1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Inspiration Aku Harus Pulang….

Discussion in 'Motivasi & Inspirasi' started by achy, Feb 24, 2009.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. achy M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 14, 2008
    Messages:
    1,297
    Trophy Points:
    162
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +3,335 / -0
    Aku Harus Pulang….


    "Vie, kamar mandi sudah bersih"
    Ibu muncul dari balik pintu mengagetkanku. Aku tersenyum tipis, mengangguk, menyembunyikan gurat kesedihan yang selalu meneteskan air mata ibu.
    "Iya, Bu!" jawabku.
    Usapan lembut ku terima dari tangannya. Dan aku tidak beranjak. Kutatap langit-langit kamar tua yang lama tak berpenghuni ini. pertama kalinya aku menginjakkan kaki sejak tujuh tahun lalu sepeninggal eyang. Tak ada satu pun anak-anak eyang -termasuk ibuku- berminat menempati rumah tua ini. Aku maklum. Rumah ini jauh terpencil di pedesaan. Untuk mencapainyapun harus naik dokar dan melewati daerah perbukitan dengan hamparan ladang-ladang tembakau yang menghijau.
    Suasana rumah ini sangat tenang. Begitu alasanku memilihnya sebagai tempat menunggu ajal. Aku berharap orang-orang di sini akan lebih bias menerimaku. Tidak seperti aku saat di jakarta. Aku sudah tak tahan lagi dengan cercaan, cibiran, juga sikap jijik orang-orang padaku sejak virus aids itu bersarang di tubuhku. Apalagi tuduhan pelaku s*ks bebas itu. Pakaian taqwa yang selalu rapat menutup auratku ternyata tidak cukup membuat orang-orang sekitarku berfikiran positif. Batinku menjerit meski sebenarnya tak seratus persen aku menyalahkan mereka. Sebulan yang lalu seorang muslimah berjilbab yang kost di sebelah rumah di gerebek karena melakukan s*ks bebas di kamarnya.
    Dan aku ingat benar dengan tetangga rumah yang langsung pindah rumah sejak mengetahui aku mengidap aids. Beberapa orang juga menghindariku, bahkan untuk tersenyum pun serasa aku tak punya tempat lagi. Dan ku kira tak ada yang bisa kusalahkan dengan takdir ini. Transfusi darah saat Hb-ku anjlok (turun) jadi 5 pun hanya kuanggap sebagai jalan dari Allah, aku menerima cobaan ini. Makanya, aku tak ingin keluargaku ngotot dan mengangkat kasus ini ke pengadilan. Biarlah, aku ikhlas .
    "Bismillahirahmanirrahiim "
    Aku kembali menguatkan tekad untuk tinggal di sini. Ibu dan ayah ikut untuk menemaniku. Mereka meninggalkan usahanya di Jakarta. Demi aku. Dua orang kakakku tetap tinggal di sana karena harus menyelesaikan kuliah S-2nya. Namun, mereka pun berjanji akan sering pulang ke desa. Juga demi aku.beruntung aku masih memiliki orang-orang tercinta, yang mendampingi kala aku butuh dukungan.

    17 Juli1999
    Mbak Vie !!! Mbak Vie !!! Suara teriakan anak-anak dari luar menyentakkanku.

    Baru saja juga aku sampai dari rumah Bu RT, mengajari para remaja putri Karang Taruna membuat bunga dari bahan-bahan daur ulang. Mereka para remaja pengangguran jebolan SMP yang saat ini menggantungkan penghidupan dari daun-daun temabakau. Kebetulan masa panen belum tiba sehingga waktu luang masih mereka miliki.
    Aku membuka pintu yang sengaja ku tutup karena hawa dingin. Anak-anak kecil itu memenuhi pintu depan rumah. "Hari sudah gelap." Ingatku pada mereka yang datang pada saat menjelang maghrib itu.
    "Mbak Vie, kita mau belajar Matematika."

    Aku mengulum senyum. Ini baru berita baru. Anak-anak di sini jarang punya keinginan belajar. Mau sekolah saja sudah syukur. Kesadaran menuntut ilmu harus di bangun. Sekolah bukan hanya formalitas untuk mendapatkan selembar ijazah.
    "Kalian sekarang pulang, ambil mukena, shalat maghrib ke langgar, dan kita belajar di sana ya!!"
    Tanpa banyak komentar mereka langsung berlarian pulang. Aku pun segera mengambil wudlu, dan berangkat.
    "Vie, jaga kesehatan. Jangan pulang malam!" pesan ibu dari dapur.

    Tapi, baru sampai di depan pintu perutku tak mampu kutahan. Diare lagi. Kuingat juga, semua terjadi sejak penyakit datang. Dan kebiasaan itu menyusahkanku apalagi jika datang saat-saat aku di langgar, pertemuan Karang Taruna, atau mengisi pengajian. Apalagi kalau demam itu datang tiba-tiba. Rasanya badan seperti tertusuk-tusuk jarum.

    #####
    Dan begitulah hari-hari selanjutnya. Setiap sore anak-anak belajar di langgar usai maghrib sampai Isya'. Aku bahagia bisa berbagi dengan mereka meskipun ibu selalu mengkhwatirknku yang penuh kegiatan sejak pertemuanku dengan mereka. Aku ingin mengajari mereka keoptimisan. Aku ingin menunjukkan bahwa dunia itu luas, tidak hanya desa dan ladangladang tembakau saja. Aku ingin sekali mengajari mereka bermimpi dan bercita-cita. Bahwa menjadi orang hebat menjadi hak setiap orang, termasuk mereka. Bahkan bercita-cita untuk jadi presiden sekalipun.

    5 Januari 2000
    "Astagfirullahal'adzim," rintihku saat pisau itu menyayat kulit jariku.
    "Hati-hati, Mbak Vie."

    Warsi sahabatku segera meraih tanganku bermaksud menolongku. Ia tak tega melihat darah mengalir. Tapi segera kuelakkan dengan sedikit kasar.
    Warsi terkesima. Segera kututup luka itu dengan kerudungku. Dan aku berlari ke belakang meninggalkan mereka. Mungkin warsi tersinggung. Aku khawatir.
    Di petak kamar mandi dari ghedeg (bambu) itu, aku tak bisa menyembunyikan semburan air mataku. Semakin perih. Bukan lukaku, tapi hatiku. Inikan hukuman buatku sehingga darah pun menjadi maut bagi orang lain, rintihku emosi. Darah pengidap aids bukan sembarang darah yang bisa sekenanya terpegang orang lain. dan aku terus menangis hingga habis suadah air mata itu mengalir.

    23 September 2000
    Masih lekat ku tatap langit-langit kamar tua itu. Dulu aku pertama kali mengenangnya dengan hati yang meradang. Saat ini pun aku terakhir kali mengenangnya dengan hati yang terluka. Perpisahan menjadi saat-saat yang menakutkanku. Ladang-ladang tembakau, perbukitan dengan kabutnya, hawa dingin, jalan-jalan yang meliuk menaik yang sering kutapaki untuk menemui orang-orang yang selalu mencintaiku, anak-anak yang selalu mendoakanku, Warsi sahabatku juga ibu dan ayahku. Aku menunjukkan jemariku ke arah tape memberi tanda untuk membalikkan murrottal yang telah habis. Ibu menerima isyaratku.

    "Tidurlah, Nak!" bisik ibu di telingaku.

    Aku diam hanya menatapnya. Tulang-tulang yang tinggal menyusun ragaku terasa pilu. Dan pandanganku berputar pada foto wisuda SMA-ku yang terpasang di dinding. Kembang senyum dengan bibir memerah tanpa lipstik dan pipi yang masih segar tak lagi kumiliki.
    "Beginikah hidup manusia?" tanyaku pada diri sendiri. dan sebentar lagi tulang-tulang yang tergolek di kasur itu akan di gerogoti binatang-binatang tanah. Lalu, kenapa manusia harus berbangga dengan kelebihan fisiknya?

    Ku dengar suara ramai dari luar. Aku tidak heran. Seperti itulah, kamar dan rumah tua ini menjadi ramai dengan kunjungan orang semenjak aku sakit dan tergolek menanti maut begini. Tapi aku bahagia. Mereka adalah semangatku. Anak-anak yang setiap sore membacakan Al Baqarah, ibu-ibu yang yang selalu mengusap lembut kepala dan pipiku yang tak berdaging, juga kembang-kembang dari bahan daur ulang yang terpasang dari meja dari pemuda-pemuda Karang Taruna, kesetiaan Warsi sahabatku yang selalu menungguiku, serta air mata ayah ibuku. Aku bahagia bertemu mereka dan mendapat cinta mereka.
    Aku bahagia

    Sumber :
    Kusmarwanti
    (Tabloid MQ EDISI 11/TH.II/MARET 2002)




    ini salah satu kumpulan cerpen yang aq punya, nanti awa post lagi kalo banyak yang suka...
    maaf kalo re-post
     
    • Like Like x 10
    Last edited: Feb 24, 2009
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. achy M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 14, 2008
    Messages:
    1,297
    Trophy Points:
    162
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +3,335 / -0
    Bila Cinta Harus Memilih

    Bel masuk sekolah membuat suasana menjadi ramai, sebagian anak-anak kelas 2 B mempersiapkan catatan kecil yang ditulis di meja untuk nyontek karena konon kabarnya pagi itu akan diadakan ulangan matematika Pak Budi yang super killer itu. Tetapi sebagian yang lain seperti tidak takut akan adanya ulangan matematika, malahan mereka pada ngerumpi masalah aktual seputar film, hiburan dan terutama cowok dan cewek mereka.
    Wawan salah satu makhluk penghuni kelas 2 B yang termasuk anak yang rajin dan selalu dapat ringking itu kelihatan santai kayak tidak akan terjadi apa-apa saja pagi itu. Dia malah sedang asyik mencorat-coret buku tulisnya dengan beberapa huruf yang dirangkai menjadi sebuah nama. Ya mungkin dialah nama yang menjadi pujaan hati Wawan. Ya Anggi nama gadis imut-imut bendahara Rohis yang terkenal ulet dan pantang menyerah dan berpenampilan cool itu ternyata telah berhasil mengisi renung hati Wawan.

    "Kamu sungguh manis Nggi, manis orangnya dan manis kepribadiannya" gumam Wawan dalam hati.

    "Anggi, andai saja kau tau perasaanku padamu, apakah kamu akan menerimanya?" Wawan terus-menghayal tanpa memperhatikan Pak Budi yang sudah berdiri di depan pintu Kelas 2B.
    Lamunan Wawan pada pagi itu mendadak menjadi hilang ketika Pak Budi The Killer Man itu datang ke kelas dan membagikan soal ulangan harian.

    Ya pagi yang berat telah dilalui oleh anak-anak kelas 2 B SMU Biru itu. Rasa lega dan gembira dilukiskan dengan berbagai ekspresi. Ada yang meloncat kegirangan dan ada yang biasa-biasa saja termasuk Wawan. Ulangan itu ternyata tidak menggoyahkan konsentrasinya untuk ngebayangin wajah nan manis dengan kedua lesung di pipi ketika tersenyum. Bel istirahat pun berbunyi. Anak-anak pada bubar berhamburan di halaman. Ada yang segera ke kantin untuk memberi makan ayam yang di piara di perut yang sudah dari tadi berkokok terus meminta jatah makan pagi itu. Tetapi ada sebagian yang malahan pergi ke musholla untuk sholat Duha. Wawan, Indar, Paras dan Taufiq adalah sebuah gank anak Rohis yang keliatan kompak banget. Kalau istirahat pertama gank itu saling berebut shof pertama untuk sholat duha. Begitu juga halnya dengan Anggi sang idola di Rohis itu, juga hadir untuk njalanin sholat duha. Seperti biasa setelah sholat, makhluk penghuni musholla itu tidak langsung pulang ke kelas masing-masing, mereka biasange-tem di Perpus musholla untuk ngejaga buku, kali aja ada yang mo pinjam atau mo ngembalikan buku perpustakaan rohis.

    Sembari jaga ternyata mata Wawan yang udah terkenal dengan sebutan mata elang itu mengawasi gerak-gerik Anggi dengan senyum yang begitu mempesona yang sedang asik bercerita didepan ruang Rohis yang kebetulan memang jadi satu dengan Musholla itu. Anggi mungkin tidak menyadari kalau dia sedang diawasi oleh cowok keren Ketua Rohis SMU Biru itu.

    "Anggi-Anggi, kenapa aku tidak berani ngungkapkan isi hati ini pada dirimu ya Nggi????" lamunan Wawan seolah tak percaya akan nasib yang dialaminya.

    "Nha!!!!, mikirin siapa hayooo??!!!!" sapa Paras secara tiba tiba sehingga membikin Wawan jadi terperanjat dari duduknya.

    " Salam dulu kek, jangan main sentak donk .kayak gak pernah ikut pengajian aja!!!" Wawan nerocos memprotes perlakuan sohibnya yang paling setia itu. "Baru melamunin Anggi ya ?" Tebak Paras membut Wawan tersentak.

    "Yeeee siapa yang baru ngelamunin orang, wong kita tadi baru ngelamunin ummat Islam kok pada loyo, eeee dikira melamunin orang " bela Wawan seolah gak mau kalau sohibnya itu ikut terlibat dalam persoalan yang satu ini.

    " Ah jangan gitu Wan, aku tau kok kamu suka ama Anggi, kan aku gak sengaja pernah baca buku kamu yang ada coretan-coretan tinta pink nama Anggi pas aku pinjam buku Fisika kemarin" Paras njelasin ke Wawan. Seketika itu Wawan tak bisa berkutik, soalnya rahasia yang selama ini ia pendam ternyata diketahui oleh Paras sang sohib yang perhatian banget ama dia.

    "Eh Ras! Aku percaya kamu bisa nyimpen rahasia ini, soalnya aku belum berani untuk ungkapkan cinta ke Anggi, takut nih" minta Wawan seolah agak memaksa.

    "Beres Wan, jamin aman deh." Jawab Paras meyakinkan Wawan.
    Akhirnya tak terasa bel masuk pun berbunyi, mereka bergegas kembali meninggalkan Musholla ke kelas masing-masing. Tapi kayaknya ada yang gak beres, soalnya baju belakang Wawan keliatan gak rapi, padahal Wawan terkenal anak yang rapi banget di SMU Biru itu. Akhirnya dia bergegas menuju kamar kecil sebelah utara musholla. Tetapi sayang didalam ada orang yang pakai. Wawan menunggu beberapa lama, dan akhirnya.

    "Klek" bunyi pintu kamar mandi itu terbuka.

    Tak lama kemudian muncullah sesosok tubuh yang tidak asing lagi bagi Wawan. Y, Anggi keluar ruangan itu dengan melemparkan senyuman khasnya yang membuat jantung Wawan berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

    "Serrrr . Dak Dik Duk ."begitu mungkin suasana jantung Wawan melihat senyum Anggi dengan begitu manis.

    "Kok belon masuk Wan, kan udah bel .??" Tanya Anggi

    "Iy iy iyya, Nggi, Maklum baju belakang keluar nih, takut entar gak lkeliatan rapi" jawab Wawan agak gerogi

    "Ooo, gitu ya.. Ya udah duluan ya Asalamualaikum" Pamit Anggi sambil melempar senyum mautnya kembali kepada Wawan yang membuat Wawan jadi salah tingkah kembali.

    "Waalaikum salam" sahut Wawan.

    Hampir dua bulan Wawan memendam rasa ke Anggi, tetapi tidak berani mengungkapkannya. Dia hanya bisa curhat ke Paras kalau dia itu cinta ama Anggi, tapi gak berani ngungkapin ke Anggi. Ya tanggal 31 Maret 2001, Wawan mengetahui bahwa hari itu adalah hari spesial bagi Anggi, ya hari Ulang tahun yang ke 17, Wawan berpikir keras untuk ngungkapin rasa cintanya secara non verbal. Yaitu dengan hadiah di hari spesial itu. Wawan meminta pendapat ke Paras, soal hadiah apa yang cocok diberikan ke Anggi untuk hadiah Ultahnya.

    "mo kasih apa ya Ras????" tanya wawan minta pendapat Paras.

    " kasih bunga aja, biar romantis!" jawab Paras

    "gak ah, takut gak ada manfaatnya, gimana kalau aku berikan Khimar?"
    Wawan minta pendapat ke Paras

    "wah, hebat kamu Wan, bagus banget tuh " Paras mendukung

    "Tapi Pas " Wawan Menyela.

    "Aku gak berani ngasihkan ke dia, tolongin aku ya kan kamu temen setia aku! Ya ras ya Please!!!!!!" Rengek Wawan seolah memaksa paras untuk menurutinya.

    "Wah kok aku sih, napa gak kamu sendiri aja yang nyampaiin, kan yang suka ama dia kan kamu kok suruh aku sih?" ledek Paras.

    "Iya deh Wan, jangan kuatir pasti aku sampaiin ke dia"Jawaban Paras melegakan.

    Pagi yang cerah dia awal bulan April. Seperti biasa anak-anak pada berkerumun ke gank nya masing-masing. Termasuk Wawan yang udah nge-tem ama Paras di taman Sekolah depan kelas 2B. Tema pembicaraanya apa lagi kalu enggak masalah Anggi. Tetapi pembicaraan mereka terhenti sejenak karena ada sesosok tubuh berjalan dihadapan mereka. Ya Anggi berjalan dengan kamem menuju kelas 2A.

    "Subhanallah, Ras itu khimar yang kemarin aku kasih ke dia " ucap Wawan
    seolah enggak percaya akan apa yang ia saksikan.

    "Haa.. yang bener Wan ?" tanya Paras

    "Iya, bener itu yang aku kasih ke Anggi Subhanallah, tau berterimakasih bener dia.."gumam Wawan

    "Wah beruntung kamu Wan, berarti hadiah kamu special baginya" ledek paras.
    Kedua sahabat itu masih enggak percaya akan perlakuan Anggi pada pagi itu yang membuat Wawan seperti diatas angin.

    Bel istirahatpun tiba. Seperti biasa gank rohis itu pergi ke musholla untuk ngejalanin sholet duha. Tetapi entah mengapa Anggi udah duluan sebelum bel tadi ke musholla. Entah apa yang dilakukan Anggi di musholla itu, tetapi perlakuannya tidak begitu digubris oleh anak-anak lainnya. Mereka sholet seperti biasanya. Dan sudah menjadi kebiasaan juga sehabis sholet ya 5 menitan-lah anak-anak pada istirahat sambil nongkrong di ruang rohis disebelah selatan musholla. Pas mo balik ke kelas karena udah bel. Wawan menemukan sepucuk surat yang ditujukan kepadanya dilaci yang biasa untuk nyimpan pecinya kalau mau masuk kelas. Ya sebuah surat dengan sampul biru muda dengan tulisan yang sudah tidak asing lagi bagi Wawan.

    "Hah surat dari Anggi????" batin wawan seolah gak percaya

    "Eh Wan surat dari siapa tuh?" tanya Paras pingin tau

    "Dari Anggi "jawab Wawan..

    "Kok jadi berdebar gini ya Ras "sahut Wawan sedikit gerogi.

    "Udah lah Wan, jangan terlalu dipikirin berat-berat. Lagian udah bel tuh" nasehat paras sambil mengajak sohibnya itu masuk ke kelas.

    Tetapi langkah mereka berdua tidak semulus yang ia duga. Mereka dihadang oleh sesosok tubuh yang kini sedang mengisi renung hati Wawan. Ya Anggi. Anggi menghadang perjalanan mereka. Biasa sebelum dia mengucapin kata-kata, Anggi menebarkan senyum yang begitu mempesona.

    "Wah, makashi banget ya Wan ya enggak ada hadiah sebagus yang udah Wawan sampain ke Anggi, sekali lagi makasih ya ." Kata Anggi sembari meneber senyum kembali membuat hati Wawan berontak.

    "iya deh Nggi, selamat Ulang tahun ya " jawan Wawan

    "makasih lho Eh udah dibaca Surat Anggi?" tanya Anggi.

    "Belon, mungkin nanti siang aja ba'da sholat Duhur" jawab Wawan

    "Iya deh. Anggi tunggu ta jawabannya " Jawab Anggi

    "Insya Allah, Nggi" Jawaban Wawan meyakinkan.

    Setelah Anggi pergi, paras yang dari tadi cuman dijadiin obat nyamuk protes.

    "Busyet kamu Wan, kalau udah ketemu ama yang cocok gak inget ama temen kambali" protes Paras

    "Sory deh Ras, habis mo gimana lagi? "jawab Wawan

    Kedua sahabat itu akhirnya lenyap dilorong laboratorium biologi yang mereka lewati.
    Selama pelajaran berlangsung, bukannya pelajaran yang dipikirkan oleh Wawan tetapi dia mencoba membayangkan berbagai kemungkinan isi surat Anggi siang itu. Ya, hampir 3 jam penuh dia menciumi surat bersampul biru muda itu dengan penuh perasaan. 3 jam bagi Wawan amatlah lama dan membosankan. Tanpa sadar ia kembali terhanyut dalam lamunan yang memang membuat bibirnya senyam-senyum sendiri. Walaupun begitu dia masih bisa nyembunyiin ketergelisahannya itu sehingga tidak sempat menjadikan perhatian Pak Pardjo yang sedang mengajar Momen Gaya. Dan bel yang begitu indah pun terdengan dengan diiringi jerat jerit anak-anak SMU Biru itu. Rasa lega dan bimbang menyelimuti perasaan Wawan yang sudah sejak dari tadi tidak bisa konsentrasi kepada pelajaran dari guru-guru yang mengajar. Ia bergegas menunaikan sholet duhur dengan berjamaah di musholla sekolah. Setelah cukup berdoa dan berdzikir Wawan segera bergegas menuju ruangan Rohis yang menang sudah mulai rame dengan anak-anak kelas 1 dan 2 yang sedang asyik membaca buku perpustakaan. Tanpa diketahui oleh merek, Wawan berhasil mengambil sepucuk surat yang memang sudah menjadikannya gak lagi bisa berfikir jernih. Ya surat dari Anggi. Ia segera menuju gudang musholla yang memang dia yang memiliki kuncinya dan segera membaca surat itu. Tak ketinggalan Paras yang sudah dari tadi menyertai Wawan ikut menyimaknya.

    "Assalamualaikum Wr. Wb.
    Untuk Akhi Wawan yang Dirohmati Allah
    Sebelumnya Anggi mengucapkan terima kasih banyak kepada Akhi Wawan yang udah memberikan perhatian lebih kepada Anggi. Anggi merasa bahwa hidup ini adalah perjuangan. Siapa yang mau berjuang dialah yang akan mendapatkan sesuatu yang ia impikan. Akhi Wawan . Anggi sebenarnya mengerti bahwa akhi Wawan menyukai Anggi. Perlu diketahui saja sebenarnya Anggi juga gak bisa membohongi hati Anggi sendiri bahwa Anggi juga menyukai Wawan ya memang suka tak harus memiliki. Mungkin Akhi Wawan bisa faham maksud hati Anggi .Teruslah berjuang untuk mengapai cinta ..
    Wassalamualaikum Wr Wb

    Anggi"
    Itulah surat yang diberikan Anggi kepada Wawan. Singkat, Padat dan penuh dengan makna.

    "Wah gimana nih Ras???" tanya Wawan seolah gak percaya.

    " Lho kok gimana sih, nha ini kan yang sebenarnya kamu inginkan ." Ledek Paras.

    "Serius atuh!!!, Wawan butuh pendapat nih ." Rengek Wawan

    " kalau aku sih ya ungkapin aja ama dia ." Jawab Paras.

    Diskusi singkat itu akhirnya membuahkan keputusan yang bulat. Ya sebelum bel masuk wawan akan ungkapkan isi hati Wawan kepada Anggi. Memang hari itu keberuntungan wawan. Belum juga dia nyari Anggi, eee Anggi-nya udah nongol di depan musholla. Kontan aja wajah Wawan jadi berseri-seri dan akhirnya dia mengejar untuk mendapatkan kepastian hidup .

    "Ngi! Aku pingin ngomong nih ."

    "Apa Wan yang tadi ya ..?" jawab Anggi .

    "Iya " jawab wawan

    "Gimana Nggi' Sumpah deh aku cinta mati ama kamu bener .terimalah cintaku ini ya Nggi!"
    Rengek wawan.

    "Wah gimana ya benarnya Anggi belum berani untuk mengatakannya tapi apa boleh buiat anggi juga cinta kok ama wawan ."ungkapan yang begitu indah terdenganr dari mulut Anggi seolah-olah telah mampu menghancurkan kebekuan hati Wawan selama ini.

    Seiring dengan waktu dan seiring dengan perkembangan situasi kedua pasangan serasi Rohis SMU Biru itu semakin dekat aja. Walaupun mereka melakukan aktifitas pacaran tetapi tetap tidak diketahui oleh teman-temannya. Ya karena mereka adalah anak-anak Rohis. Wawan adalah ketua dan Anggi adalah Bendahara. Jadi ketika kedua pasangan itu bercakap-cakap dianggap oleh teman-temannya adalah koordinasi kegiatan.

    Ya genap sudah 4 bulan mereka berpacaran tanpa diketahui oleh siapapun, kecuali Paras. Sudah menjadi kebiasaan ketika CAWU 3 Rohis SMU Biru mengadakan sarasehan mengenai pelajar dan masalah lain yang menyangkut langsung dalam dunia pelajar.

    "Gimana Fik, udah kelar backgroundnya?" tanya Wawan dalam sebuah rapat pengecekan akhir.

    "udah kok Wan .tapi ada yang belon beres nih mengenai moderator untuk acara besok.."

    "jadi gimana sudah ada belon kalau belon ada Wawan juga bisa kok jadi moderator" tawaran Wawan, serius

    "bener Wan..apa gak aneh entar ?" Tanggapan Taufik

    "Lho kok aneh sih..emang kalau dah jadi ketua gak boleh jadi moderator ya, enak aja..kalau gitu mendingan gak usah jadi ketua yeeee" Sahut Wawan penuh semangat.

    Akhirnya acara sarasehan pun diadakan. Dengan dihadiri oleh hampir seratus orang siswa SMU Biru dan beberapa guru yang memang diundang oleh pihak panitia. Temanya pun tidak tanggung-tanggung. Ya Peran pelajar dalam mengubah dunia". Walaupun temanya agak berat tetapi karena yang membawakan sarasehan itu adalah ustadz yang agak gaul jadi para peserta bisa menangkap dengan baik. Bahkan karena merasa cocok beberapa siswa menginginkan ada follow up dari kegiatan itu. Dan Rohis pun mensepakati. Setelah disepakati oleh Mas Ardiansyah ustadz gaul yang belakangan mulai naik daun namanya itu akhirnya setiap pekannya akan mengisi kajian Rohis. Hari Rabu siang jam 14.00 WIB.

    Seiring dengan berjalannya pengajian yang mulai membahas tema-tema cinta dan pacaran. Sedikit banyak Wawanyang memang sedang ada "main' dengan bendahara Rohis ini mengalami kegelisahan batin. Antara mencintai nya (Anggi) dengan mencintai-Nya. Tetapi seiring dengan waktu akhirnya pemahaman mereka telah menuntun kepada jalan yang benar. Akhirnya merekapun kemudian saling menjauh walaupun sebenarnya dekat. Dan saling mendekat walaupun mereka jauh. Ya akhirnya mereka lebih mencintai Allah dari pada mencintai sesama makhluknya

    Ya Bila Cinta harus Memilih maka kan ku pilih untuk mencintai-Nya




    Sumber : Sigit Nur Setiyawan
     
    • Like Like x 2
    Last edited: Feb 24, 2009
  4. R4yd3n Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 4, 2009
    Messages:
    49
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +6 / -0
    bwat wawan yang di cerita BILA CINTA HARUS MEMILIH gw salut sama sikap lo??

    jangna khwatir kalau emank jodoh ga' bakal kemna??
     
  5. bocah_kentir M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2009
    Messages:
    329
    Trophy Points:
    91
    Ratings:
    +642 / -0
    semua takdir kita sudah di atur oleh Yang Maha Kuasa
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.