva tiba – tiba. Dia langsung mengeluarkan sebuah kartu dari balik saku bajunya, kartu identitas?
    Kapten melihat beberapa saat, kemudian dia memasang tampang tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
    “Hoooo, tidak kusangka. Maafkan kelancanganku.” Ucapnya mengembalikan kartu itu.”Hahaha Big Guy…. Ah tidak. Hmm kalau kamu berjalan ke sini? Jangan bilang kamu mau ke bar milik Gervog?”
    “Tidak ada urusan denganmu.”Kembali aku membalasnya demikian
    “Terserahlah, aku hanya berbaik hati memberi saran.”

    Aku mendengus. Dia tidak menghalangi langkahku, hanya tersenyum sambil mengangkat topi lebar miliknya buat menghormati Elva.

    Bar milik Gervog terletak di pusat distrik hiburan, bertingkat 4, desainnya sangat mewah seperti rumah seorang bangsawan. Plang namanya terlihat bercahaya warna – warni, tertulis “Man’s Heaven”. Di luar tampak beberapa wanita sudah berpose bersiap menarik pengunjung, dan beberapa bouncer juga berjaga diluar untuk keamanan.
    “Big Guy!Sudah lepas dari penjara rupanya? Mau mampir bermain dulu?” Sambutan tidak ramah diberikan oleh seorang berpakaian putih hitam, tubuhnya ceking dan tinggi tapi tidak setinggi aku tentunya. Aku ingat dia, tapi siapa namanya? Aku sudah lupa.
    “Aku mau menemui Gervog, sampaikan itu padanya.”Tanpa basa – basi aku langsung mengatakan tujuanku.
    “Maaf sekali, tapi tuan Gervog hanya menemui tamu penting dan tentunya….”Pria itu menunjukan isyarat dengan tangan yang berarti uang.
    “Kalau tidak ingin tempat ini kembali tutup selama 1 minggu, CEPAT KAMU SAMPAIKAN!”

    Pria kurus itu langsung gemetar ketika mendengar bentakanku.

    “Sa..sabar…tenang dulu Big guy. Aku akan sampaikan.” Setelah berkata begitu pria kurus itu langsung memerintah seorang bouncer untuk menyampaikan pesanku.

    “Apa dia mau menemui kita?” Tanya Elva
    “Huh, dia pasti mau. Tapi aku tidak tahu apakah dia mau terang – terangan soal apel eden itu.”

    Tidak lama kemudian, bouncer yang tadi diperintah pria kurus itu kembali. Dia berbisik pada pria kurus itu.

    “Silakan Big Guy, tuan Gervog bersedia menemuimu.”

    Terlalu mudah, apa yang mereka rencanakan? Mengepung aku? Menyandera Elva untuk menghajarku? Aku tidak bisa menebaknya. Elva menarik tanganku, karena pria kurus itu sudah jauh di depan. Terlalu lama berpikir.

    “Kamu gak merasa kuatir?”
    “Kuatir? Kenapa?” Balas Elva
    “Aku tidak tahu kamu ini polos atau bodoh.Ya sudahlah, selama aku disampingmu, kamu aman.”

    Kami berjalan melewati lorong yang dipenuhi patung – patung wanita telanjang berpose menantang. Setelah melewati lorong itu kami sampai di aula utama “Man’s Heaven” sebuah panggung terletak di tengah dan Aku bisa melihat seorang pria gemuk yang rambutnya sudah menipis duduk di dekat panggung itu sambil melihat tarian eksotis yang dibawakan oleh wanita penghibur. Dialah Gervog Julis, suara tawanya terdengar menggema di ruangan ini saat dia dihampiri oleh penari eksotis itu.

    Setelah dia diberitahu kedatangan kami, Gervog memberi isyarat agar penari wanita itu segera masuk, seketika itu juga musik dimatikan. Ini tidak terlihat bagus.

    “Big Guy!!” Ia berdiri menyambut kami.”Angin apa yang membawamu kemari?Apa kamu memutuskan untuk masuk penjara lagi? Hahaha atau kamu mau menerima tawaranku untuk menjadi pengawalku?”

    Aku memperhatikan sekeliling ruangan itu. Bisa dilihat pengawal Gervog memenuhi segala sisi ruangan. Tapi yang menarik perhatianku adalah seorang pria yang berdiri di samping Gervog, Ia menggunakan kacamata hitam hanya untuk terlihat keren. Tubuhnya sedang, tidak terlihat kekar, ia menggunakan pakaian sama seperti pengawal lain. Kenapa dia bisa mendapat posisi berjaga tepat di sebelah Gervog? Jawaban yang terlintas dalam otakku yang simpel ini hanya 2. Pertama orang itu adalah ahli beladiri, kedua dia adalah seorang cryers.

    “Aku sudah mengatakan tidak tertarik untuk menjadi pengawalmu. Satu – satunya yang aku sukai darimu hanyalah wanita – wanita penghibur disini. Mungkin kamu bisa membuat mereka melayani dulu, mungkin aku bisa berubah pikiran… mungkin.”
    “KAMU!!” Pria disebelah Gervog langsung menanggapi omonganku ia mengeluarkan sebuah tongkat kecil yang di tengahnya terdapat sebuah crystal berwarna hijau., tapi Gervog menahannya agar bertindak lebih jauh. Dia seorang cryers.
    “Jadi apa tujuanmu kesini? Mau menjual gadis kecil itu? Ya dia terlihat sangat menarik untuk para maniak kaya yang tertarik tubuh anak kecil. Khe khe khe.”
    “Apel Eden!” Aku langsung mengungkapkan tujuanku.
    “Apel Eden?” Wajah Gervog kaget, tapi sebentar kemudian ia memasang wajah lain seakan tidak athu apa yang kumaksud.

    Tiba – tibat terdengar suara dengung yang keras,

    “Tes – tes…Ok Gervog dan anak buahnya. Menyerahlah jangan melawan.”

    Suara itu milik Kapten, dia bermaksud menangkap gang Gervog? Apa dia sudah gila? Tanpa ada bukti jelas di tangan tidak mungkin bisa meringkus seorang pemain besar seperti Gervog, dia bisa dengan mudah memainkan hukum bahkan menuntut balik polisi.

    “Gervog kamu ditangkap karena terlibat penjualan wanita muda, Dan Big Guy adalah saksinya.”
    “APA???” Aku ingin memaki Kapten itu. “sialan dia memanfaatkan kita”
    “Polisi itu?” Elva tidak mengerti apa yang terjadi
    “GRRR SIALAN KAMU BIG GUY. BERANINYA KAMU MENJEBAKKU!!!!” Amarah Gervog memuncak.
    “Tunggu Gervog, ini hanya jebakan si Kapten” Aku berusaha menjelaskan.
    “Habisi mereka!!” Perintah Gervog
    “Sialan!”Aku memaki diriku sendiri, kini aku harus menghadappi anak buahnya plus polisi yang standby di luar.

    Prang!!

    Beberapa kaleng menggelinding di dekat kakiku dan beberapa tempat lain dekat jendela yang seharusnya tidak bisa dibuka karena hanya berfungsi sebagai hiasan. Kepulan asap keluar dari kaleng itu. Perlahan ruangan ini dipenuhi asap dari bom asap itu. Aku memaki tidak menentu, tapi Elva tampak tenang, ia sama sekali tidak panik. Ia mengeluarkan sebuah kain dan menutup mulutnya, kemudian menyerahkan kain lain kepadaku. Aku menariknya, dan memberi isyarat agar ikut aku keluar lewat pintu lain, yang berada di belakang gedung ini. Aku dulu pernah membuat kacau dan akhirnya di tangkap polisi dan digiring melalui tempat itu jadi aku mengetahuinya. Tapi Elva menggeleng kepalanya

    “Jangan, tempat itu pasti sudah dikepung polisi. Lebih baik kita ikuti Gervog.” Elva menunjuk sesuatu, samar – samar di balik asap aku bisa melihat tubuh gemuk Gervog yang dibantu pengawalnya.
    “Mereka pasti punya jalan keluar lain.”Lanjut Elva

    Pendapatnya cukup masuk akal, karena arah tempat Gervog melangkah itu bukan ke pintu belakang maupun pintu utama, tapi ke kantor miliknya kalau aku tidak salah ingat. Tidak mungkin dia begitu bodoh mengurung diri di kantor, pasti ada sesuatu disana. Aku mengangguk setuju.

    Beberapa pengawal lain Gervog tampak keras kepala, di tengah serbuan asap ini ada saja yang masih berusaha menuruti perintahnya. Tidak susah untuk membereskan mereka, sebuah tendangan dan tinju sudah lebih dari cukup. Suara barang hancur terdengar mengiringi langkah kami mengikuti Gervog. Suara derap keras terdengar dari arah pintu utama, polisi mulai memasuki tempat ini, aku harus cepat.

    “SEKALI LAGI MENYERAHLAH!” Suara Kapten kembali terdengar

    Bersamaan dengan peringatan itu aku berhasil menyusul Gervog, tidak lebih tepat kalau dikatakan kami di hadang olehnya. Gervog memasang muka penuh amarah, seakan – akan ingin melahapku.

    “BIG GUY, Kamu sungguh keras kepala sampai mengikutiku kesini. Baiklah kupenuhi keinginanmu untuk mati, BUNUH DIA.” Gervog memberi perintah pada pengawalnya yang seorang cryers.
    “Dengan senang hati.” Pengawal Gervog seorang Cryers, kalau sampai dia berhasil menyerangku duluan itu akan sangat buruk.

    Setelah mendorong Elva ke balik tembok, aku langsung bergerak sebelum dia mengeluarkan tongkatnya. Saat ia sadar gebrakanku, ia buru – buru mengayunkan tongkatnya yang mempunyai crystal berwarna hijau. Dalam sekejap itu juga timbul gesekan angin kasat mata hanya terdengar suara berdecit keras. Aku hanya bisa menebak gumpalan angin yang ia kerahkan dari kumpulan debu yang berputar di depannya dan langsung membentuk seperti bulan sabit melesat ke arahku. Aku sudah bisa menduga serangan awal ini, jadi kurebahkan tubuhku dan meluncur ke arahnya. Tapi dia segera melakuikan serangan kedua untuk menyerangku yang sedang meluncur tanpa pertahanan. Ia mengayunkan tongkatnya tapi tidak angin yang berkumpul. Aku tidak tahu apa yang terjadi, yang pasti ia gagal mengeluarkan kekuatan crystal miliknya untuk kedua kali

    Kesempatan ini tidak aku sia – siakan, sebuah sapuan kaki kuarahkan padanya. Pengawal itu masih kebingungan dengan apa yang terjadi sehingga ia tidak siap untuk menerima sapuan kakiku. Ia kehilangan keseimbangan setelah itu dan tubuhnya jatuh tepat di hadapanku . Aku tidak menyia – nyiakan kesempatan ini dan langsung memberinya pukulan keras ke arah ulu hatinya.

    Pengawal Gervog terlempar menghantam langit – langit, jatuh pingsan hanya dengan 2 serangan.

    “Amatir”

    Aku berdiri dan menatap Gervog. Kini muka Gervog tampak ketakutan, ia tampak kebingungan saat berusaha membuka pintu di balik tubuhnya. Ia ingin lari.

    “Biar kubantu Gervog.”
    “Eh?”

    Kutendang pintu itu sehingga hancur berantakan. Ruangan dibalik pintu itu sangat mewah, sofa merah besar, meja kayu yang tampak antik, serta beberapa pajangan patung menghiasi ruangan itu. Aku juga bisa melihat brankas besar yang terletak di samping meja.

    “A…apa maumu Big guy.”

    Elva menyusul kami, kulihat ia tidak apa – apa, dan terlihat sangat tenang.

    “Lalu dimana pintu keluarnya?”
    “Eh? Apa?”
    “Kamu kesini untuk kabur dari polisi kan? Jangan membodohiku. Aku tidak ingin masuk penjara lagi gara – gara kapten brengsek itu.”Sahutku ketus.
    “He he he….”
    “Kenapa tertawa?” Aku langsung mencengkram gervog dan mengangkatnya. Tubuh gemuknya meronta dan melawan.
    “Mohonlah padaku Big guy.. atau kita tertangkap sama – sama…”
    “Kamu…”
    “Jadi dimana apel eden itu?” Elva menyahut dari belakang.
    “Hah? Aku tidak tahu apa maksudmu” Gervog membuang muka.
    “Jangan pura – pura bodoh.” Aku menabrakan tubuh gemuknya ke arah dinding. Ia mengerang kesakitan.
    “He he he… mohonlah padaku.” Gervog masih berkeras. Sementara aku mulai mendengar suara polisi dari luar. Tampaknya mereka sudah menguasai gedung ini. Waktuku semakin sempit.
    “ Kita pergi saja, tapi sebelumnya lebih baik kita lempar dia keluar. Paling tidak itu memberi kita pengalih sementara.” Saran Elva.

    Aku tidak menyangka akan mendengar kalimat itu dari Elva. Ia tampaknya polos, banyak bicara, kadang tampak misterius, juga pendiam. Kali ini? Dia seperti orang yang terbiasa menghadapi situasi terjepit seperti ini, tenang dan penuh perhitungan.

    “Ide yang bagus.”
    “Tunggu… baiklah kalian menang.”Gervog menyerah.”Tapi aku ikut pergi, itu saja syaratku.”
    “Baiklah.” Aku langsung memutuskan sendiri, sudah tidak ada waktu lagi. Bagaimanapun juga prioritas pertama adalah pergi dari gedung ini.
    “Bantu aku dorong lemari ini.”
    Aku segera melakukan apa yang dia mau.. Di balik lemari itu tampak celah dinding kosong menjorok ke dalam. Aku bisa melihat sebuah alat aneh seperti sebuah tabung dengan sebuah crystal besar terletak di atas tabung itu.
    “Crystal dimensi?” Aku menebaknya

    Gervog tidak menjawab, tapi aku yakin kalau tebakanku benar. Aku pernah membaca tentang teknologi crystal dimensi ini. Teknologi baru yang harganya sangat mahal. Sebuah alat untuk berpindah tempat secara instan, menggunakan kekuatan crystal tapi yang paling menakjubkan dari alat ini adalah, tidak perlu kemampuan seorang cryers untuk menjalankannya.

    Gervog langsung mengutak – atik alat itu, mengaktifkannya. Ia memencet beberapa tombol sepertinya perlu kode tertentu agar alat itu bekerja. Sesaat kemudian timbul suara kencang dan cahaya berwarna kebiruan yang memenuhi tabung itu.

    “Apa alat ini aman?Kemana kita akan pergi?” Aku menjadi sedikit ragu
    “Kalau kamu ketakutan biar aku yang mencoba terlebih dahulu.” Gervog seraya ingin masuk, tapi aku menahannya.
    “Kita pergi bersama.” Sahutku “Elva pegangan..”

    Tabung itu tidak cukup lebar untuk kami lewat bertiga sekaligus, apalagi tubuh Gergvog yang gemuk. Kami berdiri berurutan dengan posisi Gervog paling depan, aku dan paling terakhir adalah Elva. Aku harus memastikan kalau Gervog tidak lari dan berbuat macam – macam pada Elva.

    “Cepat, tunggu apalagi? Alat ini hanya bisa bekerja dalam waktu singkat.”

    Setelah berhasil memantapkan diriku aku langsung mendorong Gervog dan mengikutinya. Perasaan aneh melingkupi diriku. Tubuhku serasa melar seperti karet yang ditarik kemudian seperti per yang ditekan perasaan yang campur aduk.

    Kami muncul di sebuah ruangan dengan cahaya redup. Gervog terjatuh di depan karena aku mendorongnya terlalu keras.

    “Dimana ini?Ah sebelum itu mungkin lebih baik kamu matikan alat itu, sebelum polisi ikut menyebrang kemari.”Kataku
    “Tidak perlu, sebentar lagi alat itu akan mati sendiri. Alat itu sangat mahal, dan butuh energi crystal yang sangat besar. Harganya sangat mahal dan sekali pakai. Aku hanya mampu menggunakan crystal yang mampu bertahan kurang lebih 1 – 2 menit.”

    Pip….pip…

    “Itu tandanya alat itu akan kehabisan energi.”Terang Gervog lagi.

    Sekitar 10 detik kemudian cahaya biru itu memudar dan akhirnya hilang. Aku berjalan menyusuri ruangan ini dan membuka satu – satunya pintu.

    “Tenang saja, ini gudang yang tidak aku gunakan, tidak ada orang yang berjaga disini.” Gervog berdiri sambil membersihkan pakaiannya.
    “Jadi dimana apel eden itu?” Tanya Elva, ia mendekatkan diri ke Gervog dengan tatapannya yang bening menatap pria gemuk itu.
    “Apa ? siapa kamu? Kenapa tertarik sekali dengan apel eden itu?”
    “Dimana?” Aku ikut bertanya. Aku berjalan mendekat ke arah Gervog
    “Beritahu aku!”
    Gervog tampak tertekan melihat tubuh besarku. Dia tidak bisa lagi menawar seperti saat tadi. Sekarang hanya ada kita bertiga disini.
    “Judan…”Kata Gervog lemah
    “Apa?”
    “Judan Garco, dialah yang pemilik apel eden yang kamu cari itu. Kamu pasti tahu dia Big Guy. Dia yang menyelenggarkan cage fight, bos dari Viper yang telah menghancurkanmu.” Kata Gervog menyeringai,

    Emosiku tidak tertahankan, aku langsung mengangkat tubuh gemuk Gervog.

    “Jangan membuatku marah Gervog…” Belum sempat ia berkata lagi, aku langsung melemparnya ke samping. Tubuhnya bertabrakan dengan tumpukan kotak yang tersusun di ruangan itu.
    “Ayo pergi Elva.”Aku menatap Elva sebentar, sebenarnya hal yang membuatku bingung sekarang bukan bagaimana caranya menghadapi Viper ataupun Judan Garco, tapi siapa sebenarnya Elva? Itu menjadi pertanyaan besar

    Ruangan kecil itu hanyalah bagian dari gudang besar milik Gervog. Gudang yang katanya tidak digunakan lagi. Aku bisa melihat banyak rongsokan yang digeletakan sesukanya. Cahaya redup dari penerangan yang seadanya membuat gudang ini tampak suram. Elva mengikutiku

    “Jadi sekarang kita akan ketemu si Judan? Dia yang mempunyai apel eden?”
    “Nanti.” Jawabku singkat.

    Kita sampai di penghujung gudang. Aku bisa melihat 2 jalan keluar. Pertama pintu besar yang diikat rantai besi, dan di sebelahnya ada sebuah pintu kecil dimana tempat orang bisa keluar masuk. Seperti gudang umumnya di pelabuhan yang mempunyai 2 pintu masuk. Pintu besar tentu saja untuk memasukan barang – barang besar, dan pintu sebelahnya yang jauh lebih kecil dibuat untuk orang yang ingin masuk gudang tapi tidak untuk membongkar barang dalam gudang. Pintu itu juga terkunci.

    Aku menggerutu, kemudian tanpa pikir panjang aku menendang pintu itu sampai hancur. Aku bisa melihat laut tepat di luar gudang. Ini adalah bagian pelabuhan. Aku mengagumi kemampuan crystal dimensi itu, bisa memindahkan orang dalam sekejap di jarak sekitar beberapa mil.

    ***
     
  13. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Pas baca lagi wa baru nyadar kalo si Big Guy ama Choco bener2 mirip, bedanya sih kalo Choco punya special powers sedangkan Big Guy kagak. Dan pas masuk ke chapter 3 sih jadi beneran mirip ama fict Chocolate sih. Mungkin wa jadi kurang begitu penasaran sama Apel Eden na entah kenapa, lebih menantikan scene battle epic di saat2 terakhir :top:

    Anyway, ternyata banyak lolicon yah dimari, trus keren juga bisa langsung kabur dari polisi pake teleport :hehe:
     
    Last edited: Sep 12, 2012
  14. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    :hehe: apel eden e di next chapter :hehe:

    mudah2an bakal bisa dibuat lebih menarik :oghoho:

    skali2 pake chara loli :mesum:

    tapi lom mampu menunjukan moe dari karakter e :sedih:
     
  15. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Matahari sudah berganti dengan bulan. Hari ini bulan hampir penuh. Pelabuhan adalah tempat kerjaku, tidak susah aku sadar dimana posisiku dan tidak butuh lama juga aku dan Elva sudah berhasil keluar dari pelabuhan. Elva terus mendesakku tentang Judan Garco, aku hanya bisa diam dan terus melangkah sampai kembali ke distrik pemukiman. Kami melewati beberapa rumah makan murah, dan akhirnya aku memutuskan untuk makan terlebih dahulu.

    Sebuah kedai murah langgananku. Menu andalannya adalah daging cincang masak Aprikot. Posisi dapurnya terletak diluar, bisa dilihat oleh siapapun. Itu strategi mereka agar pembeli percaya mereka tidak menyajikan makanan sisa seperti beberapa waktu lalu. Menurutku ini strategi jualan yang sangat bagus, selain bau masakan yang bisa membuat orang tertarik, orang jadi yakin kalau makanan yang mereka pesan adalah benar – benar baru dimasak saat di pesan. Beberapa daging digantung membuat perutku semakin lapar, alat –alat memasak seperti pisau dan wajan juga digantung secara rapi di sisi berbeda.

    “Yang biasa , tapi 3 porsi.”Aku memesan.
    “Oh Big Guy, silakan duduk. Wah kamu membawa teman. Minum dulu.” Sambut pelayan di tempat biasa aku makan. Setelah meletakan 2 gelas air putih, dan kembali melayani tamu lain.

    Beberapa tamu menyapa diriku. Sekarang siapa sebenarnya Elva? Dia duduk dihadapanku menunggu aku membawanya menemui Judan Garco. Polos , banyak bicara ah tidak… sifatnya tidak jelas. Hal yang paling menggangguku adalah dia terlihat sangat tenang di situasi apapun, berhadapan dengan polisi, berhadapan denganku yang hampir memukulnya, situasi genting saat berhadapan dengan Gervog. Dia sanggup berpikir secara tenang bahkan memberikan saran yang tepat. Sepertinya dia terbiasa menghadapi situasi genting dan bahaya. Tapi… aku kembali melihat dirinya, tubuhnya yang kecil wajah yang polos tenang seperti anak kecil.

    “Apa yang kamu sembunyikan Elva?”
    Elva tampak kebingungan
    “Siapa kamu sebenarnya?”
    “Hah? Apa? Aku tidak mengerti maksudmu?”
    “Berhentilah berpura – pura, kamu terlalu tenang saat menghadapi situasi berbahaya seperti tadi. Bahkan aku saja sempat kuatir…tapi kamu? Kamu sangat tenang seolah tidak terjadi apa – apa. Itu bukan sikap yang ditunjukan oleh orang biasa.”Kataku dengan keras, sekejap orang – orang lain melihat ke arah kami.
    “Aku? Elva Milo…aku tidak berpura – pura.”Katanya dengan tenang.

    Aku menggebrak meja, sial!! Aku berdiri dan menggeram berusaha berpikir apa yang harus aku lakukan untuk membuktikan kalau dia itu bukanlah gadis biasa. Memukulnya? Tidak aku mungkin tidak bisa mengontrol tenagaku saat itu. Aku melihat sekitarku mencari sesuatu yang bisa aku gunakan, sebuah ide. Sebuah pisau tergantung di depan. Aku langsung mengambilnya, tidak ada yang berusaha menahanku. Lagian siapa yang berani menahan aku? Big Guy yang disegani.

    “Sabar Big Guy.” Pinta pelayan disusul oleh koki dan beberapa orang lain.

    Aku merasa gadis itu punya kemampuan, seorang yang selalu terlibat bahaya. Punya keahlian bertarung atau sejenisnya. Pisau ini akan membuktikannya. Dia tidak akan sebodoh itu membiarkan tubuhnya luka. Sekarang satu – satunya yang harus aku lakukan adalah menyerangnya dengan tiba – tiba.

    Aku langsung melempar pisau itu saat membalik badan, kuarahkan ke lengan kecilnya. Dia pasti menghindar atau mungkin menangkapnya. Pisau itu melaju kencang, tpai Elva tidak berpindah bahkan bergerak. Pisau itu meluncur dan menusuk masuk lengan bagian atas. Elva berteriak kesakitan dan langsung mengerang kesakitan. Darah merah mengalir keluar dari lengan itu. Itu artinya dia manusia. Pisau itu menusuk cukup dalam, aku menjadi panik…apa yang telah aku lakukan? Darah terus mengalir, aku segera merobek kain yang kulihat didepan dan mengikat lengannya dengan kencang, tapi darah itu tidak berhenti. Entah sudah berapa banyak yang hilang, karena aku sempat terdiam beberapa saat sebelum mengikatnya. Elva menggigit bibirnya untuk menahan sakit.

    “HOAHHH MINGGIR !”Aku tidak punya pilihan lain untuk membawanya ke dokter.

    Ku gendong dia, dia tidak menolaknya… dia bahkan tidak merasa takut pada orang yang barusan melukainya. Gadis ini benar – benar aneh… aneh dan sangat aneh. Aku langsung lari keluar kedai sambil menggendong Elva. Lari terus dan lari menuju ke satu – satunya dokter yang aku kenal, Dokter yang dulu telah merawatku saat dihajar habis – habisan oleh Viper.

    Untungnya dokter itu buak prakter di distrik pemukiman, aku berlari kencang sambil berteriak melewati lorong – lorong kecil sampai tiba di sebuah gedung tua dimana banyak orang sedang mengantri untuk diobati.

    “MINGGIR, AKU BUTUH DOKTER.”

    Tidak perlu 2 kali aku memerintah semua langsung menyingkir saat melihatku. Reputasiku cukup berguna.

    “Yakk pasien berikutnya.” Tepat saat itu juga dokter membuka pintu tempat prakteknya untuk memanggil pasien berikutnya.
    “Dok tolong dia.”Pintaku

    Dokter Alf Hoiser, menatapku dan Elva. Ia langsung melihat luka di tangan Elva dan memerintahkan suster laki – laki yang menjadi pembantunya untuk segera menyiapkan segala yang diperlukan.

    “Tolong dia.”Kataku terengah - engah
    “Tenang saja, lukanya tidak terlalu parah.”Katanya setelah beberapa saat memeriksa luka Elva
    “Tapi… “
    “Aku dokternya, kamu harus percaya padaku untuk urusan ini.”
    Apa yang telah aku lakukan? Aku terlalu curiga? Sial mungkin saja dia benar – benar terlalu polos dan itu alasannya kenapa dia terlalu tenang, atau mungkin dia sangat percaya kalau aku mampu mengendalikan situasi atau… atau…

    Otakku tidak berhenti memikirkan kemungkinan – kemungkinan lain. Menghajar orang sampai sekarat bukan hal baru untukku, tapi kali ini? Ini berbeda, dia bukan preman bukan orang yang kubenci bukan berandalan, bukan orang yang kaya yang sok memamerkan uangnya.

    “SIALLLL!!”
    “Jangan teriak – teriak di tempat praktekku.”Dokter memperingatkanku
    “Bagaimana keadaannya?”
    “Maaf…”
    “KATAMU TADI TIDAK APA – APA!” Aku langsung mengguncang tubuh dokter
    “Dia tidak apa – apa, tenangkan dirimu.”
    “Apa?”
    “Lukanya sudah aku obati, tidak ada masalah.”
    “Ahh bagus..”Aku bernapas lega “Jadi apa maksudmu tadi meminta maaf?”Tanyaku
    “Ah iya, tadi aku bermaksud menggunakan bius lokal untuk beberapa waktu pada gadis itu, tapi dia melakukan kesalahan jadinya diberi bius total. “Kata dokter melirik ke arah suster laki – laki yang membantunya
    “Jadi kurasa dia baru sekitar 5-6 jam lagi, jadi tengah malam. Ah bagaimana kamu membayar ini? Ah sudahlah kamu pasti juga ga ada uang. Nanti kupikirkan bagaimana kamu harus membayarnya. Kamu boleh menunggu disini sampai gadis itu sadar.”
    “Terima kasih..”sahutku tersenyum pahit.

    Waktu di dinding menunjukan pukul 7.25 malam.

    ***

    Aku bisa melihat jam di dinding sudah menunjukan pukul 10.30 malam. Pasien terakhir baru saja keluar dari ruang periksa. Pembantu dokter, suster laki – laki membersihkan ruangan dan bersiap untuk balik.

    “Aghh, ya sampai ketemu besok.”Kata dokter merenggangkan dirinya. “Mau?” Ia menawarkan rokok
    Aku menolaknya
    “Hufttt, kamu sungguh aneh. Tubuh besar prilaku seperti preman tapi tidak merokok.”
    “Dokter biasanya melarang orang merokok karena dapat mengganggu kesehatan, tapi kamu malah melakukannya.”Balasku
    “Ha ha ha, Urusan pekerjaan aku pisahkan dengan urusan pribadi.”katanya sambil menunjukan rokok itu ke arahku.
    “Kudengar kamu ikut terlibat dalam kejadian yang terjadi di distrik hiburan. Ah iya Gervog.”
    “Hanya pergi menanyakan sesuatu tapi ternyata tidak berjalan lancar.”Jawabku
    “Apa yang kalian tanyakan?” Dokter Alf duduk di sebelahku dan masih merokok.
    “Apel eden.”
    “Apel eden? Maksudmu ganja? Mustahil polisi sudah menyita semuanya saat penggrebekan di pelabuhan kapan hari. Kalaupun masih ada itu akan sangat MAHAL.”
    “Bukan ganja, lain… paling tidak itu menurut Elva, gadis yang kamu rawat itu.”

    Dokter tampak berpikir sejenak, alisnya terangkat sebelah. Kulit kecoklatan garis wajah yang tegas menghiasi mukanya. Dokter Alf berumur sekitar 50an tapi terlihat baru awal 40an.

    “Apel eden…apel eden…Ah… dulu aku pernah mendengar cerita apel eden errr… dimana ya…”Dokter berusaha mengingat
    “Apa maksudmu?”
    “Ah iya sebuah artifak… aghhh aku lupa dimana itu. Di umur setua ini ingatanku sudah mulai kacau.”Ia mengeluh
    “Paling tidak kemampuanmu sebagai dokter belum dilupakan.”kataku bercanda.

    Aku tahu kalau dokter Alf Hoiser ini pernah menjadi dokter terkenal saat dia muda, pergi ke berbagai tempat. Bagaimana ceritanya sampai dia bisa terdampat di lingkungan ini? Tidak ada yang tahu cerita pastinya. Beberapa gosip mengatakan kalau dia melakukan malpraktek, ada yang mengatakan dia terlibat dalam penyelundupan organ tubuh, bahkan beberapa orang meyakini kalau dia mencari cintanya yang hilang.

    “Tunggu, artifak katamu?”
    “Iya…tapi aku lupa berasal dari mana....”
    “Apel eden adalah artifak milik keluara Milo, keluargaku. Itu adalah artifak perjanjian keluarga kami dengan kerajaan Sei Ouranos.”
    “Elva… kamu sudah sadar? Bagaimana lukamu?” aku melihat Elva keluar dari kamar periksa. Lukanya sudah dibalut dengan baik. Wajah polosnya hilang, dia terlihat jauh lebih dewasa, kekalemannya mungkin.
    “Kamu sudah sadar? Ini jauh lebih cepat dari dosis yang masuk ke tubuhmu.”
    “Apa maksudmu kerajaan Sei Ouranos? Aku tidak pernah dengar.”Kataku bingung, aku menghampiri Elva, memastikan lukanya.
    “Aku tidak apa – apa Phing.”
    “Tentu saja kamu tidak bakal tahu, Sei Ouranos… ehmm dimana ya aku pernah dengar….. Ah iya salah satu dari 4 kerajaan kecil yang hancur karena di invasi oleh Republik Holy Grand Feuer. Posisi kerajaan itu sangat strategis, sayang karena itu juga makanya dia di invasi, Kerajaan kecil itu tidak mampu menghadapi kekuatan besar Republik Holy Grand Feuer. Kejadian itu mungkin sudah… Lebih dari 100 tahun lalu. Ya benar, aku yakin itu. Dulu aku pernah bekerja di republik besar itu … Ya aku pernah mendengar ceritanya dari pasienku.” Dokter Alf memberikan penjelasan singkat, dan itu lebih dari cukup untukku.

    “Aku akan menceritakan kenapa aku mencari apel eden itu. Tapi…”Elva melirik ke arah dokter
    “Dokter bisa dipercaya, lagian dia tidak pernah mengurus urusan pribadi pasiennya…”
    “Itu benar, semakin banyak kekacauan itu lebih baik, aku makin banyak pasien. Hahaha.”

    Elva mengangguk pelan

    “Sei Ouoranos sudah hancur, tapi keluargaku masih harus mencari artifak milik keluarga kami yang hilang. Artifak itu sangat penting. Awalnya artifak itu di rampas oleh republik, tapi sekitar 10 tahun lalu, artifak itu hilang ruang harta republik. Karena itu kami keluarga Milo memutuskan untuk mencari kembali artifak itu, untuk memenuhi kontrak kami, perjanjian sumpah kami terhadap Sei Ouranos. Artifak itu sangat penting buat kami, republik sudah lupa betapa pentingnya artifak itu sehingga tidak memprioritaskan pencariannya. Phing, maaf Big Guy saat ini hanya kamu yang bisa kuharapkan untuk membantuku.”Elva memohon, aku bisa melihat bola matanya yang berwarna hijau berkata kalau itu jujur. Tidak ada sedikitpun tersirat kebohongan. Lagipula dia tidak pernah berbohong, dia hanya tidak membicarakannya.

    “Judan Garco, dia tidak masalah, yang jadi masalah adalah VIPER. Dia seorang Cryers, dan bukan amatir seperti pengawal Gervog. Aku tidak yakin bisa mengalahkannya. SIAL.”
    “Kalau yang jadi masalah adalah crystal, aku punya jalan keluarnya. “Elva membuka sarung tangan yang menutup telapak tangannya, Aku bisa melihat sebuah logam seperti bola berwarna keemasan.
    “Ini adalah pecahan dari apel eden. Dengan ini kita bisa mengatasi para cryers.”
    “Itu… jangan – jangan itu adalah anti crystal?”Dokter Alf tampak terkejut
    “Anti crystal? Maksudnya?”Aku tidak mengerti
    “Apel eden memang indah seperti bola emas yang sangat indah, tapi bukan itu yang membuatnya sangat penting. Apel itu adalah sebuah anti crystal yang sangat kuat. Sei Ouranos adalah kerajaan kecil, tidak punya banyak cryers, tapi sejarah membuktikan kami sanggup bertahan cukup lama dari invasi Holy Grand Feuer. Itu semua karena apel eden mampu menetralkan semua pasukan cryers. Ini satu – satunya pecahan yang diwariskan di keluargaku. Kekuatannya jauh lebih kecil dibanding Apel eden, tapi ini cukup untuk menghentikan penggunaan crystal sekejap dalam radius 20 meter.”Kata Elva menjelaskan

    Aku tersentak

    “Jadi karena itu, makanya serangan kedua dari pengawal Gervog jadi netral?”

    Elva mengangguk.

    “Ini bagus, tunggu saja viper kamu akan kuhabisi. Dendamku akan kubalas.”
    “Kalau kamu ingin menemui Judan Garco, Sebaiknya kamu pergi sekarang Big Guy, cage fight sebentar lagi dimulai.”Kata dokter menghisap rokoknya lagi.

    Jam di dinding menujukan pukul 10.49. Cage fight selalu di mulai pupkul 11 malam.

    “Apa kamu bisa mengaktifkan anti crystal itu Elva? Saat aku berhadapan dengan Viper?”Aku ingin memastikannya.
    “Tapi hanya sekejap, mungkin sekitar 30 detik paling lama sekitar 1 menit.”
    “Itu lebih dari cukup. Kita hanya perlu waktu yang tepat untuk menggunakannya. Baiklah kita pergi ke cage fight. Kamu bisa jalan kan?” Aku menjulurkan tanganku

    “Tentu saja.” jawab Elva tersenyum menyambutnya
     
  16. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Hmmm...twist yang menarik :hehe:

    Lumayan bikin 'bangun' sih pas tiba2 si Elva na disambit piso gitu :haha:

    Anti-Crystal yah, hohoho I see what you did there :hihi:

    Ditunggu fight scene yang epic di chapter2 berikutna :top:
     
  17. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    iya deh fight scene pasti e di chapter selanjutnya :haha:

    ada apa dengan anti-crystal :hoho:
     
  18. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    :haha:

    Gpp sih, cuman sepertinya bakal seru aja kalau ada ability Counter seperti itu :hehe:
     
  19. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Big Guy and Apple c5

    agak panjang dikit :ngacir:

    Distrik hiburan, tentu saja cage fight diselenggarakan disana. Kekuatiranku tidak terbukti, tidak ada polisi yang lalu – lalang, seperti tidak pernah terjadi peristiwa penggrebekan di tempat Gervog. Tapi itu tidak membuatku lepas kewaspadaan, sebisa mungkin aku mencari jalan aman, di sela – sela gang kecil. Setelah menyusuri beberapa gang kecil akhirnya kami sampai di Butterfly, nama tempat hiburan dimana cage fight diadakan. Dari luar gedung ini terlihat kecil dan rusak, hanya 2 tingkat dan sama sekali tidak terlihat gemerlap. Itu semua kamuflase, karena ruangan hiburan sebenarnya berada di bawah tanah, tidak terlihat dari luar.

    2 Orang pengawal menghadangku saat aku hendak masuk, mereka langsung mengenalku.

    “Big Guy, apa maumu?”
    “Mencari hiburan, disini tempat hiburan kan?”
    “Jangan pura – pura. Kamu kira kami tidak tahu apa yang kamu lakukan tadi sore di tempat Gervog? Segera pergi dari sini. Kami tidak sebodoh si gendut Gervog.” Usir salah satu orang yang menghadangku. Mereka berdua berpakaian rapi. Selain mereka berdua aku bisa melihat beberpa orang di belakang sudah siap dengan senjata mereka.

    “Katakan pada Judan, aku ingin ikut cage fight, membalas kekalahanku dulu.”

    Satu – satunya cara yang terpikirkan untuk bertemu langsung dan berbicara dengan Judan adalah dengan mengikuti cage fight. Pemenang mendapat kesempatan berdialog langsung dengannya dan ditanyai apa keinginan mereka. Sebagian besar orang yang mengikuti cage fight tentu meminta uang atau wanita. Judan adalah penghibur yang hebat, ia tahu keinginan penonton, ia selalu mampu membuat acara meriah…paling tidak begitu yang kudengar. Aku sudah lama tidak hadir di cage fight sejak kekalahanku sama Viper.

    Seorang pria datang menghampiri kedua orang yang menghadangku, dia membisikan sesuatu.
    “Apa? Baiklah… Silakan masuk Big Guy. Bos sudah memberi ijin.” Ia membuka jalan

    Apapun alasan Judan, yang terpenting sekarang aku sudah bisa masuk, semoga semua berjalan sesuai rencana.

    “Ayo Elva.”
    Elva mengangguk, ia berjalan di sampingku. Kami melewati sebuah pintu coklat yang terbuat dari kayu, kemudian mendapati lorong menurun, cukup curam. Makin dalam lorong itu semakin besar. Akhirnya di ujung lorong itu terdapat sebuah pintu besi besar lebih tinggi dari aku. Saat pintu terbuka, suara meriah langsung terdengar.

    “MARI KITA SAMBUT PETARUNG LAMA KITA YANG MEMUTUSKAN MELAKUKAN COMEBACK…PRIA YANG TELAH MENGEJUTKAN SELURUH PELABUHAN, KEMAMPUAN BERTARUNGNYA YANG MAMPU MENGHANCURKAN SEBUAH KAPAL. DENGAN KEKUATAN SEPERTI BERUANG HITAM…. BIGGGGG GUYYYY!!”

    Suara gemuruh mengiringi langkah kami masuk. Aku tidak menyangka akan disambut semeriah ini. Arena cage fight sangat besar, berbentuk bulat dengan diameter mungkin 70-80 meter. Ruangan ini secara garis besar hanya terbai menjadi tiga bagian. Tentunya tempat bertarung sebuah arena berbentuk lingkaran lengkap dengan kandang besinya terletak di tengah, di sekitarnya terdapat terdapat ruang – ruang kecil berbentuk persegi tempat para pertarung. Tempat penonton, di jejer mengelilingi di belakangnya. Orang – orang yang punya uang dan kekuasaan mendapat tempat VIP di balkon lantai 2. Judan Garco berada di sana, di tempat khusus promotor acara ini ruang paling mewah.

    Aku disambut berbagai tanggapan penonton lain, ada yang meneriakan namaku, memujinya tapi ada juga yang mencaci maki, itu hal biasa. MC mendekati ketika aku hampir sampai di tengah arena.

    “Lama tidak jumpa Big Guy, sudah siap memberikan pertunjukan yang hebat?”MC itu berpakaian meriah, pakaiannya di lapisi bahan yang kerlap – kerlip, tambutnya ditata aneh menurutku dengan posisi menjulang keatas.
    “Tentu saja.”
    “Sebagai petarung lama, Promotor memberi kesempatan pertama padamu untuk memilih lawanmu, SILAKAN PILIH…Di samping itu ada pertarung kecil yang lincah, Mantis. Kemudian di sebelahnya wanita yang menyukai darah, menggunakan cambuk duri, Thorn rose…”
    Aku langsung menyela dia sebelum memperkenalkan lawan lebih lanjut
    “Yang terkuat tentu saja, Tujuanku kesini adalah menjadi juara.Siapa juaranya? VIPER?” Aku memperhatikan para petarung yang berdiri marah, tapi tidak terdapat sosok viper.
    “Ohhh Viper sudah tidak menjadi pertarung pilihan. Ia pengawal pribadi promotor sekarang, Tapi kamu bisa membalas kekalahanmu jika berhasil menjadi juara terlebih dahulu dan menantangnya. Tentu ada hadiah mewah yang menantimu kalau menang Big Guy. UANG, WANITA, Semua bisa kamu dapatkan.” Kata MC

    “Kamu meremehkan kami Big Guy, kamu sudah lama absen di cage fight. Kamu harus sadar kemampuanmu sebelum menantang sang juara, Crusher.” Kata seseorang yang melompat keluar dari box pertarung, ia mempunya tampang di cat berwarna hitam, putih dan merah.

    Tidak menunggu lama aku langsung bergerak maju menyerangnya dengan sebuah pukulan. Ia berhasil menahannya dengan kedua tangannya tapi itu tidak memberi efek lebih baik. Suara tulang retak mengiringi tubuhnya terhempas melayang, jatuh dan mengerang kesakitan.

    “Kurasa sekarang aku bisa menantang sang juara Crusher.”Kataku dengan tenang

    Sorak – sorai penonton langsung bergema. Para petarung lain hanya terdiam melihat. Aku melihat mc di hadapanku berbisik sesuatu dengan orang yang menghampirinya.

    “CRUSHER CRUSHER” teriakan penonton
    “Baiklah demi penonton, tantanganmu di terima Big Guy.” Mc itu langsung menunjuk salah satu box pertarung yang kosong, aku meminta Elva menunggu di sana.

    Aku berjalan memasuki arena pertarungan, mungkin mempunyai diameter sekitar 15 meter. Setelah aku berdiri, seorang pria besar dengan pakaian terbuat dari besi menutupi sebagian besar tubuhnya ikut masuk. Tubuh pria itu besar, dan gemuk mungkin hampir 2 kali diriku. Wajahnya tertutupi topeng besi, ia hanya menggeram tidak jelas sejak masuk dalam arena.

    “Dimana dia berada, kehancuran mengiringi langkahnya, PERTARUNG TERKUAT CAGE FIGHT, TANK TEMPUR YANG MENGGILAS SEMUA YANG MENGHALANGINYA… CCCCRRUSSHERRRR!”

    Sorak penonton kembali menggema meneriakan nama Crusher.

    “Dan penantangnya,PRIA DENGAN TINGGI 2.3 METER, TUBUHNYA DIPENUHI OTOT KEKAR. KEMAMPUAN BERTARUNG JALANANNYA SUDAH SERING MENJADI BERITA DALAM KORAN PAGI…BIGGGG GUY!.”

    Aku mengangkat tanganku, kali ini penonton bersorak tidak sepadan, ada yang mengejekku, ada yang meneriakan namaku entah bermasuk mendukung atau hanya asal berteriak.

    Jeruji besi turun menutupi arena. Crusher langsung berteriak dan menggenggam jeruji besi itu. Jeruji itu bengkok seperti kawat yang di pelintir. Ia memamerkan kekuatannya.

    “GLORY AND BLOOD …FIGHT!”

    Aku tidak terburu – buru menyerang. Crusher adalah seorang juara cage fight, dia punya kekuatan, aku tidak bisa sembarangan. Dia juga tidak menyerang hanya menggeram tidak jelas. Aku berjalan mengelilingi arena sambil mencari titk lemahnya.
    Teriakan penonton semakin tidak sabar

    “AYO BERTARUNG JANGAN DIAM SAJA”
    “HAJARRR”
    “BUNUH DIA CRUSHERRR”

    Ternyata aku punya reputasi buruk. Tidak bisa berlama – lama di sini, aku memutuskan untuk memberikan serangan, sebuah pukulan untuk melihat kemampuan crusher. Pukulan yang menghempaskan petarung tadi, pukulan yang sama, kekuatan yang sama, kecepatan yang sama. Crusher tidak bergerak ia hanya menggeram. Pukulan itu kena telak di bagian perutnya yang terlindungi baju besi, lapisan besinya langsung rusak saat pukulanku masuk, tapi Crusher tidak bergerak, ia masih menggeram kecil dan aku bisa melihat ekspresinya di balik topeng besinya saat berada tepat di hadapannya, dia tertawa.

    “SIAL!” Geramku

    Terlambat, kedua tangan crusher langsung menangkap tanganku yang memukul, aku tidak sempat menarik mundur. Genggamannya sangat kuat, tanganku seperti sedang tertimpa besi 1 ton. Ia memutar tubuhnya, sehingga tubuhku ikut melayang. Ia mampu memutar diriku yang besar ini seperti mainan, dan….tubuhku di hantamkan ke arah jeruji besi, daya tolaknya sangat kuat. Walaupun aku bisa sedikit meredam efek benturan, tapi tetap saja aku mengalami cedera cukup berat akibat benturan itu.

    “POLA PERTAHANAN CRUSHER, TIDAK PERNAH GAGAL MEMBERI KEJUTAN. OOO BIG GUY TAMPAK KESUSAHAN UNTUK BANGUN. NAH BIG GUY, APA RENCANAMU SELANJUTNYA?”

    Sorak – sorai penonton berteriak kegirangan saat aku terjatuh. Aku kembali melihat ke arah Crusher, ia masih menggeram… tidak itu bukan geraman tapi suara tawa yang sangat jelek. Ia menjulurkan tangannya, menantangku, seolah berkata seranganku sama sekali tidak bisa melukainya.

    Aku berusaha berdiri, dia meremehkanku, tapi itu ada untungnya jadi aku bisa mengatur napas dan berpikir sejenak untuk serangan selanjutnya. Setelah berhasil kembali mengatur napasku, aku langsung bergerak, tapi kali ini agak berbeda aku melakukan beberapa step untuk membuatnya bingung. Gerakan zig – zag, dia besar… mungkin kecepatan dan gerakannya terbatas,semoga itu benar.

    “BIG GUY KEMBALI MENYERANG. OOO KALI INI DIA MENYERANG DENGAN GERAKAN KE KANAN DAN KIRI. APAKAH INI AKAN BERHASIL MENGECOH CRUSHER???”

    Saat masuk ke jangkauan pukulan aku langsung memukul, kali ini kuutamakan kecepatan memukulku. Pukulan itu berhasil masuk ke perut crusher, dan sama seperti sebelumnya dia tidak merasa kesakitan dan kemudian berusaha menangkapku. Itu harapanku, pukulan itu hanya pengalih untuknya agar dia bertindak sama, saat kedua lengannya mengarah untuk menangkap tanganku, aku langsung memutar tubuhku membentuk siluet setengah lingkaran ke belakang tubuh Crusher.

    Aku melompat kecil untuk menambah pukulan keduaku , sebuah smash keras ku arahkan ku bagian belakang kepalanya yang tanpa pertahanan.

    DUAGG

    “SEBUAH PUKULAN YANG SANGAT KERAS PENONTON, CRUSHER TERTUNDUK…”

    Dia berhasil menyadari serangan keduaku dan mengubah poros seranganku dengan menggeser kepalanya, serangan itu kurang efektif, tapi kurasa cukup berefek, aku langsung melancarkan serangan selanjutnya, sebuah tendangan, kali ini dari bawah kuarahkan ke kepalanya lagi. Kena telak, tapi itu tidak menghentikan Crusher berusaha menangkap kakiku setelah tendangan itu berhasil. Aku menghentakan kakiku ke bawah untuk lepas dari cengkramannya, setelah gagal menangkap kakiku ia memutar tubuhnya ke arahku dan memukul dengan telapak tangannya yang besar.

    “OOO GERAKAN YANG INDAH SEKALI, BIG GUY MEMUTARI TUBUH CRUSHER SEPERTI SEDANG MENARI !”

    MC sialan terlalu banyak komentar. Aku berhasil mendapatkan posisi yang sangat ideal, kuayunkan tubuh dan lengan kananku, sebuah ayunan besar. Pukulan uppercut dengan ayunan sebesar ini, mustahil tidak berefek.

    “MATILAH KAU CRUSHERR!”

    Suaran benturan keras terdengar saat tanganku menyentuh dagunya yang gemuk. Tubuh Crusher terangkat akibat pukulanku, dan ia jatuh berlutut. Ia berusaha menahan tubuhnya dengan kedua kakinya. Ini kesempatan baik, tidak akaan aku sia – siakan.

    “KALI PERTAMANYA CRUSHER BERLUTUT, BIG GUY MEMANG SESUAI REPUTASINYA.”
    “GRAARRRRR!!”

    Teriakan kebrutalan, serangan membabi buta. Crusher berinstin melindung tubuhnya dengan memutar – mutar lengannya agar aku tidak bisa menyerangnya. Matanya masih hidup, aku bisa merasakannya. Tidak boleh terburu - buru dan ceroboh, tenaga Crusher bukan main – main, sekali kena, mungkin efeknya bisa mematahkan tulang.

    “CRUSHER BERDIRI, CRUSHER MASIH BELUM KALAH., TENTU SAJA SEBUAH PUKULAN TIDAK CUKUP UNTUK MENJATUHKAN SANG TANK TEMPUR.”

    Aku melihat ke arah Elva, ia berdiri meneriakan sesuatu… tapi aku tidak bisa mendengarnya. Crusher berteriak, menerjang ke arahku. Kurasa ini yang mau di katakan Elva, taktiknya berubah. Tubuhnya gemuk, sehingga gerakannya pun bisa kulihat, tapi dibalik tubuhnya yang gemuk itu tersimpan tenaga tank. Tekanan yang dia berikan sesuai dengan julukannya tank tempur. Aku bergerak mengelilingi arena, tapi crusher berhasil mengikuti gerakanku dan berhasil mendesakku.

    “OOO SERANGAN ANDALAN CRUSHER. SERANGAN BERUNTUN YANG MAMPU MENGHANCURKAN SEMUA RINTANGAN YANG MENGHALANGINYA !”

    Jeruji besi di belakangku tidak sanggup menahan kekuatan pukulan crusher, perlahan penyok dan hancur , aku tidak boleh bertahan terus, ini bukan jalan keluar.

    “CRUSHER SEMAKIN BRUTAL, IA BELUM BERHENTI MEMUKUL KE ARAH BIG GUY. BIG GUY TERUS MENGHINDAR MENGELILINGI ARENA.”

    “GRARRRR”

    Crusher menutup arah gerakku, sehingga tubuhku tertahan, dan ini tidak di sia – siakan olehnya, 2 pukulan crusher meluncur ke arahku. Aku melakukan pertaruhan menyeruduk maju sehingga menghilangkan sebagian momentum dari pukulan Crusher.

    “BIG GUY TERHEMPASSSS!!”

    “GUAHH!!” Pandanganku mengabur
    “LARI PHING !”

    Suara Elva. Aku langsung sadar, dan berpikir cepat. Ide pertama yang terlintas langsung kulakuan dalam sepersekian detik kemudian, berguling keluar dari jangkauannya sambil menahan rasa sakit. Sambil menenang tubuh Crusher untuk memberi dorongan lebih kuat. Crusher tidak menyangka hal itu sehingga terlambat mengatasi gerakanku. Sementara aku berhasil melewati krisis. Aku mencari dimana Elva, ia berada tepat di sebelah arena. Matanya memberi tahuku kalau ia percaya, aku sanggup.

    “APA YANG TERJADI? KEDUANYA MASIH DIAM. AYO CRUSHER, BIG GUY JANGAN BERDIAM SAJA.”

    MC itu terlalu cerewet. Aku melihat ke arah Elva, pandangan penuh dengan kekuatiran.

    “Tidak perlu melihatku seperti itu.” Gumamku pelan

    Aku dan Crusher saling memandang. Serangan tadi juga menguras stamina Crusher. Butuh tenaga besar untuk melancarkan serangan seperti itu dengan tubuh gemuk seperti itu, apalagi dia sudah cedera akibat serangan awalku. Aku memeriksa kedua tanganku….sakit dan tanganku kiriku… retak.

    “JANGAN MENYERAH PHING !!”

    Sialan dia kembali memanggilku dengan nama Phing, tapi entah kenapa amarah yang biasa meluap karena panggilan itu tidak muncul. Kukumpulkan darah yang masih menggumpal di mulut dan tenggorokanku.

    “CUIH, SERANGANMU TERLALU LEMAH CRUSHER.” Aku menantangnya, berusaha memanasinya.

    Dia terpancing, gemertak giginya terdengar semakin kencang, ia menggeram keras.

    “BIG GUY MENJUAL DAN CRUSHER MEMBELINYA…. AKU MERASA AKHIR PERTARUNGAN INI SUDAH DEKAT… SIAPAKAH YANG MASIH BERDIRI DALAM ARENA???”

    Bersamaan dengan itu Crusher langsung menghentakan kakinya, lurus menuju ke arahku. Jarak yang memisahkan kami semakin dekat

    “BIG GUY BELUM BERGERAK ! APA YANG DIPIKIRKANNYA?”

    Sedikit lagi aku masuk ke dalam jangkauannya. Crusher menggerakan tangannya, dan aku langsung bergerak cepat, step ke depan. Bersamaan dia melancarakan serangan pukulan. Pukulan itu menyerempet pipiku, tapi aku berhasil menghindarinya.

    Serangan pukulan ke kepalanya tidak efektif, aku menggunakan serangan lain. Kumanfaatkan daya gempurnya. Saat posisiku sudah berhasil membelakanginya, selama crusher masih dalam momentum maju dengan ganas. Aku melompat dan mendorong kepalanya menambah daya gebrak Crusher, mengarahkannya ke jeruji besi di hadapannya.

    BRUAKKKKKKKKKK!!

    “GILA, CRUSHER MENGHANCURKAN JERUJI BESI ARENA. BIG GUY, DIA BERHASIL MEMANFAATKAN KEKUATAN CRUSHER UNTUK MENGHABISINYA.”

    Walaupun begitu, crusher masih belum rebah, ia hanya sempoyongan. Ini kesempatanku. Aku langsung mencekik lehernya dengan posis saling membelakangi dan …

    “AGHHHH!!”

    Suara dentuman kencang seperti besi 1 ton dijatuhkan dari ketinggian 10 meter. Tangan kiriku, terasa sakit sangat sakit, tapi aku masih harus menggunakannya.

    “TENAGA YANG LUAR BIASA, SEBUAH BANTINGAN YANG SANGAT POWERFULL OLEH BIG GUY !! APAKAH INI AKHIR PERTARUNGAN INI?”

    Crusher menggeram, aku langsung meresponnya dengan menindih kemudian melakukan kuncian leher ke tubuhnya yang gemuk. Ia memberontak, berusaha melepaskan diri, tapi aku tidak melepaskannya berusaha melawan rasa sakit tubuhku, rasa sakit di tangan kiriku yang retak aku terus menekannya, sampai akhirnya mulutnya berbusa, sebuah gerakan kecil dan akhirnya tubuh crusher jatuh lemas… ia pingsan.

    Setelah yakin kalau dia tidak berpura – pura, aku perlahan melepas kuncianku, dan menjauh dari tubuh crusher.

    “SUNGGUH PERTARUNGAN YANG LUAR BIASA… CRUSHER, BIG GUY. KEDUANYA LUAR BIASA. AKHIRNYA PENGALAMAN BIG GUYLAH YANG BERHASIL MENGALAHKAN TANK TEMPUR CRUSHER. SEBUAH PERTARUNGAN YANG PANTAS DIINGAT.”

    Sorak – sorai penonton tampak puas, suara caci – maki masih terdengar tapi itu tidak penting, aku sudah menang. tahap pertama… sudah selesai. Aku memberi tanda kalau aku tidak apa – apa.

    ***

    Jeruji kandang arena di tarik, MC menghampiriku dan memintaaku berbicara sesuatu.

    “Selamat Big Guy, sungguh pertarungan yang luar biasa. Nah sekarang apa yang kamu inginkan? Sebagai juara tentunya kamu sudah tahu apa yang bisa kamu dapatkan.”

    Aku melihat ke arah Elva, dia tidak berkata apa – apa.
    “Keinginanku hanya satu, APEL EDEN.”

    Penonton langsung berkomentar, meneriakan kebodohanku yang hanya meminta ganja.

    “Ganja? Ha ha ha, ayolah Big Guy, masa kamu hanya meminta ganja dari kemenangan spektakuler ini?”
    “Huh…JUDAN KAMU TAHU MAKSUDKU. APEL EDEN.!!”

    Sorot lampu langsung menyinari lantai 2, Aku bisa melihat sosok seorang berpakaian rapi, berwarna hitam, dengan kumis tipis dan senyum tersungging di pipinya, dialah Judan Garco. Di sisi Judan, berdiri sosok yang kukenal, menggunakan topeng besi penuh dengan ukiran burung, tubuh kurus tinggi, Viper.

    “Sudah kuduga, saat Gervog mendapat masalah. Tapi tidak kusangka itu kamu Big Guy. Ha ha ha, baiklah boleh saja, apel eden ini bukan yang kamu maksud?” Judan mengeluar sebuah benda dari kotak. Bentuk bulat tidak sempurna berwarna emas, persis seperti yang digambarkan oleh Elva, apel eden. Aku bisa melihat pecahan kecil di apel eden, mungkin itu asal pecahan anti crystal milik Elva.

    “Ini hanyalah bagian kecil dari koleksiku, nilai benda kecil ini sangat luar biasa mahal. TAPI, kamu bisa memilikinya….” Judan diam sebentar.

    Juara, pemenang dalam cage fight bisa mendapatkan apa saja yang dia inginkan, secara teori itu benar. Kebanyakan petarung hanya meminta uang, wanita atau pria. Judan mempunyai kekayaan yang tidak bisa dikira. Penyelundup, mafia, jual beli senjata, bisnis obat – obat terlarang, dan banyak bisnis gelapnya yang lain. Ia punya akses ke berbagai tempat, jadi hampir semua keinginan para pemenang bisa dia kabulkan. Tapi ada beberapa peraturan tambahan yang dia buat, beberapa keinginan yang dia nilai sangat “mahal” olehnya perlu tambahan bayaran untuk mendapatkannya. Bayaran itu …

    “Dengan apa kamu membayarnya Big Guy? Dengan pertunjukan seperti apa? Aku tidak sabar menantinya.” Judan tertawa penuh nafsu.

    Dia menginginakn sebuah pertarungan sebagai bayaran, pertarungan yang luar biasa yang mampu memuaskan nafsu pribadinya.

    “Saat ini juga…antara aku dan Viper, AKAN KUBALAS KEKALAHANKU WAKTU DULU !!”

    Sorak penonton langsung bergema mendengar harga yang akan kubayar. Judan tertawa, penuh dengan nafsu kesenangan.

    “Ha…hahaha buat aku senang Big Guy, itu harga yang paling pas untuk benda ini. Tapi kamu cedera, tidak akan seru kalau Viper menang mudah… bagaimana…bagaimana ya… AHHH tentu saja. Tim dokterku rawat Big Guy semampu kalian, kembalikan dia dalam kondisi paling baik…kondisi terbaik….HA HA HA…..”

    Tidak lama kemudian beberapa orang berpakaian putih langsung menghampiriku memeriksa segala luka yang aku terima akibat pertarungan termasuk tangan kiriku yang retak, kini sudah kebiruan. Sementara aku dan Elva di bawa ke sebuah kamar kecil, dimaksudkan agar perawatanku dapat dilakukan tanpa gangguan. Aku tidak tahu tubuhku diapakan oleh mereka tapi aku tidak menolaknya. Judan memang maniak pertarungan, dia ingin pertunjukan yang memuaskan dirinya.

    “Lukamu yang lain bisa diatasi, tapi retak di tangan kirimu….perlu perawatan intensif agar bisa pulih seperit semula. Saat ini kami hanya bisa menghilangkan rasa sakit. Kamu bisa memakainya, tapi kekuatan tangan kirimu paling… sekitar 70%. Itu sudah paling maksimal. Sebagai dokter aku sama sekali tidak setuju kamu menggunakan tangan kirimu ini. Kalau terjadi cedera yang fatal kemungkinan tanganmu tidak bisa lagi digunakan, bahkan untuk kegiatan sehari – hari kamu akan terus merasa kesakitan.“ kata salah satu dokter yang merawatku.

    “Lakukan saja yang terbaik.”Balasku

    “Big Guy, pertarunganmu akan diadakan dalam waktu 30 menit lagi.”kata seseorang menyampaikan pesan.
    “Panggil saja kalau waktunya tiba.”

    Setelah selesai melakukan perawatan yang diperlukan, semua dokter meninggalkan ruangan, kini hanya aku dan Elva.

    “Viper bukanlah cryers seperti yang kita jumpai sebelumnya. Ia sangat ahli pertarungan kandang ini. Tubuhnya sangat lincah, dan cakar besinya selalu berhasil meninggalkan bekas luka di tubuhku saat ia menyerang. Saat dulu aku melawannya….aku bisa mengatasi semua hal itu dan bahkan memojokannya, tapi…semua itu menjadi sia – sia saat ia menggunakan crystal miliknya. Ia membuat batu – batu tajam seperti pisau, terbang sesuai kehendaknya. Sial …itu awal dari kekalahanku. Endingnya seperti yang sudah kamu dengar, aku kalah telak dan harus dirawat selama beberapa minggu.”
    “Dengan kata lain kamu pasti bisa mengalahkannya. Kamu pasti bisa.”Kata Elva penuh semangat

    Entah darimana rasa percaya dirinya. Aku hanya tertawa kecil menanggapinya.

    “Waktu yang tepat, harus tepat.Kamu hanya bisa mengaktifkan sesaat kan?”
    Elva mengangguk
    “Tunggulah aba – abaku. Harus membuatnya lengah terlebih dahulu…dan saat itu juga sekali hajar aku harus dapat mengalahkannya.”Kataku kemudian merebahkan diri.
    “Apa pria yang bernama Judan itu akan menepati janjinya memberikan apel eden itu?”Tanya Elva sedikit ragu.”Bagaimana kalau dia berbohong?”
    “Judan selalu memegang katanya, makanya banyak petarung masih ikut dalam acara ini. Ya…kalaupun dia tidak menepatinya, itu kita pikirkan nanti saat itu terjadi. Tidak perlu memikirkan hal yang belum terjadi.”Kataku memejamkan mata, dalam waktu kurang dari 30 menit aku harus memulihkan kondisiku sebanyak mungkin.
    “Biarkan aku istirahat sejenak…”
     
    • Thanks Thanks x 1
  20. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Keren sekali nan inspiratif adegan battle na, dimana adegan na intense seperti jagoan na yang selalu dalam posisi terdesak dan ga sekedar menang mudah :top:

    Deskripsi na detil, dan meskipun imajinasi saia rada kurang buat ngebayangin secara persis gimana jalan battle na, secara garis besar udah kerasa lah gimana serunya adegan tsb :haha:

    Gaya pertarungan na rada campur2 antara Thai Kickboxing ama Smackdown nih, beneran seru jadinya :hehe:

    Dengan handicap setelah pertarungan itu prospek cerita ke depan menjadi semakin menarik aja sih, apapun endingna :top:
     
  21. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    pertarungan selanjutnya...... nantikan saja :elegan:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.