1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Canvas of My Life

Discussion in 'Dear Diary' started by ndut05, May 17, 2017.

  1. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Saat ini rasanya momen yang tepat untuk belajar mengungkapkan perasaan yang sering kali dipendam dalam-dalam. Terlebih ketika semuanya telah membuncah dan meledak disaat bersamaan, membuatnya berserakan tidak terkendali dan beraturan hingga melukai diri ini. Ku tak tau, apakah waktu akan mampu mengobati luka ini atau membuatnya membusuk. Yang ku tau hanyalah, ku perlu menata kembali perasaan ini agar mampu melanjutkan kehidupanku dan mampu untuk tulus tersenyum saat melihatmu bahagia walau tidak bersamaku.

    Enam tahun lebih kebersamaan itu telah kita bangun, dimana kita saling berkontribusi dalam menyusun impian bersama, impian dimana kita ingin saling membahagiakan dan menopang satu sama lain, selamanya. Bukan impian muluk sebenarnya, karena impian itu mampu diwujudkan oleh orang-orang disekitar kita, dan membuat kita meyakini kita mampu untuk mewujudkannya. Namun, perjalanan mewujudkan impian itu bukanlah hal yang mudah, dan ku sadari, kau-lah yang dirugikan dalam hubungan ini.

    Sejak awal perjalanan kita, walau dirimu terkadang tersenyum dan bahagia, namun lebih banyak lagi hal-hal yang membuatmu bersedih dan menangis, dan itu semua penyebabnya adalah diriku ini. Ku ingat dirikulah penyebab dirimu dirimu disisihkan dari orang-orang di sekitarmu bahkan dari sahabatmu sendiri saat kau memutuskan untuk membersamaiku. Begitu pula penyebab dirimu berkali-kali bersedih dan menangis saat interaksi-ku yang berlebihan dengan orang-orang disekitarku. Diriku pula berkali-kali menyakitimu dengan kebodohan, keras kepala, maupun ketidakmampuanku dalam mengelola emosi. Bahkan diriku pula yang berandil besar belum terwujudnya impian bersama itu hingga kau memutuskan untuk mengakhirinya.

    Berlalunya waktu dan bertambahnya usia, memnbuat 2 tahun terakhir menjadi ujian sesungguhnya dalam hubungan ini. Lagi-lagi diriku-lah menjadi penyebab pertengkaran yang terjadi yang berujung membuatmu bersedih dan menangis, hingga dirimu pasrah akan masa depan kita berdua dan meyakinkan diri bahwa kau akan bahagia bersamaku. Bodohnya, bukannya diri ini semakin terlecut tuk membuktikan mampu mewujudkan impian bersama, yang terjadi malah sebaliknya. Ku merasa semakin tidak layak untukmu, bagai pecundang yang tidak pantas mendapatkan seorang putri idaman.
     
    Last edited: May 17, 2017
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Sulit ternyata mengungkapkan perasaan ke dalam tulisan, namun ku kan terus mencoba, setidaknya ku tak ingin memendam kembali perasaan dalam-dalam, karena akan berakibat buruk pada kesehatan jasmani dan jiwaku kelak. Perasaan ini masih campur aduk dan terasa sulit untuk menguraikan satu persatu dan menyusunnya kembali. Bagaimana tidak, empat puluh delapan jam belum berlalu sejak saat kau memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Rasanya masih bagai mimpi, dan saat terbangun, entah kenapa hati ini terasa sangat tak karuan, perasaan negatif dan positif bercampur menjadi satu. Rasa sakit, nyeri, sesak, pasrah, lega, bangga, harap, dan berbagai rasa lain yang tidak mampu ku ungkapkan datang silih berganti. Melepaskan dan merelakanmu, ternyata lebih mudah untuk dikatakan, namun sulit untuk dilakukan.

    Sebelum percakapan malam itu terjadi, intuisi-ku merasakan bahwa ini akan menjadi percakapan yang sama sekali berbeda dibandingkan sebelum-sebelumnya. Berkali-kali ku baca kembali message-mu, sambil menyiapkan diri untuk bisa lebih menahan diri, agar tidak mengulangi kejadian-kejadian yang membuatmu tersakiti. Ku coba mengelola emosi dan kata yang perlu ku perdengarkan padamu, beruntung jarak memisahkan kita, sehingga kau tidak perlu melihat keadaanku sebenarnya. Ku simak tiap kata yang kau ucapkan, ku dukung usaha-mu untuk memperbaiki diri, ku setujui keinginanmu untuk mengakhiri hubungan kita agar di sana kau bisa semakin fokus untuk lebih baik dan mendekat pada ALLAH, berkali-kali ku yakin-kan dirimu bahwa ku ingin melihatmu bahagia bersama atau tanpa-ku. Namun ketika kata itu terucap, bahwa di sana ada yang berkeinginan untuk melamar-mu, bagiku langit seakan runtuh, telingaku memerah, dadaku sesak, mataku memanas, hatiku terbakar cemburu, namun apa daya-ku, yang bisa ku lakukan ialah berusaha untuk mengatur nada dan kata yang harus ku ucapkan padamu, karena tak ingin menyakitimu kembali dengan mengatakan sejujurnya bahwa diriku belum siap untuk melepasmu bersama orang lain.

    Saat kutanyakan siapakah gerangan ia, ku tahu kau berusaha untuk menutupinya, tidak ingin melibatkan ia yang tidak tau apa-apa akan hubungan kita. Ya, karena hubungan kita, hanya kau, aku, keluargamu dan keluargaku, dan orang-orang terdekat saja yang mengetahuinya, yang lain sama sekali tidak. Seketika itu ku tersadar, kau layak mendapat yang terbaik, bukan pecundang dan penjahat sepertiku ini, yang tidak mampu mewujudkan impian bersama, walau hubungan kita telah lama berjalan. Kembali ku coba untuk mengatur kata, walau perasaanku berkecamuk dan tak terkendali, ku berusaha meyakinkan kembali bahwa keputusanmu itu tepat, untuk menjauh dariku ini, agar kau lebih baik dan mendapatkan kebahagiaan yang selama ini kau tunggu. Kemudian kau pun mengatakan bahwa menerima lamarannya belum-lah menjadi keputusanmu, kau hanya ingin berdiri tegap di atas kakimu untuk mendekat pada-NYA, memohon petunjuk-NYA yang terbaik untuk semua yang terlibat. Saat mendengar hal itu, ku tau kau tulus mengatakannya, karena ku tau besarnya perasaan dan perhatianmu padaku, namun entah kenapa, rasanya sebagian jiwaku hilang dan intuisiku mengatakan bahwa jiwaku yang hilang itu takkan pernah kembali.

    Ku coba untuk mengukur diri, berusaha mencari tau siapa ia, maka kutanyakan padamu, dimana ia mengenalmu, dan jawabanmu membawa perasaan "tak layak-ku untukmu" mencapai level yang lebih tinggi, ia adalah pembicara, dan kau adalah peserta. Pembicara memang tak selama-nya orang hebat, namun ku tau pasti, lingkaran-mu berisikan orang-orang hebat, maka tak mungkin seorang pembicara berada dalam level dibawahnya. Aku bagai terhujam dari langit ke tujuh hingga dasar neraka, sakit ku rasakan, tapi ku tak berdaya hanya bisa menyerah dan mengaku kalah. Saat ku katakan padamu bahwa ia layak untukmu karena ia hebat, dan ku yakin ia bisa membahagiakanmu, kau pun langsung menyanggahnya, bagimu aku punya sisi-sisi kehebatan yang tidak ia miliki, namun tetap saja hal itu tidak merubah pandanganku terhadapnya dan terhadap diriku sendiri, bahwa ku telah kalah sebelum ku berhadapan dengannya.
     
    Last edited: May 18, 2017
  4. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Malam itu kau pun mengatakan, kau menyerahkan semuanya pada ALLAH, hingga kau ingin aku pun tidak berkecil hati, mari bersama-sama menjadi lebih baik, bisa saja putusan ALLAH untukmu adalah aku, dirinya, atau bukan di antara kami berdua. Aku setuju, manusia normal mana yang tidak ingin menjadi lebih baik, aku yang buruk ini pun ingin lebih baik, namun apakah kau tau yang ada dalam pikiranku saat itu? Aku tentu tidak dapat melogikakan keputusan yang akan ALLAH berikan padamu, namun pikiran nakalku mengatakan bahwa diriku hanyalah satu diantara tiga pilihan, itu artinya "peluang"ku hanya 33,3%., dan ketika pikiran nakalku membawa perasaan "tak layak-ku untukmu" dalam perhitungan itu, maka seakan kesempatanku berubah menjadi 4,77%, karena bagiku ia ataupun orang lain yang ALLAH pilihkan untukmu, mereka 10 kali lebih baik daripadaku.

    Perasaanku ingin mengatakan padamu, bahwa ku pasrah dan lebih baik mundur dari perhitungan, sehingga dirimu bisa meminta lebih "spesifik" pada ALLAH apakah ia atau orang lain yang ALLAH pilih untuk membahagiakanmu. Kepasrahanku bukan karena ku tak lagi menyayangimu, mencintaimu, peduli padamu, bertanggung jawab akan hilangnya waktumu yang berhargai atau apapun hal-hal positif yang telah ada dalam hubungan kita sebelumnya, namun karena ku sangat sayang, sangat cinta, sangat peduli dan sangat ingin mengakhiri deritamu ketika bersamaku, dan sangat ingin melihat kau bahagia. Ku telah lama berkaca diri, semua sumber permasalahan ketidakmampuan kita mewujudkan impian bersama adalah aku. Aku belum bisa mandiri di saat kau mampu melakukannya, aku makin menarik diri dan terbenam dalam lumpur di saat kau semakin bersinar dan menerangi sekitarmu, aku bahkan terpuruk dalam sakitku di saat kau di sana aktif memberi manfaat. Beruntung akalku menahan perasaanku untuk tidak mengatakannya, percakapan malam itu adalah momen penting dalam hidupmu dimana kau berani mengambil keputusan besar untuk masa depanmu, ku tak ingin momen penting itu berakhir dengan ku menyakitimu seperti sebelum-sebelumnya.

    Namun sayang, bagiku percakapan itu berakhir dengan tidak tuntas, keterbatasan paketku mengakhiri percakapan kita, padahal masih ada beberapa hal yang perlu ku sampaikan. Segera ku message dirimu, menjelaskan keadaan dan berharap kau membalasnya, namun yang kuharapkan tidak terjadi, bagaikan ku kau tinggalkan begitu saja dan dengan sengaja menghindariku. Rasanya ku ingin segera keluar dari kamar kos untuk membeli pulsa, namun apa daya saat itu diriku tidak bertenaga dan hanya bisa menangis. Ya, aku menangis, seorang yang kau kenal sulit untuk menangis, keras kepala, cuek, masa bodoh ini pun menangis, menangisi kebodohanku sendiri, telah membuatmu menyia-nyiakan waktu 6 tahun yang berharga bersamaku tanpa ku mampu mewujudkan impian bersama dan membuatmu bahagia. Tenagaku pulih setelah puluhan menit berlalu, namun malam semakin larut, ku paksakan diri untuk keluar dan mempersiapkan paket, begitu pula terkait hal-hal yang ku perlukan untuk perawatan medis yang harus ku lakukan esok pagi.

    Malam itu menjadi malam panjang bagiku, sulit untuk memejamkan mata dan hatiku sama sekali tak menentu. Rasa takut menghadapi perawatan medis yang ada sebelum percakapan itu terjadi, kini hilang tak berbekas, yang muncul adalah perasaan yang tidak bisa ku ungkapkan hingga saat ini. Muncul sederet pertanyaan nakal seperti, berapa lama ia telah mengenalmu, berapa jauh ia tau tentangmu, interaksi seperti apa yang kalian lakukan selama ini, dan banyak lagi. Pertanyaan-pertanyaan itu terus menggelayutiku, hingga kemudian ku tersadar dan menepis semua itu, terlebih jika pertanyaan ini mempertanyakan kesetiaanmu padaku. Ku tau kau wanita yang tak sempurna, namun dengan hati mulia yang kau miliki, kau takkan mengkhianati hubungan yang terjalin selama ini, walau pasanganmu hanyalah pecundang sepertiku. Sudah seharusnya akulah yang merelakan wanita baik sepertimu, putri idaman yang pantas mendapatkan pangeran sempurna, bukan pecundang yang tidak tau diri.

    Alhasil, malam itu ku lakukan segala cara untuk menepis keraguan, menahan rasa penasaranku, dan menekan pikiran negatifku. Beruntung ALLAH berkehendak untuk membuatku terlelap tanpa ku sadari, dan membangunkanku dengan keadaan yang lebih baik, baik secara fisik maupun perasaan. Dalam perjalanan menuju RS, ku berpikir keras apakah ku perlu menghubungimu lagi atau tidak, antara ku ingin menyelesaikan yang tertunda, namun di sisi lain, ku ingin menghargai dan menghormati keputusanmu untuk kita tidak saling berhubungan. Setelah berulang kali mempertimbangkan, ku putuskan dan ku beranikan untuk mengirim message padamu, berharap dengan message itu semua benar-benar selesai. Sambil menunggu jadwalku, ku pikirkan dengan cermat kata yang perlu ku utarakan dan menyusunnya dengan tepat, tak peduli dengan keadaan di sekitar, termasuk jeritan pasien yang mengeluh saat pemeriksaan medisnya berlangsung. Sungguh luar biasa, fokusku padamu benar-benar mengalahkan rasa takutku terhadap perawatan medis yang akan segera ku hadapi, bagiku, rasa ketidakinginanku membuatmu tersakiti atau tersinggung dengan kata-kata yang kutuliskan, berkali-kali lebih besar dan mengalahkan rasa takutku.

    Belum sempat ku selesaikan message yang ingin ku kirim, ternyata diriku telah dipanggil menjalani perawatan medis. Berbaring di antara peralatan medis yang akan digunakan tidak membuatku takut, yang kupikirkan hanyalah pilihan kata apalagi yang ingin ku gunakan dalam message-ku padamu. Rasa takut, atau menurutku lebih tepatnya rasa panik, baru terjadi saat mendekati akhir proses perawatan medis yang ku jalani, bagaimana tidak, ruang tenggorokanku terisi penuh dan mengalami kesulitan bernapas, hal ini mengingatkanku akan kejadian traumatis dalam hidupku, sehingga tanpa sadar ku melawan ingin segera mengeluarkan alat medis yang ada dalam tenggorokanku. Anehnya dikala itu, tebersit dalam benakku wajah orang-orang yang sangat berarti dalam hidupku, termasuk wajahmu, membuatku mampu mengatur napasku kembali, dan memudahkan alat itu untuk keluar dari rongga tenggorokanku. Kejadian tadi, bagiku menunjukkan bahwa kau masih sangat berarti untukku, walau ku sadar ku perlu segera untuk merelakanmu.

    Segera kulanjutkan menuliskan message yang ingin ku kirim, ku baca beberapa kali, sebelum akhirnya meyakinkan diri untuk mengirimnya padamu. Awalnya, ketika tidak ada respon darimu terhadap message yang kukirim membuatku lega, setidaknya ku tidak banyak berharap kau akan membalasnya, cukup membacanya saja. Namun setelah sekian lama, datang message balasan darimu, ku baca dengan cermat, dan ternyata salah isi satunya mengingatkanku akan hal yang lupa ku sampaikan dalam message awal, maka ku pun kembali memilah kata untuk kugunakan dalam message balasan untukmu dan mengirimkannya, inilah awal ujian sesungguhnya bagiku, berharap kau akan membalas kembali message-ku. Sepanjang perjalanan menuju kos setelah terkirimnya message itu, diriku seperti mengalami gejala obsesif compulsif disorder (OCD), berkali-kali melihat apakah ada message balasan darimu, begitu juga menghitung waktu yang berlalu dan tiap 5 menit melihat alat komunikasiku, tentunya untuk melihat apakah message balasanmu atau tidak. Beruntungnya hal itu hanya berlangsung sekitar 1 jam saja, itupun karena sesampainya di kos, ku coba menyibukkan diri dan melihat berbagai website, untuk mengalihkan perasaan berharapku akan datangnya message balasan darimu.

    Ujian itu datang kembali saat alat komunikasimu menghubungiku, segera ku balas untuk menghubungimu, namun kau tidak menjawabnya. Saat ku tanyakan mengapa dirimu menghubungi, kau hanya menjawab bahwa tidak ada apa-apa, dan hanya tidak sengaja. Kembali ku balas, mengatakan kau tidak perlu berbohong, namun kau kembali mengatakan bahwa itu hanyalah t, dan selama ini pun sering seperti itu. Ya ALLAH, apakah ini ujianmu bagiku? Jelas ini ujian bagiku. Sejak kulihat alat komunikasimu menghubungiku, ku mengkhawatirkanmu, maka responku seperti di atas. Dan sepanjang waktu berlalu hingga kau meyakinkanku bahwa itu hanyalah salah pencet, gejala OCD pun kembali muncul, tiap menit kulihat alat komunikasiku, ku lihat pula emailku, berharap ada kabar dan balasan darimu untuk mengutarakan yang seseungguhnya terjadi. Inilah yang melatarbelakangi permintaanku padamu, untuk sementara menghapus kontakku dari alat komunikasimu dan menyimpannya di tempat lain. Sejujurnya, ini kali pertama bagiku tidak bisa mengetahui apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu, sebelum-sebelumnya, walau kau berusaha menutupi sesuatu dariku, setidaknya ku mengetahui apa yang ingin kau tutupi dari ku, sehingga ku tetap bisa mengetahui perasaan yang sedang kau rasakan. Sedangkan kali ini, aku sama sekali tidak paham, entah ini karena perasaanku yang tidak karuan dan menutupi akal pikiranku, atau ini sebuah pertanda bahwa kita sudah tak lagi saling "terhubung" satu sama lain?

    Satu hal yang dapat kupastikan setelah mengalaminya, bahwa ini sebenarnya adalah ujian lagi bagiku. Ya, ini ujian bagiku, karena setelah itu, ku semakin tidak mampu berpikir jernih, semakin tidak mengetahui apa yang sedang sebenarnya ku alami. Ku tak tau harus membagi beban ini pada siapa, karena kau pun tau, sebelum hubungan kita berakhir, hanya kau lah orang yang kupercaya untuk keceritakan segala masalahku. Ketika ku tak dapat menahannya lagi, ku putuskan untuk menghubungi si Bungsu, karena ia satu-satunya orang yang mengetahui akan apa yang terjadi dalam hubungan kita. Beruntung ku diberi kesempatan beristirahat oleh ALLAH, sehingga saat curhat pada si Bungsu ku merasa curhatanku lebih terkendali, walau mungkin tetap mengagetkan baginya. Si Bungsu jelas berbeda denganmu, namun setidaknya dengan sedikit curhat padanya, sedikit mengurangi tekanan yang ada dalam diriku, membuatku lebih bisa mengendalikan diri. Setelah itu, ku beranikan untuk keluar dari goa-ku, membuka kembali media sosial yang lama tak ku jamah sebelumnya. Mengganti semua foto lama dengan yang baru, walau pada akhirnya, semua foto baru itu pun tetap berkaitan denganmu. Bagi ku tidak mengapa, karena memang hidupku telah terwarnai dengan warna indahmu, takkan ku hapus dan ku pun tak mau untuk menghapusnya.

    Terlalu banyak warna indah yang telah kau lukiskan dalam kehidupanku, forum ini pun menjadi salah satu warna indah yang kau torehkan untukku. Oleh karenanya, ku gunakan forum ini sebagai bukti akan keberadaanmu dan usahaku untuk menjalani kehidupan dengan atau tanpamu kelak. Dulu saat kita masih bersama, kita pernah memperdebatkan gambar apa yang akan kita gunakan sebagai avatar akun ini? Sungguh lucu saat itu, kau ingin kopi, aku ingin teh, kau ingin cangkir, ku ingin gelas, dan tidak menemukan titik temu hingga akhirnya kita sepakati bahwa kita tidak akan memakai gambar avatar. Kini, setelah hubungan kita berakhir, maafkan keegoisanku untuk menggunakan salah satu hasil fotomu sebagai avatar akun ini. Bagiku foto itu bersejarah, karena itu berada dalam rangkaian foto yang diambil saat "kencan" pertama kita, memang bukan "kencan" pertamaku, namun itu adalah "kencan" pertamamu, dan terutamanya "kencan pertama kita". Apakah kelak akan ada "kencan kita" yang lain, entahlah karena ku tak tau jawabannya, sadarku berusaha memasrahkan semua pada ALLAH, pikiran nakal meyakinkanku peluang itu sangat kecil, perasaanku mengatakan ku tak layak untukmu sehingga ku lebih baik menghilang dari hidupmu, akalku menyuruhku bertanggung jawab mewujudkan impian bersama yang pernah ada dan tidak menyakitimu, hatiku ingin melihatmu bahagia dan tidak menderita dengan atau tanpaku, dan alam bawah sadarku belum siap untuk kehilanganmu.
     
    Last edited: May 18, 2017
  5. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Hari ini, diriku merasa tak bertenaga dan kesehatanku seakan lebih menurun dibandingkan hari-hari sebelumnya, entah karena imbas dari pengetahuan akan lamanya pengobatan yang harus ku jalani atau imbas dari emosiku yang tak beraturan sejak percakapan itu terjadi. Sejak pagi pun, berbagai macam rasa yang tak bisa ku kenali satu persatu kembali berkecamuk, namun ku tau pasti apa penyebabnya. Semua itu akibat proses perenungan yang ku lakukan, percakapan dengan si Bungsu, begitu juga saat ku libatkan realita keadaanku kini, membuatku semakin mengerti akan keadaan diriku yang sesungguhnya. Betapapun sadarku, pikiran nakalku, perasaanku, akalku, hatiku, dan alam bawah sadarku memiliki pendapatnya masing-masing, namun hal yang terbesar yang mendominasiku ialah, ku sulit melepasmu. Ya, ku sulit melepasmu, karena di lubuk hatiku terdalam, ku masih menyimpan segunung harapan bahwa ALLAH akan memilihku sebagai pilihanNYA yang terbaik untukmu.

    Segunung harapan yang tercipta mengingat betapa berartinya kau bagiku, banyaknya warna indah yang kau lukiskan, dan manis berbagai pengalaman hidup yang kita alami saat bersama. Segunung harapan yang mewakili besarnya keinginanku mewujudkan impian bersama denganmu dan memenuhi janji dalam hati yang ku buat saat melihat ayahmu tuk yang terakhir kalinya, janji untuk membahagiakanmu, menghapus duka dan deritamu, serta mendampingi dan menopangmu dalam mengarungi samudera kehidupan. Segunung harapan yang tumbuh dan berkembang sejak awal perjumpaan hingga saat ini, walau harus kuakui, ku belum banyak melakukan usaha berarti untuk mengubah harapan menjadi kenyataan. Segunung harapan yang selalu menghubungkanku padamu, ketika ku tak mampu melepasnya, maka ku takkan mampu tuk melepas, merelakan dan mengikhlaskanmu pergi dari kehidupanku.

    Aku dalam normalku, merasakan harapan bagai sinar yang menerangi kegelapan, bara api yang menghangatkan, ataupun will power yang membuat seseorang bangkit tuk memperjuangkan cita-citanya, sebagaimana yang dirasakan kebanyakan orang. Namun, dengan keadaanku dua tahun terakhir, ku merasakan harapan bagai impian yang sulit ku capai dan angan yang tak terjangkau mengingat keadaan ku. Dan kini, ku merasakan harapan itu ibarat rantai yang mengikat dan menautkan diriku denganmu dan jangkar yang tertanam dalam-dalam di jiwaku. Harapan itu akan terus menerus membuatku merasa sulit, tidak rela, cemburu, marah, bodoh dan menyesal saat melihat dirimu bahagia dengan selainku.

    Ku tak tau apa yang sebenarnya kini sedang kau rasakan, ku pun tak tau apakah dirimu masih sama dengan yang ku kenal saat kita masih bersama. Jika dirimu ialah orang yang sama yang ku tau dan ku kenal, maka apa yang kurasakan saat ini, kau pun merasakannya, bahkan berkali-lipat kau merasakannya, karena perasaanmu sangatlah peka. Karenanya ku mampu membayangkan betapa sulitnya dirimu mengambil keputusan ini, memintaku untuk mengakhiri hubungan kita, dan memilih untuk mendekat pada ALLAH, memohon padaNYA diberi petunjuk terbaik untuk masa depanmu dan masa depanku. Ku sadar, pilihan ini kau ambil karena "kita", karena ku tau betapa besarnya rasa cinta, sayang, perhatian dan dukungan yang telah kau berikan padaku selama ini, dan ku pun tau kau berhak untuk memperjuangkan dan mendapatkan kebahagiaanmu sendiri, yang takkan kau dapat saat bersamaku.

    Jikalau ada orang ketiga yang datang kedalam kehidupanmu, ia hanyalah katalis yang mempercepat langkahmu untuk mendekat pada ALLAH. Walau begitu, siapapun orang ketiga itu, baik ia yang kini berkeinginan melamarmu, atau orang lain yang akan datang, ku harus akui bahwa ku tak bisa dibandingkan dengan mereka. Mereka jauh lebih baik, layak dan lebih siap untuk mewujudkan impianmu, dibandingkanku yang masih berkutat dengan diriku dan tidak memiliki kesiapan sama sekali. Ku sadar, perasaan "tak layak-ku untukmu" membuatmu jengah dan marah, berkali-kali kau memintaku untuk lebih bisa berpikir positif terhadap diriku sendiri, berkali-kali pula kau bilang ku memiliki potensi kebaikanku sendiri yang tak kalah dengan mereka. Ku paham akan hal itu, ku yang dulu pernah memiliki potensi yang sama dengan orang-orang hebat di sekitarmu, ku yang dulu mampu membuatmu terpesona padaku, ku yang dulu dapat menyebabkan dirimu yakin untuk membersamaiku walau banyak orang di sekitarmu mengingatkan dan melarangmu. Namun ku berharap kau pun tau, bahwa diriku saat ini bukanlah diriku yang dulu, dan perasaan "tak layak-ku untukmu" hanyalah cerminan kesadaranku akan hal itu. Ku perlu menempatkan diriku dengan keadaanku terkini, agar ku mampu berdiri dan melangkah dengan pasti, bukan hanya sekedar bermimpi akan potensi yang ku miliki.

    Setelah merenungi, berkaca diri dan mempertimbangkan dengan melibatkan segala perasaan dan keadaan ku kini, serta mengingat dirimu yang mampu mengambil keputusan besar dalam hidupmu, walau betapapun sulitnya itu. Ku pun perlu untuk mengambil langkah besar dalam hidupku, ku harus melepas segunung harapan yang ada di lubuk hatiku terdalam, ini adalah langkah awal yang harus ku tempuh, agar ku mampu melepas, merelakan dan mengikhlaskanmu pergi dari kehidupanku, serta mampu tuk tulus tersenyum saat melihat kebahagiaanmu. Sungguh ini sangat sulit bagiku, sama sulitnya dengan yang kau rasakan saat kau mengambil keputusanmu, namun ku perlu melakukannya, ku ingin membersamaimu tuk terakhir kalinya. Membersamaimu tuk sama-sama bangkit dan berdiri di atas kaki masing-masing, walau tujuan, jalan, kecepatan dan ritme yang akan kita tempuh kini tak lagi sama.

    Jikalau ALLAH berkehendak mempertemukan kita di masa yang datang, ku berharap mampu melakukan hal yang seharusnya ku lakukan. Jikalau kau telah bersama yang lain, maka ku kan mampu tersenyum tulus padamu dan mendoakanmu, dan jikalau kau datang tuk kembali membersamaiku, maka ku kan mampu tuk menerimamu dan memulainya dari awal. Ku ingin mengkomunikasikan ini padamu, karenanya ku kirimkan message itu padamu, berharap kau bersedia meluangkan waktu untuk mendengarnya secara langsung. Aku telah bangkit, berdiri dan memulai langkah awalku tuk melepas, merelakan dan mengikhlaskanmu pergi dari kehidupanku.
     
    Last edited: May 20, 2017
  6. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Sungguh bersyukur, semalam ku mampu mengungkapkan dan menuliskan apa yang ku rasakan, karena setelahnya ku mampu segera tertidur lelap. Ini kali pertama ku mampu tidur lebih awal sejak kejadian malam itu, terbangun dengan perasaan yang jauh lebih baik, dan yang sangat ku syukuri, ku tidak kesiangan dalam menjalankan kewajibanku. Hari ini menjadi hari baru bagiku setelah kuputuskan untuk memulai langkah awal perjalananku, menjalani hari-hariku kedepannya dengan kesendirianku, tanpa lagi memiliki gunung harapan yang mengaitkanku padamu. Hari ini pun menjadi hari baru bagiku, walau ku tau sejak malam itu warna-warna indahmu takkan lagi menghiasi kehidupanku, namun ku harus kuakui ku belum memiliki kesiapan menghadapinya, dan kini ku secara sadar memiliki kesiapan itu, kesiapan untuk menjalani hari-hariku tanpa dirimu membersamaiku.

    - - - - -

    Ku kira ku telah mampu untuk mengelola keadaanku karena ku tak lagi mengalami gejala OCD yang sama seperti sebelum-sebelumnya. Ku tak lagi berkali-kali melihat alat komunikasiku ataupun dalam kurun waktu tertentu melihat apakah ada balasan message darimu. Ya, ku memang tak berharap kau membalas message itu, ku memperkirakan kau memerlukan waktu untuk berinteraksi kembali denganku. Terlebih kau perlu menata perasaan dan keadaanmu disana, sebelum kau siap untuk mendengar langsung suaraku. Namun ternyata perkiraanku salah, keadaan ku yang sebenarnya belumlah seperti yang ku kira. Saat ku membuka media sosialku, dan menemukan kau disana berinteraksi dengan orang lain tanpa membalas atau melihat message yang ku kirim. Seketika dadaku sesak, nyeri, dan beragam rasa menyeruak datang bak air bah. Pikiran nakalku berusaha meyakinkanku, bahwa kau memang telah melupakanku dan sengaja menghindariku. Namun akalku berusaha melawannya, memberitahuku bahwa tanpa kau melihat isi messageku via media sosial, sesungguhnya kau telah membaca via alat komunikasimu, dan kau memang menghindarinya karena kau memang membutuhkan waktu, dimana perasaanmu sangatlah sensitif, apalagi jika berkaitan denganku. Beruntung sadarku melerai perdebatan itu dan segera menghubungimu, untuk menanyakan secara langsung apakah kau telah membaca messageku dan menanyakan kapan kau mempunyai waktu untuk berbincang denganku.

    Saat ku menghubungimu, berbagai macam rasa kembali berkecamuk ketika awal-awal nada dering itu terdengar dan tak kau jawab. Namun, saat ku dengar suara lemahmu disana menjawabnya, seketika ku hanya bisa menangis dan berusaha mengatur nada suaraku agar kau tak mengetahuinya. Ku memang tak tau bagaimana sebenarnya keadaanmu disana, aku pun tak bisa melihat bagaimana kondisimu saat ini, namun ketika ku dengar nada suaramu, ku tau itu merefleksikan keadaanmu sesungguhnya. Nada suara yang sama yang sering ku dengar saat kita masih bersama, nada suara yang sama yang sering kau perdengarkan saat kau menghadapi masa-masa sulitmu, dan nada suara yang sama yang kau perdengarkan ketika kau berusaha menerima dan menghadapi kenyataan saat ayahmu tak lagi bersama. Kesedihan dan penyesalan memenuhi diriku, ku sedih dan menyesal tidak mampu membahagiakan dan menghapus duka dan deritamu, ku sedih dan menyesal tidak mampu memenuhi janjiku pada almarhum ayahmu, ku sedih dan menyesal karena hingga saat terakhir ku tak mampu menjagamu dan masih menyakitimu.

    Ku berterima kasih atas kesediaanmu untuk menjawab panggilanku, setidaknya dengan itu ku mampu mengetahui keadaanmu sebenarnya di sana. Ku pun berterima kasih karena kau telah bersedia meluangkan waktumu dan memberiku kesempatan untuk memberitahumu akan keputusanku. Ku pun berterimakasih padamu, dengan kebersediaanmu, ku mampu mempersiapkan diri dan memikirkan kembali akan semua kemungkinan yang terjadi sebagai dampak dari keputusan yang ku ambil. Sejujurnya kini ku bimbang, akankah keputusanku melepas gunung harapan itu yang terbaik? Bagiku, keputusan itu adalah yang terbaik, langkah awal yang perlu ku tempuh untuk bisa melepas, merelakan dan mengikhlaskanmu pergi dari kehidupanku. Namun, akankah itu yang terbaik untukmu? Kesedihan yang terefleksikan dari nada suaramu, membuatku perlu memikirkan kembali keputusan yang ku ambil, sungguh ku tak ingin kembali menyakitimu dan menambah beban yang sedang kau rasakan saat ini, karena kau tetap berarti untukku walau kau kini tak lagi bersamaku.
     
    Last edited: May 21, 2017
  7. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Pikiran nakalku mulai membisikkanku agar kembali berbohong, seperti kebohongan yang sebelumnnya pernah ku lakukan. Kebohongan yang kulakukan saat mengatakan padamu bahwa ku ingin melihatmu bahagia dengan atau tanpaku, padahal sesungguhnya ku takkan mampu untuk melihatmu bahagia dengan selainku. Kebohongan yang kulakukan saat mengatakan ku memahami interaksimu, padahal sesungguhnya ku terbakar cemburu ketika mengetahui sekelilingmu berisikan orang-orang hebat. Begitupun kebohongan yang kulakukan saat mengatakan keadaanku baik-baik saja, padahal sesungguhnya saat itu keadaanku tidaklah baik. Maafkan ku yang berulang kali meminta padamu untuk melandasi hubungan kita dengan kejujuran, sedangkan ku disini berbohong padamu, walau ku lakukan itu karena sungguh ku tak ingin menambah beban yang sedang kau hadapi. Apakah kini ku harus kembali berbohong? Ya ALLAH, ku mohon bantu hambamu ini.

    Akalku meyakinkanku untuk meneruskan keputusan yang telah ku buat dan mengatakan sejujurnya padamu. Akalku meyakinkanku bahwa itu adalah keputusan tepat, sebagaimana tepatnya keputusan yang kau ambil untuk mengakhiri hubungan denganku. Akalku pun meyakinkanku, bahwa ku tak memerlukan gunung harapan itu, karena keadaanku hanya memiliki sebuah pilihan, yaitu melepas, merelakan dan mengikhlaskan kepergianmu. Akalku memakaikan "perasaan tak layak-ku untukmu", mengajakku kembali berkaca diri, dan mengatakan padaku, sesiap, sebesar dan sekeras apapun usaha ku untuk bangkit dan berdiri di atas kakiku; tujuan, jalan, kecepatan dan ritme yang kan ku tempuh takkan pernah sama denganmu. Akalku menamparku dengan kenyataan, bahwa ku melupakan tempat dimana ku berada saat ini, sebuah kubangan lumpur yang telah ku diami dua tahun terakhir, menjadi salah satu penyebab ku tak mampu mewujudkan impian bersama denganmu. Akalku pun menghadirkan kenyataan lain, lama perawatan yang harus ku jalani tidaklah singkat, tiga bulan merupakan waktu yang berharga, terlebih lagi untukmu. Apakah ku rela dan sengaja tuk kembali membuatmu menyia-nyiakan waktu berhargamu? Belum lagi, perawatan ini hanyalah dampak pengobatan dari sakit utama yang ku derita, lalu harus berapa lama lagi ku membuang waktumu yang berharga? Pada akhirnya, akalku kembali meyakinkanku, melepas gunung harapan itu adalah keputusan yang terbaik untukmu, untukku, dan untuk masa depan masing-masing. Akalku pun menambahkan, walau kau mungkin terluka dengan keputusanku, yang seakan menyerah untuk memperjuangkan dirimu, namun luka itu akan sembuh seiring semakin dekatnya dirimu pada ALLAH, karena dirimu akan mampu menerima apapun keputusan terbaik yang ALLAH berikan untukmu.

    Kini alam bawah sadarku yang berontak, mengambil kesempatan untuk menghardik yang lain, dan mengajukan deretan pertanyaan yang menohok, "Kau telah mendengar refleksi kesedihannya, apa kini kau ingin menambah deritanya?!", "Apa kau tak memikirkan perasaannya?!", "Bagaimana seandainya, gunung harapan yang sama dimiliki olehnya?!", "Apa kau juga mau membuatnya hancur sehancur-hancurnya?!". Alam bawah sadarku terhenti sejenak dan melanjutkan, "Dimana rasa kepedulian dan pengertianmu akan dirinya?!", "Apakah ia sudah tak berarti lagi untukmu?!", dan alam bawah sadarku mengakhiri dengan mengatakan, "Jika memang ia masih berarti untukmu, jujurlah dengan perasaanmu yang masih tak ingin kehilangan dirinya, bertanggung jawablah untuk menebus semua kesalahan yang telah kau lakukan selama ini, bertanggung jawablah untuk memenuhi janji yang kau buat dalam hatimu, bertanggung jawablah dengan melakukan usaha sebaik-baiknya tanpa harus menghancurkan gunung harapanmu dan gunung harapannya, biarlah gunung harapan itu menjadi saksi bahwa kau berusaha untuknya dan bersiap untuk mampu melepas, merelakan dan mengikhlaskannya pergi dari kehidupanmu jika waktunya tiba".

    Ucapan alam bawah sadarku membuat semua terdiam, tidak ada yang mampu untuk membantahnya. Sejujurnya, kini ku tak tau apa yang harus kulakukan, akankah ku tetap pada keputusanku atau ku perlu merubah keputusanku, namun ku tau pasti, ku harus kembali merenungi dan memikirkan semuanya sebelum memutuskan apa yang perlu ku katakan padamu esok. Aku pun tau pasti, sebenarnya semua elemen jiwaku merasakan hal yang sama, kau begitu berarti untukku dan memiliki harapan ALLAH bersedia memberikanku kesempatan tuk kembali membersamaimu. Apakah ku layak mendapatkan kesempatan itu dari ALLAH? Sungguh ku tak tau, yang ku tau, ku perlu segera bangkit, berdiri dan keluar dari kubangan lumpur dimana ku berada saat ini, setelah itu baru akan ku pikirkan langkah selanjutnya untuk membuat ALLAH bersedia memberikan kesempatan itu padaku.
     
    Last edited: May 21, 2017
  8. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Sejak semalam perasaanku tak karuan, kecemasan datang bak tamu tak di undang, membuatku semakin memikirkan segala hal hingga membuatku baru tertidur pukul enam pagi ini. Dalam tidurku, ku bertemu dengan almarhum ayahmu, dan menumpahkan semua rasa sesalku dan memohon maaf padanya. Dalam tidurku, ku pun bertemu dirimu, setelah lama sekali ku tak pernah menemuimu dalam mimpiku. Apakah ini pertanda yang datang dari ALLAH? Sungguh ku tak tau. Tidurku pun terasa singkat, tiap jam ku terbangun dan merasakan kecemasan itu semakin membelengguku. Beberapa kali ku coba untuk tidur kembali, karena ku tau ku jika ku tak tidur, akan berpengaruh pada emosiku saat berkomunikasi denganmu hari ini. Namun, tuk yang terakhir kali, ku tak lagi mampu untuk tertidur, perasaanku pun semakin tak karuan, aku tenggelam dalam lautan kecemasan, dan tetap bingung memikirkan apa yang harus kukatakan padamu, hingga akhirnya ku bangkit untuk meminta petunjuk ALLAH agar ia memudahkanku.

    Saat panggilan pertama tidak kau angkat, kecemasan semakin menguasaiku, beruntung pada panggilan yang kedua terdengar suaramu disana, seketika ku mampu untuk lebih menguasai kecemasanku. Ku coba memulai tuk mengutarakan padamu runtutan perasaanku, memberitahu kepadamu akan kebohonganku, memohon maaf atas semua kesalahanku, hingga akhirnya ku mampu untuk mengeluarkan semua yang perlu ku katakan, dan mendengar semua yang perlu ku ketahui. Melalui percakapan tadi, ku semakin mengetahui keadaan dan posisimu begitupun keadaan dan posisiku. Ku perlu waktu untuk mencerna kembali semua itu, menguraikan satu persatu dan mengungkapkannya dalam tulisanku. Namun ku tau pasti ku perlu mengucapkan hal ini setulus hatiku, "Terimakasih, kaulah Bulan Purnama yang telah menerangi kegelapan malamku, maaf ku telah banyak mengecewakan dan menyakitimu, semoga ALLAH senantiasa memberikan kebahagiaan, keberkahan dan kebaikan untukmu, Selamat Jalan . . . "
     
    Last edited: May 21, 2017
  9. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Percakapan terakhir denganmu membuatku benar-benar tak mampu berbuat apa-apa, airmataku tertahan, dadaku sesak, pikirianku buntu, tubuhku panas dingin, dan kepalaku pusing tak terkira. Semua elemen jiwaku kelu tuk mengeluarkan pendapatnya, bahwa pikiran nakalku yang biasa mengeluarkan pendapat semaunya pun terdiam. Walau begitu, semua elemen jiwaku sepakat tuk tulus mengucapkan selamat jalan padamu dan mendoakanmu. Butuh lebih dari 24 jam tuk mencerna dan memahami posisi dan keadaanku, hingga pada akhirnya ku mampu tuk menumpahkan semua tangisku yang tertunda.

    Ya tangisku meledak, saat ku berdoa pada ALLAH, memohon ampunan dan petunjuk dariNYA. Ku sadari, ku lah yang telah membenamkan diriku sendiri kedalam kubangan lumpur itu, dan kini tanpa ku sadari ku telah dalam posisi terdalam. Ku lah yang telah membuatmu harus berpisah dariku, ku lah yang telah membuat diriku tak layak untukmu, dan ku lah yang telah membuatmu mengambil keputusan tersulit dalam hidupmu. Dengan segala kesadaranku, ku takkan mampu kembali ke masa lalu dan mengubah semua yang telah ku lakukan. Kini ku hanya mampu tuk memohon maaf padamu karena ku telah membuatmu ikut terpecik noda lumpur itu saat kau berkali-kali berusaha menolongku. Ku pun hanya mampu tuk memohon ampunanNYA atas segala kesalahan dan kebodohanku, serta memohon petunjuk dan kekuatan dariNYA.

    Ku akui, sesungguhnya ku tak layak untuk berdoa dan memohon padaNYA, namun pada siapa lagi ku harus meminta pertolongan selain kepadaNYA. Ku tau, manusia takkan mampu menolongku dan jikapun manusia mampu menolongku, pertolongan itu hanyalah sementara. Tanpa pertolonganNYA, jangankan tuk merelakan, melepaskan, dan mengikhlaskanmu pergi dari kehidupanku, bahkan hanya tuk keluar dari kubangan lumpur dan bangkit membersamaimu disaat terakhir saja, ku tak memiliki kekuatan tuk melakukannya. Sungguh ku ingin mendekat padaNYA, memohon ampunan, petunjuk dan kekuatan dariNYA tuk keluar dari kubangan lumpur terdalam yang telah membenamku ini. Setelahnya, ku ingin bangkit dan berdiri di atas jalanku, dan bersegera tuk melangkah dan menapaki jalan kehidupan yang perlu kutempuh.
     
  10. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Maafkanku yang hingga hari ini pun ku masih belum bisa merelakan, melepaskan, dan mengikhlaskanmu pergi dari kehidupanku. Berkali-kali kau harus berurusan dengan kegoisanku, saat ku coba tuk menghubungimu dan berusaha memberitahumu akan dinamikaku yang berujung pada keputusan finalku ini. Sungguh, ku tak bermaksud menghalangimu untuk berjalan menempuh kehidupanmu, namun ku perlu waktu untuk membuatku benar-benar siap, dan bukan hanya sekedar merasa siap. Kini 10 hari telah berlalu, cukup bagiku untuk menjalankan keputusan finalku ini. Keputusan finalku untuk terus meluruskan niat dan mendekatkan diriku dengan ALLAH, Dzat yang berkuasa atas segala yang telah dan akan terjadi padaku maupun dirimu. Ku pun bertekad dan berusaha memohon ampunan, petunjuk dan kekuatan dariNYA, agar ku mampu beranjak dari tempatku saat ini dan bersegera menempuh perjalanan hidupku. Dan ku pun menunggumu memberitahukan kabar itu, sebuah jawaban atas permohonanmu padaNYA agar Ia memberikan petunjukNYA yang terbaik untuk semua yang terlibat. Ku berharap dan berdoa, saat kabar mendengar kabar itu, ku mampu tersenyum tulus untukmu dan melanjutkan perjalanan hidupku.
     
  11. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Terima kasih, walau ku tau ucapan ini takkan mampu mengungkapkan bagaimana perasaan dan keadaanku sebenarnya, namun ucapan itu cukup bagiku mewakili apa yang sebenarnya ingin kutujukan padamu. Ya, ku benar-benar berterima kasih padamu, atas keberanianmu untuk mengambil keputusan terbesar dan terberat dalam hidupmu, keputusan yang dapat merubah hidupmu setelah ini, dimana ku mungkin takkan lagi mengenalimu seperti sebelumnya. Keputusanmu itupun merubah hidupku, menjadi katalis bagiku untuk bersegera keluar dari kubangan lumpur yang telah lama membenamku. Dan kini ku telah di titian kubangan lumpur itu, ku berusaha terus untuk mengeluarkan diriku sepenuhnya, bersegera membersihkan diri seraya memikirkan rencana perjalanan hidup yang perlu ku tempuh. Ku tau, semua yang terjadi pada dirimu dan diriku adalah kehendakNYA, namun tanpa keterlibatanmu, ku tak tau apakah ku pun akan berada ditempatku saat ini. Oleh karenanya, rasanya pantas bagiku untuk mengucapkan kata itu setulus hati padamu, Terima kasih . . .
     
  12. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Sesungguhnya saat ku memikirkan rencana perjalanan hidup yang perlu ku tempuh, bersit bayangmu selalu hadir dalam benakku, walau ku sadari kini keadaan tak lagi sama, baik dirimu dan juga diriku. Gunung harapan itu belum mampu ku lepas, entah karena perjalanan waktu yang telah kita lalui bersama, atau karena perasaan bersalahku yang takkan pernah bisa ku hapus, namun ku tau pasti puncak gunung harapan itu melihatmu bahagia, baik di dunia maupun akhirat. Gunung harapan itu mau tidak mau mempengaruhi rencana perjalanan hidupku, terdapat rencana perjalanan yang perlu ku tempuh untuk membuatku mengarah padamu, namun tentunya tidaklah sama dengan yang pernah ku tempuh di masa laluku. Gunung harapan itu pun membuatku senantiasa memohon petunjukNYA, bilamana kau dan ku baik untuk satu sama lain, maka persatukan kami, permudahlah urusan kami, dan dekaplah kami dijalanMU, agar kami tidak mengulangi kesalahan yang telah kami lakukan. Namun bilamana kau dan ku tidak baik untuk satu sama lain, maka jauhkanlah kami, bantu kami untuk mampu melepas, merelakan dan mengikhlaskan satu sama lain, dan berilah kami kebaikan dimana saja kebaikan itu berada. Sungguh, kami hanya ingin mendekat padaMU, maka berikanlah kami petunjukMU, dan jadikanlah kami hamba-hambaMU yang ridha terhadap apapun keputusan yang KAU berikan pada kami.
     
  13. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Pagi ini ku bertemu denganmu di alam mimpi, kau tersenyum padaku dan setelahnya ku terbangun dari tidurku. Aaah, rasanya menyesal mengapa cepat terbangun, ingin ku berbincang denganmu, menanyakan bagaimana keadaanmu kini, berbagai aktivitas yang kau rencanakan dan yang telah kau lakukan, atau mendengar celotehmu tentang berbagai hal yang entah kenapa selalu membuatku tersenyum mendengarnya. Walau ku tau, ku tak layak mengatakan ini, namun ku sadari bahwa ku merindukanmu, sudah lebih dari 15 hari ketika ku terakhir kali mendengar suaramu, dan kini ku hanya bisa mengingatmu saja. Ingin rasanya berjumpa denganmu saat ku datang ke kotamu, namun ku tau, hal tersebut hanya memperkeruh keadaan kita yang saat ini berusaha untuk lebih baik bagi diri masing-masing. Yaa ALLAH, bantu aku untuk mempersiapkan diri menerima apapun keputusanMU, sungguh tanpa kekuatan dan kehendakMU, aku takkan mampu melepas, merelakan, dan mengikhlaskannya pergi dari kehidupanku tuk selamanya . . .
     
  14. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Purnama selalu mengingatkanku akan keberadaanmu. Layaknya purnama, dirimu selalu menerangi sekitarmu walau sumber cahaya tersebut bukanlah berasal dari dalam dirimu. Keceriaan yang sering kau tampakkan di depan orang lain seringkali mempengaruhi dan membuat mereka pun menjadi ceria, padahal belum tentu dalam hatimu merasakan keceriaan yang sama. Kau sosok yang rela berkorban demi orang disekitarmu, dan tentu saja ku ingat begitu banyaknya pengorbanan yang telah kau berikan untukku. Rasanya doa yang ku lantunkan padaNYA untuk mendoakanmu takkan cukup membalas semua kebaikanmu padaku. Apakah ku akan dipertemukan dengan orang yang memiliki kebaikan sama sepertimu?? Entahlah, kini ku hanya berusaha memperbaiki diriku, memanfaatkan kesempatan bulan mulia ini untuk tertatih-tatih untuk mendekat padaNYA. Walau ku yakin, ALLAH pun tau apa yang terdapat di dalam hatiku, bahwa ku masih berharap kembali dipertemukan lagi denganmu, bukan orang yang lain yang sama sepertimu . . .
     
  15. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Semakin waktu semakin berlalu dan semakin mendekatkanku dengan waktu keberangkatan menuju kotamu membuat keadaanku makin gelisah. Ku merasakan ini sebagai ujian bagi kesyukuran, kesabaran dan keyakinanku akan pertolonganNYA. Keadaanku saat ini, seharusnya membuatku sangatlah bersyukur, bagaimana tidak, kini ku telah mampu keluar dari kubangan lumpur itu dan berjalan tertatih menujuNYA. Keadaan yang sangat berkebalikan dengan ku yang beberapa bulan lalu, dimana ku sempat berputus asa dariNYA. Walau bagaimana pun ku sadari ku hanyalah manusia biasa, yang masih perlu banyak belajar bersyukur dan bersabar, sambil terus menguatkan keyakinanku padaNYA. Semoga saja proses yang ku lalui ini mampu membuat diriku lebih baik, walau ku masih tetap memiliki rasa tidak pantas untuk bersanding dengan orang baik sepertimu, namun dalam hatiku tetap berharap ALLAH mempersandingkanku denganmu . . .
     
  16. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Hai, apa kabarmu?? Kalimat itulah selalu ingin ku utarakan padamu, namun diri ini selalu menahan diri, terlebih bisa membayangkan betapa dirimu telah benar2 memutus semua jalinan komunikasi itu . . .

    Masih jelas terbayang 4 tahun lalu, bagaimana ibumu meminta diri ini tuk tidak menghubungimu lagi, bahkan bila seorang sahabat tidak memberitahukan hari pernikahanmu, diri ini takkan pernah mengetahuinya . . .

    4 tahun telah berlalu, bila ada tanya terbesit dalam diri ini, apakah ku sudah mampu mengikhlaskan dan menerima?? Ku hanya mampu menyakinkan diri bahwa semua proses itu masih berjalan dan akan terus berjalan sebagaimana waktu yg takkan terhenti, maka kehidupanku pun masih terus berlangsung, apapun yg terjadi . . .
     
  17. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Berusaha menyusun kata yang tepat tuk menjelaskan perasaanku ini pada diri sendiri, namun ternyata lebih mudah tuk merasakan dari pada mengungkapkannya..

    Satu hal yang jelas kurasa, rasa sakit itu kembali, dalam bentuk yang berbeda, memang tak membuat rasa sakit yang sama seperti 4 tahun yang lalu, namun desir dalam diri tetap terasa, terlebih bila malam datang menghampiri..

    Masih sulit meraba bentuk apa yang kurasakan ini, semoga dalam waktu dekat ini ku semakin mengetahui apa yang sebenarnya kurasakan kini, sebelum semua ingatan tentangmu membanjiri pikranku dengan semakin dekatnya hari kelahiranmu dibulan ini..
     
  18. ndut05 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 15, 2009
    Messages:
    934
    Trophy Points:
    157
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,062 / -0
    Rasanya waktu berjalan lambat, ingin rasanya bisa melampui hari hingga berada di akhir bulan tanpa harus melalui hari kelahiranmu, semakin dekat menuju hari itu, semua bayang masa lalu datang menghampiri tanpa permisi..

    Bila semua bayang itu hanya sekedar menyapa tanpa membawa segala bentuk rasa yang ada, mungkin ku kan menyambutnya karena bagaimanapun itu adalah bagian dari masa lalu yang ku harus terima..

    Namun ternyata, segala bentuk rasa itu turut datang, yang membuat diri ini merasa tak berdaya menghadapi, walau kesadaran diri tetap lah ada, ku harus bertahan dan terus menjalani sisa hidupku sebaik-baiknya..
     

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.