1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Dokter vs Pasien, apa saja yg harus kamu tahu ketika berobat

Discussion in 'Tengah Komunitas' started by anakbingung, Dec 21, 2009.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. anakbingung M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 9, 2009
    Messages:
    1,429
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +780 / -0
    INTRO:

    saia tertarik utk ketik artikel ini karena terinspirasi dari kasusnya sis Prita vs RS Omni Int'l. karena menurut saia, di indonesia masih banyak pasien yg dibego2in industri medis & ga tau apa hak mereka ketika berobat. btw, kenapa saia tulis di atas klo artikel ini saia ketik? karena artikel ini sumbernya dari tabloid, jadi ga bisa dicopas langsung :keringat: semoga juga ga repost :doa:
    buat mod, klo ni thread salah tempat silakan dipindah. jujur aj, saia tadinya jg bingung ini thread cocoknya masuk ke mana... semoga juga ga repost :doa:


    [​IMG]

    AGAR TIDAK BOROS BEROBAT

    Pemborosan dalam berobat bukan soal mampu ato tidak mampu, melainkan efisien ato tidak efisien. artinya yg diperlukan saja. boros itu bisa sebab kenakalan pihak medis, selain pasien rancu dlm berobat. Sebagai contoh: Mr. X amat cermat berobat. Spapun kata dokter ia turuti. Di satu sisi memang menyehatkan, meski bisa berarti pemborosan karena dia bayar lebih byk untuk yg ga perlu. Contohnya, menjalani pemeriksaan PSA (penanda kelainan prostat) tiap beberapa bulan, padahal ga ada indikasi yg mengarah ke sana.

    Opini pasien belum tentu sejalan dengan opini medis. Yg dipikirkan pasien blm tentu sama dgn opini medis. Ini bagian dari pemborosan, misalnya minta semua diperiksa, walopun ga ada indikasinya. Yg kyk gitu sering terjadi di rumah sakit yg jadi industri medis. Kita ga tau semua rumah sakit ramah pada pasien, kalo tujuannya semata hanyalah laba. pasien jadi sapi perahan, melayani melebihi akal sehat medis. Semua unsur laboratorium diperiksa walopun ga diperlukan, sehingga biaya melambung. Pasien DBD (demam berdarah dengue) misalnya, diperiksa jantung & lainnya yg ga berkaitan dgn penyakitnya.

    Kalo bisa ngasi kamar yg lebih tinggi tarifnya, kenapa harus nawarin kelas murah? Pasien yg terdesak utk dirawat ga punya pilihan, walopun ini sebenernya pemborosan. Pemanfaatan alat pemeriksaan yg makin canggih bagi tiap pasien jelas ga rasional kalo tujuannya bukan utk melacak penyakit. gejala overutilisasi alat perika kyk gini yg bikin biaya berobat sangat boros.

    Kalo ada obat sama yg lebih murah, mestinya itu yg dipilih. Jumlah obat yg diberikan pun seringkali melebihi kebutuhan. Secara medis, ini jelas ga rasional. Memang ga selalu salah dokter. Pasien elit kadang ga sembuh klo dikasi obat murah karena faktor kepercayaan pasien amat menentukan kesembuhannya. Padahal, obat yg sama berhasil nyembuhin pasien di desa dgn diagnosis yg sama.

    Pasien elit, gatal sedikit aja lsg nyari dokter. sikap lsg nyari dokter kyk gini juga tergolong pemborosan. Knp? Tubuh kita punya kemampuan yg namanya self-limitting. Berikan kesempatan pd tubuh kita utk menyembuhkan (menormalkan kondisi tidak seimbang) karena perangkat alami utk itu sudah tersedia. Klo tekanan darah mendadak naik, tubuh punya mekanisme utk menurunkannya. Gitu juga sebaliknya. Langsung mengintervensi tiap ada perubahan kesimbangan akan mengacaukan homeostasis (mekanisme pemulihan sendiri). Org jaman dulu ga lsg mengintervensi medis karena kelangkaan layanan medis atau kemampuan berobat lemah. Ternyata ga semua keluhan & gejalanya berkembang jadi penyakit. Jadi sebetulnya tubuh memiliki kemampuan menyembuhkan. Kalau keluhan dan gejala yg sama menetap utk waktu lama & tambah buruk, itulah saatnya mencari dokter.

    Selain mengacaukan homeostasis, lsg mengintervensi dgn obat ato tindakan medis berart pemborosan. pemberian obat membebani tubuh dgn zat kimiawi yg ga perlu. Belum lagi efek sampingnya. Yg lainnya, ga setiap obat perlu dihabiskan ato dibeli seluruhnya. Hanya antibiotika dan obat penyakit menahun yg memerlukan kesinambungan. Obat simptomatik harus dihentikan klo keluhan dan gejala udah ga ada. Diminum kembali klo keluhan & gejala datang lagi.


    Dalam berobat dengan dokter, posisi pasien berada di pihak yg lemah karena ketidaktahuan medis. Ada jurang kompetensi antara pasien dgn dokter, sehingga apapun yg dokter minta & berikan wkt berobat, pasien nurut aja, Walopun secara medis bisa aja yg dokter kasi & lakukan itu ga bener. Termasuk dlm meresepkan obat atau menetapkan suatu tindakan. Ga sedikit
    pasien jantung yg divonis dokter harus di-bypass nolak utk operasi karena kondisi keuangan, ternyata jantungnya masih awet & sehat sampe puluhan tahun kemudian. Kasus kyk gitu mungkin diagnosis dokternya keliru, ato karena kenakalan dokter yg mengada-ada utk tujuan profit tanpa indikasi medis.

    Dokter punya kekuasaan tinggi utk menentukan apa aj terhadap pasien. karena itu, pasien perlu lebih kritis. Bahkan mungkin perlu juga bersikap skeptis terhadap apa yg dokter anjurkan, termasuk dlm menerima resep. Utk bisa kritis, pasien perlu memperluas wawasan dgn membaca, mengikuti seminar, ceramah, ato penyuluhan kesehatan. Dgn demikian pihak medis, termasuk dokter, tidak sembarangan ato masi beranggapan posisi pasien subordinat terhadap dokter & pelayanan medis. Hanya karena pasien lebih kritis & bisa skeptis dalam berobat, dokter ga bisa seenaknya bertindak & meresepkan obat. Cara kyk gini diakui mampu meredam kekuasaan dokter yg sangat tidak terbatas ketika berhadapan dgn pasiennya.

    Hanya dokter yg bijak yg akan ingat & mengakui bahwa pasien yg duduk di hadapannya juga punya hak, dan bertanya perihal apa yg akan dokter berikan & lakukan. Termasuk hak utk menolak bila kita menilai apa yg dokter tetapkan tidak berkesesuaian & perlu pendapat kedua (second opinion).


    Sedikit ilustrasi dari pengalaman saia sendiri:
    Saat ini saia sedang menjalani mengobatan TBC, saia didiagnosis menderita TBC sekitar bulan Agustus lalu. Pertama kali berobat di RS, saia mengeluarkan biaya lebih dari 700rb. jumlah segitu meliputi biaya tes darah, dahak, radiologi, dan obat2an utk 1 bulan. FYI, masa pengobatan penyakit TBC adalah 6-9 bulan, jadi bisa dibayangin dah berapa pengeluaran saia nantinya. gile dah, darimana dapet duit segitu, sedangkan saia masi kuliah & gaji kerja sambilan saia ga seberapa :panda:. Sampe akhirnya saia dapet info klo puskesmas juga bisa menangani penderita TBC. Di puskesmas, saia dikasi tau oleh dokternya klo TBC bisa diobati di situ & biayanya sangat murah. saia cm perlu ngeluarin duit 3500 perak utk konsultasi & obat2an utk TBC yg memang telah disalurkan oleh badan kesehatan internasional, WHO. Dokternya bilang: "Ngapain kamu bayar segitu mahal? Brobat disini lebih murah. Lagipula kamu kan masih kuliah, duitnya bisa dipake utk skripsi toh..." Ohhh, terharu saia dengernya... :terharu:. Saat itu juga saia lsg urus surat pindah berobat dari RS ke puskesmas.

    jgn lupa baca ini juga yah:
    Hak & Kewajiban Pasien di Rumah Sakit

    Sumber:
    Tabloid Gaya Hidup Sehat, no.535. edisi 16-22 Oktober 2009
    Artikel by: Dr. Handrawan Nadesul
    Edit by: saia sendiri biar lebih gampang bacanya
     
    • Like Like x 2
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. LaKude M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Dec 9, 2009
    Messages:
    691
    Trophy Points:
    206
    Ratings:
    +6,355 / -0
    hmmm__apa krn biaya kuliah bwt jdi dokter mahal sehingga dokter2 kita menjadi seperti itu??? :jah:

    gw tertrik dgn prihal biaya__gw msh termsk orng yg menganggap kualitas tinggi = biaya tinggi_atw dgn kata lain jgn sayang duit bwt kesehatan sendiri :unyil:
    tpi mlihat pengalaman TS, gw jdi mersa miris__sebegitunyakah pelayanan kesehatan indonesia :sigh:

    mengenai tipe pasien elit__gw kyknya blom termasuk tipe ini_
    klw cuman flu atw demam pling cuma istrahat aja & minum yg hangat2 :nikmat:
    __gw udh tw kondisi badan sendiri__ :piss:

    klw emg udh parah n harus k dokter_pling k dokter yg udh d kenal atw kenalan bokap-nyokap__
    jdi lebih percaya__ :lalala:
     
    Last edited: Dec 21, 2009
  4. anakbingung M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 9, 2009
    Messages:
    1,429
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +780 / -0
    hehehe... emang sih org awam byk yg bilang kyk gitu. tapi entahlah apa yg ada dipikiran mereka... dari pengalaman saia yg pernah kerja di EO utk event2 kedokteran, terkadang kebijakan rumah sakitlah yg memaksa para pegawai medisnya utk ngelakuin hal2 kyk gini, walopun sebenernya ada juga dokter yg bener2 jujur & bijak...
     
  5. anakbingung M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 9, 2009
    Messages:
    1,429
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +780 / -0
    kok sepi yak, padhal thread-nya bermanfaat loh (muji diri sendiri :swt:)
     
  6. peter82 Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 5, 2009
    Messages:
    3,065
    Trophy Points:
    251
    Ratings:
    +39,479 / -0
    saia bantu ramein kk:haha::haha:

    saia biasa kalo sakit ke dokter yg memang langganan, udah kenal lama dan harus mantap diagnosanya dan manjur obatnya yg di anjurkan + murah:piss:tapi biasa obat yg bagus memang mahal beda dg generik yg efeknya lama baru kerasa:piss:
     
  7. zz11 Veteran

    Offline

    Rockstar

    Joined:
    Mar 11, 2009
    Messages:
    40,084
    Trophy Points:
    252
    Ratings:
    +33,311 / -0
    saia datang :hi:

    nggak juga. menurut gw itu lebih ke kebijakan atasan.
    begini nih, setau gw yg nentuin biaya pengobatan itu kalo tidak salah: ada campur tangan pihak administrasi rumah sakit, pihak pengecekan keluar masuk uang di rumah sakit, dan tentunya semua itu lewat persetujuan atasan.
    dokter manapun yang berpikir sosial, tentu juga memikirkan nasibnya di rumah sakit tersebut. bagaimana kalo untuk memperjuangkan idealismenya itu justru meminta korban pekerjaannya sendiri? tentulah dokter punya rasa takut (sama seperti karyawan), sehingga mereka bisa terbawa arus seperti itu.

    gw pun tidak termasuk... :piss:
    bersyukurlah, karena menjadi pasien elit itu tidak enak...
    sedikit2 harus berobat, dan terus terang, biaya berobat sekarang rata2 relatif tidak kecil.
     
  8. lucaviend M V U

    Offline

    Superstar

    Joined:
    Jul 23, 2009
    Messages:
    20,376
    Trophy Points:
    212
    Ratings:
    +7,850 / -0
    klo sakit flu ato batuk mening bli obat d warung aj!!!!

    klo uda masuk rumah sakit psti disuru tes ini itu!! tar malah makin mahal bayarny *IMO*
     
  9. mugiwara_gambo M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Apr 27, 2009
    Messages:
    229
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +220 / -0
    ya memang kalau berobat yang langganan harganya memang agak miring

    tapi khasiat bagus kok
     
  10. anakbingung M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 9, 2009
    Messages:
    1,429
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +780 / -0
    kadang2 kita juga manggut2 aj sih sm apa kata dokter, secara kita merasa klo dokter itu lebih ttg kesehatan kita. padahal blm tentu dokter tau segalanya. lha wong saia aj pernah ketemu sm dokter yg masi buka2 buku kok wkt ngerawat pasiennya hehehe...
     
  11. hidey-holey M V U

    Offline

    Superstar

    Joined:
    Nov 7, 2008
    Messages:
    12,331
    Trophy Points:
    227
    Ratings:
    +23,757 / -0
    hm, jika memang berobat di rumah sakit, tentu biaya lebih mahal dari[pada di puskesmas...karena selain kamu membayar baiya pengobatannya, juga harus membayar biaya untuk "kemewahan" rumah sakitnya (semakin bagus RSnya semakin mahal).
    sama seperti beli makan minum lah, di warung kaki lima atau orang jualan jalan kaki, pastinya lebih murah daripada barang yang sama yang dijual di restoran kelas kakap:lol:

    IMO sih, berobatlah di tempat yang sesuai, misal kalo opname, ga usah lah memaksa diri opname di ruang vip yang mahal, ruang biasa kan juga cukup, paling enggak juga mencari setidaknya ruang yang memiliki privasi.


    dan BTW, dokter kan juga ahrus menjaga dirinya dari sekitarnya juga, berusaha sebaiknya untuk bekerja sesuai harapan pasien dan [terutama] sesuai harapan atasan yang mempekerjakan dia.
     
  12. HoushiNoHikari M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 26, 2009
    Messages:
    3,404
    Trophy Points:
    162
    Ratings:
    +4,954 / -0
    kebanyakan dokter jarang mendiaknosa penyakit pasien dgn teluti :panda:
    cuma liat gejala2x awal dokter dah berani nyimpulin penyakit apa yg di miliki pasien tanpa mempertimbangkan apa si pasien punya sejarah penyakit turunan ato alergi pada obat tertentu.
     
  13. ryuusei08 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 7, 2009
    Messages:
    131
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +939 / -0
    pendapat saya tentang dokter, dokter ada berbagai macam jenisnyaada yang kualitas unggul ada pula yang kualitas cethek..., biasanya untuk membedakan lulusan mana dokter itu berasal..yang biasanya berkualitas umumnya dari UI, UGM...dsb (biasanya 5 Univ terbaik) lalu ambil spesialis apa juga... dan punya pengalaman praktek lebih dari 5 th.
    yang di atas itu kriteria dokter menurut pendapatku agak unggul. namun dokter bisa juga salah namanya juga manusia. namun harus diingat dalam profesinya tidak boleh ada kesalahan sedikitpun. soalnya menyangkut nyawa manusia. sehingga wajar saja kalau seorang dokter buka buku untuk mendiagnosa pasien soalnya banyak sekali penyakit yang kadang2 memiliki gejala yang sama sehingga memerlukan ketelitian lebih. dan kalo perlu, ada diagnosa dari 2-3 dokter untuk suatu penyakit.
    kalau untuk memeriksa kesehatan saya lebih condong ke dokter yang ada di klinik yang ada lab uji klinis nya ( biasanya ada alat lab dengan minimum req) sehingga bs lebih murah drpd RS. atau akalau ga ke puskesmas aja soalnya banyak puskesmas skrng sudah kualitas Nasional ( berbagai alat periksa lengkap).
    last but not least, pernahkah anda sebelum menemui seorang dokter berkonsultasi terlebih dahulu dengan seorang apoteker?? seorang apoteker memiliki kemampuan medis untuk menganjurkan obat yang dipakai untuk mengobati sebuah penyakit. malah kadang2 biaya lebih murah dari pada konsultasi dengan dokter... malah kadang2 ga bayar sama sekali konsultasi dengan Apoteker..
    semoga bs bermanfaat :piss:
     
  14. hidey-holey M V U

    Offline

    Superstar

    Joined:
    Nov 7, 2008
    Messages:
    12,331
    Trophy Points:
    227
    Ratings:
    +23,757 / -0
    ^
    kalo apoteker ya tidak boleh secara hukum ngasih konsultasi secara profesional:keringat: tugasnya kan sudah jelas..
    sama seperti dokter gigi tidak boleh mengobati pasien non gigi
     
  15. hanifrazor M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jan 2, 2010
    Messages:
    332
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +736 / -0
    Wah, dokter yang ada di puskesmasnya lebih bijaksana daripada yang di RS
     
  16. ixs110 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 1, 2009
    Messages:
    122
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +28 / -0
    Etika medis dah banyak di lupakan .....
    Prinsip hidupku: Mening mati dari pada ke dokter yang gak jelas
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.