1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Artemis Online

Discussion in 'Fiction' started by Fairyfly, Jan 2, 2017.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    Salahkan sherlock1524sherlock1524 a.k.a. ikan yang membuat saia nulis lagi :swt:
    edit :
    Thanks to sherlock1524sherlock1524 a.k.a. ikan yang membuat saia nulis lagi :hmm:

    Judul : Artemis Online
    Genre : SoL

    Reserved for index :kenyang:
     
    • Thanks Thanks x 1
    • Informatif Informatif x 1
    • Semangat! Semangat! x 1
    Last edited: Jan 2, 2017
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    Prologue :
    Closed

    Pulau Artemis, atau yang lebih dikenal sebagai kediaman raja iblis, dulunya merupakan sebuah negeri yang damai.

    Bagian utara Artemis yang berbatasan dengan laut menciptakan hamparan garis pantai yang luas nan indah. Diselingi oleh deretan pepohonan rimbun dan angin sejuk, juga lautan biru yang tenang, deretan pesisir di pulau tersebut seolah dapat menyejukkan jiwa siapapun yang memandangnya. Masuk ke selatan, rangkaian pegunungan, hutan, dan sungai-sungai yang mengalir diantaranya menciptakan suasana alami yang menenangkan. Dan jauh di selatan, terdapat sebuah kota sibuk lagi ramai, Loch. Meski ada banyak sekali penduduk di ibukota, namun hampir tak pernah terjadi keributan di Loch. Hal ini dikarenakan penduduk Loch – dan pulau Artemis pada umumnya – merupakan orang-orang baik dan beradab.

    Dengan semua keindahan alam dan keramahan penduduknya, Artemis boleh dibilang sebagai surga dunia. Meski demikian, surga itu hancur kala raja kegelapan datang sepuluh tahun lalu. Membawa pasukan kegelapan yang tak terhitung jumlahnya, lambat laun semua keindahan Artemis musnah. Dan hanya dalam waktu kurang dari setahun, apa yang tersisa dari Artemis hanyalah kehancuran kesedihan. Sungai-sungai yang awalnya mengalir indah, kini mengering tak bersisa. Deretan pepohonan yang rimbun kini mati atau beracun. Langit menjadi gelap gulita sepanjang hari, sehingga kerajaan ini tak ubahnya seperti neraka. Tak ada lagi keindahan yang tampak darinya.

    Penduduk Artemis yang dulunya hidup damai, kini harus merasakan beratnya hidup sebagai budak dan bekerja paksa tanpa bayaran. Ya. Tak banyak pilihan di Artemis : hidup menjadi budak atau mati. Dan jika penduduk memilih untuk mati, tentu saja raja kegelapan takkan peduli. Bahkan kalaupun seandainya seluruh manusia Artemis tewas, raja kegelapan sama sekali takkan kehilangan apapun. Keputusannya untu membiarkan manusia hidup tidak lain hanya karena kesenangannya melihat manusia menderita.

    Namun keputusan itulah yang merupakan blunder terbesarnya. Muak dengan penderitaan yang ada, penduduk Artemis bangkit dan melakukan perlawanan. Dipimpin oleh seorang mantan ksatria bernama Elsen Sternz, masyarakat Artemis mulai angkat senjata dan melakukan perlawanan di mana-mana. Pasukan kegelapan yang hanya mengandalkan kekuatan fisik, nyatanya tak mampu membendung pasukan rakyat Artemis yang mengandalkan kecerdikan dan kepiawaian mereka dalam mengatur strategi. Berbekal semangat tinggi dan keyakinan akan kemenangan, pasukan rakyat Artemis mulai meraih kemenangan.

    Perlahan, hari demi hari, perlawanan mereka membuahkan hasil…

    ***​

    “Haah…haah…dasar iblis!”

    Napas Lunaria tersengal. Menggenggam dua bilah pedang kembar, ia kembali menyiapkan kuda-kuda untuk menahan serangan musuh. Tangannya gemetar hebat. Bisa dirasanya aliran darah yang berdesir hebat, menandakan dirinya berada pada posisi on fire.

    Lima Orc Warlord berdiri dihadapannya. Kekar nan kokoh. Tangan-tangan mereka yang berotot tebal bak besi menggenggam kapak yang luar biasa besar. Seberapa besar? Cukup untuk merobohkan sebuah gubuk dengan sekali tebas.

    Jujur saja, makhluk-makhluk itu bukanlah musuh yang seimbang untuk dilawan seorang diri. Bahkan dengan kekuatan yang dimilikinya, Lunaria tahu bahwa ia takkan mampu mengimbangi para Orc tersebut. Nyatanya, butuh beberapa orang untuk merobohkan sesosok Orc Warlord, dan entah kutukan apa yang membuat dirinya didatangi lima Orc Warlord sekaligus.

    Sorot mata Lunaria kemudian berpindah kepada sosok-sosok yang terbujur kaku di sekelilingnya. Beberapa rekannya tampak jatuh tak bernyawa : seorang pemanah, seorang penyihir, dan beberapa petarung. Meski demikian, Lunaria telah bersumpah bahwa ia akan terus mempertahankan diri hingga akhir. Jika ia tak bisa menang melawan iblis-iblis ini, maka mati lebih baik baginya. Begitu yang ia pikirkan.

    “Grr!”

    Suara khas dari para Orc Warlord ini terdengar bagai bel kematian di telinga Lunaria. Dengan sorot mata memincing, ia memperhatikan dengan seksama gerakan para Orc Warlord yang mulai mengepung dirinya depan belakang.

    Sekonyong-konyong, sebuah ayunan kapak datang menghampiri dirinya dari belakang. Lunaria mengelak sebelum melancarkan serangan balasan. Nyaris saja, pikir Lunaria. Terlambat sedetik saja, kepalanya pasti sudah lepas. Beruntung tebasan itu hanya mengenai ujung rambut panjangnya yang kecoklatan.

    “Dasar iblis! Fire Slash!

    Mengayunkan pedangnya dengan cepat, Lunaria menyayat tubuh Orc Warlord pertama yang datang padanya. Kulit Orc yang setebal besi ternyata membuat sayatan Lunaria tak sempurna, sehingga serangannya tampak sia-sia saja. Dada Orc yang tersayat itu mengeluarkan darah segar, namun sosoknya masih kokoh. Kembali sang Orc mengayunkan kapaknya; mengikuti dibelakangnya kini adalah 4 sosok Orc lainnya yang mulai ikut menyerang.

    Jika Lunaria berhasil menghindar dari serangan ini, mungkin hal itu adalah sebuah keajaiban.

    Memejamkan matanya, pikiran Lunaria melayang jauh ke masa depan.

    Ia masih muda, dan belum memiliki pasangan sama sekali. Di usianya yang bahkan belum menginjak kepala dua, ia sudah harus tewas. Ah, sungguh menyedihkan, pikirnya.

    Tapi ia tahu, bahwa ia akan melakukan apapun demi kemerdekaan Artemis. Bahkan jika ia harus mati sekalipun.

    Sejenak, angannya melambung jauh. Jika ia masih hidup selepas serangan ini, ia berjanji akan menemukan seorang pemuda untuk dinikahi. Mmn. Sosok pemuda yang bisa melindunginya. Sosok pemuda yang bisa berjalan bersamanya dalam suka dan duka.

    Ah, betapa menyenangkannya…

    Dengan tekad membara, Lunaria kembali membuka matanya-

    “UWAAAARGH!”

    -dan berteriak garang sembari menyerbu musuh seorang diri.

    ***​

    “Karaktermu baru saja mati. Kembali ke save point?”

    Laknat!

    Ah, kampret lah! Baru online sudah tewas!

    Artemis Online, petualangan ceria penuh cerita, merupakan sebuah game online yang penuh dengan dusta. Maksudku, mana ada petualangan ceria ketika dungeon untuk level 30 dihuni oleh monster-monster MVP? Dasar, game goblok.

    Kelima Orc yang baru saja menghabisi karakterku kini tampak berjoged riang di layar komputerku, sementara karakter milikku, Lunaria Sternz, tergeletak dengan tampilan “HP : 0”. Itu artinya, Lunaria Sternz sudah tewas. Anehnya, ia masih bisa bicara, loh.

    Sembari merenungkan kehidupan Lunaria Sternz yang gagal, tampak seorang merchant level 15 yang baru tiba di lantai dungeon tempatku berada. Segera saja para Orc Warlord yang rindu dibelai ini mengeroyok sang merchant malang itu – yang sempat mencoba kabur – hingga tewas.

    “ASOOO!”

    Teriak sang merchant sembari menghilang – mungkin kembali ke save point.

    “Itu merchant goblok ngapain juga sih kesini? Bego banget!”

    Suara tadi berasal dari seorang witch, Dorothy Elsea. Sosoknya tampak sedang telengkup diantara lima Orc Warlord yang masih saja bergoyang dombret. Oh, dia juga sudah mati, loh.

    “Nyerah deh gua Ar, kapok. Mending gua uninstall ini game, dah.” Ujarnya – atau kurang lebih begitulah yang tampak pada layar komputerku. “Kapok banget maen game banyak bug nya begini. Ngeselin amat. Level 40 lawan bos lima, sekali gebuk wafat. Gusti…”

    Aku ingin sekali menimpali kata-kata Dorothy. Namun apa daya? Jauh di lubuk hati, aku juga semakin kesal dengan bug yang ada pada Artemis Online. Game yang pada awal mula kemunculannya menjadi hits karena karakter lucu dan cerita yang unik, kini rusak gara-gara bug yang muncul entah darimana.

    “Wah masih mending, gan. Saya lebih parah. Begitu ketemu bos, masak komputer saya langsung lag? Begitu beres lag, saya terus wafat. Kan kacau.”

    Satu lagi yang bicara adalah seorang hunter. Tidak seperti aku dan Dorothy, hunter ini memiliki nama yang boleh dibilang memaksa : Bruce Willis. Oh, dan ia juga sudah tewas, tentu.

    “Kok bisa lag sih?” Masih sambil tewas, Dorothy balik bertanya. Bruce Willis hanya menjawab dengan menampilkan emoticon geleng-geleng kepala. Aku yang tahu bahwa si pemeran utama film Die Hard ini online menggunakan koneksi wartel, memilih diam saja daripada membocorkan aib nya.

    “Balik, Ar?”

    Melihat kata-kata Dorothy, jemariku lantas mulai menari-nari diatas keyboard.

    “Yuk, balik all.”

    Dan ketiga karakter kami : Lunaria Sternz, Dorothy Elsea, dan Bruce Willis, kembali ke save point.

    ***​

    Satu hal yang masih menjadi pertanyaan untukku adalah, bagaimana karakter kami yang awalnya tewas, kini kembali sehat setibanya di save point.

    Rimo merupakan kota kecil di utara Artemis. Layaknya sebuah save point, kota ini aman dari serangan para monster. Namun akhir-akhir ini muncul desas desus tak sedap akan keamanan kota ini, karena banyak kota lain : Dual, Mire, dan kota-kota lainnya, yang tiba-tiba saja diserang boss-boss MVP. Alhasil, kota-kota tersebut tak bisa lagi dijadikan save point yang aman. Dan bukan tidak mungkin bila Rimo juga akan dihajar.

    Hal menarik yang kini ada di Rimo adalah deretan karakter yang membawa poster-poster penuh hujatan. Kurang lebih isinya seperti “GM gobl*k!!” atau “Musnahkan bug!” atau “Game laknat!”. Fenomena demonstrasi para karakter ini muncul setelah bug yang ada di permainan ini tak kunjung hilang. Heran, kenapa mereka tidak pensiun saja, sih?

    Bruce Willis, hunter di party ku, dengan semangat langsung ikut deretan demonstran sambil membawa spanduk “Om Telolet Om.” Jangan tanya apa maksudnya.

    “Ar, sudah malam nih, log off duluan ya? Besok UN.”

    Ah, aku lupa jika temanku yang mengendalikan Dorothy masih sekolah. Aku lulus setahun sebelumnya, dan sekarang bekerja di supermarket setelah gagal tes beasiswa PTN. Yah, aku tak punya uang banyak untuk kuliah juga, sih.

    “Ok Ton, semangat UN jangan nyontek.”

    Bukan tanpa alasan aku bilang begitu. Anton memiliki rekor buruk dalam hal menyontek. Mungkin ia tidak memiliki bakat sebagai seorang ninja.

    Anton lebih memilih untuk belajar mati-matian setiap kali ada ujian. Hanya di malam ini saja ia ikut ajakan setan untuk online dan berburu monster di dungeon.

    Oh, tak perlu tanya siapa setannya.

    Setelah menampilkan emoticon lambaian tangan, karakter witch berambut ungu sebahu itu lantas menghilang. Tinggal aku dan Bruce Willis – yang entah mengapa kini dikeroyok massa – yang masih aktif. Dan aku baru akan merapikan equipment yang kusimpan sebelum kemudian muncul sebuah pengumuman.

    “Wahai para pejuang kemerdekaan Artemis Online,”

    Ah, itu tadi GM yang sedang berbicara. Semua player pasti bisa mendengarnya.

    “Aku, Elsen Sternz, dan segenap kru Artemis Online, sangat berterima kasih atas semua pengorbanan kalian selama ini. Artemis tidak mungkin berjaya tanpa kalian semua.”

    Sontak, para player menyambut kata-kata GM dengan cacian. Turunkan GM, hilangkan bug, telolet, semua tumpah ruah jadi satu teriakan.

    “Namun, dengan sangat menyesal, perjuangan kita harus berhenti disini.”

    Eh?

    Apa? Apa maksudnya?

    “Karena banyaknya bug dan flaws pada Artemis Online ini, kami segenap kru memutuskan untuk menutup server kami terhitung bulan depan.”

    Sontak, seluruh player berhenti bicara. Kota Rimo yang awalnya gaduh oleh demonstran, kini seolah hanyut dalam keheningan.

    “Semua player yang sudah berkorban waktu dan tenaga untuk kemerdekaan Artemis, akan mendapat kompensasi berupa bingkisan menarik dari tim Artemis Online. Silakan kunjungi website kami untuk keterangan lebih lanjut.”

    Eeeehh?

    Tutup? Apa maksudnya ini?

    “Kami pihak Artemis Online, juga Elsen Sternz, pahlawan kalian, meminta maaf yang sebesar-besarnya atas keputusan ini.”

    Tu…tunggu dulu, apa maksudnya?

    “System akan restart dalam lima menit. Semua id akan logout secara otomatis.”

    Hah?

    Belum jelas informasi tentang tutupnya Artemis Online, tiba-tiba saja muncul pengumuman bahwa seluruh id akan logout secara otomatis.

    Dan selama lima menit setelahnya, kota Rimo menjadi riuh bukan main.
     
    • Like Like x 2
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jan 2, 2017
  4. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    itu telolet sampe di sini juga, jujur gw facepalm sama itu meme :facepalm:

    anyway, mayan menarik sih kek yg di post di lonj, tapi kayaknya akhir prolog penjelasan nya rada kurang :bloon: mungkin bisa dikasih tau gimana riuh nya dan apa yg terjadi setelahnya, sedikit aja.
     
    • Thanks Thanks x 1
  5. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    makasi udah dibaca mod :matabelo: rencananya apa yang terjadi setelah server closed mau dijelasin di ch selanjutnya :hihi:

    thanks anyway :hmm:
     
    • Like Like x 1
  6. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    baru prolog :bingung:

    itu emang sengaja dibikin misleading kah kirain awalnya cerita ttg kreajaan ternyata game :haha:
     
    • Thanks Thanks x 1
  7. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Tipikal mmo, ceritanya bikin ketawa ngakak dan gokil. :haha:
    Lanjut :top:
     
    • Thanks Thanks x 1
  8. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    ceritanya bukan tentang kerajaan loh benernya :hihi:

    and yupz, baru prolog :hmm: rencananya update seminggu atau dua minggu sekali (soalnya lagi sibuk juga :hiks: )

    makasii, noprirf :hmm:

    belum sempet baca orific punyamu, maaf ya. nanti malam tak baca :hmm:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.