Other Behind The curtains of Macroeconomy

Di salah satu stasiun televisi swasta tadi pagi membahas tentang pelemahan rupiah, namun kesan yang saya dapatkan adalah dimana prediksi makro dijadikan alat untuk menjelek2an lawan politik

analis salah satu brokerage house BUMN di Indonesia memprediksi, jika JKW menang dalam satu putaran pilpres, rupiah bisa ke 10800-10500, namun hingga saat ini... rupiah tidak pernah menyentuh level tersebut, terendah sekitar 11400-11500, lalu masalah yang terjadi adalah, apakah analis tersebut berbohong? atau analis tersebut salah? atau yg lebih ekstrem lagi.... apa analis tersebut bodoh?

syarat pertama dalam analisa adalah cateris paribus atau faktor lain tidak berubah/tetap, sekarang kita flash back ketika dia melakukan analisa tersebut

Oil di 95 USD/b
Coal di 85 USD/mton
CPO di 2400Rm /ton
nickel di 19000 USD/ton
inflasi YoY 6.5%

indonesia adalah eksportir dari bahan2 mentah tersebut, dan importir barang2 jadi.

sekarang:

Oil 58 USD/b
Coal 62 USD/mton
CPO 2100 rm/ton
nickel 15000 USD/ton
inflasi YoY 7.5%

dari perhitungan diatas kita dapat memperkirakan pendapatan negara Indonesia dapat berkurang... misal dari biasanya 200jt USD ... menjadi tinggal 120 juta USD dikarenakan komoditas ekspor unggulan harganya turun.

apakah hal tersebut bisa dikendalikan oleh para pemegang keputusan di dalam negeri? saya rasa tidak.

ketika harga BBM subsidi jadi naik ke 8.500 hal yang pertama saya lakukan adalah melepas USD di harga 12300, dengan asumsi jika subsidi BBm berkurang, beban defisit anggaran pemerintah akan berkurang dan rating Indonesia govt bond akan naik sedikit diatas BBB+ yang akan berakibat money flow ke indonesia...dan rupiah kembali menguat.

namun hal itu tidak terjadi, mengapa?

pertama: The Fed suka koar2 akan menaikkan tingkat bunga di US skitar 25 basis point, tappering sudah dimulai, money supply ke financial market sudah tidak seperti dulu lagi, salah satu sebab USD menguat keseluruh komoditas.

kedua : BI tidak menaikkan tingkat bunga di meeting dewan gurbernur terakhir mereka, padahal inflasi sudah diatas 7.5% YoY akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. walaupun itu hanya price shock, namun saya sendiri masih belum mengerti kenapa Bi tidak menaikkan tingkat bunga minimal 25 basis poin saja.

ketiga : Rusia menaikkan tingkat bunga secara massive ke level 13%, hot money out dari berbagia negara untuk masuk ke Rusia, what do you expect? zero risk and get 13% ... why not?



so, tinggal masyarakat memilih.... mana yang analis betulan... dan mana yang analis bayaran yang dipakai untuk menyerang lawan2 politik nya

“Our great democracies still tend to think that a stupid man is more likely to be honest than a clever man, and our politicians take advantage of this prejudice by pretending to be even more stupid than nature made them.”
-- Bertrand Russell--

"Reading and writing, like everything else, improve with practice. And, of course, if there are no young readers and writers, there will shortly be no older ones. Literacy will be dead, and democracy - which many believe goes hand in hand with it - will be dead as well."
--Margaret Atwood--

 

Hai, IDWS Mania! Mohon bantuannya supaya IDWS berkembang dengan ikuti sosial media kami di:
Discord Forum IDWS - Facebook IDWS - Instagram IDWS - Twitter IDWS