1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Novel Antareja Antasena: Jalan Kematian Para Ksatria

Discussion in 'Book Review' started by fuikisama, Jan 27, 2015.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. fuikisama MODERATOR

    Offline

    Saya innocent kaka~

    Joined:
    Mar 24, 2012
    Messages:
    20,695
    Trophy Points:
    328
    Ratings:
    +24,419 / -184
    [SIZE=+2]Antareja Antasena: Jalan Kematian Para Ksatria[/SIZE]


    [​IMG]

    Novel, 252 pages
    Published 2007 by PINUS-Yogyakarta

    author
    Pitoyo Amrih
    original title
    Antareja Antasena: Jalan Kematian Para Ksatria

    price
    Rp 45.000,00

    size
    14 x 21cm

    weight
    450g

    weight
    Novel fiksi, kebudayaan Indonesia, filosofi, aksi petualangan

    ISBN
    9799901006

    edition language
    Indonesian

    url
    http://antareja-antasena.pitoyo.com

    characters
    Antareja Antasena



    other editions (1)


    • [​IMG]


    Official Review/Synopsis:
    Kisah Diawal Perang Baratayudha yang patut anda simak. Karena kisah ini dipenuhi kontroversi. Benarkah Kresna benar-benar bertipu muslihat untuk meniadakan Antareja dan Antasena, hanya dalam rangka agar mereka tidak ikut dalam perang Baratayudha..?


    Karena memang bisa dibayangkan, bila saja Antareja ikut terlibat dan turun ke medan perang, ribuan prajurit bisa mati hanya dalam sekejap oleh kesaktiannya sebagai keturunan bangsa ular.

    Atau Antasena, yang dipercaya membalikkan dunia wayang pun bisa hanya dengan kedua telapak tangannya..

    Kisah pengorbanan yang tidak pernah terungkap, terjadi sebelum Baratayudha.


    My Review:
    Suatu buku yang mengisahkan tokoh pewayangan yang dibawakan dengan sangat apik oleh sang pengarang (Pitoyo Amrih).

    Mengenai latar peristiwa tepat sebelum perang Bharatayudha terjadi.

    Menuturkan putra-putra Bima (Antareja si sulung & Antasena si bungsu) yang harus rela mengorbankan dirinya demi skenario besar yang telah dirancang oleh para Dewata jauh-jauh hari.

    Yup kedua putra Bima ini yang kesaktiannya tiada tara tanding tiada banding bagi Kresna sekalipun mempersembahkan jiwanya sebagai tumbal Bharatayudha agar perang besar yang mensucikan angkara murka tersebut dapat terjadi tanpa perlu menumpahkan jiwa dan darah yang lebih besar lagi sekaligus menjamin kemenangan dan keselamatan para Pandawa.

    Tanpa pengorbanan mereka serta keikutsertaan mereka Bharatayudha hanya akan menjadi ajang pembantaian secara kilat.

    Betapa tidak, kedua putra Bima tersebut tubuhnya kebal akan segala jenis senjata sanggup terbang dan menembus serta berjalan didalam bumi bahkan air sekalipun (ya tak ada pengecualian sebagaimana sang putra kesayangan Bima, Gatotkaca yang hanya mempan oleh Kuntawijaya dan hanya sanggup terbang di angkasa).

    Jiwa yang terlindung oleh kematian laksana Rahwana apabila mereka masih bersentuhan dengan tanah dan air.

    Serta kesaktian Antareja yang sanggup membinasakan siapa saja hanya dengan menjilat telapak kaki serta mengendus bekas tapak kaki yang dikehendakinya atau sang adik Antasena yang bahkan sanggup membalikan dunia pewayangan bila dikehendakinya hanya dengan kedua telapak tangannya.

    Lalu bagaimana mungkin satria tanpa tanding ini dapat menemui ajalnya sebagai tumbal Bharatayudha?

    Disinilah letak kepiawaian sang penulis dalam menuturkan upaya maupun perjuangan Kresna yang harus menghadapi dilema gejolak jiwanya saat diharuskan mencari, bertemu dan menyampaikan maksud tujuannya pada kedua keponakannya tersebut adalah untuk memintal tumbal nyawa keduanya.
    Betapa haru dan malunya ia sebagai titisan Dewa Wisnu yang agung nan mulia saat mendapati ketaatan Antareja dan jawaban penuh makna sarat pelajaran dari Antasena.


    Sisi +:
    Penuturan sang penulis yang mendalam mengenai latar peristiwa tersebut baik dari sisi Antareja dan Antasena maupun Kresna, pergolakan batin sang titisan Wisnu tersebut juga tersampaikan dengan sangat baik.
    Sisi filosofis yang penuh pelajaran hidup juga dituturkan dengan sangat baik dan begitu mengalir dalam ceritanya sehingga tidak membosankan untuk disimak.

    Sisi -:
    Dibeberapa bagian terdapat penyampaian yang berkesan bertele-tele dan tidak jelas maksudnya seperti saat Antareja (atau Antasena ya???) yang berteriak-teriak menantang para raksasa untuk muncul dan menghadapinya.
    Yah mungkin patut dimaklumi juga sebab disni penyampaiannya ala novel yang jelas mesti ada bumbu dramatisasinya sedikit.
    Untuk selebihnya isinya sesuai dengan apa yang ada dilakon wayang sebenarnya kecuali untuk pilihan moksa yang diambil oleh Raden Antasena.

    Favorite Quote:
    Sebelum Moksa, Raden Antasena berpesan kepada Sri Kresna: “Perang Bharatayuda hanyalah perang fisik seperti perang-perang besar lainnya, yang menjadi simbol perseteruan antara kebenaran dan kejahatan. Perang sesungguhnya antara Kebenaran dan Kejahatan telah berlangsung sejak lama, sebelum Kurawa dan Pandawa dilahirkan. Kehadiran saya tak diperlukan dalam perang di Kurusetra itu. Saya tak sampai hati mencabut nyawa mereka yang tak mengerti tujuan dari peperangan tersebut. Tolong Sampaikan salam perpisahan saya untuk Ayahanda saya, Bima, dan sampaikan permohonan maaf saya yang tak bisa berbakti padanya karena tidak bisa terlibat dalam Perang Bharatayudha …” Sri Kresna hanya menangis terharu mendengar statement pemuda tersebut, seorang anak muda putra Bima/ Werkudara yang kebijaksanaan dan kesaktiannya membuat segan para Dewa.

    My Rate:
    4,7 dari skala 5





    Sawachika [​IMG]
     
    • Like Like x 2
    Last edited: Jan 27, 2015
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. aiana MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Dec 25, 2011
    Messages:
    7,393
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,564 / -1
    oppa-oppa saya bener g ya nanya di sini?
    sebenernya ai tertarik dengan cerita pewayangan baik yang terkenal maupun tidak, tapi ai mau nanya
    1. ini cerita versi asli dari lelakon wayang yang sebenarnya, benar2 mengisahkan keduanya atau ini hanya karangan penulis semata?
    2. Untuk penulisan cerita pewayangan, bagaimana ya cara seleksi yang baik untuk setiap buku yang notabene beda penulisnya? soalnya kan g ada paket seri pewayangan yang hanya dikisahkan oleh satu pengarang?
    3. Tentang versi Indonesia(jawa), kira2 penulis yang masih asli mengisahkan kisah tokoh2 itu siapa ya ?

    maaf kalau oot oppa, silahkan abuse powa aja :malu
     
    • Like Like x 21
  4. fuikisama MODERATOR

    Offline

    Saya innocent kaka~

    Joined:
    Mar 24, 2012
    Messages:
    20,695
    Trophy Points:
    328
    Ratings:
    +24,419 / -184
    Sama dong saya jg tertarik ma kamu :malu
    Eh ma wayang maksudnya :keringat:

    1. Maksudnya lakon wayang sebenernya tuh apa?
    Versi ori ya yg cuma dari India
    Wayang itu serapan yg udah dsesuaikan ma wali + dlang2 slanjutnya
    Makanya ada istilah/filosofis Islam yg disisipin
    Contohnya ya tokoh Antasena Antareja ini
    Punakawan (Bagong/Gareng/Petruk/Semar), Togog, dll itu jg asli Indonesia

    Yg ini asli ada lakonnya
    Kan dah saya sebut direviewnya
    Pengarangnya jg termasuk dalang ko
    Yg beda cuma gaya tuturnya jdi style novel
    Trus dilakon aslinya Antasena moksa ngilang dsini moksa malih rupa jadi tanaman jagung (yg sengaja bt dikaitin ma kisah lainnya)


    2. Bt lakon wayang sendiri emang beda2
    Tiap daerah bisa beda (nama/istilah/asal usul/dll)
    Contoh dulu daerah Surakarta Antasena ma Antareja itu 1 tokoh
    Sementara di Jogja mereka 2 tokoh yang berbeda

    Sama cerita asli yg dari Indianya aj ada yg beda
    Di India yg menangin sayembara Drupadi itu Arjuna
    Di lakon waayang ada yg ngisahin Bima yg ikutan sayembara

    3. Bisa dbilang ga ada
    Soalnya lakon yg dianggap asli jg yg mana ga tahu
    Masing2 daerah bisa aja klaim keaslian
    Dalang maupun pnulis otomatis kbawa aliran daerah asalnya


    Klo dbuat novel jg rata2 meski inti cerita sesuai lakon asli
    Tpi penuturan bisa agak beda menyesuaikan ma medianya (novel)
    Contoh simpel yg dsini jg ada reviewnya itu Rahwana
    Rahuna Tatva klo ga salah judulnya
    Atau Rahwana Putih (klo ga salah inget judulnya)
    Dsitu Rahwana dituturkan dari sudut pandang berbeda
    Yaitu sudut pandang rakyat Alengka
    Jdi Rahwana protagonis perannya pembela bangsa dan rakyatnya


    Perlu diinget jg wayang dianggap sesuatu yg cukup sakral banyak pakemnya
    Jangankan dbuat aneh2 kek 2 novel tdi Rahwana jadi baik
    Cengkok ucapan aj ada aturannya
    Yg buat buku biasanya dalang2 muda kontemporer yg lbih terbuka n ga trikat pakem
    Makanya isinya sesuai pencitraan yg mreka suka


    Klo bt saya sih OK2 aj
    Toh pakem2 inti dasarnya masih sama aj
    Justru tambah menarik jadinya
    Tpi klo suka yg banding2in bakalan keder sendiri
    Ko beda2 semua (ini pernah saya alamin waktu awal2 tahu n suka wayang :panda:)


    Klo pingin tahu dri awal yg cukup sesuai ma pakem
    Baca dsini http://caritawayang.blogspot.com/2012/04/lahirnya-sanghyang-nurcahya.html

    Dri awal bgt Dewa terawal dcritainnya
    Baca yg mulai dari bulan April 2012
    Ada urutanya itu tinggal klik2
    Saya jg lg baca


    Btw klo mau baca lanjutannya yg ini baca The Darkness of Gatotkaca
    Nyeritain Gatotkaca itu :matabelo:
    Pitoyo Amrih cukup ngikutin pakem ko


    Abuse opo kamu jg bisa ngabuse dimari :panda:


    Sawachika [​IMG]
     
  5. atriabirama Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 22, 2010
    Messages:
    112
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +0 / -0
    hmmm,.... memang perang ini antar baik dan buruk, tapi gak ada orang yg mutlak baik atau buruk sisini
     
  6. fuikisama MODERATOR

    Offline

    Saya innocent kaka~

    Joined:
    Mar 24, 2012
    Messages:
    20,695
    Trophy Points:
    328
    Ratings:
    +24,419 / -184
    Bt makhluk emang ga ada yg mutlak
    Scara yg dianggap kita baik blum tentu dianggap yg lainnya jg baik
    Makanya didunia pewayangan para dewa sekalipun tidak selalu mutlak baik & benar


    Tpi klo bt diri-Nya selalu mutlak segalanya


    Sawachika [​IMG]
     
  7. annaputri Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 29, 2009
    Messages:
    45
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +63 / -0
    Antasena adalah salah satu tokoh wayang yang menjadi favorit saya...dengan sifat yang apa adanya, jujur, dan sangat berbakti untuk kedua orang tuanya, serta mempunyai jiwa ksatria yang sangat luhur membuat sosok Antasena panutan bagi siapapun...diluar ketidak bisaannya dia dalam bertata krama bahasa pada siapapun...
     
    • Like Like x 1
  8. siswanto761211 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 26, 2016
    Messages:
    183
    Trophy Points:
    26
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +59 / -1
    bukannya antasena yang lugu, sedangkan antareja yang omongannya ngawur tidak pake tata krama? mmm... sepertinya di beberapa daerah keduanya adalah sama, sedangkan daerah lain jadi dua persona yang berbeda.

    mustinya ada satu lagi wayang supersakti buatan anak negeri yang akhirnya diceritakan jadi tumbal bersama kedua sepupunya: wisanggeni, anak arjuna.
     
  9. mas_abdi Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 14, 2017
    Messages:
    26
    Trophy Points:
    1
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2 / -0
    Setahuku tokoh antaraja dan antasena ini salah satu tokoh tambahan yang disispkan oleh pujangga nusantara dalam Mahabharata versi Nusantara. Yang menarik, karena tokoh ini tokoh sisipan yang terlalu sakti dan tidak mungkin tidak diikutkan dalam Bharatayuda, maka pujangga nusantara jaman dahulu membuat kisah kematian bunuh diri antareja dan antasena sebagai tumbal Bharatayuda sekaligus menutup plot hole. DAn Pitoyo, pengarang buku ini, menceritaka nya kembali dengan dramatisasi di sana-sini

    CMIIW
     
  10. danhobakai Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 7, 2014
    Messages:
    57
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +28 / -0
    Akhirnya keturutan juga untuk membaca kisah kedua kesatria luar biasa Antareja dan Antasena...
    Novel ini begitu tipis dengan banyak kejelasan terkait dua tokoh yang lebih terkenal dalam lakon wayang Jawa. Secara keseluruhan Novel yang berlatar kisah sebelum Bratayudha ini mengisahkan bagaimana Kresna membujuk kedua anak Bima untuk tidak ambil bagian dalam perang besar. Namun kegaluan Kresa untuk menjalankan titah dewa tidaklah sebesar pemahaman Antasena dan Antareja sendiri yang pada dasarnya sudah ragu untuk ikut belapati di padang Kurusetra. Mereka paham, mereka mengerti bagaimana ketakutan yang akan muncul apabila mereka sampai ikut perang. Perang suci itu tidak akan berarti banyak, tidak akan memberikan pemahaman apapun bagai generasi yang akan datang. Hanya menebar kematian secara singkat. Maka, jadilah mereka sebagai "tumbal" di perang ini.

    Semakin ke sini saya membaca cerita wayang, terutama karya pitoyo ini, saya merasakan betapa kedua satria ini begitu tumbuh dengan baik tanpa didikan Ayahnya. Mereka merupakan sosok pengabdian tersendiri. Besar dengan olah kanuragan dan kautaman yang utama tanpa kasih sayang sang bapak. Waktu mereka mengabdi pun singkat tapi sosoknya begitu membekas di hati saya.

    Miris memang, namun begitulah akhir jalan kematian kedua satria ini,
    seperti yang dikatakan fuikisamafuikisama , moksa dari Antasena yang membuat saya masih bertanya-tanya. Apa banjir besar yang melanda juga merupakan rencana Antasena untuk menjauhkan Danurwenda (anak Antareja) dari perang? Secara tidak langsung, si Danurwenda ini juga memiliki kesaktian turunan dari ayahnya. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.

    Selain, The darkness of Gatotkaca, sebenarnya cerita dari Antasena dan Antareja juga lebih di bahas di buku yang berjudul Wisanggeni Membakar Api. Di buku ini kehidupan muda Antasena dan Antareja lebih dipaparkan lagi meningat Wisanggeni besar bersama kedua saudaranya ini.

    But, it was really good story I think, 4.5 of 5
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.