1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Serial Detektif Indigo (SDI): Korban Terakhir

Discussion in 'Fiction' started by shani, Aug 23, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    (bagian 1)
    Serial Killer Diary



    "Bangun pangeran........hei bangunlah.....ALVIAAAAN!! bangun ah kamu sudah janji tadi siang...." suara Kimi membangunkanku di tengah malam, biarpun hanya diriku yang bisa mendengarnya namun tetap saja bagiku itu memekakkan sekali.

    Masih setengah mengantuk kunyalakan komputerku dan aku kembali terlelap dalam mimpi, sementara itu kubiarkan Kimi 'memainkan' tanganku untuk menggunakan komputer itu sesukanya. Tadi siang diriku masih sibuk dengan pekerjaanku, tapi Kimi ingin sekali berinternet ria untuk mengetahui dunia manusia modern, akhirnya dia kujanjikan malam nanti sajauntuk surfing di internet. Entah bagaimana, tapi Kimi cepat sekali paham dan terlihat sangat haus akan informasi. Seperti biasanya Kimi kutinggal tidur di kursi lalu besoknya dia bertanya macam-macam tentang isu-isu di dunia manusia, dasar jin kepo.


    Pagi harinya seperti yang telah kutebak, Kimi mengajukan berbagai pertanyaan di kepalaku.

    "Aku tak paham dengan kelakuan para manusia, mengapa mereka sampai tega berbuat jahat hanya demi harta" tanya Kimi.

    "Karena manusia butuh duit untuk membeli barang kebutuhan Kim, entah kebutuhan utama atau kebutuhan untuk maksiat, kami gak seperti bangsamu yang mengandalkan hanya 'energi' untuk makan, atau pun bertukar barang" jawabku enteng.

    "Makanya ada juga kan dari bangsamu yang menawari manusia untuk mendapatkan harta dengan mudah, sebagai gantinya manusia itu juga yang mereka 'makan' energinya, kami menyebutnya 'tumbal' Kim" sambungku. Kimi mulai paham dengan penjelasanku tadi, dia lalu tentang hal-hal lainnya yang jawabannya mudah bagiku untuk menjelaskannya.



    "Nanti siang kau akan kedatangan tamu, aku ada urusan di tempat lain, aku pamit pergi dulu" pesan Kimi kepadaku.

    Aku jadi bertanya dalam hati siapa gerangan yang akan datang nanti, ada urusan apa denganku. Tak lama kemudian HP ku berbunyi, ada pesan masuk dari Arina, "VIN, SIANG NANTI AKU KE RUMAHMU MENGANTAR SESEORANG YANG MENGINGINKAN BANTUANMU", tulisnya singkat, siapa lagi yang dia bawa kemari, jangan-jangan pasiennya yang sudah 'gila' kali ya, gumamku dalam hati.



    Semenjak kasus Kemala hubunganku dengan Arina jadi semakin dekat, dan sejak itu juga dia telah beberapa kali membawa orang yang tidak aku kenal ke rumahku, mulai dari yang merasa dirinya dihinggapi jin, minta diramal, minta dicarikan anggota keluarganya yang hilang sampai yang terakhir Arina membawa kakaknya yang pertama kemari untuk minta tolong kepadaku untuk mengecek calon istrinya dari foto yang ditunjukkan padaku (-_-), gimana nih anak...dibuang kemana itu logikanya, dia kan seorang dokter kejiwaan.

    Sambil menunggu Arina kusempatkan berpikir tentang siapa kali ini yang dibawanya kemari, kali ini sedikit kumerasakan ada 'visi' yang terlintas tanpa kupejamkan mataku.



    Sebuah ruangan berdinding kayu, hawanya lembab dan dingin, ada bau bangkai yang terkadang melintas karena terbawa oleh angin.



    Seakan sebuah insting akan didatangi oleh kematian,'visi' tadi lalu menghilang dengan sekejap, 30 menit kemudian Arina tiba di rumahku, kusambut dia di depan rumah.

    Pemandangan yang kulihat sangat mengejutkan, Arina tiba dirumahku dengan menggukanan mobil dinas kepolisian, dia turun lalu diikuti oleh tiga orang pria berpakaian dinas polisi, mereka kupersilahkan masuk ke ruang tamu rumahku.

    "Vin perkenalkan beliau ini pak Rama, reserse senior di polda", Arina memperkenalkan tamu itu kepadaku.

    "Selamat siang dik Alvian, apa kabar, semoga saya tidak merepotkan saudara" ujar pak Rama menyapaku dengan ramah.

    "Boleh saya bertanya ada keperluan apa dengan saya sampai diantarkan Arina kemari?" tanyaku, tanpa basa basi pak Rama langsung bercerita panjang lebar.



    "Dua hari yang lalu tim reserse kami berhasil menangkap seorang pembunuh berantai yang kasusnya marak dua bulan ini, sayangnya tersangka ini melawan waktu ditangkap, dia berhasil melukai dua anggota tim buru sergap sehingga anggota kami melakukan penembakan pada tersangka”.

    “Keganjilan terjadi pada saat tersangka ditembak, dia ternyata kebal peluru, tersangka ini semakin membabi buta sehingga tubuhnya terpaksa dihujani peluru oleh anggota kami, sebuah kebetulan salah satu peluru melesat tepat di jari manis tersangka sehingga dia tiba-tiba semakin berulah seperti orang kesetanan, dan kami melepaskan tembakan sekali lagi, sungguh ajaib kali ini peluru-peluru itu berhasil menembus tubuh tersangka. Selanjutnya jenazah tersangka dievakuasi untuk diotopsi, dan tim kami menggeledah rumah persembunyian tersangka untuk mengambil beberapa barang yang berkaitan dengan kejahatan yang dilakukan tersangka".

    Kemudian sebuah buku yang terlihat lusuh disodorkan padaku, "ini dia buku harian si pelaku" kata pak Rama, dan kuulurkan tanganku untuk mengambil buku itu, begitu jariku menyentuhnya......



    Sebuah adegan yang sangat sadis terjadi di depan mataku, "apa ini? kenapa aku memegang pisau jagal...." tanyaku dalam hati.

    Aku meraih sebuah tangan seorang bocah lelaki dan kutebas dengan pisau tadi, CLAK CLAK CLAK, sungguh sadis darah muncrat kemana-mana dan suasana pun berubah, perlahan gelap lalu perlahan terang kelabu. "Tunggulah nak, sebentar lagi tubuh barumu selesai" sebuah kalimat terucap serasa dari mulutku yang tak terkendali, lalu tubuh ini melangkah keluar dari sebuah ruangan yang entah tak terlihat begitu jelas, ada meja dan sebuah buku yang terlihat sama persis dengan buku yang tadi disodorkan padaku........dalam sekejap sebuah tangan memegang tanganku dari sebuah sosok berjubah hitam, wajahnya tak terlihat dan genggamannya itu sangat kuat, "pergi kau, ini bukan urusanmu bocah" sebuah suara dilontarkan oleh sosok itu kepadaku, lalu kumerasa menjadi lemah dan.....



    Pikiranku sadar kembali, kuraih buku harian lusuh yang disodorkan pak Rama kepadaku.

    "Mungkin kamu bisa mendapatkan atau paling tidak melihat sesuatu dari buku ini" ucap pak Rama.

    "Ya baru saja kudapatkan yang anda maksud pak",aku membatin. Pelan-pelan aku membalik-balik halaman buku itu, membaca dan pada pokoknya isinya berupa catatan-catatan tentang rencana penculikan dan 'bagian' yang dipotong dari tiap korbannya.

    "Pelaku ini bukan seorang psikopat....tapi orang yang sudah terobsesi dengan ilmu hitam pak......dia ingin menghidupkan kembali anaknya dengan tubuh baru" ucapku tanpa berpikir, sambil melanjutkan membaca buku itu aku terus berbicara seakan mulutku langsung mengetahui isinya.



    "Dia membutuhkan dua buah tangan, dua buah kaki dan sebuah torso, jadi dia harus menculik setidaknya 5 orang bocah laki-laki dengan ciri2 tubuh atau postur yang sama, ada pun waktu untuk memotong anggota tubuh korbannya adalah harus pada hari-hari dengan weton tertentu".Lalu mulutku berhenti berbicara dengan kepalaku terasa pusing sekali.

    "Kamu baik-baik saja Vin?" ucap Arina cemas.

    "Tidak apa-apa, aku hanya sedikit pusing" jawabku, kemudian dengan gelisah aku melanjutkan menjelaskan kali ini dengan pikiranku secara logis.

    "Sepertinya orang ini ingin membuat semacam manusia buatan aladr. Frankenstein untuk menhgidupkan kembali anaknya, entah darimaa dia mendapat pemikiran gila seperti itu, saya menduga dia memiliki seorang guru ilmu hitam pak.

    “Jika pelaku ini sudah tewas apa yang membuat kepolisian masih menyelidikinya?".



    Pak Rama dengan serius mengatakan,"Kami belum menemukan satu korban terakhir, sisanya yang empat korban itu sudah ditemukan, semua dalam keadaan tewas, tapi yang satu korban ini.........kami menduganya masih hidup".

    Dengan ragu lalu kumenyambung dengan menceritakan visi-visi yang aku lihat tadi. Lalu terucaplah sebuah kalimat dari mulutku yang akan sangat kusesali besok....



    "Saya harus melihat mayat si pembunuh itu pak!!"


    -BERSAMBUNG-
     
    Last edited: Aug 26, 2016
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Korban Terakhir (bagian 2)


    Encounter, 'Napak Tilas' Yang Mengerikan



    "Aku tak habis pikir kenapa sih kamu harus melihat mayatnya" tanya Arina di dalam mobil polisi yang membawa kami ke rumah sakit milik kepolisian daerah.

    "Entah kenapa aku harus memastikan sesuatu hal dan untuk itu mau tidak mau aku harus melihat mayatnya" jawabku.

    Pak Rama tak ketinggalan berkata kepadaku,"Semoga kondisi mayatnya tidak membuatmu buru-buru ingin pulang" dan kata-kata tersebut justru membuat mood Arina langsung berubah.

    "A...aku tidak perlu ikut melihat kan om?"

    Langsung kusambar dengan berkata,"Kamu harus menemaniku melihatnya, kamu yang membawaku pada masalah ini".

    Arina hanya menggerutu tanpa menatapku.


    Kami pun tiba di rumah sakit dan pak Rama langsung membawa kami menuju kamar mayat, lalu mendadak kurasakan hawa yang sudah sangat aku kenal.

    "Pangeran, sebaiknya kali ini kau mempersiapkan diri, aku merasakan sesuatu yang tidak biasa pada tubuh penjahat itu", Kimi yang mendadak muncul memperingatkanku.

    "Kapan kau kembali Kim, dari tadi kau sudah menguntit kami yah" balasku bertanya.

    "Aku sudah kembali dari tadi sejak kurasakan ada sesuatu yang sangat jahat mencoba melukaimu, hawanya sungguh hawa yang sudah kami kenal sejak jaman Adam, hawa iblis" jawab Kimi.

    Perkataan Kimi tadi langsung membuatku teringat pada makhluk berjubah hitam yang aku lihat tadi, "Apa kau ada petunjuk mengenai si jubah hitam itu Kim, kurasakan levelnya jauh lebih tinggi daripada Khosyii (Wewe Gombel) hingga bisa memergokiku dalam penerawangan tadi" tanyaku serius.

    "Dia salah satu jin yang sering membuat kontrak dengan manusia, dia menjual 'pengetahuan' yang terlarang dari duniaku, kemampuan seperti itu hanya dikuasai oleh jin-jin yang terlahir di jamannya Musa (Nabi Musa A.S) mereka tidak memihak kerajaan mana pun di dunia kami karena mereka berguru pada iblis, setelah itu mereka berkelana untuk mengumpulkan jiwa-jiwa manusia dengan mengontrak mereka yang sudah gelap hatinya, sungguh mereka adalah jin kuno yang sangat jahat, sedangkan yang kau temui tadi diriku belum bisa menjelaskan leih lanjut pangeran"jawab Kimi menerangkan panjang lebar.


    Kamar mayat sudah terlihat tinggal beberapa lagi kami akan memasukinya, "Kalau ini akan sangat berbahaya sebaiknya dirimu sembunyi saja" kataku pada Kimi.

    "Tidak, aku akan tetap mengikutimu" balasnya.

    "Kita langsung saja melihat mayatnya, sudah dua hari diawetkan di lemari pendingin untuk kepentingan penyelidikan", ujar pak Rama di kamar mayat.

    "Kenapa aku harus ikut juga sih" ucap Ariana ketakutan dengan sewot.

    "Aku memerlukanmu di sisiku untuk jaga-jaga saja, lagian kamu ini waktu kuliah pasti pernah melihat mayat kan, mahasiswa kedokteran koq penakut gini" balasku. Akhirnya mayat si pembunuh sudah di depan kami, petugas kamr mayat lalu mebuka kantong mayatnya, mataku melirik label pada kaki si mayat:"mr.X".Rupanya polisi masih belum mendapatkan identitasnya.


    Kondisi mayat ini penuh dengan lubang peluru, tubuhnya sudah dibersihkan dan sangat terlihat jelas luka-luka hasil berondongan peluru tim penyergap. Agak jijik kuberanikan untuk melihat terutama di jari manis tangan kanan mayat ini, kuperhatikan ada bekas cincin.

    "Apakah mayat ini dulu mengenakan sebuah cincin pak, saya perlu melihatnya" tanyaku.

    "Iya ada, kami menyimpannya sebagai barang bukti, nanti kutunjukkan padamu, sekarang apakah kau menemukan sesuatu dari mayat ini?" tanya pak Rama.

    Aku memandang pak Rama sejenak tanpa menjawabnya, lalu tanganku seperti bergerak sendiri dan kusentuh jari manis mayat ini.


    Kulihat dua orang yang membelakangiku, entah sedang apa mereka, kudekati perlahan.

    "Sebentar lagi tubuh anak kita akan lengkap dan kita bisa menyiapkan ritualnya sesuai yang diajarkan oleh guruku" ucap salah satu dari mereka yang perempuan.

    "Jadi mereka ini punya guru spiritual?" tanyaku dalam hati.

    "Tinggal menunggu satu bocah lagi untuk menambah anggota tubuhnya biar lengkap, besok aku akan menculik lagi satu orang bocah, sementara itu kau carilah tempat persembunyian baru, polisi sudah mulai membaca motif kita”, kata yang laki-laki.

    Semakin kudekati mereka dan berjalan mengitari mereka, mataku dikejutkan oleh sebuah pemandangan yang mengerikan, dua orang ini sedang asyik menyambung dan menjahit potongan-potongan tubuh, tanpa jijik mereka bergumul dengan darah dan bau anyir yang memuakkan.

    "Pangeran berhati-hatilah, DIA datang" Kimi tiba-tiba memperingatkanku.



    "Ternyata kau masih nekat mencampuri urusan kami" sebuah suara berat terdengar tanpa wujud, lalu tiba-tiba tubuhku terhempas kedalam kegelapan, sambil memegang perutku yang seperti terkena tendangan kuperhatikan keadaan di sekitar perlahan menjadi terang kelabu, kulihat sebuah pondok di tengah hutan, sedikit kepayahan aku berusaha berdiri dan menuju kesana, "apakah dia sengaja membawaku kesini?", tanyaku.

    Seorang wanita terlihat di dalam pondok kayu itu, perawakannya persis sama dengan wanita yang tadi kulihat sedang menjahit potongan tubuh, dan ada pula seorang laki-laki tua berpakaian hitam dengan hiasan kulit harimau yang menyelempang di badannya. Mereka sepertinya sedang berbincang mengenai sesuatu, maka kudekati untuk mencari tahu, mereka sama sekali tak merasakan kehadiranku, jadi aku dengan bebasa mendekati mereka hingga bisa kudengarkan dengan jelas obrolan mereka.

    "Cincin ini akan membuat mantan suamimu menjadi kebal senjata tajam, bahkan dari peluru sekali pun, tapi jangan pernah sekali-kali dilepas ya" ucap si lelaki tua.

    "Setelah itu suruhlah dia untuk menculik bocah lima laki-laki yang postur tubuhnya mirip dengan anakmu yang sudah mati" lanjutnya.

    "Lalu kami apakan bocah-bocah itu guru?" tanya wanita itu.

    "Setiap menculik, sekaplah bocah tadi, tunggu sampai dalam seminggu muncul hari 'weton pahing' lalu potonglah kaki, tangan dan badan bocah-bocah tadi, ingat satu bocah satu bagian tubuh saja, dan tidak boleh dilakukan bersamaan, setelah menculik satu tunggulah untuk menculik yang berikutnya" lanjut lelaki tua itu.

    Apa ini, sungguh ritual yang sangat mengerikan, apakah wanita ini 'mastermind' dibalik peculikan dan pembunuhan ini?



    Sebuah tangan tiba-tiba menyergapku dari belakang, tangan itu rasanya panas sekali ketika menyentuh pundakku, kutepis dan menghindar.

    "Sudah cukup kau mendengarnya, saatnya menghabisimu manusia lancang" ucapnya.

    "Kau si jubah hitam yang waktu itu kan, aku tak peduli walau pun kau telah hidup semenjak jaman Musa, aku siap menghadapi jin kuno sepertimu" balasku.

    Dia semakin menunjukkan sosoknya kepadaku, tak ragu dia melepas jubah hitamnya, sungguh mengejutkan, rupa jin kuno ini masih tampak muda seperti manusia berusia 20an.

    "Kau jangan menganggapku remeh hanya karena kau berhasil mengalahkan jin skelas Khosyii anak muda" ucapnya, dia seakan membaca pikiranku hingga mengetahui tentang Khosyii yang dulu aku kalahkan.

    Sebuah serangan pukulan berapi diarahkannya kepadaku secara mendadak, aku berhasil menghindar walau susah, lalu dia lanjutkan dengan serangan lainnya sebelum kusempat berdiri.

    "TAK AKAN KUBIARKAN KAU MENYAKITINYA", teriak Kimi yang tiba-tiba ada di depanku, Kimi merelakan tubuhnya menerima serangan dari jin tua itu demi melindungiku.

    "Wanita bodoh kau, untuk apa kau melindungi manusia hah, dasar suku 'Biru' kalian adalah yang terlemah dari kami", ucap jin tua itu dengan sombong, emosiku tersulut melihat Kimi terkapar tak bergerak, energi-energi mulai terkumpul di tanganku, mereka meledak-ledak seiring dengan emosiku yang makin membara.



    "Brengsek kau makhluk tua, HIAAAAAAH!!" tanpa pikir panjang kulesatkan pukulan kearah jin tua itu, energi yang terlepas dari tanganku dengan ajaibnya mengejarnya yang berusaha menghindar, akhirnya jin itu terpojok.

    "Apa??? darimana kau mempelajari serangan seperti itu, kau ini manusia, mana mungkin kau bisa..." tanya dia heran.

    Tanpa membalas pertanyaannya, langsung saja kuserang lagi, kali ini seranganku berhasil mengenainya tepat di tangan kirinya, energi yang kulesatkan menghancurkan tangannya dengan mudah.

    "Ini bukan terakhir kalinya kau akan melihatku manusia, kau telah membuat ini menjadi urusan pribadi denganku, tunggu saja pembalasanku" ancamnya, lalu dia sekejap lenyap.



    Kudekati Kimi yang tergeletak tak berdaya, dia masih hidup tapi sangat lemah.

    "Bodoh apa yang kau lakukan, seharusnya kau tak perlu melindungi aku", kupeluk tubuh Kimi dan kualirkan energiku untuk menyembuhkannya, hangat sekali energi yang melingkupi kami dan ini adalah untuk pertama kalinya diriku menyembuhkan jin, Kimi masih belum sadar, menatap wajahnya yang terkulai membuatku sedih, dalam hati sudah kuanggap Kimi layaknya seorang 'adik', tingkahnya yang periang dan 'kepo' sangat membuatku penasaran tiap waktu, walaupun usia Kimi sudah ribuan tahun, tapi bagiku dia masih seperti gadis berusia 18 tahun, dan tanpa kusadari mataku mengeluarkan airmata.



    "Pangeranku kenapa kau menangis, apakah demi aku.." ucap Kimi lirih, mengetahui itu diriku senang namun rasanya sekarang aku yang menjadi semakin lemah dan perlahan keadaranku hilang...



    "Alviaan, kenapa kau pingsan disini, ini kamar mayat bego" teriak Ariana terdengar samar, lalu kurasakan tubuhku dibopong oleh beberapa orang.


    -BERSAMBUNG-
     
  4. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Korban Terakhir (bagian 3)

    Kimi, Kazza dan "?" (part 1)


    Aku bangun dengan rasa seperti melayang di sebuah ruang kesehatan, secangkir minuman disodorkan untukku, "nih minum dulu biar fresh, kamu tadi ngapain aja sih disana kok sampe acara pingsan segala" omel Arina kepadaku.

    Tak berapa lama setelah aku siuman seorang anak buah pak Rama memintaku dan Arina untuk datang ke ruangan pak Rama, dalam perjalan aku masih berpikir bagaimana nanti setelah aku ceritakan tentang yang baru saja aku ketahui tentang si pembunuh itu berdasarkan penerawangan tadi, apakah hal yang diluar logika bisa dipakai untuk menggali kasus pembunuhan berantai ini lebih dalam, pikiranku mulai bergejolak sebaiknya kutunggu saja reaksi pak Rama setelah kuceritakan.

    Di ruangan pak Rama selama kurang lebih setengah jam kuceritakan semuanya yang ku ketahui, dengan gaya bicaraku yang aneh ceritaku yang tidak masuk di akal ini membuat semua yang mendengarkan terpana seraya menggeleng-gelengkan kepala, kaget, bingung, berpikir keras, itulah ekspresi mereka yang aku lihat, semuanya kecuali Arina yang sudah 'agak' mengerti tentang diriku terlihat terkesima. Setelah diriku selesai bercerita pak Rama langsung memberikan sesuatu padaku, sebuah plastik tempat barang bukti berisi serpihan cincin.

    "Cincin ini sepertinya bisa saya pergunakan utuk menemukan guru spiritual tersangka, apakah bapak percaya kepada saya?" tanyaku kepada pak Rama.

    "Walau pun ini semua tidak logis dan diluar prosedur penyelidikan tapi dari bantuanmu kami sudah mulai menemukan titik terang, lakukan saja sebisamu dan timku yang akan melaksanakan perburuan tersangka lainnya" jawaban pak Rama yang membuatku semakin yakin. Kusentuh serpihan cincin itu dan kucoba untuk membangun sebuah link untuk melacak pembuatnya.

    "Ki Segoro......" ucapku lirih sambil menatap dengan pandangan kosong,

    "Lalu dimana keberadaan dia?" tanya pak Rama,
    "Dia tinggal di daerah pesisir pantai selatan, di sebuah hutan......hutan yang penuh tanaman jati......padepokan......ada sebuah cungkup makam, hmmm Raden Maung Jagad" sebuah nama terucap dari mulutku, hanya itulah yang dapat aku gali dari energi yang tersisa dari cincin itu.

    "Informasi itu sudah cukup bagi intel untuk menemukan lokasinya, jika kita bisa menangkap Ki Segoro itu maka kita bisa menggali keberadaan istri tersangka" ujar pak Rama menanggapi.

    Sudah menjelang sore ketika diriku diantar pulang ke rumahku, selepas mandi aku langsung menuju kamarku dan bermalas-malasan di atas tempat tidurku. Termenung diriku sembari teringat akan permintaan pribadi pak Rama kepadaku, dia memintaku untuk menemani penyergapan Ki Segoro begitu tim buru sergap sudah mengetahui lokasi padepokannya. Paka Rama mempunyai kekhawatiran dengan kemungkinan kalau Ki Segoro juga memiliki ilmu kebal dan ilmu-ilmu lainnya yang bisa mengganggu penyergapan.

    Rasa kantuk mulai menyerangku, sebaiknya tak usah kulawan saja lagian diriku sudah lelah, kupejamkan mata lalu teringat tentang Kimi, bagaimana kondisinya apakah dia baik-baik saja. Sudah menjadi kebiasaan untukku tidur dengan banyak pikiran sehingga seringkali terbawa mimpi, tapi untuk kali ini aku benar-benar mencemaskan Kimi karena diriku tadi tak sempat tahu bagaimana keadaannya setelah aku pingsan, tak lama kemudian diriku terlelap.

    Mimpi apakah ini? Sebuah pemandangan hijau sepanjang mata memandang, sungguh indah sekali, dan diriku sedang melayang melewati keindahan yang terhampar di bawahku, kurasakan tubuhku dibawa angin menuju ke suatu tempat. Lalu datang seekor burung hitam besar, seekor gagak seukuran dua kali badan gajah, burung lalu ini mendekatiku dan terbang di sampingku.

    "Salamku untukmu pangeran, anda datang untuk mengunjungi kerajaan kami, ijinkan hamba mengantarmu ke istana ratu Kimi, beliau saat sedang sakit dan anda pasti sudah mengetahui hal itu" sapanya.

    "Ah iya antarkan aku, anu siapakah namamu gagak besar?" tanyaku

    "Sungguhlah tabu bagi bangsa kami untuk menyebutkan nama kepada manusia, tapi hamba yakin anda dalam hati sudah tahu pangeran" jawab gagak itu.

    Aku mengiyakan sambil kebingungan, apa perlu diriku asal saja menyebut namanya? Selama perjalanan banyak hal yang kupertanyakan pada gagak itu, dari mulai tata negaranya, rakyatnya hingga sejarahnya, dan dia menjawab dengan jujur seadanya.

    "Jadi sebagian besar di kerajaan ini para jin yang berwujud hewan ya, sungguh bagai sebuah negeri dongeng, lalu Kimi eh maksudku ratu Kimi seperti apakah wujudnya yang asli, aku nggak yakin dia berwujud seorang gadis manusia?" tanyaku

    "Anda akan mengetahuinya sebentar lagi pangeran, dan hamba mohon disana nanti tolonglah Ratu kami itu, kami semua sangat menyayanginya" jawab gagak itu, dan kuperhatikan airmata yang keluar dari matanya yang tajam sorotnya mengisyaratkan betapa gagak ini sangat menyayangi Kimi.

    "Satu lagi yang ingin kupertanyakan, kenapa banyak sekali dari kalian memanggilku 'pangeran' aku ini kan manusia, mengenal Kimi saja juga belum lama" sebuah pertanyaan yang membuat si gagak tak mampu menjawab banyak.

    "Hamba tak mempunya informasi tentang hal itu, sungguh tabu bagi hamba untuk mengungkitnya" jawabnya dengan sopan.

    Tak seberapa lama mulai terlihat sebuah kota, tak seperti kota manusia, kota ini sebagian bangunannya terbuat dari kristal, tanah liat, pualam dan emas. Di tengah-tengah kota itu terdapat sebuah istana megah yang ditumbuhi banyak pohon, dindingnya yang dari tanah liat pun dirambati tanaman sehingga terlihat hijau dari angkasa. Si gagak lalu mengajakku untuk turun ke gerbang istana itu dimana sudah ada yang ditugaskan untuk menyambut kedatanganku.

    "Katir!!" ucapku spontan.

    "Selamat datang pangeran, mari ikuti hamba menuju ke tempat ratu Kimi beliau masih tak sadarkan diri" jawab Katir dengan ekspresi dingin.

    Katir mengantarku masuk ke dalam istana megah itu, sunguh luar biasa indah interiornya, dinding yang dilapisi pualam dan berhias pohon yang berbuahkan jamrud, lantainya dari emas dan kristal yang ditata dengan motif yang simetris, diriku dibuat takjub dengan isi istana ini.

    "Katir, jika saat ini diriku sedang berada di alam jin mengapa aku tidak melewati terowongan 'itu'?" tanyaku sembari mengikuti Katir.

    "Anda pangeran tak perlu melewatinya untuk kesini (kerajaan ini), waktu itu pangeran harus ke tempat 'lain' ingatkah" jawabnya tanpa menoleh sekalipun padaku.

    "Jadi 'dia' akhirnya ikut kemari juga, apakah pangeran tidak menyadarinya selama ini?" lanjutnya.

    "Siapa 'dia' yang kau maksud itu, apakah si gagak tadi, bukankah dia salah satu prajurit disini" tanyaku kebingungan.

    "Bukan dia, biar nanti ada yang menjelaskan untukmu pangeran, hamba tidak ingin ikut campur dengan bangsa 'lain' hahaha" dengan santainya Katir menjawab sambil tertawa kecil, makin bingung aku.

    Lalu sampailah kami pada ruang istrihat sang ratu, sebuah pintu dari emas yang berdiri megah di depanku langsung terbuka sendiri.

    "Masuklah pangeran, mereka sudah menunggu anda, hamba undur diri sampai disini" pamit Katir.

    Kumelangkah masuk ke ruangan megah itu dan kulihat seekor rusa raksasa, ukurannya kira-kira enam kali ukuran gajah dewasa, rusa itu terbaring lemah dengan dikelilingi oleh beberapa pelayan yang sedang merawat luka-lukanya. Serasa hatiku sedang berkata sendiri kepadaku untuk mendekati rusa yang terlihat sedang kesakitan itu dan terucap dari mulutku

    "Kimi...." ucapku lirih selagi mendekati tubuhnya.

    dan tiba-tiba

    "Jadi kau mengenali wujud aslinya, dasar kau manusia picik, kakakku menderita karenamu" bentak seorang gadis kecil kepadaku, usianya terlihat seperti 11-12 tahun, lalu dia meninju perutku
    .
    "Tuan putri jagalah sikapmu, dia kesini untuk membantu kita mengobati ratu" seorang lelaki berpakaian seperti 'alibaba' menenangkan gadis itu.

    "Maafkan dia pangeran, tuan putri masih terbawa emosi karena ratu kami sedang terluka" ucapnya menjelaskan padaku.

    "K-kamu adalah jin kelana, tabib dan pencipta benda-benda ajaib di dunia ini" ucapan mulutku tanpa berpikir,

    "Hazzam?" lanjutku

    "Pangeran hebat sekali bisa mengetahui siapa diriku, bahkan namaku bisa disebutkan dengan benar, mari ikutlah denganku, ratu harus kita sembuhkan" Hazzam menarik tanganku dan membawaku lebih dekat ke tubuh Kimi.

    Kusentuh tubuh Kimi dengan kedua tanganku, kucoba mengalirkan energiku ke tubuhnya, Hazzam dan pelayan lainnya mengikutiku juga melakukannya. Ajaib, wujud Kimi berubah lagi menjadi wanita, kurasa caraku ini berhasil dan kulanjutkan sampai Kimi kembali membuka matanya, dia menatapku dengan berkaca-kaca.

    "Kakaaak kau telah sembuh" gadis kecil itu langsung memeluk Kimi yang sudah sadar.

    "Kazza...." ucap Kimi lirih menyebut nama gadis kecil itu.

    "Kazza ini adikku pangeran, aku mohon maaf atas sikapnya kepadamu tadi, sekali lagi kau telah menyelamatkan aku" lanjutnya

    "Justru kamulah yang menyelamatkan aku, anggap saja impas ya" balasku.

    Kemudian Hazzam mendekatiku dan mengajakku keluar karena Kimi harus beristirahat Kazza juga mengikuti kami, sesekali Kazza melirikku dengan muka sebal, sungguh benar-benar masih bocah dia. Aku dibawa ke sebuah ruangan untuk bersantai.

    "Kau berani datang kemari membawa pengawal dari suku naga" omel Kazza memecah kesunyian.

    "Apa maksudmu, aku kemari ini datang sendirian saja kemari" sanggahku.

    Lalu Hazzam menengahi kami,

    "Sepertinya pangeran tidak menyadarinya ya, 'dia' mengikutimu semenjak lahir sebagaimana 'dia' mengikuti leluhur-leluhur anda, hmm dia berwujud naga hitam di mata kami, ijinkan aku 'membuka' matamu pangeran" Hazzam menjelaskan dan dia mendekatiku lalu menyentuhkan jarinya ke dadaku.

    Tidak ada yang aku rasakan sama sekali, entah apa yang dilakukan Hazzam tadi kepadaku, tapi tiba-tiba diriku merasakan kehadiran 'seseorang' lagi selain kami di ruangan ini. Kutolehkan kepalaku ke belakang dan aku terkejut mendapati seekor naga hitam besar terbang meliuk-liuk di belakangku.

    "Turunlah dan perkenalkanlah dirimu, pangeran sudah mengetahui keberadaanmu" kata Hazzam kepada naga itu.

    Naga itu turun dan merubah wujudnya menjadi seorang lelaki berpakaian seperti panglima perang China kuno, dua buah tombak melayang di belakang tubuhnya, pedang besar di genggamannya, wajahnya oriental dengan roman dingin, bagaimana mungkin diriku tak menyadari kehadirannya hingga saat ini.

    "S-Siapa kau, benarkah kau selama ini berada did ekatku, eh maksudku mengikutiku?" tanyaku pada 'naga' itu.

    "..............huh" dengan tatapan sombong dia berpaling diam dariku.


    -BERSAMBUNG-
     
  5. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Korban Terakhir (bagian 4)

    Kimi, Kazza dan "?" (part 2)


    "Suku naga terkenal sombong tapi kemampuan dan kekuatan mereka luar biasa dahsyat pangeran, mereka adalah salah satu dari tiga bangsa jin tertua yang ada" jelas Hazzam kepadaku.

    "Lalu untuk apa makhluk sombong ini mengikutiku dan leluhurku, bukankah mereka lebih hebat dari kami manusia, dan kenapa dari awal dia tidak kalian usir dari istana ini?" tanyaku pada Hazzam.

    "Dia sudah terikat denganmu sejak kau lahir, jadi kami menganggap dia adalah bagian dari dirimu pangeran. Dia tertarik padamu karena energimu sangat besar, seperti halnya suku naga yang lain mereka tertarik dengan manusia yang berenergi besar sebagai 'inangnya' tetapi ada yang membedakan antara mereka dengan kami, jin suku naga tidak tinggal di dalam kepala manusia, mereka tinggal dimana manusia yang diikutinya tinggal" Hazzam menjelaskan sambil sesekali dia memberikan isyarat kepada 'naga' itu.

    "Dia ini hanya akan membuka mulut apabila seorang manusia bisa menaklukan dirinya, bahkan dia akan bersedia memberitahukan namanya, tapi hanya kepada manusia itu" lanjut Hazzam

    Lalu dia kembali merubah wujudnya menjadi naga hitam, sambil menatap kami bertiga naga hitam itu kemudian terbang keluar istana, entah mau kemana dia pergi sepertinya dia tidak ada maksud untuk berlama-lama disini. Kemudian ada seorang pelayan mendatangi kami, dia mengatakan kalau ratunya memanggil diriku dan Kazza, lalu aku berpamitan pada Hazzam dan pergi ke tempat Kimi bersama Kazza.

    Di tempat Kimi beristirahat diriku dan Kazza duduk di samping tempat tidurnya, Kimi masih terlihat lemas walau sudah selamat dari maut, wajahnya masih memberikan senyum kepadaku.

    "Alvian pangeranku sudah saatnnya dirimu untuk kembali ke duniamu, bawalah Kazza bersamamu aku masih belum sanggup bergerak bebas. Kazza akan sedikit berguna untuk membantumu kali ini, dia masih anak-anak tapi cukup bisa menjaga dirinya sendiri jadi kau bisa mengandalkannya" ucap Kimi meyakinkanku, dan kulirik Kazza dengan tatapan remeh ( -_-), Kazza pun balik menatapku.

    "Kau jangan macam-macam denganku antek naga, aku sama sekali tak peduli denganmu" ujarnya cerewet.

    "Jaga santunmu Kazza" balas Kimi tegas kepada Kazza, si putri bawel itu langsung menunduk dan diam.

    "Sepertinya dirimu sudah tahu mengenai naga hitam itu ya, aku sudah mengenalnya sejak engkau lahir tapi dia tak bersedia memberitahukan namanya kepadaku, tapi biarlah aku memberitahukan sedikit sesuatu tentang dirinya pangeran. Naga itu mampu merubah dirinya ke beberapa wujud dan masing-masing wujudnya memiliki kekuatan maha dahsyat, dia pernah sesekali menunjukkannya kepadaku terutama disaat dirimu masih kecil dan dalam keadaan bahaya. Yang sudah kau ketahui adalah wujud naga hitam dan panglima perang, kedua wujud itu adalah yang terkuat dan selama ini kadangkala melindungimu disaat bahaya yang kau temui juga mengancam dirinya, sungguh egois memang tapi itulah suku naga harga diri mereka sungguh tinggi hingga seringkali tak peduli pada bahaya yang menimpa 'inangnya'. Lalu wujud senjata, dia bisa merubah diri menjadi pedang dan tombak, wujud ini pernah tak sengaja kau pergunakan untuk melawan jin jahat waktu kau masih bayi. Dan yang terakhir adalah sebuah peti kayu dengan ornamen besi kuning, wujud ini belum kuketahui kemampuannya, mungkin suatu saat akan kau ketahui sendiri. Pangeran jika memang sudah saatnya kau untuk mengenalnya tak perlu kalian saling adu kekuatan, taklukan dia dengan hatimu" Kimi menjelaskan panjang lebar tentang si naga hitam.

    "Aku tahu kamu tak tertarik dengannya tapi percayalah dia akan berguna untukmu, leluhurmu dulu juga tidak menemukan dia, tapi dialah yang memohon unutk mengikuti leluhurmu. Sebelum kau kembali mampirlah sebentar ke rumah Hazzam dia ingin memberikan sesuatu untukmu, Kazza akan mengantarmu kesana, dan tolong jagalah Kazza jangan ragu untuk menghukumnya kalau dia berbuat yang tidak baik" lanjut Kimi.

    Kazza terlihat sebal dan memalingkan wajahnya, lalu berpamit pada Kimi. Kazza mengantarku ke rumah Hazzam, dia masih tidak mau berbicara padaku, kenapa jadi seperti ini. Sesampainya di rumah Hazzam dia memberikan sesuatu kepadaku, sebuah bola bersinar yang hanya seukuran kelereng.

    "Ini adalah saripati angin, ayo telanlah sambil meminum air ini, saripati angin itu berkhasiat membuka kemampuanmu hingga 60% seterusnya, itu jauh lebih besar daripada kemampuan yang selama ini kau gunakan" jelas Hazzam, tak ragu kemudian aku menelannya.

    Kembali aku berpamitan kepada Hazzam, kemudian di luar rumahnya si gagak hitam yang tadi kutemui menawarkan dirinya untuk membawaku dan Kazza kembali ke alam manusia.


    Jam 23.55 diriku terbangun dengan rasa capek, lalu diriku keluar dari kamar dan menuju dapur untuk mengambil minum. Hmmm ada yang aneh kurasakan dari kepalaku sperti rasa pening tapi tidak begitu berat, cuek sajalah paling-paling efek dari 'bermimpi' tadi. Malam hari hampir seluruh lampu dimatikan di rumahku dan beberapa ruangan diterangi oleh lampu tidur atau lampu malam, kubuka pintu kulkas dan kumencari cemilan di dalamnya, setelah itu aku menuju ruang keluarga dan menyalakan televisi sambil ngemil.

    Sepuluh menitan diriku menonton acara televisi lalu mendadak aku sadar bahwa di sbelah kananku ada seekor harimau yang dengan santai ikut menonton, harimau ini duduk dengan santai dan tak mempedulikanku.

    "Siapa lagi kau" tanyaku, sedikit terkejut harimau itu lalu menoleh menatapku.

    "Ah kau bisa melihatku, emm gadis kecil itu teman baruku dia yang mnegajakku kemari untuk bermain" jawabnya santai.

    Astaga aku lupa kalau diriku tadi pulang tidak sendirian, Kazza ikut bersamaku, dan belum lama disini dia sudah memanggil mahkluk-makhluk gaib dari lingkungan sekitar.

    "Dia pak Loreng kami tadi berkenalan di ujung jalan sana, karena sepi jadi kuajak kesini saja" Kazza dengan santai menjelaskan.

    Aku tak mau ambil pusing, kubirakan saja malam itu Kazza mengajak teman barunya untuk bermain di rumahku, si harimau ini juga tidak macam-macam dia sepertinya begitu menikmati menonton televisi. Sekali-sekali sambil kuajak harimau ini ngobrol.

    "Pak Loreng kenapa mengambil wujud harimau, kenpa bukan dinosaurus atau godzilla saja" tanyaku sedikit bercanda.

    "Wujud ini sudah lumayan kok, banyak manusia yang 'mengagungkan' wujud ini bahkan menghormatinya, kecuali manusia seperti anda" jawab harimau itu, benar juga sih.

    "Kalau mataku tidak salah wujud pak Loreng sebuah makhluk api hijau ya, bapak dari kerajaan mana 'disana'?" tanyaku lagi, kali ini harimau ini menjadi terlihat sedih dan menatap ke arah kazza yang sudah duduk di sebelah kiriku.

    "Kerajaannya sudah nggak ada lagi, akhirnya dia memilih berkelana ke alam manusia karena lebih tenang tidak bergejolak seperti disana, tadi kutawari dia untuk pergi ke kerajaan kakakku tapi dia masih ingin disini karena tertarik pada seorang manusia, benar begitu kan" ucap Kazza sambil menatap si harimau, harimau itu menundukkan kepalanya.

    Setelah itu keadaan jadi hening dan kami bertiga kembali menonton televisi. Berbeda dengan Kimi, si kazza ini lebih banyak menampakkan dirinya kepadaku daripada bicara 'hati ke hati' seperti Kimi, kelakuannya kekanakan seperti 'kuntilanak' yang suka bermain kesana-kemari, sedangkan si harimau ini pendiam tak banyak bergerak, sesekali dia hanya merubah posisi duduknya, berbeda dengan si tuan putri cerewet yang banyak tingkah itu. Dari jauh kudengar nada dering dari HP-ku lalu bergegas aku menuju kamarku untuk menjawabnya, sebuah nomor tanpa nama menelepon di tengah malam begini.

    "Halo siapa ini nelpon kok malam-malam, manusia apa hantu?" tanyaku ketika menjawab panggilan itu.

    "Aduh maaf ya saya meneleponmu malam-malam, ini saya Rama, gini loh lokasi Ki Segoro sudah terdeteksi intel, dan tim buru sergap akan berangkat kesana malam ini juga, lokasinya di dekat perbatasan dengan Jawa Tengah. Saya ingin kamu ikut dalam penyergapan, hanya sebagai penasehat spirtual saja bagi tim kami, bagaimana Alvian apakah kamu bersedia?" pinta pak Rama kepadaku, dan sejak kapan aku dapat status jadi penasehat spiritual lagipula ini sudah sangat larut bagaimana aku pamitan dengan orang tuaku, aduuuh.

    "Eh pak Rama, beri saya waktu dulu yah, sebentar saja kok untuk pamitan sama bikin alasan ke orang tua saya maklum deh pak ini kan tengah malam" balasku.

    "Oke itu artinya kamu setuju ikut ya, nanti saya dan rekan-rekan yang akan menjemputmu langsung ke rumah" pak Rama menanggapi, dia akan menjemputku langsung kemari.

    Bergegas kuganti pakaianku lalu ku menuju kamar orang tuaku untuk berpamitan sambil mikir apa alasan yang akan kupakai. Baru sampai di depan kamar tiba-tiba pintu dibuka dari dalam, ternyata itu ibu tiriku sepertinya dia hendak ke toilet.

    "Vin mau kemana kamu, pakaianmu rapi banget malam-malam begini mau ke diskotik yah?" tanya mbak Astrid ibu tiriku.

    Istri kedua bapakku ini masih muda usianya 37 tahun, ibu kandungku sudah meninggal delapan tahun yang lalu kemudian bapak menikah lagi dengan mbak Astrid yang dulunya tetanggaku, dari pernikahan dengan mbak Astrid ini aku jadi punya adik perempuan berusia 5 tahun.

    "Enggak mbak gak ke diskotik kok, emm kebetulan mbak Astrid bangun nih aku mau pamit pergi dulu, ini tadi dimintai tolong sama pak polisi yang tadi siang bertamu ke rumah, mbak tolong jelasin ke bapak yah besok, ini darurat pokoknya" jawabku sambil tergopoh.

    "Marah lagi deh bapakmu besok, hati-hati loh Vin kamu jaga diri ya sama mereka, hubungi rumah juga biar kami nggak khawatir, besok kujelasin sama bapakmu tenang aja" balas mbak Astrid, syukurlah dia yang terbangun malam ini.

    Dua puluh menit kemudian pak Rama sudah tiba, aku langsung keluar rumah dan menemuinya.

    "Bagaimana, sudah siap?" tanya pak Rama.

    "Siap om" jawabku sok akrab (habisnya Arina manggil dia 'om' juga sih).

    Aku masuk ke dalam mobil, 'perburuan' Ki Segoro dimulai.


    -BERSAMBUNG-
     
  6. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Korban Terakhir (bagian 5)

    Perburuan


    "Yaaay kita berpetualang pak Loreng, akan kemana ya kita" suara Kazza terdengar di kepalaku, si harimau yang diajaknya berbicara hanya menggeram tanpa kutahu artinya.

    "Apa-apaan ini kenapa kau ikut, yang akan kuhadapi nanti bukan urusan anak kecil tau" omelku pada Kazza.

    "Ya suka-suka diriku lah kan kakak menyuruhku selalu mengikutimu weeek" balasnya.

    Aku tak habis pikir kenapa sekembalinya siriku ke dunia manusia malah dapat cobaan seperti ini, Kazza ini tingkahnya banyak dan sangat kutakutkan jikalau dia berbuat aneh-aneh dan aku yang terkena imbasnya. Malam ini terpaksa diriku tak bisa beristirahat selama perjalanan, bagaimana tidak si Kazza terus-terusan mengoceh di dalam kepalaku apalagi dia mengajak pak loreng si harimau, ocehan-ocehan Kazza juga membuat raut wajahku berubah sesuai emosi yang kurasakan sehingga kadang anak buah pak Rama menatapku dengan kebingungan.


    Ada kalanya selama perjalanan diriku mendapatkan visi-visi walau hanya sekilas tanpa kutahu maksudnya, melamun adalah satu-satunya hiburan yang bisa kulakukan selama perjalanan, namun kadangkala lamunanku melebihi batas. Salah satu yang sering terjadi adalah ketika sedang melamun diriku melihat terlampau jauh ke depan sehingga membuat ragu tindakan yang kulakukan, walaupun seringkali terjadi diriku selalu berusaha mengelak untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang akan terjadi ke depan nanti.

    Seringkali kumelihat atau dalam waktu tertentu mendapat bisikan-bisikan gaib memberitahukan tentang suatu bencana atau peristiwa baik kecil atau pun besar, hal seperti itu selalu datang walau tidak ada hubungannya denganku dan sebagai rasa 'peduli' dari naluri seringkali kupostingkan informasi-informasi gaib yang masuk di kepalaku, tentu saja kuatasnamakan diriku sebagai anonym dalam setiap postingnya.

    "Kurasakan gesekan hawa yang sangat jelek dibawa oleh angin, sepertinya kedatangan anda sudah diketahui oleh 'seseorang' dari bangsa kami" suara pak Loreng memutus lamunanku.

    "Aku juga merasakannya, hawa ini sudah kukenali" ujarku.

    "Hawa ini berasal dari makhluk yang sama dengan kutemui waktu itu, makhluk yang mencelakaiku dan Kimi" lanjutku.

    "Akan kubalas dia karena mencelakai kakakku, kubakar kulebur dia" Kazza menimpali dan seketika mengeluarkan hawa panas yang bisa kurasakan sangat intens di kepalaku.

    "Tak bisakah kau tunggu sampai kita tiba disana, bocah bawel" ucapku pada Kazza

    Setelah 4 jam perjalanan kami akhirnya tiba di lokasi, kami berhenti di pinggiran sebuah hutan di dekat perbatasan dengan jawa tengah, mobil berhenti sekitar 500 meter dari titik penyergapan, di lokasi sudah ada 3 mobil lainnya yang tiba lebih dulu. Pak Rama memintaku untuk stand by di mobil saja sambil menganalisa parameter dengan kemampuanku.

    "Ki Segoro juga memiliki ilmu kekebalan tubuh, tapi titik lemahnya tidak sama dengan tersangka kita yang sudah tewas"


    "Dia tidak sendiri disana, ada dua orang lagi sepertinya murid setia Ki Segoro" sambungku.

    Dan kurasakan lagi hawa yang sangat jahat, angin malam pun semain bergejolak memainkan daun-daun pohon hingga berisiknya turut membuat merinding. Tak salah lagi ini adalah hawa dari jin tua 'itu', Kazza yang ikut merasakannya juga semakin emosi namun kusuruh untuk tenang karena aku tak ingin kejadian yang sama seperti dulu menimpanya juga. Sedangkan si harimau kurasakan lebih tenang, sepertinya dia sedikit mengetahui tentang siapa yang kami hadapi.

    Menghadapi situasi seperti ini kuberitahu pak Rama agar sedikit menjauh dari mobil, tanpa ragu dia menuruti perkataanku. Pak Rama sepertinya juga merasakan ada yang tidak beres malam ini dan menyerahkan segala gangguan gaib kepadaku untuk dihadapi.

    "Sepertinya 'mereka' tidak menyukai kehadiran kita disini, apalagi pemimpinnya, dia tidak menghendaki kita hidup" pak Loreng berbicara sambil menggeram.

    "Biar aku saja yang menghadapi mereka semua, kalian tak usah ikut campur, lindungi saja manusia-manusia itu" perintahku.

    Lalu kumulai memejamkan mata untuk memasuki dunia 'mereka', cara ini lebih baik dalam melawan jin-jin.

    Tubuhku rasanya seperti melayang sendiri, saat ini 'diriku' sudah keluar dari tubuh fisik dan bisa leluasa untuk menghadapi makhluk-makhluk itu, tentunya dengan resiko yang lebih besar apabila diriku terluka. Dengan jelas kulihat Kazza dan teman harimaunya 'memagari' pak Rama dan anak buahnya dari serangan-serangan gaib yang tidak mereka ketahui. Dan kali ini untuk pertama kalinya diriku melihat si naga hitam setelah kembali dari kerajaan Kimi, naga itu hanya meliuk-liuk diangkasa sambil sesekali melihat kearah kami tanpa rasa peduli sedikit pun.

    Kira-kira ada puluhan jin kelas prajurit yang mengepung kami, wujudnya rata-rata hewan buas, beberapa berupa bola api atau pun berupa asap yang bergerak layaknya manusia. Dan mulailah kuserang mereka satu persatu dengan bola halilintar yang kukeluarkan dari tanganku, sungguh dahsyat ini adalah efek dari saripati angin pemberian Hazzam. Jin kelas kacang pun dengan mudah kukalahkan.

    Sekarang tinggal beberapa jin yang kemampuannya lebih tinggi dari yang kukalahkan tadi, ada tiga yang berwujud kera kira-kira tingginya 18 meter, dan lima anjing hitam yang ukurannya hampir sebesar rumah dengan mata menyala oranye kemerahan. Yang berwujud anjing ini menyerangku terlebih dahulu, cakarnya mereka setajam pisau yang mampu membelah udara sekalipun, bola cahaya berwarna merah sesekali dilontarkan dari mulut mereka namun bisa kutangkis, untunglah dalam keadaan ini 'tubuhku' mampu terbang di udara hingga sedikit mudah untuk menghindari serangan-seragan mereka.

    Anjing-anjing hitam ini menyerangku secara berkelompok, mereka tidak bertindak secara individu dan ini memberiku kesempatan untuk menyerang mereka secara bersamaan. Aku terbang menerjang kearah mereka ketika secara bersamaan bola cahaya merah ditembakkan kearahku, begitu mendekat kelima bola cahaya itu sedapatnya kutangkap dengan bantuan angin sebagai tamengku. Kelima bola cahaya itu kemudian aku 'fuse' dengan energi yang kukeluarkan dari tubuhku., kuubah kelimanya menjadi satu bola energi berwarna merah pekat dan kulontarkan balik kearah kelima anjing tersebut.

    BLAAAAAAR!! suara ledakan energi memecah kesunyian malam dan mennghancurkan tubuh kelima anjing hitam itu. Ledakannya membuat udara disekitarku memberikan tekanan angin yang dahsyat hingga kulihat pak Rama dan yang lainnya meggigil, lalu

    "BODOH! tak bisakah kau melawan dengan biasa saja, kau ingin kami tercabik juga yah!" teriak Kazza padaku.

    Tak kusangka serangan tadi sangat kuat sekali, sungguh dahsyat efek dari saripati angin pemberian Hazzam itu, kemampuanku benar-benar meningkat sampai 60%. Sekarang tinggal tersisa tiga kera besar, fisik mereka sungguh diluar akal, kepala dan badan mereka seperti seekor kera hitam dengan taring menyeringai dan tangan yang gempal dipersenjatai kuku yang menyerupai pedang, sungguh cakar yang membahayakan, kemudian ekornya yang menyerupai ekor naga dan kaki yang juga bersisik.

    "Berhati-hatilah, mereka itu termasuk jin penguasa angin" ucap pak Loreng kepadaku.

    "Pe-penguasa angin...bukankah mereka seharusnya tidak berasal dari sini, mereka seharusnya tinggal di kerajaan es kan?!!" Kazza terkejut sambil memandang si harimau.

    "Sepertinya mereka dibawa kemari oleh 'dia' lagipula kerajaan es sudah hampir mengakhiri dinastinya, mereka sudah tak memiliki kepercayaan lagi pada pemimpinnya sekarang, pastinya" jawab pak Loreng si harimau.

    Salah satu dari kera besar itu bergerak kearahku, sekejap lalu dia menghilang, sungguh cepat sekali hingga mataku pun tak mampu menangkapnya. BUKK!! sebuah pukulan berat mendarat di punggungku sehingga membuatku jatuh terkapar di tanah, belum sempat kuberdiri dua kera yang lainnya dengan gesit mendatangiku dan seketika mengarahkan kakinya untuk menginjakku, namun pak Loreng dengan secepat kilat langsung menyambar tubuhku.

    "Te-terima kasih" ucapku

    "Berhati-hatilah kedua kera tadi sangat kuat, sedangkan yang satunya sangat gesit sekali"

    "Jangan lupa juga, cakar mereka mampu mencabik tubuhmu hanya dengan hembusan angin" imbuh pak loreng memberiku nasehat.

    "Begitu ya, sebaiknya kali ini aku menggunakan siasat yang agak licik untuk melawan mereka, biar kutanggung sendiri resikonya" gumamku.

    "Pak Loreng, aku minta tolong kepadamu, dirimu dan Kazza sebisanya buatlah 'pagar' yang sangat kuat dari segala serangan, ingat harus sangat kuat" pintaku

    "Baiklah kuusahakan" jawabnya.

    Kemudian aku bangkit dan menuju ketiga kera besar itu, sementara si naga hitam masih saja meliuk-liuk di angkasa tanpa rasa peduli sedikit pun, sungguh sombong. Kuberlari mengarah ke salah satu kera tadi wujud mereka seperti kembar jadi diriku tak tahu mana yang paling gesit tadi, sebisanya kuserang salah satu kera tadi, kutendang kepalanya dan kutambah dengan meledakkan bola halilintar,. Berhasil, seranganku membuatnya murka.

    Kedua temannya juga ikut terprovokasi dan menyerangku balik, aku berusaha menghindari serangan-serangan mereka dengan melayang dan bergerak di udara, lalu salah satu dari mereka menyabetkan cakarnya yang tajam itu kearahku tapi bisa kuhindari. Melihat serangan temannya tidak berhasil lalu kedua kera yang lain juga ikut menyerangku dengan serangan yang sama secara membabi buta. Hingga akhirnya siasat licikku sudah mendekati target, tanpa mereka sadari kubawa mereka mendekati naga hitam, serangan pamungkas pun mereka keluarkan dan ditujukan pas ke arahku.

    DHUAAAR!! suara serangan mereka mengenai target, tapi bukan diriku melainkan si naga hitam yang sengaja kubelakangi, jadi diriku dengan gesit menghindari serangan pamungkas ketiga monyet itu sehingga serangan mereka mengenai si naga. Sungguh cara yang sangat licik tapi untuk saat ini hanya itulah cara yang terpikirkan olehku.

    Ketiga kera itu lalu tak bergerak seusai serangan mereka mengenai badan naga hitam, lalu kurasakan hawa atau energi yang sungguh sangat mengerikan. Sepertinya ketiga lawanku itu juga merasakan hawa 'pembunuh' ini sehingga mereka tidak lanjut menyerangku. Perlahan kulirik ke arah naga itu, dia hanya berdiam di angkasa dengan tatapan tajam mengarah ketiga kera tadi. Tiba-tiba dengan sekejap naga itu menghilang dari pandangan.

    "AAAAAARGH ampuuuun tuan, serangan kami tak sengaja mengenaimu" teriak salah satu dari kera itu.

    Astaga tubuh kera besar itu dalam sekejap dililit oleh si naga hitam, naga itu tak mengeluarkan satu ucapan pun dan melilit si kera emakin erat hingga teriakan si kera semakin melengking. Kedua kera lainnya hanya mampu terdiam melihat temannya 'dihukum' oleh naga, kemudian tubuh kera malang itu terbakar oleh api biru yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya, tak hanya itu saja, si naga lalu menyemburkan api hitam yang langsung membuat kera itu lenyap tak berbekas.

    Kera-kera yang lain langsung memohon ampun dari naga hitam namun tak digubris, naga itu lalu merubah wujudnya menjadi wujud panglima China kuno kemudian dalam sekejap mata menendang kedua kera hingga jatuh ke tanah. Di bawah, panglima itu mengeluarkan sebuah tombak dan tanpa ampun menghujamkannya kepada dua kera itu, mereka dibabat habis olehnya, sungguh kejam sekali. Ayunan tombaknya membuat udara bergejolak kencang, tiap sabetannya mengeluarkan energi yang sangat dahsyat hingga merobohkan beberapa pohon dan meninggalkan goresan-goresan. Selesai itu dia berubah lagi ke wujud naga hitam dan menuju kearahku dengan tatapan bengis.

    "Brengsek kau!!!" ucapnya di hadapanku.

    Naga itu kemudian meninggalkanku dan kembali meliuk-liuk di angkasa. Untuk pertama kalinya dia berbicara padaku dan sungguh membuatku ketakutan, luar biasa sekali kemampuannya. Kudekati Kazza dan pak Loreng untuk mengetahui keadaan mereka.

    "Kalian tidak apa-apa kan" tanyaku, pak Rama dan yang lainnya sama sekali tidak mengetahui apa yang baru saja terjadi hanya bisa melihat dengan keheranan.

    "Kenapa kau membuat naga itu marah, kau bisa membuat kita semua terbunuh tahu" omel Kazza

    "Aku tidak bisa memikirkan cara lain untuk melawan kera tadi, maaf deh tuan putri" godaku pada Kazza

    "Masalah kita belum selesai, lihatlah kesana" imbuh pak loreng dan aku menoleh kearah yang dia tunjuk.

    Sebuah sosok yang sudah tak asing bagiku, si 'jin tua'.



    -BERSAMBUNG-
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.