A simple lesson that I learnt last Tuesday

ini pengalaman temen sndiri, jd kayakny ga bakal repost d..

Di Tembagapura, setiap hari Selasa dan Kamis malam, ada kegiatan main bola basket yang terbuka untuk umum. Siapa saja boleh datang bergabung dan bermain.

Hari Selasa lalu, sepulang kerja, saya memutuskan untuk datang ikut bermain. Saya pikir lumayan juga untuk cari keringat sekaligus sebagai persiapan buat Pesroga bulan Desember nanti.

Karena saya pulang kerja cukup sore, sedangkan acara main basketnya dimulai jam 7, saya segera buru-buru pulang ke rumah untuk mengganti pakaian dan setelah itu pergi makan malam dulu di Mess Hall.

Untuk menghemat waktu, saya sengaja pergi ke Mess Hall yang lokasinya dekat dengan Sport Hall, tempat main basketnya. (Untuk informasi, di sini ada beberapa tempat makan untuk berbagai tingkatan karyawan). Kebetulan tempat makan malam di dekat Sport Hall ini tidak sebagus (dan seenak) tempat saya biasa makan setiap harinya.

Sesampainya di sana, saya segera (dengan masih terburu-buru) mengambil makanan. Terus terang, saya sedikit mengeluh (dalam hati pastinya) dengan menu makanan yang disajikan di sana yang saya nilai tidak seenak di tempat biasa saya makan. Tapi karena menguber waktu, saya tetap memilih makanan yang menurut saya paling lumayan.

Setelah mengambil makanan, saya segera mencari tempat duduk terdekat dan mulai makan (tetap dengan terburu-buru dan sambil mengeluh.. ). Belum habis makanan saya, ada datang seorang bapak yang duduk tepat di seberang meja saya. Pada waktu saya melihatnya, dia sedang berdoa dengan cukup lama, doa mensyukuri makanan yang masih bisa dia nikmati.

Gak tahu kenapa saat melihat hal ini, saya jadi merasa malu sekaligus tertegur. Malu karena sementara saya mengeluh atas makanan yang saya makan, bapak itu bisa doa mengucap syukur. Padahal, dibandingkan bapak itu, saya lebih beruntung sehari-hari bisa makan di tempat makan karyawan yang lebih baik.

Malu karena sementara saya (sering) memanjatkan doa makan hanya untuk formalitas (biasanya doa saat makan paling lama sekejap mata dan itu pun gak inget isi doanya sendiri!), bapak itu mengingatkan saya bagaimana doa itu seharusnya dilakukan, bukan dengan terburu-buru dan seperti mengucapkan doa hafalan saja.

Saya bersyukur untuk peristiwa ini (yang mungkin bagi kebanyakan orang hanyalah suatu hal yang sepele). Karena dari peristiwa ini, saya diingatkan kembali bagaiamana seringkali Tuhan hendak 'berbicara' kepada kita melalui hal-hal kecil yang kita alami. Tinggal gimana apakah kita mau peka terhadap hal-hal 'sepele' itu atau tidak. Semoga saya (dan kita semua) tidak kehilangan akan kepekaan ini.

Be blessed. iss:

 

Hai, IDWS Mania! Mohon bantuannya supaya IDWS berkembang dengan ikuti sosial media kami di:
Discord Forum IDWS - Facebook IDWS - Instagram IDWS - Twitter IDWS