News Berkencan di Mal Hingga di Situ

Jakarta - Jemari lelaki berperawakan tegap itu sibuk menari-nari pada keypad telepon seluler. Ia sepertinya lupa atau mungkin tidak lagi berselera terhadap mi goreng yang masih tersisa di seperempat bagian piringnya. Selang belasan menit kemudian, seorang lelaki berkemeja batik datang menghampirinya. Lelaki berbalut T-shirt abu-abu ketat dan berkumis tipis itu menyambut hangat dengan pelukan.

Mereka duduk bersisian dan berbincang akrab. Samar-samar detikcom, yang duduk terpaut satu meja di kedai yang sama pada Kamis, 26 November, malam, menguping percakapan keduanya. Mula-mula mereka bercakap seputar pekerjaan masing-masing, lalu berganti ke soal pakaian, dan tiba-tiba membahas soal kegantengan kawannya yang lain.



Sesekali si lelaki dengan T-shirt membelai pundak kawannya itu. Lalu ia menunjukkan ponselnya, yang disambut tawa si lelaki berbatik dengan jam tangan kulit dan cincin batu di jari manisnya itu. Dari gerak-gerik keduanya, yang membuat detikcom terperangah adalah ketika tangan si lelaki yang mengenakan T-shirt mengelus-elus paha si lelaki berbatik. Selepas pukul 20.00 WIB, keduanya beranjak meninggalkan kedai di lingkungan Margo City, Depok, Jawa Barat, itu.

Apakah keduanya pasangan gay alias LSL (lelaki suka lelaki)? Detikcom tak berani memastikannya. Hanya, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Herry Kuntowo pertengahan November lalu merilis bahwa mal-mal di sekitar Jalan Margonda, Depok, biasa dijadikan tempat kongko LSL. Bahkan ia menyebut, jumlah gay di Depok dalam setahun terakhir bertambah sekitar 800, menjadi 5.791 orang. Jumlah fantastis yang mengundang kritik dan sinisme dari sejumlah kalangan.

Aldo, 21 tahun, dan pasangannya, Ryan, 22 tahun, mengakui mal-mal besar biasa menjadi tempat berkumpul rekan-rekannya sesama LSL. Mereka berasal dari berbagai kalangan. Ada pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, atau cuma buruh pabrik seperti Aldo. Selain mal, kafe, dan tempat biliar, beberapa situ di kawasan Depok juga biasa dijadikan lokasi kencan para LSL.

Menurut Deni Eka Saputra alias Dennis dari Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia, yang mendampingi keduanya, situ dan tempat-tempat publik menjadi incaran para gay untuk berkencan karena lokasi di sana biasanya dibiarkan gelap. "Lihat saja, tiap malam, apalagi malam Minggu, di situ-situ jadi tempat kencan," kata Dennis.

Saat ditemui detikcom di sebuah puskesmas di Cimanggis, Depok, Aldo, yang berwajah halus mengkilat, dengan hidung bangir, berambut keriting klimis, dan beralis tebal, lebih banyak terlihat murung. Rupanya ia masih terpukul lantaran sebulan lalu didiagnosis positif mengidap HIV. Ketika diperiksa beberapa hari kemudian, pasangan Aldo, Ryan, juga dinyatakan positif mengidap HIV. Keduanya kini dalam pendampingan Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia. "Saya sudah tiga tahun sama dia," kata Aldo menunjuk Ryan.

Ia mulai mengenal istilah gay ketika masuk sekolah menengah pertama. Dia mengaku saat itu mengalami krisis jati diri, dan merindukan sosok ayah. Anak kedua dari tiga bersaudara ini menjadi yatim sejak kelas I sekolah dasar. Ibunya bekerja sebagai buruh cuci, dan kembali menikah saat Aldo masuk SMP.

Selama itu, Aldo tumbuh menjadi anak baik di lingkungan keluarganya. Ia patuh pada nasihat ibunya, yang melarangnya bermain di luar rumah saat magrib telah tiba. Hingga kemudian ia bersahabat dengan lelaki yang biasa nongkrong di sekitar rumahnya. Usia lelaki itu terpaut lima tahun di atasnya. Aldo merasa mendapat perhatian lebih darinya ketimbang dari sang ibu dan kakaknya. "Dia suka ngasih uang jajan, juga suka antar-jemput ke sekolah," ujarnya mengenang.

Semula Aldo tak merasakan hal ganjil pada lelaki itu. Ia merasa nyaman. Hingga suatu hari Aldo diminta melakukan s*ks or*l. Awalnya ia merasa enggan. Tapi kemudian menjadi terbiasa. Bahkan ia mulai berani melakukannya terhadap seorang buruh pabrik yang mengontrak tak jauh dari tempat tinggalnya.



Di lain waktu, Aldo, yang rajin merawat penampilannya, mencoba menjalin hubungan dengan perempuan, teman sekolahnya. Keduanya juga pernah melakukan hubungan seksual. Tapi Aldo merasa tak senikmat bila berhubungan badan dengan laki-laki. Dari situ dia memutuskan memilih lelaki, baik masih lajang maupun telah beristri, sebagai teman kencannya.

Hingga kemudian menjalin hubungan yang loyal dengan Ryan. Sang ibu tak curiga bila tetangganya itu kerap mampir, bahkan menginap, di rumahnya. "Orang rumah anggap dia sebagai kakak saya," ujar Aldo tersenyum. Begitu juga sebaliknya dengan keluarga Ryan, yang menganggap Aldo sebagai adik Ryan.

Berbeda dengan Aldo, penampilan Ryan tergolong macho. Ia mengaku bekerja di sebuah bank swasta di kawasan Depok. Tak aneh bila anak pemilik rumah kontrakan di Cimanggis ini sebetulnya menjadi idaman para gadis di lingkungan rumahnya. Kenapa dia lebih memilih Aldo? Sayang, Ryan tak bersedia menjelaskannya. Ia membiarkan Aldo yang banyak bercerita.
***

Menurut Bona Sardo, psikolog klinik dewasa di Klinik Terpadu Universitas Indonesia, tidak ada patokan khusus kapan seseorang merasa menjadi gay, lesbian, biseksual, atau transgender. Tapi, dari beberapa klien yang pernah ditanganinya, mereka merasakan hal itu muncul sejak kecil.

"Katakanlah usia 4 tahun, mereka sudah mulai mengetahui bahwa tertarik pada sesama, meski bukan dalam arti secara seksual," katanya. Ketika masuk masa pubertas, Bona melanjutkan, baru gairah seksnya semakin mengarah ke mana.

Meski begitu, ada klien perempuan yang semula tertarik pada lelaki tapi, begitu masuk dunia kerja, merasa lebih nyaman di lingkungan sesama perempuan.



Proses seseorang untuk mengakui dirinya gay, lesbian, atau bukan sangat kompleks dan sulit.

Untuk mengidentifikasinya pun tak bisa dipukul rata. Hanya, lazimnya orang melihat dari cara berpakaian atau tingkah laku yang tidak seperti peran gendernya. Faktor penyebabnya pun tidak tunggal. Ada yang bawaan lahir, pengaruh lingkungan dan pergaulan, ada juga akibat trauma masa lalu.

"Yang pasti, gay bukan penyakit. Sejak 1973, gangguan yang berkaitan dengan orientasi seksual ini sudah dihapuskan dari American Psychiatric Association," kata Bona.



http://news.detik.com/laporan-khusus/3082323/berkencan-di-mal-hingga-di-situ

MvP_KosT biMz_biMz

 

Hai, IDWS Mania! Mohon bantuannya supaya IDWS berkembang dengan ikuti sosial media kami di:
Discord Forum IDWS - Facebook IDWS - Instagram IDWS - Twitter IDWS